Daftar Isi
halaman
1. Pembangunan Struktur Kerangka Tambang Bawah Tanah .........................................1
1.1 Sistem Kombinasi Vertikal-Horizontal .................................................................2
1.2 Sistem Sumuran Miring ........................................................................................4
1.3 Sistem Kombinasi Sumuran Miring Dan Sumuran Tegak ...................................6
1.4 Perbandingan Setiap Sistem .................................................................................6
2. Pemeliharaan Keselamatan dan Struktur Tambang Bawah Tanah ..............................7
2.1 Pencegahan Kecelakaan Dan Struktur Tambang Bawah Tanah Yang
Berhubungan Dengan Ventilasi ............................................................................7
2.2 Swabakar Dan Struktur Tambang Bawah Tanah ..................................................9
2.3 Semburan Gas Dan Struktur Tambang Bawah Tanah ........................................11
2.4 Metode Drainase Gas Dan Struktur Tambang Bawah Tanah .............................13
3. Penentuan Penampang Lorong ..................................................................................14
3.1 Hal Yang Mempengaruhi Penampang Lorong ...................................................14
3.2 Ekonomi Ruang ..................................................................................................15
3.3 Penampang Efektif .............................................................................................15
4. Penambangan Di Bawah Dasar Laut Dan Di Bawah Sungai ....................................17
4.1 Pembatasan Penambangan .................................................................................17
4.1.1 Rencana Penambangan Khusus Di Bawah Tanah Seperti
Di Bawah Dasar Laut ..................................................................................17
4.1.2 Penambangan Di Bawah Dasar Laut ...........................................................18
4.1.3 Penambangan Di Bawah Dasar Laut, Sungai Dan
Danau Yang Sebenarnya ..............................................................................21
4.2 Mendekati Tambang Bawah Tanah Lama ..........................................................26
Perencanaan Penambangan
Pendahuluan
Dari hasil penyelidikan geologi ditentukan apakah dilakukan penambangan terbuka
atau penambangan bawah tanah, dan apabila penambangan bawah tanah, maka ditentukan
metode ekstraksi batu bara.
Hal di atas telah dijelaskan pada bagian “Ringkasan Pembangunan Tambang Batu
Bara”, dan selanjutnya pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pembuatan rencana
penambangan sebenarnya, terutama pengembangan lorong yang sebenarnya.
B-2-2
jenis, yaitu sistem kombinasi vertikal-horizontal, sistem sumuran miring dan sistem
kombinasi sumuran miring dengan sumuran tegak.
B-2-3
1) Keuntungan sistem kombinasi vertikal-horizontal
(1) Dapat mencapai zona penambangan dengan jarak terpendek melalui sumuran
tegak, sehingga dibanding sumuran miring, dengan mudah dapat melewati
akuifer yang ada di tengah.
(2) Karena level utama dibuat lurus di dalam batuan, dapat dilakukan peningkatan
kecepatan pengangkutan yang menggunakan lokomotif.
(3) Dapat melakukan penambangan sejumlah lapisan batu bara melalui lorong utama
dengan kedalaman yang sama.
(4) Satu keuntungan dari segi pemeliharaan keamanan ventilasi adalah tahanan
ventilasi yang kecil, sebab sebagai lorong ventilasi utama digunakan sumuran
tegak, yang mencapai kedalaman penambangan dengan jarak terpendek, dan
digunakan level utama yang berpenampang besar, sehingga dapat dilakukan
ventilasi dalam jumlah besar secara ekonomis. Apabila sumuran tegak udara
masuk dan udara buang digali berdekatan, berarti sistem ventilasi yang digunakan
menjadi sistem terpusat, namun, karena jalan udara masuk maupun udara leluar
dibuat di dalam batuan, kecil kemungkinan terjadi bahaya kebocoran angin dan
swabakar.
(5) Karena pengangkutan dilakukan dengan kombinasi vertikal-horizontal, tidak ada
gangguan yang terjadi seperti pada pengangkutan dengan tali kawat di sumuran
miring, dan lagi bagian logam lori batu bara menjadi sederhana dan ringan.
(6) Drainase air dapat dipusatkan di sekitar dasar sumuran tegak.
B-2-4
pengangkutan yang bertambah, serta terjadi peningkatan tahanan ventilasi.
(3) Pengangkutan benda-benda panjang seperti rel dan pipa serta mesin-mesin besar
sangat sulit dilakukan di sumuran tegak pengerekan dan sumuran tegak buntu.
(4) Selain penggalian sumuran tegak yang mengambil tempat di gob atau daerah
tanpa batu bara, diperlukan penyisaan pilar pengaman. Sebagai contoh, untuk
sumuran tegak dengan kedalaman 700m dan sudut pecahan (fracture) 65°,
diperlukan penyisaan pilar pengaman dengan radius sekitar 370m.
(5) Pada sistem vertikal-horizontal murni, dengan bertambah dalamnya daerah
penambangan, pada suatu waktu tertentu harus dilakukan penggalian tambahan
untuk sumuran tegak, kemudian digali lorong baru di dasar sumuran pada
kedalaman tersebut dan menempatkan berbagai fasilitas. Pekerjaan tersebut sangat
sulit dan lagi kemampuan pengerekan sumuran tegak akan berkurang. Memang
tidak mustahil untuk melakukan pengerekan di tengah sumuran tegak, akan tetapi
sangat mempengaruhi kemampuan pengerekan.
