Anda di halaman 1dari 32

OPTIMALISASI PENGGUNAAN BEJANA UKUR STANDAR

(BUS) UNTUK KALIBRASI DAN MENGANTISIPASI


KETERLAMBATAN TERA ALAT-ALAT UKUR TAKAR
TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) DI TBBM
KOTABARU

OLEH:
AHMAD FAUZI
15/BPA/II/PEMASARAN/2018

PERTAMINA CORPORATE UNIVERSITY (PCU)


BIMBINGAN PROFESI AHLI PT PERTAMINA (PERSERO)
TAHUN 2018 ANGKATAN 2
Jakarta, 1 November 2018 – 30 April 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul KKW : Optimalisasi Penggunaan Bejana Ukur Standar (BUS) untuk


Kalibrasi dan Mengantisipasi Keterlambatan Tera Alat-Alat Ukur
Takar Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) di TBBM Kotabaru.

Nama : Ahmad Fauzi

No. Peserta : 15/BPA/II/PEMASARAN/2018

Periode : 1 November – 30 April 2019

Lokasi OJT : TBBM Kotabaru

Menyetujui,

Pembimbing Penulis,
SR Spv Receiving Storage &
Distribution TBBM Kotabaru

Hadi Tama Waskito Ahmad Fauzi


NIP: 749725 15/BPA/II/PEMASARAN/2018

Mengetahui
Operation Head TBBM Kotabaru

Mansyur Al Idrus A
NIP: 642398

i
KATA
PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, dengan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Kerja Wajib (KKW)
ini dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Penulisan KKW ini
dimaksudkan sebagai syarat kelulusan program On the Job Training (OJT)
Bimbingan Profesi Ahli (BPA) Batch-2 2018 PT.Pertamina (Persero).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan KKW ini banyak pihak yang
membantu. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
2. Bapak Sugeng Riyadi dan Ibu Fatimah Setiatiningsih selaku orangtua
luar biasa bagi penulis yang selalu mendidik dan mendukung penulis
dalam kondisi apapun hingga saat ini.
3. Bapak B. Frans Justus Lapian selaku General Manager MOR VI.
4. Bapak Mansyur Al Idrus A selaku Operation Head TBBM Kotabaru
Group.
5. Bapak Hadi Tama Waskito selaku pembimbing KKW ini.
6. Bapak Ibnu Choldun selaku pembimbing OJT.
7. Seluruh pekerja di TBBM Kotabaru group atas bimbingannya selama
proses OJT berlangsung.
8. Bapak Fery, Bapak Saleh, Ibu Caca, Ibu Putri selaku pembimbing BPA
Pemasaran Batch 2 2018.
9. Seluruh tim pengajar selama classroom yang telah memberikan ilmu
dan pengalamannya.
10. Keluarga besar BPA Pemasaran Batch 2 2018 atas semangat dan
dorongannya.
Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuian penulis, tidak
menutup kemungkinan KKW ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
bersedia menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk penyempurnaan lebih
lanjut. Semoga penulisan KKW ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Kotabaru, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
RINGKASAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang................................ Error! Bookmark not defined.
1.2. Ruang Lingkup .............................. Error! Bookmark not defined.
1.3. Maksud dan Tujuan ........................ Error! Bookmark not defined.
1.4. Metode Pendekatan dan Penelitian . Error! Bookmark not defined.
1.5. Sistematika Penulisan ..................... Error! Bookmark not defined.
BAB II IDENTIFIKASI MASALAH ................... Error! Bookmark not defined.
2.1. Deskripsi Keadaan dan Gejala Permasalahan ................................. 4
2.2. Stratifikasi Permasalahan ................................................................ 7
2.3. Pareto Masalah ................................................................................ 8
BAB III PEMBAHASAN MASALAH .................................................................. 9
3.1. Menetapkan Faktor Penyebab ......................................................... 9
3.2. Penarikan Kesimpulan (Deduksi Logis dari Hipotesis) ......... Error!
Bookmark not defined.2
3.3. Analisis Pemecahan Masalah ........................................................ 12
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 166
4.1. Kesimpulan .................................................................................. 166
4.2. Saran ............................................................................................ 166
DAFTAR PUSTAKA .......................................... Error! Bookmark not defined.7
LAMPIRAN .......................................................................................................... 18

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rantai Ketertelusuran ........................................................................... 4


Gambar 2.2 Tanda Peneraan. ................................................................................... 5
Gambar 2.3 Diagram Pareto Permasalahan Metrologi di TBBM Kotabaru Group . 8
Gambar 3.1 Fishbone Diagram Penggunaan Bejana Ukur Standar yang Belum
Optimal. ................................................................................................. 9
Gambar 3.1 Contoh Sertifikat Penera .................................................................... 10
Gambar 3.2 Contoh sertifikat Kalibrasi. ................................................................ 10
Gambar 3.3 Standar Pengujian Tentang Meter Bahan Bakar Minyak ................... 11
Gambar 3.4 Tangki Ukur Mobil ............................................................................ 11
Gambar 3.5 Instalasi Bejana Ukur Standar ............................................................ 11
Gambar 3.6 Proses Kalibrasi Bejana Ukur Standar ............................................... 11
Gambar 3.7 Alur Kalibrasi dan Tera/Tera Ulang................................................... 13
Gambar 3.8 Calibration Plan UTTP di Terminal BBM Kotabaru ....................... 13
Gambar 3.9 Calibration Plan TUM untuk Pengelola Mobil Tangki .................... 14

