Anda di halaman 1dari 81

KAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK

MEMENUHI TARGET PRODUKSI BATUBARA DI SITE A


MANUKWARI PT. TANTRA COALINDO
INTERNATIONAL KABUPATEN
INDRAGIRI HULU, RIAU

SKRIPSI

Oleh :
ILHAMUL FAHMI
NIM. 112140116

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
KAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK
MEMENUHI TARGET PRODUKSI BATUBARA DI SITE A
MANUKWARI PT. TANTRA COALINDO
INTERNATIONAL KABUPATEN
INDRAGIRI HULU, RIAU

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dari
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta

Oleh :
ILHAMUL FAHMI
NIM. 112140116

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
KAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK
MEMENUHI TARGET PRODUKSI BATUBARA DI SITE A
MANUKWARI PT. TANTRA COALINDO
INTERNATIONAL KABUPATEN
INDRAGIRI HULU, RIAU

Oleh :
ILHAMUL FAHMI
NIM. 112140116

Disetujui untuk
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Tanggal :......................................

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Hasywir Thaib Siri, MSc Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT.
RINGKASAN

Kegiatan penambangan di PT. Tantra Coalindo Internasional dengan metode


tambang terbuka (surface mining), pada penambangan menggunakan alat-alat mekanis
seperti, excavator untuk alat pembongkaran dan alat muat serta dump truck sebagai alat
angkut. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat produktivitas dari masing-masing
alat mekanis untuk bisa mencapai target produksi yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Kegiatan penambangan batubara pada saat ini menggunakan alat gali-
muat excavator Hyundai Robex 330 Lc-9s dan diangkut menggunakan dump truck
Hino 260 JD menuju stockROM.
Permasalahan yang terjadi pada saat ini yaitu belum tercapainya target produksi
penambangan batubara sebesar 1.500 ton/hari. Hasil perhitungan aktual dilapangan
produksi yang mampu dihasilkan 1 alat muat excavator Hyundai Robex 330 Lc-9s
adalah 1.655,50 ton/hari dan produksi 3 dump truck Hino 260 JD adalah sebesar
1.229,14 ton/hari, sehingga harus dilakukan perbaikan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja alat angkut agar dapat mencapai target produksi.
Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara mengurangi hambatan-
hambatan kerja yang dapat dihindari, dengan menggunakan waktu modus di bawah
rata-rata (mean), penambahan curah bucket pada alat muat pada saat mengisi bak dump
truck. Setelah dilakukan perbaikan, waktu kerja efektif alat angkut dari 59,27%
meningkat menjadi 68,03%, jumlah curah bertambah dari 15 menjadi 16 kali curah
pada pengisian bak dump truck. Produksi alat angkut meningkat dari 1.229,14 ton/hari
menjadi 1.504,80 ton/hari.

v
 
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat karunianya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Pertambangan
pada jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian di PT. Tantra Coalindo
International pada Tanggal 01 Juli 2019 sampai Tanggal 04 Agustus 2019, yang
dilaksanakan untuk memenuhi target produksi batubara. Dimana target produksi
yang dimiliki saat ini adalah 1.500 Ton/hari
Dengan tersusunnya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Mohamad Irhas Effendi, Ms., Rektor Universitas Pembangunan
Nasional ”Veteran” Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Suharsono, MT., Dekan Fakultas Teknologi Mineral
3. Bapak Dr. Edy Nursanto, ST, MT., Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
4. Ibu Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT., Koordinator Program Studi Sarjana
Teknik Pertambangan dan Dosen Pembimbing II.
5. Bapak Ir. Hasywir Thaib Siri, MSc., Dosen Pembimbing I.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi


penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, Oktober 2019 Penulis,

(Ilhamul Fahmi)

vi
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
BAB
I. PENDAHULUAN…….................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
1.4. Batasan Penelitian .................................................................... 2
1.5. Metode Penelitian .................................................................... 2
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
II. TINJAUAN UMUM……………………………………………... 5
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah ............................................... 5
2.2. Keadaan Iklim dan Curah Hujan .............................................. 7
2.3. Keadaan Geologi ...................................................................... 7
2.4. Kegiatan Penambangan ............................................................ 10
III. LANDASAN TEORI…………………………………………….. 14
3.1. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Mekanis ............... 14
3.2. Geometri dan Kondisi Jalan Angkut ........................................ 23
3.3. Faktor Keserasian (Match Factor) ........................................... 27
3.4. Kemampuan Produksi Alat Mekanis ....................................... 28
IV. HASIL PENELITIAN………………………………………….. 30
4.1. Tinjauan Lokasi Penambangan ................................................ 30
4.2. Pola Pemuatan .......................................................................... 31
4.3. Waktu Kerja Efektif ................................................................. 32
4.4. Efesiensi Kerja ......................................................................... 33
4.5. Geometri Jalan Angkut............................................................. 34
4.6. Waktu Edar Alat Muat dan Alat Angkut (Cycle Time) ............ 34
4.7. Faktor Pengisisan Mangkuk (Bucket Fill Factor) .................... 34
4.8. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut ....................................... 35

vii
Halaman
4.9. Jumlah Curah Bucket terhadapt Bak Truck .............................. 35

V. PEMBAHASAN…………………………………………………. 36
5.1. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut ...................................... 36
5.2. Efesiensi Kerja ......................................................................... 36
5.3. Upaya Peningkatan Produksi Alat Mekanis............................. 37

VI. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….. 39


6.1. Kesimpulan............................................................................... 39
6.2. Saran ......................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40
LAMPIRAN ............................................................................................... 41

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Peta Lokasi Penelitian ..................................................................... 6
2.2. Grafik Curah Hujan ......................................................................... 7
2.3. Statigrafi Daerah Penelitian ............................................................. 8
2.4. Kegiatan Penggalian dan Pemuatan Overburden ............................ 11
2.5. Kegiatan Pengangkutan Overburden ............................................... 12
2.6. Kegiatan Pemuatan Batubara........................................................... 12
2.7. Kegiatan Pengangkutan Batubara .................................................... 13
3.1. Pola pemuatan Top Loading dan Bottom Loading .......................... 19
3.2. Pola Pemuatan Single Back Up dan Double Back Up ..................... 19
3.3. Pola Pemuatan Triple Back Up ........................................................ 20
3.4. Frontal Cut dan Parallel Cut With Drive…………………………. 20
3.5. Lebar Jalan Angkut Dua Jalur ......................................................... 24
3.6. Lebar Jalan Angkut Untuk Dua Jalur Pada Tikungan ..................... 25
3.7. Sudut Penyimpangan Maksimum Kendaraan.................................. 25
3.8 Kemiringan Jalan Angkut ................................................................ 26
4.1. Pola Pemuatan Top Loading ............................................................ 31

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
4.1. Waktu Kerja…………………………………………………… 32
4.2. Hambatan Alat Mekanik yang tidak dapat ditekan ..................... 32
4.3. Hambatan Alat Mekanis yang dapat ditekan............................... 33
5.1. Hambatan Alat Angkut Hino 260 JD seteleh ditingkatkan ......... 37
5.2. Produksi alat muat setelah ditingkatkan………………………… 38
5.3. Produksi alat angkut setelah Penambahan Curah……………..... 38

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
A CURAH HUJAN ............................................................................ 41
B SPESIFIKASI ALAT MUAT ........................................................ 42
C SPESIFIKASI ALAT ANGKUT ................................................... 44
D WAKTU KERJA EFEKTIF DAN EFISIENSI KERJA ................ 46
E GEOMETRI JALAN ANGKUT .................................................... 52
F WAKTU EDAR ALAT MUAT ..................................................... 53
G WAKTU EDAR ALAT ANGKUT................................................ 55
H FAKTOR PENGISIAN BUCKET ................................................. 57
I PRODUKSI ALAT MUAT ........................................................... 59
J PRODUKSI ALAT ANGKUT ...................................................... 61
K PENINGKATAN WAKTU KERJA EFEKTIF
ALAT ANGKUT. ......................................................................... 63
L PRODUKSI ALAT ANGKUT SETELAH PERBAIKAN
WAKTU KERJA EFEKTIF .......................................................... 65
M PRODUKSI ALAT ANGKUT SETELAH PENAMBAHAN
JUMLAH CURAH BUCKET ....................................................... 67
N PETA JALAN ANGKUT ............................................................. 69

xi
 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Tantra Coalindo Internasional adalah Perusahaan yang bergerak di
bidang Pertambangan Batubara. Hasil dari Penambangan tersebut diletakkan di
Stockroom hingga kemudian dipasarkan. Penambangan batubara terletak di Desa
Pematang Benteng, Kecamatan Batang Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu,
Provinsi Riau. Sistem penambangan batubara pada PT. Tantra Coalindo
International yaitu tambang terbuka yang menggunakan metode kombinasi alat
muat Excavator Hyundai Robex 330Lc-9s dengan produksi 1.655,50 ton/hari dan
alat angkut dump truck Hino 260 JD dengan produksi 1.229,14 ton/hari. Adapun
produksi dari alat gali-muat dan alat angkut memegang peranan yang sangat penting
dalam penambangan batubara, PT. Tantra Coalindo Internasional memiliki target
produksi sebesar 1.500 ton/hari, sehingga masih terdapat kekurangan produksi
untuk memenuhi target.
Permasalahan yang dihadapi pada saat ini yaitu bagaimana mengupayakan
agar penggunaan alat gali-muat dan alat angkut dapat dioptimalkan dengan
mendasarkan pada waktu kerja yang ada. Oleh karena produksi menjadi hal yang
penting bagi sebuah perusahaan, Dalam mengatasi masalah tersebut perlu
dilakukan kajian terhadap alat gali-muat dan alat angkut yang digunakan.

1.2 Perumusan Masalahan


Permasalahan yang terjadi yaitu :
1. Belum tercapainya target produksi penambangan batubara PT. Tantra
Coalindo Internasional.
2. Adanya faktor yang menyebabkan belum tercapainya target produksi
penambangan batubara.

1
 
 

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Menganalisis produksi alat gali-muat dan alat angkut yang digunakan di
lokasi penambangan agar target dapat terpenuhi.
2. Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi produksi alat muat dan alat
angkut di PT. Tantra Coalindo Internasional.
3. Melakukan upaya peningkatan produksi alat gali-muat dan alat angkut untuk
memenuhi target di PT. Tantra Coalindo Internasional.

1.4 Batasan Penelitian


Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Alat yang digunakan adalah 1 unit alat gali-muat Excavator Hyundai Robex
330 Lc-9s dan 3 alat angkut Dump Truck (DT) Hino FM 260 JD.
2. Lokasi penelitian hanya di lakukan pada daerah tambang site A manukwari.
3. Penelitian ini hanya memperhatikan segi teknis tanpa menganalisa segi
ekonomisnya.

1.5 Metode Penelitian


Metode penelitian yang diterapkan dalam melaksanakan penelitian meliputi:
1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan penelitian,
yang bisa didapatkan melalui buku-buku literatur, brosur, dan laporan-laporan dari
PT. Tantra Coalindo International
2. Orientasi Lapangan
Melakukan kegiatan pengenalan lapangan seperti mengetahui potensi masalah yang
akan terjadi, lokasi kegiatan penambangan, area penimbunan dan alat yang
digunakan.
3. Observasi dan Pengamatan Lapangan.
Pengamatan langsung di lapangan bertujuan untuk mengetahui masalah apa yang
terjadi pada kegiatan penambangan yang dilakukan, serta kendala yang di hadapi
baik dalam proses pemuatan maupun pengangkutan.

2
 
 

4. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dapat diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan
baik melalui para karyawan secara lisan maupun tulisan. Data yang diperoleh dapat
berupa :
a. Data primer, yaitu data yang diambil atau didapat secara langsung dari hasil
pengamatan di lapangan. Data primer antara lain meliputi data waktu edar alat
gali-muat, waktu edar alat angkut, waktu hambatan kerja, dan kondisi jalan
angkut.
b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu
dapat menyalin atau mengutip dari data yang sudah ada. Data sekunder antara
lain meliputi data geologi daerah penelitian, data curah hujan, waktu kerja,
spesifikasi alat mekanis, target produksi dan kualitas batubara.

5. Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan sesuai dengan kegunaannya
untuk lebih memudahkan dalam menganalisa, yang selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel, grafik, atau perhitungan penyelesaian. Lalu hasil pengolahan data
digunakan untuk mengetahui kemampuan produksi alat gali muat dan alat angkut
yang digunakan. Kemudian menentukan faktor-faktor penyebab tidak tercapainya
target produksi. Setelah diketahui penyebabnya, kegiatan selanjutnya menentukan
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dengan
memberikan alternatif. Dari alternatif tersebut dilakukan penilaian terhadap hasil
yang diperoleh sehingga dapat diambil suatu kesimpulan. Dengan diketahuinya
kemampuan produksi alat gali-muat dan alat angkut serta faktor-faktor penghambat
kegiatan produksi, maka diharapkan hasil produksi dapat ditingkatkan dengan
melakukan perbaikan-perbaikan baik dari segi teknis alat, manusia, dan kondisi
kerja.

