Anda di halaman 1dari 213

1

BAB . 1 PENDAHULUAN
Sebagaimana diketahui , tangki timbun merupakan sarana
penimbunan produk yang sangat vital , mengingat baik transaksi
maupun operasi unit produksi sangat memerlukan sarana ini .
Untuk keperluan transaksi , tangki digunakan sebagai sarana
timbun sekaligus alat ukur untuk meyakinkan bahwa jumlah /
volume transasi yang dilaksanakan antara pihak penjual dan
pembeli atau antara pihak produsen dan pengguna , benar sesuai
dengan kontrak jual beli yang telah disetujui .
Untuk keperluan operasi , tangki digunakan untuk penyimpanan
sementara bahan yang akan dicampur ( blending ) , bahan yang
akan dimasak dan bahan bakar yang digunakan untuk proses
pengolahan . Untuk keperluan ini tangki tidak berfungsi ganda
sebagaimana dalam transaksi .

Tangki timbun berukuran mulai dari yang paling kecil ( hanya


beberapa m³ ) hingga super besar ( sama atau lebih dari 1.000.000
barel ) . Dinding tangki sebelah atas berkisar antara 6 hingga 9 mm
tebal dan yang terbawah dapat mencapai ≥ 50 mm . Berhubung
dibawah tangki terpasang landasan atau pad yang cukup kuat
untuk menopang berat tangki tersebut , maka pelat dasar tangki
tidak lebih dari 9 mm , bahkan kebanyakan hanya 6 mm ,
berapapun besarnya , kecuali annular plate yang berfungsi
menopang berat dinding dan atap tangki , yang biasanya setebal
3/4 “ ( 18 mm ) .

Tangki timbun pada umumnya berusia panjang ( antara 25 hingga


50 tahun ) , kecuali jika fluida yang ditimbunnya korosif.
Pembersihan dan pemeriksaan rutin dilaksanakan sebagai upaya
untuk mempertahankan kelangsungan kegunaan dan fungsi tangki
tersebut . Karena bentuknya yang pada umumnya sanagt besar ,
maka pemeliharaannya sangat mahal dan sulit . Sebagai ilustrasi
tangki timbun minyak mentah pembersihannya dapat
2

membutuhkan waktu sekitar 3 hingga 4 bulan . Pembangunan


tangki juga dapat memakan waktu antara 10 hari hingga 6 bulan
tergantung ukurannya , demikian juga dengan uji hydrostaticnya
dapat berlangsung lama .

Standard yang diacu biasanya American Petroleum Institute ( API )


, Japan Industrian Standad ( JIS ) dan lain lain .
Disini hanya akan dibahas tangki timbun yang dikonstruksi sesuai
dengan API 620 dan 650 .

BAB . 2 UMUM
2.a. JENIS JENIS TANGKI TUTUP TETAP
Terdapat beberapa jenis tangki timbun bertekanan rendah yang lazim
digunakan orang dalam industri.

2.a.1 Tangki Tutup Konis Tetap ( Fixed Cone Roof Tank )


Terdapat 3 jenis tangki tutup konis tetap didasarkan atas konstruksinya ,
yakni : a) self supporting rafter , dan b ) column supported .

2.a.1.a)

TIPE SELF SUPPORTING RAFTER


3

Tangki ini bertipe tutup konis tetap ( fixed cone roof tank ) dengan
penyangga tutup rafter yang mandiri. Tangki ini jenis atmosferis,
dipergunakan untuk menimbun berbagai jenis fluida dengan tekanan
uap amat rendah ( mendekati atmosferis ) , oleh sebab itu disebut tanki
atmosferis . Fluida ini dapat bersifat mudah terbakar atau yang tidak
berbahaya namun bernilai ekonomis cukup mahal atau kedua duanya.
Tangki jenis ini dilengkapi dengan beberapa kelengkapan
( appurtenances ) yang akan dibahas tersendiri.
Tekanan uap didalam tangki tidak boleh melebihi berat tutup.

2.a.1. b)

TIPE COLUMN SUPPORTED

Jenis tangki atmosferis, kegunaannya sama dengan tipe terdahulu.


Bedanya hanya pada bentuk pendukung atapnya yang terbuat dari
pipa . Pipa penyangga ini harus diukur ketebalannya dari waktu
kewaktu untuk mengetahui penipisan akibat serangan karat sebelah
dalam.
4

2.a.2 Tangki umbrella

TIPE UMBRELLA

Jenis tangki atmosferis.Kegunaannya mirip dengan kedua tipe diatas.


Bedanya adalah bentuk tutupnya yang merupakan segmen segment
melengkung dengan titik pusat meridian dipuncak tangki.

2.a.3 Tanki tutup cembung tetap ( dome roof )


Jenis tangki atmosferis. Tanki ini lazim disebut dome roof tank karena
bentuk tutupnya yang cembung dan self supporting ( mandiri ).
5

Kegunaan tangki tipe ini sama dengan tangki tutup konis tetap. Jenis
tipe ini sering digunakan untuk tangki dua dinding , dimana tangki
sebelah dalamnya terbuat dari pelat stainless steel dan digunakan
untuk penimbunan gas alam cair ( suhu cryogenic sekitar -190C ).

2.a.4 Tangki horisontal

Tangki ini jenis yang bertekanan rendah, dimana tekanan uap tidak
melebihi 5 psi. Digunakan untuk penimbunan bahan kimia ,
penyimpan air minum dan lain lain.
6

Tampak sekelompok tangki bertutup dome ( melengkung )


7

2.a.5 Tangki tipe plain hemispheroid .


Tangki ini jenis bertekanan rendah dan silindris, digunakan untuk
menimbun fluida ( minyak ) yang bertekanan uap ( rvp ) sedikit
dibawah 5 psi.

48 kaki

 43 kaki

2.a.6 Tangki tipe noded hemispheroid


8

Tangki ini jenis bertekanan rendah dengan fungsi penimbun fluida (


light naphtha pentane ) dengan tekanan uap tidak lebih dari 5 psi.

40 kaki
pengikat

 60 kaki

2.a.7 Tangki plain spheroid


Tangki ini jenis bertekanan rendah dengan kapasitas 20.000 barel

41 kaki 4 inci
9

2.a.8 Tangki tipe noded spheroid


Tangki ini kegunaannya mirip dengan tipe plain spheroid , hanya
ukurannya lebih besar ( 40.000 barel ), dengan sebuah tie dan 2 buah
truss.

41 kaki 4 inci

2.a.9 Tangki noded spheroid


Tangki berukuran 80.000 barel dengan dua buah ties dan 3 buah truss
41 kaki 4
10

2.b. PRESSURE TANK


Tangki jenis ini bertekanan uap( rvp ) lebih dari 11.1 psi. Fluida yang
ditimbun biasanya prodik minyak bumi seperti LPG, LNG.

2.b.1 Tangki peluru ( bullet tank )


Tangki bullet sebenarnya lebih sebagai pressure vessel bentuk
horisontal , dengan volume maksimum 2000 barel. Kegunaannya untuk
menimbun LPG.
PENGUKUR
KATUP PENEKAN PERMUKAAN LPG

2. b.2 Tangki bola ( spherical tank )


Tangki bola juga sebenarnya merupakan pressure vessel , mengingat
tekanan internalnya melebihi 11.1 psi.
Gunanya untuk menimbun gas yang dicairkan seperti misalnya : LPG ,
O2 , N2 , Acetylene dan lain lain.
Agar tidak merupakan produk yang didinginkan ( refrigerated ),
produk gas cair tersebut disimpan dengan tekanan hingga mencapai 75
psi.
Karena merupakan bejana tekan maka alat pengamannya juga lengkap
seperti tingkap pengaman , manometer dan lain lain.
Tangki bola hampir tidak pernah terletak dipermukaan tanah , pada
umumnya diatas kepala ( overhead / elevated ) , menggunakan tiang
tiang penyangga dari pipa.Tiang tiang ini termasuk tangki bolanya ,
dari waktu kewaktu diperiksa ketebalannya untuk mengetahui
serangan karat dari dalam.
11

Volume tangki dapat mencapai 50.000 barel. Ketebalan tangki bola


biasanya 1,5 inci atau lebih , sehingga sambungan lasnya diradiografi
100% dan di PWHT ( stress reliefed / bebas tegangan internal ).
Untuk penimbunan LNG dengan suhu cryogenic ( - 190C ), tangki bola
dibuat berdinding rangkap , dimana antara dua dinding diisi dengan
polyurethane foam ( isolasi dingin ), dan dinding tangki sebelah dalam
terbuat dari stainless steel.

KATUP
VAKUM
12

JENIS JENIS TANGKI TIMBUN


FIXED ROOF
TANKS SELF SUPPORTING COLUMN SUPPORTED
ROOF
UMBRELLA ROOF DOME ROOF
RAFTER

FLOATING ROOF
PAN TYPE FLOATING ROOF DOUBLE DECK FLOATING ROOF
TANKS PONTOON TYPE FLOATING ROOF

SANDWICH TYPE INTERNAL FL. R PAN TYPE INTERNAL FL.R

SPHEROID &
HEMISPHEROID NODED HEMISPHEROID
PLAIN HEMISPHEROID PLAIN SPHEROID

NODED SPHEROID LARGE NODE D SPHEROID

Jenis jenis tangki timbun


( lanjutan )

BULLET TANK

TANGKI OPEN ROOF TANK


FLOATING TANK

TIPE LAIN
HOEIZONTAL TANK SPHERICAL TANK

COBRA TANK
DOUBLE WALL TANK
UNDER GROUND TANK
13

3.c.3 Tangki terapung ( floating tank ).


Tangki ini termasuk yang tertua dari jenisnya yang telah digunakan di
Indonesia , digunakan untuk menimbun gas kota yang digunakan
untuk kepentingan industri dan rumah tangga diperkotaan. Gas yang
dikonsumsi biasanyaadalah gas metan dan campuran gas hidro karbon
lainnya. Karena sifatnya yang mengapung , maka tipe ini sangat efisien
karena tidak ada kebocoran gas samasekali.

3.d TANGKI DINDING GANDA ( DOUBLE WALL TANK )


Tangki ini khusus untuk gas cair yang bersuhu cryogenic ( hingga
- 190C ) . Tangki sebelah dalam terbuat dari pelat stainless steel yang
tahan suhu sangat dingin , sedang tangki sebelah luar lebih berfungsi
sebagai penguat dan sekaligus pelindung isolasi dingin.
Bentuk tangki dinding ganda bermacam macam , namun yang banyak
dipakai di Indonesia adalah yang bentuk prinsipnya seperti tergambar
dibawah ini .
14
BATANG PENGGANTUNG

ISOLASI DINGIN

TANGKI
SEBELAH
DALAM TIPE
TUTUP DATAR (
STAINLESS

ISOLASI
DINGIN
JANGKAR

3.e. TANGKI BENTUK LAIN


3.e.1 Tangki tanpa tutup ( open roof tank )
Tangki ini biasanya digunakan untuk menimbun air tawar atau air
pendingin.
SALURAN
LUBERAN
15

3.e.2 Tangki kobra


Tangki kobra sebenarnya adalah tangki yang
ditinggikan posisinya agar dapat digunakan
untuk mendistribusikan air minum
menggunakan gaya gravitasi ketempat tempat
pengguna .

3.e.3 Tangki bawah tanah


Tangki ini banyak digunakan oleh SPBU untuk
menjual bbm. Lokasi dibawah tanah
dimaksudkan untuk keselamatan umum
( meminimalkan risiko kebakaran / peledakan )

MANHOLE
16

BREATHER VALVE

ROOF ROOF NOZZLE


MANHOLE
TANK LEVEL
GAGE

FOAMITE GUN
TANK HEATER

TANK MIXER

DRAIN PIPE
SHELL NOZZLE

DRAIN SUMP

KELENGKAPAN TANGKI TUTUP TETAP


17

Cluster ( sekelompok ) tangki bola


( spherical tank )
18

2.c. TANGKI TUTUP TERAPUNG


Tangki jenis ini terdapat tiga tipe, yakni : 1) Tangki tutup terapung
eksternal ( extrenal floating roof ) , 2 Tangki tutup terapung internal (
internal floating roof ) , dan tangki terapung .
Tutup terapung dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi maupun
safety / keselamatan.

Dengan tutup terpung ( dapat bergerak naik turun sesuai tinggi rendah
permukaan fluida / minyak bumi didalamnya , maka evaporasi dalam
ruang uap ( vapor space ) dapat dihilangkan.
Tutup teraoung mengurangi kemungkinan terjadinya peledakan dari
fluida yang memiliki potensi mengandung listrik static , seperti JP-4
atau kerosine .
Dengan tidak adanya vapor space , maka kemungkinan terbentuknya
kelembaban ( moisture ) , mengurangi kemungkinan serangan karat
sebelah dalam pada tutup tangki jika fluida banyak mengandung
belerang.
Namun demikian terjadinya vapor loss / kehilangan akibat penguapan
tetap terjadi karena adanya celah antara dinding dan tutup tangki ,
serta menguapnya lapisan minyak pada dinding yang baru saja terbuka
karena turunnya tutup.
Namun demikian jika dibanding dengan tangki jenis tutup tetap , maka
tingkat kehilangan ini relatif kecil , hal ini dapat dihitung sebagaimana
dijelaskan kemudian.
Tangki tutup terapung digunakan untuk menyimpan minyak dengan
tekanan uap antara 1,5 hingga 11 psi , atau produk minyak yang
memerlukan perlakuan khusus.
Jenis jenis minyak yang ditimbun pada tangki tipe ini adalah minyak
mentah ringan ( light crude oil ) , komponen gasoline ( gasoline
blending stock ) , naphtha ringan , pentane , dan beberapa bahan kimia
yang mudah menguap ( volatile ).
Untuk tangki timbun bahan didinginkan ( refrigerated ) hingga - 60F ,
digunakan ketentuan dalam API 620 Appendix R.
Sedangkan untuk gas cair dengan suhu cryogenic ( tidak lebih rendah
dari - 270F ) , digunakan ketentuan dalam API 620 Appendix Q.
Tangki terapung digunakan untuk menimbun gas kota ( metan , atau
campuran gas metan dan hidro karbon lainnya ). Gas ini digunakan
untuk industri dan rumah tangga diperkotaan.
19

2.c.1 Tangki tutup terapung eksternal


Terdapat tiga jenis , yakni : a) tipe nampan ( pan type ) , b) tipe ponton
( pontoon type ) , c ) tipe dek ganda ( double deck type ).

2.c.1.a. Tangki tutup terapung eksternal tipe pinggan.


Tutup terapung tangki ini berbentuk nampan yang diperkuat dengan
trust rod ( batang penguat ) , melintang tutup dan dipertahankan
kekencangannya dengan menggunakan alat pengencang ( turn buckle ).
Ditengah tengah nampan terdapat ember pengumpul air hujan ( drain
sump ) yang dilengkapi dengan saringan. Air hujan disalurkan melalui
sistim cerat yang fleksibel dengan menggunakan kopling Chicksan.

2.c.1.b. Tangki tutup terapung eksternal tipe ponton


Disekeliling pinggir tutup dilengkapi dengan ponton berbentuk cincin.
Bagian lainnya dari tutup berupa lembaran pelat tunggal atau dek.
Ditengah tutup dipasang pinggan pengumpul air hujan dan pipa cerat.
Karena bentuknya yang sangat titpis relatif terhadap diameternya , dek
tutup dilengkapi dengan lebih banyak batang penyangga ( roof
support ). Pada tipe ini , air hujan dibiarkan masuk kedalam fluida
didalam tangki ( minyak bumi ) , untuk kemudian dicerat melalui
nozzle cerat didinding sebelah bawah. Hal ini mudah dilakukan
mengingat minyak selalu terpisah dengan air hujan. Namun kondisi ini
memungkinkan terjadinya serangan karat disebelah dalam pada bagain
air apabila minyaknya banyak mengandung chloride atau belerang.

2.c. 1. c. Tangki tutup terapung eksternal tipe dek ganda.


Tutup tangki ini terdiri dari dua pelat dek yang tersusun dengan
rongga diantaranya . Karenanya tutup ini berfungsi sebagai pelampung
ukuran besar.
Ditengah tengah tutup terdapat pipa pencerat air hujan yang terbuka
ujungnya. Disini air hujan tidak disalurkan sewaktu meninggalkan
tangki , namun dibiarkan masuk kedalam fluida didalam tangki.
Penceratan air hujan relatif gampang mengingat air selalu disebelah
bawah minyak . Penceratan melalui nozel pencerat pada dinding
sebelah bawah.
Kondisi ini memungkinkan terjadinya serangan karat sebelah dalam
tangki jika minyak bumi yang disimpan disini banyak mengandung
Chlorine atau belerang.
Karena bentuk tutup sebagai pelampung besar dan cukup kuat / kaku,
maka pipa penyangganya tidak banyak.
20

Dibawah ini dipampangkan ketiga jenis tutup terapung sesuai dengan


standard API RP ( recommended practice ) 575.

Agar tingkat kerugian akibat penguapan kandungan tangki tutup


terapung tipe eksternal, minimal , pada celah antara dinding tangki
dengan tutup terapung dipasang penyumbat ( seal ) yang diupayakan
selalu menempel pada dinding dengan menggunakan per daun ( leaf
spring ), pegas ( coil spring ) ataupun pemberat ( counter weight ).

Gambar kanan menggambarkan


penyumbat tutup ( roof seal )
yang menggunakan per daun se-
bagai alat penekan sol sepatu
seal ( shoe ) pada dinding.

Gambar kiri meng-


gambarkan roof
seal dengan pegas
sebagai alat pene-
kan sol sepatu seal
pada dinding tang-
ki.
21
22

Dibawah ini adalah roof seal yang menggunakan pemberat ( counter


weight ) sebagai penekan sol sepatu nya pada dinding tangki tutup
terapung eksternal.

2.c.2 Tangki tutup terapung internal


Terdapat beberapa tipe tangki tutup terapung internal , yakni tipe
nampan ( pan ) , tipe sandwich metal , tipe sandwich plastik , tipe
bulkhead , tipe ponton , tipe dek ganda , dan tipe tutup diatas
pelampung ( roof on float ).
Semua tipe tersebut diatas berhubungan langsung dengan cairan
kecuali tipe tutup atas pelampung.
Tangki ini digunakan untuk menimbun fluida yang hampir tidak boleh
bocor / keluar keudara luar sama sekali, dikarenakan harganya yang
sangta mahal , atau menyebabkan polusi udara ( beracun ) , atau sangat
mudah terbakar.
23

2.c.2.a) Tangki tutup terapung internal tipe nampan

3.c.2.b) Tangki tutup terapung internal tipe sandwich


24

2.c. 2. c ) Tangki tutup terapung internal tipe nampan dengan seal delta

Seal tipe Delta


25

Selanjutnya disebelah kanan ini adalah


seal jenis resilient ( lentur ) yang ter-
buat dari bahan karet sintetis . Tipe ini
yang terbanyak dipakai diindusti mi-
nyak di Indonesia karena daya tahan-
nya yang tinggi serta hampir bebas pe-
meliharaan.

2.c.3 Tangki terapung ( floating tank ).


Tangki ini termasuk yang tertua dari jenisnya
yang telah digunakan di Indonesia ,
digunakan untuk menimbun gas kota yang
digunakan untuk kepentingan industri dan
rumah tangga diperkotaan. Gas yang
dikonsumsi biasanyaadalah gas metan dan
campuran gas hidro karbon lainnya. Karena
sifatnya yang mengapung , maka tipe ini
sangat efisien karena tidak ada kebocoran gas
samasekali.
26

Tangki tutup terapung tipe eksternal


27

2.d TANGKI DINDING GANDA ( DOUBLE WALL TANK )


Tangki ini khusus untuk gas cair yang bersuhu cryogenic ( hingga
- 190C ) . Tangki sebelah dalam terbuat dari pelat stainless steel yang
tahan suhu sangat dingin , sedang tangki sebelah luar lebih berfungsi
sebagai penguat dan sekaligus pelindung isolasi dingin.
Bentuk tangki dinding ganda bermacam macam , namun yang banyak
dipakai di Indonesia adalah yang bentuk prinsipnya seperti tergambar
dibawah ini .

BATANG PENGGANTUNG

ISOLASI
DINGIN

TANGKI
SEBELAH
DALAM TIPE
TUTUP DATAR
( STAINLESS
STEEL )

ISOLASI
DINGIN

JANGKAR
28

Tangki dinding ganda untuk LNG didarat dan dilaut

2.e. TANGKI BENTUK LAIN


3.e.1 Tangki tanpa tutup ( open roof tank )
Tangki ini biasanya digunakan untuk menimbun air tawar atau air
pendingin.
29

SALURAN
LUBERAN

2.e.2 Tangki kobra


Tangki kobra sebenarnya adalah tangki yang
ditinggikan posisinya agar dapat digunakan
untuk mendistribusikan air minum
menggunakan gaya gravitasi ketempat tempat
pengguna .

2.e.3 Tangki bawah tanah


Tangki ini banyak digunakan oleh SPBU untuk
menjual bbm. Lokasi dibawah tanah
dimaksudkan untuk keselamatan umum
( meminimalkan risiko kebakaran / peledakan )

TANGKI COBRA

BAB 3. D
30

TANGKI DINDING RANGKAP BAJA DAN BETON


31

BAB. 3 DESAIN
Inspektor , walaupun serba sedikit harus mengetahui aspek design
tangki untuk memudahkan baginya mereview design tangki tertentu ,
serta membuat verifikasi tentang hasil perhitungan pihak engineering .

3.1 PERHITUNGAN TEBAL PELAT DINDING


Terdapat dua metoda penghitungan tebal pelat dinding tangki , yakni
menggunakan (a) metoda 1 kaki ( one foot methode ) , dan (b) metoda
titik design variabel.
(a) .1 Metoda satu kaki ( dalam unit S.I )
Metoda ini hanya berlaku bagi design tangki yang berdiameter tidak
lebih dari 60 m ( 200 kaki ).
Titik design untuk mengukur ketebalan dinding tangki adalah pada
posisi 1 m ( 3 kaki ) diatas bagian bawah dari setiap course ( cincin
pelat ).
Ketebalan minimum pelat harus diatas hasil perhitungan dengan rumus
dibawah ini :

Rumus yang digunakan :

4.9 D ( H – 0.3 ) G
t d = + CA (I)
S d

dan

4.9 D ( H – 0.3 )
t t
= ( II )
S t

Dimana : t d = tebal design diding , dalam mm.


t t = tebal uji hydrostatis dinding , dalam mm.
D = diameter nominal tangki , dalam m.
H = permukaan design untuk cairan , dalam m.
32

( ketinggian dari dasar tangki hingga dipuncak


shell / badan tangki termasuk siku atas / top
angle , atau dari dasar ke dasar saluran luberan
/ overflow yang membatasi ketinggian pengisian
tangki , atau dari dasar kelevel yang ditetapkan
oleh pihak pembeli , yang terhalang oleh tutup
terapung internal , atau dikendalikan untuk
menghadapi kemungkinan terjadinya gerakan
cairan / sesmic wave akibat gempa.

G = berat jenis design cairan yang ditimbun ,


yang ditentukan oleh pihak pembeli.

CA = kelonggaran karat ( corrosion allowance )


dalam mm yang diminta pihak pemesan.

S d
= stress yang diijinkan untuk kondisi design , dl.
Mpa
S =t = stress yang diijinkan untuk kondisi dalam
tekanan uji hidrostatis.

(a).2 Metoda satu kaki dalam unit Amerika ( US Customary Units ).

Rumus yang digunakan :

2.6 D ( H –1 ) G
t d = + CA ( III )
S
d

dan

2.6 D ( H-1 )
t t
= ( IV )
S t
33

Dimana : td = ketebalan design dinding , dalam inci.

t t
= ketebalan dinding dalam kondisi uji hidrostatis.

D = diameter nominal tangki , dalam kaki.

H = tinggi permukaan desain cairan , dalam kaki.


( lihat catatan diatas )

G = berat jenis design cairan yang ditimbun , yang


ditentukan oleh pihak pemesan.

CA = kelonggaran karat yang ditentukan oleh pihak


pemasok.

S = stress yang diijinkan untuk kondisi design , dl.


d
lbf / sq. in.

S t
= stress yang diijinkan untuk kondisi dalam
tekanan uji hidrostatis.

(b) Metoda titik design Variabel


Metoda ini biasanya menghasilkan pengurangan ketebalan shell dan
jumlah berat keseluruhan material. Metoda ini berguna untuk
mendesign tangki ukuran besar dengan menggunakan ketebalan
maksimum pelat yang terbatas.
Metoda ini menghasilkan ketebalan pelat shell pada titik design dimana
stress yang dihitung relatif mendekati stress circumferensial yang
sebenarnya dari badan tangki.
Metoda ini hanya boleh dipakai apabila pihak pemesan tidak secara
khusus meminta digunakan metoda satu kaki , dan apabila :

Dalam unit S.I. ( standard international )

L  1000
H 6
34

0.5
Dimana : L = ( 500 D t ) , dalam mm.

D = diameter tangki , dalam m.

t = tebal pelat dinding terbawah , dalam mm.

H = tinggi permukaan design maksimum dari


cairan , dalam m.

atau dalam unit Amerika

L
 2
H

0.5
Dimana : L = (6D t ) , dalam inci.

D = diameter tangki , dalam kaki

t = tebal pelat dinding terbawah , dalm inci.

H = tinggi permukaan design maksimum dari cairan


dalam kaki.

 Perhitungan tebal minimum pelat dari setiap ring dinding , baik


untuk kondisi design maupun dalam tekanan uji hidrostatis , harus
dilaksanakan secara terpisah ( independent ) dan tuntas , sedangkan
untuk kondisi design harus tanpa kelonggaran karat ( CA ).

 Ketebalan dinding shell yang dipersyaratkan untuk setiap ring harus


lebih tebal dari hasil perhitungan tebal design ditambah kelonggaran
karat ( CA ) , atau perhitungan tebal dalam tekanan uji hidrostatis.

 Ketebalan total dari pelat dinding harus lebih tebal dari daftar
dibawah ini.
35

Diameter nominal tangki Tebal nominal pelat

kecuali apabila ditentukan Tebal pelat nominal dida


lain oleh pemesan , diameter sarkan atas dinding tang
nominal adalah diameter yg. ki yang dikonstruksi. Ke
melalui titik pusat cincin ter tebalan yang ditentukan
bawah didasarkan atas persyara
tan pembangunan tangki

(m) ( kaki ) ( mm ) ( inci )

 15  50 5 3/16

15 --  36 50 --  120 6 ¼

36 – 60 120 – 200 8 5/16

 60  200 10 3/8

 Stress yang dihitung dari setiap ring pelat dinding tidak boleh
melebihi stress material pelat yang digunakan .

 Stabilitas badan tangki terhadap kemungkinan terjadinya


tekukan ( buckling ) akibat kecepatan design angin yang diminta
oleh pihak pemesan , harus dicek menggunakan rumus :

Unit SI.
3
H 1
= 9.47 t  ( t / D ) (V)

Dimana : H 1
= jarak vertikal , antara penopang angin antara
( intermediate wind girder ) dengan top angle
dari dinding tangki , atau antara penopang
angin antara dengan penopang angin puncak
( top wind girder ) dari tangki tanpa tutup
36

( open roof tank ), dalam m.

t = tebal ring dinding teratas yang diminta , kecuali


apabila ditentukan lain , dalam mm.

D = diameter nominal tangki , dl. M.

Dalam unit Amerika


3
H = 600,000 t  ( t / D ) ( VI )
1

Dimana : H = jarak vertikal antara penopang angin antara


1
dengan top angle dari dinding tangki , atau
antara penopang angin antara dengan
penopang angin puncak dari tangki tanpa tutup
, dalam kaki.

t = tebal ring dinding teratas yang diminta ,


kecuali apabila ditentukan lain , dalam inci.

D = diameter nominal tangki , dalam kaki.

 Apabila untuk suatu ring dinding tangki digunakan pelat yang


lebih tebal , maka ketebalan tersebut digunakan sebagai dasar
perhitungan ring berikutnya diatas ring terdahulu , asalkan
ketebalan yang lebih tadi merupakan persyaratan tebal design
dalam gambar tehnik pihak manufaktur yang mengandung :
1) tebal nominal pelat yang digunakan
2) spesifikasi material pelat yang digunakan
3) stress yang diijinkan

 Untuk menghitung ketebalan ring dinding terbawah , tebal design


pendahuluan t pd , dan tebal pendahuluan uji hydrostatis tpt ,
harus terlebih dahulu dihitung dengan rumus dalam metoda satu
kaki tersebut diatas.

ld
37

 Tebal ring dinding terbawah t dan tlt untuk kondisi design dan
hydrotest , harus dihitung dengan rumus dibawah ini :

0.463D HG 2.6HDG
t ld =  1.06 -    + CA ( VII )
H Sd Sd

Catatan : untuk kondisi design t ld tidak perlu melebihi t pd

0.463 D H 2.6HD
t lt =  1.06 -    ( VIII )
H St St

Catatan : Untuk kondisi hydrotest t lt tidak perlu melebihi t pt

Guna menghitung ketebalan pelat ring kedua dari bawah untuk


kedua kondisi design dan hydrotest , nilai perbandingan dibawah ini
harus dihitung untuk ring terbawah.

h1
 r t1 0.5

Dimana :

h1 = ketinggian ring terbawah , dalam mm atau inci.

r = radiur nominal tangki , dalm mm atau inci.

t1 = tebal sebenarnya dari ring terbawah ( dikurangi


ketebalan apapun yang ditambahkan untuk
kelonggaran karat , dl. mm atau inci ) yang
digunakan untuk menghitung t 2 ( design ).
Tebal keseluruhan dari ring terbawah harus
digunakan untuk menghitung t 2 hydrotest.
Apabila nilai perbandingan kurang atau sama dengan 1.375
38

t 2 = t 1

Apabila nilai perbandingan lebih besar atau sama dengan 2.625

t 2 - t 2a

Apabila nilai perbandingan lebih besar dari 1.375 namun lebih kecil
dari 2.625 ,

h1
t2 = t 2a +( t 1 - t 2a ) 2.1 - 0.5
(IX)
1.25 ( r t1 )

dimana :

t2 = tebal design minimum dari ring kedua tidak


termasuk corrosion allowance ( CA ) , mm
atau inci.
t 2a = tebal ring kedua , dlm. mm ( inci ) sebagaima
na dihitung untuk ring yang lebih atas , seper
ti tertera pada paragraf dibawah ini.

Formula terdahulu untuk menghitung t 2 didasarkan atas allowable


stress yang dipergunakan untuk mendesign ring terbawah dan ring
kedua dari bawah . Untuk tangki dimana nilai perbandingan lebih
besar atau sama dengan 2.625 allowable stress untuk ring kedua dari
bawah dapat lebih rendah daripada allowable stress dari ring
terbawah , yakni apabila metoda sebagaimana tertera dibawah ini,
digunakan.

Untuk menghitung ketebalan ring sebelah atas , baik untuk kondisi


design dan hydrotest , nilai terdahulu t u untuk ring sebelah atas
harus dihitung berdasarkan rumus ( I ) dan ( II ) , kemudian jarak
x dai titik design variable dari dasar ring harus dihitung
berdasarkan nilai terendah yang didapatkan dari rumus dibawah ini
39

Dalam unit SI :
0.5
x1 = 0.61 ( r t u ) + 320 C H.

x2 = 1000 C H (X)
0.5
x3 = 1.22 ( r tu )

dimana : tu = tebal ring sebelah atas pada sambungan girth.


dalam mm.
0.5 1.5
C = K ( K-1 ) ( 1+K )

K = tL tu

tL = tebal ring sebelah bawah disambungan girth ,


dalam mm.