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Permasalahan Metrologi di TBBM Kotabaru Group ............................... 7


Tabel 2.2 Stratifikasi Permasalahan Metrologi di TBBM Kotabaru Group ............ 7
Tabel 3.1 QCDSM ................................................................................................. 14

v
RINGKASAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Pertamina (Persero), Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di
bidang energi, dituntut untuk siap menghadapi tantangan global yang sangat
kompetitif. Agar tetap menjadi yang terbaik di negerinya sendiri dan dapat terus
berekspansi mengembangkan pasar di luar negeri, membuat Pertamina terus
berbenah untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk tetap dicintai
masyarakat Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya tentu tidaklah
mudah, dibutuhkan perjuangan dan komitmen dari semua elemen yang ada di
tubuh Pertamina.
Dalam rangka menuju Pertamina World Class Company tahun 2025, banyak
yang harus diubah. Mulai dari budaya kerja, pola pikir, disiplin kerja, perbaikan
dan pembaruan sarana fasilitas merupakan beberapa contoh hal yang harus terus
dibenahi dan dikembangkan. Semua pekerja haruslah bekerja secara
professional dan efektif serta bekerja sesuai prosedur agar dapat ditanamkan
sebuah pola pikir bahwa Pertamina sudah menjadi perusahaan yang profitable,
bersaing dengan para kompetitor, dan terus bergerak maju untuk menuju
perusahaan kelas dunia.
Upaya perbaikan dan inovasi sesuai dengan tuntutan kondisi global
merupakan salah satu komitmen Pertamina dalam setiap kiprahnya
menjalankan peran strategis dalam perekonomian nasional. Semangat
terbarukan dan tata nilai pertamina yaitu 6C yang dicanangkan saat ini
merupakan salah satu bukti komitmen Pertamina dalam menciptakan alternatif
baru dalam penyediaan sumber energi yang lebih efisien dan berkelanjutan serta
berwawasan lingkungan. Dengan inisatif dalam memanfaatkan sumber daya
dan potensi yang dimiliki untuk mendapatkan sumber energi baru dan
terbarukan di samping bisnis utama yang saat ini dijalankannya, Pertamina terus
bergerak maju untuk mewujudkan visi perusahaan, Menjadi Perusahaan Energi
Nasional Kelas Dunia.
Perkembangan bisnis BBM Direktorat Marketing & Trading PT. Pertamina

1
(Persero), MOR (Marketing Operation Region) VI Balikpapan khususnya
Terminal BBM Kotabaru Group yang begitu pesat dan dinamis membuat
Pertamina harus terus berbenah. Hal yang akan disampaikan oleh penulis sangat
erat hubungannya dengan Metrologi. Metrologi (ilmu pengukuran) adalah
disiplin ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran, kalibrasi dan akurasi di
bidang industri, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini akurasi dan
presisi suatu alat ukur yang berada di Terminal BBM Kotabaru Group harus
selalu dipantau melalui kalibrasi secara berkala untuk menunjang akurasi dan
presisi dari alat tersebut agar mendapat nilai yang mendekati aktual yang
berpengaruh langsung dengan nilai thruput penyaluran.
1.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dijadikan batasan masalah dalam penulisan Kertas
Kerja Wajib ini, adalah sebagai berikut :
1. Pembahasan Kertas Kerja Wajib KKW ini terkait untuk wilayah kerja di
Terminal BBM Kotabaru Group.
2. Pembahasan Alat-Alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya
(UTTP) seperti Bejana Ukur Standar (BUS), master meter, meter arus
dan Tangki Ukur Mobil (TUM) adalah UTTP yang digunakan di area
filling sheds.
3. Data-data pendukung yang diambil berasal dari sertifikat tera dan
sertifikat kalibrasi alat ukur yang berada di Terminal BBM Kotabaru
Group.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan dari makalah ini adalah:

1. Menganalisa permasalahan terkait kemetrologian di TBBM Kotabaru


Group
2. Mendapatkan solusi dari permasalahan kemetrologian yang ada di
TBBM Kotabaru Group
3. Mendapatkan efisiensi waktu untuk kalibrasi dan tera alat ukur yang
berada di TBBM Kotabaru dengan Bejana Ukur Standar.
1.4 Metode Pendekatan dan Penelitian
Penulisan KKW ini dilakukan dengan metode pendekatan sebagai berikut:

2
1. Studi Literatur
Studi literatur bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang
berhubungan dengan permasalahan dan selanjutnya akan digunakan
sebagai landasan teori.
2. Wawancara
Wawancara bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai
permasalahan dan hal-hal yang menunjang pemecah masalah yang
dilakukan terhadap pegawai Pertamina.
3. Observasi
Observasi bertujuan untuk menganalisa data dan informasi yang
mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diangkat di dalam
tema KKW ini.
1.5 Sistimatika Penulisan
Penulisan laporan Kertas Kerja Wajib ini menggunakan sistematika sebagai
berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bagian awal bab ini berisi latar belakang penulisan, maksud dan tujuan
penulisan, ruang lingkup yang akan dibahas, serta metodologi penulisan
yang digunakan untuk mengolah data yang ada, dan sistematika
penulisan.

2. Bab II Identifikasi Permasalahan


Bab ini berisi deskripsi permasalahan, dimensi permasalahan serta
rumusan pokok permasalahan yang akan dibahas pada selanjutnya.
3. Bab III Pembahasan Masalah
Bab ini berisi interpretasi data dan informasi yang diperoleh dari
beberapa sumber beserta analisis untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi. Dari analisis tersebut, dapat dibuat alternatif pemecah masalah.
4. Bab IV Kesimpulan Dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan atas pembahasan masalah yang telah dilakukan
dan saran/rekomendasi.