6. Kesimpulan dan Saran


Dari hasil pengolahan data yang dilakukan maka dapat disimpulkan sejauh
mana waktu kerja efektif dari alat gali-muat dan alat angkut, beserta faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi kemampuan produksi alat gali-muat maupun alat
angkut, dan upaya apa saja yang harus dilakukan guna mengatasi masalah yang
dihadapi tersebut.

3
 
 

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah :
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan hasil yang diperoleh dapat
bermanfaat bagi perusahaan mengenai usaha atau perbaikan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produksi alat gali-muat dan alat angkut agar
target produksi sebesar 1.500 ton/hari dapat tercapai.

4
 
 

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah


PT. Tantra Coalindo International adalah perusahaan nasional yang
merupakan anak perusahaan PT. Pengembangan Investasi Riau, dengan luas Ijin
Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi sebesar 1.750 hektar. Secara
administratif PT. Tantra Coalindo International terletak di Desa Pematang Benteng,
Kecamatan Batang Peranap, Kabupaten Indragili Hulu, Provinsi Riau, dengan batas
wilayah:
Sebelah utara : Desa Pematang
Sebelah timur : Kabupaten Kuantan Singingi
Sebelah selatan : Desa Sukamaju
Sebelah barat : Desa Silunak
Secara geografis terletak pada koordinat 101.52.30 BT – 101.55.30 BT dan
0.35.00 LS – 0.37.17 LS. Jarak tempuh dari Kota Pekanbaru menuju lokasi PT.
Tantra Coalindo International ±250 km dengan jarak tempuh 6,5-7 jam dengan
kondisi jalan yang cukup baik. Untuk mencapai daerah tersebut dapat
menggunakan alat transportasi kendaraan roda dua maupun roda empat. Adapun
jarak dari mess ke lokasi praktek di PT. Tantra Coalindo International ±1 km dengan
waktu tempuh 5 menit, dengan kodisi jalan tanah dan bebatuan.Daerah ini dapat
ditempuh dari DI Yogyakarta dengan menggunakan pesawat terbang selama 1 jam
50 menit menuju Kota Pekanbaru. Untuk mencapai lokasi PT. Tantra Coalindo
International dari Kota Pekanbaru dapat ditempuh dengan menggunakan
transportasi darat. Pekanbaru – Kecamatan Peranap melalui jalan Lintas Timur
Sumatera dengan jarak 225 km dengan kondisi jalan beraspal dapat ditempuh
dengan kendaraan roda 4 dengan waktu tempuh 5,5 – 6 jam.

5
6
Gambar 2.1
Peta Lokasi Penelitian
Sumber peta : Dinas Pekerjan Umum Kabupaten Indragiri Hulu,2018) 
2.2 Keadaan Iklim dan Curah Hujan
Lokasi kegiatan penambangan batubara PT. Tantra Coalindo International
secara administratif berada di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Berdasarkan tipe iklim di Riau umumnya dan Kabupaten Indragiri Hulu khususnya,
wilayah ini termasuk kedalam daerah beriklim tropis, dengan curah hujan rata-rata
perbulan 92,0828 mm/bulan (Lampiran A). Adapun grafik curah hujan rata-rata
daerah Sarolangun dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2
Grafik Curah Hujan
(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, 2018)

2.3 Keadaan Geologi


Keadaan geologi daerah penelitian di PT. Tantra Coalindo International
berdasarkan keadaan morfologi, stratigrafi, dan struktur geologi adalah sebagai
berikut:
2.3.1 Fisiografi
Batuan yang terdapat di daerah penyelidikan terdiri dari batuan Pra-tersier
dan batuan endapan benua klastika yang bermur Tersier. Batuan PraTersier
merupakan batuan dasar yang tergabung dalam Formasi Sepingtiang, Lingsing dan
Saling yang berumur Jura Akhir-Kapur Awal yang diendapkan pada lingkungan
laut dalam. Di atas batuan tersebut diendapkan secara tidak selaras batuan endapan

7
benua klastika dari Formasi Kikim dan Anggota Cawang Formasi Kikim yang
berumur Paleosen-Oligosen Tengah.
Berdasarkan kenampakan morfologinya, wilayah PT. Tantra Coalindo
International ini terdapat satuan morfologi yaitu satuan morfologi bergelombang
berlereng sedang sampai terjal menempati seluruh daerah penyelidikan.
2.3.2 Stratigrafi
Stratigrafi di daerah penyelidikan membentuk suatu antiklinorium
mencakup empat formasi dari tua ke muda yaitu formasi Kasai, Formasi Gumai,
Muara Enim, dan Formasi Dempo Vulcanic dengan arah jurus perlapisan berkisar
antara N192°E-N227° dan kemiringan berkisar antara 28-80°. Formasi yang
menjadi pembawa batubara adalah formasi Muara Enim (Gambar 2.3).

Gambar 2.3
Statigrafi daerah Penelitian
(Sumber: PT. Tantra Caolindo International)

8
a. Formasi Kasai (Qtk)
Perselingan batu lempung dengan batu lanau dan serpih, bersisipan batu
lempung gampingan yang padat dan lanau kuarsa lepas. Batu lempung, umumnya
gampingan, karbonan, glaukonitan, kesarangan buruk sedang berwarna kelabu
kekuningan/kecoklatan; sebagian padat dan menunjukan perlapisan yang kurang
jelas, bagian lain lunak dan berlapis tipis, getas serta terkekarkan.
b. Formasi Muara Enim (Tmpm)
Batu lempung, batu lanau, dan batu pasir tufaan dengan sisipan batubara.
Batu lempung, berwarna kelabu, kecoklatan, berlapis lunak sampai agak padat dan
mengandung bahan karbonan. Batu lanau dan batu pasir tufaan, berwarna putih,
kelabu, kekuningan lunak berlapis tipis-tebal mengandung komponen kuarsa,
felspar, dan karbonan.
c. Formasi air bekanat (Qhvd)
Perselingan batu lempung dengan batu lanau dan serpih, bersisipan batu
lempung gampingan yang padat dan lanau kuarsa (lepas). Batu lempung, umumnya
gampingan, karbonan, glaukonitan, kesarangan buruk sedang berwarna kelabu
kekuningan/kecoklatan; sebagian padat dan menunjukkan perlapisan yang kurang
jelas, bagian lain lunak dan berlapis tipis, getas serta terkekarkan
d. Formasi Gumai (Tma)
Perselingan batu lempung serpih di beberapa tempat gampingan dengan
sisipan batu gamping. Dari dua formasi yang terdapat di daerah penyelidikan,
formasi Muara Enim yang merupakan formasi pembawa batubara atau yang
berindikasi adanya keterdapatan batubara. Formasi Muara Enim terdiri dari batu
lempung, batu lanau, dan batu pasir tufaan dengan sisipan batubara. Batu lempung
merupakan sisipan dalam batuan pembawa batubara berwarna abu-abu.
2.3.3. Struktur Geologi
Secara regional geologi daerah penelitian termasuk ke dalam cekungan
Sumatera Selatan yang merupakan “Backdeep Basin” atau cekungan pendalaman
belakang. Cekungan Sumatera Selatan dipisahkan dari cekungan Sumatera Tengah
oleh suatu ketinggian yaitu pegunungan Tiga Puluh, kedua cekungan ini memiliki
kesamaan dalam ciri-ciri sedimentasinya yang terbentuk akibat pergerakan ulang
sesar bongkah pada batuan dasar Pra-Tersier yang diikuti oleh kegiatan vulkanik.

9
Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi 3 (tiga) depresi yaitu Depresi Jambi di
utara, Sub Cekungan Palembang Tengah dan Sub Cekungan Palembang Selatan
atau Depresi Lematang di Selatan yang masing-masing dipisahkan oleh tinggian
batuan dasar yaitu Antiklin Pendopo, Palembang dan Muara Enim.
Proses sedimentasi selama Paleogen di kontrol antara lain oleh pensesaran
batuan dasar. Stratigrafi umumnya memperlihatkan bahwa pembentukan batubara
hampir bersamaan dengan proses sedimentasi Tersier yaitu pada saat pengendapan
Formasi Talang Akar, Air Bekanat dan Muara Enim. Endapan batubara yang paling
berpotensi hanya pada siklus pertengahan yaitu pada saat pengendapan Formasi
Muara Enim. Lapisan batubara pada formasi Muara Enim.

2.4 Kegiatan Penambangan


Kegiatan penambangan batubara pada tambang terbuka diawali dengan
kegiatan pembersihan lahan (land clearing). Setelah itu dilanjutkan dengan
pengupasan tanah humus (top soil removal) dan pengupasan tanah penutup
(overburden removal). Setelah top soil dan overburden berhasil dikupas, maka
penambangan batubara dapat dilakukan.
2.4.1 Pembersihan Lahan
Pada tahap ini semua pohon dirobohkan dan didorong pada satu tempat
dengan menggunakan bulldozer dan excavator. Pohon-pohon yang besar
dikumpulkan pada satu tempat dan nantinya dimanfaatkan untuk pembuatan atau
perawatan jalan. Kegiatan pembersihan lahan ini dilakukan pada area yang telah
ditetapkan sebagai area kerja.
2.4.2 Pembongkaran Lapisan Penutup (Overburden)
Pembongkaran overburden dimaksudkan untuk membersihkan endapan
batubara yang akan digali dari semua macam pengotor yang menutupi
permukaanya sehingga akan mempermudah pekerjaan penggaliannya disamping
juga hasilnya akan relatif lebih bersih. Tahapan pengupasan overburden adalah
sebagai berikut:
a. Pembongkaran dan Pemuatan Overburden
Hasil pengupasan overburden tersebut diangkut kedaerah yang telah
disediakan yang nantinya akan dapat mudah diambil kembali untuk kegiatan
reklamasi bekas tambang. Kemudian tahapan berikutnya yang dilakukan adalah

10
mengupas lapisan tanah penutup yang berada diatas batubara sehingga batubara
menjadi tersingkap dan dapat diambil. Kegiatan penggalian dan pemuatan
overburden dapat dilihat pada Gambar 2.4. Untuk pekerjaan penggalian dan
pemuatan overburden menggunakan satu alat yang sama, yaitu Excavator Hitachi
Zaxis dengan kapasitas bucket 1,4 m3

(Sumber: Dokumentasi Penulis) Gambar 2.4


Kegiatan Penggalian dan Pemuatan Overburden

b. Pengangkutan Overburden (Hauling)


Dalam hal ini pengangkutan adalah suatu proses pemindahan material
overburden dari loading point menuju area penimbunan dengan menggunakan alat
angkut. Pengangkutan material overburden ke lokasi penimbunan, baik itu ke
dumping area atau langsung digunakan untuk back filling, menggunakan alat
angkut Hino 500 FM 260JD dengan kapasitas peres bak 22 m3. Kegiatan
pengangkutan material overburden dapat dilihat pada Gambar 2.5.

11
(Sumber: Dokumentasi Penulis) Gambar 2.5
Kegiatan Pengangkutan Overburden

Setelah dilakukan penimbunan material di lokasi yang telah ditentukan, kemudian


dilakukan perataan dan pemadatan terhadap material timbunan tersebut. Kegiatan
ini dilakukan oleh Bulldozer merek Komatsu tipe D 85 ESS.
2.4.3 Penambangan Batubara
Penambangan batubara dilakukan ketika pengupasan lapisan tanah penutup
selesai dikerjakan. Adapun tahapan kegiatan penambangan batubara adalah sebagai
berikut :
a. Pembongkaran dan Pemuatan Batubara
Proses pembongkaran dan pemuatan untuk batubara dilakukan oleh satu unit
alat gali-muat, yaitu Excavator Hyundai 330Lc-9s. Hal tersebut disebabkan
densitas batubara lebih kecil dari pada densitas overburden. Oleh karenanya tidak
perlu digunakan alat lain yang lebih spesifik. Untuk kegiatan pembongkaran dan
pemuatan batubara dapat dilihat pada Gambar 2.6.

(Sumber: Dokumentasi Penulis) Gambar 2.6.


Kegiatan Pemuatan Batubara

12
b. Pengangkutan Batubara
Batubara dari tambang kemudian diangkut menuju stockpile Bukit
Paranginan dengan menggunakan Dump Truck Hino 500 FM 260 JD, dengan jarak
angkut 3 km. Setelah sampai di stockpile PT Tantra Coalindo International,
batubara dimasukkan ke unit peremuk untuk direduksi ukurannya menjadi ukuran
yang diterima pasar yaitu 50 mm.

