Anda di halaman 1dari 34

.

Standard Code ASME


. Pressure Piping Code ASME B31.
Standar yang dipakai dalam persyaratan design dan konstruksi piping system yang mempunyai tekanan
operasi mulai dari tekanan vakum sampai diatas tekanan atmosfir.
ASME B31 terdiri dari beberapa section yaitu:
 ASME B31.1 Power Piping.
Digunakan pada pembangkit tenaga listrik, pemanasan dengan menggunakan sistim geothermal,
maupun pemanasan sentral dan sistim pendingin.
 ASME B31.3 Proses Fabricasi Piping.
Digunakan pada petrokimia proses plant, minyak dan gas proses plant, utility proses plant, terminal
penampungan minyak dan gas alam plant.
 ASME B31.4 Pipeline Tranportasion System.
Digunakan pada sistem pipeline yang menghantarkan fluida dalam bentuk cair dari pabrik ke terminal
maupun dari terminal itu sendiri.
 ASME B31.5 Refrigerant Piping.
Digunakan pada sistim pendingin baik untuk refrigerant maupun secondary.
 ASME B31.8 Gas Tranportasion & Distribution Piping System.
Digunakan pada sistem pipeline yang menghantarkan gas, mulai dari gas ditemukan sampai proses
pengolahan plant, termasuk juga area kompressor dan area metering stasiun.
 ASME B31.9 Building Services Piping.
Digunakan pada sistim gedung dan perumahan bertingkat banyak.
 ASME B31.11 Slury Transportasion Piping System.
Digunakan pada sistem untuk menghantarkan suatu cairan yang mengandung komponen bentuk
padat dari pabrik ke terminal atau sebaliknya termasuk juga didalam area.
Code tidaklah berlaku terhadap operation, examination, inspection, testing and maintenance atau repair of
piping yang sudah beroperasi atau “in service”.
. Pipeline Enginering.
Seperti kita ketahui dalam dunia Engineering, ada dua disiplin :
 Piping Engineering dan ada pula disiplin
 Pipeline Engineering
Dua-duanya mempunyai karakteristik yang berbeda dan hampir disemua perusahaan EPC dan Oil
Company memisahkan antara kedua disiplin tersebut kedalam department yang berbeda. Engineer yang
bekerja di kedua disiplin tersebut juga mempunyai profesi yang berbeda.

Pipeline
Pipeline Engineer terbagi dua bagian, yaitu:
a) Offshore Pipeline Engineering
b) Onshore Pipeline Engineering
.1 Onshore Design & Analisa Pipeline Engineering.
Didalam melakukan perhitungan Design dari pipeline system, maka hal-hal berikut ini perlu dilakukan
analisa:
 Pipeline Sizing.
 Pipeline Route Selection.
 Pipeline Wall Thickness Design.
 Pipeline Internal and External Corrosion Coating Design.
 Pipeline Crossing Design.
 Pipeline Trenches For Buried Pipeline Section.
 Cathodic Protection Design .
 Installation and Tie-in Method.
 Pipeline Stability Under: Installation, Testing & Operational Conditions (concrete weight coating).
 Pipeline Mechanical Design Including Stresses Esxpansion.
 Pipeline Spanning.
 Upheaval and Lateral Buckling.
 Pipeline Shore Approach Design.
 Pipeline Expansion Spool Flexibility Analysis
Dalam melakukan design, juga dilakukan assessment terhadap pengaruh dari lingkungan (environtment
analysis) terhadap pipeline system, dengan menggunakan beberapa scenario seperti :
 Flooded Scenario,
 Hydrostatic test scenarion dan
 Operational Scenario.

Ketika melakukan pipeline routing, diperlukan untuk memilih lokasi pipeline yang aman dan terhindar dari
benturan dengan existing structures, platform, drilling rig, daerah anchor kapal laut, dan juga
memperhatikan contur dan feature dari permukaan dasar laut atau seabed.
Dalam menentukan diameter dari pipeline, maka harus dilakukan berdasarkan Hydraulic and Thermal
analysis.
Ketebalan pipa (wall thickness) dipilih berdasarkan Internal Design Pressure, dan kemudian harus dicheck
terhadap collaps, buckling initiation dan buckling propagation akibat tekanan dan gaya luar. Terkahir,
pipeline wall thickness mesti di check juga terhadap stress pada saat installasi.
Colaps and Buckling Analysis harus dilakukan pada kondisi installasi dan operasi dengan mengunakan
“worst case load conditions”, dengan juga memperhatikan dan menggunakan worst case dari kedalaman
laut termasuk ketinggian gelombang pada permukaan.
Setelah itu, perlu dihitung Spanning Analysis untuk mengetahui kondisi aman pipeline terbentang tanpa
support (allowable free span lengths) sekaligus mengetahui keamanan pipeline dalam keadaan diberi
beban kombinasi.
Kriteria yang digunakan:
 Static Span Stress Criteria
 Vortex Shedding Criteria
 Euler Buckling Criteria
Pipeline yang terletak dan terbaring diatas permukaan dasar laut haruslah diperiksa kestabilannya
mengingat kondisi dibawah laut adalah bervariasi, terutama akibat aliran arus bawah laut, baik vertikal
maupun horizontal.
Analysa ini disebut juga dengan On-Bottom Stability Analysis. Mengingat kondisi air laut, maka Pipeline
perlu dilindungi dari perbagai gangguan luar dengan menggunakan kombinasi antara Coatings dan
Cathodic Protection.
Pada saat pipeline mulai mendekati pantai (shore approach), maka perlu juga didisain metode yang akan
digunakan, yang umumnya bisa berbentuk trenching dan backfilling disepanjang pantai.
Terkahir, pada bagian ujung pipeline yang muncul di daratan, maka perlu dilakukan perhitungan
longitudinal expansion of pipeline pada saat operasi dan hydrostatic test. Ini disebut Pipeline End
Expansion Analysis.
.2 Tahap Dalam Konstruksi Onshore Pipeline.
Urutan tahapan dalam konstruksi pipeline pada umumnya adalah sebagai berikut :
1) Clearing (Pembukaan Lahan).
Sebelum pekerjaan dimulai dan alat berat dibawa ke lokasi, right of way (ROW) harus siap dengan
penebangan pohon, semak belukar dan tanaman-tanaman penghalang jika ada. ROW pada umumnya
mempunyai lebar 50 dan 100 ft, tergantung pada ukuran pipeline.

Clearing Area
2) Grading.
Grading adalah proses penyediaan area kerja untuk memfasilitasi tools operation sepanjang ROW.
Tanah lapisan atas akan dihilangkan dan ditimbun di sebelah ROW sehingga dapat meminimalkan
proses pencampuran tanah lapisan atas dengan tanah hasil galian. Untuk proses akhir, Grading
memerlukan perataan, pemotongan, dan pengisian.
3) Ditching (Penggalian Parit).
Ditching adalah proses penggalian menyerupai parit yang cukup lebar sehingga dapat menampung
pipa dan memungkinkan untuk menurunkan pipa dan backfiling. Kedalaman parit bervariasi
tergantung pada jumlah pipeline dan lokasi.
Ditching / penggalian
4) Stringing (Peletakan).                                                                               
Stringing adalah proses delivery pipa di mana akan diperlukan di bagian ROW. Field operation
termasuk unloading pipa dari truk ke lokasi stockpile, transportasi ke ROW dan pendistribusian
sambungan ujung-ujung pipa di sepanjang area kerja.