H = level design cairan ( lihat I dan II )

Dalam unit US Customary :


0.5

x1 = 0.61 ( r tu ) + 3.84 C H

x2 = 12 C H ( XI )
0.5
x3 = 1.22 ( r t u )

dimana : tu = ketebalan ring sebelah atas pada sambungan


girth , dalam inci.
40

0.5 1.5
C = K(K–1) /( 1+K ).

K = t / tu
L

tL = tebal ring sebelah bawah pada sambungan


girth, dalam inci.

H = permukaan sesign cairan ( lihat ( I ) ), dalam


Kaki.

Ketebalan munimum tx untuk ring sebelah atas harus dihitung


untuk kedua kondisi design ( tdx ) dan hydrotest ( t tx )
menggunakan harga inimum dari x yang didapat dari rumus
dibawah ini :

x
2.6 D ( H - ) G
12
t dx = + CA ( XII )
Sd

x
2.6 D ( H - )G
12
t tx = ( XIII )
St

Langkah langkah tersebut diatas harus diulang ulang dengan


menggunakan harga t x dan t u sehingga selisih hasil hasil
perhitungan t x secara berturut turut , menjadi kecil ( biasanya
pengulangan perhitungan 2 kali sudah cukup mewakili ).

Pengulangan perhitungan menghasilkan lokasi titik design untuk


ring dinding yang sedang dihitung , menjadi lebih akurat , sehingga
karenanya hasil perhitungan tebal pelat ring dinding tersebut
menjadi lebih akurat pula.
41

c. Metoda analisis elastik

Untuk tangki yang L/H nya > 2 , selelsi tebal dinding didasarkan
atas analisis plastis yang menunjukkan bahwa perhitungan regangan
lingkar dinding ( circumferential shell stresses ) , harus dibawah
harga regangan yang dibolehkan sebagaimana tertera pada tabel
ITT . 0 1. Kondisi batas ( boundary condition ) dari analisis harus
mengasumsikan suatu moment palstik sepenuhnya yang disebabkan
oleh daya yield pelat dibawah dinding dan pertumbuhan radial O
( zero radial growth ).

3.2 BUKAAN ( OPENING ) PADA DINDING


Persyaratan bukaan pada dinding dimaksudkan untuk membatasi
penggunaan kelengkapan tangki yang dilaskan kedinding.

Peripheri ( daerah sekeliling ) pelat sisipan ( insert plate ) harus


diserong ( tapered ) 1 : 4 terhadap tebal pelat dinding sekelilingnya.

Bukaan didekat dasar tangki cenderung berputar bersama


pembengkokan vertikal ( vertical bending ) dari dinding dibawah
pengaruh beban hydrostatis . Bukaan dinding didaerah ini yang
berhubungan dengan perpipaan atau beban eksternal lainnya harus
diperkuat bukan hanya untuk kondisi statis namun juga untuk
beban apapun yang ditanggung oleh hubungan dinding karena
tengangan yang berasal dari perpipaan yang terhubungkan dengan
rotasi tangki . Beban eksternal harus diminimumkan , atau
hubungan dinding harus direlokasikan diluar daerah rotasi.

Sekeliling pelat sisipan ( insert plate ) harus dipotong serong 1 : 4


untuk menyesuaikan dengan ketebalan pelat dinding didekatnya.

Dengan persetujuan pihak pemilik , bentuk dan ukuran pelat


penguat ( lihat gambar ITG-1 , ITG-2 dan ITG-3 ) dapat diubah
ubah asalkan ketebalan , panjang dan lebar dari bagian yang diubah
tersebut memenuhi persyaratan luas pengelasan dan ruang. Pelat
penguat yang memenuhi persyaratan API 650 dapat diterima.
Ketentuan ini tidak berlaku bagi bukaan pembersih dan hubungan
dinding tipe flush ( flush type clean out door & shell connection ).
42

3.3 PELAT PENGUAT ( REINFORCEMENT ) DAN LASAN

Jika bukaan pada dinding tangki lebih besar dari yang diperlukan
untuk disesuaikan dengan NPS 2 yang berflensa atau nosel yang
berulir , harus diberi penguat . Semua bukaan pada dinding tangki
yang memerlukan penguat seperti nosel , lubang lalu orang
( man hole ) , dan lubang pembersih ( clean out door ) harus
dipasang dengan las yang menembus dinding tangki tersebut ( full
penetration ) , namun demikian untuk sambungan yang
penetrasinya sebagian ( partial ) untuk pelat penguat yang
didisisipkan , diijinkan . Luas penampang minimum pelat penguat
tersebut harus tidak lebih kecil dari hasil perkalian diameter
vertical dari bukaan pada dinding dengan tebal nomial pelat
dinding , namun jika perhitungan dibuat untuk ketebalan
maksimum , maka kondisi beban desain dan uji hydrostatis harus
diperhitungkan . tebal yang dikehendaki dapat digunakan sebagai
pengganti tebal nominal pelat . Luas penampang pelat penguat
harus dihitung secara vertical dan bertepatan dengan diameter
bukaan

GAMBAR 3 - 1

PENGUAT UNTUK LUBANG LALU ORANG ( MAN


HOLE ) DAN NOSEL ( NOZZLE )
43

Kecuali untuk bukaan tipe rata permukaan ( flush type ) , dan


sambungan , semua pelat penguat yang efektif harus berada
didalam jarak diatas dan dibawah garis sumbu dari bukaan pada
dinding tangki yang sama dengan ukuran vertikal lubang bukaan
tersebut .

Pelat penguat dapat dipasang sesui dengan bentuk atau kombinasi


bentuk dibawah ini :

a. Pemasangan flensa pada fitting

b. Pelat penguat
c. Bagian leher ( neck ) dari fitting yang dianggap sebagai penguat

d. Kelebihan tebal pelat dinding

e. Material leher nosel . Kekuatan material leher nosel tersebut


yang digunakan sebagai penguat harus sama dengan kekuatan
pelat dinding . Penggunaan bahan dengan kekuatan yang lebih
rendah dari kekuatan bahan dinding , diijinkan asalkan kuat
yieldnya tidak kurang dari 70 % dari kekuatan bahan dinding
tangki , sedangkan kuat tariknya tidak kurang dari 80 % kuat
tarik bahan pelat tangki .

Bagian leher fitting berikut ini dianggap sebagai bagian dari


penguatan , kecuali apabila dilarang oleh Standard API 650 .
Bagian tersebut adalah :

a. Bagian yang menjulur keluar permukaan badan tangki


sepanjang 4 x tebal leher tersebut .

b. Bagian yang beradas didalam ketebalan pelat dinding .

c. Bagian yang menjulur keluar dari permukaan sebelah dalam


tangki sepanjang ( a )

Pelat tutup lubang lalu orang dan lingkar lubang baut flensanya
tertera pada table dibawah ini :
44

UKURAN UNTUK LINGKAR LUBANG BAUT D b DAN


DIAMETER PELAT TUTUP D c
DIAMETER DIAMETER LINGKAR DIAMETER PELAT
MAN HOLE LUBANG BAUT D b (in) TUTUP D c (in)

20 26 ¼ 28 ¾

24 30 ¼ 32 ¾

30 36 ¼ 38 ¾

36 42 ¼ 44 ¾

3.4 LUBANG LALU ORANG ( SHELL MAN HOLE )


Lubang lalu orang ( shell man hole ) pada badan tangki harus
dibuat sesuai dengan gambar dibawah ini . Pelat penguat shell man
hole atau setiap bagian dari pelat apabila tidak dibuat dalam satu
potongan , harus dilengkapi dengan sebuah lubang telltale
berdiameter ¼” ( 6 mm ) untuk mendeteksikemungkinan adanya
kebocoran melalui bagian dalam sambungan las . Setiap lubang
harus diposisikan pada sumbu horizontal dan harus terbuka
keudara bebas. Guna mencegah masuknya air hujan maka lubang
tersebut ditutup dengan gemuk / fat .
45

5”
tt
1
1 tn

tc
L 9”
3”
Ø 3/8” Db
Do
6”
ID
Dc
Do/ 2
¼”

L
SUDUT YANG DIBUNDAR T
KAN , RADIUS 6”.

t
W/2
SEBUAH LUBANG TELTALE
DIAMETER 6 mm ( ¼ INCI ) UNTUK NOZZLE UKURAN 20” & 24” = 30”
PADA PELAT PENGUAT UNTUK NOZZLE UKURAN 30” = 36”
PADA SUMBU HORISONTAL GAMBAR 3- 2 UNTUK NOZZLE UKURAN 36” = 42”

Pengerjaan man hole dilaksanakan dengan menggunakan


konstruksi las , ukurannya tertera pada Table 3 -3 hingga 3- 5 API
650. Ukuran tersebut didasarkan atas ketebalan minimum leher
man hole yang tertera pada Tabel 3 – 4 API 650 . Apabila
diberlakukan kelonggaran karat pada man hole , maka
kelonggaran tersebut harus ditambahkan pada ketebalan minimum
leher , pelat tutup dan flensa man hole tersebut .

Diameter maksimum D dari kontur shell tertera pada kolom 3


Tabel 3 – 7 API 650 , sedangkan ukuran pelat penguat man hole
tertera pada Tabel 3 – 6 API 650 .
46

Gambar 3 - 3

JARAK MINIMUM 8
t ATAU ½ r PILIH
YANG TERKECIL
LUASAN DAERAH YANG
DIRADIOGRAFI

TOE SAMBUNGAN LAS

TEBAL DINDING

PENETRASI BUKAAN TANPA PELAT PENGUAT

3.5 NOSEL DINDING DAN FLENSANYA


Nosel dinding dan flensanya harus sesui dengan Gambar 3 – 2 dan
Gambar 3 - serta table 3 – 6 hingga 3 - 8 API 650 . Bentuk
bentuk alin diperbolehkan untuk digunakan askan atas persetujuan
pihak pemilik .
47

PENETRASI DENGAN PELAT PENGUAT

JARAK MINIMUM HARUS 8 t


ATAU ½ r PILIH YANG TERKECIL
LUASAN DAERAH YANG
DIRAIOGRAFI

TEBAL PELAT

LUASAN DAERAH YANG

JARAK MINIMUM HARUS 8 t


ATAU ½ r PILIH YANG TERKECIL
DIRAIOGRAFI
48

Pelat penguat nosel atau setiap bagian dari pelat apabila tidak
dibuat dalam satu potongan , harus dilengkapi dengan sebuah
lubang telltale berdiameter ¼” ( 6 mm ) untuk
mendeteksikemungkinan adanya kebocoran melalui bagian dalam
sambungan las . Setiap lubang harus diposisikan pada sumbu
horizontal dan harus terbuka keudara bebas. Guna mencegah
masuknya air hujan maka lubang tersebut ditutup dengan gemuk /
fat .

Rincian dan ukuran yang ditentukan didalam spesifikasi adalah


untuk nosel yang terpasang dengan sumbutegak lurus dengan
pelat shell . Sebuah nosel dapat dipasang pada sudut selain 90 º
kedinding tangki pada bidang datar , asalkan lebar pelat
penguatnya ditambah dengan jumlah sebagaimana diutarakan
dalam Par. 3.7.6.2 API 650.

FLENSANOSEL
FLENSA NOSEL
49

Tebal minimum leher nosel yang digunakan harus sama dengan


tebal yang diminta t n pada table 3 – 6 API 650

3.6 JARAK PENGELASAN SEKELILING HUBUNGAN

Untuk sambungan las tanpa stress relief , pada pelat dinding lebih
dari ½ in. , jarak minimum antara sambungan penetrasi dengan
sambungan pelat dinding terdekat diatur sebagai berikut :

a. Sisi luar kaki las fillet sekeliling nozzle , sekeliling bagian pelat
dinding yang dipertebal , atau sekeliling pelat penguat , harus
berjarak paling sedikit lebih dari 8 x ukuran las atau 250 mm (
10 in )dari sumbu sambungan las butt pelat dinding.

b. Las sekeliling pelat sisipan ( insert plate ) yang dipertebal ,


sekeliling pelat sisipan penguat , atau sekeliling pelat penguat ,
harus berjarak paling sedikit dari 8 x ukuran las yang lebih
besar atau 150 mm ( 6 in. ) dari masing masing sambungan las

10” 6”

Manakala pembebasan tegangan dilaksanakan pada sambungan


las keliling sebelum pengelasan sambungan shell terdekat atau
dimana sambungan las pada shelll ≤ 1/2 “ tidak dibebas – tegangan
kan , maka jarak kesambungan dinding vertikal dapat
50

diperpendek menjadi 6” atau lebih dari 75 mm ( 3 “ ) atau 2 ½ x


ketebalan pelat dinding , kesambungan las horizontal .Jarak antar
sambungan las sekeliling pelat sisipan yang dipertebal atau
sekeliling pelat penguat harus lebih dari 75 mm ( 3 “ ) atau 2 ½ x
tebal pelat dinding.

JARAK PENGELASAN
PENETRASI

PELAT PENGUAT

PELAT SISIPAN YANG


DIPERTEBAL

Ukuran nosel ( dalam mm atau inci ) harus sesuai dengan Tabel 3 –


6 API 650 .

3.7. PENGHAPUSAN TEGANGAN TERMAL ( THERMAL


STRESS RELIEF )
Semua fitting pembersih tipe flush , dan hubungan dinding tipe flush
harus di thermal stress relief setelah perakitan dan sebelum dipasang
pada tangki , atau setelah terpasang pada tangki apabila keseluruhan
tangki di thermal stress relief.
Stress relief harus dilaksanakan dalam lingkup suhu antara 600ºC
hingga 650ºC ( 1100ºF hingga 1200ºF ) selama 1 jam per inci tebal.
Pasangan ( assembly ) harus mencakup annular plate dan sambungan
las flange ke leher.
51

Apabila bahan pelat terdiri dari Grup I , II , III atau IIIA , semua
bukaan untuk nozzle 12 inci atau lebih atau pelat sisipan yang lebih
tebal dari 25 mm ( 1 in.) harus dipra- fabrikasi kedalam dinding tangki
atau kedalam pelat sisipan yang dipertebal , dan bagian yang dipra-
fabrikasi tersebut harus distress relief pada lingkup suhu tersebut
diatas sebelum dipasang. Persyaratan stress relief disini tidak termasuk
sambungan las flensa keleher , leher nozzle lainnya , atau leher
manhole , asalkan syarat syarat dibawah ini dipenuhi :

a. Semual sambungan las diluar pelat penguat.

b. Ukuran throat fillet weld pada flensa slip on tidak melebihi 16 mm


( 5/8 “ ) , atau sambungan las butt dari flensa welding neck tidak
melebihi 19 mm ( ¾ “ ). Apabila material dipanasi awal pada suhu
minimum 90 ºC ( 200ºF ) selama pengelasan , batas ukuran las 16
mm ( 5/8 “ ) dan 19 mm ( ¾ “ ) dapat ditingkatkan ke 32 mm
( 1 ¼ “ ) dan 38 mm ( 1 ½ “ ).
Apabila bahan pelat dinding terdiri dari Grup IV , IVA, V atau VI ,
semua bukaan yang memerlukan pelat penguat pada dinding tangki
atau pada pelat sisipan yang lebih tebal dari 12.5 mm ( ½ “) harus
dipra-fabrikasi kedalam dinding tangki atau pelat sisipan , dan
sebelum dipasang harus distress relief seperti ketentuan diatas.

Apabila stress relieving pada suhu tersebut diatas dipandang kurang


praktis , maka stress relieving dibawah ini dapat dilaksanakan
asalkan atas persetujuan pihak pemesan.

SUHU MINIMUM WAKTU TAHAN CATATAN


STRESS RELIEVING 1 JAM / 25 mm TEBAL
ºC ºF
600 1100 1 1
570 1050 2 1
540 1000 4 1
510 950 10 1,2
480 ( MIN ) 900 ( MIN ) 20 1,2
CATATAN :
52

1. Untuk suhu antara , waktu pemanasan harus ditentukan dengan


interpolasi garis lurus.
2. Stress relieving pada suhu ini tidak diperkenankan untuk bahan
A 537 II.

Apabila akan digunakan dalam instalasi yang distress relieved ,


bahan baja quenced & tempered A 537 Cl 2 , A 678 Gr. B dan
TMCP A 841 harus diwakili melalui test specimen yang telah
mengalami stress relieving sebagaimana digunakan untuk pasangan
( assembly ) bersangkutan.

2.5 t ATAU 3”

t = TEBAL DINDING

3.8 FITTING PEMBERSIHAN TIPE RATA PERMUKAAN


( FLUSH TYPE CLEAN OUT FITTING )

Fitting pembersih tipe rata permukaan ( flush type clean out


fitting ) harus sesuai dengan Par. 3.7.7.1 API 650.

Piranti pembersih tangki ( clean out fitting ) tipe rata permukaan


( flush ) harus berbentuk segi empat dengan sudut sudut atas
berbentuk lengkung dengan radius ½ x tinggi maksimum bukaan
tersebut. Apabila tangki terbuat dari bahan yang termasuk dalam
53

SAMBUNGAN LAS HORISONTAL


TERDEKAT

LUBANG BAUT =
DIAMETER BAUT + 1/8”

b/2

1/4" f2

FITTING PEMBERSIHAN TIPE RATA PERMUKAAN


54

Grup I , II , III , atau IIIA , tinggi atau lebar bukaan tersebut tidak
boleh melebihi 1200 mm ( 48 inci ). Apabila bahan tangki
termasuk dalam Grup IV , IVA , V atau VI , ketinggian bukaan
tidak boleh melebihi 900 mm ( 36 inci ).

Bukaan yang diperkuat harus dirakit secara keseluruhan ( pre


assembled ) sebelum dimasukkan kedalam shell tangki , dan fitting
pembersih tersebut termasuk bagian shell yang terkait harus
dibebas-tegangan kan ( stressed relieved ) sebagaimana dijelaskan
pada 5-15

Luas penampang dari pelat penguat disebelah atas bukaan


dihitung sebagai berikut :

K 1 ht
A cs ≥
2

Dimana : A cs = luas penampang pelat penguat diatas bukaan

( inci persegi )

K 1 = Koefisien luas luas pada gambar 3-8 API 650

h = tinggi vertical bukaan , inci

t = tebal yang dihitung dari pelat tangki terbawah,


inci , diluar kelonggaran karat

Tebal pelat shell pada bukaan – pembersihan ( clean out opening


assembly ) paling tipis 1/16” tetapi tidak boleh melebihi 1/8” diatas
ketebalan pelat sekelilingnya pada dinding tangki cincin terbawah (
lowest clourse ) atau harus sesuai dengan Tabel 3 – 11 API 650. (
kecuali untuk bukaan ukuran 8 x 16” dimana ketebalan pelatnya
sama dengan tebal pelat sekeliling . ) . Ketebalan pelat penguat
dinding tangki ( shell ) dan pelat leher harus sama dengan
ketebalan pelat shell dilokasi bukaan pembersihan .
55

Pelat penguat pada pelat dinding tangki dipasang dengan


ketinggian ( L ) diatas dasar bukuaan . L tidak boleh melebihi 1.5 h
kecuali pada bukaan ukuran kecil L – h tidak boleh < 6” , dimana L
> 1.5 h . Hanya bagian dari pelat penguat pada ketinggian 1.5 h
yang dianggap efektif. Penguat yang diperlukan dapat diperoleh
dari salah satu atau kombinasi dari :

a. Pelat penguat shell

b. Tebal pelat shell pada bukaan – pembersihan , yang lebih tebal


dari pelat shell disekelilingnya pada shell cincin terbawah .

c. Bagian pelat leher yang panjangnya sama dengan ketebalan


pelat penguat .

Lebar minimum pelat penguat dasar tangki pada sumbu bukaan


harus sama dengan 10” ditambah kombinasi ketebalan pelat shell
pada bukaan pembersihan dan tebal pelat penguat shell . Tebal
minimum pelat penguat dasar tangki harus dihitung berdasarkan
rumus dibawah ini :

tb = h² + b H.G
14.000 310

Dimana : t b = tebal minimum pelat penguat dasar , inci

h = tinggivertika bukaan pembersihan , inci

b = lebar horizontal bukaan , inci


H = level desain maksimum cairan , kaki

G = berat jenis , tidak kurang dari 1,0

Ukuran pelat penutup , flensa , baut dan pelat penguat dasar harus
sesuai denga Tabel 3-9 dan 3 -10 API 650

Ukuran dan rincian bukaan pembersihan yang tercakup didalam


spesifikasi didasarkan atas beban hydrostatic tanpa beban
perpipaan eksternal. Manakala suatu fitting pembersihan dipasang
pada tangki yang duduk pada permukaan tanah tanpa dinding
beton dibawah shellnya , maka untuk menopang fitting pembersihan
56

tersebut selalu pada posisi permukaan tanah , ditempuh beberapa


cara sebagai berikut :
a. pasanglah pelat baja vertical dibawah tangki sepanjang kontur
shellnya , yang simitris dengan bukaan tersebut ( Gambar 21
metoda A API 650 )

b. Pasang dinding beton penyangga tangki yang sisi luarnya sesuai


dengan kontur shell , sebagaimana tampak pada ( Gambar 21
metoda B API 650 )

Apabila sebuah fitting - pembersihan tipe rata permukaan dipasang


pada tangki yang duduk pada cincin beton , suatu cekukan ( notch )
pada dinding beton ( yang ukurannya tertera pada Gambar 21
metoda C API 650 ) harus dibuat untuk memfasilitasi pemasangan
fitting - pembersihan tersebut .

Apabila sebuah fitting - pembersihan tipe rata permukaan dipasang


pada tangki yang duduk dipermukaan tanah dibagian dalam dari
dinding beton pondasi( foundation retaining wall ) , suatu cekukan
harus dibuat pada pondasi dinding beton tersebut untuk
memfasilitasi pemasangan fitting pembersihan , dan pondasi
tambahan disebelah dalam harus dibuat untuk menopang fitting
tersebut pada posisi rata dengan permukaan tanah pondasi .
Ukurannya tertera pada Gambar 21 metoda D API 650

3.9 HUBUNGAN SHELL TIPE RATA PERMUKAAN ( FLUSH TYPE


SHELL CONNECTION )

Tangki dapat memiliki hubungan shell tipe rata permukaan ( flush


type shell connection ) dibagian yang rendah dari shell. Hubungan
shell tersebut dibuat rata dengan permukaan dasar tangki dengan
persyaratan dibawah ini :

a. Daya keatas ( uplift ) dinding tangki dari design internal dan


tekanan uji , beban angin dan gempa harus diimbangi sehingga
tidak akan terjadi daya keatas pada sambungan dinding silindris
dengan dasar tangki yang datar.
57

b. Daya keatas ( uplift ) dinding tangki dari design internal dan


tekanan uji , beban angin dan gempa harus diimbangi sehingga
tidak akan terjadi daya keatas pada sambungan dinding silindris
dengan dasar tangki yang datar.

c. Regangan vertikal atau regangan membran meridional pada


dinding silindris dibagian atas bukaan untuk hubungan tipe
flush , ( flush type connection ) tidak boleh melebihi 1/10
regangan lingkar design pada cincin dinding terbawah dimana
bukaan tersebut berada.

d. Lebar maksimu ( b ) bukaan tipe flush pada dinding silindris


tidak boleh melebihi 900 mm ( 36 inci ) .

e. Tinggi maksimum bukaan pada dinding tangki tidak boleh


melebihi 300 mm ( 12 inci ).

f. Tebal ( t a ) , dari pelat transisi dasar ( bottom transition plate )


dari rakitan ( assembly ) harus paling kecil 12.5 m ( ½ inci ) ,
atau apabila ditentukan , sama dengan tebal pelat annular
tangki.

Rincian koneksi harus sesuai dengan Gambar 22 dan ukurannya


sesuai dengan Tabel 3 – 12 API 650 . Koneksi yang diperkuat harus
dirakit terlebih dahulu sebelum dipasang pada shell . Pasangan
yang telah selesai berikut bagian shell yang terkait dibebas –
tegangan kan ( stressed relieved ) pada suhu 600 º C ( 1100 º F
hingga 1200 º F ) selama 1jam per inci tebal pelat shell .

Pelat penguat hubungan shell tipe rata permukaan harus


memenuhi persyaratan dibawah ini :

a. Luas penampang pelat penguat diatas hubungsn shell tipe rata


permukaan tidak boleh kurang dari K 1 ht / 2

b. Tebal pelat shell ( t d ) untuk pasangan hubungan shell tipe


rata permukaan paling tipis 1/4" , namun tidak boleh lebih dari
1/8” lebih dari ketebalan pelat sekeliling yang tertebal pada
cincin shell tangki ayang terbawah . ( kecuali untuk bukaan 8” x
8” , dimana ketebalan pelat sama dengan pelat hubungan shell
tipe tara permukaan.
58

3.11 HUBUNGAN SHELL TIPE RATA PERMUKAAN


( FLUSH TYPE SHELL CONNECTION )

RADIUS DINDING AWAL = R


POSISI DINDING
SETELAH GERAKAN RADIUS DINDING = R + R
ELASTIS

TINGGI DARI
B E N G KOKAN ITG-1
DINDING YANG
B E R V A R IASI
SESUAI RADIUS
DAN TEBAL
PELAT TANGKI
SUDUT
ROTASI

ø
PELAT DASAR
PELAT PENGUAT DASAR PELAT TRANSISI
PELAT PENGUAT

MINIMUM
75 mm
( 3 INCI ) DIAMETER DALAM TANGKI
59

c. Tebal pelat penguat harus sama dengan tebal pelat shell pada
konstruksi hubungan shell tipe rata permukaan .
d. Penguat pelat shell harus dipasang pada ketinggian L dari
dasar bukaan . L tidak boleh melebihi 1,5 x h kecuali pada
bukaan ukuran kecil L – h tidak boleh kurang dari 6 “ .
Pengecualian ini menyebabkan L > 1,5 h . Hanya bagian
penguat pada ketinggian 1,5 h yang dianggap efektik .

e. Penguat yang dipersyaratkan dapat dipasang menggunakan


salah satu atau kombinasi dari komponen dibawah ini :

(1) Pelat penguat shell.

(2) Ketebalan pelat dinding pada pasangan hubungan shell


yang lebih dari tebal pelat disekelilingnya pada shell ring
terbawah .
(3) Bagian pelat leher yang panjangnya sama dengan tebal
pelat penguat .
f. Lebar pelat penguat dasar tangki pada sumbu bukaan harus =
10” + kombinasi ketebalan pelat shell pada konstruksi bukaan
dan pelat penguat shell . Ketebalan pelat penguat dasar tangki
dihitung berdasrakan rumus dibawah ini :

h² b
tb = + H.G.
14.000 310

Dimana : t b = tebal minimum pelat penguat dasar , inci

h = tinggivertika bukaan pembersihan , inci

b = lebar horizontal bukaan , inci

H = level desain maksimum cairan , kaki


G = berat jenis , tidak kurang dari 1,0
60

PENYANGGA FITTING PEMBERSIHAN TIPE RATA PERMUKAAN


( FLUSH TYPE CLEAN OUT FITTING SUPPORT )
61

HUBUNGAN SHELL TANGKI TIPE RATA PERMUKAAN

GARIS SUMBU
JALUR LAS HORISONTAL
HUBUNGAN SHELL
YANG TERDEKAT

LUBANG BAUT =
DIAMETER BAUT + 1/8”
b/2

PELAT PENGUAT
DASAR

NOSEL TRANSISI
KEFLENSA BUNDAR
62

ROTASI HUBUNGAN SHELL

POSISI SHELL
SETELAH GERAKAN
ELASTIS

TINGGI
TEKUKAN PADA
SHELL
TERGANTUNG
SUMBU AWAL RADIUS DAN
HUBUNGAN SHELL KETEBALAN

SUDUT PELAT DASAR


ROTASI PELAT PENGUAT PELAT TRANSISI

SUMBU HUBUNGAN
SETELAH GERAKAN
ELASTIS

DIAMETER DALAM SHELL

CEKUKAN UNTUK
DUDUKAN PELAT
PENGUAT SEBELAH DALAM SHELL

W + 12 “ bukaan
Besarnya KECUALI atau hubungan tangki tidak boleh lebih besar dari
DIBATASI OLEH
ukuran maksimum
LENGKUNGAN dari yang tertera dalam tabel ITT. 02 dan 03
PONDASI
63

g. Tebal minimum leher nosel dan potongan transisi ( transition


piece ) t n = 5/8” Beban eksternal yang dikenakan kehubungan
shell mungkin memerlukan t n > 5/8”.

Hubungan rata permukaan dapat dipasang menggunakan pelat


penguat biasa , dimana jarak minimum antar sumbu nosel tidak
boleh kurang dari 1,5 ( b1 + b2 + 2 ½” ) . b1 dan b2 adalah lebar
dari bukaan yang terdekat atau 24 “ , pilih yang terbesar . Ukuran
flensa dari setiap bukaan b harus didapat dari Tabel 3- 12 API 650
. Hubungan shell tipe rata permukaan yang terdekat yang tidak
memiliki pelat penguat bersama paling dekat harus sejarak 36” dari
sisi pelat penguat masing masing .
Semua sambungan kampuh longitudinal pada leher nosel dan
potongan transisi , jika ada , dan sambungan las melingkar
( circumferensial ) yang pertama pada leher nosel yang terdekat
dengan shell , tidak termasuk las leher keflensa harus diradiografi
100% . Sambungan las antara nosel dan shell tangki serta pelat
penguat dan sambungan las antara shell dengan pelat penguat dasar
harus diuji seluruhnya dengan butir magnetic . MT dilaksanakan
saat akar las selesai dan pada akhir pengelasan . Sambungan las juga
harus diuji visual setelah di bebas - tegangan kan ( PWHT ) namun
sebelum uji hydrostatic .

3.12 PENGUAT DAN PENGELASAN

Bukaan pada dinding yang lebih besar dari yang dipersyaratkan


untuk mengakomodasikan flensa NPS2 atau nozzle yang berulir
harus dilengkapi dengan pelat penguat. Semua bukaan yang
memerlukan pelat penguat seperti nozzle , manhole, dan bukaan
pembersih , harus dilas dengan las penetrasi penuh kedinding ( full
penetration weld ), namun demikian pengelasan penetrasi sebagian (
partial penetration ) yang memenuhi persyaratan sebagai tertera
pada ITG-2 , diijinkan. Luas penampang minimum dari penguat
yang dipersyaratkan tidak boleh kurang dari hasil diameter vertikal
lubang pada pelat dinding yang dipotong untuk bukaan , kali tebal
nominal pelat dinding , namun jika kalkulasi dibuat untuk tebal
maksimum yang dipersyaratkan, termasuk kondisi seluruh beban
design dan uji hydrostatis , tebal yang dipersyaratkan dapat dipakai
sebagai pengganti tebal nominal pelat dinding.
64

Luas penampang pelat penguat harus diukur secara vertikal


bertepatan dengan diameter bukaan pada shell. Kecuali untuk
bukaan tipe flush , semua penguat yang efektive harus dibuat dalam
jarak diatas dan dibawah sumbu bukaan yang sama dengan ukuran
vertikal dari bukaan . Penguat dapat diberikan berupa beberapa
kombinasi dibawah ini :

a. Flensa fitting

b. Pelat penguat

c. Bagian leher fitting


d. Pelat dinding yang berlebih.

e. Material leher nozzle ( lebih baik yang sama dengan bahan


dinding tangki ) . Material dengan kekuatan lebih sedikit , dapat
digunakan asalkan kekuatan tarik tidak kurang dari 80% kuat
tarik pelat tangki , dan yield khusus minimum tidak kurang dari
70% dari material pelat tangki.