(Sumber: Dokumentasi Penulis) Gambar 2.7


Kegiatan Pengangkutan Batubara

13
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Mekanis


Pengupasan overburden merupakan pemindahan suatu lapisan tanah atau
batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut
menjadi tersingkap. Semakin baik pengupasan overburden yang dilakukan oleh
suatu perusahaan, maka akan semakin baik dan semakin lancar pula kegiatan
penambangan tersebut berlangsung. Dalam hal ini, diperlukan perencanaan khusus
terhadap peralatan mekanis yang akan digunakan dengan situasi aktual yang ada di
lapangan. Hal ini dilakukan agar produksi yang dihasilkan oleh peralatan mekanis,
khususnya alat gali-muat dan alat angkut dapat memenuhi target yang telah
ditentukan.
Produksi alat gali-muat dan alat angkut dapat dilihat dari kemampuan alat
tersebut dalam penggunaannya di lapangan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi alat gali-muat dan alat angkut adalah :
3.1.1 Sifat Fisik Material
Sifat fisik material ini berpengaruh besar terhadap operasi alat-alat mekanis,
terutama dalam menentukan jenis alat yang akan digunakan dan taksiran
produksinya. Beberapa sifat fisik yang penting untuk diperhatikan adalah :
a. Faktor Pengembangan Material
Yang dimaksud dengan pengembangan material adalah perubahan volume material
apabila material tersebut dirubah dari bentuk aslinya. Di alam material didapati
dalam keadaan padat sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong yang terisi
udara diantara butir-butirnya. Apabila material tersebut digali dari tempat aslinya,
maka akan terjadi pengembangan volume. Untuk menyatakan besarnya
pengembangan volume ada dua hal yang bisa dihitung yaitu :
- Faktor Pengembangan (Swell Factor)
- Persen Pengembangan (Percent Swell)

14
Faktor pengembangan material perlu diketahui karena yang diperhitungkan
dalam penggalian selalu didasarkan pada kondisi material sebelum digali, yang
dinyatakan dalam volume insitu (bank volume). Sedangkan material yang ditangani
pada kegiatan pemuatan dan pengangkutan adalah material pada kondisi loose
(loose volume). Angka–angka swell factor untuk setiap klasifikasi material berbeda
sesuai dengan jenis material itu sendiri.
Rumus untuk menghitung swell factor dan % swell ada dua, yaitu :
1. Berdasarkan volume :
bank volume
Swell Factor = ........................................................(3.1)
loose volume

 loose volume  bank volume 


% swell =   x 100 % .................(3.2)
 bank volume 
2. Berdasarkan densitas (kerapatan) :
loose weight
Swell Factor = .......................................................(3.3)
weight in bank

 weight in bank  loose weight 


% swell =   x 100 % ...............(3.4)
 loose weight 

b. Densitas Material
Densitas adalah berat per unit volume dari suatu material. Material
mempunyai densitas yang berbeda karena dipengaruhi sifat-sifat fisiknya, antara
lain: ukuran partikel, kandungan air, pori-pori dan kondisi fisik lainnya,
(Indonesianto, 2014).
Berat Material
= (Ton/m3) ......................................................................(3.5)
Volume Material

c. Bentuk Material
Bentuk material ini didasarkan pada ukuran butir material yang akan
mempengaruhi susunan butir–butir material dalam suatu kesatuan volume atau
tempat. Meterial yang halus dan seragam, kemungkinan besar volumenya akan
sama dengan volume ruang yang ditempati karena rongga udara yang dibentuk oleh
material halus lebih kecil daripada rongga udara yang dibentuk oleh material yang
berbutir kasar. Sedangkan material yang berbutir kasar dan berbongkah, volumenya

15
akan lebih kecil dari nilai volume ruangan yang ditempati. Hal ini disebabkan
karena rongga udara yang terbentuk oleh material kasar dan berbongkah akan lebih
besar sehingga akan mengurangi volume sebenarnya pada alat.

d. Kelengketan Material
Material yang lengket akan berpengaruh pada jumlah pengisian alat angkut,
karena sifatnya yang lengket maka pada bucket dari alat muat akan menempel dan
jumlah material yang dimuati dalam alat angkut jumlahnya lebih sedikit dari
kapasitas mangkuk (bucket).
3.1.2 Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill Factor)
Faktor pengisian mangkuk disebut juga sebagai bucket fill factor. Faktor
pengisian mangkuk adalah perbandingan antara volume material yang dapat
ditampung oleh mangkuk terhadap volume mangkuk. Semakin besar faktor
pengisian maka semakin besar pula kemampuan nyata dari alat tersebut. Faktor-
faktor yang mempengaruhi faktor pengisian mangkuk adalah :
1. Kandungan air, dimana semakin besar kandungan air maka faktor pengisian
semakin kecil, karena terjadi pengurangan volume material.
2. Fragmentasi material, dimana material dengan ukuran yang bagus akan memiliki
faktor pengisian mangkuk yang tinggi sedangkan material dengan ukuran buruk
akan memiliki faktor pengisian mangkuk yang rendah, sehingga kemampuan
produksi dari alat muat akan rendah.
3. Keterampilan dan kemampuan operator, dimana operator yang berpengalaman
dan terampil dapat memperbesar faktor pengisian mangkuk.

Untuk menghitung faktor pengisian digunakan persamaan sebagai berikut :


V n
BFF = x100% ..........................................................................(3.6)
Vd
Keterangan :
BFF = Bucket Fill Factor
Vn = Volume nyata alat gali-muat, m3
Vd = Volume teoritis berdasarkan spesifikasi alat gali-muat, m3

16
3.1.3 Waktu Edar (Cycle Time)
Waktu edar adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh alat mekanis baik alat
gali-muat maupun alat angkut untuk melakukan satu siklus kegiatan produksi dari
awal sampai akhir dan siap untuk memulai lagi. Besarnya waktu edar dari alat-alat
mekanis akan berbeda antara material yang satu dengan yang lainnya, hal ini
tergantung dari jenis alat dan jenis serta sifat dari material yang ditangani.
a. Waktu Edar Alat Gali-Muat
Merupakan penjumlahan dari waktu menggali, waktu ayunan bermuatan,
waktu menumpahkan material dan waktu ayunan kosong.
Waktu edar alat gali-muat dapat dinyatakan dalam persamaan :
CTm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4 ........................................................(3.7)
Keterangan :
CTm = Total waktu edar alat muat (menit)
Tm1 = Waktu untuk mengisi muatan (menit)
Tm2 = Waktu ayunan bermuatan (menit)
Tm3 = Waktu untuk menumpahkan muatan (menit)
Tm4 = Waktu ayunan kosong (menit)

b. Waktu Edar Alat Angkut


Merupakan penjumlahan dari waktu mengatur posisi, waktu isi muatan,
waktu angkut muatan, waktu mengatur posisi untuk menumpahkan muatan, waktu
tumpah, waktu kembali kosong.
Waktu edar alat angkut dapat dinyatakan dalam persamaan :
Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6 ............................................(3.8)
Keterangan :
Cta = Total waktu edar alat angkut (menit)
Ta1 = Waktu mengatur posisi untuk diisi muatan (menit)
Ta2 = Waktu diisi muatan (menit)
Ta3 = Waktu mengangkut muatan (menit)
Ta4 = Waktu mengatur posisi untuk menumpahkan muatan (menit)
Ta5 = Waktu menumpahan muatan (menit)
Ta6 = Waktu kembali kosong (menit)

17
Waktu edar yang diperoleh alat muat dan alat angkut sangat berbeda
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Kekompakan Material
Material yang kompak akan lebih sukar untuk digali atau dikupas oleh alat
mekanis. Hal ini akan berpengaruh pada lamanya waktu edar alat mekanis, sehingga
dapat menurunkan kemampuan produksi alat mekanis.
b. Kondisi Tempat Kerja
Tempat kerja yang luas akan memperkecil waktu edar alat. Dengan ruang
gerak yang cukup luas, berbagai pengambilan posisi dapat dilakukan dengan
mudah, seperti untuk berputar, menggambil posisi sebelum diisi muatan atau
penumpahan serta untuk kegiatan pemuatan. Dengan demikian alat tidak perlu maju
mundur untuk mengambil posisi karena ruang gerak cukup luas. Untuk alat angkut,
kondisi jalan seperti kekerasan, kehalusan, kemiringan dan lebar jalan sangat
berpengaruh terhadap waktu edarnya. Waktu edar alat angkut akan berbeda-beda
apabila alat tersebut dioperasikan pada kondisi jalan yang diperkeras, halus dan
tanjakan, maupun turunan.
c. Pola Pemuatan
Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan target produksi maka pola
pemuatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola
pemuatan berdasarkan dari posisi dumptruck untuk dimuati hasil galian backhoe
(pola galian muat), yaitu :
1. Top loading
Backhoe melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya diatas
jenjang atau posisi dumptruck berada disatu level dibawah backhoe. Cara ini hanya
dipakai pada alat muat excavator backhoe. Selain itu keuntungan yang diperoleh
yaitu operator lebih leluasa untuk melihat bak dan menempatkan material (Gambar
3.1a).
2. Bottom loading
Dimana posisi truk dan backhoe berada pada satu level (sama-sama diatas
jenjang). Merupakan pola pemuatan yang mana kedudukan alat muat sejajar dengan
kedudukan alat angkut (posisi alat muat sama tingginya dengan alat angkut). Cara
ini dipakai pada alat muat power shovel (Gambar 3.1b).

18
Gambar 3.1
Pola Top Loading dan Bottom Loading( Indonesianto, 2014 )

Berdasarkan dari jumlah penempatan posisi dumptruck untuk dimuati


terhadap posisi backhoe (biasa disebut pola gali muat), yaitu :
1. Single Back Up
Yaitu truck memposisikan diri untuk dimuati pada satu tempat (Gambar 3.2).

2. Double Back Up
Yaitu truck memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat (Gambar 3.2).

3. Triple Back Up
Yaitu truck memposisikan diri untuk dimuati pada tiga tempat (Gambar 3.3).

Gambar 3.2
Pola Gali-Muat Single Back Up dan Double Back Up( Indonesianto, 2014 )

19
Gambar 3.3
Pola Gali Muat Triple Back Up( Indonesianto, 2014 )

Berdasarkan dari posisi alat muat terhadap front penggalian dan posisi alat
angkut terhadap alat muat, dapat dibedakan menjadi tiga cara yaitu :
1. Frontal Cut
Alat muat berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian dan
mulai menggali kedepan dan samping alat muat. Dalam hal ini digunakan double
spotting dalam penempatan posisi truk. Alat muat memuat pertama kali pada truk
sebelah kanan sampai penuh dan berangkat, setelah itu dilanjutkan pada truk
sebelah kiri (Gambar 3.4A).

Gambar 3.4
(A) Frontal Cut dan (B) Parallel Cut With Drive-By( Indonesianto, 2014 )

20
2. Parallel Cut With Drive-By
Alat muat bergerak melintang dan sejajar dengan front penggalian. Pada
metode ini, akses untuk alat angkut harus tersedia dari 2 (dua) akses dan berdekatan
dengan lokasi penimbunan. Maka efesiensi tinggi untuk alat muat dan angkutnya,
walaupun sudut putar rata-rata lebih besar daripada frontal cut, truk tidak perlu
membelakangi alat muat dan spotting lebih mudah (Gambar 3.4B).
d. Keadaan Jalan Angkut
Pemilihan alat-alat mekanis untuk transportasi sangat ditentukan oleh
keadaan jalan angkut yang dilalui. Fungsi jalan adalah untuk menunjang operasi
tambang terutama dalam kegiatan pengangkutan. Kekerasan, kehalusan,
kemiringan dan lebar jalan sangat berpengaruh terhadap waktu edarnya. Waktu edar
alat angkut akan semakin kecil apabila alat tersebut dioperasikan pada kondisi jalan
yang diperkeras, halus, dan tanjakan relatif datar, sehingga akan meningkatkan
produksi alat angkut.
3.1.4 Efisiensi Kerja
Effisiensi kerja merupakan penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan
atau merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan
waktu yang tersedia. Dalam perhitungannya digunakan persentase waktu kerja
efektif (%). Beberapa faktor yang mempengaruhi effisiensi kerja adalah :
a. Kondisi tempat kerja
Kondisi tempat kerja dalam hal ini adalah lokasi daerah penambangan dan
kondisi jalan angkut sangat berpengaruh pada efisiensi kerja peralatan mekanis
dalam kegiatan penambangan. Dengan kondisi tempat kerja yang baik maka alat
mekanis dapat bekerja dengan optimal, lain halnya dengan kondisi tempat kerja
yang buruk akan mengakibatkan alat tidak dapat bekerja secara optimal.
b. Kondisi cuaca
Dalam keadaan cuaca yang panas dan banyak debu sangat mengganggu kerja
dari operator, sehingga dapat mempengaruhi kelincahan gerak peralatannya. Pada
waktu musim hujan, kondisi tempat kerja dan jalan angkut yang tidak diperkeras
akan menjadi berlumpur, sehingga peralatan mekanis yang dioperasikan tidak dapat
bekerja secara optimal.

