Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Perencanaan Sistem Penyambungan Belt Conveyor BC-06 dengan Metode


Hot Splicing untuk Mencapai Target Produksi 1000Ton/jam di Coal
Handling Facility PT. Surya Global Makmur Desa Teluk Jambu, Provinsi
Jambi

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:
VELYA RACHIM
17137072/2017

Konsentrasi : Pertambangan Umum


Program Studi : S-1 Teknik Pertambangan
Jurusan : Teknik Pertambangan

S1 TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
1

A. Judul

“Perencanaan Sistem Penyambungan Belt Conveyor BC-06 dengan

Metode Hot Splicing untuk Mencapai Target Produksi 1000Ton/jam di

Coal Handling Facility PT. Surya Global Makmur Desa Teluk Jambu,

Provinsi Jambi”

B. Latar Belakang Masalah

PT Surya Global Makmur merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

pertambangan batu bara dan merupakan anak perusahaan Grup PT. Indobagus

Investama yang berdiri sejak 1998, Indobagus Grup berkembang sebagai

pelaku bisnis investasi skala besar di Bidang Pertambangan, Agroindustri dan

Properti. Dalam pengelolaan ragam bisnisnya, Indobagus Grup mendirikan

tiga anak perusahaan, yaitu PT Indobagus Energy, PT Indobagus Agro

Mandiri dan PT Indobagus. PT Indobagus Energy hadir sebagai anak

perusahaan pengelola pertambangan yang meliputi tambang batubara, nikel,

marmer dan granit dan didalamnya terdapat PT. Surya Global Makmur.

PT. Surya Global Makmur telah memiliki Izin Usaha Pertambangan

Operasi Produksi seluas 2.600 hektar (ha) di daerah Sarolangun, Jambi. Dalam

usaha pertambangannya selain memenuhi target produksi batubara yang

diinginkan, PT. Surya Global Makmur juga melakukan penanganan terhadap

batubara yang dihasilkan. Adapun fasilitas penanganan batubara yaitu dengan

melakukan pembangunan Coal Handling Facility berupa stockpile dan jetty di

Desa Teluk Jambu, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi,

Provinsi Jambi.
2

Dalam kegiatan untuk memindahkan batubara, dibutuhkan suatu peralatan

atau sistem pengangkut yang dapat beroperasi secara efesien, praktis dan

ekonomis. Dari sekian banyak jenis peralatan handling equipment yang dapat

dipakai maka konveyor yang cocok digunakan adalah Belt Conveyor. Jenis

kegiatan produksi yang akan dilakukan terfokus pada kegiatan external

transport dimana konveyor digunakan untuk memindahkan batubara pada

stockpile area ke tongkang dengan target produksi 1000 ton/jam dengan

mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari Belt

Conveyor tersebut.

Gambar 1. Kondisi Belt Conveyor Coal Handling Facility PT. Surya


Global Makmur

Belt Conveyor memiliki berbagai macam komponen didalamnya dan salah

satu komponen terpenting didalamnya adalah Belt atau sabuk. Sabuk dipasang

pada konveyor dalam lingkaran tertutup untuk menghubungkan bagian sabuk,

yang jumlah dan panjangnya bergantung pada panjang dan jenis konveyor

sabuk. Sabuk disatukan satu sama lain dalam prosedur penyambungan.


3

Pemotongan inti sabuk menyebabkan sambungan sabuk rentan terhadap

tekanan terkonsentrasi. Inti yang dihentikan juga menyebabkan sabuk menjadi

elemen terlemah dalam loop sabuk konveyor. Dalam proses penyambungan

sabuk ada 2 metode yang dapat digunakan yaitu Cold Splicing dan Hot

Splicing. Cold Splicing adalah penyambungan Belt Conveyor dengan

mengandalkan kekuatan lem atau adhesive, sedangkan Hot Splicing adalah

metode penyambungan sabuk dengan menggunakan sistem vulkanising atau

memasak karet Belt Conveyor dengan suhu ±145ºC dan mengikat kembali

fabric dan rubber sehingga sambungan yang dihasilkan memilki bentuk dan

kekuatan yang sama dengan sabuk aslinya.

Dari situasi tersebut mendorong peneliti untuk mengambil judul

“Perencanaan Sistem Penyambungan Belt Conveyor BC-06 dengan

Metode Hot Splicing untuk Mencapai Target Produksi 1000Ton/jam di

Coal Handling Facility PT. Surya Global Makmur Desa Teluk Jambu,

Provinsi Jambi”.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. PT. Surya Global Makmur sedang melakukan tahap perangkaian Belt

Conveyor dan belum pada tahap penyambungan sabuk.

2. Perlunya perencanaan penyambungan sabuk agar terpenuhinya target

produksi 1000 Ton/jam saat tahap operasional.

3. Perhitungan biaya penyambungan sabuk.


4

D. Batasan Masalah

Pembatasan masalah penelitian ini adalah perencanaan penyambungan

Belt Conveyor BC-06 dan pengaruh kecepatan motor terhadap sambungan

serta biaya pada Coal Handling Facility yang digunakan pada pemuatan

batubara dari stockpile menuju tongkang untuk mencapai target produksi 1000

ton/jam.

E. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pemilihan metode

penyambungan belt?

2. Bagaimana perbandingan antara metode Cold Splicing dan Hot Splicing?

3. Bagaimana teknik penyambungan belt dengan metode Hot Splicing?

4. Berapa kecepatan efektif motor penggerak Belt Conveyor BC-06?

5. Berapa biaya penyambungan Belt Conveyor BC-06?

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pemilihan metode

penyambungan belt.