3
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1. Deskripsi Keadaan dan Gejala Permasalahan


Permasalahan mengenai segala sesuatu dalam ukur-mengukur, takar-
menakar dan timbang-menimbang secara luas yang lazim disebut permasalahan
"metrologi" mencakup semua teori maupun praktek yang berhubungan dengan
pengukuran yaitu macamnya, sifatnya, kesaksamaan dan kebenarannya. (Sumber :
Tambahan Lembaran Negara RI Penjelasan Atas UU Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal)
Metrologi yang berhubungan dengan satuan-satuan ukuran, cara-cara atau
metoda pengukuran dan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP)
dan syarat-syarat teknik serta peraturan-peraturan pelengkap yang ditetapkan dalam
atau berdasarkan Undang-undang yang bertujuan untuk kebenaran pengukuran
disebut "metrologi legal" (legal metrology atau metrologie legale). (Sumber :
Tambahan Lembaran Negara RI Penjelasan Atas UU Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 Tentang
Metrologi Legal menyatakan bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu
adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian
hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda pengukuran dan
alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP).

(Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Dalam Negeri 2007)


Gambar 2.1 Rantai Ketertelusuran

4
Gambar 2.1. memperlihatkan bahwa alat ukur yang digunakan sebagai alat
bantu (misalnya alat bantu transaksi perdagangan) harus mengacu pada standar
tertentu yang lebih akurat. Puncak piramida adalah standard Internasional dimana
seluruh alat ukur yang ada di dunia ini seharusnya mengacu pada standar tertinggi
ini. Dari standar ini standar yang ada di setiap negara diturunkan. Standar Nasional
digunakan sebagai acuan alat ukur yang ada di suatu negara.
Untuk menjamin ketertelusuran suatu hasil pengukuran, maka alat ukur dan
bahan ukur yang digunakan harus dikalibrasi ataupun ditera. Kalibrasi adalah
proses membandingkan hasil pengukuran suatu alat ukur dengan hasil pengukuran
alat ukur standard/acuan. Proses kalibrasi dapat menentukan nilai-nilai yang
berkaitan dengan kinerja suatu alat ukur atau bahan acuan. Hal ini dicapai dengan
perbandingan langsung terhadap suatu standar ukur atau bahan acuan bersertifikat.
Keluaran dari kalibrasi adalah sertifikat kalibrasi. Selain sertifikat, biasanya juga
ada label atau stiker yang disematkan pada alat yang sudah dikalibrasi.
Ada tiga alasan penting mengapa sebuah alat ukur perlu dikalibrasi:
a. Memastikan bahwa penunjukkan alat tersebut sesuai dengan hasil
pengukuran lain.
b. Menentukan akurasi penunjukkan alat.
c. Mengetahui keandalan alat, yaitu bahwa alat tersebut dapat dipercayai.
Sedangkan tera adalah hal menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera
batal, atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau
tanda tera batal, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukannya
berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya.

Gambar 2.2. Tanda Peneraan


Dalam pasal 25b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981
Tentang Metrologi Legal menyebutkan bahwa dilarang mempunyai, menaruh,
memamerkan, memakai atau menyuruh memakai alat-alat ukur, takar, timbang dan

5
atau perlengkapannya (UTTP) yang tidak bertanda tera sah yang berlaku atau tidak
disertai keterangan pengesahan yang berlaku. Menurut pasal 32 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal barangsiapa
melakukan perbuatan yang tercantum pada pasal 25 ketentuan dipidananya adalah
penjara selama-lamanya 1 (satu) tahun dan atau denda setinggi-tingginya Rp.
1.000.000,-(satu juta rupiah).
Untuk menaati Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981
Tentang Metrologi Legal dan menjamin ketertelusuran maka penulis mencoba
untuk mengkaji permasalahan metrologi yang ada di lingkungan TBBM Kotabaru
Group. Seiring berjalannya waktu, didapatkan beberapa permasalahan metrologi
berdasarkan data yang sudah diperoleh.
Permasalahan
No Metrologi di TBBM Deskripsi
Kotabaru Group
1 Sertifikat tera pada mobil Sebagai persyaratan dalam melakukan
tangki sudah melebihi transaksi pengambilan bahan bakar minyak
tanggal yang berlaku. (BBM) di filling shed mobil tangki harus
mempunyai surat tera yang masih berlaku.
Tapi pada kenyataannya pada beberapa
kejadian masih ditemui mobil tangki dengan
surat tera yang sudah melebihi tanggal yang
berlaku.
2 Sertifikat tera pada meter Meter arus adalah instrumen yang digunakan
arus di filling sheds sudah langsung untuk menyalurkan bbm/k, namun
melebihi tanggal yang untuk memastikan kebenaran penyaluran
berlaku. tersebut secara legalitas belum sesuai dengan
peraturan yang telah di tetapkan dikarenakan
sertifikat tera yang sudah melebihi tanggal
yang berlaku.
3 Master Meter terlambat di Master Meter adalah alat dengan tingkat
kalibrasi. akurasi tinggi yang dapat digunakan untuk
tera/tera ulang meter arus dengan syarat