(6) Kemampuan pengerekan sumuran tegak tidak fleksibel. Misalnya kita akan
melakukan pengerekan sekitar 1,2 juta ton di sumuran tegak yang memiliki
fasilitas produksi 1 juta ton, maka hal ini tidaklah mustahil dengan menambah jam
operasi. Namun, untuk menambah kemampuan pengerekan persatuan waktu,
diperlukan perbaikan mendasar dan berbagai biaya fasilitas, yang sangat sulit
dilakukan selama operasi. Alasan utama mengapa di Jepang hampir tidak
digunakan sistem vertikal-horizontal yang murni adalah bukan saja karena alasan
kerugian di atas, tetapi karena kebanyakan sumuran tegak di tambang batu bara
Jepang dibuat untuk menanggulangi keterbatasan pengangkutan langsung/
pengangkutan dengan lori yang dikerek (direct haulage) pada sumuran miring
akibat makin dalamnya daerah penambangan, di mana bagian yang lebih dalam
dari dasar sumuran tegak dikembangkan kembali dengan sumuran miring.
1.2 Sistem Sumuran Miring
Pada sistem ini pembangunan dilakukan dengan menggali sumuran miring dari singkapan
atau sekitarnya, di dalam lapisan batu bara atau di dalam batuan di bawah lapisan batubara.
(Lihat gambar)
B-2-5
pembangunannya dimulai dari singkapan atau sekitarnya, sehingga sistem yang
dikembangkan adalah sistem sumuran miring dengan pengangkutan langsung (direct
haulage). Pada sistem ini, 2 buah sumuran, yakni sumuran miring utama dan sumuran
miring parallel digali sejajar satu sama lain dengan jarak 30~40m. Kemudian dibuat level
masuk (butt level) di dalam lapisan batu bara dengan jarak yang sesuai dengan panjang
permuka kerja untuk melakukan penambangan batu bara di antara level masuk atas dan
bawah, dengan metode lorong panjang sistem maju atau sistem mundur.
Sumuran miring utama yang termasuk struktur dasar, penempatannya ada yang
mengambil di dalam lapisan batu dan ada yang di luar lapisan batu bara, terutama di dalam
batuan dinding bawah. Tambang batu bara Jepang yang dibangun pada awalnya
kebanyakan termasuk kategori pertama. Akan tetapi, metode ini mempunyai beberapa
kelemahan seperti “harus menyisakan pilar pengaman untuk melindungi lorong”,
“pemeliharaan lorong menjadi sulit karena tekanan besar akibat penambangan” serta
“bahaya timbulnya swabakar akibat banyaknya angin bocor”, sehingga pada tambang batu
bara yang dibangun dengan sungguh-sungguh, banyak yang sumuran miringnya dibuat di
dalam batuan. Dalam hal ini, biasanya sumuran miring dibuat di dalam batuan di bagian
bawah lapisan batu bara. Tetapi, apabila batuan bawah tidak kokoh sehingga lorong sulit
untuk dipelihara, sementara di bagian atas terdapat batuan yang kokoh, adakalanya lebih
menguntungkan jika sumuran miring dibuat di dalam batuan bagian atas. Selama ini di
Jepang juga sudah banyak diterapkan metode penambangan batu bara dengan membuat
sumuran miring di dalam batuan di bawah lapisan batu bara, kemudian level masuk utama
yang termasuk struktur panel juga digali di bawah lapisan batu bara, selanjutnya lapisan
batu bara dicapai melalui terowongan silang atau pocket, dan akhirnya dibuat lorong
masuk (gateway) untuk mengekstraksi batu bara.
Metode yang menempatkan sumuran miring untuk pengerekan serta level masuk
(butt level) utama di dalam batuan disebut struktur sistem ruang (3 dimensi). Sedangkan
apabila penempatannya di dalam lapisan batu bara disebut struktur sistem bidang (2
dimensi). Sistem ruang (3 dimensi) mempunyai keuntungan sebagai berikut.
(1) Apabila jarak antara sumuran miring untuk pengerekan dan lapisan batu bara
diambil yang sesuai, tidak diperlukan penyisaan pilar pengaman untuk sumuran
miring dan pemeliharaan sumuran miring menjadi mudah.
(2) Lapisan batu bara yang relatif berdekatan dapat ditambang semuanya melalui
satu buah sumuran miring, sehingga sistem pengangkutannya dapat
disederhanakan dan dapat menghemat biaya investasi fasilitas.
(3) Apabila struktur panel yang digunakan adalah sistem ruang (3 dimensi) seperti
telah dijelaskan di atas, maka walaupun penambangan batu bara dimulai dari
sekitar sumuran miring, tetap dapat menggunakan sistem mundur pada lorong
masuk. Selain itu, dengan membuat permuka kerja di setiap level masuk, dapat
B-2-6
dilakukan pemusatan zona melalui produksi besar pada kedalaman
penambangan yang sama.
B-2-7
sumuran miring, akan terulang kembali keterbatasan seperti telah diuraikan di atas. Oleh
karena itu, untuk pengangkutan keluar batu bara, sebaiknya digunakan sistem sumuran
miring belt conveyor.
Selanjutnya marilah kita lihat ventilasi. Apabila pengembangan bagian dalam
dilakukan hanya dengan sumuran miring, akan timbul kesulitan dan kerugian karena
membesarnya tahanan ventilasi, sehingga lebih baik menambah sumuran tegak ventilasi
sesuai kebutuhan. Sebagian besar lorong utama akan digunakan untuk waktu yang lama
selama adanya tambang batu bara tersebut, atau sampai selesainya penambangan zona
tersebut, sehingga akan memberikan pengaruh yang besar kepada pengelolaan tambang
batu bara secara keseluruhan. Oleh karena itu, sistem penggalian dan pengembangan
lorong merupakan hal yang paling memerlukan pertimbangan seksama.