2. Mengetahui perbandingan antara metode Cold Splicing dan Hot Splicing.

3. Mengetahui teknik penyambungan belt dengan metode Hot Splicing.

4. Mengetahui kecepatan efektif motor penggerak Belt Conveyor BC-06.

5. Mengetahui biaya penyambungan Belt Conveyor BC-06.


5

G. Manafaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti

a. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Strata Satu

dan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik

Universitas Negeri Padang.

b. Menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis sebagai calon

engineer.

c. Memberikan pengembangan terhadap pemikiran konseptual melalui

pemahaman, penalaran, dan pengalaman dari ilmu pengetahuan

khususnya ilmu pertambangan.

2. Bagi Mahasiswa

Dapat menjadi data dalam melakukan penelitian selanjutnya serta

menjadi referensi.

3. Bagi Perusahaan

Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah memberikan masukan

dalam proses penyambungan belt dan dapat mempertimbangkan untuk

digunakan pada kegiatan penyambungan belt yang akan berlangsung agar

terpenuhi target produksi.

H. Deskripsi Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan

PT Surya Global Makmur merupakan perusahaan yang bergerak di

bidang pertambangan batu bara dan merupakan anak perusahaan Grup PT.
6

Indobagus Investama yang berdiri sejak 1998, Indobagus Grup

berkembang sebagai pelaku bisnis investasi skala besar di Bidang

Pertambangan, Agroindustri dan Properti. Dalam pengelolaan ragam

bisnisnya, Indobagus Grup mendirikan tiga anak perusahaan, yaitu PT

Indobagus Energy, PT Indobagus Agro Mandiri dan PT Indobagus. PT

Indobagus Energy hadir sebagai anak perusahaan pengelola pertambangan

yang meliputi tambang batubara, nikel, marmer dan granit dan didalamnya

terdapat PT. Surya Global Makmur.

PT. Surya Global Makmur telah memiliki Izin Usaha

Pertambangan Operasi Produksi seluas 2.600 hektar (ha) di daerah

Sarolangun, Jambi. Dalam usaha pertambangannya selain memenuhi

target produksi batubara yang diinginkan, PT. Surya Global Makmur juga

melakukan penanganan terhadap batubara yang dihasilkan. Adapun

fasilitas penanganan batubara yaitu dengan melakukan pembangunan Coal

Handling Facility berupa stockpile dan jetty di Desa Teluk Jambu,

Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Coal Handling Facility yang dibangun diatas lahan seluas 11

hektar (ha) memiliki izin Terminal Umum Untuk Kepentingan Sendiri.

Saat ini belum memiliki Izin Operasional Pelabuhan karena masih dalam

tahap konstruksi dan direncakan akan beroperasi pada bulan Agustus

2021.

2. Data Umum Perusahaan

a. Nama perusahaan : PT. Surya Global Makmur


7

b. Alamat perusahaan: Gedung Graha Surveyor Indonesia Lantai 3 Suite

302 A Jl. Jendral Gatot Subroto Kavling 56

Kelurahan Kuningan Timur Kecamatan Setia Budi

Kota Administrasi Jakarta Selatan

c. Lokasi proyek : Desa Teluk Jambu, Kecamatan Tanggo

Rayo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

d. Bidang usaha : Stockpile Batubara dan Terminal Umum Untuk

Kepentingan Sendiri (TUKS)

3. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Wilayah Coal Handling Facility PT. Surya Global Makmur berada

di Desa Teluk Jambu, Kecamatan Tanggo Rayo, Kabupaten Muaro Jambi,

Provinsi Jambi dapat dicapai dari Kota Padang dengan menggunakan

transportasi darat menuju lokasi dengan jarak 576 km selama 15 jam.

Secara geografis daerah ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2. Lokasi Coal Handling Facility PT. Surya Global Makmur


8

4. Iklim dan Curah Hujan

Kondisi iklim lokasi kegiatan ditentukan berdasarkan Klasifikasi

Schmidt dan Ferguson. Dalam pembagian iklim, Schmidt-Ferguson lenih

mneitikberatkan tipe curah hujan dan penggolongannya. Untuk

menentukan tipe curah hujan Schmidt dan Ferguson mendasarkan tingkat

kebasahan yang disebut gradient (Q). Nilai Q diperoleh dengan rumus

yaitu:

Banyaknya bulan kering


Q=
Banyaknya bulan basah

Penentuan bulan basah dan bulan kering menggunkan klasifikasi

kriteria menurut Mohr, yaitu : Bulan kering = bulan yang curah hujannya

kurang dari 60 mm dan Bulan basah = bulan yang curah hujannya lebih

dari 100 mm.

5. Kualitas batubara

Klasifikasi kualitas batubara bertujuan untuk mengetahui variasi

mutu atau kelas batubara dan pengaruh material batubara terhadap

sambungan sabuk konveyor. Klasifikasi batubara yang umum digunakan

adalah klasifikasi menurut ASTM (American Society fo Testing Materials)

berdasarkan rank.

Kualitas batubara yang terdapat pada PT. Surya Global Pratama

yaitu berjenis bituminus dengan berwarna hitam, rapuh, mengkilap,

pecahan menyudut. Berikut tabel hasil analisis kualitas batubara di PT.