NOZZLE

NOZZLE

PENGUAT

PENGUAT
65

Dibawah ini dicantumkan beberapa tipe nozzle menurut API 650.

NOZZLE TIPE BIASA

NOZZLE TIPE RENDAH

NOZZLE TIPE BERULIR


66

3.13. PENGHAPUSAN TEGANGAN TERMAL ( THERMAL


STRESS RELIEF )
Semua fitting pembersih tipe flush , dan hubungan dinding tipe flush
harus di thermal stress relief setelah perakitan dan sebelum dipasang
pada tangki , atau setelah terpasang pada tangki apabila keseluruhan
tangki di thermal stress relief.
Stress relief harus dilaksanakan dalam lingkup suhu antara 600ºC
hingga 650ºC ( 1100ºF hingga 1200ºF ) selama 1 jam per inci tebal.
Pasangan ( assembly ) harus mencakup annular plate dan sambungan
las flange ke leher.
Apabila bahan pelat terdiri dari Grup I , II , III atau IIIA , semua
bukaan untuk nozzle 12 inci atau lebih atau pelat sisipan yang lebih
tebal dari 25 mm ( 1 in.) harus dipra- fabrikasi kedalam dinding tangki
atau kedalam pelat sisipan yang dipertebal , dan bagian yang dipra-
fabrikasi tersebut harus distress relief pada lingkup suhu tersebut
diatas sebelum dipasang. Persyaratan stress relief disini tidak termasuk
sambungan las flensa keleher , leher nozzle lainnya , atau leher
manhole , asalkan syarat syarat dibawah ini dipenuhi :

c. Semual sambungan las diluar pelat penguat.

d. Ukuran throat fillet weld pada flensa slip on tidak melebihi 16 mm


( 5/8 “ ) , atau sambungan las butt dari flensa welding neck tidak
melebihi 19 mm ( ¾ “ ). Apabila material dipanasi awal pada suhu
minimum 90 ºC ( 200ºF ) selama pengelasan , batas ukuran las 16
mm ( 5/8 “ ) dan 19 mm ( ¾ “ ) dapat ditingkatkan ke 32 mm
( 1 ¼ “ ) dan 38 mm ( 1 ½ “ ).

Apabila bahan pelat dinding terdiri dari Grup IV , IVA, V atau VI ,


semua bukaan yang memerlukan pelat penguat pada dinding tangki
atau pada pelat sisipan yang lebih tebal dari 12.5 mm ( ½ “) harus
dipra-fabrikasi kedalam dinding tangki atau pelat sisipan , dan
sebelum dipasang harus distress relief seperti ketentuan diatas.

Apabila stress relieving pada suhu tersebut diatas dipandang kurang


praktis , maka stress relieving dibawah ini dapat dilaksanakan
asalkan atas persetujuan pihak pemesan.
67

SUHU MINIMUM WAKTU TAHAN CATATAN


STRESS RELIEVING 1 JAM / 25 mm TEBAL
ºC ºF
600 1100 1 1
570 1050 2 1
540 1000 4 1
510 950 10 1,2
480 ( MIN ) 900 ( MIN ) 20 1,2

CATATAN :
3. Untuk suhu antara , waktu pemanasan harus ditentukan dengan
interpolasi garis lurus.

4. Stress relieving pada suhu ini tidak diperkenankan untuk bahan


A 537 II.

Apabila akan digunakan dalam instalasi yang distress relieved ,


bahan baja quenced & tempered A 537 Cl 2 , A 678 Gr. B dan
TMCP A 841 harus diwakili melalui test specimen yang telah
mengalami stress relieving sebagaimana digunakan untuk pasangan
( assembly ) bersangkutan.

3.14 PAUTAN ( ATTACHMENT ) SHELL DAN KELENGKAPAN


TANGKI

Apabila suatu pautan dipasang pada shell tangki yang terbuat dari
material Grup IV , IVA , V dan VI , pergerakan shell terutama
gerakan dari cincin terbawah ( bottom course ) dibawah beban
hydrostatis haur diperhitungkan , dan pautannya harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

a. Pautan tetap dapat dilas langsung pada shell menggunakan las


fillet dengan ketinggian kaki 1/2 “ . Sisi las pautan tetap paling
sedikit 3” dari sambungan horizontal pada shell dan paling dekat
6” dari sambungan vertical , sambungan pelat sisipan atau las
fillet pelat penguat . Pautan tetap boleh memotong jalur las
kampuh horizontal atau vertical dari shell asalkan sambungan
68

lasnya merupakan sambungan penuh dan sudut antara dua jalur


las tersebut ≥ 45 º . Sebagai tambahan suatu jalur las yang
terbelah ( splice ) pada pautan tetap harus diposisikan paling
sedikit 6” dari jalur las jenis apapun las pada shell kecuali
apabila jalur belah ini harus dihindarkan dari perpotongan
dengan jalur las shell dengan cara merubah posisi pautan tetap
tersebut.
b. Pengelasan dan inspeksi dari pautan tetap ini harus mengacu
pada Par. 5.2.3.5 API 650 .

c. Pautan sementara pada shell tangki lebih baik dibuat sebelum


pengelasan pelat shell . Jarak antar jalur las pada pautan
sementara yang dibuat setelah pengelasan pelat shell harus sama
dengan jaur las yang dipersyaratkan untuk pautan tetap . Pautan
sementara pada shell harus dibuang , dan cacat akibat
pembuangan las tersebut harus dilas kembali dan digerinda rata
dengan permukaan pelat shell .

3.15 HUBUNGAN DASAR ( BOTTOM CONNECTION )

Hubungan kedasar tangki diperbolehkan atas ijin pihak pemilik


yang terkait dengan rincian yang memberikan kekuatan ,
kekencangan , dan penggunaan setara dengan rincian hubungan
shell yang ditentukan oleh standard.

3.16 LUBANG LALU ORANG DIATAP ( ROOF MANHOLE )


Roof Manhole harus dibuat sesuai dengan Tabel 3 – 13 API 650 .
Apabila pekerjaan diharapkan dilaksanakan melalui bukan roof
manhole sementara tangki masih digunakan , konstruksi roof
manhole harus diperkuat.
3.17 NOSEL ATAP ( ROOF NOZZLE )

Roof nozzle yang diberi flensa harus sesuai dengan ketentuan pada
Gambar 25 dan Tabel 3 – 14 API 650 . Flensa slip on dan welding
neck harus sesuai dengan persyaratan ASME B 16.5 . untuk baja
carbon tempaan kelas 150 flensa baja carbon raised face .

Flensa cicin lepat ( plate ring flange ) harus sesuai dengan seluruh
ukuran yang dipersyaratkan untuk flensa slip on welding dengan
69

pengecualian bahwa bagian tengah yang menonjol dibagian


belakang flensa slip on welding dapat dihapus.

SUMBU HARUS TETAP VERTIKAL FLENSA ( BERBAGAI


TIPE )

PELAT ATAP
MIRING.
PIPA
STANDARD

NOSEL ATAP DENGAN PELAT PENGUAT

Nosel atap yang berulir harus sesuai dengan gambar 26 API 650
( tampak dibawah ini ) dan table 3 – 15 API 650 .

NOSEL ATAP BERULIR DENGAN PELAT


PENGUAT

SUMBU HARUS TETAP VERTIKAL


70

Bukaan atap segi empat pada atap yang disangga harus sesuai
dengan tabel 3 – 14 dan 3 – 15 API 650. Apabila pekerjaan
dilaksakan melalui bukaan pada atap sementara tangki sedang
digunakan . maka struktur atap disekeliling bukaan atap tersebut
harus diperkuat.

Tebal pelat tutup tidak boleh kurang dari 1/2 “ . Tutup tersebut
harus mampu menanggung beban seorang pekerja dengan berat
badan 112 kg ( 250 pon ) yang berdiri ditengah tengah tutup yang
tertutup .

3.18 BAK PENYEDOT AIR ( WATER DRAW OFF SUMP )

Bak penyedot air harus sebagaimana tertera pada gambar – 27 (


seperti dibawah ini ) dan tabel 3-16 API 650.

BAK PENYEDOT AIR ( DRAW OFF SUMP )

DASAR TANGKI
PIPA INTERNAL

3.19 PENYANGGA KABEL PERANCAH ( SCAFFOLD CABLE


SUPPORT )

Penyangga kabel perancah harus sesuai dengan Gambar –


28 ( sepertri dibawah ) . Apabila terdapat jalur las atau
pautan lain yang terdapat pada pusat atap tangki , maka
71

penyangga perancah harus diposisikan sedekat mungkin


pada pusat tersebut.

PENYANGGA KABEL PERANCAH

PELAT 1/4 “

PIPA SCHD. 40
PELAT 3/8” DIBENTUK ATAP TANGKI

3.20 HUBUNGAN BERULIR


Hubungan pipa berulir harus sebelah dalam ( female ) dan diserong
( tapered ) . Ulir harus sesuai dengan persyaratan SASME B 1.20.1
untuk ulir pipa diserong ( tapered pipe thread )

3.21 GELADAK ( PLATFORM ) , TAPAK JALAN ATAP (WALK


WAYS ) DAN TANGGA LINGKAR ( STAIRWAY ) .

Geladak , tapak jalan atap , dan tangga lingkar harus sesuai dengan
Tabel 3 – 17 , 3 – 18 , dan 3 – 19 API 650.
3.22 CINCIN PENAHAN ANGIN ATAP ( TOP WIND GIRDER ) DAN
CINCIN PENAHAN ANGIN ANTARA ( INTERMEDIATE WIND
GIRDER )

UMUM

Tangki tanpa tutup ( open top ) harus diperlengkapi dengan cincin


pengaku ( stiffening ring ) untuk mempertahankan kebundaran
apabila tangki diterpa beban angin ( wind load ) . Cincin pengaku
tersebut harus diposisikan pada atau didekat punca cincin dinding
72

teratas ( top course ) , sebaiknya disenbelah luar tangki . Desain


cincin pelindung tiupan angin hanya diperuntukkan bagi tangki
tutup terapung Angle atas ( top angle ) dan cincin penahan angin
baik matrrial maupun ukuran harus sesuai dengan ketentuan pada
API 650.

3.22.1 TIPE CINCIN PENGAKU ( STIFFENING RING ) .


Cincin pengaku dapat dibuat dari potongan besi struktur , potongan
pelat yang dibentuk ( formed plate ) , bagian yang dibentuk dengan
pengelasan , atau kombinasi dari ketiganya kemudian dirakit
menggunakan pengelasan. Bagian sebelah luar cincin pengaku
tersebut dapat berbentuk bundar atau polygonal . Lihat Gambar –
29 API 650 .

BAGIAN CINCIN PENGAKU PADA


DINDING TANGKI
73

3.22.2 HALANGAN PADA CINCIN PENGAKU .

Ukuran minimum untuk besi siku yang digunakan bersendiri atau


sebagai komponen dalam cincin pengaku harus berukuran 2 ½ “ x
2 ½” x ¼ “ . Tebal nominal minimum untuk pelat yang digunakan
untuk pengaku yang dibentuk ( formed ) atau dibangun ( built up )
harus ¼ .
Apabila cincin pengaku diposisikan lebih dari 2 kaki dibawah
puncak shell , tangki harus diperlengkapi dengan besi siku sisi
puncak ( top curb angle ) berukuran 2 ½ “ x 2 ½ “ x 3/16 “ untuk
shell dengan ketebalan 3/16” , dan berukuran 3 x 3 x ¼” untuk shell
dengan ketebalan > 3/16 “ , atau dengan sarana lain yang ber -
modulus penampang setara ( equivalent ) .

Cincin yang dapat memerangkap cairan harus diperlengkapi dengan


lubang cerat ( drain hole ) .
Apabila cincin pengaku memotong jalur las vertical , pembelahan
( splice ) jalur las pada cincin pengaku harus diposisikan minimum
6” dari jalur las vertical manapun pada shell . Cincin pengaku
apabila memotong jalur las vertical dapat dilengkapi dengan coping
( liang tikus / rat hole ) .

3.22.3 CINCIN PENGAKU SEBAGAI TAPAK JALAN ATAP


( WALKWAYS ) .

Suatu cincin pengaku atau bagian dari cincin pengaku yang


digunakan sebagai tapak jalan atap ( walkways ) harus memiliki
lebar tidak kurang dari 24 “ diluar tonjolan curb angle diatas
puncak tangki . Tapak jalan tersebut sebaiknya diposisikan 42”
dibawah puncak besi siku sisi ( top curb angle ) .dan harus
diperlengkapi dengan pagar standard pada bagian yang tidak
tersangga . dan diujung dari bagian yang digunakan sebagai tapak
jalan .

PAGAR ( RAILING )

SIKU SISI PUNCAK ( TOP CURB ANGLE ) .


CINCIN PENGAKU
FLENSA KOMPRESI LUAR

PENYANGGA
74

3.22.4 PENYANGGA UNTUK CINCIN PENGAKU ( STIFFENING RING


SUPPORT )
Cincin pengaku harus dilengkapi dengan penyangga apabila ukuran
kaki horizontal atau jari jari ( web ) melebihi 16 x tebal kaki atau
jari jari tersebut . Masing masing penyangga diberi jarak sepanjang
yang mampu menaggung beban mati dan beban hidup vertical .
Jarak tersebut tidak boleh melebihi 24 xlebar flensa kompresi
sebelah luar ( out side compression flange ) .

3.22.5 CINCIN PENAHAN ANGIN ATAP ( TOP WIND GIRDER )

Modulus penampang ( section modulus ) cincin pengaku yang


dikehendaki harus dihitung berdasarkan rumus dibawa ini :

Z = 0.0001 D ² H 2

Dimana : Z = modulus penampang yang dikehendaki ( inci ² )


D = diameternominal tangki ( kaki )

H2 = ketinggain shell tangki ( kaki ) , termasuk freeboard


yang dipasang diatas ketinggian pengisian
maksimum sebagai pemandu tutup terapung (
floating roof ) .

Catatan : Persamaan diatas didasarkan pada kecepatan angin 100


mil per jam ( mph ) , dengan tangki berdiameter >
200 kaki , modulus penampang yang dikehendaki
pada persamaan tersebut diatas dapat dikurangi ,
namun tidak boleh lebih kecil dari modulus
penampang untuk tangki berdiameter 200 kaki .

3.22.6 BUKAAN UNTUK TANGGA PADA TAPAK JALAN ATAP .

Apabila bukaan untuk tangga dibuat pada cincin pengaku / tapak


jalan atap ( walkways ) , maka modulus penampang tapak jalan atap
disekeliling bukaan , termasuk bagian transisi harus memenuhi
persyaratan pada par . 3.22.5 diatas .
75

BUKAAN TANGGA PADA


CINCIN PENGAKU

BAB 4 FABRIKASI
4.1 UMUM

4.1.1 PENGERJAAN ( WORKMANSHIP )


Semua pekerjaan untuk membuat tangki standard API 650 harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan API 650 dengan alternative
yang diijinkan oleh pihak pemilik. Pengerjaan ( workmanship ) dan
penyelesaian ( finish ) harus bermutu tinggi ( first class ) ditinjau
dari segala aspek dan harus diperiksa seteliti mungkin oleh
inspektor pihak pemanufaktur walaupun pihak pemilik
membebaskan ( waived ) langkah langjah inspeksi tersebut .

Apabila suatu bahan memerlukan pelurusan / pembentukan kembali


, maka pelaksanaannya harus menggunakan penekanan ( pressing )
atau metoda lain yang tidak merusak bahan sebelum peerletakan
atau pembentukan . Pemanasan dan pemukulan menggunakan
martil tidak diijinkan kecuali apabila suhu bahan dipertahankan
pada suhu tempa selama pelurusan / pembentukan kembali.
76

HYDROJACK
R
R

PEMBENTUKAN KEMBALI ( LENGKUNGAN )


MENGGUNAKAN TEKANAN HIDROLIS DAN PENCETAK

4.1.2 PENYELESAIAN SISI PELAT

Sisi pelat dapat digunting ( sheared ), dimesin , dipahat atau


dipotong menggunakan obor oksi asetilin ( oxy acetylene ) .
Pengguntingan hanya terbatas pada pelat tebal ≤ 3/8 “ yang akan
dilas menggunakan las kampuh , atau tebal ≤ 5/8” untuk pengelasan
sambungan tumpu ( overlap ) menggunakan las fillet.
Apabila pemotongan menggunakan obor pemotong oksi asetilin ,
permukaan potong harus uniform , halus dan harus bebas dari slag
untuk kepentingan pengelasan . . Setelah pemotongan dengan obor
pemotong ,permukaan potong disikat kawat ,lapisan tipis kerak /
ryst yang emnempel pada permukaan potong tidak perlu dibuang
sebelum pengelasan . Sisi bundar ( circumferential ) pelat atap
( roof ) dan dasar ( bottom ) dapat dipotong menggunakan obor
potong.

4.1.3 PEMBENTUKAN PELAT BADAN TANGKI ( SHELL ) .


77

Pelat shell harus dibentuk untuk menyesuaikan dengan lengkungan


shell tangki dan pembangunannya harus sesuia dengan schedule
dibawah ini :

TEBAL NOMINAL PELAT DIAMETER NOMINAL TANGKI


INCI KAKI

DARI 3/16” HINGGA < 3/8” ≤ 40 KAKI

DARI 3/8” HINGGA < 1/2 “ ≤ 60 KAKI

DARI 1/2 “ HINGGA < 5/8” ≤ 120 KAKI

≥ 5/8 “ SEMUA

4.1.4 PENANDAAN ( MARKING ).

Semua pelat khusus yang dipotong untuk dibentuk , maupun baja


struktur , sebelum dikapalkan / diangkut , harus diberi penandaan
( marking ) sesuai dengan gambar kerja pihak pemanufaktur .

4.1.5 PENGAPALAN / PENGANGKUTAN . ( SHIPPING )

Pelat dan bahan tangki lainnya harus dimuat dengan cara / metoda
yang aman sehingga tidak merusaknya. Baut , mur , nipple dan
barang barang lain yang berukuran kecil dan dalam jumlah banyak
, harus dimasukkan kedalam kotak atau karung / sak / tas agar
aman dalam pengangkutannya.
4.1.6 INSPEKSI PABRIK ( SHOP INSPECTION )

Inspektor pihak pemesan harus diberi kebebasan untuk memasuki


semua bagian pabrik pemanufaktur sehubungan dengan kontrak
pembuatan komponen tangki yang dipesan oleh pihak pemesan
tersebut. Pihak pemanufaktur harus memberikan fasilitas apa saja
yang diperlukan untuk pekerjaan inspeksi ini tanpa dibebani biaya
apapun .
78

Pihak inspektor secara acak memeriksa kondisi fisik pelat , pipa dan
bahan bahan lain yang akan digunakan untuk membuat komponen
tangki , termasuk memeriksa kesesuaian “ heat number “ nomor
coran bahan pada sertifikat bahan ( material certificate ) dengan
nomor yang tertera pada pelat , termasuk komposisi kimianya .
Namun apabila ternyata baik nomor maupun komposisi kimia tidak
sesuai dengan spesifikasi yang diminta , pihak inspektor berhak
menolak ( mereject ) bahan tersebut.

4.1.7 HOLD POINT

Selama fabrikasi inspektor juga mengadakan visit ( kunjungan


kerja ) kepabrik pembuatan komponen tangki terutama manakala
telah ditetapkan saat saat inspeksi / pengujian pengukuran dan
inspeksi visal oleh kedua belah pihak ( pemanufaktur dan pemesan ).

Saat saat tersebut disebut “ holding point “ , yakni saat suatu


progress pekerjaan dihentikan untiuk pemeriksaan oleh inspektor
pihak pemesan .Jika inspektor mengatakan bahwa hasil pekerjaan
dapat diterima maka pekerjaan dapat dilanjutkan .

Namun apa bila pada saat visit , ternyata pekerjaan telah melampaui
target yang telah ditetapkan bersama ( misalnya pengelasan ) , maka
pihak inspektor dapat saja menolak bagian pekerjaan yang
melampaui target tadi , dengan kata lain hasil pengelasan terpaksa
harus dibongkar kembali.

Disini pihak manufaktur biasanya memohon untuk


dipertimbangkan untuk mendapat keebijaksanaan pihak inspektor
untuk dapat menerima kelebihan progress pekerjaan yang telah
terjadi. Disini profesionalitas inspektor diuji , jika inspektor bersedia
mengalah , maka biasanya selanjutnya pihak fabricator akan terus
berusaha menawar lebih jauh untuk hal hal lain yang berkaitan
dengan mutu , pengerjaan ( workmanship ) maupun progress .
Sebaiknya pihak inspektor kukuh dengan pendapatnya untuk
mengikuti hasil kesepakatan bersama tersebut .

Untuk pelat tebal ≥ 1 inci ( 25 mm ) , pihak inspektor akan


mengadakan dye penetration check pada sisi kampuh ( edge
preparation ) pelat tersebut untuk mendeteksi kemungkinan adanya
79

laminasi dan cacat internal bahan lainnya . Kegiatan ini termasuk


dalam salah satu hold point .
Semua material dikemas sedemikian rupa sehingga tidak mengalami
kerusakan sewaktu transportasi dan penanganan. Baut , mur ,
nipples dan bagian bagian kecil lainnya dimasukkan kedalam kotak ,
drum ( keg ) , atau kantong guna pengangkutannya.

CARA MENYUSUN DAN


MENGANGKUT YANG BAIK
PELAT YANG TELAH DIROL

BALOK YANG MEMILIKI


RADIUS TANGKI UNTUK
TATAKAN PELAT
LENGKUNG

EAGLE CLAW

CARA MENGANGKAT
YANG BAIK PELAT YANG
TELAH DIROL
80

Untuk meyakinkan mutu pengerolan pelat diukur dengan maal yang


khusus dipersiapkan untuk hal tersebut.

1.5
MAAL
R
R

PENGUKURAN LENGKUNGAN DENGAN


MAAL.

Sisi pelat tebal yang diserong ( bevel ) , harus diperiksa dengan


menggunakan uji penetrasi oleh inspektor pihak pemesan untuk
mengetahui jika ada cacat internal seperti laminasi , porositas dll.

LAMINASI

Pemeriksaan inspektor pihak pembeli diadakan pada saat yang


disebut “ hold point “ atau saat dimana proses fabrikasi dihentikan
sambil menunggu hasil pemeriksaan tersebut diatas . Proses
fabrikasi dapat dilanjutkan manakala inspektor pihak pemesan
mengatakan boleh diteruskan. Tanggal jatuhnya hold point harus
diinformasikan paling lambat 1 minggu sebelumnya kepada pihak
81

pemesan oleh pihak fabrikator, sehingga memungkinkan pihak


pemesan untuk mendatangankan inspektornya tepat waktu.
Pelat tebal atau komponen lainnya yang ternyata memiliki cacat
internal dan cacat lain , harus diganti baru oleh pihak fabrikator.

Identifikasi pada potongan potongan pelat dan baja struktur tidak


boleh hilang , rusak, atau salah. Sebaiknya marka ditulis dengan cat
minyak dan tampak jelas ( warna putih , kuning cerah atau jingga
cerah ) atau dapat pula digunakan cap / stamping dengan ujung
tumpul ( low stress ) bukan ujung tajam ( high stress ) , karena
ujung tajam justru menambah masalah yakni cacat berbentuk takik
/ notch yang mengundang konsentrasi stress dan mengakibatkan
retak .

Pihak pemanufaktur harus dapat menyediakan ptongan potongan


bahan / pelat yang sama dengan yang dipasok untuk keperluan
pembuatan WPS dan PQR ( spesifikasi prosedur las dan rekaman
kualifikasi prosedur las ) . Penyediaan ini tidak dikenakan beban
biaya .

Jika pembangunan lading tangki ( tank farm ) cukup besar dan


melibatkan penggunaan pelat shell yang dilengkungkan , maka
sebaiknya diposisikan sebuah mesin rol didalam kawasan
pembangunan tangki untuk berjaga jaga manakala diperlukan
untuk perbaikan lengkungan pelat shell yang rusk karena
pengangkutan atau penanganan. Hal ini penting mengingat waktu
yang diperlukan untuk pelengkungan kembali elat dari lokasi
pembangunan tangki kepabrik pemasok pelat akan sangat menyita
waktu dan biaya .

Penyusunan pelat tebal dan tipis harus sesuai dengan ketentuan


perlindungan sewaktu penyimpanan baik dipabrik pemasok maupun
dilapangan , mengingat jarak waktu antara bahan yang siap dipasok
dengan penggunaannya dilapangan cukup lama sehingga jika tidk
dilindungi secara memadai , bahan akan terserang karat atmosfir
sehingga dapat menyebabkan penolakan karena telah terserang
karat merata berupa sumuran ( pitting ).
82
83

CARA MENYUSUN
VALVE UKURAN
SEDANG DAN BESAR
84

CARA MENYUSUN FLENSA YANG BAIK DAN BENAR

CARA MENYUSUN PELAT YANG TELAH DILENGKUNGKAN


HEAT NUMBER
85

SERTIFIKAT INSPEKSI LENGKAP DENGAN HEAT No.


86

BAB . 5 KONSTRUKSI
5.1 UMUM

Landasan tangki disiapkan oleh pihak lain selain pihak konstruktor


yang ditunjuk oleh pihak pemesan , kecuali apabila ditentukan lain.
Semua peralatan konstruksi disediakan pihak konstruktor termasuk
sumber tenaga listrik , kecuali ditentukan lain didalam P.O.
Dilarang mencat permukaan pelat yang saling bertumpu , kecuali
apabila lapisan cat tersebut dimasukkan kedalam WPS.Pengecatan
bagian dalam dan luar tangki harus ditentukan didalam PO dan
dilaksanakan oleh tenaga yang terampil dan berpengalaman.

Bekas las titik kupingan konstruksi ( lug ) harus dibersihkan. Bagian


pelat yang cacat akibat las titik tersebut harus diperbaiki dan
diperiksa dengan uji dye penetrant.

Kerusakan atau ketidak sesuaian ( non conformance ) konstruksi


harus diperbaiki atas biaya konstruktor.
Semua pengelasan harus didasarkan atas WPS yang telah teruji
yang dibuktikan dengan adanya PQR pendukung.
Semua tukang atau operator las yang bekerja pada konstruksi
tangki harus memiliki diploma dan sertifikat kompetensi ( Welder
Performace Qualification Record ).

5.1 PERSIAPAN KONSTRUKSI

5.1.1. DOKUMEN . Sebelum pelaksanaan konstruksi mutlak


diperlukan : 1) gambar tehnik lengkap termasuk welding map , plate
lay down map , wall erection map , dan assembling map untuk baja
struktural. 2) spesifikasi prosedur las ( WPS ) , prosedur konstruksi
, prosedur inspeksi dan pengujian , 3) gambar instalasi perpipaan ,
4 ) manual kelengkapan tangki , dll.

5.1. 2 BAHAN / PERALATAN. Persiapan konstruksi meliputi : 1)


pemotongan, pengerolan , dan penomoran pelat dinding . Nomor
identifikasi dimaksudkan agar penempatan / penataan pelat dinding
tidak tertukar tukar. 2) pemotongan , penomoran dan penataan
87

pelat dasar diatas fondasi . Nomor identifikasi dimaksudkan agar


posisi potongan pelat dasar tidak tertukar. 3) pemotongan dan
penandaan komponen baja struktural untuk jenis tangki tutup tetap
dengan rafter mandiri . Penandaan dimaksudkan agar komponen
rafter tidak salah pasang. 4) Pemilihan jenis mesin las yang tepat
sesuai persyaratan WPS dengan kondisi layak jalan serta kalibrasi
yang masih berlaku lengkap dengan asesorinya ( kabel , klem , tang
las dll), 5) pemilihan , dan penyimpanan elektroda yang ditentukan ,
Penyediaan alat alat bantu konstruksi tangki seperti perancah , klem
, kupingan ( lug ) , pasak , hydrojack , brander potong , gerinda ,
hamer , botol pemadam kebakaran , piranti untuk pembuatan
marka , perancah , safety rope , papan injakan , kuda kuda
penyangga , lampu penerangan, tang amper , cryon warna putih ,
tali , seling , eagle claw , crane , balok balok kayu , dll.
Bahan bahan yang baru diterima dari pemasok diperiksa. Pelat yang
bengkok karena salah penanganan harus diperbaiki lengkungannya
dengan mengerolnya ulang , dimana mutu kelengkungannya diuji
dengan menggunakan maal.
Semua pelat , pipa dan komponen lainnya harus dicat dengan zinc
rich primer agar tidak berkarat dalam waktau menunggu yang
biasanya dapat hingga berbulan bulan.

Bahan yang dapat habis terkonsumsi ( consumable ) harus disimpan


dilokasi yang aman dan kering , seperti elektroda baut , mur , klem ,
lug , dan kerangan ukuran kecil . Harus tersedia oven pemanas
kawat las dan thermos elektroda.

5.1.3 PELAKSANA . 1) Recruitment : Kordinator pelaksana ,


pengawas ( supervisor ), mandor ( foreman ) , tank inspector ,
welding inspector , field engineer , juru / operator las , juru stel (
fitter ) , rigger , operator alat pengangkat , helper , dan tenaga
administrasi / time checker dan pembayar gaji / keuangan . 2)
Kualifikasi : WPS untuk mendapatkan rekaman kualifikasinya
( PQR ), juru/operator las ( WPQT ).
Semua welder harus diuji kinerjanya dan disaksikan oleh pejabat
yang berwenang dan inspektor pihak pelaksana. Semua welder yang
lulus akan mendapat W. P.Q. R ( welder performance qualification
record ) untuk jenis , posisi dan variable penting lainnya
88

sebagaimana tertulis dalam WPS . WPQR jika tidak digunakan


sebagaimana mestinya dalam waktu lebih dari 3 bulan , akan gugur
dengan sendirinya dan juru las tidak boleh menggunakannya lagi ,
kecuali apabila diqualifikasi ulang .

Perbaikan kerusakan pelat dinding seperti banding dan peaking


dengan pemanasan dan ditarik tarik , tidak akan akan efektif dan
memakan waktu yang sangat lama.

PERBAIKAN PEAKING , BANDING ATAU TITIK DATAR DENGAN


SISTIM PEMANASAN DAN PENARIKAN ( TIDAK EFEKTIF ).
89

SAMA DENGAN DIATAS

BAJA STRUKTURAL YANG RUSAK KARENA PENANGANAN


YANG BURUK , MEMERLUKAN WAKTU UNTUK
PERBAIKANNYA.