Seperti diuraikan di atas, terdapat bermacam-macam sistem untuk membuat struktur
kerangka tambang bawah tanah. Sebagai dasar pemikiran pengembangan lorong, dapat
disebutkan 3 pokok sebagai berikut.
(1) Pemilihan batuan
Pilihlah batuan yang kokoh untuk mempermudah pemeliharaan lorong.
(2) Pertimbangan aspek keselamatan
Buatlah strukturnya agar dapat mencegah bencana seperti kebakaran tambang bawah
tanah, swabakar, ledakan gas serta semburan gas, dan andaikata terjadi kecelakaan,
dapat meminimumkan kerugian.
(3) Kondisi keberadaan lapisan batu bara
Buatlah agar dapat dilakukan penambangan yang paling rasional, dengan
mempertimbangkan jumlah dan kemiringan lapisan batu bara.
Dari ketiga pokok di atas, pembuatan struktur kerangka untuk daerah penambangan batu
bara yang ideal adalah ;
・Stuktur panelnya harus memungkinkan penambangan batu bara per blok.
・Jalan udara buang memakai sistem ventilasi independen khusus untuk setiap panel.
・ Menggunakan sistem lorong di dalam dinding bawah (atau dinding atas) dan
mendekati lapisan batu bara melalui terowongan silang (cross cut).
B-2-8
semakin bertambah, kemudian dengan penerapan mekanisasi tambang bawah tanah jumlah
debu batu bara yang timbul bertambah, dan bersamaan dengan itu penggunaan motor
listrik yang merupakan salah satu sumber api utama penyebab ledakan meningkat di lokasi
terdepan (permuka kerja).
Oleh karena itu, walaupun faktor yang dapat berkembang menjadi ledakan
bertambah, harus diupayakan agar sama sekali tidak terjadi ledakan, baik ledakan besar
maupun ledakan kecil lokal. Hal utama yang menakutkan dari ledakan di dalam tambang
bawah tanah adalah ledakan kecil yang kadangkala dapat meluas menjadi ledakan besar,
terutama akibat mengalirnya gas sisa (after gas) ke blok lain, yang membawa banyak
korban, dan terjadi kerusakan berat pada fasilitas di dalam tambang bawah tanah akibat
tekanan ledakan.
Seperti diuraikan di depan, ledakan kecil lokal sekalipun tidak boleh terjadi, namun
marilah sekarang kita asumsikan terjadi ledakan, maka sebagai tindakan tahap kedua, perlu
ditetapkan suatu langkah untuk menahan bencana, seperti meluasnya ledakan dan mengalir
masuknya gas sisa, seminimum mungkin. Oleh karena itu, sudah barang tentu harus
mempersiapkan berbagai tindakan terhadap debu batu bara, seperti rak debu batu (rock
dust shelf), rintangan air (water barrier) dan daerah debu batu berkonsentrasi tinggi, dan
selain itu untuk struktur tambang bawah tanah harus diambil tindakan yang memadai,
seperti berikut ini.
(1) Ventilasi setiap blok dan setiap permuka kerja dibuat berdiri sendiri (independen)
secara sempurna.
Peraturan keselamatan tambang batu bara Jepang menetapkan, bahwa pada tambang
batu bara kelas A, ventilasi pada setiap lokasi kerja harus dibuat berdiri sendiri. Namun,
seandainya pada waktu ledakan meluas ke sisi udara masuk hingga gas sisa mengalir
masuk ke blok atau lokasi kerja lain, maka ventilasinya tidak dapat dikatakan ventilasi
independen sempurna. Oleh karena itu, walaupun udara buang dari tiap blok tidak masalah
digabung ke jalan udara buang utama, namun untuk udara masuk harus dibuat sistem yang
terpisah dengan membuat jalan udara masuk khusus untuk setiap blok, sehingga apabila
terjadi ledakan, sama sekali tidak ada kekhawatiran gas sisa mengalir masuk ke blok lain.
Pada gambar kanan, A adalah sistem ventilasi yang ideal. Menurut cara ini, seandainya
terjadi ledakan di blok P1, maka blok P2 dan P3 dapat terhindar dari pengaruhnya.
Sedangkan pada sistem B, apabila terjadi ledakan di blok P 1, ada resiko gas sisa mengalir
masuk ke blok P2.
B-2-9
Hal yang sama berlaku juga pada tiap
permuka kerja. Dalam artian ini, sedapat
mungkin harus dihindari pembuatan lebih
dari 2 permuka kerja untuk 1 level masuk,
kecuali bila jumlah gas yang timbul sedikit.
Apabila dilakukan penggalian lubang
bukaan ekstraksi batu bara dari jalan udara
masuk utama, sudah barang tentu harus
dibuat ventilasi independen yang sempurna dengan menggali lorong paralel yang
berhubungan langsung ke jalan udara buang.
(2) Akibat tekanan ledak pada waktu terjadi ledakan, fasilitas ventilasi mengalami
kerusakan dan sistem ventilasi menjadi kacau, sehingga seringkali daerah yang terkena
pengaruhnya meluas. Untuk mencegahnya, perlu diambil tindakan seperti alur udara (air
bridge) utama yang merupakan alur udara alami dan pagar fondasi pintu udara dibuat dari
konstruksi beton agar tidak rusak oleh ledakan.
(3) Struktur tambang bawah tanah sedapat mungkin menggunakan sistem struktur ruang,
lorong utama dibuat di dalam batuan, penyangga dibuat kokoh, dan bersama dengan itu
perlu melakukan tindakan pertahanan terhadap ledakan dengan sempurna. Pada umumnya,
lorong di dalam batuan lebih tahan terhadap tekanan ledak dari pada lorong di dalam
lapisan batu bara, terutama lorong dengan penyangga beton adalah aman. Ambruknya
lorong pada waktu ledakan sangat mempersulit usaha meloloskan diri dan usaha
pertolongan. Oleh karena itu, ditinjau dari sudut inipun, sangat diperlukan membuat lorong
yang kokoh.