Stringing Pipa
5) Bending (Pembengkokan Sesuai Topografi Tanah).
Jalur pipa melewati berbagai fitur topografi mulai dari datar sampai ke bukit-bukit dan pegunungan.
Proses bending memungkinkan pipa agar sesuai dengan kontur daerah yang dilalui.
Bending Pipa
6) Welding (Penyambungan).
Welding adalah tahapan penting dalam konstruksi pipeline. Setiap pipa akan melalui berbagai tahap
proses pengelasan, x-ray dan pengujian. Setiap pengerjaan pengelasan yang dicapai sangat
menentukan kualitas, keselamatan dan operasional.

Welding Pipeline
7) Coating (Pelapisan).
Coating berfungsi untuk melindungi pipa dari korosi. Fungsi utama dari lapisan ini adalah untuk
mencegah air masuk ke dalam dan kontak dengan pipa. Lokasi jalur pipa tertentu mungkin
memerlukan coating lebih tahan lama dan khusus sesuai dengan kondisi daerah tersebut. Pelapisan
beton akan di digunakan di daerah rawa atau tanah dengan kadar korosi yang tinggi.

Coating Pipe
Concrete Coated Pipe

Set on Weight
8) Lowering (Menurunkan).
Menurunkan pipa ke dalam parit akan umumnya dilakukan dengan mengangkat dua ujung pipa
secara bersama-sama. Kadang kala parit mengandung bahan yang dapat merusak lapisan/coating,
sehingga pipa akan diturunkan di tempat yang bebas dari tanah gembur atau pasir.
Lowering Pipe
9) Backfilling (Penimbunan).
Selokan ditimbun dengan cara yang menyediakan dukungan kuat di sekitar pipa dan tidak merusak
coating dan pipa. Pada instalasi pipa pada lokasi parit yang curam, kantong pasir umumnya dikenal
sebagai “soft-plugs” yang bertindak sebagai penghalang yang pada akhirnya akan mencegah tanah
longsor.

Backfilling Area
10) Clean-up dan Restorasi
Restorasi memerlukan pemadatan dan pengurukan parit, mengembalikan kontur tanah asli,
membangun air bank kontrol rendah untuk membatasi kecepatan air di permukaan, respreading
lapisan atas tanah yang sebelumnya ditimbun, reseeding. Penumbuhan kembali flora asli tetapi
pohon dan tanaman berakar tidak diperbolehkan. ROW akan dihijaukan kembali dengan tanaman
penutup yang sudah disetujui dan dipertahankan pada tingkat pertumbuhan tertentu.

Clean Up & Restorasi


. As Build Drawing
Setelah proses Comisioning, start-up dan operasional sudah berjalan, PID harus direvisi kembali karena
pada saat konstruksi ada beberapa kesulitan yang ditemui sehingga alur perpipaan harus diubah karena
keterbatasan struktur, juga As Built &ID berguna untuk keperluan proyek lain, sehingga akan memudahkan
menjalankan proyek atau modifikasi baru .

Pipeline Pertamina Drawing


B. Project Excecution Plan.
Berikut tahapan dalam exsekusi perencanaan project:
1) Survey Lapangan.
Kegiatan ini dimaksudkan agar KONSULTAN bisa mendapatkan gambaran keseluruhan lingkup proyek dan
data lapangan terkait, serta memberi rekomendasi pemecahan masalah kepada PERTAGAS terhadap
kendalakendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan Proyek Pembangunan Pipa Gas Arun-Belawan.
2) Pengumpulan Data.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data yang terkait dengan dokumen-dokumen
Engineering yang akan di-develope dan telah dibuat oleh Konsultan Perencana dan Kontraktor EPC.
3) Pengawasan & Pekerjaan Review Detail Engineering Design.
Untuk membuat design transmisi pipa gas yang handal, KONSULTAN harus me-review seluruh dokumen
Detail Engineering Design yang dibuat oleh kontraktor EPC dengan memperhatikan seluruh aspek terkait
antara Jain Code & Standard yang relevan, Peraturan-Peraturan Pemerintah Indonesia untuk lndustri Migas
dan juga standard serta spesifikasi yang ditetapkan oleh PERTAGAS.
KONSULTAN harus memeriksa seluruh Detail Engineering Design tersebut, untuk meyakinkan bahwa design
benar-benar memenuhi standard/code dan spesifikasi yang diharapkan oleh PERTAGAS.
KONSULTAN juga harus memeriksa dokumen As Built Drawing setelah pekerjaan Konstruksi telah selesai
dilakukan oleh Kontraktor EPC.
Dokumen yang harus diperiksa oleh KONSULTAN adalah seluruh dokumen yang disiapkan oleh Konsultan
Perencana dan Kontraktor EPC, yang diantaranya meliputi tetapi tidak terbatas pada:
1. General
1) Deliverable List
2) Code & Standard yang digunakan.
3) Prosedur manajemen perencanaan proyek Planning) dan pengukuran kemajuan Measurement).
4) Prosedur Penyiapan Dokumen dan Gambar.
5) Sistem Penomoran Dokumen dan Gambar.
6) Project Execution Plan
7) Project Quality Plan I Inspection Test Plan
8) Engineering Plan
9) HSE Plan
10) Prosedur Pengadaan (Procurement Procedure) Kontraktor EPC.
11) Master Dokunien dan item list index, yang formatnya harus disetujui oleh PERTAGAS.
12) Master Dokumen dan item list index, yang formatnya harus disetujui oleh PERTAGAS
13) Prosedur Komunikasi antara PERTAGAS dan Kontraktor EPC, termasuk prosedur review-approval
dokumen, progress meeting, diskusi-diskusi dan rapat-rapat teknis.
14) Dokumen Spesifikasi dan Datasheet
15) Dokumen Gambar
16) Dokumen As-Built
17) Dan sebagainya.
2. Filosofi Desain dan Operasi
1) Safety in design, fire protection and loss prevention philosophy
2) Electrical System Philosophy
3) Environmental Philosophy
4) Overall design and operating philosophy
5) Pipeline & Gas Compressor Station Layout Philosophy
6) Emergency Shutdown & De-pressuring System philosophy
7) Safety Instrumentation System Philosophy
8) Process Control System Philosophy
9) Pipeline & Gas Compressor Station Operating reliability philosophy
10) Material Selection & Corrossion Protection Philosophy
11) Overpressure protection, relief & vent philosophy
12) SCADA System, Communication, Infrastructure (FO, etc) & Management Information System
13) Dan sebagainya
3. Survey Pemetaan
Survey pemetaan dilakukan untuk mendapatkan orientasi transmisi pipa gas dan plant/station (Metering & Gas
Compressor Station), guna mendesain tata yang aman dan optimal, baik dari segi teknis, estetika dan elevasi
peletakan. Adapun survey pemetaan ini meliputi pemetaan lokasi, survey topografi rute rencana jalur Pipa Gas
ArunBelawan, dan batas ROW, serta survey bathymetri dan kecepatan arus untuk seluruh lokasiriver crossing.
yang aman dan optimal, baik dari segi teknis, estetika dan elevasi peletakan. Adapun survey pemetaan ini
meliputi pemetaan lokasi, survey topografi rute rencana jalur Pipa Gas ArunBelawan, dan batas ROW, serta
survey bathymetri dan kecepatan arus untuk seluruh lokasiriver crossing.
KONSULTAN harus memeriksa semua dokumen tersebut untuk meyakinkan bahwa survey pemetaan telah
dilakukan sesuai dengan Spesifikasi dan Prosedur yang ditetapkan sehingga dokumen yang dihasilkan dapat
sesuai dengan yang diharapkan
4. Survey dan Analisis Geoteknik
Memeriksa Detail Engineering Design disiapkan oleh Kontraktor EPC mengenai rute jalur pipa gas yang akan
melewati sungai, rawa, dan jalan raya seperti yang direncanakan secara global dapat dilihat pada peta berikut:
Obstacle di sepanjang jalur pipa, antara lain:
1) Road Crossing
2) Penanganan pipa di tanah lunak dan berair
3) River Crossing
4) Railroad Crossing
Survey dan Analisa Geoteknik perlu dilakukan untuk mendapatkan data teknis yang dibutuhkan dalam membuat
desain pipa, terutama pada obstacle (road crossing, river crossing, railroad crossing, rawa, dsb) tersebut diatas,
termasuk penentuan metode yang akan digunakan. KONSULTAN harus memeriksa semua data survey dan
Analisa Geoteknik tersebut.
5. Process
KONSULTAN harus memeriksa semua dokumen proses, yang antara lain meliputi tetapi tetapi tidak terbatas
pada :
1) Process Design Basis
2) Dokumen Perhitungan & Simulasi
 Simulasi Proses
 Analisa Hidraulik
 Heat & Material Balance
 Line Sizing
 Equipment Sizing
 Dan sebagainya
3) Dokumen Spesifikasi & Datasheet
 Dokumen Specification
 Process Data Sheet
 Dan sebagainya
4) Dokumen Gambar
 Process Flow Diagram (PFD)
 Utility Flow Diagram (UFO)
 Piping & Instrument Diagram (P&ID)
 Dan sebagainya
6. Piping, Pipeline, Mechanical & Rotating Equipment
KONSULTAN harus memeriksa semua dokumen Mekanikall Piping/Pipeline, yang antara lain meliputi tetapi
tetapi tidak terbatas pada :
1) Mechanical I Piping I Pipeline Design Basis
2) Kriteria pemilihan jalur (rute) pipa.
3) Dokumen Gambar :
 Pipeline Alignment Sheet
 Piping Layout
 Piping Arangement
 Piping Isometric
 Dan Sebagainya
4) Dokumen Spesifikasi & Datasheet:
 Pipeline Specification & Datasheet
 Piping Specification & Datasheet
 Rotating Equipment
 Utilities Equipment
 Fire System Equipment
 Line Break Control Valve
 Pump & Prime Mover
 Pressure Vessel
 Heat Exchanger
 Valve & Fitting
 Coating & Wrapping
 Pig launcher I receiver
 Class Location
 Material Take Off
 Dan Sebagainya
5) Dokumen Perhitungan (Calculation)
 Hidraulics Analysis
 Maximum Allowable Working Pressure
 Pipe Wall Thickness
 Pipe Buoyancy
 Stress Analysis
 Equipment Sizing
 Span Analysis
 Dan Sebagainya
6) Dokumen HOD Procedure
 Welding
 Equipment Handling Procedure
 Pre-Commissioning & Commissioning
 Dan Sebagainya
7. Electrical, Control & Instrumentation, SCADA, Communication Infrastructure & MIS (Gas & Equipment)
KONSULTAN harus memeriksa semua dokumen Electrical, Control & Instrumentation, SCADA, Communication
Infrastructure & Management Information System (Gas & Equipment), yang antara lain meliputi tetapi tetapitidak
terbatas pada:
1) Electrical Design Basis
2) Control & Instrumentation Design Basis
3) Dokumen Spesifikasi & Datasheet
 Hazardous Area Clasification Specification
 Electrical Cable
 Earthing & Grounding
 UPS, Rectifier & Batteries
 Generator Set
 Utilities Equipments
 Control panel
 Corrossion Protection
 Valve & Control Valve
 ESD System
 Flow, Pressure & Temperature Measurement
 Instrument Air
 SCADA System, Communication Infrastructure & Management Information System (Gas & Equipment)
 Material Take Off
 Dan Sebagainya
4) Dokumen Perhitungan (Calculation)
 Electrical Load Study
 Power System Study
 Equipment Sizing
 Valve & Control Valve Sizing
 Dan Sebagainya
5) Dokumen Gambar
 One Line Diagram
 Cause & Efect Diagram
 1/0 Diagram
 Loop Diagram, Termination, etc
 Instrument Hook Up
 Dan Sebagainya
6) Dokumen Prosedur
 Electrical Installation Procedure
 Instrument Installation Procedure
 Pre-Commissioning & Commissioning Procedure
 Dan Sebagainya