21
c. Faktor manusia
Faktor manusia sangat mempengaruhi effisiensi kerja kegiatan
penambangan, dalam hal ini adalah kedisiplinan dalam kegiatan pekerjaan. Dengan
bekerja pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan maka diharapkan effisiensi akan semakin meningkat. Sebaliknya dengan
pekerja yang tidak disiplin maka effisiensi sangat berkurang, sehingga target
produksi tidak tercapai. Peralatan mekanis akan menghasilkan persen pengisian
yang tinggi apabila alat tersebut dioperasikan oleh operator yang terampil dan
berpengalaman.
d. Waktu Tunda
Waktu tunda dapat meliputi hambatan yang terjadi selama dilakukan
kegiatan penambangan. Hal tersebut dapat mempengaruhi waktu kerja efektif.
Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang digunakan untuk melakukan kerja atau
waktu kerja yang tersedia yang sudah dikurangi dengan waktu hambatan kerja.
Sedangkan waktu kerja tersedia adalah waktu yang diberikan dalam dua shift kerja
secara keseluruhan tanpa memperhitungkan hambatan yang terjadi. Hambatan yang
terjadi dibedakan menjadi 2 yaitu :
- Hambatan yang dapat dihindari.
Contoh : keterlambatan beroperasi, istirahat terlalu awal, dan lain-lain.
- Hambatan yang tidak dapat dihindari.
Contoh : hambatan cuaca, kerusakan alat.
Adanya hambatan yang terjadi selama jam kerja akan mengakibatkan waktu
kerja efektif semakin kecil. Adapun rumus persamaannya adalah sebagai berikut :

Wke = Wkt – Wht..................................................... (3.9)

Wke
Efisiensi kerja = x100% ................................................. (3.10)
Wkt

Keterangan:
Wke = waktu kerja efektif, menit
Wkt = waktu kerja tersedia, menit
Wht = waktu hambatan, menit

22
3.2 Geometri dan Kondisi Jalan Angkut
Pemilihan alat-alat mekanis untuk transportasi sangat ditentukan oleh jarak
yang dilalui. Fungsi jalan adalah untuk menunjang operasi tambang terutama dalam
kegiatan pengangkutan. Geometri jalan yang memenuhi syarat adalah bentuk dan
ukuran dari jalan tambang itu sesuai dengan tipe (bentuk, ukuran dan spesifikasi)
alat angkut yang dipergunakan dan kodisi medan yang ada, sehingga dapat
menjamin serta menunjang segi keamanan dan keselamatan operasi pengangkutan.
Geometri jalan tersebut merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi. Beberapa
faktor penunjang dalam pengoperasian peralatan mekanis, khususnya untuk alat
angkut adalah kondisi dan dimensi jalan, yang meliputi lebar, besarnya tikungan
maupun kemiringan dari jalan angkut, serta konstruksi jalan yang digunakan.
3.2.1 Lebar Jalan Angkut
Adapun lebar jalan yang harus diperhatikan untuk jalan angkut yaitu:
1. Lebar pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada rule
of thumb yang dikemukakan oleh AASHTO (American Association of State
Highway and Transportation Officials) Manual Rural Highway Design, dengan
persamaan sebagai berikut :

L = (n  Wt )  (n  1)(0,5  Wt ) ; meter ............................................(3.11)

Keterangan:
L = Lebar minimum jalan angkut lurus, meter
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut total, meter

Perumusan diatas hanya digunakan untuk perhitungan lebar jalan angkut


dua jalur. Nilai 0,5 pada rumus di atas menunjukkan bahwa ukuran aman kedua
kendaraan berpapasan adalah sebesar 0,5 Wt, yaitu setengah lebar terbesar dari alat
angkut yang bersimpangan. Ukuran 0,5 Wt juga digunakan untuk jarak dari tepi
kanan atau kiri jalan ke alat angkut yang melintasi secara berlawanan (Gambar 3.5).

23
2. Lebar pada jalan tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar pada jalan
lurus (Gambar 3.6). Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung
berdasarkan pada :
- Lebar jejak ban
- Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang
roda saat membelok
- Jarak antara alat angkut yang bersimpangan
- Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan.
Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan yaitu:
W= n (U + Fa + Fb + Z) +C ..............................................................(3.12)

C = Z = ½ (U + Fa + Fb) ...................................................................(3.13)
Keterangan :
W = Lebar jalan angkut minimum pada tikungan, (meter)
n = Jumlah jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan, (meter)
Fa = Lebar juntai depan (meter) = Ad x sin α
Fb = Lebar Juntai belakang (meter) = Ab x sin α
Ad = Jarak as roda depan dengan bagian depan truk (meter)
Ab = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang truk (meter)
C = Z = Jarak antara dua truk yang akan bersimpangan (meter)
α = Sudut penyimpangan (belok) roda depan

Gambar 3.5
Lebar Jalan Angkut Lurus untuk Dua Jalur ( Kaufman W. Walter, 1979 )

24
Gambar 3.6
Lebar Jalan Angkut Dua Jalur pada Tikungan ( Kaufman W. Walter, 1979 )

3.2.2 Jari - Jari Belokan


Jari – jari tikungan (belokan) untuk manuver berhubungan dengan bentuk
dan kontruksi alat angkut yang digunakan, disini digunakan ukuran alat angkut
maksimum. Jari – jari tikungan harus lebih besar dari jari – jari lintasan agar truck
dapat melewati tikungan dengan baik . Dalam penerapannya jari – jari lingkaran
yang dijalani oleh roda belakang dan roda depan berpotongan di pusat C dengan
sudut yang sama terhadap penyimpangan roda dapat dilihat pada gambar 3.7.
Penentuan besarnya jari – jari lintasan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑊𝑏
R = Sin β ......................................................................................(3.14)

Keterangan :
R = Jari – Jari lintasan
W = Jarak antara poros roda depan dan roda belakang
β = Sudut penyimpangan depan ( ˚ )

Gambar 3.7
Sudut Penyimpangan Maksimum Kendaraan ( Indonesianto,2005 )

25
3.2.3 Kemiringan Jalan Angkut
Kemiringan atau grade jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat
angkut, baik dari pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan
umumnya dinyatakan dalam persen (%). Dalam pengertiannya, kemiringan 1 %
berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter atau 1 ft untuk jarak mendatar 100 m
atau 100 ft. Kemiringan jalan angkut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Indonesianto, 2014):
h
Grade ( %)  x 100% .......................................................(3.15)
x

h
Grade ( o )  arc tan .......................................................(3.16)
x
Keterangan :
Δh = beda tinggi antara 2 titik yang diukur (m)
Δx = jarak datar antara 2 titik yang diukur (m)

Gambar 3.8 berikut ini dapat digunakan untuk mempermudah dalam


memahami keterangan pada perhitungan kemiringan (grade) jalan angkut. Secara
umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut
besarnya berkisar antar 10% - 18%. Akan tetapi untuk jalan menanjak maupun jalan
menurun pada daerah perbukitan lebih aman kemiringan jalan maksimum dibawah
10 % (Couzens,1979). Besar kemiringan jalan pada tanjakan dapat mempengaruhi
hal-hal seperti berikut:
a) Kecepatan kendaraan menurun sehingga kemampuan produksi dari alat juga
mengalami penurunan.
b) Beban pada transmisi akan meningkat.
c) Kendaraan sulit dikontrol pada kondisi basah.

Δh
α
A Δx B

h = beda tinggi antara dua titik yang diukur (m)

x = jarak datar antara dua titik yang diukur (m)

α = sudut kemiringan jalan pada tanjakan (o)

Gambar 3.8
Kemiringan Jalan Angkut ( Indonesianto, 2014 )

26
3.3 Faktor Keserasian (Match Factor)
Faktor keserasian adalah angka yang menunjukkan tingkat keserasian kerja
antara dua macam alat, yaitu alat gali-muat dan alat angkut. Faktor keserasian
dijabarkan sebagai perbandingan antara produksi alat angkut dibagi dengan
produksi alat gali-muat. Apabila produksi alat angkut sama dengan produksi alat
gali-muat, maka dapat diartikan bahwa kedua alat tersebut sudah serasi atau match.
Angka faktor keserasian dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

Na x CTm
...............................…............................................................................(3.17)
MF =
Nmx CTa

Keterangan :
MF = Faktor keserasian
Na = Jumlah alat angkut
Nm = Jumlah alat gali-muat
CTa = Waktu edar alat angkut
CTm = Waktu edar alat gali-muat mengisi penuh 1 bak alat angkut
Bila hasil perhitungan diperoleh :
1. MF < 1
- Produksi alat angkut lebih kecil dari produksi alat gali-muat
- Waktu tunggu alat angkut (Wta) = 0
- Waktu tunggu alat gali-muat (Wtm)
Cta x Nm
Wtm   CTm
Na
- Faktor kerja alat angkut (Fka) = 100%
- Faktor kerja alat gali-muat (Fkm) = MF x 100%
2. MF > 1
- Produksi alat angkut lebih besar dari produksi alat gali-muat
- Waktu tunggu alat gali-muat (Wtm) = 0
- Waktu tunggu alat angkut (Wta)

27
CTm x N a
Wta   Ct a
N gm

- Faktor kerja alat gali-muat (Fkm) = 100%


1
- Faktor kerja alat angkut (Fka) = ( ) x 100%
MF
3. MF = 1
- Produksi alat angkut sama dengan produksi alat gali-muat
- Waktu tunggu alat gali-muat (Wtm) = 0
- Waktu tunggu alat angkut (Wta) = 0
- Faktor kerja alat gali-muat sama dengan faktor kerja alat angkut (Fkm = Fka)

3.4 Kemampuan Produksi Alat Mekanis


Kemampuan produksi alat dapat digunakan untuk menilai kinerja dari alat
gali-muat dan alat angkut. Semakin baik tingkat penggunaan alat maka semakin
besar produksi yang dihasilkan alat tersebut.

3.4.1 Kemampuan Produksi Alat Gali-Muat


Perhitungan untuk produksi alat gali-muat adalah :
3600
Qtm = x Cam x BFF x Eff x Dloose, Ton/jam .............................(3.18)
Ctm
Keterangan :
Qtm = Kemampuan produksi alat gali-muat (Ton/jam)
CTm = Waktu edar alat gali-muat sekali pemuatan (menit)
Cam = Kapasitas bucket alat gali-muat (m3)
BFF = Faktor pengisian bucket (%)
Ef = Effisiensi kerja (%)
Dloose = Density Loose

3.4.2 Kemampuan Produksi Alat Angkut


Perhitungan produksi untuk alat angkut adalah :
Ca = n x Cam x Bff
60
Qta = Ca x Eff x Dloose, Ton/jam .......................................(3.19)
CTa

28
Keterangan :
Qta = Kemampuan produksi alat angkut (Ton/jam)
CTa = Waktu edar alat angkut (menit)
Ca = Kapasitas bak alat angkut (m3)
n = Jumlah pengisian bucket alat muat untuk penuhi bak alat angkut
Cm = Kapasitas bucket alat gali-muat (m3)
BFF = Faktor pengisian bucket (%)
Eff = Efisiensi kerja (%)

29
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Produksi alat muat dan alat angkut selain dipengaruhi oleh kondisi di
lapangan juga dipengaruhi oleh waktu kerja yang tersedia dan waktu hambatan
kerja yang terjadi di lapangan. Untuk mengetahui produksi alat muat dan alat
angkut, maka perlu dilakukan pengamatan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi
produksi alat muat dan alat angkut yang didapatkan saat pengamatan di lapangan.

4.1. Tinjauan Lokasi Penambangan


Tinjauan terhadap kondisi tempat kerja bertujuan untuk mengetahui
apakah kondisi tempat kerja sudah mendukung atau belum pada kegiatan
pemuatan dan pengangkutan. Pada saat musim kemarau kondisi jalan berdebu
karena kondisi jalan yang dilalui oleh alat angkut kering dan berpasir, sehingga
dapat mengganggu pandangan operator, Maka dari itu, dilakukan penyiraman air
menggunakan water truck tiap beberapa jam untuk permukaan jalan angkut.
Sedangkan pada saat musim hujan kondisi jalan licin dan jalan menjadi
bergelombang akibat alat angkut yang melewati jalan saat kondisi jalan basah
sehingga terkadang kegiatan dihentikan untuk mengurangi resiko. Hal ini menjadi
penyebab alat angkut terhambat saat melakukan kegiatan penambangan.
Kegiatan Pembongkaran batubara menggunakan alat muat excavator
Hyundai Robex 330 Lc-9s. Hasil pembongkaran batubara di muat dan diangkut
menuju stockROM dengan menggunakan alat angkut Hino 260 JD. Kombinasi
yang di gunakan adalah 1 unit excavator Hyundai Robex 330 Lc-9s dengan 3 unit
dump truck Hino 260 JD.
Data yang diperoleh Grade Control data density untuk material dalam
keadaan terbongkar (loose) adalah 1,05 ton/m3 dan density untuk material dalam
keadaan aslinya (insitu) adalah 1,24 ton/m3 (PT. Tantra Coalindo International, 2018).

30
4.2 Pola pemuatan
Pola pemuatan sangat berpengaruh dalam produksi alat-alat mekanis yang
digunakan baik secara teknis. Pada umumnya operasi penambangan dimulai dari
jenjang paling atas kemudian berurutan pada jenjang di bawahnya, dengan
maksud memudahkan dalam mengontrol kemajuan operasi penambangan,
sehingga dalam pelaksanaan penambangan dapat dilakukan dengan lebih mudah
tanpa adanya pekerjaan yang dapat mengganggu pelaksanaan penambangan.
Sedangkan pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan
operasi penambangan serta alat-alat mekanis yang digunakan dengan asumsi
bahwa setiap alat angkut yang datang untuk siap diisi, bucket alat muat sudah
terisi penuh dan siap ditumpahkan ke vassel truck. Setelah alat angkut terisi penuh
segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi
waktu tunggu pada alat angkut maupun alat muatnya. Pola pemuatan yang
dilakukan di PT. Tantra Coalindo International pada proses pemuatan adalah top
loading, dimana alat muat dan alat angkut berada pada posisi jenjang yang
berbeda, dimana kedudukan alat muat lebih tinggi dari alat angkut. Berdasarkan
jumlah penempatan posisi truck menggunakan single back up, pada pola ini, truk
memposisikan diri untuk dimuati membelakangi alat muat, setelah pemuatan
selesai alat angkut pertama berangkat kemudian alat angkut kedua di isi material.
(Gambar 4.1).