6
master meter tersebut terkalibrasi dan
mempunyai sertifikat kalibrasi yang berlaku.
4 Penggunaan Bejana Ukur Bejana Ukur Standar (BUS) adalah alat ukur
Standar yang Belum dengan tingkat akurasi tinggi yang dimiliki
Optimal TBBM Kotabaru group yang tertelusur
langsung dengan Bejana Ukur Standar (BUS)
milik Badan Standardisasi Metrologi Legal
(BSML). Manfaat yang akan didapatkan dari
Bejana Ukur Standar apabila digunakan
secara maksimal adalah kalibrasi master
meter, tera/tera ulang meter arus dan Tangki
Ukur Mobil (TUM).
Tabel 2.1 Permasalahan Metrologi di TBBM Kotabaru Group
Tabel 2.1 di atas menunjukkan permasalahan Metrologi yang ada di TBBM
Kotabaru Group yang ditemukan oleh penulis ada empat buah. Selanjutnya penulis
akan membuat pembobotan dari permasalahan tersebut untuk dicari masalah utama
yang ada terkait Metrologi di TBBM Kotabaru Group.
2.2 Stratifikasi Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, penulis mengelompokkan masalah
berdasarkan bobot masalah dan ketertelusuran alat yang terjadi terkait Metrologi di
TBBM Kotabaru Group untuk mencari permasalahan utama. Berikut adalah
masalah dan pembobotannya.
Permasalahan
Ketertelusuran
Metrologi di Bobot % Bobot %
No Alat Skor Kode
TBBM Kotabaru * Masalah Kumulatif
#
Group
1 Penggunaan 4 2 8 47,06% 47,06% 1
Bejana Ukur
Standar yang
Belum
Optimal
2 Master Meter 3 2 6 35,29% 82,35% 2
terlambat di
kalibrasi

7
3 Sertifikat tera 2 1 2 11,77% 94,12% 3
pada meter
arus di filling
shed sudah
melebihi
tanggal yang
berlaku
4 Beberapa 1 1 1 5,88% 100% 4
sertifikat tera
mobil tangki
sudah melebihi
tanggal yang
berlaku.
Total Skor 17
*Nilai 1 sangat aman - 5 Sangat Berpengaruh Nilai didapat dari observasi lapangan
#Keterangan berada di lampiran
Tabel 2.2 Stratifikasi Permasalahan Metrologi di TBBM Kotabaru Group
Tabel 2.2 di atas menunjukkan “Penggunaan Bejana Ukur Standar yang
Belum Optimal” memiliki persentase bobot masalah terbesar yang bernilai 47,06%.
3.3 Pareto Masalah
Selanjutnya dari tabel stratifikasi permasalahan yang ada di atas, penulis
membuat diagram pareto untuk menentukan permasalahan utama terkait Metrologi
di TBBM Kotabaru. Berikut adalah diagram paretonya.

Gambar 2.3 Diagram Pareto Permasalahan Metrologi di


TBBM Kotabaru Group
Gambar 2.3 di atas menunjukkan masalah dengan kode 1 memiliki
persentase bobot masalah yang paling besar. Sehingga penulis menetapkan tema
“Penggunaan Bejana Ukur Standar yang Belum Optimal” menjadi masalah utama
yang ada di TBBM Kotabaru Group.

8
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Menetapkan Faktor Penyebab


Dari pembahasan sebelumnya sudah didapatkan permasalahan utama terkait
permasalahan metrologi di TBBM Kotabaru Group. Selanjutnya penulis
menganalisis faktor penyebab dari permasalahan tersebut menggunakan fishbone
diagram. Berikut adalah fishbone diagram dalam menentukan faktor penyebab
permasalahan.

Gambar 3.1 Fishbone Diagram Penggunaan Bejana Ukur


Standar yang Belum Optimal
Dari Fishbone Diagram diatas terdapat beberapa potensi penggunaan
bejana ukur standar yang belum optimal antara lain :

1. Man (Personil Pengujian)

Yang dimaksud dengan personil pengujian adalah seseorang yang


mempunyai keterampilan untuk melakukan suatu pegujian yang dibuktikan dengan
sertifikat untuk melakukan kalibrasi ataupun peneraan dimana mereka bertanggung
jawab untuk melakukan dan mengevaluasi hasil pengujian. Personil yang diberikan
kewenangan adalah berasal dari lembaga yang sudah di akui oleh pihak Metrologi

9
, untuk peneraan yang ditunjuk oleh Metrologi adalah Balai Metrologi
Kabupaten/Kota, untuk kalibrasi seperti perusahaan kalibrasi yang sudah
mempunyai izin dari Direktorat Metrologi, Badan Standardisasi Metrologi Legal
(BSML), Pusat Penelitian Metrologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesi (Puslit
Metrologi LIPI) dan Direktorat Metrologi Bandung.

Gambar 3.1 Contoh Sertifikat Penera

2. Method (Standar Pengujian)

Standar pengujian untuk kalibrasi master meter dan tera meter arus mengacu
pada Keputusan Direktur Jendral Standardisasi dan Perlindungan Konsumen No.
134/SPK/Kep/10/2015 Tentang Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur
Elpiji, sedangkan untuk tera/tera ulang mobil tangki mengacu kepada Surat
Keputusan Direktorat Jendral Perdagangan dalam Negeri No.34 Tahun 2010
tentang Syarat Teknis Tangki Ukur Mobil (TUM). Untuk bisa menerapkan metode
tersebut maka perlu diadakan kerjasama dengan pihak Metrologi terkait.