(4) Pada sumuran miring yang melakukan direct haulage batu bara, serta sumuran miring
yang melakukan direct haulage material dan ampas, lebih baik tidak digelar kabel
transmisi listrik. Dalam artian ini, maka penggunaan long span conveyor yang motor
listriknya dipasang di dekat portal, sangat efektif. Apabila dari segi peraturan tidak ada
halangan, maka kabel transmisi listrik di sumuran miring lebih aman digelar di jalan udara
buang utama yang tidak melakukan pengerekan.
B-2-10
masuk tanpa gejala awal, tiba-tiba ditemukan nyala api. Penanganan terhadap swabakar
yang telah berkembang sampai titik nyala api, menjadi sangat sulit. Oleh karena itu,
kadang kala mengakibatkan kebakaran tambang bawah tanah atau ledakan, sehingga bisa
terjadi keadaan sebagian atau seluruh tambang bawah tanah terpaksa ditutup rapat
(sealing) atau dibanjiri (direndam) dengan air.
Untuk mencegah swabakar, pada waktu ekstraksi batu bara harus diambil berbagai
tindakan seperti menutup angin bocor dengan pengisian fly ash atau sealing dengan
lempung pada dinding lorong bekas ekstraksi batu bara, mengurangi batu bara tersisa
karena sesar, senantiasa memperhatikan gejala swabakar dengan menerapkan metode
penemuan dini seperti pengukuran temperatur dinding batu bara dan pendeteksian gas CO.
Namun, bukan usaha pencegahan swabakar saja yang diperlukan. Untuk mempermudah
penanganan apabila terjadi swabakar, struktur bawah tanah dari tambang batu bara yang
beresiko tinggi terhadap swabakar sebaiknya diambil langkah sebagai berikut.
(1) Struktur tambang bawah tanah menggunakan sistem ruang, kemudian lorong di dalam
lapisan batu bara dibuat sesedikit mungkin, dan lorong yang sudah ditambang
secepatnya ditutup rapat (sealing).
(2) Terutama untuk tambang bawah tanah yang beresiko tinggi terhadap swabakar,
digunakan ekstraksi batu bara sistem panel, dan jalan di dalam pilar pengaman segera
ditutup rapat setelah selesai penambangan.
Gambar di bawah adalah satu contoh yang menggambarkan bagaimana seharusnya
struktur utama pada tambang bawah tanah yang beresiko tinggi terhadap swabakar. Pada
contoh ini, pengembangan ke bagian dalam dilakukan per blok dengan menggunakan
sistem panel, di mana hubungan antara setiap sumuran dengan blok lain dibatasi hanya
melalui level utama di bagian atas, dan masing-masing mempunyai ventilasi independen.
Dengan struktur seperti ini, apabila terjadi swabakar di dalam suatu blok dan blok tersebut
perlu dibanjiri dengan air,maka dapat diambil tindakan secara aman tanpa mempengaruhi
blok-lain.
B-2-11
Sementara, apabila lorong di dasar sumuran tegak dibuat di bagian terbawah pada
zona ekstraksi batu bara seperti pada sistem Eropa Barat, atau juga apabila level utama
dibuat di bagian paling bawah pada sistem sumuran miring, maka pembanjiran
dikhawatirkan mempengaruhi seluruh tambang bawah tanah. Dalam hal terjadi ledakan
gas, semburan gas atau kebakaran di dalam tambang bawah tanah, sistem panel seperti ini
juga efektif untuk membatasi bencana pada satu blok saja. Kemudian, tentu saja perlu
dipikirkan untuk memanfaatkan zona sesar sebagai batas setiap panel. Pada masa lalu, di
Jepang juga pernah ada tambang batu bara yang memanfaatkan zona sesar untuk
membangun struktur tambang bawah tanah.
Selain itu, apabila setiap panel telah mencapai kedalaman tertentu, level utama
dipindahkan ke kedalaman di bawahnya, kemudian sumuran miring belt utama
diperpanjang sampai kedalaman tersebut, dan penambangan bagian bawah dilakukan
dengan sistem panel yang sama untuk merasionalisasi pengangkutan pekerja, ampas dan
material. Dalam kasus ini, panel yang telah ditambang sebaiknya ditutup rapat secara
sempurna dengan menyisakan sumuran miring udara buang.
B-2-12
terjadi terus menerus, tetapi akan muncul pada waktu mendekati zona tertentu.
Semburan gas ini terutama sering muncul selama penggalian lubang bukaan di dalam
lapisan batu bara, atau sesaat sebelum dan sesudah lorong di dalam batuan mencapai
lapisan batu bara, atau pada saat mendekati zona kerusakan sesar (shear fracture zone).
Namun, adakalanya di permuka kerja juga bisa terjadi. Terutama pada ekstraksi sistem
maju, pernah terjadi kasus di mana terjadi semburan di permuka kerja atau pada waktu
sedang melakukan penggalian lubang bukaan, yang mengakibatkan kecelakaan besar.
Semburan gas ini bukan saja bahaya karena bisa mematikan orang dilokasi semburan
akibat kehabisan napas oleh gas atau batu bara serbuk, serta memakan korban kehabisan
napas di tempat yang dialiri gas semburan dalam jumlah besar, tetapi bahaya yang lebih
besar adalah apabila gas ini menyala hingga terjadi ledakan besar. Pada masa lalu, di
tambang batu bara Jepang juga tidak jarang terjadi kasus seperti ini.