Gambar 4.1
Pola Pemuatan Top loading

31
4.3 Waktu Kerja Efektif
Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan
penambangan. PT. Tantra Coalindo Internasional menerapkan kegiatan
penambangan. Shift pukul 08.00-17.00 lihat Tabel 4.1. Waktu kerja efektif
didapatkan setelah waktu kerja yang tersedia dikurangi jumlah waktu hambatan-
hambatan yang terjadi selama kegiatan penambangan serta waktu istirahat (12.00-
13.00 dan 18.00-19.00).
Hambatan yang muncul terdiri dari hambatan yang dapat dihindari dan
hambatan yang tidak dapat ditekan. Hambatan yang tidak dapat ditekan adalah
hujan, alat pindah posisi, pemeriksaan dan pengecekan harian (P2H), breakdown
dan perawatan alat, serta pengisian bahan bakar. Sedangkan hambatan yang dapat
ditekan adalah terlambat bekerja pada awal shift, berhenti bekerja sebelum jam
istirahat, terlambat bekerja setelah istirahat, berhenti bekerja lebih awal pada akhir
shift, dan keperluan operator.
Table 4.1
Waktu kerja per hari
WAKTU KERJA JUMLAH
HARI
WAKTU
KERJA GILIR SIANG GILIR MALAM (jam)

Senin 08.00-12.00 dan 13.00-17.00 19.00-22.00 11


Selasa 08.00-12.00 dan 13.00-17.00 19.00-22.00 11
Rabu 08.00-12.00 dan 13.00-17.00 19.00-22.00 11
Kamis 08.00-12.00 dan 13.00-17.00 19.00-22.00 11
Jum’at 08.00-11.30 dan 13.30-17.00 19.00-22.00 10
Sabtu 08.00-12.00 dan 13.00-17.00 19.00-22.00 11
Minggu 08.00-12.00 dan 13.00-17.00 19.00-22.00 11

Tabel 4.2
Hambatan alat muat dan alat angkut yang tidak dapat ditekan.
R 330 Lc-9s
Hambatan yang tidak dapat ditekan (Wtd)
(menit/hari)
Persiapan dan berangkat ke permuka kerja 17,4
Pemeriksaan dan pemanasan alat 15
Pengisian bahan bakar 14
Pemindahan posisi alat 11
Kerusakan dan perbaikan alat 23,2
Rain and Slippery 92

32
Jumlah (menit/hari) 172,6

Hino 260 JD
Hambatan yang tidak dapat ditekan (Wtd)
(menit/hari)
Persiapan dan berangkat ke permuka kerja 18,4
Pemeriksaan dan pemanasan alat 16,6
Pengisian bahan bakar 12,8
Kerusakan dan perbaikan alat 51,2
Rain and Slippery 92
Jumlah (menit/hari) 191

Tabel 4.3
Hambatan alat muat dan alat angkut yang dapat ditekan
R 330Lc-9s
Hambatan yang dapat ditekan (Whd)
(menit/hari)
Keperluan operator 23,2
Waktu istirahat lebih awal 25,2
Terlambat kerja setelah istirahat 26
Berhenti sebelum akhir kerja 32
Jumlah (menit/hari) 106,4
Hino 260 JD
Hambatan yang dapat ditekan (Whd)
(menit/hari)
Keperluan operator 19
Waktu istirahat lebih awal 16,6
Terlambat kerja setelah istirahat 21
Berhenti sebelum akhir kerja 21,2
Jumlah (menit/hari) 77,8

4.4 Efisiensi Kerja


Efisensi kerja adalah waktu kerja sesungguhnya untuk melakukan kegiatan
penambangan, karena pada nyatanya tidak semua waktu kerja yang sudah
disediakan oleh perusahaan benar - benar digunakan secara optimal oleh para
operator dan alat yang digunakan untuk beroperasi. Hal ini disebabkan oleh
karena adanya hambatan–hambatan yang berpotensi mengurangi waktu kerja yang
tersedia. Maka harus dilakukan perbaikan terhadap waktu kerja efektif tersebut.
Efisiensi kerja (Ek) dari alat muat dan alat angkut dapat dihitung dengan
menggunakan Rumus total jam kerja dibagi dengan total waktu tersedia. Besarnya
efisiensi kerja alat muat Excavator Hyundai R 330 Lc-9s sebesar 57,72% dan alat
angkut Dump Truck Hino 260 JD sebesar 59,27%. (Lampiran D)

33
4.5 Geometri Jalan Angkut
Jarak jalan angkut dari front site A ke stockROM pada saat penelitian
dilapangan adalah 3 km. Geometri jalan angkut yang memenuhi syarat adalah
grade jalan angkut tidak melebihi 12%, sehingga dapat menjamin dan menunjang
keamanan, serta keselamatan dalam operasi pengangkutan. Geometri jalan angkut
yang di dapat dari PT. Tantra Coalindo Internasional meliputi lebar jalan angkut
tersempit pada jalan lurus adalah 10 m, lebar jalan angkut tersempit pada jalan
tikungan 13 m, segmen jalan angkut terbagi menjadi 12 segmen (Lampiran E)

4.6 Waktu Edar Alat Muat dan Angkut (Cycle Time)


Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh suatu alat mekanis untuk
melakukan kegiatan dari awal sampai akhir dan siap memulai lagi. Waktu edar
alat muat dan alat angkut dapat dipengaruhi oleh kondisi jalan angkut, kondisi
tempat kerja, kondisi alat itu sendiri dan juga pola pemuatan yang dilakukan.
Pengamatan terhadap waktu edar alat muat meliputi : waktu untuk mengisi
mangkuk, waktu untuk berputar (bermuatan), waktu untuk menumpahkan muatan
dan waktu untuk kembali berputar (kosong).
Berdasarkan hasil pengamatan waktu edar rata-rata alat muat Hyundai
Robex 330 Lc-9s pada kegiatan Coal Getting adalah 19,28 detik. ( Lampiran F)
Pengamatan terhadap waktu edar alat angkut saat pengambilan posisi untuk
pemuatan, waktu untuk pemuatan, waktu pengangkutan bermuatan, waktu
penumpahan, waktu kembali kosong. Berdasarkan hasil pengamatan waktu edar
rata-rata alat angkut Hino 260 JD adalah 20 menit. ( Lampiran G)

4.7 Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill Factor)


Faktor pengisian (fill factor) merupakan suatu faktor yang menunjukan
besarnya kapasitas nyata dengan kapasitas baku dari mangkuk (bucket) alat muat.
Kapasitas menunjang alat muat excavator Hyundai Robex330Lc-9s adalah 1,4 m3.
Nilai fill factor excavator Hyundai Robex 330 Lc-9s adalah 95 %. (Lampiran H)

34
4.8 Produksi Alat Muat dan Alat Angkut
Kemampuan produksi alat gali-muat dan alat angkut pada kegiatan
penambangan ini dapat diketahui dengan melakukan perhitungan dari masing-
masing rangkaian kerja yang telah ditetapkan. Data kemampuan produksi alat
gali-muat dan alat angkut dalam kegiatan pembongkaran, pemuatan dan
pengangkutan saat ini diperoleh dari pengamatan seperti waktu edar alat, kapasitas
bucket alat muat dan kapasitas bak alat angkut, faktor pengisian mangkuk dan
efisiensi kerja
4.8.1 Produksi Alat Muat  
Kegiatan pembongkaran dan pemuatan batubara dilakukan dengan
menggunakan alat gali-muat Hyundai Robex 330 Lc-9s pada front penambangan
site A Manukwari. Produksi alat gali-muat sebesar 1.655,50 ton/hari, hasil
perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran I.
4.8.2 Kemampuan Produksi Alat Angkut  
Kegiatan pengangkutan batubara dilakukan dengan menggunakan alat
angkut Dump Truck Hino 260 JD pada front penambangan site A Manukwari.
Produksi alat angkut sebesar 1.229,14 ton/hari, perhitungan lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran J.

4.9 Jumlah Curah Bucket terhadap bak Truck


Untuk alat angkut menggunakan Dump Truck Hino 260 JD memiliki vassel
22 m3, sehingga untuk menentukan jumlah curah bucket terhadap bak truck
perlunya pengamatan langsung di lapangan mengenai curah bucket aktual alat
muat Robex 330 kapasitas bucket 1,4 m3 dengan 15 jumlah curah. (Lampiran M)

35
BAB V
PEMBAHASAN

PT. Tantra Coalindo Internasional ingin memenuhi target produksi batubara.


Sebelum menentukan jumlah alat mekanis, peneliti melakukan kajian teknis
terhadap kemampuan produksi dari alat muat dan alat angkut dari melihat
spesifikasi yang telah ditentukan, sehingga dapat diketahui kemapuan maksimal
dari produksi alat mekanis tersebut.

5.1. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut.


Hasil perhitungan produksi alat muat Exavator Hyundai Robex 330Lc-9s
pada kegiatan penambangan adalah 1.655,50 ton/hari (Lihat Lampiran I) dan hasil
perhitungan produksi alat angkut Hino 260 JD adalah 1.229,14 ton/hari (Lihat
Lampiran J). Produksi alat muat sudah memenuhi target yang telah di tentukan
oleh perusahaan, tetapi produksi alat angkut masih belum memenuhi target yang
ditentukan oleh perusahaan sebesar 1.500 ton/hari. Dalam upaya meningkatkan
produksi alat muat dan alat angkut, maka perlu dilakukan analisis faktor yang
menghambat produksi alat muat dan alat angkut serta cara untuk menangani
hambatan tersebut. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara
mengurangi hambatan-hambatan yang dapat dihindari sehingga waktu kerja
efektif dan efisiensi kerja alat muat dan alat angkut dapat meningkat.

5.2. Efisiensi Kerja.


Efisiensi kerja merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk
bekerja dengan waktu kerja yang tersedia. Efisiensi kerja alat muat dan alat
angkut dipengaruhi oleh waktu kerja efektif dari alat angkut dan alat muat. Waktu
kerja efektif alat muat adalah 417,4 menit dan waktu kerja efektif alat angkut
dump truck adalah 449 menit. Waktu kerja yang tersedia yaitu 660 menit.
Sehingga berdasarkan hasil perhitungan didapatkan efisiensi kerja alat muat

36
Hyundai Robex 330 adalah 63,24% dan efisiensi kerja dump truck Hino 260 JD
adalah 68,03% (Lampiran L).

5.3. Upaya Peningkatan Produksi Alat Mekanis.


Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatakan produksi alat muat dan
alat angkut yaitu peningkatan efisiensi kerja dan penambahan jumlah curah.
Penambahan jumlah curah bucket dapat di lakukan karena kapasitas bak truck
masih mampu di muati batubara sesuai kapasitas teoritis alat angkut. Peningkatan
efisiensi kerja alat muat dan alat angkut dapat terjadi jika dilakukan upaya
peningkatan efisiensi kerja dan adanya penambahan jumlah curah, sehingga
produksi alat muat sudah mencukupi target dan alat angkut belum mencukupi
target.
Perbaikan waktu kerja efektif dilakukan dengan mengurangi hambatan-
hambatan yang ada dan menggunakan modus di bawah rata-rata waktu hambatan
sebagai waktu hambatan perbaikan. Perbandingan waktu kerja efektif awal dan
setelah dilakukan perbaikan dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Lampiran K.
Tabel 5.1
Hambatan alat angkut setelah ditingkatan

Hino 260 JD
Hambatan yang dapat ditekan
sebelum setelah
(menit) (menit)
Keperluan operator 19 5
Berhenti sebelum waktu istirahat 16,6 5
Terlambat kerja setelah istirahat 21 5
Berhenti bekerja sebelum akhir kerja 21,2 5

Waktu yang hilang 77,8 20


Hambatan yang tidak dapat ditekan
Persiapan dan Berangkat kepermukaan kerja 18,4 18,4
Pemeriksaan dan pemanasan alat 16,6 16,6
Pengisian bahan bakar 12,8 12,8
Kerusakan dan perbaikan alat 51,2 51,2
Rain and Slippery 92 92
Waktu yang hilang 191 191
Total kehilangan waktu 268,8 211
Waktu yang tersedia 660
Efisiensi kerja 59,27 % 68,03 %

37
Peningkatan produksi dump truck setelah dilakukan perbaikan efisiensi kerja
maka produksi alat angkut masih belum mencukupi target yang ditentukan
sebanyak 1.500 ton/hari. Hasil dilihat pada Tabel 5.2 dan rincian perhitungan
dapat dilihati pada Lampiaran L.
Tabel 5.2.
Produksi Alat Mekanis Setelah Perbaikan Efisensi

Jenis Alat Efisiensi Produksi ton/hari


Excavator Hyundai Robex 330 57,72 % 1.655,50
Lc-9s

59,27 % 1.229,14
Hino 260 JD
68,03 % 1.410,80

5.3.1 Penambahan Curah Bucket.


Jumlah curah bucket rata-rata dalam satu pengisian bak truck adalah 15 kali
curah, hal ini mempengaruhi produksi alat mekanis. Bucket fill factor backhoe
adalah 95% (Lihat Lampiran H). Maka dari itu, dilakukan alternatif penambahan 1
jumlah curah bucket sehingga menjadi 16 kali curah, sehingga target produksi
dapat tercapai sebanyak 1.500 ton/hari.