8. Civil & Structure


KONSULTAN harus memeriksa semua dokumen Civil & Structure, yang antara lain meliputitetapi tetapi tidak
terbatas pada :
1) Civil Design Basis
2) Dokumen Perhitungan (Calculation)
 Design Pondasi
 Pipe Support
 Steel Structure
 Dan Sebagainya
3) Dokumen Spesifikasi
 Survey Topografi
 Soil Test & Soil Investigation
 Steel Structure
 Pekerjaan tanah
 Pondasi
 Pipe Support
 Dan Sebagainya
4) Dokumen gambar
 Plot Plan
 Peta Topografi
 Pipe Support
 Pondasi
 Jembatan Pipa
 Dan Sebagainya
5) Dokumen Prosedur
 Civil Construction Procedure
 Civil Inspection Procedure
 Pre Commissioning & Commissioning Procedure
 Dan Sebagainya
9. Weekly dan Monthly Report
KONSULTAN wajib menyusun laporan minggunan dan laporan bulanan kepada PERTAGAS, yang berisi
tentang Rincian Pekerjaan Pengawasan terhadap Kontraktor EPC dan atau pemeriksaan Dokumen Engineering
yang telah dilakukan. Dalam laporan tersebut harus dirinci berbagai hal tetapi tidak terbatas pada :
 Jumlah jenis dan bobot pekerjaan Proyek (Detail Engineering Design, Pengadaan, dan Konstruksi)
yang diterima KONSULTAN untuk diperiksa.
 Jumlah jenis dan bobot pekerjaan Proyek (Detail Engineering Design, Pengadaan, dan Konstruksi)
yang telah selesai diperiksa oleh KONSULTAN dan masih harus diperbaiki oleh Kontraktor EPC.
 Jumlah jenis dan bobot pekerjaan Proyek (Detail Engineering Design, Pengadaan, dan Konstruksi)
yang telah selesai diperiksa oleh KONSULTAN dan bisa segera disetujui(approved) oleh PERTAGAS.
 Jumlah, jenis dan bobot pekerjaan Proyek (Detail Engineering Design , Pengadaan, dan Konstruksi)
yang sudah diterima oleh KONSULTAN tetapi masih dalam proses pemeriksaan dan atau belum
diperiksa.
 Progress Pekeraan yang sudah dicapai oleh KONSULTAN dan Kontraktor EPC.
 Kendala-kendala yang ada dan saran ataupun alternatif solusi untuk mengatasi kendala tersebut.
 Rencana kerja bulan I tahap berikutnya.
 Dan sebagainya.
10. Presentasi.
KONSULTAN harus menyiapkan dan atau memeriksa bahan presentasi yang akan digunakan oleh
PERTAGAS, dan atau mewakili PERTAGAS jika dltunjuk untuk melaksanakan presentasi mengenai Proyek
Pembangunan Pipa Gas Arun- Belawan
11. Laporan.
KONSULTAN harus menyiapkan Laporan yang berisi namun tidak terbatas pada :
 Daftar seluruh Dokumen Engineering yang telah diapproved oleh PERTAGAS (Approved For
Construction), sesuai dengan Deliverable List yang akan digunakan untuk keperluan pekerjaan
Konstruksi.
 Seluruh dokumen As Built yang telah dilakukan oleh kontraktor EPC. Dan sebagainya
C. Pengawasan Pekerjaan Konstruksi
Pengawasan Pekerjaan Konstruksi adalah Pekerjaan Pengawasan yang dilakukan KONSULTAN, mulai dari
persiapan pekerjaan sampai dengan akhir pekerjaan konstruksi, yang antara lain tapi tidak terbatas pada :
1. Perencanaan Konstruksi
KONSULTAN harus membantu PERTAGAS dalam melakukan Pengawasan mulai dari Perencanaan
Konstruksi sampai dengan selesainya Pelaksanaan Konstruksi. Hal tersebut antara lain meliputi tetapi tidak
terbatas pada :
a) Pengumpulan dokumen
KONSULTAN harus mengumpulkan semua dokumen IFA, Issued For Approval (Rev 0) yang sudah
disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana EPC, untuk diperiksa sebelum disetujui (approved) oleh
PERTAGAS.
b) Memeriksa seluruh dokumen IFA (Issued For Approval)
KONSULTAN harus memeriksa semua dokumen IFA yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana EPC.
Apabila ditemukan kesalahan harus diberi tanda yang jelas serta catatan pada bagian yang harus
direvisi untuk dilaporkan kepada PERTAGAS dan diserahkan kembali kepada Kontraktor pelaksana
EPC untuk dilakukan revisi. Selanjutnya KONSULTAN berkoordinasi dengan Kontraktor pelaksana agar
segera dilakukan revisi sesuai dengan standard & code yang berlaku. Setelah dilakukan revisi dokumen
dan diperiksa ulang oleh KONSULTAN serta tidak ada lagi kesalahan, selanjutnya KONSULTAN
menandatangani dokumen pada kolom "Checked by". Dokumen tersebut kemudian diserahkan kepada
PERTAGAS untuk disetujui, diparaf dan ditandatangani PERTAGAS pada kolom "Approved by".
c) Memeriksa Progress Pekerjaan yang telah dicapai oleh Kontraktor Pelaksana.
KONSULTAN juga mereview I memeriksa progress pekerjaan yang telah dicapai oleh Kontraktor
pelaksana EPC berdasarkan Jadual Pelaksanaan EPC, S-Curve dan pembobotan yang telah disepakati
antara PERTAGAS dan Kontraktor pelaksana EPC. Apabila terjadi keterlambatan progress,
KONSULTAN harus memberikan laporan kepada PERTAGAS dan memberikan rekomendasi langkah-
langkah alternatif solusi untuk mengejar keterlambatan dimaksud. Selanjutnya rekomendasi tersebut
dikoordinasikan dengan Kontraktor pelaksana EPC agar dapat segera dilaksanakan oleh Kontraktor
pelaksana EPC, sehingga pekerjaan dapat berjalan tepat waktu. KONSULTAN menandatangani
dokumen progress pada kolom Checked by. Dokumen progress tersebut kemudian diserahkan ke
PERTAGAS untuk disetujui, diparaf serta ditandatangani PERTAGAS pada kolom Approved by.
d) Rapat Koordinasi.
KONSULTAN harus mengikuti semua rapat koordinasi yang dilakukan antara PERTAGAS dan
Kontraktor Pelaksana, baik yang bersifat terjadual (rencananya akan dilakukan dwi mingguan, bulanan)
maupun yang insidentil, dan atau pada waktu lain jika ada hal-hal penting yang harus dikoordinasikan.
KONSULTAN harus mengikuti semua rapat koordinasi yang dilakukan antara PERTAGAS dan
Kontraktor Pelaksana, baik yang bersifat terjadual (rencananya akan dilakukan dwi mingguan, bulanan)
maupun yang insidentil, dan atau pada waktu lain jika ada hal-hal penting yang harus dikoordinasikan.
e) Rapat Koordinasi dapat dilakukan di PERTAGAS, di Kantor Kontraktor Pelaksana EPC, di Lapangan
atau di tempat lain yang disepakati antara PERTAGAS dan Kontraktor Pelaksana EPC. KONSULTAN
bekerjasama dengan Kontraktor Pelaksana EPC akan membuat Notulen Rapat, untuk disetujui
PERTAGAS.
f) Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Proyek
 KONSULTAN Pelaksanaan harus mewakili PERTAGAS Konstruksi, untuk dalam mengawasi bahwa
seluruh peralatan/material yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dalam
kontrak antara Kontraktor Pelaksana dan PERTAGAS, dan pelaksanaan konstruksi telah dilakukan
