I. P E N D A H U L U A N
1. U M U M
Pada industri Migas khususnya dan industri yang lain umumnya, tangki
merupakan salah satu peralatan pokok di luar rangkaian proses yang
mempunyai peranan yang sangat penting. Untuk menimbun produk jadi,
maupun yang belum jadi, baik yang berupa Bahan Bakar Minyak (BBM)
maupun Non Bahan Bakar Minyak ( NBBM ), hal tersebut dapat dilihat dari
besarnya biaya investasi.
Beberapa jenis tangki yang terdapat di Industri Migas, apakah berbentuk bola
(special), silinder horizontal, atau silinder vertikal mempunyai dasar rata.
Tekanan operasi dan volume tangki sangat berpengaruh terhadap jenis tersebut,
yang pada dasarnya untuk menyimpan minyak yang volumenya besar selalu
dikehendaki tekanan operasionalnya rendah (atmos-feris). Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan bahan dan ketebalan pelat yang dibuat tangki. Tangki-
tangki bertekanan, selalu dirancang berdasarkan standard ASME, sedang
tangki-tangki bertekanan atmosfir atau sedikit di atas atmosfir, dirancang
berdasarkan standard API, BS maupun Shell & Royal Dutch Tank Standard.
2. KLASIFIKASI TANGKI
Tangki dapat diklasifikasikan menurut maksud-maksud tertentu. Sebagai
contoh, tangki dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenis minyak yang ada di
dalamnya, misalnya curde oil, fuel oil, LPG, gasoline, dan sebagainya. Dapat
juga tangki diklasifikasikan menurut metoda sambungan platnya (baut, keling,
las). Sesuai dengan penggunaannya dapat diklasifikasikan sebagai tangki
produksi dan tangki timbun.
Tangki timbun telah disesuaikan oleh American Petroleum Institute ( API )
standardnya. Tangki produksi biasanya tidak didapatkan di pipe line station
yang besar. Sesuai dengan posisi pemasangannya dapat diklasifikasikan
sebagai tangki di atas tanah dan tangki di bawah tanah (pendam).
Tangki diatas tanah biasanya berbentuk bulat (spherical), silinder vertikal dan
silinder horizontal. Sedangkan tangki yang dipasang di bawah tanah pada
umumnya berbentuk silinder horizontal.
samping itu juga diperlukan untuk tangki yang diameter dan tingginya lebih
besar.
Metoda sambungan pelat yang digunakan ialah keling dan las, masing-masing
ditetapkan oleh API :
1. API Standard No. 12-A, yang disebut Specification for Oil Storage Tanks
With Riveted Shells.
2. API Standard No. 12-C, yang disebut Specification for Welded Oil Storage
Tanks.
Untuk minyak kelas "A", yaitu minyak yang mempunyai flash point
dibawah 73o F (22,8o C) misalnya motor gasoline dan aviation gasoline.
Jenis tangki yang direkomendasi untuk dipakai adalah :
a. Floating roof.
b. Non pressure fixed roof with internal floating deck.
c. Pressure fixed roof.
Untuk minyak kelas "B", yaitu minyak yang mempunyai flash point
antara 73o F dan 150o F (22,8o C dan 65,6o C) misalnya kerosine dan
special boiling liquid.
Jenis tangki yang direkomendasi untuk dipakai adalah :
a. Floating roof.
b. Non pressure fixed roof with internal floating deck.
c. Non pressure fixed roof with atmospheric vent.
Untuk minyak kelas "C", yaitu minyak yang mempunyai flash point
diatas 150o F (65,6o C) misalnya diesel oil, medium and heavy oil, lubri
cating oil dan bitumen.
Beberapa cairan minyak seperti butan dan propan sangat mudah menguap
pada suhu dan tekanan normal berbentuk gas. Tekanan uap butan pada suhu
70 oF (21,1 oC) adalah sekitar 32 lbf / in2 absolut (2,25 kg/cm2 abs) dan propan
125 lb/in2 absolut (8,79 kg/cm2 abs). Untuk cairan yang mudah menguap
seperti butan dan propan ini harus disimpan didalam tangki yang tahan
terhadap tekanan. Jika harus disimpan didalam tangki atmos-ferik, maka
pada tangki tersebut harus dilengkapi dengan system refrigerasi untuk
mempertahankan suhunya hingga tekanannya tetap pada tekanan
atmosfir.