10
Gambar 3.3 dan 3.4. Standar Pengujian Tentang Meter
Bahan Bakar Minyak dan Tangki Ukur Mobil

4. Machine ( Instalasi Pengujian )

Instalasi pengujian melibatkan Bejana Ukur Standar (BUS) yang telah


terkalibrasi. Penulis mendapat kesempatan untuk mengawasi dan melihat langsung
bagaimana Bejana Ukur Standar di kalibrasi. Selain itu instalasi pengujian
melibatkan pompa, meter arus, master meter dan host di area filling sheds, dengan
terkalibrasinya alat standar pengujian yakni Bejana Ukur Standar (BUS) dan
tersedianya sarana untuk pengujian maka tidak ada kendala dari aspek instalasi
pengujian.

Gambar 3.5 dan 3.6 Instalasi Bejana Ukur Standar dan


Proses Kalibrasi Bejana Ukur Standar

11
5. Material (Cairan Uji yang Digunakan)

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Standardisasi dan Perlindungan


Konsumen No. 134/SPK/Kep/10/2015 Tentang Meter Bahan Bakar Minyak dan
Pompa Ukur Elpiji cairan uji yang dapat digunakan adalah solar dan kerosine. Jalur
menuju Bejana Ukur Standar (BUS) telah terkoneksi dengan perpipaan di area
filling sheds jadi akan mempermudah untuk menggunakan solar sebagai cairan uji.

6. Environtment (Zona 1)

Area terbatas berada di zona 1, yang meliputi area Gate Keeper, Filling
Sheds dan rumah pompa. Area terbatas ini merupakan area yang langsung
berhubungan dengan uap hidrokarbon atau uap minyak sehingga tingkat resiko
terjadinya kebakaran cukup tinggi untuk terjadi pada area ini.. Hal ini sudah
diantisipasi dengan adanya gate keeper yang selalu memeriksa setiap individu yang
akan masuk ke area terbatas ini agar selalu menitipkan barang ataupun perlatan
yang dilarang untuk dibawa.

3.2 Penarikan Kesimpulan ( Deduksi Logis dari Hipotesis)

Dari uraian Fishbone Diagram di atas, terdapat 5 potensi penggunaan


Bejana Ukur Standar (BUS) yang belum optimal, ada 1 hal yang merupakan root
cause setelah pemaparan dan upaya mitigasi yang dilakukan yaitu Man,
dikarenakan kalibrasi dan tera/tera ulang bukan kewenangan dari TBBM Kotabaru
melainkan instansi Metrologi terkait, untuk kalibrasi adalah Badan Standardisasi
Metrologi Legal (BSML) Regional 3 Kalimantan sedangkan untuk tera/tera ulang
adalah Balai Metrologi Legal Kabupaten Kotabaru.

3.3 Analisis Pemecahan Masalah

Sesuai pembobotan pareto diagram dan menentukan faktor penyebab


masalah menggunakan fishbone diagram didapatkan root cause yaitu Man dari
penggunaan Bejana Ukur Standar (BUS) yang belum optimal. Selanjutnya penulis
akan menjabarkan cara pemecahan masalah.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui alur untuk kalibrasi
dan tera/tera ulang UTTP dari pengajuan surat permohonan hingga mendapatkan
sertifikat dari pihak Badan Standardisasi Metrologi Legal (BSML). Hal ini

12
bertujuan untuk memonitor sejauh mana proses yang telah dicapai dari kesepakatan
yang telah dilakukan.

Gambar 3.7 Alur Kalibrasi dan Tera/Tera Ulang

Kedua adalah membuat rencana tahunan untuk kalibrasi dan tera/tera ulang
UTTP, dengan begitu akan mempermudah untuk selalu mengawasi masa berlaku
dari UTTP terkait. Dengan pembuatan rencana tahunan untuk kalibrasi dan tera/tera
ulang juga akan menjadi suatu pengingat untuk memperkirakan kapan waktu yang
tepat untuk mengajukan surat permohonan kepada instansi Kemetrologian.

Periode P = Plan Calibration Plan (Month)


Item No Item Name Merk Serial No
(Month) A =Actual 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bejana Ukur P ●
1 MC 212 12
Standar A
P ●
2 Master Meter Avery Hardoll XX71567 12
A
P ●
3 Meter Arus Avery Hardoll XX56790 12
A
P ●
4 Meter Arus SATAM 8015TS 12
A
P ●
5 Meter Arus SATAM 7146TS 12
A

Gambar 3.8 Calibration Plan UTTP di Terminal BBM Kotabaru

13
Periode P = Plan Calibration Plan (Month)
No Item Name Police No Owner
(Month) A =Actual 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tangki Ukur PT. MANGGALA P ●
1 DA 1444 GB 24
Mobil BANUA PUTRA A
Tangki Ukur PT. MARLIN JAYA P ●
2 DA 1025 AM 24
Mobil MAKMUR A
Tangki Ukur PT. MARLIN JAYA P ●
3 DA 8057 CH 24
Mobil MAKMUR A
Tangki Ukur PT. CAHAYA P ●
4 DA 1257 GB 24
Mobil UJUNG A
Tangki Ukur PT. CAHAYA P ●
5 DA 8461 GC 24
Mobil UJUNG A
Tangki Ukur PT. KHARISMA P ●
6 DA 8539 ZH 24
Mobil ANTASAN ABADI A
Tangki Ukur PT. ARANIO P ●
7 DA 1377 GB 24
Mobil RAZAK PUTRA A
Tangki Ukur PT. ARANIO P ●
8 DA 1379 GB 24
Mobil RAZAK PUTRA A