sesuai dengan prosedur yang telah disepakati antara pihak-pihak yang berkepentingan.
 KONSULTAN harus me-review laporan berkala dari Kontraktor Pelaksana EPC yang meliputi semua
aspek proyek baik laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan dan laporan lain yang bersifat
khusus.
 Meneliti dan koordinasi dengan PERTAGAS dalam melaksanakan pengadaan barang yang
dilakukan oleh Kontraktor EPC sesuai dengan daftar vendor yang terpilih dan telah ditentukan
PERTAGAS.
 KONSULTAN harus memonitor pergerakan serta penempatan peralatan dan material termasuk
penyimpanannya di lokasi proyek yang dilakukan oleh Kontraktor EPC.
2. Pelaksanaan Health, Safety and Environment (HSE)
a) Memonitor dan mengawasi lingkup kerja HSE yang menjadi tanggungjawab kontraktor EPC seperti yang
tertuang dalam dokumen tender.
b) Melakukan review dan konfirmasi mengenai prosedur dan pengelolaan HSE pada saat pelaksanaan di
lapangan. Memastikan seluruh pelaksanaan tahapan konstruksi sudah memenuhi kaidah HSE dan juga
peralatan yang digunakan
c) Memastikan seluruh pelaksanaan tahapan konstruksi sudah memenuhi kaidah HSE dan juga peralatan
yang digunakan.
d) Melakukan sosialisasi budaya HSE di lingkungan Proyek.
3. Pengontrolan Kualitas Pekerjaan Konstruksi
KONSULTAN harus melaksanakan :
a) Mengontrol kualitas pekerjaan I menjamin agar pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan
prosedur yang telah disepakati dengan PERTAGAS. Semua pekerjaan harus memiliki salinan revisi
terakhir atas seluruh gambar, spesifikasi, datasheet dan dokurnen atau lain, yang berkaitan.
b) Jika ada perbedaan antara gambar, spesifikasi, datasheet dan atau dokumen lain dengan pelaksanaan
pekerjaan dilapangan, KONSULTAN wajib segera melapor kepada PERTAGAS dan untuk sementara
pekerjaan tidak boleh dilanjutkan sampai ada instruksi tertulis dari PERTAGAS.
c) KONSULTAN harus meminta rincian semua perubahan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari design
sebelumnya, kepada Kontraktor Pelaksana.
4. Metode Pengawasan Pelaksanaan
a) Penentuan prosedur monitoring yaitu intensitas monitoring didasarkan atas intensitas berimbang dengan
besar resiko. Dimana semakin besar resiko maka intensitas pengawasan monitoring semakin ketat.
b) Melakukan 3 ( tiga ) tahap monitoring yaitu :
 Monitoring level manajemen ( menyeluruh dari proyek)
 Monitoring level kontrol ( berdasarkan spesialisasi proyek)
 Monitoring level proyek ( berdasarkan aktivitas dan lokasi kegiatan )
c) Melakukan tindakan dan memberikan peringatan dini apabila dalam pelaksanaan tidak sesuai dengan
prosedur atau spesifikasi yang dipakai. Dasar monitoring adalah Standard I Code, Peraturan,
Engineering drawing, Data Sheet dan Spesifikasi dan Prosedur yang tercantum dalam dokumen kontrak
dan atau yang telah disetujui oleh PERTAGAS.
5. Pelaporan
a) KONSULTAN harus membuat laporan harian, mingguan dan bulanan, yang mana harus dilaporkan
kepada PERTAGAS setiap bulan dalam bentuk monthly report.
b) KONSULTAN harus memeriksa laporan kemajuan pekerjaan (Progress Report) dari Kontraktor
Pelaksana, yang diajukan kepada PERTAGAS, dan membandingkan dengan apa yang tercantum dalam
kontrak.
c) Memberikan laporan keterlambatan dan atau deviasi yang terjadi di lapangan, dan memberikan
alternative solusi penyelesaian masalah untuk mengatasi hal tersebut.
d) Melaporkan kemajuan pekerjaan yang nyata dilakukan dilapangan dan membandingkan dengan jadual
yang telah disetujui.
e) Melaporkan bahan-bahan dan atau material yang dipakai, jumlah tenaga kerja dan alat yang digunakan.
f) KONSULTAN harus membuat laporan akhir untuk Tutup Kontrak.
C. Pengawasan Pekerjaan Commissioning
Pengawasan Pekerjaan Commissioning dan Start Up adalah Pekerjaan Pengawasan yang dilakukan
KONSULTAN, yang dapat mulai dari persiapan pekerjaan sampai dengan akhir pekerjaan Commissioning, yang
antara lain tapi tidak terbatas pada :
1) Mengevaluasi prosedur pengujian dan Commissioning semua system pada Proyek Pembangunan Pipa Gas
Arun-Belawan yang telah dibuat oleh Kontraktor EPC dan mengajukan usulan kepada PERTAGAS untuk
mendapatkan persetujuan.
2) Malakukan review dan evaluasi terhadap hasil pengujian dan Commissioning yang menjelaskan mengenai
kinerja aktual dari peralatan, sub system dan jaminan dari Kontraktor EPC.
3) Melakukan review dan mengumpulkan semua operating manual, prosedur tanggap darurat semua
peralatan yang meliputi keterangan rinci mengenai system kerja, prosedur start-up, operasi normal, shut-
down dan penanganan pada saat situasi tidak normal. system kerja, prosedur start-up, operasi normal,
shut-down dan penanganan pada saat situasi tidak normal.
4) Melakukan pemeriksaan terhadap seluruh system pada saat pre start-up dan melakukan pengawasan
terhadap pemeriksaan peralatan.
5) Berkoordinasi dengan Kontraktor EPC dalam menyiapkan daftar Vendor dan pihak lain yang akan terlibat
dalam pelaksanaan Commissioning.
6) Membuat laporan pelaksanaan Komisioning.
KONSULTAN harus menyiapkan segala sumber daya dan mencari semua informasi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan ruang lingkup pekerjaan dan Konsultan harus menyusun rencana kerja dan tahapan
penyelesaian pekerjaan.
Kegiatan KONSULTAN dimulai tahap detail engineering dan review drawing untuk konstruksi (AFC),
pelaksanaan konstruksi, QA/QC, mechanical completion, commissioning sampai start – up.
Kegiatan tersebut secara rinci adalah:
1) Melakukan review “for construction drawing” dan detail engineering serta as built drawing yang diajukan oleh
kontraktor pelaksana dan revisi apabila iperlukan untuk mendapatkan persetujuan Owner.
2) Mengevaluasi kegiatan pelaksaan konstruksi fisik yang disusun oleh kontraktorpelaksana, yang meliputi:
a) Jadwal rencana kerja Engineering, Procurement, dan Construction.
b) Pencapaian sasaran kontruksi, penyediaan dan penggunaan tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan,
material/bahan bangunan, informasi.
c) Kegiatan Quality Assurance/Quality Control terhadap procurement dan contruction
d) Mengendalikan kegiatan pelaksanaan kontruksi fisik yang meliputi pengendalian sumber daya,
pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik (kualitas dan kuantitas), pengadaan material hingga
hasil konstruksi, pengendalian perubahan lingkup kerja serta pengendalian administrasi.
e) Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang timbul, usulan koreksi
program dan tindakan yang harus diambil serta melakukan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan
yang tidak dapat dihindarkan.
f) Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang timbul, usulan koreksi
program dan tindakan yang harus diambil serta melakukan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan
yang tidak dapat dihindarkan.
g) Melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas:
 Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar
dalam pengawasan pekerjaan di lapangan.
 Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan persoalan yang terjadi selama
konstruksi.
 Seluruh kegiatan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi yang dilakukan di atas harus selalu
dikomunikasikan dengan Pengawas dari PT. Pertamina Gas sesuai dengan kewenangannya dan
untuk hal-hal yang prinsip harus mendapat persetujuan dari Pejabat PT. Pertamina Gas yaitu Direksi
Pengawas Pekerjaan.
3) Azas-azas Pengawasan
Selain kriteria di atas, Project Management Control Consultant selaku kepanjangan tangan direksi pekerjaan
harus melaksanakan azas-azas pengawasan antara lain sebagai berikut:
a. Fact Finding, bahwa pengawasan harus menemukan fakta-fakta bagaimana kontraktor pelaksana
melaksanakan tugasnya.
b. Preventif dan antisipatif, bahwa pengawasan dilaksanakan untuk mencegah timbulnya penyimpangan –
penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Pengawasan diarahkan pada masa sekarang, dalam arti bahwa pengawasan hanya ditujukan terhadap
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
d. Pengawasan hanya merupakanalat untuk peningkatan efisiensi.
e. Pengawasan harus mengarahkan tercapainya sasaran.
f. Pengawasan harus lebih bersifat membimbing, mengarahkan, dan memberikan solusi designteknis
perencanaan dan pelaksanaan
D. JENIS PEKERJAAN
Jasa Review Detail Perencanaan Engineering dan Pengawasan Pengadaan, Engineering dan Konstruksi pada
Proyek Pipa Gas Arun Belawan, yang meliputi :
1) Paket 1 :
Jasa Perancangan, Pengadaan dan Konstruksi pembangunan SKG Rantau Panjang dan SKG Pangkalan
Brandan
2) Paket 2 :
Jasa Perancangan, Pengadaan dan Konstruksi pembangunan Pipa Transmisi Gas dari Point B (Arun) –
Belawan
3) Paket 3 :
Jasa Pengawasan Pengadaan Line Pipe untuk pembangunan Fasilitas Jalur Pipa Arun Belawan
4) Paket 4 :
Jasa Perancangan, Pengadaan dan Instalasi Compressor Package di SKG Rantau Panjang dan SKG
Pangkalan Berandan
5) Paket 5 :
Jasa Perancangan, Pengadaan dan Instalasi Sistem Otomasi, Meter dan SCADA
E. FUNGSI TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
1. PROJECT MANAGER :
1) Bertanggung terhadap fungsi control management proyek secara keseluruhan dari segi adiministrasi, biaya,
waktu dan teknis.
2) Melakukan koordinasi dengan Project Control, Construction Manager, Project Engineer dalam fungsi
pengawasan.
3) Melakukan koordinasi dengan pemilik proyek dalam perencanaan, analisa biaya dan waktu selama masa
proyek dan masa pemeliharaan.
4) Memberikan tugas kepada masing-masing tenaga fungsi yang terkait dengan pengawasan di lapangan
serta membuat parameter-parameter sesuai kebijakan dari segi anggaran, teknis dan waktu yang telah
ditentukan dalam pelaksanaan jasa review dan pengawasan proyek.
2. CONSTRUCTION MANAGER :
1) Melaksanakan manajemen secara keseluruhan atas bagian-bagian dari proyek yang ditentukan dan
didelegasikan oleh manajer proyek dan melaporkan kepada manajer proyek, atau sebagaimana ditugaskan
untuk mengawasi kualitas, biaya, jadwal, dan pemenuhan persyaratan sesuai prosedur kontrak.
Meningkatkan dan memelihara komunikasi yang efektif baik di dalam proyek dan dengan pemilik proyek.
2) Melakukan analisa dalam seleuruh aspek pada bidang konstruksi lapangan, termasuk mengawasi
persiapan rencana perhitungan konstruksi, waktu pelaksanaan dan technical quary serta mengkoordinir
antara masing-masing disiplin tenaga ahli lapangan, pelaksanaan dan technical quary serta mengkoordinir
antara masing-masing disiplin tenaga ahli lapangan.
3) Melakukan konsolidasi dengan masing-masing kordinator konstruksi, engineering dan fungsi lainnya dalam
melakukan pemecahan masalah (problem solving) secara teknis perencanaan dan pelaksanaan.
Memberikan pengarahan bila terjadi perubahan-perubahan dalam perencanaan design konstruksi, waktu,
dan metoda yang mempengaruhi nilai dan kualitas konstruksi secara keseluruhan.
4) Melakukan aktivitas secara rutin dalam melakukan komunikasi dengan setiap unit kerja dan pelaksana /
kontraktor, dalam memantau progress pencapaian waktu, kualitas sesuai dengan rencana.
5) Menjamin bahwa pelaksanaan konstruksi lapangan dapat dilaksanakan dari sisi keamanan, tenaga kerja
lapangan, dan kondisi sosial lapangan dapat berjalan dengan baik.
6) Bertanggung jawab terhadap faktor administrasi, pelaporan dan keamanan para pengawas lapangan sesuai
fungsi dari masing-masing pengawas secara keseluruhan.
7) Melakukan kajian dan analisa pada saat waktu pekerjaan kristis (critical path, dan melakukan koreksi
pekerjaan yang berkaitan dengan anggaran dan waktu pelaksanaan.
8) Memberikan dan melengkapi dasar keahlian engineering secara informatif dan efektif pada saat
memberikan pengarahan dan melakukan instruksi pelaksanaan kepada para personil lapangan dalam
metode teknis pelaksanaan, administrasi dan prosedur sesuai acuan yang telah disepakati.
9) Memberikan dan melakukan evaluasi tentang kondisi lapangan dan kualitas pekerjaan konstruksi,
menetapkan target dan mengkaji apabila terjadi kendalan dalam proses pelaksanaan konstruksi yang dapat
menjadi kendala terhadap waktu dan biaya.
10) Memberikan saran dan masukan kepada project engineer sesuai dengan dasar kreteria kondisi aktual di
lapangan dalam technical meeting. Melakukan koordinasi dengan project engineer apabila terjadi
perubahan design konstruksi untuk gambar dan spesifikasinya.