Tangki untuk menyimpan cairan yang mudah menguap seperti propan dan butan
umumnya atap tangki dibuat seperti kubah (dome)
Tangki yang digunakan untuk menyimpan gas alam yang dicairkan (LNG)
bentuknya dibuat bulat (spherical) dan biasanya dilengkapi dengan sistem
refregerasi, lihat gambar 5.
4. PERANCANGAN TANGKI
Perancangan tangki untuk penyimpanan minyak maupun gas bumi pada
dasarnya ditentukan oleh faktor keselamatan dan faktor ekonomis.
Pada umumnya pelepasan uap minyak dari tangki-tangki dengan atap tetap
praktis tidak dapat dihindarkan.
Uap tersebut tidak boleh dibiarkan mencapai daerah aman ( safe area ) di
dalam instalasi, dan untuk menghindarkan resiko demikian, maka tangki-
tangki harus ditempatkan pada jarak yang cukup jauh dari daerah aman
sehingga uap akan tersebar di udara sampai suatu konsentrasi yang jauh di
bawah batas dapat terbakar sebelum mencapai daerah tersebut.
1.1. Fondasi
Pembuatan dasar/fondasi sebagian besar tergantung pada keadaan tanah
dimana tangki akan dibangun. Perencanaan yang digunakan hendaknya
memperhitungkan pengeringan (drainage) dan memberikan stabilitas pada
tangki dalam berbagai penggunaan dan keadaan. Bila ada kemungkinan
lokasi tangki akan mengalami bahaya banjir, maka perlindungan hendaknya
diberikan kepada fondasi-fondasi untuk mencegah terjadinya erosi dan tangki-
tangki harus diberi tembok penahan longsor.
Salah satu bentuk konstruksi fondasi tangki ditunjukkan dalam gambar 2-1.
Campuran bitumen dan pasir dipadatkan sedemikian rupa di atas permukaan
fondasi dimaksudkan untuk membuat kedap air.
Daerah-daerah yang mempunyai keadaan lapisan di bawah permukaan
tanah yang lemah memerlukan perhatian khusus. Untuk memperoleh
kedudukan tanah yang normal bagi tangki, selama dilakukan pengujian harus
diisi dengan air.
1.2. Pengujian
Untuk mencari kebocoran-kebocoran pada dasar tangki yang telah selesai
dipasang, maka harus dilakukan pengujian apakah dengan metoda kotak
vakum ataukah metoda yang lain yang sesuai.
1.4 Ventilasi
Setiap tangki harus dipasang lubang-lubang udara yang terbuka (open vent)
atau kerangan-kerangan tekanan dan vakum dengan kapasitas aliran yang
cukup untuk mencegah terjadinya kenaikan perbedaan tekanan (differential
pressure) yang telah melebihi batas maksimum yang direncanakan.
Gambar 7 menunjukkan jenis vent yang digunakan untuk fixed roof tank yang
bertekanan normal (non pressure tank).
Disamping untuk tujuan tersebut, vent jenis ini juga berfungsi untuk menghindari
terjadinya tekanan vakum di dalam tangki.
Pemilihan ukuran vent yang benar adalah sangat diperlukan, dan untuk
pemilihannya didasarkan pada tekanan vakum maksimum yang diijinkan. Untuk
menghitung tekanan vakum yang terjadi didasarkan pada perubahan volume
yang terjadi pada saat pengosongan tangki, dengan turunnya permukaan
cairan di dalam tangki akan mengakibatkan tekanan diatas permukaan turun
(cenderung menjadi vakum).
Kapasitas aliran pembuangan udara harus sedemikian besar sehingga
mampu mengatasi semua kondisi pada saat pengisian ataupun pembong-
karan tangki dan perubahan-perubahan volume ullage yang disebabkan oleh
setiap perubahan suhu yang mungkin akan terjadi selama tangki tersebut
digunakan juga menjadi perhatian didalam menetap-kan ukuran vent.
Kevakuman yang terjadi didalam tangki dapat mengakibatkan bentuk tangki
berubah dan volumenya menyusut.