Surya Global Pratama:


9

Tabel 1. Hasil Analisis Kualitas Batubara


Result
Parameters Units Methode
AR ADB DB
Total Moisture % 32.54 - - ASTM D3302/D3302M-19
Proximate Analysis
Inherent Moisture % - 16.41 - ASTM D3173/D3173M-17a
Ash Content % 3.49 4.33 5.18 ASTM D4174-12(1018)e1
Volatile Matter % 33.26 41.22 49.31 ISO 562 2010
Fixed Carbon % 30.71 38.05 45.52 ASTM 3172-2013
Total Sulfur % 0.15 0.18 0.22 ASTM D4239-18e1
Gross Calorific Value Kcal/Kg 4232 5245 6274 ASTM D5865/D5865M-19
Hardgrove Grindability Index Point Index 58 ASTM D409/D409M-16
Size Analysis (+70.00 mm) % 2 ASTM D4749-87(2019)e1
Size Analysis (-70.00 mm) % 98 ASTM D4749-87(2019)e1
Size Analysis (-50.00 mm) % 96 ASTM D4749-87(2019)e1
Size Analysis (-31.50 mm) % 56 ASTM D4749-87(2019)e1
Size Analysis (-2.38 mm) % 17 ASTM D4749-87(2019)e1

I. Kajian Teoritis

Belt Conveyor adalah suatu alat angkut berupa karet yang dapat bekerja

berkesinambungan pada kemiringan tertentu, atau mendatar (CEMA, CBI

Publishing Co,Inc Second Edition,1979). Adapun bagian bagian utama dari

Belt Conveyor seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 3. Bagian-bagian Belt Conveyor (Ilyandi, 2012)


10

Untuk menghitung kapasitas angkut teoritis dari belt conveyor digunakan

rumus sebagai berikut:

Q = k . A . v . γ . 60 (inklinasi) (Sularso, 1987)

Keterangan :

A : Total cross-sectional area yang terbentuk pada belt akibat penopangan

idler dan angle of surcharge (m)

V : Kecepatan belt (m/min)

ϒ : Densitas material (t/m3)

S : Coefficient by angle of incline/decline

Q : Kapasitas angkut (tph)

Belt conveyor merupakan mesin pemindah bahan yang paling banyak

digunakan dalam industri, sesuai dengan namanya alat ini terdiri dari belt yang

membawa solid dari suatu tempat ketempat lain, baik itu muatan satuan atau

muatan curah (bulk load) sejauh garis lurus atau sudut inklinasi terbatas.

Belt conveyor mentransport material yang ada di atas belt, dimana umpan

atau inlet pada sisi tail dengan menggunakan chute dan setelah sampai di

head material ditumpahkan akibat belt berbalik arah. Belt conveyor terdiri

dari beberapa bagian penting antara lain:

1. Cover rubber

Cover rubber adalah lapisan karet sintetis yang mempunyai

elastisitan tinggi dan tahan gesek. Cover rubber berfungsi untuk

melindungi lapisan penguat dari curahan, gesekan dan benturan material


11

pada saat loading (pemuatan) agar ply tidak sobek atau rusak. Cover

rubber terdiri atas dua bagian, yaitu :

a. Top cover : lapisan yang bersentuhan langsung dengan

material.

b. Bottom cover : karet lapisan bawah yang berhadapan langsung

dengan pully dan roller pembalik (Return Roller).

2. Tie rubber

Tie Rubber adalah lapisan karet diantara ply. Tie rubber juga sering

disebut Tie gum atau Skim rubber. Tie rubber berfungsi untuk melekatkan

ply satu dengan yang lainnya pada fabric belt, dan melekatkan sling baja

dengan cover rubber pada steel cord belt.

3. Reinforcement – lapisan penguat (ply)

Reinforcement adalah lapisan penguat untuk belt conveyor itu

sendiri. Kekuatan atau tegangan pada belt tergantung lapisan penguat

yang dipakai. Pada umumnya lapisan penguat terbuat dari serat (carccas)

dan sling baja (steel cord).

Berikut adalah gambar dari bagian-bagian belt:

Gambar 4. Bagian bagian belt


12

Pemeliharaan terhadap belt yang merupakan salah satu komponen utama

belt conveyor perlu dilakukan agar tidak terjadi sobek dan putusnya belt. Ada

2 metode dalam penyambungan belt yaitu :

1. Hot Splicing

Hot splicing adalah proses penyambungan belt conveyor yang

proses vulkanisasinya dengan cara dipanaskan dengan menggunakan 1 set

heating platen dengan pressure bag atau menggunakan modul hydrolic.

Temperatur sangat berpengaruh terhadap kekuatan tarik dari hasil

sambungan belt tersebut. Langkah-langkah Hot Splicing :

a. Drawing

Sebelum melakukan proses pemotongan dan pengupasan belt,

terlebih dahulu adalah menggambar garis bantu. Untuk

mengkalkulasikan step length, berikut sertakan tabel untuk hal

tersebut.

Fabric Strength (Kg/cm) Step Length (mm)


50 – 120 100
121 – 150 150
151 – 200 200
201 – 250 250
251 – 300 300
301 – 350 350
351 – 400 400
401 – 450 450
Tabel 2. Kalkulasi Step Length Hot Splicing

b. Cutting and Peeling

Dalam proses memotong dan mengupas, hal yang perlu

diperhatikan saat memotong menggunakan cutter adalah usahakan

tidak sampai memotong canvas.