11) Melaporkan secara rutin hasil pencapaian progress dan kualitas kerja konstruksi kepada Project Manager
dan Deputy Project Manager
3. SENIOR PROJECT CONTROL
1) TUGAS UMUM :
a) Bertanggung jawab dalam hal pengawasan persiapan perhitungan biaya proyek, biaya perencanaan
yang akan timbul pada saat terjadi perubahan design perencanaan, waktu pelaksanaan engineering
review, waktu pelaksanaan konstruksi, dan melakukan koordinasi dengan fungsi-fugnsi terkait yang
diperlukan untuk perencanaan dan pengendalian proyek secara keseluruhan.
b) Melakukan koordinasi dan komunikasi pengawasan biaya dan waktu dengan fungsi-fungsi proyek di
lapangan.
2) DETAIL TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB :
a) Memberikan pengawasan administrasi dan teknis atas biaya dan penjadwalan tenaga ahli dan non ahli
yang ditugaskan untuk proyek secara spesifik.
b) Bertanggung jawab untuk pengawasan dan monitoring terhadap biaya-biaya proyek sesuai BOQ dan
rencana waktu pelaksanaan konstruksi yang telah disepakati sesuai kontrak.
c) Melakukan analisa biaya dan waktu apabila terjadi keterlambatan dan kesalahan dalam pelaksanaan
kerja lapangan.
d) Membuat laporan harian, mingguan dan bulanan secara akurat untuk seluruh aktivitas engineering dan
konstruksi kepada pemilik proyek, serta membuat laporan terhadap penyimpangan-penyimpangan
pelaksanaan di lapangan yang dapat menggangu biaya serta waktu pelaksanaan.
e) Melakukan koordinasi dengan Project Manager, Construction Manager dan Project Engineer dalam
melakukan monitoring dan pengawasan terhadap biaya , waktu pelaksanaan dan standard spesifikasi
yang digunakan dalam proyek agar sesuai dengan target yang telah ditentukan.
f) Melakukan pengawasan dan analisa apabila terjadi perubahan biaya dan waktu, dan melakukan
presentasi terhadap manajemen.
g) Bertanggung jawab untuk membuat aplikasi yang tepat dan akurat untuk pengawasan perencanaan biaya
dan waktu dengan menggunakan metode teknis manajemen proyek. Melakukan review atas biaya
pengadaan material dan monitoring waktu pengiriman dari pabrik ke lokasi proyek serta melakukan
koordinasi dengna Lead Construction, material control sesuai dengan schedule engineering.
h) Melakukan koordinasi dan komunikasi secara rutin atas progress pelaksanaan dan aktifitas dilapangan
dengan Conctruction Manager dan Project Engineering sesuai dengan kaidah prosedur teknis dan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
4. MECHANICAL & PIPING ENGINEER :
1) TUGAS UMUM :
Menyediakan jasa rekayasa teknis, saran dan pengawasan semua kegiatan konstruksi kepada kontraktor
yang berhubungan dengan mekanikal teknis.
2) DETAIL TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB :
a) Melakukan supervisi terhadap pekerjaan konstruksi yang berkaitan dengan masalah mekanikal dan
pekerjaan piping.
b) Melakukan inspeksi dan monitoring terhadap setiap pekerjaan mekanikal dan aktifitas konstruksi di
lapangan.
c) Melakukan koordinasi dengan HSE Engineer untuk pengawasan saftey pekerjaan mekanikal dan piping,
membuat laporan dan penyeseuaian terhadap prosedur pelaksanaan mechanical dan piping.
d) Mengawasi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan dalam prosedur dan spesifikasi dalam
mekanikal dan piping, melakukan penilaian terhadap pekerjaan yang tidak sesuai dan memberikan
pengarahan serta saran dan solusi terhadap masalah teknis mekanikal yang terjadi di lapangan.
e) Mengawasi persiapan pelaporan harian, mingguan dan bulanan yang berkaitan dengan pekerjaan
mekanikal, serta hal-hal diluar dugaan yang mengakibatkan pekerjaan tidak sesuai prosedur.
f) Mengamati dan memberikan persetujuan atas penyelesaian pekerjaan dalam laporan harian dan
mingguan konstruksi yang berkaitan dengan pekerjaan mekanikal dan piping di lapangan.
5. CIVIL ENGINEER :
1) TUGAS UMUM :
a) Bertanggung jawab untuk semua fase teknik sipil dan desain di lapangan
b) Melakukan fungsi administrasi dan tugas teknis yang meliputi bagian seluruh teknik sipil sebagaimana
ditugaskan oleh manajer konstruksi
2) DETAIL TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB :
a) Melaksanakan manajemen secara keseluruhan atas bagian-bagian dari proyek yang ditentukan dan
didelegasikan oleh manajer proyek dan melaporkan kepada manajer konstruksi, atau sebagaimana
ditugaskan untuk mengawasi kualitas, biaya, jadwal, dan pemenuhan persyaratan sesuai prosedur
kontrak. Meningkatkan dan memelihara komunikasi yang efektif baik di dalam proyek dan dengan pemilik
proyek.
b) Melaksanakan manajemen secara keseluruhan atas bagian-bagian dari proyek yang ditentukan dan
didelegasikan oleh manajer proyek dan melaporkan kepada manajer konstruksi, atau sebagaimana
ditugaskan untuk mengawasi kualitas, biaya, jadwal, dan pemenuhan persyaratan sesuai prosedur
kontrak. Meningkatkan dan memelihara komunikasi yang efektif baik di dalam proyek dan dengan pemilik
proyek.
c) Mengawasi persiapan pelaporan harian, mingguan dan bulanan yang berkaitan dengan pekerjaan sipil,
serta hal-hal diluar dugaan yang mengakibatkan pekerjaan tidak sesuai prosedur atau persyaratan
kontrak
d) Mengamati dan memberikan persetujuan atas penyelesaian pekerjaan dalam laporan harian dan
mingguan konstruksi yang berkaitan dengan pekerjaan sipil di lapangan.
e) Melakukan supervisi terhadap pekerjaan konstruksi yang berkaitan dengan masalah konstruksi sipil
f) Melakukan
g) inspeksi dan monitoring terhadap setiap pekerjaan sipil dan aktifitas konstruksi di lapangan. Melakukan
koordinasi dengan HSE Engineer untuk pengawasan saftey pekerjaan sipil dan membuat laporan dan
penyeseuaian terhadap prosedur pelaksanaan sipil konstruksi.
h) Mengawasi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan dalam prosedur dan spesifikasi dalam
pekerjaan sipil, melakukan penilaian terhadap pekerjaan yang tidak sesuai dan memberikan pengarahan
serta saran dan solusi terhadap masalah teknis sipil yang terjadi di lapangan.
i) Mengawasi persiapan pelaporan harian, mingguan dan bulanan yang berkaitan dengan pekerjaan
mekanikal, serta hal-hal diluar dugaan yang mengakibatkan pekerjaan tidak sesuai dengan persyaratan
dan prosedur teknis.