Untuk bahan bakar minyak klas "A", pipa-pipa masuk (inlet pipe) harus
ditempatkan berdasarkan/berdekatan dengan dasar tangki, sehingga pipa-
pipa tersebut akan terendam selama dalam keadaan operasi normal.
1.7 Manhole
Manhole harus dibuat untuk memungkinkan orang memasuki tangki dan untuk
memudahkan kegiatan-kegiatan pembebasan gas (gas freeing) dan
pembersihan tangki (tank cleaning). Dimensi manhole hendaknya sedemikian
besar sehingga akan memungkinkan seseorang masuk dengan
mempergunakan pakaian perlindungan yang lengkap. Sekurang-kurangnya
harus disediakan satu manhole di bagian dinding dan satu di bagian atap
tangki.
Dua buah tangki dapat memiliki satu stairway saja yang berakhir pada
overloop yang sama yang dihubungkan dengan panggung-panggung tempat
bekerja di atas kedua tangki tersebut.
Apabila lebih dari satu tangki berada dalam satu tembok penahan dan bagian-
bagian atasnya dihubungkan satu sama lain dengan jembatan, maka jalan
tangga harus dipasang pada setiap ujung deretan tangki.
2.1. Pengujian
Setelah tangki dimasukkan ke dalam lubang galian (excavation) dan sebelumnya
ditutup kembali dengan tanah, bagian dalamnya harus diberi tekanan udara
sebesar dua kali tekanan kerjanya selama lebih dari 24 jam untuk menguji
kedap udaranya (air tightness).
Setiap pipa yang menuju ke dalam tangki harus diuji dengan cara serupa.
2.2. Kalibrasi
Tiap tangki atau kompartemen dari suatu tangki harus dikalibrasi dengan
seksama dan diberi suatu alat untuk mengukur jumlah isinya. Apabila
penggunaan tongkat pengukur (dip stick) maka harus dibuat dari bahan bukan
besi (non ferrous).
Tiap tongkat pengukur atau alat lainnya untuk penentuan jumlah isi dalam
tangki haruslah diberi tanda yang jelas sehingga dapat diketahui dengan
mudah untuk tangki atau kompartemen mana tongkat tersebut dimasukkan.
3. TANGKI ELPIJI
Tangki-tangki penimbun ELPIJI harus dikonstruksi dan diuji menurut hukum
pelaksanaan nasional dan atau standard seperti BS 1515 atau peraturan
ASME untuk bejana bertekanan tanpa api.
Tangki-tangki penyimpanan harus dibuat untuk tekanan kerja yang sesuai
dengan tekanan uap pada suhu tertinggi yang dapat dicapai oleh isi tangki.
Untuk daerah yang beriklim sedang, biasanya suhunya sekitar 35o C ( 95o F).
Tekanan kerja pada suhu ini ditetapkan sebagai tekanan maksimum yang
diijinkan untuk bekerja secara normal, tetapi dalam keadaan dimana tekanan
mungkin naik melebihi tekanan keseimbangan uap haruslah diambil toleransi
yang cukup, dan tangki dibuat untuk tekanan yang lebih tinggi. Baja yang
dipilih untuk kondisi suhu terendah mungkin yang dialami selama
pemakaian.
Bahan-bahan konstruksi harus dipilih agar sesuai dengan kondisi suhu yang
rendah, dalam beberapa hal bahan-bahan yang mempunyai titik cair yang
rendah mungkin memerlukan fasilitas pencegahan kebakaran yang khusus.
Konstruksi tangki harus memenuhi peraturan dalam API code 650. Tangki-
tangki bersuhu rendah harus ditempatkan dengan hati-hati untuk memung-
kinkan lingkungan pemagaran (bund) agar ada saluran pembuangan dari tangki.
3.2. Pengisian
Apabila tangki yang baru akan dipakai atau tangki-tangki yang sudah bebas gas
akan diisi, udaranya harus dibuang terlebih dahulu dengan elpiji, air, atau lebih
baik lagi dengan gas pemadam (inert gas). Apabila yang digunakan adalah
elpiji maka perlu diadakan persiapan untuk menyakinkan bahwa lingkungan
sekelilingnya tidak terdapat sumber pembakaran dan bahwa pipa gas ada
hubungannya dengan tempat pembakaran (flare) atau dengan sistem
penampungan uap. Dalam hal ini air tidak boleh dipakai untuk tempat penim
bunan yang diinginkan.