PENGELASAN PELAT DINDING DILAKSANAKAN RING DEMI RING


DARI BAWAH KEATAS MENGGUNAKAN LAS OTOMATIS
( UNTUK SAMBUNGAN HORISONAL ) DAN MANUAL ( SMAW )
UNTUK SAMBUNGAN VERTIKAL
90

5.2 PENGELASAN

5.2.1 UMUM

Tangki beserta kelengkapannya harus dilas menggunakan las listrik


busur terlindung ( SMAW ) , gas metal arc welding ( GMAW ) , gas
tungsten arc welding ( GTAW ) Oxy fuel ( OFW ) , flux core arc
welding ( FCAW ) , submerged arc welding ( SAW ) , electro slag , dan
electro gas welding , atas persetujuan pihak pemilik . zpenggunaan oxy
fuel welding tidak diijinkan apabila uji tumbuk ( impact test )
dipersyaratkan. Pengelasan dapat dilaksanakan secara manual , semi
otomatis maupun otomatis sesuai dengan persyaratan dalam ASME IX.
Pengelasan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga berfusi
dengan baik antara bahan las dan bahan dasar .
Pengelasan tidak boleh dilaksanakan manakala pelat atau bagian lain
yang akan dilas basah oleh hujan , angin keras , embun dll , kecuali
apabila pengelasan dilindungi oleh piranti pelindung cuaca ( weather
shield ) . Juga pengelasan apapun dilarang manakala suhu metal
- 20 ºC ( 0 º F ) . Apabila suhu berada diantara – 20 ºC ( 0 º F ) dan 0 º
C ( 32 º F ) atau ketebalan pelat > 1 ¼ “ , pelat dasar dilokasi 3 “ dari
jalur las yang akan dilas harus dipanaskan hingga terasa hangat
ditangan .

5.2.2. UNDERCUT
Setiap lajur las yang telah selesai dilas harus dibersihkan dulu dari sisa
sisa terak ( slag ) sebelum lajur berikutnya dilaskan diatasnya . Sisi sisi
las harus rata dengan permukaan bahan dasar tanpa sudut tajam .
Untuk jalur las vertical undercut yang diijinkan maksimu 1/64 “ dari
permukaan bahan dasar , dan untuk jalur las horisontal undercut ≤ 1/
32 “ diijinkan .

5.2.3 PENGUAT ( REINFOREMENT )

REINFORCEMENT
91

REINFORCEMENT MAKSIMUM
TEBAL PELAT TINGGI REINFORCEMENT MAKSIMUM , INC

INC. JALUR VERTIKAL JALUR HORISONTAL

≤ 1/2 “ 3 / 32 “ 1/8 ”

> 1/2 “ ~ 1 “ 1/8 “ 3/16 “

>1” 3/16 “ 1/4 “

UNDERCUT
92

Reinforcement tidak perlu dibuang kecuali apabila melebihi ketinggian


maksimum yang diijinkan .

5.2.4 PENYETELAN
Selama pengelasan las tumpu ( overlap ) harus selalu dirapatkan .
Untuk itu dapat digunakan piranti dibawah ini .

PERSIAPAN PENGELASAN PADA


SAMBUNGAN OVERLAP

Metoda pengikatan untuk merapatkan overlap ahrus dilaporkan


kepada pihak pemilik untuk mendapat persetujuan , kecuali apabila
sebelumnya telah diberikan oleh pihak pemilik .

5.2.5 KETIDAK TEPATAN ( MISALIGNMENT )


Perhatian perlu diberikan pada penyetelan pelat untuk mencegah
terjadinya ketidak tepatan ( misalignment ) seperti digambarkan
dibawah ini .

Untuk pelat > 1/4 “ , ketidak tepatan yang diijinkan 25% dari tebal
pelat atau 1/8” , pilih yang terkecil .
93

Untuk pelat tebal > 1/2 “ dari dinding , atap maupun dasar tangki ,
apabila ketebalan pelat didekatnya yang akan dilas kampuh berbeda
> 1/8 “ , maka pelat yang lebih tebal harus diserong paling sedikit
sepanjang jarak 4 x beda ketebalan tersebut, sehingga sisi sisi
kampuhnya sama tebal .

SAMBUNGAN LAS KAMPUH DENGAN TEBAL BERBEDA


94

5.2.6 LAPIS PELINDUNG ( PROECTIVE COATING )


Apabila pada logam dasar dilapisi dengan bahan pelindung karat
( protective coating ) , maka lapis pelindung ini harus dimasukkan
kedalam kualifikasi prosedur las tentang merek dan ketebalannya.

5.2.7 ELEKTRODA
Elektroda tipe low hydrogen harus digunakan untuk pengelasan busur
listrik manual, termasuk pengelasan pelat dinding cicin terbawah
dengan pelat dasar atau pelat annular , sebagai berikut :
a) Untuk semua pengelasan pelat dinding  12.5 mm ( ½ in.) yang
terbuat dari bahan grup I – III.
b) Untuk semua pengelasan pelat dinding yang terbuat dari bahan
grup IV – VI.

5.3 . DINDING

5.3.1 LAJUR LAS VERTIKAL


5.3.1.1 TACK WELD
Tack weld atau las kunci / las titik yang digunakan untuk penyetelan
sambungan vertical harus dibuang sebelum dilewati las akar apabila
dilas secara manual .

Tack weld , dibuang atau ditinggal didalam kampuh , dapat dilas


menggunakan fillet weld atau butt weld yang dikualifikasi sesuaai
persyaratan ASME IX . Tack weld yang ditinggal didalam kampuh
harus dibuat oleh juru las yang dikualifikasi sesuai dengan persyaratan
ASME IX . dan karenanya harus diperiksa secara visual untuk
mengetahui kondisinya , jika ternyata cacat , maka tack weld tersebut
harus dibuang sebelum dilewati akar las .

5.3.1.2 KETIDAK TEPATAN PADA LAS VERTIKAL


Pelat yang akan disambung menggunakan las kampuh ( butt weld )
harus benar benar tepat dan harus dipertahankan selama pengelasan .
Ketidak tepatan pada jalur vertical ini untuk pelat > 5 /8 “ tidak boleh
melebihi 10% tebal pelat atau 1/8 “ pilih yang terkecil . Ketidak
tepatan pada pelat ≤ 5/8 “ tidak boleh melebihi 1/16 “ .
95
KETIDAK TEPATAN PADA LAS
VERTIKAL

Sisi sebelah jalur las dari pengelasan jalur ganda ( double welded )
harus dibersihkan sebaik mungkin sedemikian rupa sehingga
permukaan yang akan dilas dalam keadaan memuaskan untuk dilas
fusi , sebelum lajur awal dari jalur las sebaliknya dimulai .
Pembersihan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan pemahatan
( chipping ) , penggerindaan ( grinding ) , pencairan ( melting out )
misalnya menggunakan gouging , atau apabila permukaan kampuh
dibelakang jalur las yang sudah dilas dalam keadaan bersih dan bebas
dari celah yang dapat memperangkap slag , metoda pembersihan lain
dari yang tersebut diatas mungkin dapat disetujui oleh pihak pemesan .

5.3.1.3 KETIDAK TEPATAN PADA SAMBUNGAN HORISONTAL

Pada sambungan las horizontal pelat sebelah atas harus tidak menonjol
terhadap pelat dibawahnya pada semua titik lebih dari 20% tebal pelat
yang diatas dengan ukuran maksimum 1/8 “ untuk ketebalan pelat
sebelah atas < 5/16 “ , tonjolan amksimum yang diijinkan = 1/16
“Untuk sambungan melingkar ( circumferential ) dan sambungan
vertical pada badan tangki ( shell ) yang memiliki tebal > 1 1/2 “ (
berdasarkan ketebalan pelat yang lebih tebal ) , prosedur pengelasan
96

jalur ganda ( multi pass ) dipersyaratkan dimana jalur tunggal melebihi


3/4 “ dilarang . Untuk pengelasan ini diperlukan pemanasan awal 90 º
C ( 200 º F ) .

KETIDAK TEPATAN PADA


JALUR LAS HORISONTAL

Pautan ( attachment ) sementara maupun permanent pada shell yang


terbuat dari bahan Grup IV , IVA , V atau VI , Hrus dilas
menggunakan elektroda kadar hydrogen rendah ( low hydrogen ) . La
pautan permanent ( tidak termasuk sambungan las antara shell dengan
dasar ( bottom ) dan daerah dimana pautan sementara dibuang harus
diperiksa secara visual dan dengan uji butir magnetic ( magnetic
particle test ) atau atas pilihan pihak pemilik menggunakan uji
penetrasi ( penetration test ) . Baik pautan permanent maupun
sementara harus dilas menggunakan prosedur yang tidak
menyebabkan retak bawah kampuh ( under bead crack ) . Dalam
memilih prosedur pengelasan , keperluan pemanasan awal pada pelat
tebal atau suhu lingkungan yang dingin harus diperhitungkan .
97

Sebelum pengelasan dilaksanakan seluruh penyetelan pelat shell harus


dikunci beik menggunakan klem , kupingan maupun las kunci ( tack
weld ) .

Pengikatan klem menggunakan horizontal strong back dan vertical


strong back , yakni suatu jig yang dibuat khusus untuk penyetelan pelat
shell . Tack weld dilaksanakan manakala penyetelan telah sangat baik
dan terkunci . Panjang tack dapat 1 ” hingga 2 “ tergantung besarnya
kampuh . Semua sambungan persilangan harus dilas kunci terlebih
dulu termasuk ujung ujung sambungan yang harus ditutup dengan
kupingan ( lug ) . Pengelasan diawali dari seluruh sambungan vertical
,kemudian dilanjutkan dengan sambungan horizontal sesuai urutan
untuk mencegah terjadinya distorsi ( metal upset ) . Penggunaan
kupingan yang dilas kunci pada shell , diperlukan untuk pemasangan
strong back. Setelah pengelasan selesai seluruh lug dibuang dengan
cara yang benar . Cacat akibat tack weld singgung nyala ( arc strike )
harus digerinda dan dilas ulang untuk kemudian digerinda rata
permukaan ( flush ) Hasil penggerindaan las harus diperiksa visual dan
di uji penetrasi .
98

5.4 DASAR ( BOTTOM )

Perletakan dan penataan pelat bottom harus sesuai dengan peta


perletakan pelat bottom pada gambar kerja yang terkait .

Setelah pelat dasar tertata rapi dan dilas kunci , kemudian dilas
menggunakan urut urutan yang benar untuk mencegah jangan sampai
terjadi distorsi akibat pengkerutan dan pemuaian pada pelat bottom
berupa permukaan bergelombang . Jadi harus diupayakan agar pelat
bottom sedapat mungkin datar .

Pengelasan pelat shell dan bottom harus terlebih dahulu diselesaikan


sebelum pengelasan pelat bottom selesai , karena untuk
mengakomodasi pergeseran / pergerakan pelat atau penyelesaian jalur
las yang telah ada , beberapa sambungan las bottom harus tetap
dibiarkan terbuka .

Pelat shell dapat distel menggunakan clip metal yang dilaskan pada
pelat bottom sebagaimana tampak pada gambar dibawah .

Setelah pembebasan tegangan ( PWHT ) selesai dilaksanakan namun


sebelum dilaksanakan uji hydrostatic , semua sambungan pautan ,
nosel , pintu pembersih / hubungan shell rata permukaan ( clean out
door ) dan lubang lalu orang ( man hole ) , harus diperiksa secara
99

visual dan dengan uji butir magnetic ( magnetic particle test ) atau
atas pilihan pihak pemilik menggunakan uji penetrasi ( penetration
test ) .

5.2.3.2 LAS ANTARA DINDING DAN DASAR TANGKI


5.2.4.1 Permukaan lajur las awal disebelah dalam tangki harus
dibersihkan dari sisa sisa terak dan sampah lain , kemudian
keseluruhan lingkarannya diinspeksi sebelum dimulai pengelasan awal
disebelah luar tangki setelah sebelumnya dikunci dengan las titik .

DIPERIKSA
VISUAL
1 100% 2

Inspeksi tersebut dilaksanakan secara visual atau dengan salah satu


metoda dibawah ini yang disetujui pihak pemesan :

BUTIR MAGNETIK

a) Memasukkan solven liquid penetrant pada las , kemudian


menyemprotkan developer pada celah antara dinding dengan dasar
tangki , kemudian setelah satu jam diperiksa kemungkinan adanya
kebocoran.

b) Menyemprotkan liquid penetrant yang dapat larut dalam air kesalah


satu jalur las , kemudian menyemprotkan developer kealur las
seberangnya , selanjutnya diadakan inspeksi pada jalur yang disemprot
developer setelah ditunggu waktu peresapan ( dwell time ) selama 1
jam.
c) Menyiram celah antara dinding dan dasar tangki dengan minyak
yang berdaya penetrasi tinggi seperti diesel , kemudian ditunggu selama
100

paling sedikit 4 jam , kemudian memeriksa kemungkinan adanya


perembesan ( wicking ).

Catatan : sisa sisa minyak mungkin akan tetap terdapat dipermukaan


lajur las yang akan ditimpa dengan lajur berikutnya , walaupun telah
dibersihkan . Hal ini dapat menyebabkan kontaminasi didalam bahan
las lajur berikutya.

e) Menggunakan larutan yang dapat berbuih ( seperti rinso )


kepermukaan las , kemudian dengan menggunakan kotan vacuum
bentuk siku , memeriksa kemungkinan adanya bocoran dengan
terjadinya buih dipermukaan las yang disiram tersebut.

V-BOX

VACUUM

AIR
SABUN VACUUM
UDARA
PUMP

Bersihkan semua sisa sisa bahan pengujian dari permukaan yang akan
dilas selanjutnya dan pada celah antara dinding dan dasar. Buang
bagian las yang bocor / cacat dan perbaiki sesuai persyaratan WPS.
Inspeksi bagian yang diperbaiki dan daerah sejarak 150 mm ( 6 in.)
dikanan kiri lokasi tersebut. Ulangi prosedur diatas jika diperlukan
sehingga seluruh kebocoran dan atau cacat diperbaiki. Selesaikan
pengelasan fillet ganda tersebut keseluruhan baik disebelah luar dan
dalam tangki kemudian diinspeksi secara visual secara menyeluruh
101

5.2.3.3 Atas persetujuan antara pihak pemanufaktur dan pihak


pemesan , keseluruhan pemeriksaan pada 5.2.4.1 dapat ditiadakan
asalkan inspeksi berikut ini dilaksanakan diseluruh lingkaran
sambungan las.

a) Inspeksi secara visual seluruh lajur las awal sambungan las fillet
baik sebelah dalam maupun sebelah luar tangki.
b) Inspeksi secara visual seluruh permukaan las fillet ganda setelah
selesai ( sambungan antara dinding dan dasar tangki ).
c) Memeriksa sambungan las dikedua sisi dengan metoda butir
magnetik , cairan penetran , atau vacuum box siku.
102

Ketentuan pada 5.2.3.2

t t  8 mm
( 5/8 in )

max
1.5 mm
20% t (1/16 in.)
(max.
3 mm)

5.2.4 ATAP
Standard API 650 tidak membahas pembangunan atap tangki, kecuali
mengharuskan bahwa struktur frame seperti rafter dan girder atap
harus tepat terhadap kelurusan dan permukaan ( line & surface ).

BAB . 6 INSPEKSI DAN PENGUJIAN


6.1 UMUM
6.1.1 Inspeksi pihak pemesan harus diberi kebebasan setiap saat
kesemua bagian dimana pekerjaan dibawah kontrak pemesanan
sedang dilaksanakan.

6.1.2 Pihak pemanufaktur harus mengupayakan segala fasilitas yang


diperlukan untuk meyakinkan inspektor bahwa seluruh
pekerjaan dilaksanakan sesuai ketentuan standard , secara gratis.

6.1.3 Semua material dan pengerjaan harus diorientasikan pada


ketentuan penggantian yang tertera pada 4.2.3.
103

6.1.3.1 Material yang rusak karena pengerjaan yang salah atau yang
kedapatan bercacat, akan ditolak. Pihak pemanufaktur akan diberitahu
secara tertulis akan hal ini dan diminta untuk menggantinya
secepatnya atau memperbaiki kerusakan yang terjadi.

6.1.3.2 Sebelum diterima , seluruh pekerjaan harus dapat diselesaikan


dengan tingkat mutu yang memuaskan inspeksi pihak pemesan , dan
tangki tidak boleh bocor sewaktu diisi produk.

6.2 INSPEKSI LAS

6.2. 1 LAS DINDING


Pengelasan pelat dinding harus merupakan tipe penetrasi penuh dan
fusi sempurna. Inspeksi terhadap kondisi sambungna las dilaksanakan
dengan menggunakan metoda visual dan radiografi sesuai ketentuan
pada 6.1.
Sebagai tambahan , inspektor pihak pemesan dapat menginspeksi
semua sambungan butt secara visual untuk retak , singgung nyala ( arc
strike ) , undercut yang berlebihan , incomplete fusion , dan cacat
lainnya. Kriteria penerimaan dan penolakan metodal inspeksi visual
tertera pada 6 tersebut sebagai berikut : 1) kepermukaan design
maksium cairan H , 2) untuk tangki dengan tutup rapat 50 mm ( 2 in.
) diatas sambungan las yang.5.

6.2.2 LAS FILLET


Las fillet akan diinspeksi secara visual Kriteria penerimaan dan
penolakannya tertera sebagai berikut :
a) tidak boleh ada retak kawah ( crater crack , retak permukaan
atau singgung nyala ( arc strike ) pada atau dekat sambungan las
b) Undercut harus tidak melebihi batas yang tertera pada 5.2.3
untuk sambungan vertical dan horizontal . Untuk sambungan las
pada nosel , lubang lalu orang , bukaan pembersih ( clean out
opening ) dan pautan permanent , undercut tidak boleh melebihi
0.4 mm ( 1/64 “ ).
c) Kerapatan porosity permukaan tidak boleh melebihi satu
kelompok ( cluster ) terdiri dari satu atau lebih lubang keropos ,
104

dalam setiap 100 mm ( 4 “ ) panjang sambungan las , dan


diameter lubang keropos tidak boleh melebihi 2.5 mm ( 3/32 “ )
Sambungan las yang tidak memenuhi criteria penerimaan tersebut
diatas , harus dibuang dan diperbaiki sebagai berikut sebelum tangki
diuji hydrostatik :
a) Semua cacat harus dibuang menggunakan sarana mekanis atau
thermal gouging . Sunggung nyala yang terdapat disekitar
sambungan las harus digerinda dan dilas ulang , kemudian
digerinda rata permukaan ( flush ) .
b) Pengelasan kembali diperlukan manakala jalur las cekung atau
kurang pengisian pada pelat dengan tebal minimum untuk
memenuhi persyaratan uji hydrostatis . Jika cacat terjadi pada
sambungan las pada pelat yang cukup tebal , maka cacat cukup
dibuang ( feathered ) dan diserong 4 : 1 .
c) Perbaikan pada las harus ddiperiksa secara visual .

6.3 BIAYA
Seluruh biaya radiografi dan perbaikan menjadi tanggung jawab
pihak pemanufaktur, namun jika inspektor pihak pemesan
menghendaki lebih dari ketentuan yang tertera dalam Seksi 6 , atau
meminta pembuangan las fillet sebanyak lebih dari sebuah dalam setiap
30 m ( 100 kaki ) panjang las dan ternyata tidak terdapat cacat , maka
semua biaya atas kerja tambah tersebut menjadi tanggung jawab pihak
pemesan.

UJI VACUUM

6. 4 Uji vacuum biasa dilaksanakan dengan menggunakan kotak uji


vacuum berukuran 150 mm ( 6 in.) lebar x 750 mm ( 30 in.) panjang
dengan jendela kaca diatasnya. Bagian bawah terbuka dan pinggir
pinggirnya diberi gasket berupa karet busa ( sponge ) . Kotak tersebut
dihubungkan dengan pompa vacuum melalui sebuah keran buka tutup,
serta dilengkapi manometer dengan ukuran vacuum.
105

Sekitar 750 mm panjang las yang akan diuji vacuum diolesi larutan
yang mudah berbuih (rinso atau linseed oil) . Kotak vacuum diletakkan
memanjang bagin las tersebut diatas. Agar vacuun dapat tercapai lebih
cepat , karet busa dsedikit dibasahi. Selanjutnya piranti vacuum
dijalankan dan terciptalah kondisi vacuum didalam kotak. Jika
terdapat kebocoran melalui retak atau porositas berangkai , akan
tampak buih diatas jalur las tersebut karena udara tersedot dari luar
dan masuk kotak melalui bocoran pada las tersebut.

Kondisi vacuum dapat dihasilkan didalam kotak vacuum melalui


metoda yang mudah seperti saluran yang dihubungkan dengan
manifold mesin bakar bensin atau disel, ejector udara atau pompa
vacuum

Tekanan pada manometer harus menunjukkan tekanan vacuum


sebesar 21 kPa ( kiloPascal ) atau sama dengan 3 pon
kaki / inc ² / 6 in. Hg hingga 35 kPa ( 5 pon kaki / in ² / 10 in Hg. ) Jika
ditentukan oleh pihak pemesan , maka tekanan vacuum kedua
dilaksanakan sebesar 56 kPa ( 8 pon kaki / in.² / 16 in.Hg ) hingga 70
kPa ( 10 pon kaki /in ² / 20 in Hg.)
106

Sebagai alternatif dari uji kotak vacuum , suatu piranti tracer gas dan
alat pendeteksi yang sesuai dapat digunakan untuk menguji integritas
sambungan las didasar tangki secara keseluruhan , dengan syarat
bahwa metoda ini telah dipelajari dan disetujui oleh pihak pemesan.
Pengujian ini melibatkan proba tracer dibeberapa tempat dan gas
scanner pada permukaan sambungan las harus bersih . Tehnik ini
harus sanggup mendeteksi kebocoran sebesar 1 x 10
-4 -3
Pa m ³ / s ( 1 x 10 std cm ³ / s ) atau lebih kecil .

Parameter sistim uji adalah detector gas dan sistim tekanan , yakni
tekanan dibawah pelat bottom harus dikalibrasi menggunakan piranti
deteksi kebocoran capillary yang terkalibrasi , yang akan bocor sebesar
yang tertera pada 5.3.3.5 melalui firtting sementara atau permanent
yang terpasang pada pelat bottom jauh dari lokasi unit pemberi
tekanan tracer gas . Selama pengujian seluruh parameter uji tetap
digunakan .

6. 5 INSPEKSI LAS PADA PELAT DASAR TANGKI


Setelah pengelasan seluruh pelat dasar tangki selesai , maka sambungan
las tersebut akan diinspeksi menggunakan salah satu dari metoda
dibawah ini :
a) Udara bertekanan atau vacuum diterapkan disambungan las ,
kemudian air sabun , minyak linseed atau zat lain yang sesuai untuk
mendeteksi bocoran digunakan untuk menguji kondisi jalur las
tersebut.
UDARA
BERTEKA
NAN

AIR SABUN BOCOR

b) Setelah paling tidak ring badan terbawah terpasang kedasar tangki


, air dipompakan dibawah dasar tangki hingga mencapai head
107

setinggi 150 mm ( 6 in.) . Ketinggian ini dimungkinkan oleh


terpasangnya tanggul disekeliling tangki. Saluran untuk
mengalirkan air tersebut diatas dilewatkan manhole kepautan
sementara yang dipasang pada dasar tangki , atau dipasang
saluran tetap dibawah pondasi tangki . untuk itu perlu
diperhatikan dan dipelihara kondisi tanah pada subgrade dibawah
tangki.

AIR

6. 5. 1 INSPEKSI LASAN PADA PELAT PENGUAT


Setelah proses fabrikasi selesai namun sebelum tangki diisi dengan
air uji , pelat penguap harus diuji pneumatis hingga 100 kPa ( 15 pon
kaki / inci 2
) dengan memasukkan gas diantara pelat penguat
tersebut dengan pelat dinding melalui lubang teltale sebagai yang
tertera pada 3.7.5.1. Selanjutnya sewaktu tekanan telah mencapai
100 kPa, seluruh sambungan las pelat penguat kedinding tangki (
baik diluar dan didalam tangki ) termasuk pautan yang terdapat
dalam luasan pelat penguat tersebut , dilumuri air sabun atau
minyak linseed untuk mendeteksi adanya bocoran pada sambungan
las tersebut.
Gas
bertekanan
( udara , N2,
helium )

Lubang teltale
108

6.5. 2 PENGUJIAN DINDING TANGKI

Setelah seluruh pelaksanaan fabrikasi selesai namun sebelum hubungan


dengan perpipaan tetap sebelah luar dipasang , dinding tangki ( kecuali
dinding tangki yang didesign sesuai APPENDIX F ) diuji dengan salah
satau metoda dibawah ini :

a) Apabila terdapat ketersediaan air uji , tangki diisi dengan air


tersebut sebagai berikut : 1) kepermukaan design
maksium cairan H , 2) untuk tangki dengan tutup rapat
50 mm ( 2 in. ) diatas sambungan las yang
menghubungkan antara pelat atap atau batang kompresi
dengan angle curb puncak ( top curb angle ) atau
dinding , atau 3) kepermukaan lebih rendah dari pada
ketentuan yang tertera pada 1) dan 2) karena dibatasi
oleh saluran luberan ( overflow ) , floating roof internal
atau freeboard yang telah disepakati antara pihak
pemanufaktur dan pihak pemesan . Kondisi tangki harus
sering sering diinspeksi selama pengisian dengan air , dan
setiap sambungan las diatas permukaan air harus
diperiksa sesuai butir b).
b) Apabila ketersediaan air uji tidak cukup , dinding tangki dapat diuji
sebagai berikut : 1) melumuri seluruh jalur las sebelah
dalam tangki dengan cairan yang daya resapnya sangat
tinggi seperti misalnya minyak rem mobil atau minyak
diesel dan memeriksa dengan teliti jalur las sebelah luar
tangki untuk mendeteksi kemungkinan kebocoran ,
menggunakan kotak vacuum dikedua sisi dinding tangki
atau memberi udara bertekanan sebelah dalam tangki
sebagaimana ditentukan untuk pengujian atap pada
5..3.7.2 , dan memeriksa secara hati hati semua
sambungan las untuk mendeteksi kemungkinan
kebocoran , atau 3) menggunakan kombinasi metoda 1)
dan 2).
109

6. 5. 3 PENGUJIAN ATAP
Setelah selesai dipasang , atap tangki yang didesign untuk rapat (
gastight ) , kecuali untuk atap yang didesign sesuai , F 4.4 , dan F 4.6 ,
harus diuji dengan salah satu metoda dibawah ini :

a) mengisi tangki denga udar bertekanan dengan tekanan tidak


melebihi berat pelat atap , kemudian melumuluri seluruh sambungan
las dengan air sabun atau larutan yang dapat berbuih lainnya untuk
mendeteksi adanya bocoran pada sambungan las tersebut .
b) menggunakan kotak vaccum diseluruh sambungan las pelat atap se

Setelah pemasangan selesai , atap tangki yang tidak disesign untuk


rapat / gastight ,seperti tangki dengan sistim ventilasi sekeliling atap
atau tangki dengan sistim ventilasi bebas / terbuka , hanya akan
diinspeksi secara visual seluruh sambungan lasnya , kapabila
ditentukan lain oleh pihak pemesan.

6. 5. 4 PERBAIKAN SAMBUNGAN LAS


Semua cacat / kerusakan pada sambungan las yang diketemukan
diinformasikan kepihak manufaktur . Untuk perbaikannya diperlukan
persetujuan pihak inspeksi . Hasil perbaikan tersebut harus disetujui
inspeksi pihak pemesan . Kriteria penerimaannya tertera pada
ketentuan yang berlaku pada 6.2 , 6.4 dan 6.5.

Lubang jarum ( pin hole ) atau porositas ( porosity ) pada sambungan


las didasar tangki dapat diperbaiki dengan mengelas satu lajur diatas
bagian yang bercacat tersebut.
Jenis cacat lainnya atau retak pada sambungan las dasar dan atap
tangki ( termasuk tangki tutup terapung ) , bagian tersebut harus
diperbaiki sesuai ketentuan pada 6.1.7 , caulking secara mekanis
dilarang.

Semua cacat las dan retak pada dinding tangki dan sambungan las
antara dinding dan dasar tangki harus diperbaiki sesuai ketentuan
pada 6.1.7.
110

Perbaikan atas cacat las yang diketemukan setelah tangki diisi air uji,
harus dilaksanakan dengan menurunkan permukaan air uji paling
sedikit 1 kaki dibawah bagian las yang akan diperbaiki, atau apabila
perbaikan harus dilaksanakan pada atau dekat dengan dasar tangki ,
maka perbaikan baru dapat dilaksanakan setelah tangki dikosongkan.
Pengelasan apapun tidak boleh dilaksanakan pada tangki , sebelum
seluruh pipa yang menghubungkan tangki dengan proses lain , diblind
( ditutup ). Perbaikain dilarang dilaksanakan pada tangki yang berisi
minyak atau yang pernah berisi minyak , kecuali setelah tangki
dikosongkan , dibersihkan , dan dibebas – gas kan ( gas freed ).
Perbaikan pada tangki yang pernah terisi minyak tidak boleh
dilaksanakan oleh pihak pemanufaktur , sebelum prosedur
perbaikannya disetujui secara tertulis oleh pihak pemesan dan
perbaikan dilaksanakan dengan disaksikan oleh inspektor pihak
pemesan.

6 . 6 TOLERANSI UKURAN
UMUM
Maksud diberikannya toleransi yang tertera pada 5.5.2 hingga 5.5.6
adalah untuk menghasilkan tangki yang secara visual dapat diterima
dan memudahkn fungsi / bekerjanya tutup terapung dengan lancar .
Toleransi tersebut dapat ditiadakan atas persetujuan antara pihak
pemanufaktur dengan pihak pemesan .

6. 6. 1 KETEGAK LURUSAN ( PLUMBNESS )


Ketidak tegak lurusan maksimum dari puncak dinding kedasar dinding
tangki tidak boleh melebihi 1/200 dari tinggi total tangki.

h
200
111

Ketidak tegak lurusan pada sebuah cincin dinding tangki tidak boleh
melebihi batas variasi kerataan ( flatness ) dan kebergelombangan (
waviness ) yang dibolehkan sesuai ketentuan dalam ASTM A 6M / A 6 ,
ASTM A 20M / A 20, atau ASTM A 480 M / A 480 , manasaja yang
berlaku. Kriteria 1/200 juga berlaku untuk tangki tutup tetap tipe
batang penyangga ( column ) . Untuk tangki tutup terapung tipe
internal ( internal floating roof ) , dipergunakan kriteria seksi ini atau
lampiran H , pilih yang lebih ketat persyaratannya.

6 .6 .2 KEBUNDARAN
Jari jari diukur pada 0.3 m ( 1 kaki ) diatas sudut dasar tangki tidak
boleh melebihi ukuran dibawah ini :
JARI JARI TANGKI

0.3 m SUMBU TANGKI

DIAMETER TANGKI TOLERANSI JARI JARI


m ( kaki ) mm ( in.)

 12 ( 40 ) + 13 ( ½ )

12 ( 40 ) ~  45 ( 150 ) + 19 ( ¾ )

45 ( 150 ) ~ < 75 ( 250 ) + 25 ( 1 )

≥ 74 ( 250 ) + 32 ( 1 ¼ )
112

6 .6 .3 PENYIMPANGAN LOKAL ( LOCAL DEVIATION )


Penimpangan dari bentuk teoritis ( misalnya cacat las dan titik datar /
flat spot ) dibatasi sebagai berikut :
a) Penyimpangan ( peaking ) pada sambungan las vertikal tidak boleh
melebihi 12 mm ( ½ inci ) . Peaking ditentukan dengan menggunakan
papan penyapu horisontal ( horizontal sweep board ) sepanjang 900 mm
( 36 inci ) . Papan penyapu harus dibuat menyesuaikan jari jari nominal
tangki .