13

c. Grinding

Penggerindaan bertujuan untuk membuka pori-pori tie gum, bukan

untuk menghilangkan lapisan tie gum. Permukaan hasil gerinda harus

kasar (setelah digerinda, gosok dengan scratsch brush).

d. Cleaning

Kebersihan area yang akan dilakukan pengeleman harus terbebas

dari kotoran. Bersihkan permukaan sambungan dengan kain lap yang

dibasahi toluene.

e. Cementing

Pengeleman dilakukan dengan cara mengoleskan lem ke

permukaan sambungan hingga merata masuk kedalam pori-pori

canvas.

f. Tie Gum Assembling

Dalam proses ini, lakukan pemasangan tie gum di permukaan

sambungan top cover.

g. Joining

Tempelkan / tumpangkan kedua ujung sambungan, berikan

marking berupa garis center pada kedua ujungnya.

h. Cover Rubber Assembling

Pemasangan cover rubber diletakkan pada ujung sambungan top

dan cover rubber. Tebal cover rubber sesuai dengan tebal top dan

bottom cover rubber belt conveyor.


14

i. Press Curing

Proses ini bisa disebut juga dengan proses vulcanizing dengan

mesin vulcanizer dengan suhu tertentu. Berikut tabel curing time:

Tabel 3. Curing Time (1)


A B C D
Tebal Belt (mm)
A 143 ± 2˚C 148 ± 2˚C 150 ± 2˚C 164 ± 2˚C
≤ 6.0 15 15 20 40
6.1 -7.0 18 18 20 40
7.1 -8.5 19 19 20 40
8.6 - 10.0 20 20 22 42
10.1 - 11.5 21 21 23 43
11.6 - 13.0 24 24 24 44
13.1 - 14.5 26 26 25 45
14.6 - 16.0 28 28 28 48
16.1 - 17.5 30 30 29 49
17.6 - 19.0 31 31 31 51
19.1 - 20.5 32 32 34 54
20.6 - 22.0 35 35 35 55
22.1 - 23.5 37 37 36 56
23.6 - 25.0 38 38 38 58
26.6 - 28.0 41 41 39 59
28.1 - 29.5 43 43 42 62
29.6 - 31.0 46 46 43 63
31.1 - 32.5 48 48 46 66
32.6 - 34.0 51 51 48 68
34.1 - 35.5 54 54 50 70
35.6 - 37.0 46 46 53 73
37.1 - 38.5 46 46 56 76
38.6 - 40.0 58 58 60 80
40.1 - 41.5 60 60 62 82
41.6 - 43.0 62 62 64 84
43.1 - 44.5 64 64 66 86
44.6 - 46.0 66 66 69 87
46.1 - 47.5 68 68 72 92
47.6 - 49.0 70 70 74 94
49.1 - 50.0 72 72 76 96
49.1 - 50.0 74 74 78 98

Tabel 4. Curing Time (2)

j. Cheking

Proses checking ini meliputi memeriksa kelurusan, appearance,

tebal, lebar dan panjang belt conveyor.


15

2. Cold Splicing

Cold splicing atau proses penyambungan dingin, maksudnya

adalah proses penyambungan belt tanpa menggunakan alat pemanas

(heater), hanya menggunakan lem. Langkah-langkah Cold Splicing :

a. Drawing

Dalam proses drawing menyertakan rumus atau kalkulasi

perhitungan guna memaksimalkan kualitas hasil penyambungan belt

dengan rumus :

L=(0.3 x B)+( S x (n−1))+ 25+50

Keterangan :

L = Panjang Sambungan (mm)

B = Lebar Belt (mm)

S = Step Length (mm)

n = Total Ply

Fabric strength Step Length


(Kg/cm) (mm)
50 – 120 150
121 – 150 200
151 – 200 250
201 – 250 300
251 – 350 350
Tabel 5. Kalkulasi Step Length Cold Splicing

b. Cutting And Peeling

Dalam proses memotong dan mengupas, perhatikan saat memotong

menggunakan cutter agar tidak memotong canvas.


16

c. Grinding

Penggerindaan bertujuan untuk membuka pori-pori tie gum, bukan

untuk menghilangkan lapisan tie gum.

d. Cleaning

Kebersihan area yang akan dilakukan pengeleman harus terbebas

dari kotoran. Gunakan material splicing, yaitu Cleaning Solvent

untuk membersihkannya.

e. Cementing

Langkah pertama pengeleman : oleskan lem dengan merata, tunggu

10 s/d 20 menit. Pada waktu pengolesan, beri tekanan supaya lem

dapat meresap ke pori-pori belt. Langkah kedua pengeleman :

Oleskan lagi lem hingga merata. Untuk pengeleman kedua ini tidak

usah diberi tekanan.

f. Joining

Proses penggabungan dapat menggunakan plastik yang

ditempatkan diantara 2 ujung belt yang akan digabung untuk

memastikan belt tersebut sudah center, jika diperhatikan sudah center

keluarkan plastik tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi

adanya kegagalan yang menyebabkan mistracking belt.

g. Rolling

Pengerolan harus dilakukan secara vertikal maupun horizontal, dari

area tengah belt menuju ke luar supaya mengurangi terjebaknya udara

didalam belt.
17

h. Finishing

Potong sisa ujung cover rubber. Lakukan buffing pada permukaan

sambungan dan rapikan menggunakan buffing machine.

i. Checking

Proses checking ini meliputi memeriksa kelurusan, appearance,

tebal, lebar dan panjang belt conveyor.

Untuk biaya penyambungan belt, parameter yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Material penyambungan

2. Sewa alat penyambungan

3. Man power

4. Akomodasi

Belt digerakkan oleh dua buah pulley yaitu driven pulley dan undriven

pulley. Selain itu juga dilengkapi dengan oleh snab pulley yang berfungsi

untuk menjaga agar kontak antara belt dan driven pulley tetap besar serta

menjaga agar belt tetap bersih. Untuk membawa beban yang berat digunakan

duel driven pulley.