1. UMUM
Yang dimaksud dengan jarak minimum adalah jarak minimum yang dianjurkan
antara tangki dan tembok penahan di sekeliling tangki yang menyimpan produk-
produk minyak bumi. Ketentuan ini berlaku bagi penyimpanan semua produk
minyak bumi di luar batas-batas komplek unit-unit proses dalam tangki-tangki
berkapasitas lebih dari 500 ton air.
Dalam menentukan jarak keselamatan, maka kemungkinan terjadinya
kebakaran dan pengaruh radiasi panas harus diperhatikan, dan jarak itu harus
diperhitungkan agar dapat mencegah transmisi panas yang memancar pada
suatu tingkatan yang berbahaya.
Syarat-syarat bagi minyak mentah dan produk-produk klas "A" dan klas "B" lebih
ketat dari pada syarat-syarat bagi produk-produk klas "C". Oleh karena itu
apabila merencanakan pengaturan penyimpanan dengan tangki-tangki bagi
produk klas "C" dan diperkirakan bahwa tangki-tangki tersebut mungkin
dipergunakan bagi produk-produk klas "A" dan klas "B", perlu diingat bahwa
jarak dan sebagainya antara tangki-tangki yang berisi produk-produk klas "C"
itu harus mengikuti anjuran-anjuran yang diberlakukan bagi produk-produk
klas "A" dan klas "B". Jarak minimum untuk memenuhi syarat-syarat tadi
dinyatakan sebagai berikut :
Faktor 2 :
Jarak antara tangki-tangki dalam satu kelompok.
(a). Kedua tipe :
Tangki-tangki yang bergaris tengah sampai 9 meter dapat dikelom-pokkan
menjadi satu sampai jumlah kapasitas 8.000 m 3 dengan jarak yang sesuai
dengan syarat-syarat konstruksi dan pekerjaan. Suatu kelompok dapat
diperlakukan sebagai satu tangki dan dikelompokkan dengan tangki-tangki
lain, tetapi dengan jarak minimum 15 meter.
Faktor 3 :
Jarak antara tangki gedung yang berisi bahan yang mudah terbakar,
misalnya tempat pengisian minyak atau gudang penyimpanan.
Faktor 4 :
Jarak antara tangki dan pagar atau dari sumber nyala api, untuk kedua tipe
tangki, minimum 15 meter.
Sumber nyala api apapun, berapapun jaraknya, tidak boleh ada di dalam tembok
penahan.
Faktor 5 :
Kapasitas maksimum bagi tangki-tangki dalam satu tembok penahan, untuk
atap tetap 60.000 m3 dan untuk terapung 120.000 m3.
Faktor 6 :
Volume bersih tembok penahan untuk kedua tipe tangki harus tidak kurang
dari 100 % dari kapasitas tangki terbesar dalam tembok penahan, setelah
volume semua tangki lainnya di dalam tembok penahan dikurangi sampai
setinggi tembok itu.
Catatan :
(a). Apabila tangki beratap tetap atau terapung bagi produk klas "C"
berdekatan dengan tangki bagi klas "A" atau klas "B", maka
dipergunakan perhitungan untuk tangki klas "C".
Jika dalam kelompok yang sama seperti klas "A" atau klas "B" harus
diberi antara seperti klas "A" atau klas "B", tetapi dengan
memperlakukan tangki klas "C" sebagai tangki beratap terapung.
Jika berdekatan dengan suatu kelompok klas "A" atau klas "B" tangki-
tangki harus diberi jarak seperti faktor 1.
(b). Apabila ada kombinasi tangki-tangki beratap tetap dan beratap terapung
maka :
(c). Apabila terdapat suatu kombinasi tangki klas "A", klas "C", dan klas "C",
maka harus diperlakukan faktor 1.
(d). Tembok penahan yang besarnya sudah ditentukan (faktor 6) biasanya
disediakan bagi tangki-tangki di atas tanah yang berisi produk-produk klas
"A" atau klas "B". Tembok penahan harus dibuat cukup kuat untuk
dapat menahan tekanan yang mungkin harus dialaminya jika volume
didalam tembok penahan itu terisi dengan air, dan sedapat mungkin harus
tahan terhadap perembesan.