PEAKING

PAPAN PENYAPU HORISONTAL

b) Penyimpangan ( banding ) pada sambungan las horisontal tidak


boleh melebihi 13 mm ( ½ inci ) . banding akan ditentukan oleh papan
penyapu vertikal sisi lurus sepanjang 900 mm ( 36 inci ).
113

BANDING 36”

PAPAN PENYAPU DATAR

c) Titik datar ( flat spot ) diukur pada bidang vertikal tidak boleh
melebihi kedataran dan kebergelombangan pelat yang benar
sebagaimana dipersyaratkan pada 5.5.2.

6. 7 . INSPEKSI DAN PENGUJIAN LAS DINDING


6 . 7 . 1 UJI RADIOGRAFI
Uji radiografi dipersyaratkan untuk pengelasan kampuh ( butt weld )
pada shell , pelat annular dan hubungan rata permukaan ( flush
type ) . Uji radiografi tidak diperlukan untuk las atap dan las pada
pelat bottom

6 . 7. 2 PONDASI
Untuk mencapai toleransi yang ditetapkan diatas , sangat diperlukan
kedataran pondasi yang rata air yang dipersyaratkan bagi
pembangunan tangki.
Pondasi harus memiliki kekuatan penyangga untuk tetap datar / rata
air ( lihat lampiram B ).
114

Apabila dipersyaratkan kerata-airan bagi suatu pondasi , maka


toleransi dibawah ini harus diacu :

a) Apabila dibawah tangki dipasang pondasi cincin beton , permukaan


atas cincin beton harus datar dan rata air dengan variasi + 3 mm ( 1/8
inci ) dalam setiap 9 m ( 30 kaki ) keliling lingkaran pondasi dan + 6
mm ( ¼ inci ) dalam keseluruhan keliling lingkaran diukur dari elevasi
rata rata.

3 mm

6 mm ( ¼” )

b) Apabila tidak terdapat cincin beton pada pondasi tangki , pondasi


tipat dibawah dinding tangki harus datar rata air dengan toleransi + 3
mm ( 1/8 “ ) dalam setiap 3m ( 10 kaki ) keliling lingkar pondasi dan
dengan toleransi + 13 mm ( ½ “ ) dalam keseluruhan keliling lingkaran
pondasi diukur dari elevasi rata rata.
115

c) Manakala pondasi tangki berupa lantai / tatakan beton , kaki


pertama ( first foot ) dari pondasi ( atau lebar pelat annular ), diukur
dari sisi luar tangki secara radial kearah titik pusat tangki , harus
memenuhi persyaratan sebagaimana pada cincin beton. Sisa luasan
tatakan beton harus bertoleransi + 13 mm ( ½ inci ) dari bentuk design.
Manakala dipersyaratkan pondasi yang tirus ( sloping ) , beda elevasi
lingkaran harus dihitung dari titik tinggi yang telah ditentukan . Beda
elevasi sebenarnya dari lingkaran harus ditentukan dari elevasi
sebenarnya dari titik tingi yang telah ditentukan . Beda elevasi yang
sebenarnya tidak boleh berbeda dengan beda yang dihitung , lebih dari
angka dibawah ini :
a) Manakala cincin beton dipasang pada pondasi , + 3 mm ( 1/8 inci )
dalam setiap 9m ( 30 kaki ) keliling , dan 6 mm ( ¼ “) dalam
keseluruhan keliling.

b) Manakala tidak dipergunakan cincin beton , + 3 mm ( 1/8 “ )


dalam setiap 3 m ( 10 kaki ) keliling , dan 13 mm ( ½ “ ) dalam
keseluruhan keliling.

6 . 7 . 3 PENGUKURAN
Pengukuran harus dilaksanakan sebelum uji hydrostatis.

BAB 7 FONDASI TANGKI PENIMBUN


7. I. PENDAHULUAN
Tulisan ini dimaksud untuk memberikan penjelasan kepada pembaca
latar belakang dan pertimbangan apa saja yang diperlukan dalam
menyiapkan dan membuat fondasi tangki.
Tulisan ini didasarkan atas referensi yang baku ( API 650 Appendix B,
I dan O ), serta beberapa good practice dari perusahaan perusahaan
besar yang bergerak dibidang civil dan pengalaman selama bertugas
sebagai inspektor tehnik.
Berhubung beragamnya kondisi permukaan tanah dan bagian
subsurfacenya , maka tidak mungkin bagi kita untuk dapat
membakukan desain data yang berlaku untuk semua keadaan .
Soil loading yang diijinkan dan tipe konstruksi subsurface yang tepat
untuk suatu kondisi tanah tertentu harus terlebih dahulu ditentukan
116

berdasarkan faktor faktor pendukung lokal yang sangat akurat.


Demikian pula dengan jenis desain dan konstruksi fondasi yang sesuai
harus benar benar diperhitungkan berdasarkan faktor faktor tersebut
diatas agar dikemudian hari tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan
seperti keretakan fondasi , settlement yang melebihi batas ambang /
toleransi yang diijinkan dan lain sebagainya.

7 . 2 PENYELIDIKAN SUBSURFACE DAN KONSTRUKSI

Kondisi subsurface ( tanah bawah permukaan ) disuatu lokasi yang


akan dibangun tangki diatasnya , harus diselidiki untuk menghitung
kapasitas dukung tanah ( soil bearing capacity ) dan laju penurunan (
settlement ) yang mungkin akan terjadi.
Faktor faktor pendukung ini merupakan hasil dari : soil boring, load
test , sampling , laboratory test dan analisa dari pakar geotechnical
engineering yang berpengalaman dengan jenis tanah serupa.
Tanah bawah permukaan harus mampu mendukung beban tangki
sekaligus dengan isinya yang penuh.
Jumlah settlement tidak boleh menyebabkan stress atau tegangan pada
pasangan pipa yang berhubungan dengan tangki dan tidak boleh
menyebabkan ketidak akuratan penunjukan alat alat ukur yang
terpasang pada tangki ( gauging inaccuracy ). Settlement tidak boleh
berlanjut sedemikian jauh sehingga posisi pelat dasar tangki berada
dibawah permukaan tanah sekitarnya. Settlement yang diperhitungkan
harus berada didalam toleransi yang diijinkan untuk shell dan bottom
tangki.
7 . 2 a. FAKTOR KESELAMATAN
Apabila belum ada referensi tentang kondisi tanah yang serupa dengan
tanah dari lokasi yang akan dibangun tangki , dapat dipergunakan
faktor keselamatan dibawah ini untuk dipergunakan sebagai kriteria
desain fondasi guna menentukan tekanan dukung tanah yang diijinkan
( allowable soil bearing pressure ) . Pihak pemilik maupun geotechnical
engineer yang bertanggung jawab atas proyek pembangunan fondasi
tangki dapat menggunakan faktor keselamatan diluar range ini.
Adapun faktor keselamatan dimaksud adalah sebagai berikut :
(a) Dari 2 hingga 3 terhadap kegagalan dukung tertinggi (ultimate
bearing failure ) untuk kondisi operasi normal.
(b) Dari 1.5 hingga 2.25 terhadap kegagalan dukung tertinggi selama
pengujian hydrostatis.
117

(c) Dari 1.5 hingga 2.25 terhadap kegagalan dukung tertinggi untuk
kondisi operasi ditambah pengaruh beban maksimum dari kekuatan
angin dan beban seismic ( gempa dan pergeseran tanah ).

7 . 2 . b. LOKASI LAHAN
Dibawah ini dikemukakan beberapa macam keadaan yang memerlukan
pertimbangan engineering khusus :

(1) Lokasi dilamping gunung / bukit , dimana posisi fondasi sebagian


berada pada tanah asli ( undisturbed ground ) atau batu , dan
sebagian pada tanah urug atau konstruksi lain atau dimana
kedalaman urugannya bervariasi.
(2) Lokasi berawa rawa ( swampy ) atau tanah urug , dimana lapisan
lumpur ( muck ) atau gambut / humus ( compressible vegetation )
berada pada atau dibawah permukaan , juga pada lokasi dimana telah
terjadi pembuangan zat yang tidak stabil atau penyebab karat (
corrosive ).
(3) Lokasi dimana tanah dibawahnya terdiri dari lapisan lempung
plastis atau lempung organik , yang dapat menyangga beban berat
hanya untuk sementara , namun dalam jangka waktu lama akan
menurun secara berlebihan.
(4) Lokasi didekat sumber / aliran air atau penggalian yang dalam
dimana stabilitas lateral tanah diragukan.
(5) Lokasi yang berdampingan dengan bangunan yang berat yang
mendistribusikan sebagian bebannya kedalam tanah bawah
permukaan ( subsoil ) dibawah tangki, sehingga mengurangi kapasitas
subsoil untuk mendukung beban tambahan tanpa penurunan yang
berlebihan.
(6) Lokasi dimana tangki sewaktu waktu dapat terendam banjir yang
mungkin dapat mengangkat , menggeser maupun menghanyutkannya.
(7) Lokasi dimana tanahnya bersifat seismik tinggi ( high seismicity )
yang menyebabkan peka terhadap pencairan mendadak ( liquefaction
) atau longsor.
(8) Lokasi dimana terdapat selapis tipis lempung lunak ( soft clay )
yang tepat berada dibawah fondasi tangki yang dapat menimbulkan
masalah stabilitas lateral.

7 . 2 .c. PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH


Apabila tanah bawah permukaan tidak cukup mampu untuk
menyangga / mendukung tangki penuh isi tanpa penurunan , konstruksi
118

bawah tangki yang dangkal atau tampak ( supervisial ) tidak akan


mampu memperbaiki kemampuan daya dukung tersebut.
Dibawah ini dikemukakan beberapa macam metoda yang dapat
memperbaiki kemampuan daya dukung :
(1) Membuang material yang kurang baik dan menggantinya dengan
material yang cocok dan dapat dipadatkan .
(2) Memadatkan material yang lunak dengan pancang pendek.
(3) Memadatkan material yang lunak dengan memberikan beban
awal ( preloading ) dengan timbunan tanah . Cerat parit atau cerat
pasir diperlukan untuk metoda ini.
(4) Menstabilkan lapisan yang lunak dengan menginjeksikan bahan
kimia cement grout.
(5) Memindah beban kematerial yang lebih stabil dibawah subgrade
dengan menggunakan pancang atau pier ( pasangan balok beton tegak
yang ditanam ). Metoda ini menggunakan tatakan beton bertulang (
reinforced concrete slab ) diatas pancang atau pier untuk
mendistribusikan beban tangki.
(6) Membuat fondasi berupa tatakan beton yang akan
mendistribusikan beban tangki kepermukaan yang luas , sehingga
intensitas beban pada setiap titik dipermukaan lahan akan berada
dalam batas ambang yang diijinkan untuk jenis tanah tersebut ,
sehingga penurunan berlebihan dapat dihindarkan.
(7) Meningkatkan sifat tanah dengan menggunakan pemadatan
vibrasi ( vibro compaction ) , penggantian vibrasi ( vibro replacement ) ,
atau pemadatan dinamis dalam (deep dynamic compaction ).
(8) Pengisian tangki dengan air secara bertahap dan perlahan lahan
sewaktu pengujian hydrostatis . Laju penurunan dimonitor secara
ketat. Manakala penurunan berlebihan , pengujian dihentikan dan
tangki harus di posisikan ulang ( relevel ) pada level yang semestinya.
Catatan:
Tanah pengisi / tanah urug harus dapat dipadatkan dengan cara
compaction standard yang biasa digunakan diindustri untuk
menghasilkan kepadatan yang memadai dan mampu menyangga beban
tangki dengan baik ,dan harus bebas dari sisa sisa tanaman , bahan
organik , sisa sisa pembakaran kayu ( cinders ) , dan material yang
menyebabkan pengkaratan ( corrosive ) .
Penempatan tanah urug harus sesuai prosedur yang telah ditentukan.

7. 2 . d TINGGI PERMUKAAN DASAR (GRADE) TANGKI


119

Tinggi permukaan dasar ( grade ) dimana bottom tangki didudukkan


paling sedikit 1 ( satu ) kaki diatas permukaan tanah sekitar. Hal ini
perlu untuk :
(1) Memberikan drainage ( pembuangan air ) yang baik .
(2) Menjaga agar dasar tangki relatif tetap kering.
(3) Memberikan kompensasi untuk sedikit penurunan ( settlement )
yang mungkin terjadi.
(4) Jika diperkirakan terjadi settlement yang cukup besar , sebaiknya
elevasi bottom tangki ditinggikan sehingga elevasi final setelah
settlement minimum 6 inci diatas grade. ( API 650 B.3.1 ).

Terdapat beberapa jenis material yang dapat digunakan untuk grade


atau permukaan dimana bottom tangki akan didudukkan . Untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pengkaratan dan
memaksimalkan pengaruh sistim pencegahan karat seperti cathodic
protection , maka material yang langsung bersinggungan dengan pelat
bottom tangki harus halus dan uniform . Kerikil atau butir butir yang
kasar harus dihindarkan. Lapisan pasir yang dicuci bersih setebal 3
atau 4 inci disarankan sebagai lapis teratas dari fondasi tangki , karena
pasir tersebut dapat menyesuaikan dengan bentuk contour bottom
tangki untuk menghasilkan hubungan yang maksimum antara bottom
plate dengan fondasi , sehingga mencegah hubungan bottom plate
dengan material kasar dan atau sampah . Material yang kasar seperti
kerakal coarse gravel ) dan kerikil ( fine gravel ) menghasilkan
hubungan berupa titik titik ( point contact ) yang menyebabkan
terbentuknya sel karat ( corrosion cell ) yang mengakibatkan terjadinya
pitting yang memperpendek usia pakai bottom plate.
Selama masa pembangunan tangki , mondar mandirnya alat angkut
material dapat menyebabkan cacatnya permukaan grade . Kerusakan
grade ini harus diperbaiki sebelum perletakan bottom plate .
Lapis lapis pembuat grade harus dibuat dari bawah keatas makin lama
makin halus guna menghindarkan longsornya material teratas masuk
kecelah celah material kasar dibawahnya. Hal ini penting khususnya
apabila fondasi dilengkapi dinding yang terbuat dari batu pecah.
Kecuali apabila ditentukan lain oleh pihak pemilik , tank grade
biasanya ditiruskan dari pinggir kepusatnya sebagai puncak dengan
kemiringan 1 inci per 10 kaki ( 1 : 120 ). Pusat sebagai titik yang
tertinggi dari ketirusan tank grade dimaksudkan untuk
mengkompensasi sedikit settlement yang biasanya terbesar dipusat
bottom tangki. Ketirusan ( crowning ) grade juga memungkinkan lebih
120

mudahnya pembersihan bottom tangki , karena air dan sludge (


lumpur ) akan mengalir kepinggir shell dimana dipasang beberapa
tempat penampung kotoran ( sump ) . Ada pula desain bottom tangki
yang dimiringkan menuju sump ( sloped toward the sump ).

7.3 JENIS JENIS FONDASI

a. FONDASI TANAH TANPA CINCIN DINDING ( API 650.


APPX.B.4.1 ) SIR.TU. ( dipadatkan
hingga 100% CBR =
SAND BITUMENT MIX ( tidak dipadatkan ) California bearing
1 ratio )
120

TANAH

Tipe ini digunakan manakala evaluasi engineering tentang kondisi


subsurface lahan yang akan digunakan menunjukkan bahwa lapisan
tanahnya cukup mampu mendukung beban tangki berisi penuh dan
jika terjadi penurunan jumlahnya dalam batas toleransi yang
diijinkan.
Fondasi tangki jenis tersebut diatas harus memenuhi beberapa
persyaratan dibawah ini :
(1) Memberikan permukaan ( plane ) yang stabil untuk mendukung
tangki dan isinya .
(2) Membatasi jumlah penurunan grade tangki pada tingkat yang
kompatibel ( cocok ) dengan allowance yang digunakan untuk
mendesain pasangan pipa yang berhubungan dengan tangki.
(3) Memberikan drainage ( penceratan ) yang cukup.
(4) Tidak turun secara berlebihan dipinggir grade karena berat
dinding tangki.

Banyak desain yang memuaskan karena didasarkan atas pertimbangan


engineering yang baik ( sound engineering judgement ). Desain ini telah
121

terbukti memuaskan didasarkan atas kinerja fondasi ,sebagai realisai


desain tersebut, yang berusia cukup panjang.
Untuk tangki ukuran kecil fondasi dapat terdiri dari batu pecah yang
dipadatkan untuk lapisan terbawah , disusul secara berturut turut dari
bawah keatas , batu split atau lazim disebut screening , kerikil halus ,
pasir bersih atau material yang sejenis , yang kesemuanya disusun
diatas tanah asli. Semua material yang tidak stabil dibuang dan diganti
dengan yang lebih stabil dan dapat dipadatkan.

PASIR HALUS , UNIFORM & BERSIH


BITUMENT

KERIKIL
SCREENINGS
HALUS

BATU
PECAH

TANAH ASLI

b. FONDASI TANAH DENGAN DINDING CINCIN BETON ( API


650. APPX.B.4.2 )
Tangki ukuran besar , tangki dengan dinding tebal atau dinding tinggi
dan atau tangki dengan self supporting roof ( roof yang mandiri )
memberikan beban tambahan pada fondasi dibawah dinding. Hal ini
sangat penting sehubungan dengan berubahnya dinding tangki pada
tangki tutup terapung ( floating roof tank ). Apabila ada keraguan
terhadap kemampuan fondasi untuk mampu mendukung beban
dinding secara langsung , maka perlu dibangun dinding cincin beton.
Sebagai alternatif cincin beton tersebut dapat pula diganti dengan
dinding yang terbuat dari pecahan batu (crushed stone).
Keuntungan dibangunnya dinding cincin beton adalah sebagai berikut :
(a) Memungkinkan distribusi yang lebih baik dari beban dinding
yang terkonsentrasi untuk menghasilkan beban yang lebih uniform
terhadap tanah dibawah tangki.
122

(b) Memberikan posisi permukaan ( level ) yang pasti untuk memulai


membangun tangki.
(c) Memberikan sarana leveling yang lebih baik untuk grade tangki,
dan mampu mempertahankan contour grade selama konstruksi.
(d) Mempertahankan tanah urug dibawah tangki dan menghindarkan
kehilangan tanah urug akibat erosi.
(e) Meminimalkan kelebaban dibawah tangki.

SUMBU DINDING &


K E P I N G TEBAL 1” 2”
MIN. 1/2”DIRESAPI ( IM 1
PREGNATED )
TIRUS 120
ASPAL
MIN. 3”
PASIR BERSIH ,
12” 1 UNIFORM DAN PADAT
SLOPE 1
1 2
S I R T U PADAT
KERAKAL ATAU
PECAHAN BATU
DIPADATKAN

12”
LEBAR TANGGUL 6 KAKI
APABILA PERMUKAAN
TANAH SEKELILING TANGKI
RENDAH

Adapun kerugian penggunaan concrete ring wall adalah bahwa


ringwall tidak dapat secara luwes / fleksibel mengikuti penurunan
diferensial . Kondisi ini dapat menyebabkan bending stress tinggi
pada pelat bottom didekat ring wall.
Apabila ditetapkan desain ring wall sebagai pilihan yang dipegunakan
, harus proporsional sehingga daya dukung tanah yang diijinkan tidak
terlampaui. Ring wall harus tidak boleh kurang dari 12” tebal.
Sumbu ring wall harus sama dengan diameter nominal tangki.
Namun demikian sumbu ring wall dapat bervariasi tergantung
keperluan misalnya untuk memberi tatakan bagi baut jangkar atau
untuk menyesuaikan dengan limit daya dukung tanah, , untuk beban
seismik atau mengantisipasi gaya keatas ( uplift force ). Kedalaman
123

rill wall tergantung situasi lokal , namun yang jelas kedalaman


tersebut harus cukup untuk menempatkan bottom ring wall dari
pengaruh cuaca luar permukaan dan berada dalam strata / lapisan
pendukung yang ditetapkan. Minimal ,dasar ring wall apabila berada
dalam tanah harus 2 kaki dibawah permukaan grade yang terendah
didekat ring wall tersebut.
Ring wall harus diperkuat untuk menghadapi perubahan suhu
misalnya pengkerutan dan untuk melawan tekanan lateral yang
berasal dari pemadatan tanah urug . Untuk mendesain harga stress ,
spesifikasi material , besi beton dan penutup , digunakan referensi
ACI 318.
Dibawah ini adalah ketentuan mengenai ring wall yang patut
dipertimbangkan :
(a) Ring wall harus diperkuat ( reinforced ) untuk melawan tegangan
hoop / lingkar langsung yang disebabkan oleh tekanan lateral bumi
dipermukaan sebelah dalam ring wall. Kecuali apabila ditambah
dengan analisa geotechnik yang benar, tekanan lateral bumi
diasumsikan paling sedikit 50% dari tekanan vertikal karena
cairan dan berat tanah. Apabila digunakan tanah urug yang
berbutir butir ( grannular ), dapat digunakan koefisien tekanan
lateral bumi sebesar 30%.
(b) Ring wall harus diperkuat untuk melawan moment tekuk akibat
dari moment beban uniform.
(c) Ring wall harus diperkuat untuk melawan momen tekuk dan
puntir akibat beban lateral , seismik atau angin yang dikenakan
secara eksentris ke ring wall tersebut.
(d) Jumlah luas lingkaran ( hoop ) baja yang diperlukan untuk
melawan beban tersebut pada (c) tidak boleh lebih kecil dari luas
yang diperlukan untuk perubahan suhu dan pengkerutan. Luas
lingkaran baja tersebut adalah 0,0025 x luas penampang vertikal
dari ring wall .
(e) Untuk ring wall , luas vertikal baja yang diperlukan untuk
perubahan suhu dan pengkerutan adalah 0,0015 x luas penampang
horisontal dari ring wall. Apabila fondasi ring lebih lebar dari
kedalamannya , desain tersebut harus mempertimbangkan
sifatnya sebagai lempeng annular yang berayun ( flexure ) kearah
radial.
(f) Apabila lebar ring wall melebihi 18 inci , maka perlu dilengkapi
dengan kaki disebelah bawahnya untuk menahan gaya keatas.
124

(g) Tanah urug didekat dan disebelah dalam ring wall , dan sekeliling
peralatan seperti : kotak bawah tanah ( vault ) , pipa tangki bawah
tanah dan pembuangan sampah ( sump ) harus diperehatikan
secara ketat untuk mempertahankan toleransi penurunan. Tanah
urug harus terdiri dari material berkerikil yang dipadatkan
kedensity dan kepadatan yang ditentukan didalam spesifikasi
konstruksi fondasi. Untuk jenis material urugan yang lain , harus
dilaksanakan pengujian terlebih dulu untuk meyakinkan bahwa
material tersebut memiliki kekuatan dukung yang memadai dan
tingkat penurunan sekecil mungkin.

c. FONDASI TANAH DENGAN RING WALL TERBUAT DARI


PECAHAN BATU DAN KERIKIL .
Ring wall yang terbuat dari pecahan batu atau kerikil yang dipadatkan
akan memberikan dukungan kuat terhadap beban yang dihasilkan
dari dinding tangki. Fondasi yang memeiliki ring wall sebagai tersebut
diatas memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :

MIN.2 KAKI
MIN. 3 KAKI
PASIR BERSIH
PADAT MIN. 3 INCI
SERONG
LAPIS 1
HOT MIX 1

PECAHAN BATU ATAU SIRTU ATAU KERIKIL


KERAKAL PADAT HALUS & PADAT SEKALI

TANAH ASLI

1
125

(a) Memberikan distribusi yang baik dari beban yang terkonsentrasi


dari badan tangki untuk menghasilkan pembebanan tanah
dibawah tangki yang lebih uniform.

(b) Memberikan sarana untuk memposisikan ( levelling ) grade


tangki serta melestarikan countournya selama masa konstruksi.

(c) Menahan tanah urug dibawah tangki dan mencegah longsornya


material akibat erosi.

(d) Dapat mengakomodasikan secara lebih luwes penurunan


diferensial ( differencial settlement ) karena daya fleksibilitasnya.
Adapun kerugian atas penggunaan ring wall dari pecahan batu adalah
lebih sulitnya mengkonstruksinya dalam batas toleransi ukuran , dan
membentuknya untuk benar benar datar dan level untuk keperluan
konstruksi tangki.
Untuk menjamin kepuasan kinerjanya , rincian desain ring wall dari
pecahan batu harus diseleksi dengan hati hati .
Sketsa diatas menggambarkan desain ring wall yang terbuat dari
pecahan batu atau kerakal. Untuk mencegah kelongsoran material ring
wall, bagian luar tanggulnya ( selebar minimal 3 kaki ) diberi selapis
bahan paving yang biasanya berupa hot mix.

Dalam mempersiapkan permukaan untuk tatakan bottom plate unsur


kehati hatian harus tetap dipertahankan agar permukaan tersebut
halus dan sesuai ketirusan yang dikehendaki.

Harus dibangun tank grade untuk mendapatkan penceratan /


drainasi yang memadai agak jauh dari fondasi tangki.

Fondasi tangki harus sesuai dengan ukuran yang dipersyaratkan


dalam batas toleransi yang diijinkan.

d. FONDASI TATAKAN BETON. ( CONCRETE SLAB ).

Apabila beban yang harus didukung tanah harus didistribusikan


pada luasan yang lebih luas dari luas tangki atau apabila
dikehendaki oleh pihak pemilik , dipergunakan fondasi tatakan beton.
Untuk dukungan tangki yang
126

lebih baik , dibawah tatakan beton harus didukung oleh tiang tiang
pancang.

900
SLOPE 1 : 10
SAND BITUMENT MIX
TATAKAN BETON
50

BERTULANG
MIN.350

LANTAI KERJA
200

PASIR URUG
TIANG PANCANG

TANAH LEMBUT

STRATA
PENDUKUNG

Desain struktural tatakan beton , baik langsung diatas grade atau


diatas tiang tiang pancang harus sanggup menahan beban tangki
beserta isinya. Persyaratan tulangan penguat dan rincian desainnya
harus sesuai dengan persyaratan ACI 318.

7 . 4 PENDETEKSIAN KEBOCORAN BAWAH TANGKI DAN


PERLINDUNGAN SUBGRADE.
Untuk mengetahui bahwa pelat dasar tangki mengalami kebocoran ,
dibawah ini dikemukakan beberapa desain sesuai dengan Appendix I
API.650
127

a. RING WALL BETON DENGAN SARANA DETEKSI KEBOCORAN BAWAH


TANGKI DISEKELILING TANGKI.

LAPISAN MEMBRAN LENTUR


LINER DILEKATKAN
PADA RING WALL
UNTUK ANTI BOCOR
SARANA
CATHODIC
PROTECTION
SESUAI API
LAPISAN PASIR RING WALL
651

PIPA CERAT

KERIKIL

Sketsa diatas lazim disebut RPB ( Release Prevention Barrier ) atau


instalasi penghalang & pencegah kebocoran , yang berfungsi sebagai
berikut :
(1) mencegah tersebarnya bocoran produk yang tercemar.
(2) Mampung dan menyalurkan produk bocoran untuk
mempermudah pendeteksian.
Selanjutnya sebagai persyaratan umum sarana pendeteksian bocoran
bawah tangki harus memenuhi beberapa krioteria dibawah ini:
(a) Bocoran melalui tank harus dapat dideteksi melalui sarana
observasi disekeliling tangki. Apabila kebocoran terdeteksi , produk
bocoran tersebut akan dikumpulkan.

(b) Penggunaan sensor elektronik untuk mendeteksi adanya uap atau


cairan dapat diterima , namun persyaratan pada (a) harus tetap
128

dipenuhi. Sensor tersebut harus bebas kendala ( fail safe ) atau


memenuhi ketentuan untuk dikalibrasi.
(c) Bahan yang dipergunakan untuk konstruksi harus tahan terhadap
jenis jenis bahan kimia yang terkandung dalam produk yang akan
dismpan dalam tangki dengan suhu operasi yang diharapkan . Adapun
sifat sifat fisik lainnya akan ditentukan oleh pihak pemilik.
(d) Daya peresapan dari sarana pendeteksian kebocoran tidak
- 7
boleh melebihi 1 x 10 cm / detik .

(e) Bahan yang berhubungan langsung dengan subgrade harus cocok


untuk kondisi dibawah grade atau dilindungi terhadap proses
degradasi.

(f) Penahan kebocoran harus merupakan konstruksi yang utuh. ,


atau jika bersambungan harus anti bocor, tahan peresapan , dan
tahan terhadap bahan kimia. Nama pabrik dan catatan lengkap dari
bahan penghalang kebocoran harus diinformasikan pada pihak pemilik
tangki.

(g) Pemasangan sump dan perpipaan dibawah tangki diijinkan


namun persyaratan akan sarana deteksi kebocoran dan anti bocor
harus tetap dipertahankan.

b. RING WALL PECAHAN BATU DENGAN SARANA PENDETEKSIAN


KEBOCORAN BAWAH TANGKI.
LINER
SARANA MEMBRAN
LENTUR LEMPENG FIBER
CATHODIC
TERESAPI ASPAL ¾”
PROTECTION
BANTALAN PASIR HOT MIX

PIPA
CERAT
PECAHAN BATU

SIRTU
GRADE
KERIKIL
129

c. FONDASI TATAKAN BETON DENGAN SARANA PENDETEKSIAN


KEBOCORAN BAWAH TANGKI.

LINER SARANA CATHODIC MEMBRAN


MEMBRAN PROTECTION DILEKATKAN
PASIR
KEDINDING
PRIMARY

PIPA CERAT
SECONDARY

RING
WALL
BETON
SIR TU

d. SISTIM PELAT BOTTOM GANDA DENGAN SARANA PENDETEKSIAN


KEBOCORAN .

t
2 t ATAU MIN. 1 “
GRATING
PEYANGGA SARANA CATHODIC MIN. 1 “
BOTTOM PROTECTION
PRIMARY CINCIN
PRIMARY PENYANGGA
TANGKI

SECONDARY ½”COUPLING
U/T DRENASI
RING
WALL
BETON

SIR TU
130

FASILITAS MEMBRAN
PASIR CATHODIC DILEKATKAN
PROTECTION KERING WALL

KERIKIL

PIPA CERAT

TATAKAN BETON
BETON

GRADE
PANCAN

Material yang dipersyaratkan untuk sistim RPB ( release prevention


barrier ) adalah sebagai berikut :

1. Tebal minimum bahan membran 30 mils untuk membran yang


diperkuat , dan 40 mils untuk membran yang tidak diperkuat.

2. Kalau sebagai pengganti lembar membran dipergunakan clay , maka


tebal clay harus cukup untuk memenuhi persyaratan permeability (
kenyang oleh resapan cairan ).
3. Sarana RPB harus dilindungi selama konstruksi agar tidak rusak
terkena benturan dan lain lain. Apabila material urug mungkin
131

menyebabkan RPB berlubang atau robek , maka dapat dipergunakan


bantalan pasir , kerikil halus atau lembar geotextile.
4. Apabila membran dipasang diatas pelat bottom , maka selua spatter ,
burr, dan sisi sisi yang tajam harus digerinda halus ( dihilangkan )
atau dapat pula dilapisi dengan selapis pasir , kerikil halus
atau geotextile.
5. RPB harus dilindungi dengan selapis pasir setebal 4 inci paling sedikit,
kecuali ditentukan lain. Kertebalan ini mngkin bertambah apabila
didalamnya terpasang sarana cathodic protection untuk bottom
tangki.

