Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAHASA INDONESIA

MINIMNYA TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT


TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR

Disusun Oleh:
Irvan Verdian / 191420027

Mahasiswa dari PT.Pertamina Indonesia


Program direktur utama PT.Pertamina Indonesia dan
Kementrian Energi Dan Sumberdaya Mineral Indonesia
MINIMNYA TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT
TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR
Pendahuluan
Pendahuluan Seiring dengan berkembangnya zaman, berkembang pula berbagai macam
ilmu pengetahuan, baik itu dari aspek teknologi atau pun kesehatan. Seperti dalam dunia
teknologi sudah banyak diciptakan ala-alat yang fungsinya untuk membantu dan mempermudah
manusia dalam dunia kesehatan, dan dunia perkantoran yang mana dalam hal ini sangat minim
sekali pekerjaan-pekerjaan yang tidak efektif. Namun dengan begitu masih banyak masyarakat
yang minim dengan pengetahuan tentang etika lingkungan terutama masyarakat pedesaan dan
masyarakat sekitar pantai. Yang menjadi problematik antar dua kelompok yaitu pembuangan
sampah. Sungaisungai di pedesaan dikelilingi oleh sampah, begitu juga pantai-pantai di hiasi oleh
sampah. Setiap satu rumah bisa menghasilkan ratusan sampah perhari dan tempat penampungan
sampah tidak cukup untuk menampung semuanya sehingga sungai dan laut menjadi pelarian.
Kurangnya ilmu pengetahuan tentang lingkungan dan dampak pencemaran lingkungan inilah
yang menjadi problematik kedua kelompok, sehingga perlu adanya sosialisasi dari dinasdinas
terkait, seperti dinas pendidikan, dinas kesehatan, dinas kebersihan dan dinas lingkungan hidup,
dinas sosial dan lain-lain, agar kondisi seperti ini tidak berkelanjutan nantinya. Upaya penanaman
karakter peduli lingkungan bagi masyarakat sudah di tanamkan sejak pendidikan dasar seperti
dibimbing membuang sampang pada tempatnya, melaksanakan piket harian di kelas, tetapi
kurangnya praktek dalam lingkungan rumah menjadi pengaruh terbesar dalam karakter seseorang
tersebut dalam peduli dan melestarikan lingkungan sekitar. Salah satu upaya manusia dalam
rangka peduli terhadap lingkungan adalah dengan membatasi perilaku manusia dalam setiap
kegiatannya sesuai dengan isi yang dimuat dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup
tersebut, sehingga antara manusia dan alam terjalin suatu keseimbangan yang senantiasa tetap
terjaga dan terlestarikan. Perilaku manusia yang senantiasa peduli lingkungan, salah satu
aspeknya, dapat diwujudkan dengan memelihara halaman rumah, agar senantiasa dalam
keadaan rapi dan bersih. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia
menanamkan pembentukan karakter melalui pendidikan sejak tahun 2010 termuat yang
dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter. Pendidikan karakter yang ditetapkan
kementrian pendidikan yang berjumlah 18 nilai atau karakter yang bersumber dari agama,
Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Nilai atau karakter tersebut adalah
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Pendidikan
lingkungan tidak hanya digunakan dalam arti sempit pengajaran atau pembelajaran di
sekolah formal atau universitas (Hilson, 2017). Perubahan perilaku prolingkungan: yang
dianggap sebagai tujuan jelas dari pendidikan lingkungan. Partisipasi warga negara dalam
pelatihan bagi masyarakat dapat digerakkan dengan penguatan organisasi-organisasi relawan
pecinta lingkungan hidup. Pemberdayaan masyarakat mengacu pada nilai yang terkandung
dalam Pancasila untuk lingkungan yang bersih, menjaga lingkungan hidup dengan fasilitas
yang modern. Partsipasi tersebut dengan pembekalan demensi pengetahuan, keterampilan
dan nilai karakter peduli lingkungan sehingga tercapainya kepekaan melindungan
lingkungan hidup. Pengertian yang lebih luas dalam mendidik masyarakat dan terutama
kaum muda dengan melalui media, keluarga, tempat ibadah tentang pentingnya lingkungan.
Peran masyarakat sangat diperlukan dalam pengolahan lingkungan hidup menurut
UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 pasal 70 ayat 1 adalah masyarakat memiliki hak
dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Penggunaan sumber daya secara optimal dapat mengurangi
kerusakan alam. Pengembangan teknologi sangat memerhatikan kepentingan menyeluruh
antara manusia dengan keselamatan alam dan lingkungan.
1. Pengetahuan Lingkungan
Semakin pesatnya perkembangan industri di Indonesia, terkadang tidak diikuti
dengan kegiatan ramah lingkungan.Adanya penggunaan styrofoam, percobaan produk
pada hewan, dan pembuangan limbah sembarangan adalah beberapa kegiatanyang tidak
ramah lingkungan dan turut menyumbang permasalahan lingkungan, terutama pada
masalah pemanasan global. Pada dewasa ini, perusahaan-perusahaan terpacu untuk
meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan
mengembangkan berbagai program yang memberikan solusi kepada permasalahan
lingkungan.(Putu Gde Sukaatmadja, 2017)
2. Hakikat Lingkungan
Keberadaan lingkungan hidup sebagai salah satu asset bagi manusia merupakan
suatu hal yang sangat mendasar. Perhatian masyarakat dunia terhadap lingkungan hidup