6. INSTRUMENT & ELECTRICAL ENGINEER :


1) TUGAS UMUM :
a) Bertanggung jawab untuk semua fase teknik Instrumentasi dan elektrikal dan desain di lapangan
b) Melakukan fungsi administrasi pelaporan dan tugas teknis yang meliputi bagian teknik instrument dan
electrical sebagaimana ditugaskan oleh manajer konstruksi
2) DETAIL TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB :
a) Melaksanakan manajemen secara keseluruhan atas bagian-bagian dari proyek yang ditentukan dan
didelegasikan oleh manajer proyek dan melaporkan kepada manajer konstruksi, atau sebagaimana
ditugaskan untuk mengawasi kualitas, biaya, jadwal, dan pemenuhan persyaratan sesuai prosedur
kontrak. Meningkatkan dan memelihara komunikasi yang efektif baik di dalam proyek dan dengan pemilik
proyek.
b) Melaksanakan manajemen secara keseluruhan atas bagian-bagian dari proyek yang ditentukan dan
didelegasikan oleh manajer proyek dan melaporkan kepada manajer konstruksi, atau sebagaimana
ditugaskan untuk mengawasi kualitas, biaya, jadwal, dan pemenuhan persyaratan sesuai prosedur
kontrak. Meningkatkan dan memelihara komunikasi yang efektif baik di dalam proyek dan dengan pemilik
proyek.
c) Mengawasi persiapan pelaporan harian, mingguan dan bulanan yang berkaitan dengan pekerjaan
instrument dan elektrikal, serta hal-hal diluar dugaan yang mengakibatkan pekerjaan tidak sesuai
prosedur atau persyaratan kontrak
d) Mengamati dan memberikan persetujuan atas penyelesaian pekerjaan dalam laporan harian dan
mingguan konstruksi yang berkaitan dengan pekerjaan instrument dan elektrikal di lapangan.
e) Melakukan supervisi terhadap pekerjaan kendala-kendala teknis lapangan yang berkaitan dengan
masalah instrument dan elektrikal.
f) Melakukan inspeksi dan monitoring terhadap setiap pekerjaan instrument dan elektrikal serta aktifitas
yang berkaitan dengan konstruksi di lapangan.
g) Melakukan koordinasi dengan HSE Engineer untuk pengawasan saftey pekerjaan instrument dan
elektrikal dan membuat laporan dan penyeseuaian terhadap prosedur, spesifikasi dan perhitungan
pelaksanaan instrument dan elektrikal.
h) Mengawasi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan dalam prosedur dan spesifikasi dalam
pekerjaan instrument dan elektrikal, melakukan penilaian terhadap pekerjaan yang tidak sesuai dan
memberikan pengarahan serta saran dan solusi terhadap masalah teknis instrument dan elektrikal yang
terjadi di lapangan.
i) Mengawasi persiapan pelaporan harian, mingguan dan bulanan yang berkaitan dengan pekerjaan
instrument dan elektrikal, serta hal-hal diluar dugaan yang mengakibatkan pekerjaan tidak sesuai dengan
persyaratan dan prosedur teknis.
j) Melakukan koordinasi dengan design engineering instrument dan electrical, dan memberikan masukan
atas problem-problem actual yang ditemukan dalam pelaksanaan aktivitas lapangan.
7. DOCUMENT CONTROL ADMIN
1) Bertanggung jawab dan membangun sistem pengarsipan kontrak, sistem penomoran, pengendalian
dokumen teknis proyek serta membangun mendaftar untuk distribusi dan kontrol data supplier
2) Bertanggung jawab dan membangun sistem pengarsipan kontrak, sistem penomoran, pengendalian
dokumen teknis proyek serta membangun mendaftar untuk distribusi dan kontrol data supplier
3) Bertanggung jawab untuk semua fase dalam pengajuan dan penerimaan dokumen detail design engineering
pada saat pelaksanaan jasa reviewing dan selama dalam jasa pengawaan konstruksi, bertanggung jawab
mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan surat-surat keluar dan masuk, dokumen kontrak, sistem
penomoran, dokumen teknis, gambar dan pendistribusiannya
4) Menjaga dan memantau masalah filing dokumen dan peralatan serta menyampaikan, dokumen, keluar dan
masuk dari atau ke pemilik proyek.
5) Menindaklanjuti dengan pihak yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa dokumen telah diperiksa
dan disetujui
6) Bertanggung jawab atas filing, penomoran dan registrasi dokumen dari semua pihak sesuai dengan bagian
dan fungsi dokumen dari masing-masing kegiatan.