(e). Tangki-tangki harus sama sekali dikelilingi oleh tembok penahan kecuali
jika topografi daerah sekitarnya sedemikian rupa keadaannya sehingga
tumpahan-tumpahan yang disebabkan oleh meluapnya atau pecahnya
sebuah tangki dialirkan dengan cepat dan aman melalui drainage secara
gravitasi (gravity drainage) dan tembok-tembok pengaliran jika diperlu
kan, ketempat rendah atau ke kolam penampung yang terletak dalam
batas-batas daerah pengilangan. Dalam keadaan ini tempat rendah atau
kolam penampung itu harus mempunyai volume seperti yang diharus
kan oleh faktor 6.
(b). Bagi tangki-tangki produk klas "C", suatu tembok rendah yang ditempat
kan sedemikian rupa sehingga dapat menguasai tumpahan-tumpahan
yang mungkin terjadi, dalam keadaan tertentu dapat dianggap cukup.
(b). Antara dinding-dinding tangki elpiji dengan tangki penimbun produk lain
(minyak) minimum 15 meter (50 ft).
(c). Antara dinding elpiji dan batas dari suatu instalasi atau depot, ketel, api
terbuka, kantor dan halaman rumah minimum 15 meter (50 ft).
Tangki-tangki elpiji tidak boleh ditempatkan dalam satu kumpulan (bund) dengan
produk bahan-bahan lainnya.
1. PEMBERSIHAN TANGKI
Setiap periode tertentu atau jika setelah diketahui tangki terdapat kotoran
yang dapat menganggu atau merusak mutu produk-produk minyak, maka
harus segera dilakukan pembersihan. Di dalam melakukan pembersihan harus
mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan agar keselamatan dan
kesehatan kerja tetap terjamin.
Orang-orang hanya diijinkan masuk bekerja dalam tangki tanpa memakai alat-
alat pernapasan, setelah dipastikan bahwa tangki itu "bebas gas" dan tidak ada
resiko dari bahaya keracunan atau kekurangan oksigen.
Cara-cara membebaskan gas dapat meliputi semua atau salah satu dari yang
disebutkan berikut :
(a). Mencuci dengan air, cara ini berguna terutama untuk menghilangkan
minyak yang tertinggal dalam perlengkapan tangki setelah pemompaan
keluar dan dimana besi piroforik mungkin terdapat.
(b). Steaming out, pengusiran gas dengan menggunakan steam sering dilaku
kan karena efektifitasnya. Perhatian khusus harus diberikan untuk
melakukan pengosongan kondensat, hal ini dimaksudkan untuk menghin
dari terjadinya pukulan-pukulan air (water hamer).
Di samping hal itu juga harus dijaga jangan sampai terhadi kerusakan pada
pipa dan perlengkapan karena ekspansi yang disebabkan oleh pemanasan.
(d). Pembebasan dengan gas inert, yaitu gas-gas yang tidak bereaksi seperti
nitrogen.
2. INSPEKSI
2.1. Perlunya inspeksi dan frekuensinya
Karat dan kerusakan lain mengharuskan dilaksanakannya pekerjaan inspeksi
berkala yang baik. Sebelum tangki-tangki yang baru dipakai, catatan-catatan
inspeksi yang cukup harus dibuat dan catatan-catatan ini harus diteruskan
selama penggunaan perlengkapan tersebut.
Jangka waktu inspeksi bagi tangki-tangki pada umumnya ditentukan oleh
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Inspeksi menurut peraturan sering
diharuskan selang jangka waktu yang sudah ditentukan seperti yang tercantum
pada ketentuan-ketentuan maupun peraturan-peraturan Pemerintah.
Tujuan inspeksi berkala adalah untuk mengetahui kondisi tangki yang
sebenarnya.
Dari hasil inspeksi dapat dibuat uatu kesimpulan tentang kondisi tangki dan
kemudian disusun rekomendasi-rekomendasi untuk dilakukan tindakan lebih
lanjut terhadap tangki tersebut.