Tabel 5.3.
Produksi Alat Angkut setelah penambahan curah Bucket
Jumlah Curah Produksi ton/hari Jumlah Unit Produksi ton/hari
15 470,25 1.410,80
16 501,60 1.504,80
3
Produksi
31,35 94
Meningkat

Kekurangan produksi alat angkut pada stockyard dapat dipenuhi dengan


peningkatan efisiensi kerja dan penambahan jumlah curah. Dengan demikian,
target produksi kebutuhan batubara pada stockyard telah terpenuhi.

38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarakan hasil pengamatan, analisa dan pembahasan terhadap kegiatan


penambangan batubara di PT. Tantra Coalindo International, maka dapat ditarik
kesimpulan dan saran sebagai berikut :

6.1 Kesimpulan.
1. Produksi alat muat Hyundai Robex 330Lc – 9s adalah 1.655,50 ton/hari dan
produksi 3 unit alat angkut dump truck Hino 260 JD adalah 1.229,14 ton/hari.
Produksi dump truck kurang dari target yang ditentukan oleh PT. Tantra
Coalindo International, yaitu 1.500 ton/hari.
2. Faktor-faktor penyebab belum tercapainya target produksi adalah efisiensi
kerja yang rendah yaitu 59,27 % pada alat angkut dump truck dan
memaksimalkan jumlah curah untuk mengisi bak dump truck .
3. Upaya perbaikan untuk meningkatkan produksi alat angkut dilakukan dengan
mengurangi hambatan kerja yang dapat dihindari, sehingga efisiensi kerja
dump truck Hino 260 JD sebelumnya 59,27 % meningkat menjadi 68,03 %,
penambahan 1 curah bucket sebelumnya 15 menjadi 16 curah untuk mengisi
bak truck. Produksi 3 unit alat angkut dump truck Hino 260 JD sebelumnya
1.229,14 ton/hari meningkat menjadi 1.504,80 ton/hari.

6.2 Saran.
1. Ditingkatatnya pengawasan dan pengarahan tentang disiplin waktu pada
saat penambangan, sehingga waktu kerja efektif dan efisiensi kerja alat
angkut meningkat.
2. Penambahan jumlah curah bucket untuk mengisi bak truck sebanyak 1 kali
curah.

39 
 
DAFTAR PUSTAKA

1. Dealer Resmi Hino 2011,(Http://hinodumptruk.blogspot.co.id/p/dump-truck-


hino-7-meter-kubik.html), diakses pada tanggal 22 Februari 2019.
2. Eugene P.Pfleider 1992, Surface Mining, 1 Edition, The American Institute
of Mining, New York, USA.
3. Higher Education Commision, 2003, Revised Curriculum of Mining
Engineering, Islamabad.
4. Herbert L. Nichols, 1955, Moving The Earth, The Workbook of Excavation,
Second Edition, Galgotia Publishing House, New Delhi.
5. Hyundai Excavator, Machine Product and Service Announcement, Juni
2013, (https://www.cat.com/id_ID/news/machine-press-releases/cat-320d-
series2hydraulicexcavatorfeaturesnewfuelefficienten0.html), diakses pada
tanggal 11 Februari 2018 16:17.

6. L. Hartman Howard, 1987, Introductory Mining Engineering, John willey


and Sons, p. 191
7. Peurifoy. RL, 1979, Construction Planning Equipment and Methods, Three
Edition, Mc Graw Hill Internasional Book Company, London, Sydney,
Tokyo, p38.
8. Paulus Hendrawan, 2018, Rancangan Dan Realisasi Kegiatan Penambangan
Batubara PT. Tantra Coalindo Internasional.
9. Waterman Sulistyana, 2017, Perencanaan Tambang, Program Studi Teknik
Pertambangan, UPN “ Veteran” Yogyakarta.
10. Yanto Indonesianto, 2014, Pemindahan Tanah Mekanis, Penerbit Seri
Tambang Umum, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta. Halaman 179.

40
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
DATA CURAH HUJAN RATA-RATA PERBULAN
KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN 2013 – 2017

Data curah hujan yang diperoleh adalah berdasarkan pengamatan yang


dilakukan Selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2017
Berdasarkan jumlah hujan serta besarnya curah hujan taip bulan, dapat dilihat
dari tabel berikut:

Tabel A.1
Data Curah Hujan Bulanan Tahun 2013-2017

Curah Hujan (mm/bulan) Rata-rata


No. Bulan
2013 2014 2015 2016 2017 (mm/bulan)
259 385 385 1515 259 560,6
1 Januari
188 428 398 630 188 366,4
2 Februari
340 226 448 33 448 299,0
3 Maret
486 256 457 437 457 418,6
4 April
96 380 593 99 14 236,4
5 Mei
386 96 123 147 123 175,0
6 Juni
80 265 162 299 162 193,6
7 Juli
53 102 179 408 353 219,0
8 Agustus
127 73 277 99 215 158,2
9 September
244 325 179 91 328 233,4
10 Oktober
228 300 381 298 381 317,6
11 November
619 531 647 643 531 594,2
12 Desember
Sumber : Stasiun Pos Hujan Indragiri Hulu 2017
Curah Hujan (CH) Rata-rata berdasarkan data curah hujan 5 tahun (2013-2017)
560,6+366,4+299,0+418,6+236,4+175,0+193,6+219,0+158,2+233,4+317,6+594,2
CH = mm/bulan
12

= 314,3 mm/bulan

41
LAMPIRAN B
SPESIFIKASI ALAT MUAT

Excavator Hyundai Robex 330 Lc-9s


Hyundai Robex 330 Lc-9s merupakan alat berat yang sangat produktif yang
menghemat biaya pengoperasian berkat konsumsi bahan bakar yang lebih rendah
dan perawatan rutin yang lebih disederhanakan. Alat berat Robex 330 Lc-9s,
sistem hidraulik yang canggih, struktur utama yang tahan lama, dan ruang
operator yang telah disempurnakan.

Gambar B.1
Excavator Hyundai Robex 330 Lc-9s

42
43
LAMPIRAN C
SPESIFIKASI ALAT ANGKUT

Hino FM 260 JD

Gambar C.1
Dump Truck Hino FM 260 JD

Spesifikasi Hino FM 260 JD


PRODUK Model J08E - UF
PRODUKSI Kode Produksi FM8JNKD - MGJ
Kecepatan
PERFORMANCE 86
Maksimum(km/jam)
Daya Tanjak (tan Ø) 47,1
KAPASITAS Vassel 45,0 ton / 22,0 m3
MESIN Model J08E – UF
Diesel 4 Langkah Segaris; Direct Injection;
Tipe
Turbo Charge Intercooler
Tenaga Maks (PS/rpm) 260/2500
Momen Putar Maks.
76.0/1500
(Kgm/rpm)
Jumlah Silinder 6
Diameter x Langkah
112 x 130
Piston (mm)

44
Isi Silinder 7.684
Deisel 4 Stroke;In line; Direct Injection;Turbo
KOPLING Tipe
Charge Intercooler
Diameter (mm) 380
TRANSMISI Tipe 9 speeds
Perbanding Gigi -
ke-1 8.829
ke-2 6.281
ke-3 4.644
ke-4 3.478
ke-5 2.538
ke-6 1.806
ke-7 1.335
ke-8 1.000
Mundur 12.040
C 12.728
KEMUDI Tipe Integral Power Steering
Radius Putar Min. (m) 8.8
SUMBU Depan Reverse Elliot, I-Section Beam
Belakang Full-floating type hypoid gear
Perbandingan gigi
6.428
akhir
Sistem Penggerak Rear 6x4
REM Rem Utama -
Rem Pelambat -
Rem Parkirr -
RODA & BAN Ukuran Rim 20 x 7.00 T-162
Ukuran Ban 10.00 -20-16PR
Jumlah Ban 10 (+1)
SISTIM LISTRIK Accu 12V-65Ah x2
TANGKI SOLAR Kapasitas (L) 200
DIMENSI Jarak Sumbu Roda 4130 + 1300
Lebar Jejak Depan FR
1930
Tr
Lebar jejak Belakang
1855
RR Tr
Julur Depan FPH 1255
Julur Belakang ROH 1795
Rigid Axle dengan Leaf-Spring Semi Elliptic;
Dilengkapi Single Acting Shock Absorber &
SUSPENSI Depan & Belakang
Trunnion Suspension Type, Rigid Axle
dengan Leaf Spring Semi Elliptic
BERAT CHASSIS
Depan 2891
(kg)
Belakang 4090
Berat Kosong 6981
GVWR 26000

45
LAMPIRAN D
WAKTU KERJA EFEKTIF DAN EFISIENSI KERJA

1. Waktu kerja efektif alat muat


Berdasarkan hasil pengamatan terhadap waktu kerja alat-alat mekanis
didapat adanya hambatan-hambatan pada jadwal dan waktu yang tersedia,
hambatan-hambatan tersebut terdiri dari hambatan yang dapat ditekan dan
hambatan yang tidak dapat ditekan, sehingga waktu kerja efektif menjadi
berkurang.
Perhitungan efisiensi kerja yang digunakan oleh PT Tantra Coalindo
International sebagai pihak pengelola alat sebagai bahan untuk melakukan
penjadwalan terhadap masing-masing alat yang bekerja dengan sistem rotasi dan
pengontrolan terhadap kerja operator.
Kegiatan penggalian, pemuatan, dan pengangkutan dilakukan dalam 11jam
kerja dengan perhitungan gilir kerja :
 Pukul 08.00-12.00, istirahat pukul 12.00-13.00
 Pukul 13.00-17.00, isturahat pukul 17.00-19.00
 Pukul 19.00-22.00
 untuk hari jum’at, istrahat dilakukan pukul 11.30-13.30
Waktu kerja dalam sehari :
 (1 hari x 11 jam/hari) = 11 jam/hari / 660 menit
Sehingga total jam kerja penggalian, pemuatan dan pengangkutan dalam
sehari adalah 11 jam. Beberapa hambatan didasarkan pada perkiraan waktu dan
data pada cheker yang sifatnya mengurangi efisiensi waktu kerja atau mengurangi
waktu kerja produktif alat, yaitu:

46
Tabel D.I
Hambatan alat muat Robex 330 Lc-9s

Jenis Hambatan R 330 Lc

( menit )
Hambatan yang tidak dapat ditekan (Wtd)
Persiapan dan berangkat ke permuka kerja 17,4
Pemeriksaan dan pemanasan alat 15
Pengisian bahan bakar 14
Pemindahan posisi alat 11
Kerusakan dan perbaikan alat 23,2
Rain and Slippery 92
Jumlah 172,6
Hambatan yang dapat ditekan (Whd)
Keperluan operator 23,2
Berhenti sebelum waktu istirahat 25,2
Terlambat kerja setelah istirahat 26
Berhenti sebelum akhir kerja 32
Jumlah 106,4
Waktu yang tersedia 660

Dari pengamatan tersebut (Tabel D.1 dan Tabel D.3) dapat ditentukan WT
(waktu kerja efektif) dan EK (Efisiensi Kerja).