6. Apabila dipergunakan pipa drenasi disekeliling tangki , harus


berdiameter paling kecil 1 “ dan minimum schedule 40. Bagian pipa
dibawah tangki boleh dilubang lubangi untuk meningkatkan
fungsinya mendeteksi kebocoran bottom tangki. Agar pipa drenasi
titak buntu, disekelilingnya dipasang kerikil , batu split ( creenings ) ,
atau geotextile , atau cara lain yang disetujui pihak pemilik. Pipa
drenasi dapat dilengkapi dengan valve dan dihubungkan dengan
tempat penampung bocoran.

7. Jumlah pipa drenasi masing masing berjarak 50 kaki , dengan jumlah


minimum 4 batang per tangki. Namun untuk tangki diameter 20 kaki
atau kurang , cukup dengan 2 pipa drenasi saja.

8. Liner membran harus lulus uji kekedapan dengan kotak vakum , jika
bocor harus diperbaiki denga metoda yang benar dan diuji
kebocoran kembali .
Untuk tangki yang duduk pada tatakan beton bertulang tanpa ada
lapisan pasir dibawah bottom tangki , sarana detreksi kebocoran bottom
adalah dibuatnya parit parit kecil ( groove ) dari pusat lingkaran
tatakan secara radial .
Apabila tangki berada pada lingkungan yang berkarat ( corrosive ) ,
atau apabila karat atmosfir kemungkinan besar akan terjadi karena
kelembaban udara lingkungan yang tinggi , maka permukaan pelat
bottom yang bersinggungan dengan fondasi ( bottom underside, grillage
member , dll ) harus dilindungi dengan cat atau menambah corrosion
allowance pada bagian tersebut.
132

e . FONDASI TATAKAN BETON BERTULANG DAN TIANG


PANCANG DENGAN PARIT DRENASI RADIAL DIPERMUKAAN
ATASNYA.

PARIT RADIAL

TATAKAN BETON
BERTULANG

PARIT DRENASI RADIAL

Outlet pipa drenasi dan sump ( penampung ) bocoran dilindungi agar


tidak terkena rembesan air dari luar.

Sistim pendeteksian bocoran berupa sump pada liner dibawah tangki


harus dilengkapi pipa drenasi kepinggir tangki.
133

BANTALAN PASIR 4”
MEMBRAN

KERIKIL

PIPA DRENASI

BANTALAN PASIR ( 4 “ )
MEMBRAN

KERIKIL

PIPA DRENASI
SUMP ( SUMURAN ) DIAMETER MIN. 12”
SUMUR 134
PENDETEKSI
BOCORAN,
DIAMETER MIN. 4”

BANTALAN PASIR

KERIKIL

PIPA DRENASI

SUMUR PENDETEKSI
BOCORAN DENGAN TUTUP
PELINDUNG CUACA

PIPA
DRENASI
135

7 . 5 PENGUJIAN FONDASI TANGKI


7 . 5 . 1 UMUM

Inspeksi tangki tidak akan lengkap jika tidak memasukkan fondasi


sebagai obyek yang harus dikendalikan mutunya , karena tangki dan
fondasinya merupakan suatu kesatuan.

Kondisi subsurface ( tanah bawah permukaan ) disuatu lokasi yang


akan dibangun tangki diatasnya , harus diselidiki untuk menghitung
kapasitas dukung tanah ( soil bearing capacity ) dan laju penurunan (
settlement ) yang mungkin terjadi.

Faktor pendukung ini merupakan hasil dari : soil boring , load test ,
sampling , uji laboratorium dan analisa dari pakar geotechnical
engineering yang berpengalaman dengan jenis tanah serupa. Tanah
bawah permukaan harus mampu mendukung beban tangki sekaligus
dengan isinya yang penuh.

Jumlah settlement tidak boleh menyebabkan stress atau regangan pada


pasangan pipa yang berhubungan dengan tangki dan tidak boleh
menyebabkan ketidak akuratan penujukan peralatan ukur yang
terpasang pada tangki ( gauging inaccuracy ). Settlement tidak boleh
berlanjut hingga posisi pelat dasar berada dibawah permukaan tanah
sekitarnya.

Jenis fondasi tangki tergantung dari jenis lapisan tanah dibawahnya ,


misalnya untuk tanah keras jenis fondasi yang diperlukan adalah jenis
biasa dengan atau tanpa dinding cincin ( ring wall ). Untuk jenis tanah
tanah lembek , diperlukan langkah stabilisasi tanah dengan mengeruk
tanah asli dan diisi dengan lapisan sirtu yang kemudian dipadatkan
hingga kompeksi ( compaction ) mencapai 100%
136

.Untuk jenis rawa rawa atau gambut , diperlukan pemancangan


terlebih dulu sebelum dipasang tatakan beton untuk fondasi tangki.
Tiang pancang dapat terbuat dari kayu , beton bertulang , atau pipa
baja. Pemancangan harus mencapai lapis pendukung ( bearing strata ).

Pengujian laju penurunan dilaksanakan sewaktu tangki diisi air untuk


pengujian hydrostatis perlahan lahan.
7.5 .1 PENURUNAN FONDASI

Pengukuran penurunan fondasi selama masa operasi tangki ,


dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan
terlebih dahulu berdasarkan prediksi perhitungan penurunan fomdasi.
Untuk tangki yang tidak memiliki data pendahuluan tentang
penurunan fondasi , program monitor penurunan fondasi didasarkan
atas pengalaman terdahulu.

Jika penurunan dianggap berlebihan , maka tangki harus dikosongkan


untuk diangkat dan dilevel ulang. Sebagaimana telah diutarakan
terdahulu , pengankatan akan sangat lama , sulit dan sangat mahal
terutama bagi tangki timbun berukuran raksasa.

Pendekatan untuk memperbaiki penurunan pada dinding dan dasar


tangki mencakup cara seperti misalnya perbaikan dinding tangki
secara lokal , pelevelan ulang sebagian dari keliling tangki , dan
pengangkatan tangki secara keseluruhan untuk pelevelan ulang.

Karena pengangkatan tangki akan menyebabkan regangan pada


struktur tangki , maka pengangkatan secara keseluruhan merupakan
opsi yang terakhir. Sebaiknya jika mungkin dilaksanakan cara cara
alternatif untuk pelevelan tangki terlebih dahulu sebelum diputuskan
untuk mengangkat tangki.
7.5.1 a TIPE PENURUNAN

Secara prinsip penurunan fondasi terdiri dari penurunan dinding dan


dasar tangki. Penurunan ini dapat dicatat dengan mengukur elevasi
sekeliling tangki dan melintang tangki. Titik pengukuran keliling tangki
dapat dilihat pad sketsa dibawah ini
137

JARAK MAKSIMUM ANTAR TITIK


PENGUKURAN SEKELILING TANGKI = 32
KAKI , DAN PALING SEDIKIT 8 TITIK .
PENGUKURAN MELINTANG PALING
SEDIKIT BERJUMLAH 4 BUAH . JARAK
ANTAR TITIK TITIK PENGUKURAN HARUS
SAMA

7..5.1. b . PENURUNAN DINDING TANGKI

Penurunan tangki disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari jenis
jenis penurunan fondasi dibawah ini, yakni :

 Penurunan uniform . Penurunan ini dapat diprediksi sebelumnya


berdasarkan hasil uji tanah yang akurat . Besarannya dapat bervariasi
tergantung dari sifat tanah. Penurunan uniform tidak menyebabkan
stress pada struktur tangki. Namun perpipaan dan pautan ( attachment
) lain yang berhubungan dengan tangki jelas akan terpengaruh.

 Kemerengan yang kaku ( rigid ). Kemerengan ini bersifat


menyeluruh . Kemerengan ini menyebabkan kenaikan permukaan
cairan didalam tangki sehingga menyebabkan kenaikan hoop stress
didalam dinding tangki. Kemerengan dapat menyebabkan kemacetan
operasi floating roof dan pengaruh pada perpipaan yang berhubungan
dengan tangki.

 Penurunan setempat ( out of plane atau differential settlement ).


Pada hakekatnya tangki itu merupakan struktur yang lentur , sehingga
memungkinkan tangki menurun secara tidak merata ( penurunan
setempat ). Penurunan jenis ini menambah stress pada dinding tangki
dan ketidak bundaran dipuncak dinding, sehingga menganggu
bekerjanya floating roof. Jenis penurunan setempat ini juga dapat
menciptakan titik datar ( flat spot ) pada dinding dan mempengaruhi
attachment / nozzle tangki.Dibawah ini digambarkan pelaksanaan
pengisian tangki dan memonitor penurunannya ( settlement ) .
Penurunan dapat setempat , miring , atau merata tergantung pada
homoginitas kepadatan tatakan tangki ( tank pad ) .
7. 6. PENGISIAN AIR UNTUK UJI HYDROSTATIS 138

Pengisian dilaksanakan perlahan lahan ( biasanya satu ring dalam


waktu 24 jam ) dengan air tawar atau air asin dicampur penghambat
karat ( corrosion inhibitor ) .

Pemantauan dilaksanakan selama 24 jam terus menemur guna


memantau penurunan tangki . Pengukuran dapat menggunakan
teodolit atau menggunakan selang berisi air berewarna yang
dihubungkan dengan tabung duga dibeberapa tempat sekeliling shell
dengan jarak tertentu dan masing masing tabung duga tersebut
dihubungkan satu dengan lainnya menggunakan selang tersbut
sehingga terjadilah tabung tabung berhubungan sekeliling tangki .
Pada tabung trsebut diberi marka ( nonious ) untuk mengukur
penurunan level air berwarna . Biasanya apabila level air telah
mencapai sekitar 6 m ( 18 kaki ) tiba tiba terjadi shock pasa settlement
sehinga menurun dengan cepat dan curam . Jika hal ini terjadi maka
operator diinstruksikan mengurangi isi tangki ingga penurunan
mendatar kembali . Selanjutnya biasanya tidak terjadi settlement shock
lagi dan pengisian berjalan sebagaimana mestinya hingga level
mencapai titik tertinggi pada shell .Selama settlement bergerak turun ,
penambahan air dilarang keras . Penambahan isi tangki hanya boleh
dilaksanakan manakala settlement telah mendatar selama paling sedikit
12 jam.Setelah mencapai level tertinggi , pengisian dihentikan dan level
dipertahankan sampai settlement mendatar untuk jangka waku cukup
lama. ( satu atau dua minggu ) . Jika tangki digunakan sebagai alat
ukur , maka keliling tangki dikalibrasi setiap 1 cm tinggi untuk
menghitung volume isi tangki setiap cm nya.
KRITERIA PENURUNAN ( SETTLEMENT ) UNTUK DESAIN PONDASI

TIPE TANGKI PADA SHELL DIFERENSIAL ALASAN LIMITASI

mm inci ISOLASI DIBOTTOM


BIASANYA RAPUH
PRODUK DINGIN 50 2 1 : 720 SEHINGGA JIKA RETAK
DAPT MENAIKKAN PER
( REFRIGERATED )
TUKARAN PANAS

PENURUNAN DIFERNSI
FLOATING ROOF DAN 150 6 1 : 350 AL KELILING SHELL ME
INTERNAL FLOATING KELILING SHELL NYEBABKAN CELAH PA
ROOF DA ROOF SEAL ATAU
TERGANGGUNYA PER
GERAKAN ROOF .

FIXED ROOF ( TUTUP 1 ; 180 PENURUNAN DIFERENTIAL


300 12 MENYEBABKAN STRESS
TETAP ) . PADA PELAT ATAU SHELL
139
140
141

7 . 6 . 1 PENURUNAN DINDING

R = LEBAR
DINDING TANGKI

DAERAH
R PENURUNAN
PENURUNAN SISI
DINDING B = KEDALAMAN
PENURUNAN

DASAR TANGKI

PENURUNAN SISI DINDING


( BENTUK LAIN )

7. 6. 2 MENENTUKAN PENURUNAN YANG DAPAT DITERIMA

Untuk tangki penimbun yang telah digunakan dengan kondisi


operasional yang memuaskan , dimungkinkan untuk lebih dapat
menerima penurunan dan distorsi fondasi yang lebih besar dari posisi
datar sebenarnya , daripada tangki baru. Setiap tangki harus dievaluasi
berdasarkan kondisi operasional , bahan pembuat , sifat tanah, design
fondasi , dan riwayat operasional tangki.

Ketentuan dibawah ini tidak terlalu akurat , namun jika dilampaui


dapat menyebabkan pengangkatan tangki.

7. 6. 3 . PENURUNAN DINDING
142

Dari hasil pengukuran penurunan dari keliling luar maupun melintang


tangki , dapat dihitung penurunan maksimum yang diijinkan
2
berdasarkan formula dibawah ini.

S < ( L x Y x 11 )

2 ( E x H )

dimana : S = defleksi , dalam kaki ( out of plane distortion )


L = adalah panjang antara dua titik pengukuran , dalam kaki
Y = kekuatan yield , dalam psi. E = modulus Young , dalam psi
H = tinggi tangki , dalam kaki.

PENURUNAN DASAR DEKAT DINDING


143

7. 6. 4 PENURUNAN ATAU PELENGKUNGAN DASAR


SEBELAH DALAM TANGKI
UkuranPENURUNAN
lengkungan DASAR DEKAT DINDING
dan penurunan pada dasar tangki yang
diijinkan , ditentukan berdasarkan formula ini:
B = 0.37 R

Dimana : B = ketinggian maksimum lengkungan atau penurunan


lokal , dalam inci .
R = radius lingkaran yang meliputi daerah lengkungan
atau penurunan .

R R
R = radius lingkaran yang
meliputi daerah lengkungan
atau penurunan
B

B = ketinggian lengkungan
atau penurunan B

LENGKUNGAN ATAU PENURUNAN LOKAL


DIDASAR TANGKI
144
GRAFIK PENURUNAN LOKAL

U.10
U .9

U.11
U.12
U 13

GARIS DATUM UNTUK PENURUNAN YANG DIATUR

GARIS DATUM UNTUK PENURUNA BERSIH


PENURUNAN
MAKS. PADA
TITIK 10 MINIMUM
PENURUNAN
PADA TITIK

U.21
21

PENURUNAN LOKAL
SEBENARNYA

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

KEMIRINGAN
MENYELURUH

23 TITIK PEMANTAUAN PENURUNAN YANG BERJARAK SAMA


KELILING TANGKI ( D )
145

Refleksi setempat dari titik “ i “ Ui = penurunan pada titik I


(+) apabila diatas kurva cos.
S = Ui ( ½ U i–1 + ½ U i+1 ) , misalnya
(-) apabila dibawah kurva cos.
S11 = U11 ( 1/2U 10 + 1/2U 12 ) Misal.: U11 = ( + )
U13 = ( - )

16

15
B = KEDALAMAN PELENGKUNGAN ATAU PENURUNAN ,dalam inci

14
PERBAIKAN ATAU
PEMERIKSAAN TELITI
13 HARUS DILAKSANAKAN
APABILA KEDALAMAN
12 PELENGKUNGAN ATAU
PENURUNAN
11 TERKLETAK DIATAS
GARIS INI
10

9
R R R R B
8 B

5
R
4
R R
3
DEPRESI
PELENGKUNGAN
2 R
1

0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

R = RADIUS LINGKARAN YANG MELIPUTI LENGKUNGAN

ATAU PENURUNAN , DALAM KAKI .

BATAS PENURUNAN LOKAL PADA DASAR TANGKI


146

DASAR TANGKI TERTEKUK LISUT OLEH PENURUNAN YANG


TIDAK UNIFORM ( LOKAL ) SETELAH HYDROTEST , YANG
DSEBABKAN OLEH KEPADATAN PONDASI YANG TIDAK
DASAR TANGKI TERTEKUK LISUT OLEH PENURUNAN
MERATA
LOKAL SETELAH HYDROTEST , YANG DISEBABKAN
OLEH KEPADATAN FONDASI YANG TIDAK MERATA

8. ASPEK INSPEKSI
147

Yang dimaksud dengan inspektor pada bab ini adalah inspektor pihak
pemesan. Sedangkan referensi yang diacu dalam bab ini adalah ASME
V dan VIII, serta API 650.

8. INSPEKSI
Ketebalan pelat dianggap sama jika perbedaan tebal design tidak
melebihi 3mm.

8.1 APLIKASI UJI RADIOGRAFI.

Uji radiografi diperlukan untuk sambungan dinding kampuh butt ,


sambungan tipe flush , dan sambungan radial pada pelat annular
kampuh butt. Uji radiografi tidak diperlukan untuk sambungan pelat
tutup , dasar , sambungan antara dinding dan dasar tangki.
Sambungan antara pelat tutup dengan angle puncak , angle puncak
dengan dinding , dan pautan ( attachment ) pada dinding.

8.1.1 JUMLAH DAN LOKASI RADIOGRAFI

8.1.1.1 Ketentuan untuk sambungan vertikal sesuai API 650.


(a) Untuk sambungan butt dimana ketebalan pelat yang lebih tipis <
10 mm ( 3/8”) , satu titik radiografi diambil pada 3 meter pertama dari
sambungan las vertikal tahap akhir dari setiap tipe dan ketebalan yang
dilas oleh setiap juru atau operator las.
Uji radiografi titik ( spot radiography ) pada sambungan las vertikal
dari cincin dinding terbawah dapat digunakan untuk memenuhi
persyaratan pada Catatab 3 dari persyaratan API 650. Gambar 6.1.
untuk sambungan las secara individual. Bertitik tolak dari lokasi
radiografi ini , dengan mengabaikan berapapun jumlah juru atau
operator las yang terlibat , satu titik radiografi berikutnya diambil
pada setiap 30 meter dari jumlah sambungan las vertikal sejenis
selanjutnya , dan satu titik lagi pada sisa jumlah panjang sambungan
las vertikal tadi setelah dikurangi sekian x 30 meter. Misalnya jumlah
sambungan vertikal pada ring dinding terbawah 50 buah. Masing
masing sambungan vertikal sepanjang 2 meter , maka jumlah panjang
las vertikal = 100 meter. Ditentukan titik awal spot radiografi pada
sambungan 1 , maka titik kedua , ketiga dan keempat berada pada
sambungan ke 15 , 30 , dan 45. Selanjutnya dari sisa sambungan
148

vertikal yang 5 buah diambil satu titik radiografi lagi , dimana


lokasinya terserah pada pertimbangan inspektor bersangkutan. Paling
sedikit 15% dari titik radiografi ini berada pada sambungan silang
vertikal / horisontal. Jadi akan halnya contoh diatas dari 5 titik
radiografi paling sedikit diambil 1 titik. API 650 menentukan paling
sedikit 2 titik radiografi pada titik silang per tangki. Selanjutnya
sebagai tambahan persyaratan tersebut diatas , pada setiap sambungan
vertikal pada ring terbawah diambil sebuah titik radiografi secara
acak. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 6.1.
(b) Untuk sambungan las butt dimana tebal pelat yang lebih tipis > 10
mm ( 3/8”), namun < 25 mm ( 1 “ ), titik radiografi harus diambil
sesuai item (a). Sebagai tambahan bahwa setiap titik silang vertikal /
horisontal pada ketebalan ini diradiografi. Setiap film harus mampu
menunjukkan paling sedikit 75 mm ( 3 “ ) , bagian sambungan
vertikal dan 50 mm ( 2” ) pada kedua sisi sambungan silang tersebut.

min. 50 mm
TAMPAK JELAS

min.75 mm
TAMPAK
JELAS
RADIOGRAFI PADA TITIK
SILANG VERTIKAL /
HORISONTAL

Pada ring terbawah , dua titik radiografi harus diambil pada


setiap sambungan las vertikal , dimana salah satunya harus
149

sedekat mungkin dengan pelat dasar, sedangkan yang satu lagi


diambil pada las tersebut secara acak.
(c) Sambungan las vertikal dimana pelatnya > 1 inci , harus
diradiografi keseluruhannya. Semua titik silang vertikal /
horisontal pada ring ini harus diradiografi , dimana setiap film
pada titik silang ini harus menunjukkan paling sedikit 75 mm
pada sambungan vertikal dan 50 mm dikedua sisi sambungan
vertikal tersebut.

(d) Sambungan butt sekeliling manhole sisipan ( insert manhole )


dan nozzle sisipan , diradiografi secara keseluruhan.

8.1.1.2 Ketentuan untuk sambungan horisontal sesuai API 650

Satu titik radiografi diambil pada 3m ( 10 kaki ) pertama pada


sambungan las butt horisontal dari tipe dan ketebalan yang sama
( didasarkan atas ketebalan pelat yang lebih tipis ) , dengan
mengabaikan jumlah juru atau operator las yang terlibat.
Selanjutnya pada setiap 60 m ( 200 kaki ) pada sambungan yang
sama ,diambil satu titik radiografi , dan satu pada sisa panjang
sambungan las yang sama setelah dikurangi sekian kali 60 m. Titik
titik radiografi ini sebagai tambahan dari radiografi pada titik silang
sebagaimana dicantumkan pada butir ( c ) diatas .
Apabila satu atau lebih tangki timbun dibangun dilokasi yang sama
untuk pemilik yang sama , baik secara sekaligus atau berturut turut
, jumlah titik radiografi yang diambil dapat didasarkan atas jumlah
panjang sambungan las dengan tipe dan tebal yang sama dari
kelompok tangki tersebut , dan bukan panjang sambungan las sama
pada sebuah tangki saja.

Harus diketahui bahwa juru atau operator las yang sama tidak boleh
mengelas sisi lain disebalik sambungan las yang dilaksanakannya.
Apabila dua juru atau operator las masing masing mengelas dikedua
sisi suatu sambungan butt, maka untuk mengujinya cukup
digunakan satu titik radiografi saja. Apabila hasilnya ditolak ,
sebuah lagi titik radiografi diambil untuk menentukan apakah salah
satu atau kedua dua juru / operator las tersebut membuat las yang
bercacat.
150

Gambar 6.1
PELAT TEBAL < 10mm

10mm < PELAT TEBAL < 2 5 mm

PELAT TEBAL > 25 mm

= TITIK RADIOGRAFI VERTIKAL SESUAI 8.1.2.1.(a) SATU PADA 3m PERTAMA DAN SELANJUTNYA SATU PADA SETIAP 30m
BERIKUTNYA. 25% DIANTARANYA HARUS PADA TITIK SILANG VERTIKAL / HORISONTAL
= TITIK RADIOGRAFI PADA SAMBUNGAN LAS HORISONTAL SESUAI DENGAN 8.1.2.2 SATU PADA 3 m PERTAMA , SELANJUTNYA
SATU PADA SETIAP 60 m BERIKUTNYA.
= TITIK RADIOGRAFI VERTIKAL PADA SETIAP PERSILANGAN DIRING TERBAWAH ( LIHAT 8.1. 2.1 ( b )

= TITIK RADIOGRAFI PADA SETIAP PERSILANGAN PELAT > 10 mm.

= TITIK RADIOGRAFI PADA SETIAP DASAR SAMBUNGAN LAS VERTIKAL UNTUK DINDING > 10 mm

= RADIOGRAFI PENUH PADA SETIAP SAMBUNGAN VERTIKAL PELAT > 25 mm ( TERMASUK TITIK SILANGNYA JIKA FILM X -
RAYNYA MEMILIKI LEBAR MINIMUM 100 mm. )
151

Penentuan titik radiografi dilaksanakan oleh inspektor pihak


pemesan. Jumlah titik radiografi pada sambungan las yang
dilaksanakan oleh masing masing juru / operator las , sebanding
dengan panjang las tersebut. Radiografi harus secepatnya
dilaksanakan manakala memungkinkan setelah pengelasan selesai.

Setiap film x-ray harus mampu menampilkan imagi las yang jelas
paling sedikit sepanjang 150 mm ( 6” ). Film x-ray harus dipusatkan
pada sambungan las , dan harus terdapat ruang cukup lebar untuk
meletakkan identifikasi juru las / lajur las , dan penetrameter.

Ketentuan radiografi pada pelat annular adalah sebagai berikut :

(a) Untuk jenis kampuh butt las ganda , satu buah titik radiografi
dilaksanakan pada 10% dari jmlah sambungan las radial.

(c) Untuk jenis kampuh butt las tunggal yang dilengkapi batang
penguat , baik permanen atau sementara , sebuah titik radiografi
diambil pada 50% dari jumlah sambungan las radial.Kadang
kadang diperlukan pengambilan ( shooting ) tambahan dari sudut
tertentu utnuk meyakinkan indikasi yang meragukan pada film x-
ray dari sambungan butt las tunggal dengan batang penguat
permanen.

(d) Panjang minimum radiografi pada sambungan las radial adalah


150 mm ( 6” ) , sedangkan lokasinya sebaiknya disisi luar
sambungan antara pelat dinding dan pelat annular.
8.2 TEHNIK PELAKSANAAN RADIOGRAFI

8.2.1 PELAKSANA

Pelaksana radiografi harus berkualifikasi ASNT SNT-TC-1A Level II


atau Level III. Level I boleh melaksanakan radiografi asalkan
prosedur pelaksanaannya yang mengandung kriteria kelulusan dan
penolakan , ditentukan oleh pelaksanaLevel II atau Level III.
Prosedur ini harus mencantumkan persyaratan ASME V Artikel 2.
Selanjutnya personil Level I harus berada dibawah pengawasan
langsung dari personil Level II atau Level III.

Persyaratan dalam ASME V Artikel 2 butir T-285 hanya digunakan


sebagai panduan saja. Keputusan akhir tentang kelulusan radiografi
152

ditentukan oleh apakah lubang pada imagi penetrameter tampak atau


tidak.
Bentuk akhir sambungan las dapat rata dengan permukaan atau
memiliki penguat ( reinforcement crown ) yang tidak boleh melebihi
angka angka dibawah ini :
TEBAL PELAT ( mm / inci ) KETINGGIAN PENGUAT ( mm / inci )

< 13 ( ½ ) 1 ½ ( 1/16 )
> 13 ( ½ ) KE 25 ( 1 ) 2 ½ ( 3 / 32 )
> 25 ( 1 ) 3 ( 1/8 )

PENGUAT ( REINFORCING CROWN )


DATAR ( FLUSH )

Sebelum ada perbaikan sambungan las , film radiografi diserahkan


kepihak inspektor berikut informasi tentang tehnik radiografi yang
dipergunakan.

Standard untuk menentukan kelulusan atau penolakan hasil radiografi


, adalah ASME VIII Paragraf UW-51 butir (b).
8.2.2 PENYERAHAN FILM DAN RECORD RADIOGRAFI

Sebelum diadakan perbaikan terhadap sambungan las yang


bermasalah , film dan laporan radiografi harus diserahkan kepada
inspektor pihak pemesan termasuk informasi tentang cara pengambilan
radiografinya.

8.2.3 STANDAR RADIOGRAFI


153

Sebagai acuan untuk penerimaan atau penolakan radiografi digunakan


standard ASME VIII Paragraf UW-51 ( b ).
8.3 CARA MENENTUKAN BATAS BATAS SAMBUNGAN LAS
YANG BERCACAT.

Apabila suatu bagian sambungan las mengandung cacat yang ditolak


sesuai persyaratan pada 8.1.5 , atau apabila batas cacat tidak dapat
ditentukan oleh radiografi tersebut , ditentukan dua titik radiografi
dikanan kiri dekat titik radiografi tersebut untuk eksaminasi
selanjutnya. Namun apabila radiografi tersebut mengandung kondisi
las yang baik paling sedikit 75 mm ( 3 inci ) diantara dua cacat , atau
pada salah satu dari dua ujung imagi las , tidak perlu diadakan
radiografi selanjutnya. Sebaliknya apabila kedua titik radiografi
tambahan tersebut diatas juga mengandung cacat yang ditolak , maka
diadakan pengambilan radiografi selanjutnya hingga batas cacat
diketahui. Min. 75 mm

TIDAK PERLU RADIO TIDAK PERLU RADIO


GRAFI TAMBAHAN GRAFI TAMBAHAN

TIDAK PERLU RADIO TIDAK PERLU RADIO


GRAFI TAMBAHAN GRAFI TAMBAHAN

MIN. 75 mm

TIDAK PERLU RADIO TIDAK PERLU RADIO


GRAFI TAMBAHAN GRAFI TAMBAHAN

MIN. 75 mm
154

RDIOGRAFI TITIK DITERUSKAN RADIOGRAFI TITIK DITERUSKAN

2A 1 2B

RDIOGRAFI TITIK DITERUSKAN RADIOGRAFI TITIK DITERUSKAN

3A 2A 1 2B 3B

Atau pihak construktor , jika meraya yakin bahwa keseluruhan


produk pengelasan dari seseorang juru / operator las bermutu
buruk , maka demi efisiensi waktu , diputuskan untuk mengganti
keseluruhan sambungan las yang bermasalah tersebut. Selanjutnya
pihak inspektor dapat mengajukan permintaan pengambilan
radiografi titik secara random ( acak ) , pada lokasi manasaja yang
ditentukannya pada sambungan las lainnya yang dikerjakan oleh
juru /operator las yang bermasalah tersebut. Jika ternyata pada
radiografi titik acak inipun ternyata mengandung cacat yang ditolak
, maka diputuskan diambil langkah serupa dengan yang terdahulu.

8.4 PERBAIKAN SAMBUNGAN LAS YANG BERCACAT

Semua cacat pada las yang ditolak harus dibuang dengan memahat
Semua perbaikan las harus diinspeksi dengan cara yang serupa pada
paragraf 6.5 setelah mendapat persetujuan pihak pemesan.

8.5 RECORD PENGUJIAN DENGAN RADIOGRAFI

Pihak konstruktor harus menyiapkan peta pengambilan uji radiografi


sesuai kenyataannya ( as built ) , yang menunjukkan lokasi
pengambilan radiografi , lengkap dengan nomor identifikasinya.
8.5.1 Setelah tangki selesai dikonstruksi , film radiografi menjadi milik
pihak pemesan , kecuali apabila terdapat perjanjian lain antara pihak
konstruktor dan pemesan .
155

BAB 9 UMPAN BALIK DARI LAPANGAN


9.1 KELEMAHAN UJI RADIOGRAFI

Jenis jenis cacat las seperti incomplete fusion , cold lap , dan under bead
crack , sulit dideteksi dengan radiografi . Kalau suatu cacat incomplete
fusion terdeteksi itu semata mata karena adanya indikasi lanjutan
akibat pemuaian udara didalam celah antara kampuh dan bahan las.

INDIKASI LANJUTAN ( UDARA


PADA CELAH I.F. BERUSAHA IMAGI RADIOGRAFI
KELUAR KARENA MEMUAI
OLEH PANAS LAJUR LAS
BERIKUTNYA )

Kelemahan radiografi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut .


Imagi cacat laminar datar ( 0  dan 180  ) berapapun besarnya tidak
akan tampak , karenanya kondisi ini disebut indikasi 0. Jenis cacat
laminar pada kemerengan 5  ~ 65  dan 115 ~ 175  kadang
kadang tampak kadang kadang tidak , sehingga indikasinya disebut
minimum , sedangkan cacat laminar pada posisi 70  ~ 80  dan
100  ~ 120  tampak jelas , khususnya pada posisi 85  hingga 95 
tampak sangat tajam sehingga disebut indikasi maksimal.
156

 Sumber Radiasi

= INDIKASI MAX.