V. OPERASI TANGKI
1. UMUM
Pada kegiatan operasi tangki seperti kegiatan penimbunan, penerimaan
maupun pendistribusian produk cair seperti minyak dan bahan-bahan
petrokimia, diperlukan pengetahuan khusus tentang operasi tangki
terutama dalam hal tatacara mengukur produk-produk didalam tangki.
Dengan menerapkan tatacara pengukuran yang benar, akan dapat
menghindarkan kesalahan-kesalahan dalam memperhitungkan jumlah
produk yang tersimpan didalam tangki, jumlah penerimaan maupun
pengiriman.
Pengambilan contoh yang benarpun diperlukan didalam kegiatan operasi
sehari-hari. Kontrol kwalitas produk selalu dilakukan didalam kegiatan
industri, oleh karena itu didalam pengambilan contoh yang akan dianalisa
di laboratorium harus dapat mewakili kwalitas yang sebenarnya produk
yang ada didalam tangki tersebut.
Metoda untuk pengukuran tangki maupun pengambilan contoh akan
dibahas didalam bab ini, termasuk aturan yang telah dibakukan, diterapkan
untuk melakukan hal ini, dan sudah semestinya untuk diikuti.
3) Untuk tangki jenis floating roof, periksa kedudukan atap tangki, dan
apabila keadaan miring segera laporkan kepada pengawas. Apabila
ada genangan air harus didrain.
4) Periksa apakah cairan yang ada didalam tangki sudah cukup masa
diamnya atau belum (minimum 1 jam). Hal ini dimaksudkan untuk
memberi kesempatan agar air terpisah dan permukaan cairan menjadi
tenang.
6) Catat reference depth pada tabel tangki yang akan dikur, untuk tangki
yang reference depthnya tidak tertera didekat lubang ukur. Setelah
semua persiapan dilakukan dengan baik, segera laksanakan
pengukuran.
2) Periksa keadaan alat-alat ukur sebelum naik keatas tangki, seperti pita
ukur, bandulan, thermometer, pasta air/minyak dan hydrometer
density. Peralatan ukur harus bersih, kering, sempurna dan dapat
digunakan sesuai dengan prosedur. Bandulan dari pita harur runcing
dan bila terdapat ketidak beresan pada alat ukur, segera laporkan
kepada pengawas.
3) Untuk tangki yang dilenkapi dengan level indicator yang bisa dibaca
dari bawah, catat dan gunakan sebagai angka pembanding. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan pengukuran.
4) Bawalah peralatan ukur, kain lap, blangko tank ticket keatas tangki.
Dan bila pengukuran dimalam hari, lengkapi dengan lampu senter
yang kedap gas.
6) Periksa apakah atap tangki miring, apabila ada kelainan pada atap
tangki, laporkan kepada pengawas dan apabila ada genangan air agar
didrain (khusus untuk tangki floating roof).
9) Letakkan pita ukur pada bibir titik ukur (reference point) dan turunkan
bandulan perlahan-lahan kedalam cairan. Apabila bandulan sudah
terasa menyentuh meja ukur/datum plate tetapi angka yang tertera
pada pita tidak sama dengan tinggi lubang ukur yang sudah
ditentukan, maka ulangi pengukuran.
10) Selama proses penurunan pita ukur, pita ukur harus tetap
bersinggungan pada bibir tangki, agar kemungkinan adanya pengaruh
listrik statis bisa dihindarkan.
12) Letakkan pita ukur pada bibir titik ukur (reference point) dan turunkan
bandulan perlahan-lahan kedalam cairan dan selama proses
penurunan pita ukur, pita ukur harus tetap bersinggungan dengan bibir
lubang ukur tangki.
13) Turunkan terus pita ukur hingga ujung bandulan mengenai meja ukur/
datum plate, dan pita harus tetap tegang untuk mendapatkan ketelitian
pengukuran.
14) Diamkan terendam beberapa saat sesuai dengan jenis minyak yang
diukur:
(a) Naphtha : 5 - 10 detik
(b) Minyak diesel : 10 - 30 detik
(c) Minyak bakar : 30 - 60 detik
15) Tarik pita ukur keatas, kemudian bacalah batas reaksi yang tertera
pada pita. Ini merupakan tinggi cairan dalam tangki. Batas reaksi (cut
point) harus lurus, tidak miring dan tidak bergelumbang. Untuk minyak
yang mudah menguap, penarikan pita harus lebih cepat dari pada
minyak yang lambat menguap.