J. Penelitian Relevan

Mengenai penelitian yang mendukung judul ini, adapun beberapa

penelitian sebelumnya yang sejenis atau mendekati dengan judul Tugas Akhir

ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian oleh Recki Aosoby, Toto Rusianto, Joko Waluyo, 2016,

Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta dengan judul

“Perancangan Belt Conveyor sebagai Pengangkut Batubara dengan


18

Kapasitas 2700 Ton/Jam”. Pada penelitian ini membahas mengenai

kegiatan industri external transport maupun internal transport yang

mengalami masalah dalam pengangkutan dan pemindahan material dalam

kapasitas besar. Oleh karena itu dilakukan perancangan jenis kegiatan

produksi yang dilakukan terfokus pada kegiatan external transpot dimana

Conveyor digunakan untuk memindahkan batubara pada area

penumpukan pertambangan ke pengisian gerbong kereta, jarak

pemindahan sejauh 500 m, Conveyor dirancang untuk kapasitas 2700

ton/jam. Disini digunakan sabuk dengan jenis sabuk datar (flat belt)

berbahan karet dan katun yang menutupi rangka kawat baja dan terdiri

dari beberapa lapisan, mempunyai panjang 500 m, lebar 1800 mm dan

tebal 10 mm. Roller atas dengan lebar 820 mm dan berdiameter 194 mm.

Roller bawah 1900 mm berdiameter 194 mm, untuk pulley yang dipakai

ialah pulley dengan jenis tabung (tube pulley) dengan lebar 1900 mm dan

berdiameter 1200 mm, sedangkan motor penggerak berdaya 10 HP .

2. Penelitian oleh Muchammad Sochib dan Gaguk Mei Kusbiantoro, 2018,

Universitas Gresik dengan judul “Perencanaan Belt Conveyor Batubara

dengan Kapasitas 1000 Ton/jam di PT. Meratus Jaya Iron Steel

Tanah Bambu”. Pada penelitian ini menyatakan bahwa Conveyor PT.

Meratus Jaya Iron Steel sendiri sangat dibutuhkan karena akan digunakan

untuk mengangkut material yang merupakan bahan baku utama seperti

lump ore, batu bara dan untuk, lime stone, konveyor tersebut digunakan

untuk mempelancar kegiatan proses tetapi permasalahannya untuk


19

handling material terutama batubara dari pelabuhan ke stockpile masih

menggunakan tronton. Metode perencanaan yang digunakan dalam

perencanaan Belt Conveyor ini dengan referensi desain Belt Conveyor

yang sudah ada, melakukan pengamatan di lapangan terkait dengan

material yang diangkut yaitu batu bara jenis coal bitominous mined.

Berdasarkan hasil perhitungan perencanaan dengan kapasitas 1000

ton/jam dengan panjang 800 meter ketinggian 25 meter maka didapat

hasil untuk bulk density coal bitominous mined 0,80 ton/m³, surcharge

angle 25 degree, angle of repose 38 degree, belt width 1050 mm, cross

section area 0,13005 m², speed of belt conveyor 2,67 m/s, factor Kt 1,

berat belt 16 lbs/ft, diameter idler dipilih 159 mm, diameter drive pulley

dipilih 508 mm, daya yang dibutuhkan untuk memilih motor yaitu daya

dari penggerak sebesar 160,91 kw, dan jumlah putaran motor yang

dibutuhkan 1529,39 rpm.

3. Penelitian oleh Ahmad Amril N., A. Syuhri, dan M. Fahrur Rozy H, 2015,

Universitas Jember dengan judul “Pengaruh Variasi Waktu dan Suhu

terhadap Kekuatan Tarik Belt Conveyor (2-ply 1-step) pada

Penyambungan Sistem Panas”. Pada penelitian ini menyatakan bahwa

penggunaan Belt Conveyor untuk mengangkut material tidak dapat

dipisahkan dalam dunia industri. Salah satu dari permasalahan yang

sering terjadi pada Belt Conveyor adalah sabuk sobek atau putus pada

sambungannya. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan kekuatan tarik

terbaik pada proses penyambungan belt dengan metode hot splicing,


20

dengan memvariasikan kali (20, 30, 40 menit) dan suhu pemanasan (100,

150, 170 0C) dalam proses ini koneksi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kekuatan tarik terbaik diperoleh pada suhu 130 0C dan waktu 40

menit, yaitu sebesar 0,638 MPa.

4. Penelitian oleh Muslih Muhammad, Hari Arbiantara2, Ahmad Adib,

2015, Universitas Jember dengan judul “Pengaruh Suhu dan Waktu

terhadap Kekuatan Tarik dengan Pengujian Termal Mekanis pada

Belt Conveyor 2 Ply”. Pada penelitian ini menyatakan Belt merupakan

komponen utama yang bersentuhan langsung dengan material dan juga

merupakan komponen yang dapat diaus dalam sistem konveyor. Seiring

dengan kapasitas produksinya dan kurangnya ban berjalan yang tepat

pemeliharaan, ban berjalan akan mengalami berbagai kendala atau

masalah. Masalah yang sering terjadi adalah robeknya sabuk. Untuk

mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan penyambungan sabuk.

Metode penyambungan panas adalah salah satu metode yang dapat

membantu menghubungkan sabuk. Metode penyambungan panas

memanfaatkan panas, waktu, dan tekanan untuk menghubungkan sabuk.