= INDIKASI JELAS
= INDIKASI MIN.

= INDIKASI NOL

C
B

A ( I.F. ) = pada posisi 30~55 atau 125 ~ 150


( daerah indikasi min.).
B ( Cold Lap ) = pada posisi 0  ( daerah indikasi 0 )

C ( Underbead Crack ) = pada posisi 30~ 55 atau


125 ~ 150  ( daerah indikasi min.).

Itulah sebabnya maka ketiga jenis cacat las tersebut digolongkan


sebagai cacat yang sangat berbahaya.

Pada sambungan las horisontal tangki yang dilas dengan las


otomatis ( SAW ) , terdapat kemungkinan terjadinya IF. Oleh sebab
itu disarankan kepada pihak inspektor untuk mengadakan verifikasi
mutu las horisontal dinding tangki dengan menggunakan ultrasonic
dan angle probe serta tehnik scanning dibeberapa tempat yang
dicurigai.
157

9.2 COPPER BURNT ( INTRUSI TEMBAGA ).

Sering terjadi dilapangan , peristiwa yang disebut copper burnt atau


intrusi tembaga kedalam baja . Hal ini disebabkan oleh beberapa hal
, yakni : (1) fasilitas pengganti peralatan las yang rusak , tidak ada
( karena tidak atau terlambat dipersiapkan. ) , (2) karena
kemalasan juru las untuk menggantinya berhubung lokasi pengganti
terlalu jauh dari lokasi pengelasan , (3) kurangnya pengertian
tentang teori pengelasan dan segala hal ikutannya.

Peristiwa tersebut diatas diawali dengan juru las mengklem ujung


kabel aarde ( ground ) yang dikupas kebahan yang dilas. Hal ini
dilaksanakan karena klem kabel grounding telah terputus karena
usia pakai atau karena perlakuan yang kasar, atau karena sebab
lain.

Agar hubungan grounding tetap efektif , maka tukang las mengupas


ujung kabel , sehingga kawat tembaganya terekspos, selanjutnya
menempelkan ujung kabel grounding yang terkupas tadi
kepermukaan bahan induk dan diklem erat erat. Akibatnya sewaktu
pengelasan berlangsung , terjadi pula busur nyala halus pada celah
antara kabel dengan permukaan baja.
KLEM
KABEL GROUNDING LAS
KAWAT TEMBAGA
BUSUR NYALA KECIL

BAJA TEMBAGA CAIR MERASUK


KEDALAM BAHAN BAJA
158

Jika baja telah kerasukan tembaga , maka berapapun tebalnya


akan mengalami keretakan sewaktu dioperasikan. Jenis
retaknya disebut “ hot short “.

9.3 WIDE BEAD

Wide bead atau jalur las lebar patut dicurigai terutama jika tebal
pelat tangki dimana jalur tersebut berada jauh lebih tipis dari lebar
sambungan lasnya.

Adapun penyebabnya adalah :

(1) Tukang las telah berbuat sesuatu , atau kondisi penyambungan


sedemikian rupa sehingga juru las terpaksa membuat jalur
lebar , misalnya : a. gap terlalu besar akibat salah stel pelat dan
atau pemotongan pelat menggunakan elektroda atau personil
pemotong oxy acetylene belum mahir.

(2) Ayunan elektroda terlalu lebar dan arus terlalu besar serta
kecepatan pengelasan terlalu lambat.
Biasanya agar tidak mencurigakan , juru las menggerinda samping
kanan kiri jalur las yang lebar tersebut dan menyisakan lebar las
yang memenuhi persyaratan. Namun hendaknya inspektor jangan
159

terkecoh oleh ulah juru las tersebut. Perhatikan , disisi kanan kiri
jalur las tampak warna metalik mengkilat , bentuk serta ukuran
jalur las dibuat buat . Karenanya bagian ini harus diradiografi
untuk meyakinkan bahwa telah terjadi manipulasi mutu
pelaksanaan pengelasan. Tidak jarang juru las mengisi gap yang
terlalu lebar dengan benda benda yang bukan semestinya , serta
membuat bridging untuk mengisi celah dengan serangkaian las tack
yang mentah ( amper rendah ).
LAS TACK YANG MENTAH
LEBAR LAS ASLI
SEBAGAI BRIDGING
LEBAR WELD
GAP
BERMASALAH

LEBAR LAS SETELAH DIGERINDA / BAUT YANG DISISIPKAN


DIRAMPINGKAN DGN. GERINDA

9.4 CACAT PERMUKAAN AKIBAT TACK WELD

Sering kali tukang las membuat las kunci ( tack weld ) dengan amper
yang terlalu tinggi sehingga penetrasinya sangat dalam dan sangat kuat.
Karena ketidak adaan peralatan atau karena kemalasan ,
pembongkarannya menggunakan sledge hammer ( martil besar )
sehingga melukai permukaan bahan asli. Luka permukaan ini tidak
selalu diperbaiki kembali dan dibiarkan terbuka , kalaupun diperbaiki
dengan las isi , mutunya tidak diinspeksi terlebih dulu.
Las isi yang mengandung cacat berupa porositas ( keropos ) atau retak
akan menimbulkan masalah dikemudian hari ketika tangki telah
dioperasikan.
160

HAMMER LUKA PERMUKAAN

1 2

CARA PELEPASAN TACK WELD YANG SALAH

BATU GERINDA

BRANDER POTONG

2
1

9.5 CARA PELEPASAN TACK WELD YANG BENAR

Cara pembuangan tack weld yang baik adalah dengan menggunakan


brander potong acetylene , sedemikian dekatnya dengan permukaan
pelat tangki sehingga sisa tack weld sangat sedikit , yang kemudian
diratakan dengan menggunakan batu gerinda. Sebaiknya guna
meyakinkan bahwa tack weld tidak menimbulkan cacat , diadakan uji
peteran ( PT ). Demikian pula jika diadakan pengelasan isi untuk
memperbaiki cacat permukaan juga harus diuji penetran . Jika
ternyata terbukti bahwa baik tack weld maupun las isi mengandung
161

cacat porositas atau retak , maka harus dibuang dan dilas ulang sesuai
aturan prosedur yang telah ditentukan ( WPS )

9.6 PENANGANAN BAHAN TANGKI


Penanganan bahan pembuat tangki seperti pelat , baut , baja struktural
, pipa , welding consumable ( bahan las habis terpakai ) dan
kelengkapan tangki lainnya harus sesuai dengan ketentuan prosedur
penanganan yang telah ditentukan. Penanganan yang ceroboh / salah
akan menyebabkan kerusakan yang fatal seperti terjadinya peaking
atau banding akibat pelat yang bengkok bengkok . Cara oenyimpanan
elektroda yang ceroboh dapat menyebabkan cacat las yang ditolak ,
baja struktur yang bengkok harus diperbaiki terlebih dulu sebelum
dirakit sehingga memakan waktu , dll.

Dibawah ini diberikan beberapa contoh kerusakan akibat keteledoran


tersebut diatas

CARA PENUMPUKAN PELAT DINDING YANG


CERBOH MENYEBABKAN PELAT BENGKOK.
162

PENUMPUKAN DAN PENANGANAN BAJA


STRUKTURAL YANG SEMBRONO
MENYEBABKAN KERUSAKAN YANG PARAH

BAB 10 PEMELIHARAAN
Pemeliharaan tangki meliputi langkah langkah pemantauan kondisi
tangki dan lingkungannya termasuk semua pautan dan perpipaan yang
terkait dengannya , pelaporan terjadinya kelainan atau ketidak
sesuaian tangki pada pihak yang berwenang untuk langkah
163

penanggulangannya , langkah perbaikan sesuai saran pihak inspeksi


terhadap kelainan dan atau kerusakan tangki yang terjadi termasuk
management pelaksanaannya , dan pendokumentasian semua langkah
perbaikan pada arsip ( dossier ) atau kartu riwayat perbaikan (
maintenance history card ).

9.7 PEMANTAUAN TANGKI


Selama pengoperasiannya , tangki penimbun dipantau kondisi fisik dan
lingkungannya termasuk seluruh pautan dan perpipaan yang terkait
dengannya.Gejala gejala pengkaratan dinding , tutup dan pautan ,
diperhatikan , gejala kebocoran pada sumur pemantau kebocoran ,
segera dilaporkan.Untuk jelasnya dibawah ini digambarkan pautan /
kelengkapan tangki :
BREATHER
VALVE

ROOF ROOF
MANHOLE NOZZLE TANK
LEVEL
GAGE

FOAMITE
GUN TANK HEATER

TANK MIXER

MAN
HOL
E

DRAIN
PIPE SHELL NOZZLE

DRAIN SUMP

KELENGKAPAN TANGKI TUTUP


TETAP
164

Ada beberapa kelengkapan lain yang tidak tergambar pada sketsa ini
seperti misalnya : 1) spiral stair , 2) safety railing , 3) name plate , 4)
grounding , 5) water sprinkler dan 6) cathodic protection .

Disamping kelengkapan , tangki harus memiliki identifikasi , seperti


warna dindingnya untuk jenis produk yang ditimbun didalamnya , dan
nomor urut. Jika tangki dilindungi secara katodik , maka dari waktu
kewaktu diadakan pengukuran potensial antara tangki dengan tanah.
Pada kondisi tanah yag aerobic ( mengandung oxygen ) jika beda
potensial – antara tangki dengan tanah - 0.85 v , berarti proteksi
berfungsi dengan baik . Untuk kondisi tanah anaerobic ( tidak
mengandung oxygen ) , jika beda potensial – 0.95 v berarti proteksi
berfungsi dengan baik. Beda potensial diluar angka tersebut
menunjukkan adanya kelainan dalam sistim proteksi katodik . Jika hal
ini terjadi maka perlu pengecekan lebih teliti untuk mengetahui
kelainan tersebut.

Proteksi katodik pada hakekatnya merupakan sarana proteksi


pelengkap saja , karena proteksi pada pelat dasar tangki yang tidak
berproteksi sama sekali memakan energi terlalu besar sehingga tidak
efisien. Biasanya bagian bawah pelat dasar tangki dilapisi epoxi ,
sehingga proteksi katodik hanya melindungi bagian bagian yang
pelapisnya terkelupas saja.

Ada dua metoda proteksi katodik pada dasar tangki , yakni :Proteksi
katodik sistim arus tanding ( impressed current ) dan
PROTEKSI KATODIK SISTIM ARUS TANDING ( IMPRESSED
CURRENT )

RECTIFIE

e ANODE
165

Dari waktu kewaktu sistim proteksi arus tanding diukur , jika potensi
antara tangki dan tanah kurang dari semestinya , maka perlu diperiksa
sistimnya , dapat arus terputus , arus terganggu atau arus bocor
ketempat lain. Jika hal ini terjadi maka hubungan yang terkendala
tersebut harus segera diperbaiki.

(a) Proteksi katodik sistim anoda dikorbankan ( sacrificial anode ).

ANODA YANG
DIKORBANKAN

Dari waktu kewaktu anoda yang dikorbankan harus diperiksa , apabila


telah hampir habis harus segera diganti , demikian juga jika
permukaan anoda tersebut sangat kotor , maka anoda tersebut harus
segera dilepas untuk dibersihkan dengan sikat baja atau sand blasting ,
dan jka masih cukup tebal , anoda tersebut dapat dipasang kembali.

Kabel kabel penghubung , pengelasan , atau baut pengikat harus


diperiksa untuk mengetahui kondisinya yang akan putus , putus atau
masih baik. Sangat disarankan , sebagai pengikat jangan dipakai baut
dan ring , karena disela sela baut , ring dan mur akan terjadi karat
celah yang dapat memutuskan hubungan atau mengisolasinya , hal ini
akan mempengaruhi efektivitas sistim proteksi.
166

Kebocoran pada sistim drainase tangki tutup terapung dapat ditengarai


dengan mengalirnya minyak pada pipa cerat ( flexible pipe atau pipa
dengan swivel joint ) yang seharusnya mengalirkan air hujan. Jika hal
ini terjadi maka , perlu diadakan pemeriksaan pada sistim pipa cerat
dan swivel jointnya.

Kebocoran pada sistim pernapasan ( breather valve maupun


polyurethane envelop / rubber ring seal ) dapat ditengarai dari
banyaknya vapour loss ( kehilangan volume akibat penguapan ). Jika
hal ini terjadi harus segera ditanggulangi sebab disamping merugikan
namun juga sangat membahayakan bagi tangki dan produksi secara
keseluruhan , mengingat jika kebocoran uap BBM tersambar akar petir
akan terjadi ledakan yang dapat menghancurkan tangki dan instalasi
sekitarnya.

PRESSURE

VACUUM
BREATHER VALVE / VACUUM RELIEF VALVE

Kebocoran sambungan las dinding langsung dapat ditengarai dari noda


minyak yang meleleh kebawah tepat pada lokasi kebocoran , demikian
juga apabila terjadi perforasi pada dinding tangki , maka akan terjadi
hal yang serupa.

Kebocoran pada pelat bottom dapat ditengarai pada adanya minyak


disumuran pendeteksi bocoran atau pipa cerat pada fondasi . Jika hal
ini terjadi maka harus diupayakan tangki segera ditarik dari operasi
dan dikosongkan untuk perbaikan pelat bottom. Jika ternyata
kebocorannya cukup parah dan merata maka seluruh pelat bottom
167

diganti. Penggantian harus menghindarkan terjadinya kebakaran atau


peledakan akibat adanya kandungan minyak didalam pasir fondasi.
Hal ini diperlukan langkah persiapan kerja yang matang dan teliti.

Langkah langkah tersebut misalnya sebagai berikut :

 Tangki dibilas terlebih dahulu sebelum dikosongkan ( kalau


premium atau premix harus dibilas dengan kerosin kemudian air ).

 Setelah kosong seluruh lubang pautan dibuka termasuk clean out


door. Pembukaan baut menggunakan konci pas yang terbuat dari
bronze untuk mencegah percikan api sewaktu dipukul.

 Exhaust fan dan force draft fan dipasangdilubang pautan untuk


mengusir gas / uap BBM keluar dari dalam tangki.

 Sebelum personil tehnik memasuki tangki , kandungan gas diuji


terlebih dahulu dengan gas tester. Jika kandungan lead to air (
timbal diudara ) mencapai maksimum 1 ppm dan gas / uap BBM
atau kondungan racun lainnya telah habis, personil baru diijinkan
masuk untuk memasang lampu penerangan yang explosion proof (
anti ledakan ) , perancah dan alat kerja lainnya.

 Personil tehnik harus dilengkapi dengan baju warna putih , gas


masker putih , topi keselamatan warna putih , kaos tangan karet
panjang hingga kesiku warna putih , dan sepatu karet panjang
warna putih. Warna putih dimaksudkan untuk mengetahui bahwa
personil tersebut telah berhubungan dengan sludge atau polutan
atau racun yang berada didalam tangki . Sejkeluarnya dari dalam
tangki seluruh perlengkapan outih yang telah ternoda akan
direndam dalam kerosin atau zat detergent anti toxin lainnya.

 Sewaktu pertama kali memasuki tangki , personil tehnik harus


diikat pinggangnya dengan tali keselamatan yang diulur melalui
manhole dimana ujung tali diluar tangki dijaga oleh rekan
kerjanya. Sewaktu waktu jika tali tersebut disentak sentakkan dari
sebelah dalam tangki , rekan yang menunggu diluar tangki tersebut
harus segera berupaya menarik tali keselamatan untuk
mengeluarkan personil yang masuk tadi , karena sentakan tali
menunjukkan adanya bahaya yang dialami oleh personil tersebut.
Langkah ini sudah merupakan prosedur baku keselamatan kerja
168

yang harus dipatuhi oleh siapa saja yang terlibat dalam


pemeliharaan tangki yang telah dioperasikan tanpa kecuali.

 Pelanggaran tehadap prosedur ini yang menyebabkan korban ,


berupa cacat permanen apalagi kehilangan jiwa personil , akan
menyeret penanggung jawab pekerjaan pemeliharaan tangki
kepengadilan.
TOPI KESELAMATAN WARNA PUTIH
SENTER

TOPENG GAS
BOTOL OKSIGEN
PENYELAM
UKURAN BESAR

MANOMETER
TALI KESELAMATAN

SARUNG TANGAN
KARET , PANJANG
HINGGA KESIKU ,
WARNA PUTIH

BAJU OVERALL LENGAN


PANJANG WARNA PUTIH

SEPATU BOOT KARET


PANJANG HINGGA
KELUTUT , WARNA
PUTIH

KELENGKAPAN KESELAMATAN PERSONIL SEWAKTU


PERTAMA KALI MEMASUKI TANGKI.
169

 Clean out door dibuka untuk mengeluarkan sludge ( endapan


minyak atau produk lainnya ) dari dalam tangki.

 Pembersihan dilaksanakan secara manual maupun menggunakan


alat mekanis ( dozer atau sejenisnya ).

 Untuk tangki premium atau super , yang mengandung timah hitam ,


sludge dikubur ditempat yang telah ditentukan ( jauh dari
pemukiman maupun tempat personil bekerja serta tempat
pengambilan air tanah ). Diatas kuburan ditandai dengan rambu
bergambar tengkorak dan huruf “ awas bahaya racun mematikan “ .

 Pemantauan kandungan timbal diudara selalu dilaksanakan secara


terusa menerus . Jika kondisi berbahaya maka para personil
pelaksana dilengkapi dengan peralatan keselamatan seperti sketsa
diatas.

 Pembersihan dilaksanakan sesempurna mungkin sehingga


memudahkan inspektor mengadakan pemeriksaan , pendeteksian ,
pengukuran , dan langkah langkah pendokumentasian temuan.

 Sludge yang mencurigakan , diambil contohnya untuk dianalisa


dilaboratorium.

 Air limbah bekas pencucian bagian dalam tangki harus dialirkan


kekolam pemrosesan limbah cair untuk menetralkan kandungan
polutan didalamnya , sebelum dialirkan kesungai atau laut kembali.

 Semua piranti pengendali dan pemantau dilepas , untuk dibersihkan


, diinspeksi , diuji , diperbaiki jika diperlukan , dan dikalibrasi oleh
pihak yang berwenang. Bukti kalibrasi dan tanggalnya harus
dilabelkan / dicantumkan pada piranti tersebut. Piranti pemantau
dan pengendali tersebut meliputi antara lain : level gage , breather
valve , thermometer , manometer, keran buka tutup dan pengatur
aliran , dll.

 Pada saat ini inspektor akan mengadakan pengujian tanpa rusak


( NDT ) untuk mendapatkan ketebalan maksimum , minimum dan
rata rata pelat dinding dan dasar tangki , gejala kelainan pada
sambungan las termasuk kegagalannya , dan kerusakan lainnya.
170

 Jika tangki mengalami penurunan baik merata atau miring ,


menyeluruh atau lokal , yang melebihi batas yang diijinkan ( satu
kaki atau 30 cm ) , maka pengangkatan diperlukan untuk
mengembalikan keposisi semula. Penurunan yang berlebihan akan
menyebabkan regangan ( stress ) berlebihan pada sambungan las
yang dapat mengakibatkan kegagalannya.

 Pengangkatan dapat menggunakan hydrolic jack atau inflatable


cushion / pillow (bantalan yang dapat dikempes dan digembungkan).

DINDING
TANGKI DASAR TANGKI

LUBANG YANG
HYDROJACK DIBUKA
DIPINGGIR
PONDASI
TANGKI
BALOK KAYU

DINDING TANGKI DASAR TANGKI

LUBANG YANG
INFLATABLE AIR PILLOW DIBUKA
DIPINGGIR
PONDASI
TANGKI
BALOK KAYU
171

9.8 PERBAIKAN TANGKI

Manakala terbukti suatu tangki mengalami hal hal sebagai berikut ,


maka tangki tersebut diupayakan agar segera dapat ditanggulangi ,
yakni :

 Pelat dasar , dinding atau atap , bocor , sehingga produk yang


disimpan didalamnya mengalir keluar dan mencemari lingkungan
sekitarnya.

 Pelat dinding menggembung atau melesak secara berlebihan (


peaking dan banding ).

 Tangki tenggelam atau mereng melebihi batas maksimum yang


dibolehkan.

 Kehilangan volume produk kandungan tangki akibat evaporasi


berlebihan ( mungkin disebabkan oleh seal atau breather valve
yang bocor ).

 Penyimpangan yang berlebihan antara penunjukan piranti ukur isi


produk kandungan tangki pada tangki penimbun , dengan
penunjukan piranti ukur isi pada kendaraan pengangkut ( darat &
laut ).

 Tangki terbakar atau meledak

 Tangki kempot

 Tangki tersambar petir

 Tangki berkarat berlebihan ( sebelah dalam dan luar )

 Drain pipe pada tangki tutup terapung bocor.

 Terdapat minyak didalam sumur pengontrol kebocoran fondasi


tangki.

 Kadungan sludge atau air terlalu banyak.

a) Pelat Dinding Bocor


172

a.1 Perbaikan sementara ( Tangki penimbun produk tidak beracun )

Perbaikan sementara dilaksanakan untuk mencegah kebocoran yang


lebih parah , sementara tangki belum dapat ditarik dari operasi.
Perbaikan dilaksanakan dengan terlebih dahulu menarik tangki dari
operasi kemudian menurunkan permukan produk didalam tangki
hingga sekitar 12 inci dibawah bagian yang bocor.
Bekas bocoran dibersihkan dengan solvent atau ditergent kemudian
dikeringkan . Retak kebocoran disumbat dengan steel cement atau
epoxy resin dan dibiarkan mengeras. Selanjutnya diadakan pengujian
kandungan gas disekitar bocoran terutama apabila produk yang
ditimbun mudah terbakar.

Setelah yakin kondisi lingkungan bocoran aman , ketebalan pelat


dinding diukur dengan ultrasonic thickness gage dibeberapa titik untuk
meyakinkan bahwa pelat masih cukup tebal untuk ditambal.
Selanjutnya bagian yang bocor ditambal pelat yang ukurannya cukup
melingkupi bagian yang diperkirakan berpotensi bocor. Pengelasan
dilaksanakancukup dengan teknik stringer dengan kampuh fillet 2 dan
3 F.

BOCOR
173

a.2 ) Perbaikan sementara ( tangki penimbun produk beracun ).

Pelaksanaan sama dengan a.1) hanya sebelum pelaksanaan perbaikan


personil disekitar lokasi harus dievakuasi hingga berada pada jarak
yang aman dari tangki yang bocor tersebut dan pelaksana perbaikan
harus menggunakan peralatan keselamatan lengkap sebagaimana
diutarakan diatas .
a.3. ) Perbaikan tetap ( permanen )

WINDOW
CUT

FRAME
PENGUAT
TERBUAT
DARI I BEAM
YANG
DITACK
WELD PADA
DINDING
BOCOR

Perbaikan permanen mengunakan teknik window cut ( pemotongan


jendela ) dengan menggunakan kerangka penguat ( reinforcing frame )
174

Pelat yang mengandung bocoran dipotong dan diganti dengan pelat


baru dengan ketebalan dan jenis material yang sama. Pelat pengganti
harus dirol dengan lengkungan sesuai tangki aslinya. Pengelasan baru
boleh dilaksanakan setelah : 1) WPS dan PQR yang terkait tersedia , 2)
tukang las harus lulus WPQT ( welder performance qualification test ),
3) tersedia welding material yang tepat , dan 4) penyetelan telah
memuaskan welding inspector.
b) Pelat dasar bocor.

Pelat dasar bocor dapat diketahui melalui : 1) pencemaran tanah


sekitar tangki oleh produk yang dikandung tangki , 2) terdapat produk
dalam sumur pengontrol kebocoran fondasi.

Perbaikan kebocoran pelat dasar tangki dapat dilaksanakan dalam


beberapa cara :

1 ) Perbaikan dengan melaksanakan penambalan pada bagian pelat


dasar yang bocor.

2 ) Penggantian pelat dasar yang bocor dengan pelat dasar baru.

3) Pemasangan pelat dasar baru diatas pelat dasar lama dengan jarak
tertentu ( double bottom technique ).

b.1) Perbaikan pelat dasar dengan menambal.

Pertama tama tangki ditarik dari operasi, dikucilkan , dan kemudian


dikosongan dengan prosedur yang benar ( lihat prosedur pengosongan
diatas ).
Setelah dibersihkan dari sludge dan kotoran lainnya , dasar tangki
diuji dengan udara bertekanan dan air sabun sebagaimana telah
diuraikan pada Bab. 6.5 . Dari sini akan tampak bagian bagian yang
bocor berdasarkan indikasi buih air sabun yang terjadi. Bagian yang
bocor ditandai dengan cat yang berwarna mencolok dalam kegelapan.

Bagian yang bocor dibersihkan dengan solvent atau detergent dan


dikeringkan . Kemudian kebocoran yang berupa pitting , metal attack
atau retak , disumbat dengan plastic steel atau epoxy resin . Kemudian
dibiarkan kering dengan sendirinya.
175

Selanjutnya dilaksanakan pengujian kandungan gas yang mudah


terbakar dengan menggunakan gas tester. Jika keadaan aman ,
penambalan dapat dilaksanakan dengan memasang potongan pelat
dasar baru dengan spesifikasi dan ukuran sama dengan yang lama
diatas bagian yang bocor dan mengelasnya dengan fillet weld posisi 1F
keliling pelat penambal.

Sambungan las kemudian diuji dengan vacuum box atau udara


bertekanan atau dengan fluorescent penetrant test & black light.
Piranti NDT yang terakhir ini sangat tepat untuk pengujian ditempat
gelap dan sangat akurat untuk mengungkap jenis jenis cacat
permukaan yang sangat halus.
b.2) Penggantian pelat dasar yang bocor.

Penggantian pelat dasar yang bocor dilaksanakan dengan persiapan


mirip dengan b.1) , bedanya adalah bahwa pelat yang bocor dipotong
untuk kemudian diganti denga pelat dasar baru dengan tebal dan
material yang sama dengan yang lama. Pemotongan pertama kali
dilaksanakan dengan menggunakan piranti pemotong yang tidak
menggunakan api. Pertama tama pelat dibor tembus menggunakan bor
listrik yang explosion proof untuk mengetahui kandungan gas dibawah
pelat dasar tangki. Jika ternyata kandungan gas yang mudah terbakar
cukup pekat / tinggi , maka pengeboran diteruskan pada beberapa titik
secara berhimpitan untuk memotong bagian yang akan diganti.

PELAT DASAR

BOCOR

LUBANG BOR

TANAH YANG TERCEMAR


176

Setelah pelat yangbocor terlepas , bagian tanah yang tercemar tepat


pada lubang bekas potongan pelat yang bocor dikeruk dan diganti
dengan bahan grout dan membiarkan hingga membeku. Selanjutnya
diadakan pengujian kandungan gas . Jika masih ada traces gas( sisa
sisa ), maka pelat penambal dilubangi untuk dimasuki gas argon atau
CO2 untuk mengusir gas sambil mengelas pelat penambal dengan fillet
keliling.
TANAH DIKERUK
BOCOR
BOR LISTRIK

TANAH TERCEMAR TANAH DIKERUK

ARGON

GROUT
177

b.3 ) Penggantian seluruh pelat dasar

Apabila penipisan pelat dasar bersifat menyeluruh , sehingga


penambalan secara individual tidak efisien , maka sebaiknya seluruh
pelat dasar diganti. Penggantian dapat dilaksanakan dengan memotong
dan mengganti seluruh pelat dasar. Namun jika tanah dibawah pelat
dasar telah terkontaminasi dengan produk yang mudah terbakar ,
maka pemotongan menjadi sangat sulit dan cukup mahal , karena
ruang antara tanah dengan pelat dasar harus dipurge dengan argon
atau CO2 selama pemotongan pelat dengan brander potong untuk
mencegah peledakan / kebakaran , atau membanjiri celah tersebut
dengan air untuk mengusir gas hidrokarbon didalamnya.
ARGON ATAU CO2
BRANDER
POTONG

TANAH TERKONTAMINASI
HIDROKARBON

AIR
GERINDA
POTONG

TANAH TERKONTAMINASI
HIDROKARBON

Hanya jika air digunakan sebagai media pengusir gas hidrokarbon,


maka setelah seluruh pelat lama terangkat , sebelum memasang pelat
baru , seluruh pasir yang basah harus diganti dengan pasir kering dan
diatasnya dilapisi dengan hot mix untuk mencegah terjadinya karat
celah ( crevice corrosion ).

b.4 ) Pemasangan double bottom


178

Pemasangan double bottom dianggap perlu manakala penggantian


pelat lama dianggap kurang efisien dan double bottom dianggap tidak
terlalu mengurangi kapasitas tangki ( berkurangnya kapasitas tangki
dapat diterima oleh pihak operasi ).

Metoda pemasangan double bottom tergantung kondisi fondasi tangki


dan dinding bagian bawah.
Jika kondisi fondasi tangki kuat dan tidak sagging ( turun ) , dan pelat
dinding sebelah bawah masih baik , maka diatas pelat dasar dapat
langsung dituangkan hot mix dan dibentuk kembali dengan serongan 1
: 120 kearah titik tengah

PELAT DASAR BARU


HOT MIX 1
120

Apabila kondisi bagian bawah pelat dinding , pelat annular serta


keseluruhan pelat dasar telah tipis diserang karat merata , maka
doub;e decking dilaksanakan dengan menggunakan kerangka landasan
yang terbuat dari baja struktur setelah bagian bawah pelat dinding dan
pelat annular ditambal. Penggantian baru pelat dinding dan pelat
annular mahal .
Agar penyanggaan terlaksana dengan merata , maka diantara
kerangka baja struktur tersebut diisi dengan hot mix yang tebalnya
rata dengan ketinggian kerangka landasan.

Metoda ini praktis hanya untuk tangki timbun ukuran kecil dan sedang
( diameter < 40 m ).
179

PELAT PENAMBAL DINDING


PELAT DASAR BARU

120
KERANGKA LANDASAN BAJA STRUKTUR

PELAT PENAMBAL ANNULAR PLATE

c.) Perbaikan pelat atap yang bocor.

Apabila kebocoran berupa satu atau dua buah perforasi , maka


perbaikan berupa pemambalan individual dengan terlebih dahulu
menyumbat atap yang bocor dengan epoxy atau plastic steel , kemudian
menambal pelat yang menderita kebocoran tersebut.

Sebelum melaksanakan pengelasan fillet dengan teknik stringer dan


amper rendah , perlu diadakan UT.( ultrasonic test ) pada pelat yang
lama. Jika ketebalannya masih memungkinkan , maka pengelasan
dapat dilaksanakan setelah uji kandungan gas menyatakan kondisi
pengelasan aman , namun jika ketebalannya sudah sangat tipis , maka
penambalan tidak akan dilaksanakan , melainkan mengganti seluruh
pelat atap. Untuk itu tangki harus dipersiapkan dengan baik
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya seperti menarik dari operasi ,
mengosongkan , dll.

d.) Perbaikan peaking & banding

Peaking dan banding yang melebihi batas yang dibolehkan API 650 ,
jangan sekali kali diperbaiki dengan ditarik tarik atau dipanasi
dibeberapa tempat . Hal ini disamping tidak akan berhasil namun
berpotensi menambah parah kondisi pelat dinding.