Dari segi struktur tambang bawah tanah, untuk mencegah semburan gas dan
meminimumkan bencana apabila terjadi semburan, harus diperhatikan hal-hal berikut :
(1) Baik struktur utama maupun struktur panel harus berupa struktur ruang (3 dimensi),
kemudian lorong utama digali di dalam batuan dinding bawah sebelum memulai
ekstraksi blok tersebut, selanjutnya dari lorong ini dilakukan belasan pengeboran
terhadap lapisan batu bara dengan jarak tertentu menurut standar yang ditetapkan,
untuk melaksanakan drainase gas serta eksplorasi semburan gas.
(2) Pada waktu menjangkau lapisan batu bara dari lorong utama di dinding bawah melalui
terowongan silang, harus dilakukan penyelidikan zona semburan dengan melakukan
belasan pengeboran pandu (advanced boring) menurut standar yang ditentukan, dan
untuk selanjutnya, selama penggalian lubang bukaan untuk ekstraksi juga harus
dilakukan advanced boring.
(3) Pada tambang bawah tanah yang beresiko terjadi semburan gas, di dinding bawah butt
level pada satu level di bawah atau lebih bawah lagi dari butt level yang sedang
ditambang, harus dilakukan penanganan seperti butir di atas, dan udara buang
dihubungkan langsung ke jalan udara buang utama. Selain itu, pada waktu terjadi
semburan dasyat, ada kemungkinan gas akan mengalir masuk ke sisi udara masuk
(segar), sehingga untuk bersiap menghadapi situasi tersebut, sumber api penyala gas
yang ada di jalan udara masuk di sekitarnya juga perlu disingkirkan.
(4) Permuka kerja sedapat mungkin memakai sistem mundur dan ventilasinya memakai
sistem independen sempurna.
(5) Sejak sehari-hari, dilakukan latihan cara memutuskan transmisi listrik ke dalam
B-2-13
tambang bawah tanah apabila terjadi semburan gas, serta cara mengungsi pada saat
menemukan gejala semburan gas.
(2) Jumlah gas yang disingkirkan melalui ventilasi berkurang drastis, sehingga jumlah
udara ventilasi bisa dikurangi, daya ventilasi berkurang dan luas penampang ekonomi
lorong dapat diperkecil.
Akan tetapi, metode drainase gas mempunyai masalah-masalah sebagai berikut :
1) Jumlah gas drainase di tambang batu bara yang melaksanakan metode drainase gas
adalah rata-rata 50~60% dari seluruh gas yang timbul, sedangkan sisa gas di luar
itu tetap harus disingkirkan melalui ventilasi. Persentase drainase gas ini
diperkirakan hampir telah mencapai batas maksimum. Sementara itu, semakin
dalam blok penambangan, jumlah gas yang timbul juga semakin meningkat. Oleh
karena itu, apabila terlalu berlebihan memandang hebat terhadap efek drainase gas,
sementara persyaratan jalan udara dan fasilitas ventilasi lainnya agak dilonggarkan,
akan timbul bahaya kebuntuan (keterbatasan) sistem ventilasi di kemudian hari.
2) Jumlah gas yang timbul dapat berubah-ubah menurut kondisi lapisan batu bara
serta geologi, perubahan tekanan atmosfir dan lain-lain. Sedangakan kapasitas
peralatan drainase gas, seperti pipa dan blower sudah tertentu, sehingga jumlah gas
yang dapat didrainase ada batasnya. Apabila jumlah gas yang timbul melampaui
batas tersebut, gas akan mengalir masuk ke dalam tambang bawah tanah, sehingga
keadaan tambang bawah tanah bisa menjadi bahaya.
3) Metode drainase gas adalah metode pengeluaran gas dari tanah perawan, gob,
lubang/gua tua dan lain-lain, yang dilakukan secara buatan dengan memberikan
tekanan vakum yang tinggi menggunakan berbagai peralatan yang rumit, sehingga
kadang-kadang terjadi kerusakan pada peralatan tersebut. Oleh karena itu,
adakalanya tidak dapat dilaksanakan drainase gas secara sempurna.
B-2-14
(1) Pipa drainase gas utama harus digelar di jalan udara buang. Apabila drainase gas
dilakukan di sisi udara masuk, pipa drainase gas harus secepatnya diarahkan ke jalan
udara buang. Selain itu, di lorong yang digelari pipa drainase gas, harus diambil
tindakan-tindakan seperti pendebuan (rock dusting) sempurna dan penyanggaan
sempurna agar pipa drainase gas tidak mengalami kerusakan, misalnya oleh atap yang
runtuh.
(2) Drainase gas pada tanah perawan adalah metode yang paling sempurna dan aman.
Dalam hal ini, struktur panel dibuat sistem ruang, kemudian secepatnya digali lorong
di dinding bawah pada kedalaman di bawah blok ekstraksi sekarang, selanjutnya dari
situ dengan mengambil jarak tertentu dibor lubang drainase gas masing-masing
belasan jumlahnya, dan dilakukan drainase gas dengan menembus setiap lapisan.
Dalam hal ini, waktu pelaksanaan drainase gas yang baik adalah lebih dari satu tahun
sebelum dimulai ekstraksi batu bara.
(3) Metode yang rasional untuk melakukan drainase gas terhadap lapisan ganda (multiple
seam) dengan jarak antar lapisan yang lumayan besar adalah mengekstraksi dulu
lapisan batu bara yang jumlah gas timbulnya sedikit dan sedapat mungkin lapisan
bagian bawah. Setelah berhasil mengendorkan lapisan tanah, selanjutnya dilakukan
drainase gas terhadap lapisan batu bara lain melalui lubang drainase gas yang panjang.