Dik. : waktu tersedia = 660 menit


total waktu hambatan yang tidak dapat dihindari = 172,6 menit
total waktu hambatan yang dapat dihindari = 106,4 menit
Total Hours = 660 menit
Hours Worked = 660 menit – 279 menit = 381 menit
We = Wt – ( Wtd + Whd )
= 660 menit – ( 172,6 menit + 106,4 menit )
= 381 menit
ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
EK = 𝑋 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
381 menit
= 660 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑋 100%

= 57,72 %

47
Keterangan :
We = waktu kerja efektif (menit)
Wt = waktu yang tersedia (menit)
Whd = total waktu hambatan yag dapat dihindari (menit)
Wtd = total waktu hambatan yang tidak dapat dihindari (menit)
EK = Efisiensi Kerja (%)

2. Waktu kerja efektif alat angkut


Dengan melakukan perbaikan terhadap waktu hambatan dalam kegiatan
pengangkutan diharapkan akan meningkatkan produksi alat angkut sehingga
target produksi dapat tercapai.
Hambatan yang dapat dihindari antaralain; berhenti bekerja sebelum
istirahat, terlambat bekerja, pergantian sopir dan berhenti bekerja sebelum waktu
pulang.
Tabel D.2
Hambatan alat angkut Hino 260 JD
Hino 260 JD
Jenis Hambatan
( menit )
Hambatan yang tidak dapat ditekan (Wtd)
Persiapan dan berangkat ke permuka kerja 18,4
Pemeriksaan dan pemanasan alat 16,6
Pengisian bahan bakar 12,8
Kerusakan dan perbaikan alat 51,2
Rain and Slippery 92
WtD 191
Hambatan yang dapat ditekan (Whd)
Keperluan operator 19
Berhenti sebelum waktu istirahat 16,6
Terlambat kerja setelah istirahat 21
Berhenti sebelum akhir kerja 21,2
WhD 77,8
Waktu yang tersedia 660
Dari pengamatan tersebut (Tabel D.2 dan Tabel D.4) dapat ditentukan WT (waktu
kerja efektif) dan Efisiensi Kerja (EK).
Dik. : waktu tersedia = 660 menit
total waktu hambatan yang tidak dapat dihindari = 191 menit
total waktu hambatan yang dapat dihindari = 77,8 menit
Total Hours = 660 menit

48
Hours Worked = 660 menit – 268,8 menit = 391,2 menit

We = Wt – ( Wtd + Whd )
= 660 menit – ( 191 menit + 77,8 menit )
= 391,2 menit
ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
EK = 𝑋 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
391,2 menit
= 𝑋 100%
660 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

= 59,27 %
Keterangan :
We = waktu kerja efektif (menit)
Wt = waktu yang tersedia (menit)
Whd = total waktu hambatan yag dapat dihindari (menit)
Wtd = total waktu hambatan yang tidak dapat dihindari (menit)
EK = Efisiensi Kerja (%)

3. Hambatan-hambatan yang mempengaruhi waktu kerja efektif


a. Hambatan alat muat
1. Hambatan yang tidak dapat dihindari
A = Persiapan dan berangkat kepermukan kerja (menit)
B = Pemeriksaan dan pemanasan alat (menit)
C = Pengisian bahan bakar (menit)
D = Kerusakan dan prbaikan alat (menit)
E = Perbaikan di tempat kerja (menit)
F = Rain and Slippery
2. Hambatan yang dapat dihindari
H = Waktu istirahat lebih awal (menit)
I = Terlambat kerja setelah istirahat (menit)
J = Berhenti sebelum akhir kerja (menit)

49
Tabel D.3
Data Hambatan Waktu kerja Pada Robex 330Lc-9s
Kerusak
Pemeriks Berhenti Terlambat Peminda Berhenti
Ta Persiapa aan dan
Pengisian
sebelum Kerja Setelah
Keperlu an dan
Rain & Sebelum
Bahan an han Alat perawata Jumlah
No ng n kerja Pemanas waktu Waktu (menit) Slippery akhir
Bakar operator n alat (menit)
gal (menit) an alat
(menit)
istirahat Istirahat
(menit) ditempat
(menit) Kerja
(menit) (menit) (menit) (menit)
(menit)

32 16 20 30 40 10 20 210 30 568
1 2

30 16 20 46 54 30 28 60 270 58 782
2 3

32 16 20 30 40 10 20 90 20 474
3 4

30 24 30 30 74 14 36 240 50 768
4 5

30 16 20 56 56 20 40 90 60 526
5 6

30 20 20 30 36 10 40 600 20 992
6 7

30 20 24 58 30 20 20 160 660 20 1234


7 8

32 24 30 34 30 14 60 540 48 984
8 9

28 16 22 30 68 20 28 540 20 984
9 10

30 20 18 50 30 10 20 90 30 522
10 11

30 16 20 30 60 30 20 60 496
11 12

28 22 20 30 40 10 40 30 64 460
12 13

32 22 20 30 30 20 40 20 408
13 14

32 20 20 40 30 10 32 60 394
14 15

30 16 24 42 40 14 20 20 400
15 16

30 22 30 30 40 10 20 580 60 20 1038
16 17

30 20 26 30 30 20 20 90 30 486
17 18

32 20 24 30 56 10 20 20 490
18 19

30 22 30 46 60 14 40 120 30 524
19 20

32 16 20 30 30 20 20 48 300 30 702
20 21

30 20 20 30 56 10 40 60 20 522
21 22

32 22 26 30 30 20 20 20 372
22 23

30 16 30 40 52 10 20 210 420 60 1048


23 24

26 22 20 30 30 18 40 150 20 608
24 25

30 20 24 48 40 10 20 30 462
25 26

32 18 20 30 30 24 28 64 458
26 27

32 16 30 30 40 14 20 210 20 578
27 28

30 18 30 30 30 10 20 20 420
28 29

32 16 20 30 30 14 20 20 412
29 30

30 20 20 48 40 10 28 720 30 1104
30 31

Jumlah 644 453 420 1074 1230 516 630 2018 4530 1104 19216
(Menit)
Modus 30 16 20 30 30 10 20 30 60 20 386
(Menit)

50
Tabel D.4
Data Hambatan Waktu kerja Pada Hino 260 JD
Terlambat Kerusakan
Pemeriksaan Berhenti Berhenti
Pengisian Kerja dan
Tanggal Persiapan dan sebelum Keperluan Rain & Sebelum
No Bahan Setelah perawatan Jumlah
(menit) kerja Pemanasan waktu operator Slippery akhir
Bakar Waktu alat (menit)
(menit) alat istirahat (menit) (menit) Kerja
(menit) Istirahat ditempat
(menit) (menit) (menit)
(menit) (menit)

32 20 30 20 60 10 210 20 651
1 2

32 20 20 30 50 30 240 270 35 862


2 3

40 40 25 20 30 10 380 90 40 861
3 4

40 30 30 56 50 35 240 30 701
4 5

45 20 24 50 30 10 90 25 472
5 6

32 30 36 20 30 20 150 600 40 1095


6 7

32 20 20 25 40 20 660 20 991
7 8

32 44 35 24 60 20 540 30 905
8 9

50 50 30 20 48 10 300 540 20 1263


9 10

32 30 20 30 50 30 90 40 456
10 11

50 20 25 35 30 10 30 395
11 12

32 40 25 50 60 30 700 20 1123
12 13

32 20 30 20 60 10 20 395
13 14

34 50 30 40 30 30 200 20 574
14 15

32 40 20 20 30 30 40 340
15 16

40 30 30 25 60 20 150 60 30 565
16 17

32 20 20 20 30 18 90 20 448
17 18

38 20 30 20 40 20 25 373
18 19

50 30 20 30 30 10 40 120 20 508
19 20

32 40 20 25 44 10 300 20 681
20 21

40 30 30 20 30 20 200 60 30 580
21 22

32 20 20 24 50 20 35 333
22 23

32 36 20 20 30 18 420 40 784
23 24

50 20 20 20 30 20 250 150 20 770


24 25

32 30 30 30 44 10 20 444
25 26

44 20 20 20 30 18 20 312
26 27

32 30 25 30 30 22 250 20 639
27 28

44 20 20 35 40 10 30 349
28 29

32 20 30 20 30 10 25 340
29 30

32 30 20 30 30 10 360 30 704
30 31

672 498 384 678 1170 426 3220 4530 1056 18914
Jumlah (Menit)

32 20 20 20 30 10 40 60 20 372
Modus (Menit)

51
LAMPIRAN E
GEOMETRI JALAN ANGKUT

Geometri jalan angkut, meliputi lebar jalan angkut tersempit pada jalan
lurus adalah 10 m, lebar jalan angkut tersempit pada jalan tikungan 13 m, untuk
hasil pengukuran segmen jalan angkut dan segmen jalan angkut terbagi menjadi
12 segmen

Tabel E.1
Segment Jalan Angkut

Beda Lebar Lebar


Elevasi Jarak Kemiringan
Segment Tinggi Lurus Tikungan
(m) (m) (m) Total (%) (m) (m)
A 87 0 0 0 0 10,3
B 93 0 0 0 0 11
A-B 87 6 177 177 5,12 11,2
B-C 93 11 183 360 6,35 12,4
C-D 104 0 116 476 0.00 11,5
D-E 104 1 110 586 1 10 14
E-F 105 0 36,7 622,7 0 12
F-G 105 6 107,6 730,3 8,16 11
G-H 111 6 83,5 813,8 5,57 10 13,5
H-I 117 6 87,6 901,4 7,73 10,6 13,7
I-J 123 3 59 960,4 5,08 11,3 13
J-K 125 1 86,2 1046,6 1, 31 12 13.8
Sumber : Data PT. Tantra Coalindo Internasional

52
LAMPIRAN F
WAKTU EDAR ALAT MUAT

Perhitungan waktu edar (cycle time) alat muat dinyatakan dengan cara
memperhatikan pola gerak dari alat-alat mekanis pada saat alat-alat tersebut
melakukan aktivitasnya.

WAKTU EDAR (CYCLE TIME) ALAT MUAT


Waktu edar (cycle time) Excavator dapat dirumuskan sebagai berikut :

CTm = T1 + T2 + T3 + T4
Dimana,
CTm : Waktu edar Excavator, menit
Tm1 : Waktu menggali, detik
Tm2 : Waktu berputar dengan bucket terisi muatan, detik
Tm3 : Waktu menumpahkan muatan, detik
Tm4 : Waktu berputar dengan bucket kosong, detik

Dari pengamatan dilapangan diperoleh data pengukuran waktu edar alat


galimuat (Excavator) yang diperlihatkan pada tabel dibawah ini.

53
Tabel F.1.
Waktu Edar Excavator Hyundai Robex 330 Lc – 9s

No Mengisi Berputar Penumpahan Berputar Waktu Edar


(detik) Isi (detik) Kosong (detik)
(detik) (detik)
1 4 5 5 4 18
2 6 6 4 4 20
3 4 6 5 3 17
4 5 5 4 4 18
5 4 5 6 3 18
6 5 6 5 5 21
7 4 4 5 3 16
8 6 6 6 5 23
9 4 6 4 4 18
10 5 5 5 5 20
11 5 6 6 5 22
12 6 5 5 4 20
13 6 5 6 5 22
14 4 6 4 6 20
15 5 5 5 5 20
16 4 5 4 5 18
17 5 6 6 4 19
18 5 4 4 3 16
19 4 6 5 4 19
20 5 5 4 4 18
21 6 6 6 3 21
22 4 6 5 6 21
23 5 5 4 4 18
24 4 5 5 4 18
25 6 6 6 4 22
26 5 5 5 3 18
27 5 6 4 5 20
28 4 5 5 3 17
29 6 6 6 4 22
30 5 5 5 5 20
31 6 4 4 5 19
32 5 5 5 3 18
Total 617

617 𝐷𝑒𝑡𝑖𝑘
Rata-rata (Cycle Time) =
32
= 19,28 Detik Atau 0,32 Menit

54
LAMPIRAN G
WAKTU EDAR ALAT ANGKUT

Perhitungan waktu edar alat angkut dinyatakan dengan cara memperhatikan pola
gerak dari alat-alat mekanis pada saat alat tersebut melakukan aktifitasnya.

Waktu edar (CT) alat angkut


Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6
Dimana,
Cta = Waktu edar alat angkut
Ta1 = Manuver
Ta2 = Mengisi
Ta3 = Jalan isi
Ta4 = Manuver dumping
Ta5 = Dumping
Ta6 = Jalan kosong

55
Tabel G.1.
Waktu Edar Dump Truck Hino 260 JD
T1 T2 T3 T4 T5 T6 Waktu Waktu
No (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) Edar Edar
(detik) (menit)
1 61 312 341 55 28 333 1130 18,8
2 62 276 353 66 27 322 1106 18,4
3 60 524 397 68 28 351 1428 23,8
4 63 470 365 61 27 291 1277 21,2
5 64 490 374 47 29 329 1333 12,2
6 70 458 331 71 25 303 1258 20,9
7 68 404 392 57 29 364 1314 21,9
8 88 406 398 51 25 288 1256 20,9
9 79 432 399 50 25 334 1319 21,9
10 63 266 389 54 29 349 1150 19,1
11 69 366 372 57 27 276 1167 19,4
12 66 416 296 44 26 300 1148 19,1
13 61 446 391 61 28 337 1324 22,0
14 80 472 333 38 29 298 1250 20,8
15 72 444 378 33 31 344 1302 21,7
16 72 290 359 46 27 292 1086 18,1
17 82 442 295 52 25 272 1168 19,4
18 75 334 315 50 34 270 1078 17,9
19 81 422 412 65 27 371 1378 22,9
20 66 340 294 52 29 262 1043 17,3
21 70 314 331 64 31 311 1121 18,6
22 70 404 413 47 27 371 1332 22,2
23 69 376 339 54 25 300 1163 19,3
24 98 392 323 70 37 314 1234 20,5
25 80 394 340 61 29 325 1229 20,4
26 74 322 297 67 31 303 1094 18,2
27 85 362 342 45 34 354 1222 20,3
28 73 462 396 69 25 334 1359 22,6
29 68 344 440 67 26 326 1271 21,1
30 83 376 380 41 25 298 1203 20,0
31 89 396 338 65 26 307 1221 20,3
32 79 376 324 61 31 310 1181 19,6
total 2340 12528 11447 1789 902 10139 38400 640
Rata-rata
(CT)

20 Rata – rata = (38400/32) = 1200 Detik = 20 Menit


menit

56
LAMPIRAN H
FAKTOR PENGISIAN BUCKET
(Bucket Fill Factor)

Faktor pengisian (fill factor) merupakan suatu faktor yang menunjukkan


besarnya kapasitas nyata dengan kapasitas teoritis mangkuk ( bucket ).
Faktor pengisian dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
Vn
Fp = x 100 %
Vd
Keterangan :
Fp = Faktor Pengisian, %
Vn = Volume Nyata, m3
Vd = Volume Teoritis, m3