16) Bersihkan alat ukur sampai kering dan ulangi pengukuran sekali lagi,
apabila perbedaan hasilnya lebih kecil dari 3 mm maka dinyatakan
sebagai hasil pengukuran identik, dan catat sebagai hasil pengukuran.
Dua hasil pengukuran yang identik adalah bila selisihnya lebih kecil
dari 3 mm.
17) Apabila hasil pengukuran ulang diatas hasilnya berbeda melebihi atau
sama dengan 3 mm, maka lakukan pengukuran ulang sampai
mendapatkan 2 angka yang identik. Dua hasil yang identik adalah bila
selisihnya kurang dari 3 mm.
Contoh : 1
Pengkuran pertama : 6831 mm
Pengukuran kedua : 6833 mm
Yang dicatat pada tank ticket : 6831 mm
Contoh : 2
Pengukuran pertama : 6831 mm
Pengukuran kedua : 6834 mm
Pengkuran harus diulang
Contoh : 3
Pengukuran pertama : 6831 mm
Pengukuran kedua : 6834 mm
Pengkuran ketiga : 6836 mm
Yang dicatat pada tank ticket : 6834 mm
Apabila dalam 5 kali pengukuran bedanya masih sama atau lebih dari 3
mm, laporkan kepada atasan.
19) Apabila hasil pengukuran sudah benar, maka catat dalam tank ticket
pada kolom tinggi cairan.
4) Bawalah peralatan ukur, kain lap, blangko tank ticket keatas tangki.
Dan bila pengukuran dilakukan pada malam hari, maka lengkapi
dengan lampu senter yang kedap gas.
6) Periksa apakah atap tangki miring, apabila ada kelainan pada posisi
atap tangki laporkan kepada pengawas. Apabila ada genangan air
agar didrain dan laporkan kepada pengawas (khusus floating roof)
10) Letakkan pita ukur pada bibir lubang ukur (reference point) dan
turunkan pita perlahan-lahan kedalam minyak, dan tidak boleh
menimbulkan riak.
11) Selama proses penurunan pita ukur, pita ukur harus tetap
bersinggungan dengan bibir lubang, hal ini dilakukan untuk
menghindari listrik statis.
14) Diamkan terendam beberapa saat sesuai dengan jenis minyak yang
diukur. Minyak ringan 5 – 10 detik (Avgas, Avtur, Premium, Minyak
tanah, Minyak Solar). Minyak Diesel 10 – 30 detik. Minyak berat dan
Crude oil 30 – 60 detik.
15) Tarik pita ukur keatas perlahan-lahan, dan pita ukur harus tetap
menempel pada reference mark. Baca dan catat batas reaksi pasta
pada bandulan. Batas reaksi (cat point) harus lurus, tidak miring dan
tidak gelumbang. Untuk minyak yang mudah menguap, penarikan pita
harus lebih cepat dari pada minyak yang lambat penguapannya.
16) Bersihkan alat ukur sampai kering dan ulangi pengukuran sekali lagi.
Apabila perbedaan hasilnya mendekati 3 mm catat sebagai hasil
pengukuran. Angka yang masuk dalam tang ticket adalah hasil
pengkuran yang pertama (terdahulu) yang identik.
18) Apabila hasil pengukuran sudah benar, maka catat dalam tank ticket
pada kolom kosong.
2) Oleskan pasta air secukupnya pada bandulan atau tongkat pengukur air
pada batas tinggi air yang diperkirakan. Lapisan pasta tidak boleh terlalu
tebal/tipis, oleh karena bila terlalu tebal menyebabkan batas yang kabur,
sedangkan bila terlalu tipis batas tidak jelas dan sulit dibaca. Untuk
minyak berat lapisan pasta dilapisi lagi dengan minyak pelumas.
3) Letakkan pita ukur pada bibir lubang ukur (reference point) dan turunkan
pita perlahan-lahan kedalam cairan.
5) Turunkan terus pita ukur hingga ujung bandulan atau tongkat pengukur
air mengenai dsar tangki/datum plate, dan pita ukur harus tetap tegang
untuk mendapatkan ketelitian pengukuran.