Gambar 3.9 Calibration Plan TUM untuk Pengelola Mobil Tangki

Langkah ketiga untuk mendapatkan hasil yang konkrit adalah dengan


merancang dan mengusahakan MoU antara Terminal BBM Kotabaru dengan Badan
Standardisasi Metrologi Legal, yang berisi kesepakatan untuk kalibrasi dan tera/tera
ulang UTTP yang berada di Terminal BBM Kotabaru yaitu meter arus, master
meter dan Tangki Ukur Mobil (TUM). Dengan adanya kesepakatan itu maka ada
terjadi kejelasan mengenai kapan kalibrasi atau tera/tera ulang dapat dilaksanakan
untuk setiap tahunnya dan jika dari pihak Badan Standardisasi Metrologi Legal
(BSML) belum bisa mengirim pekerjanya ke Terminal BBM Kotabaru dengan
sertifikat masa berlaku kalibrasi dan tera/tera ulang maka pihak Badan
Standardisasi akan memberikan surat dispensasi kepada pihak Terminal BBM
Kotabaru bahwa UTTP masih bisa diperbolehkan untuk transaksi perdagangan
sampai dengan UTTP selesai di kalibrasi atau tera/tera ulang.

Selain itu dari aspek panca mutu (QCDSM) diperoleh perbandingan


sebelum adanya MoU dan setelah adanya MoU antara pihak Terminal BBM
Kotabaru dengan Badan Standardisasi Metrologi Legal adalah sebagai berikut.

Aspek Before Optimalisasi BUS After Optimalisasi BUS

Quality

Cost

Delivery - Resiko keterlambatan - Tidak ada lagi keterlambatan

14
kalibrasi dan tera/tera ulang masalah kalibrasi dan tera/tera
ulang

Safety - Ancaman pidana 1 tahun - Tidak ada ancaman pidana dan


dan denda denda

Morale - Untuk tera/tera ulang TUM - Dapat dilakukan tera/tera ulang


harus ke Metrologi TUM di Terminal BBM
Banjarbaru Kotabaru

Tabel 3.1 QCDSM

15
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari makalah yang sudah dianalisis adalah sebagai
berikut
1. Setelah dianalisis didapatkan empat masalah metrologi yang ada di
Terminal BBM Kotabaru yaitu sertifikat tera pada mobil tangki sudah
melebihi tanggal yang berlaku, sertifikat tera pada meter arus di filling sheds
sudah melebihi tanggal yang berlaku, master meter terlambat di kalibrasi
dan penggunaan Bejana Ukur Standar (BUS) yang belum optimal.
2. Didapatkan solusi untuk mengatasi permasalahan metrologi di Terminal
BBM Kotabaru yaitu dengan Memorandum of Understanding (MoU) antara
PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Kotabaru dengan Badan
Standardisasi Metrologi Legal Region III Kalimantan kerjasama kalibrasi
Bejana Ukur Standar (BUS) dan master meter serta tera/tera ulang meter
arus dan Tangki Ukur Mobil (TUM).

4.2. Saran

Saran yang direkomendasikan dari makalah yang sudah dianalisis adalah


sebagai berikut.
1. Diperlukan perhatian tambahan untuk merekap UTTP yang ada di Terminal
BBM Kotabaru agar lebih mudah untuk mengawasi masa kalibrasi dan
tera/tera ulang.
2. Diperlukan kajian lebih lanjut mengenai kesepakatan Memorandum of
Understanding (MoU) antara pihak Terminal BBM Kotabaru dengan Badan
Standardisasi Metrologi Legal (BSML) Regional III Kalimantan agar UTTP
yang ada di Terminal BBM Kotabaru lebih diprioritaskan untuk kalibrasi
dan tera/tera ulang sehingga tidak ada kejadian UTTP di cabut izinnya yang
bisa mengakibatkan proses distribusi bbm menjadi terhambat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2012). Keputusan Direktur Jendral


Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Nomor : 134/SPK/KEP/10/2015
tentang Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2010). Keputusan Direktur Jendral


Dalam Negeri Nomor : 34/PDN/KEP/3/2010 tentang Syarat Teknis Tangki Ukur
Mobil

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2013). Analisis Penggunaan Alat-


Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) dalam Perdagangan
Barang. Bandung

17
LAMPIRAN

Keterangan Nilai Ketertelusuran Alat

#Nilai 1 adalah tingkat ketertelusuran alat dari “alat ukur” pada rantai
ketertelusuran.
#Nilai 2 adalah tingkat ketertelusuran alat dari” pada rantai ketertelusuran.
#Nilai 3 adalah tingkat ketertelusuran alat dari “standard sekunder” pada rantai
ketertelusuran.
#Nilai 4 adalah tingkat ketertelusuran alat dari “standard primer nasional/standard
primer negara lain” pada rantai ketertelusuran.
#Nilai 5 adalah tingkat ketertelusuran alat dari “standard internasional” pada rantai
ketertelusuran.