Metode ini efektif, terutama kalau batu baranya bersifat keras dan rapat.
(4) Walaupun sudah dilakukan drainase gas, toleransi (kelebihan) terhadap jumlah udara
ventilasi tetap harus dipertimbangkan, sebab pelaku penyingkiran gas yang utama
tetap melalui ventilasi, sedangkan drainase gas sebaiknya dianggap sebagai pembantu
saja.
B-2-15
masalah sekunder. Oleh karena itu, di tambang logam, penampang lorong yang
dipertimbangkan dari segi ventilasi relatif jarang dilakukan. Sedangkan untuk tambang
batu bara, karena disertai gas emisi yang banyak, pertimbangan penampang lorong dari
segi ventilasi dipandang penting, bahkan melebihi pertimbangan dari segi pengangkutan
dan drainase air.
B-2-16
paling hanya sekitar 20%. Sedangkan, di negara-negara Eropa Barat yang lori batu baranya
sempit dan ramping memanjang, dengan pengerek ganda dan 4 buah cage, ada tambang
batu bara yang mencapai efisiensi tinggi dengan angka tersebut yang dapat mencapai lebih
dari 30% atau bahkan mencapai 40%. (Perhatikan gambar). Dari gambar di atas dapat
diketahui dengan mudah, apakah telah dilakukan pertimbangan dari segi ekonomi ruang
atau tidak, serta apakah akan menimbulkan perbedaan dan pengaruh yang besar dalam
pengelolaan tambang batu bara.
B-2-17
lori tambang.
B-2-18
air.
(8) Hal yang berhubungan dengan standar penambangan.
(9) Hal yang berhubungan dengan tindakan terhadap sesar.
1) Mengenai penyelidikan
(1) Kedalaman laut di daerah rencana penambangan serta sekitarnya diukur dulu
secara teliti, dan kondisi geologi dari dasar laut hingga mencapai lapisan batu bara
harus diselidiki melalui pengeboran atau cara lain.
(2) Setelah penyelidikan, lubang bor pada butir (1) harus diisi kembali, misalnya
dengan semen.
3) Mengenai penambangan
(1) Penambangan harus memakai metode ekstraksi batu bara sistem panel, dan dibuat
dam penahan air yang dilengkapi pintu, agar dapat menutup jalan per setiap blok.
Kecuali, kedalaman di bawah dasar laut lebih dari 200m, maka tidak termasuk
dalam pembatasan ini.
(2) Pada penggalian lubang bukaan ke daerah yang tidak jelas kondisi geologinya,
harus dilakukan advanced boring lebih dari 10m, tidak mendekati lubang bor
dengan jarak lebih dekat dari 5m, dan lubang bukaan harus mendahului
permukaan ekstraksi batu bara lebih dari 50m.
(3) Advanced boring dilakukan menyusuri garis perpanjangan lorong, atau apabila
diperlukan, harus dilakukan juga ke arah yang lain. Kecuali, kedalaman di bawah
dasar laut lebih dari 200m, maka tidak termasuk dalam pembatasan ini.
(4) Tidak boleh melakukan penambangan di bawah dasar laut pada lokasi seperti di
B-2-19
bawah ini.
1 Lokasi dengan ketebalan lapisan tersier di bawah 10m, apabila lapisan
kuarter di bawah dasar laut lebih dari 30m.
2 Lokasi dengan ketebalan lapisan tersier di bawah 20m, apabila lapisan
kuarter di bawah dasar laut lebih dari 10m tetapi kurang dari 30m.
3 Lokasi dengan ketebalan lapisan tersier di bawah 40m, apabila lapisan
kuarter di bawah dasar laut lebih dari 5m tetapi kurang dari 10m.
4 Lokasi dengan ketebalan lapisan tersier di bawah 60m, apabila lapisan
kuarter di bawah dasar laut kurang dari 5m.
5 Lokasi yang berjarak kurang dari 100m dari singkapan lapisan batu bara di
bawah dasar laut, menyusuri kemiringan lapisan batu bara bersangkutan.
6 Lokasi yang berjarak kurang dari 100m dari tambang bawah tanah lama
yang telah tenggelam di bawah air atau dikhawatirkan telah tenggelam,
dengan menyusuri lapisan batu bara bersangkutan.
7 Dalam kasus selain butir ⑥, yaitu bagian atas lokasi yang permukaan airnya
rendah pada tambang bawah tanah lama yang tenggelam, atau lokasi
berjarak kurang dari 30m dari tambang bawah tanah lama yang tenggelam
atau dikhawatirkan telah tenggelam.
(5) Apabila akan dilakukan penambangan di bawah dasar laut pada lokasi seperti di
bawah ini, maka penambangan tersebut harus dilakukan pada masa akhir tambang
batu bara, dengan sistem pengisian penuh gob atau sistem pilar pengaman yang
menyisakan pilar batu bara.
1 Lokasi dengan ketebalan lapisan tersier lebih dari 10m kurang dari 20m,
apabila lapisan kuarter di bawah dasar laut lebih dari 30m.
2 Lokasi dengan ketebalan lapisan tersier lebih dari 20m kurang dari 40m,
apabila lapisan kuarter di bawah dasar laut lebih dari 10m tetapi kurang dari
30m.
3 Lokasi dengan ketebalan lapisan tersier lebih dari 40m kurang dari 60m,
apabila lapisan kuarter di bawah dasar laut lebih dari 5m tetapi kurang dari
10m.
4 Lokasi dengan ketebalan lapisan tersier lebih dari 60m kurang dari 100m,
apabila lapisan kuarter di bawah dasar laut kurang dari 5m.