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh temperatur dan

timing belt penyambungan terhadap kekuatan tarik dengan pengujian

mekanik termal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode eksperimen, suatu metode yang digunakan untuk menguji

pengaruh suatu perlakuan terhadap objek yang diteliti. Eksperimen

dilakukan pada variasi suhu penyambungan ( 130 0C, 145 0C dan 160 0C)
21

dan variasi waktu koneksi selama 20 menit, 30 menit dan 40 menit. Hasil

Menunjukkan kekuatan tertinggi nilai 5:14 MPa pada suhu

penyambungan 130 0C dan waktu penyambungan 40 menit.

5. Penelitian ini oleh Muhammad Isra, Irdoni, dan Bahruddin, Universiyas

Riau dengan judul “Pengaruh Suhu dan Tekanan Vulkanisasi

terhadap Morfologi dan Sifat Karet Alam Vulkanisat (Thermoset

Rubber) dengan Filler Abu Sawit / Carbon Black”. Pada penelitian ini

menyatakan bahwa produksi karet alam meningkat cukup baik di

Indonesia, sedangkan karet alam untuk menjadi produk dengan harga

yang bernilai tinggi masih kalah berkembang dibandingkan negara lain.

Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk memanfaatkan karet alam ini

menjadi produk dengan harga yang bernilai tinggi dari bahan baku (karet

alam) menjadi karet alam yang divulkanisir dengan proses vulkanisasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi terbaik

proses vulkanisasi pada pembuatan karet alam vulkanisir dengan filler fly

ash/carbon black yang merupakan variasi temperatur 140, 150 dan 160 °C

dan tekanan 50.100.150 dan 200 kgf/cm2. Hasil vulkanisasi karet alam

akan diuji sifat mekanik dan morfologinya. Berdasarkan hasil rata-rata

sifat mekanik dan morfologi yang diuji diperoleh bahwa kondisi operasi

proses vulkanisasi adalah suhu 150 °C dan tekanan 200 kgf/cm2.

6. Penelitian ini oleh Simon Togap Einstein Siahaan, Nurhakim, Adip

Mustopa, dan Yudo Prakoso, Universitas Lambung Mangkurat dengan

judul “Evaluasi Produktifitas Belt Conveyor dalam Meningkatkan


22

Target Produksi Pengapalan Batubara di Pelabuhan Khusus

Mitratama Perkasa Desa Muara Asam-asam, Kecamatan Jorong,

Kabupaten Tanah Lonjong, Provinsi Kalimantan Selatan”. Penelitian

ini menyatakan bahwa PT Mitratama Perkasa pada tahun 2012

merencanakan peningkatan target produksi pengapalan batubara sebesar 5

juta ton pertahun. Dengan demikian, perlu suatu kajian teknis dan

evaluasi agar produktivitas Conveyor dapat maksimal dan target produksi

tercapai. Untuk perhitungan produktivitas conveyor, koefisien section

area, sudut inklinasi, koefisien kemiringan, dan cross section area

dihitung dengan metode Bridgestone. Belt Conveyor pada PT Mitratama

Perkasa menggunakan tipe 3 conveyors rolls trough dengan trough angle

350 dan surcharge angle 200. Koefisien section area sebesar 0.1588,

kemiringan sudut inklinasi CV-02 100, CV-03 100, CV-04 120, koefisien

belt conveyor dengan kemiringan 100 adalah 0.95 dan untuk kemiringan

120 adalah 0.93, Kecepatan belt conveyor rata-rata CV-02 3.1 m/s, CV-03

3.3 m/s, CV-04 3.3 m/s, densitas batubara 0.94 ton/m³, hasil perhitungan

produktivitas teoritis adalah sebesar 2,317.067 ton per jam, produktivitas

aktual rata-rata belt conveyor sebesar 1,076.899 ton/jam.

7. Penelitian ini oleh A. Syaftian Febri,2019 , Universitas Sriwijaya dengan

judul “Kajian Teknik Kinerja Belt Conveyor untuk Memenuhi

Target Produksi Barging pada PT. Sriwijaya Bara Logistic di Pulau

Gading, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan”.

Penelitian ini menyatakan PT Sriwijaya Bara logistic belt conveyor


23

sebanyak 3 unit digunakan untuk mengirim batubara dari stockpile ke

tongkang. Untuk memenuhi pengiriman batubara agar target tercapai

perlu menganilisis terlebih dahulu produktivitas teoritis dan aktual

pengiriman. Produktivitas teoritis pengirimian batubara ditentukan oleh

kapasitas Belt Conveyor yang dihitung berdasarkan spesifikasinya, yaitu

lebar belt, jenis idler, dan sudutnya, kemiringan belt, jari-jari drive pulley,

dan kecepatan conveyor. Produksi aktual bisa dipantau dari lapangan dan

control room dengan melihat jumlah tonase batubara yang dikirim dibagi

dengan waktu kerja efektif. Target pengiriman batubara dibulan juli 2018

adalah 3.000 ton/hari. Tonase pengiriman batubara yang mencapai target

hanya jatuh pada saat pengiriman hari kedua yaitu sebesar 3.278,39 ton

dan hari ke 14 yaitu sebesar 3.154,769 ton, sedangkan tonase terendah

pengiriman pada hari 539,093 ton. Rendahnya pengiriman batubara

disebabkan oleh operational delay, operational delay adalah waktu

berhentinya proses pengiriman akibat waktu standby. Waktu

breakdown/repair dan penyebab lainnya. Produktivitas Belt Conveyor

secara teoritis dari 3 rangkaian Belt Conveyor adalah Produktivitas

conveyor 1 sebesar 480,485 ton/jam, Produktivitas conveyor 2 sebesar

484,873 ton/jam, dan Produktivitas conveyor 3 sebesar 488,361 ton/jam.