Database Sertifikat Tera per 05 Maret 2019 yang didapat dari Fungsi Teknik

No Nama UTTP Tipe No Seri Masa Berlaku


Hingga

1 Master Meter MLEY XX7157 30 November 2017


Avery 45211
Hardoll

3 Meter Arus SAPHIR 7146TS 26 Januari 2019


Satam

18
5 Meter Arus XE-1 8015TS 26 Januari 2019
Satam
7 Meter Arus ML-2Y XX56790 26 Januari 2019
Avery
95210
Hardoll

Database Sertifikat Tera Tangki Ukur Mobil per 05 Maret 2019 yang didapat dari
Data Checklist Mobil Tangki HSSE
No No Polisi Pemilik Masa Berlaku
Hingga

1 DA 1444 GB PT. MANGGALA BANUA 01/26/2019


PUTRA

2 DA 1025 AM PT. MARLIN JAYA 08/03/2018


MAKMUR

3 DA 8057 CH PT. MARLIN JAYA 08/03/2018


MAKMUR

4 DA 1257 GB PT. CAHAYA UJUNG 01/26/2019


BELINGKAR

5 DA 8461 GC PT. CAHAYA UJUNG 01/26/2019


BELINGKAR

6 DA 8539 ZH PT. KHARISMA ANTASAN 08/18/2017


ABADI

7 DA 1377 GB PT. ARANIO RAZAK 01/26/2019


PUTRA

8 DA 1379 GB PT. ARANIO RAZAK 01/26/2019


PUTRA

19
Perubahan Permendag untuk Kalibrasi dan Tera/Tera Ulang UTTP
Permendag No 70 tahun 2010 Permendag No 67&68 tahun 2018

BUS tera 2 tahun Bebas tera ulang menjadi kalibrasi

Meter Arus 1 tahun Meter Arus 1 tahun

Mobil Tangki 1 tahun Mobil Tangki 2 tahun

Master Meter 1 tahun Bebas tera ulang menjadi kalibrasi

20
MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
ANTARA
PT PERTAMINA (PERSERO) TERMINAL BBM KOTABARU
DENGAN
BADAN STANDARDISASI METROLOGI LEGAL REGION III
KALIMANTAN KERJASAMA KALIBRASI BEJANA UKUR STANDAR
(BUS) DAN MASTER METER SERTA TERA/TERA ULANG METER
ARUS DAN TANGKI UKUR MOBIL (TUM)

Nomor Pihak Pertama :


Nomor Pihak Kedua :

Memorandum of Understanding (MoU) ini ditandatangani di Kotabaru, pada hari


Jum’at tanggal Delapan bulan Maret tahun Dua Ribu Sembilan Belas (08-03-2019),
oleh dan antara :

l. PT PERTAMINA (PERSERO) TERMINAL BBM KOTABARU, suatu


perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, berkedudukan dan
berkantor pusat di Jakarta Pusat, dalam hal ini diwakili oleh Mansyur Al Idrus A
selaku Operation Head Terminal BBM Kotabaru, selanjutnya dalam MoU ini
disebut PIHAK PERTAMA.

ll. BADAN STANDARDISASI METROLOGI LEGAL REGION III


KALIMANTAN, Unit Pelaksana Teknis di bidang standardisasi penyelenggaraan
kemetrologian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Metrologi, Direktorat Jendral Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga,
Kementrian Perdagangan, dalam hal ini diwakili oleh Agus Permana selaku
Kepala Badan Standardisasi Metrologi Legal Region III Kalimantan,
selanjutnya dalam MoU ini disebut PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara sendiri-sendiri disebut PIHAK


dan secara bersama-sama disebut PARA PIHAK.

PARA PIHAK dengan ini menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dalam bidang Industri Migas memiliki Instalasi Bejana Ukur Standar
(BUS) untuk kalibrasi dan tera/tera ulang UTTP di lokasi di PT Pertamina
(Persero) Terminal BBM Kotabaru.
2. Bahwa PIHAK KEDUA adalah Lembaga yang mempunyai kewenangan
melakukan Kalibrasi dan Tera/Tera Ulang UTTP.

21
3. Bahwa PARA PIHAK akan melakukan kerjasama untuk Kalibrasi dan
Tera/Tera Ulang UTTP, dimana PIHAK PERTAMA menyediakan Fasilitas
Pengujian Tera/Tera Ulang dan PIHAK KEDUA menugaskan
staf/personelnya untuk melakukan peneraan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka PARA PIHAK menyatakan setuju dan
sepakat untuk membuat MoU dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai
berikut :

Pasal-1
DEFINISI

Istilah-istilah yang terdapat didalam MoU ini, diartikan sesuai dengan definisinya
untuk dapat dipahami oleh PARA PIHAK sebagai berikut :

a. BBM : Bahan Bakar Minyak


b. UTTP : Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya
c. BUS : Bejana Ukur Standar
d. TUM : Tangki Ukur Mobil

Pasal-2
REFERENSI

PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan MoU Kerjasama Kalibrasi dan


Tera/Tera Ulang UTTP meliputi BUS, master meter, meter arus dan TUM
berdasarkan :

1. Undang-undang Republik Indonesia No 2 tahun 1981 tentang Metrologi


Legal.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 2 Tahun 1985 tentang
Wajib dan Pembebasan untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta
Syarat-Syarat Bagi UTTP.
3. Peraturan Menteri Perdagangan republik Indonesia Nomor 68 Tahun
2018 tentang Tera dan Tera Ulang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang, dan
Perlengkapannya.
4. Keputusan Direktur Jendral Standardisasi dan Perlindungan Konsumen
No. 134/SPK/KEP/10/2015 tentang Meter Bahan Bakar Minyak dan
Pompa Ukur Elpiji.