Naphtha : 5 – 10 detik
Minyak diesel : 10 – 30 detik
Minyak bakar : 30 – 60 detik
7) Tarik pita ukur keatas dan kemudian bacalah batas reaksi yang timbul
karena adanya perpotongan permukaan air dengan tongkat/bandulan.
Ini merupakan tinggi air dalam tangki. Batas reaksi (cut point) harus
lurus, tidak miring ataupun bergelumbang. Untuk minyak yang mudah
menguap, penarikan pita ukur harus lebih cepat dari pada minyak yang
lambat menguap. Batas reaksi akan berubah warnanya.
8) Baca dan catat hasil pembacaan angka batas reaksi pada bandulan/
tongkat pengukur air dalam tank ticket pada kolom tinggi air.
Berikut ini adalah tata cara untuk pengukuran suhu isi tangki.
1). Periksa thermometer yang akan digunakan, dan yakinkan thermometer yang
akan dipakai dalam keadaan bersih, baik dan mudah dibaca skalanya
(perhatikan tabel 5-1).
Bandingkan thermometer yang akan digunakan dengan master
thermometer pada suhu ruangan dan dibandingkan dengan pembacaan
pada tiap-tiap thermometer.
Thermometer yang menunjukkan perbedaan 1 oF (0,5 oC) dari yang seha
rusnya tidak dapat digunakan.
Perhatikan apakah kolom air raksanya terputus, jika kolom air
raksanya terputus maka thermometer tersebut tidak akan dapat
menunjukkan suhu yang tepat, dan jangan digunakan.
Perhatikan bolaa air raksanya, jika bola air raksa pada dasar
thermometer pecah jangan digunakan.
Jaga agar thermometer bebas dari lapisan bahan yang dapat
menahan panas.
5). Turunkan cup case flushing assembly perlahan-lahan melalui lubang ukur
(perhatikan tabel 5-2).
6). Apabila perbedaan suhu udara dan suhu minyak yang diukur lebih dari
20oF (11oC), cup case flushing assembly perlu dibilas beberapa kali dengan
minyak yang akan diukur suhunya untuk mempercepat proses adaptasi cup
tersebut terhadap suhu minyak.
8). Naik turunkan cup case flushing assembly sejauh + 1,5 meter minimum 2
menit agar diperoleh pengukuran yang teliti dan didiamkan selama 3 menit
untuk mempercepat adaptasi.
9). Tarik cup case tersebut dalam waktu relatif singkat dan perhatikan bahwa
cup berisi penuh minyak.
Minimum Jml.
Tinggi Minyak Kedalaman Pengukuran
Pengukuran
10). Bacalah segera suhu pada lubang ukur dalam keadaan cup case flushing
assembly sebagian masih berada dalam lubang ukur.
Pada waktu pembacaan usahakan thermometer terlindung dari
pengaruh udara luar.
Pembacaan suhu harus dengan segera.
14). Setelah dilaksanakan prosedur pengukuran suhu sesuai dengan tabel 5-2,
catat suhu rata-rata dalam tank ticket dengan cara:
V1T1 V 2 T2
= A weighted average
V1 V2
Perhatian:
Contoh diperoleh dengan cara mencampur dari semua all level sample dari
kompartemen-kompartemen yang berisi minyak dari jenis yang sama secara
proporsional terhadap isi minyak dari masing-masing kompartemen.
Berikut ini adalah petunjuk tata cara pengambilan contoh didalam tangki untuk
analisa density dalam perhitungan.
2. Gunakan tali atau rantai atau yang non spark diberi simpul/tanda
sebagai pengganti skala agar diperoleh sample yang diinginkan.
b. Tuangkan cairan pada tempat contoh, tutup rapat dan diberi label
yang jelas untuk tempat yang memilikifasilitas laborato-rium.
Catatan :
Untuk semua produk, pengukuran density dapat dilakukan tidak dilaborato-
rium. Khusus untuk light produk yang mempunyai RVP lebih besar dari 26 psi
harus dilaboratorium.
4) Letakkan gelas ukur yang telah berisi contoh dengan posisi tegak lurus
dengan alas rata serta terlindung dari arah angin.
5) Baca dan catat pada saat yang sama skala hydrometer sampai dengan
ketelitian 0,0001.