Nilai Produktivitas teoritis dan produktivitas aktual Belt Conveyor di PT

Sriwijaya Bara Logistic mempunyai hasil yang berbeda dimana nilai

produktivitas Belt Conveyor secara teoritis selalu lebihbesar daripada nilai

produktivitas aktual. Waktu kerja efektif sebelum evaluasi adalah sebesar


24

228,35 jam dengan produksi 64.644,39 ton/bulan, dan waktu efektif

setelah evaluasi adalah sebesar 269,16 jam dengan produksi 76.197,85

ton/bulan. Untuk meningkatkan produksi perlu dilakukan perawatan

terjadwal pada rangkaian Belt Conveyor.

8. Penelitian ini oleh Ryszard Blazej, Leszek Jurdziak, Agata Kirjanow, dan

Tomasz Kozlowski, 2015, Wroclaw University Of Technology dengan

judul “Evaluation of the Quality Of Steel Cord Belt Splices Based on

Belt Condition Examination Using Magnetic Techniques”. Penelitian

ini menyatakan bahwa prosedur penyambungan sangat mempengaruhi

kekuatan sambungan. Sambungan yang dilakukan dengan benar memiliki

kekuatan hingga 100% dari kekuatan nominal belt, sedangkan kekuatan

sambungan yang dilakukan dengan kurang benar mungkin 70% atau

bahkan lebih rendah. Setiap kesalahan yang dibuat selama prosedur

penyambungan menghasilkan penurunan kekuatan sambungan. Kondisi

operasi yang bervariasi dan operasi konveyor yang tidak stabil dapat

menyebabkan nilai kekuatan sambungan yang dilakukan melebihi nilai

sebenarnya. Hal ini pada gilirannya dapat menyebabkan putusnya

sambungan dan membawa konveyor ke penghentian darurat, sampai

kerusakan diperbaiki. Penghentian darurat mengakibatkan kerugian

finansial karena biaya tinggi tidak hanya untuk penyambungan dan

pemasangan ulang sabuk, tetapi juga untuk memindahkan material yang

tumpah dan waktu henti sistem transportasi yang lengkap. Kesalahan

praktis yang dilakukan selama penyambungan menghasilkan geometri


25

sambungan yang tidak sesuai, yang menurunkan kekuatan sambungan dan

dalam kasus ekstrim dapat menyebabkan kerusakan sambungan prematur.

Oleh karena itu peneliti melaukakan pemindaian sabuk magnetik dengan

perangkat lunaknya sendiri pada laboratorium diagnostik sabuk di MSD.

9. Penelitian ini oleh Anna Rudawska, Radovan MadleSebuahk, Lucia

Madle, dan Paweł Droździel, 2020, Lublin University of Technology

dengan judul “Investigation of the Effect of Operational Factors on

Conveyor Belt Mechanical Properties”. Penelitian ini bertujuan untuk

menyajikan efek pengaruh faktor operasional tertentu (suhu dan

kelembaban) pada sifat mekanik yang dipilih dari sabuk konveyor.

Pengujian dilakukan di ruang iklim, mensimulasikan efek suhu minimum

dan maksimal antara -30 0C sampai 80 0C (243 K hingga 353 K) pada

kelembaban tertentu, dan dalam ruang kejut termal di mana sejumlah

siklus penuaan diterapkan untuk rentang kejutan termal tertentu. Hasil uji

ruang iklim menunjukkan bahwa banyak parameter kekuatan memiliki

nilai yang tidak diinginkan pada suhu 10 0C (283 K) dan 80 0C (353 K)

pada kelembaban relatif 80%. Menariknya, hasilnya mengungkapkan

bahwa kekuatan tarik, modulus tarik dan kekuatan luluh lebih tinggi di

bawah suhu 0 0C dari di atas suhu 0 0C. Misalnya, membandingkan suhu

-30 ◦C (243 K) dan +30 ◦C (303 K) diperoleh perebdaan modulus tarik

hampir 10%, dan membandingkan suhu -30 ◦C (243 K) dan +10 ◦C (283

K) perbedaan persentasiya adalah 22%.


26

10. Penelitian ini oleh Barburski, M., Góralczyk, M., dan Snycerski, M.,

2015, University of Technology Lodz, Poland dengan judul “Analysis of

Changes in the Internal Structure of PA6.6/PET Fabrics of Different

Weave Patterns under Heat Treatment”. Penelitian ini menyatakan

bahwa Belt Conveyor banyak digunakan di hampir semua bidang industri,

pertanian dan arsitektur. Mereka juga digunakan di tambang bahan baku

dan mineral, di industri semen dan kapur, di pabrik kertas dan gula, serta

di pertanian, listrik, dan lain-lain. Belt Conveyor terdiri dari karkas kain

tenun (fabric carcass) dan penutup karet (rubber covers). Dalam proses

produksi, kain poliester poliamida divulkanisir mengalami suhu tinggi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana proses

perlakuan panas mempengaruhi geometri internal fabric dan apa dampak

fabric pada perubahan ini. Percobaan dilakukan dengan memasukkan

sembilan sampel kain poliester dan poliamida dari fabric yang berbeda

pada perlakuan panas pada suhu 160 °C selama 5, 10 dan 15 menit.

Dengan tujuan untuk mencerminkan kondisi yang berlaku di vulkanisasi.

Analisis pengukuran parameter dasar yang mencirikan struktur internal

kain menunjukkan bahwa fabric mempengaruhi ukuran perubahannya

selama paparan suhu tinggi.

K. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam melaksanakan

penelitian adalah sebagai berikut :


27

1. Studi Literatur

Studi literatur merupakan pencarian bahan pustaka terhadap

masalah yang akan dibahas meliputi studi tentang analisis mengenai

masalah yang akan dibahas meliputi studi tentang perencanaan

penyambungan belt conveyor melalui berbagai buku-buku, jurnal atau

laporan studi yang sudah ada.

2. Pengambilan Data

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan beberapa cara

pengumpulan ini menggunakan informasi atau data yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai objek yang menjadi

focus penelitian. Untuk memperoleh informasi, penulis menggunakan dua

metode pengambilan data yaitu data primer dan data sekunder. Data

primer merupakan data langsung yang berasal dari lapangan. Sedangkan

data sekunder yaitu data yang berasal dari literatur dan pihak perusahaan.

Kedua metode tersebut digunakan untuk proses pemecahan masalah yang

dilakukan oleh penulis.

Dalam penyelesaian masalah pada skripsi ini penulis melakukan

beberapa kegiatan antara antara lain :

a. Data Primer

Data primer yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan

masalah ini ialah :

1) Spec Conveyor Belt

b. Data Sekunder
28

Data sekunder yang dibutuhkan penulis untuk menyelesaikan

masalah ini ialah :

1) Jenis dan karakteristik material yang dibawa

2) Jenis dan karakteristik belt yang digunakan

3) Lokasi conveyor belt (outdoor) kaitan dengan curah hujan

L. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggabungkan antara teori dengan data-data yang didapatkan selama

kegiatan penelitian, sehingga di dapatkan pendekatan penyelesaian masalah.

Proses dalam teknik pengolahaan data sangat bergantung pada data primer dan

data sekunder.

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan perhitungan

menggunakan teori-teori yang telah didapatkan kemudian disajikan dalam

bentuk tabel, diagram, grafik dan perhitungan penyelesaian.

2. Analisa Data

Untuk pemecahan masalah dilakukan dengan berdasarkan pada

data yang diperoleh dilapangan yang didasari sumber-sumber yang

berhubungan dengan masalah yang ada dilapangan.

3. Hasil dan Kesimpulan

Data yang telah diolah dan dianalisis akan menghasilkan

kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dilapangan sebagai jawaban dari

rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dilakukan.


29

M. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah Belt Conveyor BC-06 Loading Conveyor

yang memiliki panjang 93.48m.

N. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan selama kegiatan penelitian ini adalah berupa

meteran untuk mengukur lebar belt aktual, jangka sorong untuk mengukur

tebal belt aktual, kamera untuk melakukan dokumentasi, alat tulis untuk

mencatat data-data saat dilapangan, serta laptop yang digunakan untuk

memasukkan dan mengolah data yang didapatkan saat pengamatan di

lapangan.

O. Tahapan Penelitian

Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data-data dari literatur-literatur

dan internet tentang perencanaan sambungan belt.

2. Observasi lapangan, yaitu pengamatan di lapangan meliputi perencanaan

sambungan belt.

3. Wawancara dengan instruktur lapangan serta orang-orang yang ahli

dibidangnya.
30

P. Kerangka Konseptual

“Perencanaan Sistem Penyambungan Belt Conveyor BC-06 dengan Metode


Hot Splicing untuk Mencapai Target Produksi 1000Ton/jam di Coal
Handling Facility PT. Surya Global Makmur Desa Teluk Jambu, Provinsi
Jambi”

INPUT PROSES

Data Primer: 1. Melakukan analisis mengenai


 Spec Conveyor Belt factor yang mempengaruhi
kekuatan sambungan.
Data Sekunder 2. Melakukan perhitungan kapasitas
 Jenis dan karakteristik Belt Conveyor dengan
material yang dibawa mempertimbangkan motor
 Jenis dan karakteristik penggerak.
belt yang digunakan 3. Melakukan perencanaan
 Lokasi conveyor belt (outdoor) sambungan Belt Conveyor BC-06
kaitan dengan curah hujan Metode Hot Splicing serta
perhitungan biaya.

OUTPUT

Mendapatkan rancangan sambungan Belt Conveyor BC-06


untuk memenuhi target produksi 1000 TPH
31

Q. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Orientasi Lapangan

Permasalahan

Studi Literatur

Data Primer Pengambilan Data Data Sekunder

 Jenis dan karakteristik material


Spec Conveyor Belt  Jenis dan karakteristik belt
 Curah hujan

Pengolahan dan Analisis

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan
32

Daftar Pustaka

Amril N, A. &. (2015). Pengaruh Variasi Waktu Dan Suhu Terhadap Kekuatan
Tarik Belt Conveyor (2-Ply 1-Step) Pada Penyambungan Sistem Panas.

Aosoby, R. R. (2016). Perancangan Belt Conveyor sebagai Pengangkut Batubara


dengan Kapasitas 2700 Ton/Jam. . Jurnal Teknik Mesin, 45-51.

Elistiyani, M. (2015). ANALISIS SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR


BERBASIS VARIABLE SPEED DRIVE (VSD) PADA PROSES
TRANSPORT BATUBARA DI PT KALTIM PRIMA COAL. Doctoral
dissertation, University of Muhammadiyah Malang.

Sochib, M. &. (2018). Perencanaan Belt Conveyor Batu Bara Dengan Kapasitas
1000 Ton Per Jam di PT. Meratus Jaya Iron Steel Tanah Bumbu. Wahana
Teknik, 7(1).

Toha, J. (2002). Konveyor Sabuk dan Peralatan Pendukung. Bandung: PT. Junto
Engineering.

Anda mungkin juga menyukai