22
Pasal-3
TUJUAN

1. Tujuan dari kesepakatan kerjasama ini yaitu untuk penggunaaan fasilitas


Bejana Ukur Standar (BUS) dalam rangka kalibrasi dan tera/tera ulang
UTTP yang dimiliki oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
melaksanakan teknis kalibrasi dan tera/tera ulang UTTP.
2. Apabila PARA PIHAK menyepakati hasil perumusan kerja sama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, maka dituangkan dalam
suatu perjanjian pelaksanaan tersendiri antara PIHAK PERTAMA dan
PIHAK KEDUA.

Pasal-4
RUANG LINGKUP DAN URAIAN PEKERJAAN

1. PIHAK PERTAMA telah menyediakan fasilitas Sarana dan Prasarana


untuk kalibrasi dan pengujian UTTP yang sesuai dengan persyaratan teknis
kemetrologian di lokasi Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Kotabaru.
2. PIHAK KEDUA akan menugaskan staf/personelnya untuk melaksanakan
Kalibrasi dan Tera/Tera Ulang UTTP menggunakan Fasilitas dan Instalasi
Bejana Ukur Standar (BUS) yang dimiliki oleh PIHAK PERTAMA.
3. PIHAK KEDUA mengikutsertakan penera dari Dinas Perdagangan
Pemerintah Kabupaten Kotabaru.
4. Dalam hal pelaksanaan peneraan tersebut diatas, PIHAK PERTAMA
menyediakan tenaga pembantu pengujian demi kelancaraan Kalibrasi dan
Tera/Tera Ulang UTTP.
5. Biaya yang timbul dari pelaksanaan Kalibrasi dan Tera/Tera Ulang UTTP
menjadi beban PIHAK PERTAMA.
6. Kalibrasi dan Tera/Tera Ulang UTTP dilaksanakan pada hari kerja dengan
jadwal satu hingga dua (1-2) bulan sebelum masa berlaku UTTP habis.
7. Untuk Kalibrasi dan Tera/Tera Ulang UTTP, PARA PIHAK dapat
membuat Berita Acara Hasil Pengujian UTTP, dan ditandatangani bersama-
sama oleh PARA PIHAK yang berkepentingan.
8. PIHAK KEDUA melaksanakan Kalibrasi dan Tera/Tera Ulang UTTP
sesuai dengan persyaratan teknis pengujian UTTP yang berlaku.

Pasal-5
JANGKA WAKTU

23
MoU ini berlaku selama 2 (dua) tahun mulai tanggal ditandatangani oleh PARA
PIHAK dan dapat dievalusai kembali berdasarkan kesepakatan tertulis oleh PARA
PIHAK.

Pasal-6
KERAHASIAAN

PARA PIHAK akan saling menjamin kerahasiaan dan tidak akan


mengungkapkan kepada Pihak Ketiga, dokumen, data atau informasi apapun yang
berkaitan dengan pelaksanaan MoU ini sepanjang dinyatakan secara tertulis oleh
masing-masing PIHAK, keculau hal dimaksud adalah Public Domain dan atau
telah mendapatkan persetujuan tertulis dari PIHAK lainnya terlebih dahulu.

Pasal-7
PENGALIHAN

PARA PIHAK tidak dapat mengalihkan sebagian maupun seluruhnya isi dan
pelaksanaan MoU kepada Pihak Ketiga kecuali memperoleh persetujuan tertulis
dari PIHAK lainnya.

Pasal-8
KOMUNIKASI DAN KORESPONDENSI

Setiap pemberitahuan dan komunikasi lainnya berdasarkan MoU ini atau


sehubungan dengan MoU ini harus dibuat secara tertulis dalam Bahasa Indonesia,
ke alamat sebagaimana tersebut dibawah ini :

a. PIHAK PERTAMA
PT PERTAMINA (Persero)
OH Terminal BBM Kotabaru
Jl. H. Hasan Basri Km. 4,5 Kotabaru, Pulau Laut, Kalimantan Selatan
72117

b. PIHAK KEDUA
Badan Standardisasi Metrologi Legal Region III Kalimantan
Jl. A. Yani Km 20, Landasan Ulin Barat, Banjarbaru, Kalimantan
Selatan 70722

Pasal-9
PENUTUP

Apabila timbul permasalahan dikemudian hari dalam pelaksanaan MoU ini, PARA

24
PIHAK sepakat akan menyelesaikan seara musyawarah mufakat.

PIHAK PERTAMA membuat surat pengajuan permohonan kalibrasi dan atau


tera/tera ulang kepada PIHAK KEDUA tiga (3) bulan sebelum masa berlaku tera
berakhir, jika pelaksanaan tera/tera ulang belum dilaksanakan semenjak surat
pengajuan permohonan kalibrasi dan atau tera/tera ulang diajukan hingga masa
berlaku tera telah berakhir maka PIHAK KEDUA wajib untuk memberikan
dispensasi/surat keterangan bahwa UTTP terkait masih dapat digunakan secara
legal dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

Hal-hal yang dianggap perlu dan belum diatur dalam MoU ini akan ditetapkan
kemudian berdasarkan musyawarah untuk mufakat yang akan dituangkan dalam
Addendum/Amandemen.

Demikian MoU ini dibuat dalam rangkap 2 (2), bermaterai cukup dan masing-
masing mempunyai kekuatan hukum yang sama bagi PARA PIHAK.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


PT Pertamina (Persero) Kepala BSML
OH Terminal BBM Kotabaru Regional III Kalimantan

Mansyur Al Idrus A Agus Permana

25

Anda mungkin juga menyukai