FLEET MANAGEMENT
PDN 3A
Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dengan segala kemampuan serta kesungguhan
hati akhirnya selesainya makalah dengan judul “Fleet Management”. Adapun penyusunan
makalah ini merupakan salah satu syarat nilai tugas mata kuliah Fleet Management.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan
materi perkuliahan dan moral yang diberikan Bapak Djaswadi selaku Dosen Fleet Management
serta Bapak Kushariyadi selaku Dosen Manajemen Distribusi dan Transportasi. Dengan tulus
hati, penulis ucapkan terimakasih serta yang tak terlupakan jasa dan pengorbananya kepada
orang tua penulis atas dukungan moril dan materil kepada kami hingga sampai saat ini.
Semoga dengan adanya tugas makalah ini dapat menambah pustaka dan
perbendaharaan ilmu bagi pembaca dan berguna bagi perkembangan ilmu selanjutnya. Dan
penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan demi penyusunan makalah
ini yang masih diluar jangkauan serta kemampuan penulis. Untuk itu penulis sangat mengharap
atas segala saran dan kritik membangun dari pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar ............................................................................................................................ i
B. Tujuan ................................................................................................................................ 2
Kesimpulan .............................................................................................................................. 20
A. Latar Belakang
Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat
aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka makro-ekonomi,
transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal,
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus diingat bahwa sistem transportasi
memiliki sifat sistem jaringan di mana kinerja pelayanan transportasi sangat
dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan.
Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan
vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan
daerah yang lain. Distribusi barang, manusia, dll. akan menjadi lebih mudah dan cepat
bila sarana transportasi yang ada berfungsi sebagaimana mestinya sehingga transportasi
dapat menjadi salah satu sarana untuk mengintegrasikan berbagai wilayah di Indonesia.
Melalui transportasi penduduk antara wilayah satu dengan wilayah lainya dapat ikut
merasakan hasil produksi yang rata maupun hasil pembangunan yang ada.
Kebutuhan angkutan bahan-bahan pokok dan komoditas harus dapat dipenuhi
oleh sistem transportasi yang berupa jaringan jalan, kereta api, serta pelayanan
pelabuhan dan bandara yang efisien. angkutan udara, darat, dan laut harus saling
terintegrasi dalam satu sistem logistik dan manajemen yang mampu menunjang
pembangunan nasional.
Pada umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan sedikit
lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan regulasi pemerintah masing-masing negara dalam
menangani kinerja sistem transportasi yang ada. Kebanyakan dari Negara maju
menganggap pembangunan transportasi merupakan bagian yang integral dari
pembangunan perekonomian. Pembangunan berbagai sarana dan prasarana transportasi
seperti halnya dermaga, pelabuhan, bandara, dan jalan rel dapat menimbulkan efek
ekonomi berganda (multiplier effect) yang cukup besar, baik dalam hal penyediaan
lapangan kerja, maupun dalam memutar konsumsi dan investasi dalam perekonomian
lokal dan regional.
Sektor transportasi dikenal sebagai salah satu mata rantai jaringan distribusi
barang dan penumpang telah berkembang sangat dinamis serta berperan didalam
menunjang pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan
keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan ekonomi secara
langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting dan strategis.
Keberhasilan sektor transportasi dapat dilihat dari kemampuannya dalam menunjang
serta mendorong peningkatan ekonomi nasional, regional dan lokal, stabilitas politik
termasuk mewujudkan nilai-nilai sosial dan budaya yang diindikasikan melalui
berbagai indikator transportasi antara lain: kapasitas, kualitas pelayanan, aksesibilitas
keterjangkauan, beban publik dan utilisasi.
B. Tujuan
1. Untuk menambah wawasan tentang apa yang dimaksud dengan transportasi.
2. Untuk mengetahui secara umum tentang karakteristik dari dunia transportasi
secara keseluruhan.
3. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang berkaitan dengan manajemen
transportasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Menurut Abbas Salim (1993), transportasi adalah kegiatan pemindahan barang
(muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dimana dalam transportasi
terdapat dua unsur penting yaitu:
1. Pemindahan/pergerakan.
2. Secara fisik tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke tempat lain.
Selain itu menurut Rustian Kamaludin (1986), manfaat dari adanya transportasi dapat
dibagi dalam dua bagian yaitu:
1. Nilai guna tempat (Place Utility)
Yaitu kenaikan atau tambahan nilai ekonomi atau nilai guna dari suatu barang atau
komoditi yang diciptakan dan mengangkutnya dari suatu tempat ke tempat lainnya yang
mempunyai nilai kegunaan yang lebih kecil, ke tempat atau daerah dimanabarang
tersebut mempunyainilai kegunaan yang lebih besara yang biasanya diukur dengan
uang (interens of money).]
2. Nilai guna waktu (Time Utility)
Yaitu kesanggupan dari barang untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan
menyediakan barang-barang, tidak hanya dimana mereka membutuhkan, tetapi dimana
mereka perlukan.
Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari suatu tempat ke
tempat lainnya, hal ini terlihat bahwa :
1) Adanya muatan yang diangkut.
2) Tersedianya kendaraan sebagai alat angkut.
3) Adanya jalan yang dapat dilalui oleh alat angkut tersebut.
Pemindahan barang dan manusia dengan angkutan adalah untuk bertujuan menaikkan
atau menciptakan nilai ekonomi dari suatu barang, dengan demikian pengangkutan
dilakukan karena nilai suatu barang lebih tinggi di tempat tujuan dari pada tempat
asalnya.
Perbedaan sifat jasa, operasidan biaya pengakngkutan membedakan alat transport atau
moda transportasi.
1) Transportasi Kereta Api, adalah jenis transportasi yang bergerak diatas rel.
Kereta api yang diciptakan dalam masa revolusi industry merupakan alat
transportasi untuk barang dalam jumlah besardan berjarak jauh. Satu gerbong
barang dengan tekanan gandar 18 ton dapat memuat puluhan ton barang.
Untuk kereta penumpang mempunyai tempat duduk untuk 90 orang dan satu
lokomotif memiliki kapasitas sampai 5000 tenaga kuda. Dalam memberikan
pelayanannya kereta api dapat terdiri atas puluhan gerbong kereta barang atau
penumpang yang ditarik oleh beberapa lokomotif yang juga mengangkut ribuan ton
barang atau ratusan penumpang.
2) Transportasi Darat, transportasi darat/kendaraan bermotor adalah moda
transportasi yang menggunakan kendaraan bermotor sebagai fasilitas operasinya
yang bergerak dijalan raya. Tatap muka antara operator dan pemakai jasa
dimungkinkan oleh tersedianya jasa transportasi darat. Penjualan langsung kepada
pemakai jasa bisa mengurangi biaya pengurusan posisi antara operator dan
pemakai jasa.
5) Transportasi melalui Pipa, transportasi melalui pipa semula hanya dipakai bagi
penyaluran air. Penggunaan pipa meluas sebagai sarana transportasi setelah
digunakan untuk mengalirkan minyak secara besar-besaran. Pipa minyak yang
pertama dibangun di Amerika Serikat. Di negera-negara penghasil minyak timur
tengah, banyak jaringan pipa yang dibangun dan digunakan sendiri oleh perusahaan
minyak.
Unsur-unsur Transportasi
Ada muatan yang di angkut
Ada kendaraan/moda transportasinya sebagai alat pengangkut
Ada jalan/sarana prasarana yang dapat di lalui dengan aman
Adanya terminal awal/asal dan terminal tujuan
Adanya SDM dan organisasi yang menggerakkan kegiatan
Adanya perpindahan sebagai proses pemindahan
Mengenai hubungan hukum antara pihak pengirim dan pihak penerima terdapat
berbagai tanggapan hukum, antara lain tanggapan untuk memberikan kedudukan
kepada pihak pengirim sebagai pihak yang menerima perintah (lasthebber) atau kuasa
hukum (zaakwaarnemer) dari pihak penerima, ada pula tanggapan untuk
mempersamakan hak dari pihak penerima sebagai semacam hak dalam cessie yang
dianggap berlaku secara diam-diam yang diterimanya dari pihak-pihak pengirim
kepada pihak penerima. Sedangkan tanggapan umum adalah: Bahwa pihak penerima
adalah pihak ke 3 untuk kepentingan diadakan perjanjian atara pihak peniriman dan
pihak pengngkut, sehingga dengan demikian pasal1317 KUH perdata mengenai
perjanjian bagi kepentingan pihak ke 3 dapat dilakukan, sekalipun secara rill
realisasinya hal ini agak “terpaksa”.