Perbaikan hanya dapat dengan window cut dan merol ulang pelat yang
bermasalah dan mengelas dengan urutan dan pengaturan arus yang
180

benar sesuai WPS ( welding procedure specification ) untuk tangki


bersangkutan.
e.) Perbaikan pada tangki yang tenggelam ( settle ) atau miring

Apabila suatu tangki settle atau miring melebihi batas yang diijinkan ,
misalnya settle secara merata ( even ) atau tidak merata ( uneven ) >
30 cm , atau decline ( miring ) sehingga proyeksi puncak > 1/200 tinggi
keseluruhan , maka tangki terpaksa harus diangkat untuk
memperbaiki fondasi.

Jika hal ini terjadi , maka diperlukan persiapan yang sangat matang ,
lama dan mahal , karena pengangkatan tangki sangat sulit dan
memakan waktu yang lama. Pelaksana pengangkatan harus
berpengalaman dan terampil untuk profesinya , tidak boleh ada
tindakan coba coba ( experimental ).

Sebagaimana diuraikan pada pemantauan diatas , ada dua cara


pengangkatan , yakni dengan menggynakan hydraulic jack dibeberapa
titik sekeliling dasar tangki , atau dengan bantalan karet reinforced
( diperkuat ) yang dapat digembungkan.

BALOK
KAYU HYDROJACK

1m

Sketsa diatas hanya merupakan tahap skematis langkah langkah


pengangkatan tangki , sedangkan secara rinci langkah langkah
pengangkatan tangki merupakan keakhlian mereka yang sulit ditulis
181

disini. Untuk pertimbangan keselamatan personil pelaksana ,


hydrojack ditempatkan dalam parit yang digali secara radial kearah
titik pusat tangki pada kedalaman cukup bagi pelaksana untuk
berlindung manakala terjadi kegagalan hydrojack.

f. ) Perbaikan lainnya

Kehancuran fatal akibat kebakaran dan peledakan sebaiknya tidak


diperbaiki namun diganti baru secara keseluruhan , karena material
yang utuh yang selamat dari peledakan kondisi strukturalnya tidak
dapat dijamin lagi disamping perbaikan rehabilitasi sulit dilaksanakan
berhubung konstruksi tangki yang khusus.

Kelainan operasional akibat malfungsinya alat pengendali diperbaiki


dengan mengangkat piranti yang bermasalah tersebut untuk diperbaiki
dan dikalibrasi ulang diworkshop.
Kebocoran seal yang berlebihan menuntut pengosongan tangki tutup
apung dan perbaikan serta penyetelan kembali seal yang bocor.

BAB 11 OPERASI TANGKI


Tidaklah lengkap rasanya jika pihak inspeksi sama sekali tidak
mengetahui segala sesuatu tentang operasi tangki timbun , karena
pemeliharaan tidak dapat dilaksanakan tanpa koordinasi dengan pihak
operasi dan perbaikan atau penggantian erat hubungannya dengan
182

akibat pengoperasian dan sekaligus pelaksanaannya dibatasi oleh


waktu karena kebutuhan operasi pula.
Hal hal yang menentukan didalam pengoperasian tangki adalah :

(1) Tingkat korosivitas fluida yang dikandung tangki yang menentukan


frequensi pemeriksaan / pemeliharaan.

(2) Policy ( kebijakan ) pihak pimpinan operasi tentang faktor


keselamatan operasional yang menentukan sedikit banyaknya dan
rapat jarangnya jadwal pemeliharaan dan perbaikan tangki.

(3) Lengkap tidaknya piranti pemantau kinerja operasional tangki ,


sehingga mempermudah penanganan operasi , pemeliharaan dan
inspeksi.
(4) Mutu sumber daya manusia yang mendukung seluruh pelaksanaan
operasi , inspeksi dan pemeliharaan terutama kesadaran dibidang
keselamatan personil , oeprasi dan lingkungan.

(5) Dukungan penuh dari seluruh jajaran tehnik dan logistik yang erat
hubungannya dengan kecepatan pelaksanaan perbaikan dan
ketersediaan suku cadang pengganti.

(6) Tersedia tidaknya sistim dan prosedur penanganan operasi ,


inspeksi , pengujian dan pemeliharaan tangki , yang baku dan
tertulis sesuai standard internasional dan peraturan yang berlaku.
Sumber daya manusia yang menangani pengoperasian tangki timbun
dituntut sedikit banyak mengetahui tentang :
a) Bahaya kebakaran dan peledakan serta penyebabnya.

b) Bahaya sambaran petir dan langkah langkah pencegahannya.

c) Penanggulangan cepat untuk mengucilkan tangki apabila terjadi


kebakaran dan peledakan tangki , agar tidak menjalar kedaerah
sekitarnya.

d) Sedikit banyak pengetahuan tentang karat dan pencegahannya yang


erat hubungannya dengan pengoperasian tangki.
183

e) Sedikit banyak pengetahuan tentang sifat produk yang ditangani


serta lindungan lingkungan.
Langkah langkah pengoperasian tangki terdiri dari :

(1) Pemantauan kondisi dan kinerja tangki termasuk kondisi


lingkungannya yang erat kaitannya dengan keberadaan dan
oeprasi tangki.

(2) Mengukur ketinggian level produk didalam tangki serta


menghitung jumlah produk tersebut yang terukur.

(3) Meneliti kondisi dan efektivitas kinerja kelengkapan tangki


seperti : grounding / anti petir , tingkat ketelitian penunjukan
meter meter , vacuum relief valve , dll.
(4) Memutakhirkan kalibrasi piranti ukur tangki seperti level gage ,
pressure gage , dll.

(5) Membuka dan menutup keran isi dan tarik sesuai kebutuhan (
loading dan unloading ).

(6) Memantau kondisi sistim pencegahan karat ( cathodic protection ,


cat/ caoting , dll ).

(7) Melaporkan langsung kepada instansi yang berkompetensi dan


atasan langsung , manakala menemukan kelainan dan atau
kerusakan pada tangki dan sistim operasi yang terkait , disusul
dengan laporan tertulis.

10.1 BERBAGAI KERUGIAN OPERASIONAL

Terdapat beberapa kerugian operasional yang diderita oleh


perusahaan yang mengoperasikan tangki timbun yang memiliki ruang
uap diatas produk yang ditimbun ( vapour space ).
Kerugian pada tangki adalah :

(a) Kerugian pernafasan ( breathing loss ) , yang disebabkan oleh


pergerakan campuran uap produk dan udara karena perubahan
tekanan didalam tangki akibat pengaruh suhu sekitar tangki.

(b) Kerugian pengisian atau kerugian kerja ( filling atau working loss ).
184

Kerugian ini disebabkan oleh pergerakan campuran uap produk


dan udara karena perubahan tekanan didalam tangki akibat
perubahan volume produk yang ditimbun.

(c) Kerugian lain , seperti kebocoran kebocoran pada atap , dinding


maupun dasar tangki dan atau sambungan flensa nozzle , manhole
maupun perpipaan yang bocor , serta kondisi katup vacuum relief
yang passing.

Adapun faktor yang menentukan kerugian ini adalah :

 Jenis produk yang disimpan

 Kondisi tangki

 Perubahan kondisi sekeliling tangki.

Kerugian pernafasan minyak mentah dalam tangki tutup tetap

Dibawah ini dikemukakan rumus empiris untuk menghitung kerugian


pernafasan crude oil tersebut :

24 P 0,68 1,73 0,51 0,50


L y = K c ( ----------- ) ( ---------- ) D H T Fp C
1000 14,7 - P

Dimana :

L y = kerugian pernafasan , barrel per tahun.

K c = 0,58

P = tekanan uap produk sebenarnya pada suhu curah cairan ( bulk


liquid ) dalam psi absolut , yang diukur pada diagram 10.1a .
Suhu cairan rata rata biasanya terdapat pada record piranti
ukur , namun apabila informasi tersebut tidak ada , dapat
dihitung dengan menambah 5ºF pada suhu ambien ( lingkungan
) rata rata dari record meteorologi.
D = diameter tangki , dalam kaki.
185

H = outage rata rata , dalam kaki , termasuk koreksi untuk volume


atap kerucut ( volume atap kerucut sama dengan volume silinder
dengan luas dasar sama dengan kerucut , dengan ketinggian 1/3
dari tinggi kerucut ).

T = perubahan suhu lingkungan rata rata harian , dalam ºF.

Fp = faktor cat , ditentukan berdasarkan pengujian lapangan atau


dihitung berdasarkan tabel 10.1a.

C = faktor penyesuaian untuk tangki diameter kecil , dari tabel 10.1b .

Kerugian pengisian minyak mentah pada tangki tutup tetap

Rumus empiris :

2,25PV
F = KT
10000

Dimana :
F = kerugian pengisian , dalam barrel.

P = tekanan uap produk sebenarnya pada suhu curah cairan , dalam


psi absolut , yang diukur pada diagram 10.1a . Suhu cairan rata
rata biasanya terdapat pada record piranti ukur , namun apabila
informasi tersebut tidak ada , dapat dihitung dengan menambah
5ºFpada suhu ambien rata rata dari record meteorologi.

V = volume cairan yang dipompakan kedalam tangki , dalam barrel.


KT = faktor turnover
= 180 + N
KT = , dimana N = throughput dalam turnover per
6N tahun.
Throught per tahun
Turn over per tahun =
Kapasitas tangki

KT = 1 untuk turn over sama dengan 36 atau kurang per tahun.


186

Tangki tutup terapung

Tangki jenis ini diperuntukkan menyimpan produk dengan tekanan


uap sebenarnya 1,5 ~ 11 psia serta produk yang memerlukan perlakuan
khusus untuk mencegah kontaminasi , seperti misalnya jet fuel ( avtur ).

(a) Kelebihan / keuntungan daripada tangki tutup tetap

 Atap yang bebas bergerak menyebabkan hilangnya evaporasi


karena tidak ada ruang uap ( vapour space ).

 Mengurangi terjadinya peledakan dari produk yang memiliki


potensi listrik statis besar seperti kerosin atau JP-4.

 Mengurangi terjadinya embun karena tidak adanya ruang uap ,


sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya serangan karat
sebelah dalam pada atap , khususnya untuk produk yang banyak
mengandung belerang.

(b) Kerugian akibat adanya celah antara atap tangki dan dinding

 Kerugian simpan tegak ( standing storage loss ) , dikarenakan


terjadinya penguapan melalui celah antara dinding dan atap
terapung akibat seal ( penyumbat ) yang kurang rapat.

 Kerugian penarikan ( wetting / withdrawal loss ) , dikarenakan


terjadinya penguapan produk yang menempel pada dinding
akibat pergerakan tutup tangki
Kerugian simpan tegak

Rumus empiris :

L S = Ks V n P * D M v K c

Dimana :

Ls = kerugian simpan tegak ( pon / tahun )


n
Ks = faktor sumbat ( seal factor ) , lb-mole / [ ft (mi / jam ) tahun ]
187

V = kecepatan angin rata rata ( mi / jam )

n = eksponen kecepatan angin yang terkait dengan penyumbatan


( seal related wind speed exponent ) , tidak bersatuan.

P* = fungsi tekanan uap , tidak bersatuan.


P
Pa
=
P 0,5 2
[1+(1 - ) ]
Pa

P = tekanan uap sebenarnya pada suhu simpan rata rata , psia.

Pa = tekanan atmosfir rata rata pada lokasi tangki , psia

D = diameter tangki , kaki.

Mv = berat molekul rata rata dari uap produk , pon / pon-mole

Kc = faktor produk , tanpa satuan.

Untuk merubah kerugian simpan tegak ke unit barel / tahun ,


pergunakan persamaan dibawah ini :

L s , pon/tahun
Ls = , barel / tahun.
42 ( W v )

Dimana : Wv = kepadatan uap yang mengembun ( pon / galon ).

Kerugian penarikan
Kerugian penarikan ( withdrawal loss ) dapat dihitung berdasarkan
informasi dibawah ini :

 Through put rata rata


188

 Tipe produk yang ditimbun

 Kondisi dinding tangki

 Kepadatan cairan produk yang ditimbun

 Diameter tangki
Selanjutnya kerugian penarikan dapat dihitung berdasarkan
persamaan ini :

( 0,943 ) Q C W
1
Lw =
D

Dimana :
Lw = kerugian penarikan , pon / tahun

Q = through put rata rata ( barel / tahun )

C = faktor clingage dinding ( barel / 1000 kaki persegi )

W1 = kepadatan rata rata produk yang dtimbun ( pon / galon )


D = diameter tangki ( kaki ).
3 2
Konstanta 0,943 , memiliki ukuran [ 1000 kaki x ( galon / barel ) ]

Untuk merubah kerugian penarikan menjadi dalam barel / tahun ,


pergunakan persamaan ini :

L w , pon/ tahun
Lw = , barel / tahun.
42 W
1

Kerugian total ( total loss )


189

Kerugian total , dalam pon / tahun , dapat dihitung berdasarkan


persamaan dibawah ini secara berturut turut :

L t ( pon / tahun ) = L s ( pon / tahun ) + L w ( pon / tahun )

L t ( barel / tahun ) = L s ( barel / tahun ) + L w ( barel / tahun )

Dimana :

L = kerugian total
t
Ls = kerugian simpan tegak

L w = kerugian penarikan
190

TABEL 10.1 c
FAKTOR SUMBAT ( KS ) DAN EKSPONEN KECEPATAN ANGIN ( n )

TIPE TANGKI / SUMBAT Ks n

TANGKI DILAS

1. SUMBAT MECHANICAL SHOE


a. Primary saja 1,2 1,5
b. Shoe mounted secondary 0,8 1,2
c. Rim-mounted secondary 0,2 1,0

2. SUMBAT ISI LIQUID MOUNTED RESILIENT


a. Primary saja 1,1 1,0
b. Wheather seal ( sumbat cuaca ) 0,8 0,9
c. Rim-mounted secondary 0,7 0,4

3. SUMBAT ISI VAPOUR MOUNTED RESILIENT


a. Primary saja 1,2 2,3
b. Weather seal 0,9 2,2
c. Rim-mounted secondary 0,2 2,6

4. TANGKI DIKELING
a. Mechanical shoe primary saja 1,3 1,5
b. Shoe-mounted secondary 1,4 1,2
c. Rim-mounted secondary 0,2 1,6

TABEL 10.1d
SUHU SIMPAN RATA RATA TAHUNAN ( T s ) SEBAGAI FUNGSI WARNA
CAT TANGKI

WARNA TANGKI SUHU SIMPAN RATA RATA SETAHUN


( Ts ) , º F
Putih Ta* + 0

Aluminium T a + 2,5
T a = suhu lingkungan
Kelabu T a + 3,5 rata rata dalam
setahun , ºF
Hitam T a + 5,0
191

TABEL 10.1 e
2
FAKTOR CLINGAGE RATA RATA ( C ) , Barel /1000 ft
Kondisi Dinding tangki
PRODUK
Karat Ringan Karat Padat Lapis Gunite

BENSIN 0,0015 0,0075 0,15

MINYAK MENTAH 0,0060 0,030 0,60

TABEL 10.1 f

FAKTOR CAT

WARNA TANGKI FAKTOR CAT, Fv

TUTUP / ATAP DINDING KONDISI CAT BAIK KONDISI CAT BURUK

Putih Putih 1,00 1,15

Aluminium ( spec ) Putih 1,04 1,18

Putih Aluminium ( specular ) 1,16 1,24

Aluminium ( spec. ) Aluminium ( specular ) 1,20 1,29

Putih Aluminium ( diffuse ) 1,30 1,38

Aluminium ( diff. ) Aluminium ( diffuse ) 1,39 1,46

Putih Kelabu 1,30 1,38

Kelabu muda Kelabu muda 1,33 -


Kelabu medium Kelabu medium 1,46 -
192

Faktor faktor kerugian tegak ( standing loss factors )

1) Faktor faktor sumbat ( seal factor ) , K s dan n tertera pada Tabel


10.1c.

2) Faktor faktor kecepatan angin . Persamaan kerugian berlaku untuk


kecepatan angin dari 2 hingga 15 mil per jam.

2) Fungsi tekanan uap P* dihitung sebagai berikut :

a. Pilih suhu lingkungan rata rata , º F.

b. Lihat Tabel 10.1d , tentukan Ts , suhu simpan rata rata dalam


setahun.

c. Lihat Nomogram 10.1g atau Nomogram 10.1.h dan tentukan P


( tekanan uap sebenarnya ) pada Ts dan tekanan uap Reid.

d. Gantikan dalam P* dan hitung nilainya.

Persamaan ini tidak boleh digunakan manakala tekanan uap


sedemikian rupa sehingga memungkinkan produk mencapai kondisi
mendidih dipermukaan.
Berat molekul uap

Apabila analisa contoh uap tidak ada , nilai berat molekul 64 pon/pon
mol dapat digunakan untuk bensin , untuk minyak mentah dari
Amerika tengah 50 pon /pon mol , sedangkan untuk berbagai minyak
mentah yang lain nilainya sangat bervariasi.
Faktor produk

Nilai Kc sebesar 1,0 digunakan untuk produk BBM seperti premium


dan naphtha. Nilai K c sebesar 0,4 digunakan untuk minyak mentah.

Kepadatan uap yang terkondensasi

Faktor ini dapat diperkirakan dengan Wv = ( 0,08 ) ( Mv ) , yakni


yang ditentukan untuk premium.
193

Contoh perhitungan kerugian penguapan pada tangki tutup terapung

Hitung kerugian penguapan dalam setahun , dalam pon / tahun dan


barel / tahun , jika diketahui hal hal sebagai berikut :

 Tangki dilas , jenis tutup terapung eksternal , dalam keadaan baik ,


tipe sumbat ( seal ) adalah mechanical shoe primary , diameter 100
kaki ,warna cat dinding aluminium.

 Jenis produk motor gasoline ( premium ) K c = 1,0 , Mv = 64 pon /


pon mole . tekanan uap raid 10 psi , kepekatan gas produk 6,1 pon /
gas liquid , tidak ada komposisi cairan atau uap , through put rata
rata per tahun adalah 1,5 juta barel.

 Suhu lingkungan rata rata dalam setahun 60º F , kecepatan angin


rata rata dilokasi tangki 10 mil / jam , tekanan udara 14,7 psia ,
untuk premium W v = 5,1 pon / galon ( dari W v = 0,08 M v ).

Kerugian simpan tegak


n
L s = K s V P* D M v K c pon / tahun

5,4
1,5 14,7
= 1,2 x ( 10 ) x ( ) x 100 x 64 x 1,0
0,5 2
[ 1 + ( 1- 5,4 ) ]
14,7

= 1,2 x 32 x 0,114 x 100 x 64 x 1,0

= 28.000 pon / tahun

28.000
= = 131 barel / tahun.
42 x 5,1
194

Kerugian penarikan

QCW
Lw = ( 0,943 ) 1 pon / tahun
D

Diketahui : Q = 1,5 x 10.000.000 barel / tahun , C =


0,0015 barel / 1000 ft persegi ( dari tabel 10.1e untuk premium
didalam tangki baja dengan kondisi berkarat ringan ). W1 =
6,1 pon /galon .

0,943 x 1.500.000 x 0,0015 x 6,1


Lw = = 129 pon / tahun
100

129
= = 0,5 barel / tahun
42 x 6,1

Kerugian total

Lt = Ls + Lw = 28.000 + 129 = 28129 pon / tahun


= 131 + 0,5 = 131,5 barel / tahun

10.2 MEMILIH JENIS TANGKI

Pemilihan jenis tangki untuk menyimpan minyak bumi dan produk


produk sulingnya didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai
berikut :

1) Sifat kimia minyak bumi serta produk yang disimpan , antara lain :
sifat penguapan ( volatilias ) , sifat peledakannya ( explosivity ),
sifat kelarutannya ( solubility ) , sifat reaktifnya ( reactivity ) dan
sifat karatnya ( corrosivity ).
195

2) Harga tangki

3) Pengendalian emisi ( pengeluaran gas / uap ).

4) Keselamatan
5) Pencegahan kontaminasi terhadap isinya.

6) Peraturan lindungan lingkungan yang berlaku.

Pemakaian tangki tutup tetap / kerucut harus dibatasi pada produk


dengan tekanan uap hingga 1,5 psia , sedang atngki tutup terapung
digunakan untuk menimbun fluida dengan tekanan uap hingga 11,1
psia , kecuali produk yang mempunyai persyaratan ketat seperti JF-4 ,
karena tidak boleh ada kandungan air sama sekali maka dipakai tangki
tutup terapung tipe internal ( internal floating roof tank ).

Secara diagramatis pemilihan tangki minyak mentah dapat


digambarkan sebagai berikut :

PEMILIHAN TANGKI
MINYAK MENTAH

TIDAK APAKAH VOLUME YA


TANGKI > 10.000 BBL

TIDAK APAKAH PERLU YA TIDAK APAKAH MINYAK YA


MEMBANGUN TANGKI MENTAH
LAGI BERSIFAT ASAM

PILIH TANGKI PILIH TANGKI TUTUP


PILIH TANGKI DILAS DENGAN BAUT TERAPUNG API 650
DILAPANGAN – API ( BOLTED TANK ) API
12 D
12B
ATAU TANGKI
TIDAK APAKAH TURN YA
BUATAN BENGKEL
API 12 F UNTUK KAP. OVER TANGKI > 18
X PER TAHUN
< 500 BBL.
PILIH TANGKI TUTUP PILIH TANGKI TUTUP
TETAP API 650 TERAPUNG
196

PEMILIHAN TANGKI
PRODUK

TIDAK YA
APAKAH TEKANAN
UAP > 11 psia

APAKAH PRODUK TIDAK APAKAH PRODUK YA


TIDAK TIDAK DIDINGINKAN YA MEMERLUKAN
( NON REFRIGERATED ) PEMANASAN

PILIH TANGKI PILIH TANGKI PILIH TANGKI


TEKANAN TINGGI UNTUK RVP HINGGA TUTUP KERUCUT
ATAU TANGKI 30 psia , SPHEROID ,
REFRIGERATED NODED SPHEROID ,
DOME ROOF API650
APAKAH PRODUK
SENSITIF THD. YA
TIDAK KONTAMINASI
ATAU PENGUAPAN
PILIH INTERNAL
APAKAH TEKANAN FLOATING ROOF
TIDAK UAP SEBENARNYA YA TANK
< 1 ,5 psia

PILIH TANGKI TUTUP


PILIH EXTERNAL
KERUCUT API650
FLOATING ROOF
TANK

10.3 PENENTUAN KAPASITAS PENIMBUNAN

Keberhasilan penyediaan BBM ( security of supply ) pihak produsen


untuk memenuhi kebutuhan konsumen , salah satunya terletak pada
kapasitas / daya tampung tangki tangki produk BBM tersebut , baik
dipihak produsen , dan distributor.

Adapun fungsi penampungan antara lain adalah untuk :

a) penerimaan minyak mentah.


197

b) Penampung produk jadi

c) Pencampur komponen produk produk menjadi produk jadi

d) Terminal untuk keperluan import maupun ekxport.


e) Buffer untuk kepentingan proses pengolahan minyak mentah itu
sendiri ataupun untuk distribusi dalam negeri.

Karenanya besarnya kapasitas harus mepertimbangkan hal hal sebagai


berikut :

1) penampungan untuk pengapalan yang paling besar

2) daya tampung mampu menanti perjalanan tangker.


3) dapat memenuhi kebutuhan maksimal

4) dapat memisahkan berbagai jenis BBM ( diesel , kerosine ,


premium , super premium , dll ).

5) mampu menampung minyak mentah dan produk produk olahan


selama masa pemeliharaan ( turn around / shut down ).
6) mampu menampung minyak mentah dan prosuk produk olahan
selama keadaan emergency , atau adanya perubahan pola distribusi
maupun kebutuhan pasar yang mendadak , serta perubahan jadwal
import , eksport maupun distribusi.
7) Memenuhi unsur keselamatan dan lindungan lingkungan.

Penentuan kapasitas penampungan sangat tergantung pada : kejelasan


roundtrip tanker ( waktu yang diperlukan untuk pengangkutan dan
kembalinya kedermaga pengirim ) , forecast ( prakiraan ) kebutuhan
nasional dalam jangka pendek , jangka menengah dan jangka panjang ,
dan faktor kehandalan ( reliability dan availability ) unit operasi /
pengolahan.

Terdapat dua tipe tankage jika dihubungkan dengan keberadaan


perpipaan , yakni tangki pihak pengirim , dan tangki breakout atau
yang disiapkan secara integral dengan sistim perpipaan.
198

Didalam buku ini hanya akan diuraikan tentang tangki pihak pengirim
( shippers ) .
Biasanya untuk setiap terminal pengiriman disediakan sebuah tangki
untuk masing masing jenis produk , namun jumlah volume yang
dihasilkan dari perhitungan rumus ini dapat ditampung oleh beberapa
tangki , tidak termasuk outage dan bottom tangki.
Untuk menggunakan formula penentuan kapasitas penampungan ,
diperlukan bberapa analisa sebagai berikut :

1). Analisa prakiraan kebutuhan penambahan volume untuk jangka


waktu 5 tahun mendatang.

2) Volume yang dipilih adalah maksimum yang diperhitungkan


untuk diangkut dari terminal terkait dalam bulan manapun
didalam jangka waktu 5 tahun , dan penerimaan melalui perpipaan
dalam bulan tersebut.

Data data dibawah ini diperlukan untuk menghitung ukuran tankage :


1. Volume maksimum produk yang diangkut dari terminal per bulan.

2. Jumlah maksimum produk yang dipompakan melalui perpipaan


per bulan sesaat sebelum mencapai terminal ( immediately
upstream the terminal ).

3. Jumlah volume maksimum dari seluruh jenis produk yang


dipompakan melalui perpipaan sesaat sebelum mencapai terminal .

4. Jumlah tender dari produk yang dipompakan setiap bulan.

5. Kelonggaran ruang tangki untuk kelebihan angkut produk dari


terminal ( dihitung sekitar 1/3 dari persyaratan terminal antar
penerimaan tender ). Suatu terminal biasanya kelebihan
mengangkut pada waktu tertentu didalam bulan yang sama , sustu
keadaan yang mungkin disebabkan oleh faktor seperti misalnya
prakiraan cuaca yang kurang baik , ancaman pemogokan , atau
penyesuaian kenaikan harga.

6. Kelonggaran ruang tangki untuk pengiriman produk yang kurang


dari terminal ( dihitung sekitar ½ dari tender maksimum yang
dipasok keterminal ). Apabila suatu tender produk melalui
199

perpipaan , setiap terminal harus memiliki ruang tangki yang


cukup untuk menampung jatahnya yang proporsional dengan
jumlah tender pada saat cuaca buruk , permintaan kurang ,
ketidak mampuan mengirim , mogok ,dan sebagainya. Cara
beroperasi dengan prinsip ini akan mencegah terjadinya shut down
perpipaan pada saat kondisi lokal yang kurang mendukung yang
akan mengganggu penerimaan stok yang diperlukan pada saat
terminal beroperasi secara normal.

7. Kelonggaran kedatangan produk pada hari yang tidak dijadwalkan


untuk pengiriman ( kedatangan sewaktu weekend ) , dihitung
dengan mengalikan 2 x laju pengiriman rata rata setiap hari .
8. Kelonggaran untuk outage untuk top dan bottom . outage
ditambahkan setelah ukuran tangki yang benar telah ditentukan ,
karena kelonggaran akan bervariasi sesuai diameter dan tipe tangki
( biasanya ruang sejarak 3 kaki diijinkan untuk top dan bottom
dari tangki tutup kerucut dan ruang sejarak 4 kaki untuk tangki
tutup terapung atau tipe lifter ).

Rumus tankage

Simbul simbul yang digunakan :

Vt = volume maksimum produk yang diangkut dari terminal setiap


bulan , dalam barrel.

Vp = Jumlah volume produk yang dipompakan melalui perpipaan


sesaat sebelum tiba diterminal setiap bulan , dalam barrel.

Vl = Jumlah volume dari semua jenis produk yang dipompakan


melalui perpipaan sesaat sebelum mencapai terminal setiap
bulan , dalam barrel.

n = jumlah tender normal dari produk yang dipompakan setiap


bulan .

R = Vp / Vl adalah jatah bulanan suatu terminal untuk menerima


produk.

Q1 = jumlah yang dipersyaratkan antar tender.


200

Q2 = jumlah yang dipersyaratkan untuk pengiriman kurang


(undershipment)
Q3 = Jumlah yang dipersyaratkan untuk pengiriman lebih
( overshipment ).

Q4 = Jumlah yang dipersyaratkan untuk pengiriman pada weekend


( dua hari ) .

T = Jumlah volume kerja dari tankage yang dipersyaratkan


Ut+b = volume dari bagian top dan bottom tangki.

T = Q1 + Q2 + Q3 + Q4

Q1 = Vt - ( Vt x R )
n

Vt Vt
Q2 = ½ n =
2n

Q3 = 1/3 Q1 = ( Vt / 3 ) ( 1 – R )

Q4 = ( Vt / 30 ) x 2 = Vt / 15

Jadi T = ( Vt / n ) [ ( 11 / 6 ) – 4R / 3 ) ] + ( Vt / 15 ).

Contoh perhitungan

Hitung ukuran tangki untuk minyak bakar diterminal X , apabila


diketahui :

1. Volume maksimum minyak bakar yang akan diangkut dari terminal


X = 72.000 barrel.

2. Jumlah volume minyak bakar yang dipompakan melalui perpipaan


sesaat sebelum memasuki terminal X per bulan = 300.000 barrel.
201

3. Jumlah volume seluruh produk yang dipompakan melalui perpipaan


sesaat sebelum memasuki terminal X setiap bulan = 900.000 barrel.
4. Jumlah tender produk untuk dipompakan setiap bulan = 2 ( jika 1
bulan 30 hari , dengan jumlah tender 2 x per bulan , sehingga
tender berjarak 15 hari satu dengan lainnya ).

Maka T = Vt / n [ 1.833 - ( 1.33 ) R ] + Vt / 15 + Vt+b

= 50.028 + 4.800 + Vt+b


dimana Vt+b = volume top dan bottom. ( yakni untuk tangki tutup
202

BAB. 12 LAMPIRAN LAMPIRAN

KEGAGALAN ATAP

KEGAGALAN ROOF AKIBAT TEKANAN BERLEBIH .


HAL INI DISEBABKAN OLEH :
1) PENGISIAN TERLALU CEPAT
2) BREATHER VALVE MACET
3) TERJADI PENGUAPAN BERLEBIH AKIBAT SUHU
LINGKUNGAN YANG TINGGI
203

SHELL FLOATING ROOF GAGAL / BUCKLES

EXTERNAL FLOATING ROOF YANG GAGAL PADA SHELL NYA.


KEMUNGKINAN DISEBABKAN OLEH :
1) FLOATING ROOF MACET PADA GUIDENYA SEWAKTU
PENARIKAN ISI TANGKI .
2) DRAIN SYSTEM TIDAK TERBUKA SEHINGGA TERJADI
AKUMULASI AIR HUJAN DIATAS ROOF.
3) TERDAPAT BIBIT KELEMAHAN PADA SHELL ( CACAT
LOKAL SEPERTI PEAKING / BANDING ) .
204
205
206
207

DASAR TANGKI

ANODA
208

MEMBRAN PENGHALANG ARUS LIAR ANODA


209
210

PENGECATAN

TESTING
211
212

PENGUKURAN TEBAL CAT TANGKI


213

PENGECATAN

Anda mungkin juga menyukai