(6) Untuk lorong yang melewati sesar yang dikhawatirkan banyak bahaya semburan
air, harus dibuat dam penahan air serta dilakukan tindakan penahanan air seperti
injeksi semen dan pelapisan beton.
① Pada penambangan batu bara di sekitar sesar yang dikhawatirkan banyak
B-2-20
bahaya semburan air, harus disisakan dinding batu bara lebih dari 20m di
kedua sisinya.
6) Mengenai penerang
(1) Lorong pengangkutan utama dan lorong tambang (manway) dilengkapi alat
penerang, serta agar pada waktu terendam air, lampu di luar blok bersangkutan
tidak padam, maka harus dilengkapi fasilitas yang memadai. Kecuali lokasi yang
kandungan gas terbakarnya selalu melampaui 1,5%, tidak termasuk dalam
pembatasan ini.
(2) Orang yang tidak membawa lampu pengaman (safety lamp) tidak diperbolehkan
masuk ke dalam tambang bawah tanah.
B-2-21
⑦ Hasil penelitian ①~⑥ serta tindakan darurat yang diambil terhadapnya,
harus dicatat pada buku harian keselamatan.
4.1.3 Penambangan Di Bawah Dasar Laut, Sungai Dan Danau Yang Sebenarnya
Apa yang ditulis di depan terutama adalah perkenalan mengenai hal-hal yang diatur
di dalam peraturan keselamatan tambang batu bara di Jepang, tentang penambangan di
bawah dasar laut, dasar sungai dan dasar danau, di mana peraturan-peraturan ini adalah
produk penting yang merupakan hasil perbaikan berulang kali terhadap undang-undang,
berdasarkan pengalaman dan berbagai kegagalan selama bertahun-tahun dalam
penambangan bawah tanah di Jepang, yang mengutamakan penghormatan kepada jiwa
manusia dan keselamatan kerja. Saat ini, ada dua tambang batu bara bawah tanah di
Jepang, yaitu Matsushima Coal Mining dan Taiheiyo Coal Mining, di mana selain berbagai
peraturan yang ditulis di depan, kedua tambang tersebut mempunyai ketentuan
keselamatan dan standar kerja yang ditentukan oleh tambang batu bara itu sendiri,
sehingga dengan mengikutinya dapat melanjutkan penambangan di bawah dasar laut
dengan aman.
B-2-22
Seandainya, di dalam negeri Indonesia akan dilakukan penambangan di bawah dasar
laut, dasar sungai atau dasar danau, maka diperlukan penetapan peraturan yang mantap,
dengan mengambil referensi bukan saja dari peraturan-peraturan Jepang, tetapi mengambil
juga referensi dari berbagai peraturan negara-negara lain, serta melakukan penyelidikan
dan pertimbangan yang baik terhadap kondisi geologi Indonesia. Selain itu, pada waktu
melakukan penambangan yang sebenarnya di bawah dasar laut, dasar sungai atau dasar
danau, tentunya diperlukan kerjasama dengan insinyur/teknisi yang memiliki pengalaman
penambangan bawah tanah seperti ini.
Pada waktu mengekstraksi batu bara, atap berturut-turut turun atau ambruk karena
terjadi rongga di gob, yang pengaruhnya makin lama makin ke bagian atas. Dalam kasus
tertentu, gejala ini bisa mencapai permukaan bumi (agak berbeda menurut sifat batuan
bagian atas ekstraksi, namun mengenai waktu amblesan setelah ekstraksi batu bara, untuk
kedalaman ekstraksi sekitar 150m, amblesan permukaan dimulai 3 bulan kemudian dan
berakhir setelah sekitar 2,5~3 tahun, di mana besarnya amblesan diperkirakan sekitar
50~60% dari ketebalan lapisan batu bara yang diekstraksi. Kemudian ada satu contoh
khusus, yaitu apabila kedalamannya lebih dari 300m, amblesan dimulai 6 bulan kemudian,
berakhir dalam waktu sekitar 3,5~4 tahun dan besarnya amblesan mencapai 70% dari
ketebalan lapisan batu bara yang diekstraksi). Keadaan amblesan permukaan tanah akan
cenderung seperti gambar.
Bagian (a) yang di tengah mengalami tekanan,
bagian (b) hampir tidak mengalami apa-apa,
bagian (c) akan mengalami tarikan, sehingga
di bagian ini mudah terjadi retakan. Apabila di
sekitar (c) ini terdapat titik lemah seperti sesar
dan perlipatan, maka pengaruhnya semakin
membesar.
dasar danau atau dasar sungai, akan menjadi penyebab terendamnya tambang bawah tanah.
Oleh karena itu, untuk mencegah bencana ini, pada waktu penggalian lubang bukaan atau
B-2-23
ekstraksi, harus selalu diambil tindakan yang tepat agar tidak keliru menangani sesar atau
perlipatan serta gob. Berikut ini akan diuraikan mengenai berbagai pertimbangan, dengan
menggolongkan masalah tersebut di atas menjadi pokok-pokok utama.