57
Tabel H.1
Faktor Pengisian Excavator Hyundai Robex 330 Lc – 9s

Berat Muatan Volume Volume


Jumlah Bobot isi BFF
no pada alat angkut nyata Teoritis
curah (Ton/ m3) (%)
(Ton) ( m 3) (m3)
1 22.470 14 1,05 1,53 1,4 109,18
2 22.520 17 1,05 1,26 1,4 90,12
3 23.190 18 1,05 1,23 1,4 87,64
4 22.660 14 1,05 1,54 1,4 110,11
5 21.950 14 1,05 1,49 1,4 106,66
6 21.960 17 1,05 1,23 1,4 87,88
7 21.760 16 1,05 1,30 1,4 92,52
8 18.610 17 1,05 1,04 1,4 74,47
9 17.390 15 1,05 1,10 1,4 78,87
10 18.260 16 1,05 1,09 1,4 77,64
11 18.580 14 1,05 1,26 1,4 90,28
12 20.050 18 1,05 1,06 1,4 75,77
13 21.400 14 1,05 1,46 1,4 103,98
14 21.690 17 1,05 1,22 1,4 86,79
15 22.650 15 1,05 1,44 1,4 102,72
16 21.390 14 1,05 1,46 1,4 103,94
17 21.440 18 1,05 1,13 1,4 81,03
18 20.150 14 1,05 1,37 1,4 97,91
19 20.750 14 1,05 1,41 1,4 100,83
20 21.680 16 1,05 1,29 1,4 92,18
21 20.930 16 1,05 1,25 1,4 88,99
22 20.670 14 1,05 1,41 1,4 100,44
23 21.010 14 1,05 1,43 1,4 102,09
24 20.450 14 1,05 1,39 1,4 99,37
25 22.460 14 1,05 1,53 1,4 109,14
26 23.270 16 1,05 1,39 1,4 98,94
27 19.970 14 1,05 1,36 1,4 97,04
28 22.620 14 1,05 1,54 1,4 109,91
29 23.240 14 1,05 1,58 1,4 112,93
30 20.570 14 1,05 1,40 1,4 99,95
31 21.600 17 1,05 1,21 1,4 86,43
32 24.110 14 1,05 1,64 1,4 117,15
681.450 487 34 43 45 3.073

21257,4 15,3 1,1 1,3 1,4 95

58
LAMPIRAN I
PRODUKSI ALAT MUAT

Kemampuan produksi nyata alat muat adalah besarnya produksi yang


dapat dicapai dengan kenyataan kerja alat muat berdasarkan kondisi yang dicapai
saat ini. dari data-data yang diperoleh dilapangan dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :

3600
Ptm = x Cam x BFF x EFF x Dloose
Ctm

Keterangan
Ptm = Kemampuan produksi alat muat (ton/jam)
Ctm = Waktu edar alat muat(detik)
Cam = Kapasitas mangkok (bucket capacity) (m3)
BFF = Faktor pengisian bucket (%)
EFF = Efisiensi kerja alat (%)
Dloose = Density loose (Ton/m3)

1. Produksi Excavator
Waktu edar alat muat sekali pemuatan (Ctm) = 19,28 detik
Kapasitas bucket (Cam) = 1,4 m3
Faktor pengisian bucket (F) = 95 %
Efisiensi kerja (E) = 57,72 %
Density loose = 1,05 Ton/m3
3600
Ptm = x Cam x BFF x EFF x Density Loose
Ctm
3600
= x 1,4 x 0,95 x 0,5772 x 1,05 = 150,50 ton/jam
19,28

59
Produktvitas alat gali-muat adalah sebesar 150,50 ton/jam.

Total Produksi Alat Gali-muat


= 150,50 Ton/Jam x 11 Jam (Total jam kerja 1 hari) .
= 1.655,50 Ton/Hari

60
LAMPIRAN J
PRODUKSI ALAT ANGKUT

Kemampuan produksi nyata alat angkut dump truck dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Ca = N x Cam x BFF
60
Pta = x Ca x EFF x Dloose
Cta

Keterangan :
Pta = Kemampuan Produksi alat angkut (ton/jam)
n = Jumlah unit alat angkut
Cta = Waktu edar alat angkut(menit)
Ca = Kapasitas bak alat angkut (m3)
Ca = N x Cam x F
N = Jumlah pengisian bucket alat muat untuk penuhi bak
Cam = Kapasitas bucket (m3)
BFF = Faktor Pengisiann (%)
EFF = Efisiensi Kerja (%)
Dloose = Density loose (Ton/m3)

Produksi Dump Truck Hino 260 JD


Waktu edar dump truck (Cta) = 20 menit
Jumlah alat muat (Na) = 3 unit
Kapasitas bucket (Cam) = 1,4 m3
Faktor pengisian (F) = 95 %
Banyaknya pemuatan bucket ke bak truck (n) = 15 kali
Efisiensi Kerja (E) = 59,27 %
Density loose = 1,05 Ton/m3

61
Ca = N x Cam x BFF
= 15 x 1,4 x 0,95
Ca = 19,95 m3
60
Pta = x Ca x EFF x Dloose
20
60
= x 19,95 x 0,5927 x 1,05
20
= 37,24 ton/jam (Untuk 1 unit Alat)

Sehingga Produktivitas alat angkut perjam = 111,74 ton/jam (Untuk 3 Unit alat)

Total produksi Alat amgkut


= 111,74 Ton/jam x 11 Jam (total jam kerja 1 hari)
= 1.229,14 Ton/hari

Tabel J.1
Produksi Alat Angkut
Alat Angkut Jumlah Unit Produksi (ton/jam)
1 409,64
Hino 260 JD
3 1.229,14

62
LAMPIRAN K
PENINGKATAN WAKTU KERJA EFEKTIF
ALAT ANGKUT

Perbaikan waktu kerja efektif dilakukan dengan mengurangi hambatan-


hambatan kerja yang dapat dihindari. Perbaikan waktu kerja efektif pada alat
angkut dengan cara menggunakan waktu modus di bawah rata-rata (mean) pada
data yang didapatkan.
1. Waktu kerja efektif alat angkut
Dengan melakukan perbaikan terhadap waktu hambatan yang dapat
ditekan, maka waktu kerja efektif alat angkut dapat meningkatkan produksi alat
angkut, sehingga target produksi dapat tercapai.
Hambatan yang dapat ditekan antara lain ; berhenti bekerja sebelum istirahat,
telambat bekerja, dan berhenti bekerja sebelum waktu pulang.
Tabel K.1
Hambatan alat angkut setelah ditingkatan
Hino 260 JD
Hambatan yang dapat ditekan
sebelum setelah
(menit) (menit)
Keperluan operator 19 5
Berhenti sebelum waktu istirahat 16,6 5
Terlambat kerja setelah istirahat 21 5
Berhenti bekerja sebelum akhir kerja 21,2 5
Waktu yang hilang 77,8 20
Hambatan yang tidak dapat ditekan
Persiapan dan Berangkat kepermukaan kerja 18,4 18,4
Pemeriksaan dan pemanasan alat 16,6 16,6
Pengisian bahan bakar 12,8 12,8
Kerusakan dan perbaikan alat 51,2 51,2
Rain and Slippery 92 92
Waktu yang hilang 191 191
Total kehilangan waktu 268,8 211
Waktu yang tersedia 660
Efisiensi kerja 59,27 % 68,03 %

63
Dari pengamatan tersebut (Tabel K.1) dapat ditentukan WT (waktu kerja
efektif) dan Efektifitas Kerja (EK).

Dik. : waktu tersedia = 660 menit


total waktu hambatan yang dapat dihindari = 20 menit
total waktu hambatan yang tidak dapat dihindari = 191 menit
Total Hours = 660 menit
Hours Worked = 660 menit – 211 menit = 449 menit

We = Wt – ( Wtd + Whd )
= 660 menit – ( 20 menit + 191 menit )
= 449 menit

ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
EK = 𝑋 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
449 menit
= 𝑋 100%
660 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

= 68,03 %

Keterangan ;
We = waktu kerja efektif (menit)
Wt = waktu yang tersedia (menit)
Whd = total waktu hambatan yag dapat dihindari (menit)
Wtd = total waktu hambatan yang tidak dapat dihindari (menit)
EK = Efektifitas Kerja (%)

Tabel K.2
Peningkatan Waktu Kerja Efektif Alat Angkut

N JenisAlat Efisiensi Kerja Efisiensi Kerja setelah


o Sebelum Perbaikan perbaikan
59,27 % 68,03 %
1 Hino 260 JD

64
LAMPIRAN L
PRODUKSI ALAT ANGKUT SETELAH PEBAIKAN WAKTU
KERJA EFEKTIF

Kemampuan produksi nyata alat angkut dump truck dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Ca = N x Cam x BFF
60
Pta = x Ca x EFF x Dloose
Cta

Keterangan :
Pta = Kemampuan Produksi alat angkut (ton/jam)
n = Jumlah unit alat angkut
Cta = Waktu edar alat angkut(menit)
Ca = Kapasitas bak alat angkut (m3)
Ca = N x Cam x F
N = Jumlah pengisian bucket alat muat untuk penuhi bak
Cam = Kapasitas bak alat muat (m3)
BFF = Faktor Pengisian (%)
EFF = Efisiensi Kerja (%)
Dloose = Densitas loose (Ton/m3)

Produksi Dump Truck Hino 260 JD


Waktu edar dump truck (Cta) = 20 menit
Jumlah alat muat (Na) = 3 unit
Kapasitas bucket (Cam) = 1,4 m3
Faktor pengisian (F) = 95 %
Banyaknya pemuatan bucket ke bak truck (n) = 15 kali
Efisiensi Kerja (E) = 68,03 %

65
Ca = N x Cam x BFF
= 15 x 1,4 x 0,95
Ca = 19,95 m3
60
Pta = x Ca x EFF x Dloose
20
60
= x 19,95 x 0,6803 x 1,05
20
= 42,75 ton/jam (Untuk 1 unit Alat)

Sehingga Produktvitas alat angkut perjam = 128,25 ton/jam (Untuk 3 Unit Alat)

Total Produksi Alat Angkut


= 128,25 Ton/jam x 11 jam (Total jam kerja 1 hari)
= 1.410,80 Ton/hari

1410,80
x 100 % = Sehingga produksi alat angkut tercapai sebesar 94,05 %
1500

Tabel L.1
Produksi Alat Angkut
Sebelum Perbaikan Waktu Kerja Efektif
Alat Angkut Jumlah unit Produksi (Ton/hari)
Hino 260 JD 1 409,64
3 1.229,14
Sesudah Perbaikan Waktu Kerja Efektif
Hino 260 JD 1 470,25
3 1.410,80

Setelah melakukan perbaikan waktu kerja efektif ternyata belum dapat mencukupi
target sebesar 1.500 ton/hari.

66
LAMPIRAN M
PRODUKSI ALAT ANGKUT SETELAH PENAMBAHAN
JUMLAH CURAH BUCKET

Kemampuan produksi nyata alat angkut dump truck dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Ca = N x Cam x BFF
60
Pta = x Ca x EFF x Dloose
Cta

Keterangan :
Pta = Kemampuan Produksi alat angkut (ton/jam)
n = Jumlah unit alat angkut
Cta = Waktu edar alat angkut(menit)
Ca = Kapasitas bak alat angkut (m3)
Ca = N x Cam x F
N = Jumlah pengisian bucket alat muat untuk penuhi bak
Cam = Kapasitas bak alat muat (m3)
BFF = Faktor Pengisian (%)
EFF = Efisiensi Kerja (%)
Dloose = Densitas loose (Ton/m3)

Produksi Dump Truck Hino 260 JD


Waktu edar dump truck (Cta) = 20 menit
Jumlah alat muat (Na) = 3 unit
Kapasitas bucket (Cam) = 1,4 m3
Faktor pengisian (F) = 95 %
Banyaknya pemuatan bucket ke bak truck (n) = 16 kali
Efisiensi Kerja (E) = 68,03 %

67
Ca = N x Cam x BFF
= 16 x 1,4 x 0,95
Ca = 21,28 m3
60
Pta = x Ca x EFF x Dloose
20
60
= x 21,28 x 0,6803 x 1,05
20
= 45,60 ton/jam (Untuk 1 unit Alat)

Sehingga Produktvitas alat angkut perjam = 136,80 ton/jam (Untuk 3 Unit Alat)

Total Produksi Alat Angkut


= 136,80 Ton/jam x 11 jam (Total jam kerja 1 hari)
= 1.504,80 Ton/hari

1504,80
x 100 % = Sehingga produksi alat angkut tercapai sebesar 100,32 %
1500

Tabel N.1
Produksi Alat Angkut
Sebelum Penambahan Curah Bucket
Alat Angkut Jumlah unit Produksi (Ton/hari)
Hino 260 JD 1 470,25
3 1.410,80
Sesudah Penambahan Curah Bucket
Hino 260 JD 1 501,60
3 1.504,80

Jadi setelah melakukan perbaikan waktu kerja efektif dan penambahan jumlah
curah maka target sebesar 1.500 ton/hari dapat tercukupi.

68
LAMPIRAN N
PETA JALAN ANGKUT PT. TANTRA COALINDO
INTERNATIONAL

69

Anda mungkin juga menyukai