F. PROSEDUR KOORDINASI DAN KOMUNIKASI SITE DAN KANTOR PUSAT :


1) Kontrol Administrasi dan Keuangan
a) Manajer keuangan pusat akan memberikan alokasi dana proyek sesuai kebutuhan secara periodik
bulanan, yang diserahkan untuk pengelolaan dan kontrolnya kepada Staf administrasi dan keuangan
proyek
b) Staf administrasi dan keuangan proyek wajib melaporkan pengelolaan dana proyek setiap minggu
kepada manajer keuangan dikantor pusat, yang diketahui dan disetujui oleh project control lapangan dan
manager konstruksi.
c) Administrasi pusat akan membuat dan mengumpulkan surat masuk dan keluar sesuai dengan arahan
dari Project Manager atau wakil yang ditunjuk atau Senior Project Control.
2) Construction Manager wajib melaporkan seluruh aktivitas lapangan dan kemajuan progress yang dicapai
kepada Project Manager atau wakil yang ditunjuk.
3) Construction Manager wajib melaporkan seluruh aktivitas lapangan dan kemajuan progress yang dicapai
kepada Project Manager atau wakil yang ditunjuk.
4) Project control wajib berkoordinasi dengan seluruh fungsi tenaga ahli dan non ahli dilapangan, dan
melaporkan kepada construction manager dan project manager atau wakil yang ditunjuk.
5) Mechanical engineer wajib melaporkan tugas dan fungsinya kepada Construction Manager, dan memberikan
laporan progress kemajuan kepada Project Control
6) Civil engineer wajib melaporkan tugas dan fungsinya kepada Construction Manager, dan memberikan
laporan progress kemajuan kepada Project Control
7) Instrument & Electrical engineer wajib melaporkan tugas dan fungsinya kepada Construction Manager, dan
memberikan laporan progress kemajuan kepada Project Control lapangan.
8) Project Control lapangan wajib melaporkan hasil yang telah diterima dari masing-masing fungsi tenaga
lapangan kepada Senior project control yang berada di pusat / Jakarta.
9) Senior Project control pusat akan mengolah hasil laporan project control lapangan dan wajib melaporkan
kepada Project Manager atau wakil yang ditunjuk, serta, memberikan informasi selengkapnya sesuai kondisi
actual.
10) Prosedur komunikasi :
a) Undangan untuk rapat koordinasi, rapat progress dibuat oleh PMC
b) Untuk dokumen engineering, dari/ke Kontraktor akan diterima/diserahkan oleh dokumen control PMC,
transmital penerimaan dan pengiriman dokumen akan diserahkan ke Pertagas lewat email.
c) Rapat internal Pertagas dan PMC akan dibuat bulanan, apabila ada kasus tertentu akan dikoordinasikan
secara rutin.
d) Permohonan untuk inspeksi harus diberitahukan oleh kontraktor ke PMC minimal 3 hari sebelumnya.
e) Seluruh perubahan diluar RKS harus memperoleh persetujuan Pertagas.
f) Timesheet dibuat per minggu (approval Pertagas), untuk penyerahan ke Pertagas akan dilakukan per
bulan
g) Reporting PMC hanya ditujukan ke PM Pertagas
G. Testing & Commisioning.
Pengujinya untuk mengetahui kekuatan suatu material dan untuk mengetahui apakah terdapat kebocoran atau
tidak (biasa nya dilakukan pada benda - benda yang telah disambung kan dengan sistem pengelasan).
Dalam dunia EPC (Engineering, Procurement and Construction) kami sebagai contractor harus memenuhi
semua prosedural dari client kami. perlakuan sebelum proses hydrotest ini dilakukan ialah persetujuan
dokumen, yaitu hydrotest procedure yang dibuat oleh client. Prosedur ini berisi mengenai bagaimana langkah -
langkah kerja, kemudian berapa Design Pressure dan Hydrotest Pressure nya.
Untuk standart international nya, diambil dari :
1) ASME B 31.4 – Liquid Transportation System for Hydrocarbon dan
2) ASME B 31.8 – Gas Transmission and Distribution Piping System. (yang ini semua untuk piping
system) dan untuk flowlines / pipelines nya ASME B 31.8 - Gas Transmission and Distribution Piping
System API RP1110:
 Recommended Practice for the Pressure Testing of Liquid - Petroleum Pipeline SNI-13-3472
 Pengelasan Saluran dan Fasilitas yang terkait MIGAS/KEP/MEN/NO.300.K/38/M.PE/1997
Keselamatan Kerja Penyalur Minyak dan Gas bumi kita bedakan disini antara flowlines / pipelines atau jalur pipa
dengan piping atau sistem perpipaan (termasuk didalam nya sambungan spool yang disambung dengan
flanges) perbedaan paling signifikan disini ialah panjang dari kedua hal tersebut (piping dan pipelines) sehingga
dalam prosedur nya pun nanti nya akan diperlakukan dengan cara yang berbeda pengujiaanya.
Untuk pipelines dengan panjang 800 m dengan 6 expansion loop maka prosedur atau urutan sebelum dan
sesudah dilakukan hydrotest akan aka proses cleaning (jalur pipa diisi dengan air kemudian diamsukkan pig
atau bahasa awam nya sponge untuk membersihkan bagian dalam pipa, pig didorong dengan compressor
hingga keluar pipa), sebelumnya telah dipasangkan dulu pig laucher pada inlet pipa dan pig receiver pada outlet
pipa, kemudian dilakukan proses gauging atau pengukuran tekanan, lalu dilakukan filling water atau proses
pengisian air dengan ujung outlet pipa dipasangkan penutupan dengan memasang pig receiver untuk
penahannya. setelah proses filling water dilakukan maka selanjutnya ialah proses pressurizing atau penekanan.

Dari standart ASME B31.8 chapter IV clause 841.322 (c) shal be tested to 1,25 of the MOP (Maximum
Operating Pressure), MOP dari Design Pressure pipa yang akan digunakan tersebut.
Contoh:
a) Operating pressure dari pipelines ialah 1485 psi
b) Untuk hydrotest pressure nya dikalikan dengan Test facktor = 1,25 sehingga ketemu lah angka 1856 psi
untuk hydrotest pressure nya.
c) Saat pelaksaan pressurizing nya tidak boleh langsung ditekan hingga ke tingkat maximum nya (1856 psi)
namun secara bertahap kenaikannya. dengan tingginya tekanan pada proses ini, maka diharapkan hanya
orang - orang yang berkompeten saja yang dapat melakukannya dan untuk setiap pekerjaan bertekanan,
pastikan seluruh selang yang menghubungkan dari pompa ke pipa telah terpasang whiplock (alat untuk
penahan selang ketika terjadi out of control pada selang)

Untuk prosedur hydrotest yang kami jalankan proses chart nya sebagai berikut : kemudian dilakukan leak test
sesuai dengan ASME B31.8 dengan persyaratan sesuai dengan API - RP - 1110.
a) Pembacaan tekanan pada pipa yang sedang di Hydrotest ini dilakukan setiap 1/2 jam sekali hingga
dilakukan test off dan release pressure. toleransi untuk pressure lost dari proses ini ialah 20 % dari 1/4
derajat F suhu pengujian dengan sensitivitas 1 psig setelah proses pressurizing selesai
b) Maka selanjutnya ialah Dewatering atau membuang semua air yang bearada pada jalur pipa dengan
membuka flanges yang ada pada outlet. setelah itu dilakukan proses swabing yaitu memasukan pig kembai
ke dalam jalur pipa untuk mengering kan air hingga tidak ada air sama sekali dan pipa siap untuk dilakukan
proses purging.
c) Proses purging ialah proses injeksi Nitrogen ke dalam pipa hingga pipa dalam keadaan vacuum dengan
tingkat oksigen di dalamnya 5% atau kurang dan siap untuk dialiri gas. rsiko yang ada dari proses purging
ini ialah pada operator nya dikarenakan Nitrogen yang disimpan dalma bentuk cair sehingga suhu nya yang
sangat rendah yaitu -196 derajat Celcisu dapat mengakibatkan rusak nya jaringan kulit jika terpapar dan jika
Nitrogen tersebut terhirup dalam jumlah banyak dapat menyebabkan asphyxia atau susah untuk bernafas /
seperti tercekik. oleh karena itu pekerja yang melakukan proses purging ini diharuskan menggunakan
sarung tangan kulit (leather hand gloves) dengan standart yang dapat menahan suhu yang sangat rendah
dan penggunaan masker dengan cartridge untuk menghindari paparan Nitrogen secara berlebiha jika terjadi
kebocoran. setelah proses purging selesai maka selesailah seluruh rangkain dari prosedur pengerjaan dari
hydrotest package ini. mohon koreksi, masukan dan sarannya. CMIIW :)
Typical Third-Party Interfences

Ground Movement

Typical Flooding Pipeline

Corrotion

Anda mungkin juga menyukai