2) Struktur geologi
Daerah perubahan struktur geologi seperti sesar dan perlipatan, pada umumnya
mendapat perhatian sebagai titik lemah lapisan, namun di antaranya, yaitu sesar,
memerlukan perhatian khusus. Walaupun pergeseran sesarnya kecil, kita tidak boleh
lengah, sebab pada masa lalu di Jepang juga tidak jarang terjadi kasus kecelakaan yang
disebabkannya. Sesar terbalik (reverse fault) adalah sesar yang terjadi karena bekerja gaya
dari samping, di mana celah atau rongga sepanjang bidang sesarnya sedikit, namun pada
sesar yang diyakini terjadi sebagai akibat gaya tarik, yaitu seperti pada sesar retak, kadang-
kadang di celah tersebut terdapat lapisan lempung dan lapisan lain. Lempung ini, pada
awalnya mengalir keluar bersama sejumlah kecil air, lambat laun memperlebar celah, dan
akhirnya menjadi penyebab terbawa keluarnya sejumlah besar air dalam seketika. Selain
itu, pada sesar terdapat ketidakselarasan (unconformity) lapisan, urat batuan vulkanik dan
lain-lain, yang semuanya menjadi penyebab retakan besar pada atap di bekas ekstraksi batu
bara. Kemudian, dalam banyak kasus di tambang batu bara, hal-hal tersebut di atas
kelihatannya relatif mudah untuk dikelompokkan menurut jalur (rute). Jadi, dengan
menyusunnya menurut jalur, misalnya dari jalur mana banyak semburan air, dan
berdasarkannya melakukan perkiraan, kemudian mengetahui “perangai” suatu daerah atau
“perangai” di dalam suatu blok dan melakukan penilaian secara menyuluruh terhadap
“perangai” tersebut serta berbagai situasi, untuk memperkirakan semburan air, agar dapat
waspada terhadapnya.
B-2-24
4) Sistem ekstraksi batu bara
Sistem ekstraksi batu bara yang paling aman adalah sistem ruang dan pilar. Sedangkan
pada sistem lorong panjang, kemajuan permuka kerja harus dipercepat dan untuk gob di
bawah sungai atau danau pada bagian yang relatif dangkal, harus dilakukan pengisian
kembali sebagian atau secara penuh tanpa membuang waktu, untuk menahan kerusakan
atap. Di Jepang juga telah dilakukan bebagai macam pengisian di masa lalu, namun
masalahnya adalah kerapatan.
B-2-25
mendahului permuka kerja untuk dapat mengkonfirmasi keamanan dari permuka kerja.
Misalnya pada gambar (a), dikatakan aman kalau antara permuka kerja dan sesar disisakan
dinding batu bara sekitar 20m, tetapi pada (b), dapat diperkirakan, bahwa sesar berada
dalam keadaan sangat tidak stabil terhadap permuka kerja sebelah kanan.
Agar dapat diambil tindakan yang tepat untuk
mencegah bahaya seperti ini, maka diperlukan
penggalian lubang bukaan yang mendahului.
(Untuk penambangan sistem maju). Penggalian
lubang bukaan pada sesar dan lapisan rapuh,
sering memerlukan pekerjaan tangan sehingga
efisiensi kerjanya juga menurun, namun yang
penting adalah melakukan penggalian lubang
bukaan dengan tabah dengan mengutamakan jiwa
manusia dan keselamatan kerja.
B-2-26
(1) Sekitar atap dikerjakan dengan prosedur seperti bagian (A) dan (B) pada gambar yang
ditulis di atas, sedangkan bagian yang relatif keras (C)~(F) diledakkan. Untuk
menghindari getaran akibat peledakan sedapat mungkin, sebaiknya peledakan hanya
untuk sekedar mengendorkan batuan, kecuali kalau bagian yang diledakkan sangat
keras.
Selain itu, hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam penggalian lubang bukaan di
sesar dan lapisan rapuh adalah sebagai berikut.
(1) Penggalian dasar tiang penyangga pada waktu pemasangan tiang penyangga sedapat
mungkin mencapai landasan yang keras. Kalau landasannya lunak, berikan alas pada
dasar tiang untuk mencegah amblesan penyangga.
(2) Jenis penyangga kalau bisa bukan penyangga kayu datar, tetapi memakai penyangga
busur (arch set) dari bahan baja dan jarak penyangga semakin sempit semakin baik.
(3) Jumlah kayu penguat (brace) yang menghubungkan antar penyangga diperbanyak dari
pada biasanya, dan bisa dijadikan full bracing tergantung situasi, sedangkan antara
penyangga dan atap serta dinding samping dibuat full lagging.
B-2-27
sampai batas 50m darinya, maka harus melakukan advanced boring dan tindakan
tepat yang lain.
1 Apabila dikhawatirkan adanya semburan air yang banyak pada kasus yang
ditetapkan pasal di depan, maka harus dilengkapi dengan dam penahan air
dan fasilitas penahan air lainnya.
2 Pada tambang batu bara bawah tanah yang dikawatirkan terjadi semburan air
yang banyak, atau sebagian darinya yang ditetapkan oleh kepala biro
pengawasan keselamatan tambang atau kepala bagian pengawasan
keselamatan tambang, dilakukan advanced boring, serta harus dilengkapi
dengan dam penahan air dan fasilitas penahan air yang lain.
3 Pada tambang batu bara bawah tanah yang dikhawatirkan terjadi semburan
air, atau sebagian darinya yang ditetapkan oleh kepala biro pengawasan
keselamatan tambang atau kepala bagian pengawasan keselamatan tambang,
harus dilakukan advanced boring.
4 Pada waktu melakukan advanced boring, penggalian lubang bukaan jangan
mendekati dasar lubang bor lebih dekat dari 5m, serta advanced boring
dilakukan menyusuri garis perpanjangan lorong, dan apabila diperlukan,
harus dilakukan juga ke arah yang lain.
2) Mengenai dinding batu bara pengaman (safety pillar)
(1) Terhadap tambang bawah tanah lama yang telah tenggelam atau dikhawatirkan
telah tenggelam di bawah air, harus diambil dinding batu bara pengaman (safety
pillar) atau zona pengaman untuk tujuan pengamanan. Kecuali, apabila dilakukan
drainase air tambang bawah tanah lama serta dilengkapi fasilitas penahan air,
maka tidak termasuk dalam pembatasan ini.
B-2-28