Surat angkutan ini memuat syarat-syarat pengangkutannya seperti waktu
pengangkutan, pergantian dalam hal kelambatan dan lain sebagainya, ditekankan lagi
disini, bahwa surat angkutan ini tidak merupakan syarat mutlak bagi adanya persetujuan
pengangkutan. Surat ini ditanda tangani oleh pihak pengirim (ekspeditur) dan
disampaikan bersama-sama dengan barangnya dengan pihak pertama, dalam hal ini
maka surat tersebut merupakan alat bukti terhadap pihak pengangkut. Dalam surat
tersebut dimuat mulai nama barang-barang yang diangkut, beratnya, ukurannya dan
keterangan-keterangan lain yang diperlukan. Catatan-catatan yang dapat dilihat dapat
dicek oleh pihak pengangkut, sedangkan mengenai hal-hal yang tidak dapat dilihat,
pihak pengangkut tdak dapat dipertanggung jawabkan.
2.3 Tanggung Jawab Pihak Pengangkut
Mengenai tanggung jawab pihak pengangkut akan dirinci menjadi tiga bagian yaitu:
a. Tanggung Jawab Pengangkut Melalui Darat
Dalam pengangkutan melalui darat diperlukan dokumen yaitu surat angkutan
barang, sebagai bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan antara pengangkut
dengan pengirim atau pemilik barang. Bentuk tanggung jawab yang diberikan oleh
pengangkut atas kerusakan atau musnahnya barang-barang yang diangkutnya yaitu
berupa ganti rugi dan yang diberikan adalah berupa uang sebesar sepuluh kali
ongkos kirim. Tanggung jawab pengusaha angkutan terhadap barang-barang yang
diangkutnya, dimulai sejak diterimanya barang oleh pengangkut sampai barang
diterima oleh pemilik di tempat tujuan. Resiko yang sering timbul dalam
pelaksanaan pengangkutan barang yaitu keterlambatan barang sampai di tempat
tujuan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan mengakibatkan barang
tersebut menjadi rusak atau busuk.
Konsep tanggung jawab angkutan udara ada beberapa bagian antara lain:
a. Based on Fault Liability (Tanggungjawab hukum atas dasar kesalahan), jika
penumpang ingin tuntun, maka harus buktikan bahwa pengangkut bersalah dengan
mencari bukti dalam pasal 1365 KUHper dikenal sebagai tindakan melawan hukum
b. Presumption of Liability (Tanggungjawab hukum atas dasar praduga bersalah),
dianggap bersalah pengangkutnya sejak awal, tapi jika bisa membuktikan dirinya
tidak bersalah maka dia bebas.
c. Absolute/Strict Liability (Tanggungjawab hukum tanpa bersalah), harus tanggung
jawab segala kerugian tanpa pembuktian.
Bila jumlah jasa-jasa angkutan yang diproduksi atau jumlah jasa-jasa angkutan yang
terjual berubah, artinya kalau kapasitas angkutan atau kecepatan alat angkut berubah,
ataupun diadakannya penyesuaian baru terhadap arus angkutan lain, maka
di dalam biaya angkutan dalam perjalanan, biaya berhenti (penyediaan dan
persiapan) dan biaya khusus yang diperoleh:
a. Biaya-biaya tidak variabel.
b. Biaya berubah sesuai dengan perubahan arus angkutan keseluruhan.
c. Perubahan biaya yang berorientasi pada sebagian dari sektor yang menentukan
perubahan arus angkutan.