memberikan gambaran kepada kita bahwa persoalan lingkungan hidup bukan persoalan
yang mudah. Lingkungan merupakan aset bagi perlindungan manusia dan pemerintahan.
Selain itu, lingkungan hidup juga merupakan milik kita bersama sehingga butuh
perlindungan pula.
Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu system yang saling yang saling
berhubungan dengan yang lainnya sehingga pengertian lingkungan hidup hampir
mencakup semua unsure ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa di bumi ini. Itulah sebab
lingkungan hidup termasuk manusia dan perilakunya merupakan unsur lingkungan hidup
yang sangat menentukan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan saat ini oleh
sebagian kalangan dianggap tidak bernilai, karena lingkungan hidup (alam) hanya sebuah
benda yang diperuntukkan bagi manusia. Dengan kata lain, manusia meruapakan
penguasa lingkungan hidup, sehingga lingkungan hidup hanya dipersepsikan sebagai
objek dan bukan sebagai subjek.
Maka dari itu, kita mahasiswa/i sebagai generasi muda penerus bangasa ini wajib,
melestarikan sumber daya alam, menjaga serta merawat seperti kita merawat diri kita
sendiri. Sumber daya alam mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, yang
berguna untuk membantu proses kegiatan manusia sehari hari dan mencukupi kebutuhan
mereka.
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya. Pada
mulanya, manusia mencoba mengenal lingkungan hidupnya, kemudian barulah manusia
berusaha menyesuaikan dirinya. Lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah
lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan. Dari sinilah lahir peradaban –
istilah Toynbee- sebagai akibat dari kemampuan manusia mengatasi lingkungan agar
lingkungan mendukung kehidupannya. Misalnya, manusia menciptakan jembatan agar
bisa melewati sungai yang membatasinya. Lingkungan adalah suatu media di mana
makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki   karakter serta fungsi yang khas yang
mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya,
terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil. Lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
di dalamnya manusia dan perilakunya. Lingkungan dapat berbentuk lingkungan fisik dan
nonfisik. Lingkungan alam dan buatan adalah lingkungan fisik. Sedangkan lingkungan
nonfisik adalah lingkungan sosial budaya di mana manusia itu berada. Lingkungan alam
adalah keadaan yang diciptakan oleh Allah untuk manusia. Lingkungan buatan adalah
dibuat oleh manusia. Lingkungan sosial adalah wilayah tempat berlangsungnya berbagai
kegiatan, yaitu interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan
simbol dan nilai, serta terkait dengan ekosistem (sebagai komponen lingkungan alam) dan
tata ruang atau peruntukan ruang (sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan).
Lingkungan sangat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan
dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena
lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Arti penting lingkungan bagi manusia
adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan
berkembang di atas bumi sebagai lingkungan.
2. Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia.
3. Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia.
4. Lingkungan member tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.
5. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan
dan kebahagiaan hidup. (indah permata, 2019)
3. Sistem Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup dijelaskan bahwa Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup. Adapun sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah :
1. Tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup
2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insane lingkungan hidup yang memiliki
sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup
3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan
4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup
5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana
6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha
dan/atau kegiatan di luar wilayah Negara yang menyebabkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Pengelolaan lingkungan hidup bukan semata-mata menjadi tanggung jawab


pemerintah. Swasta dan masyarakat juga sangat penting peran sertanya dalam
melaksanakan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai
hak dan kewajiban berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup,
sehingga
dapat tercapai kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pelestarian fungsi lingkungan
hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup. Daya dukung muerupakan kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain, sedangkan daya
tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat,
energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.(Suhartini,
2008)

4. Etika lingkungan
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos yang dalam bentuk tunggal
mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal biasa, padang rumput, kandang,
kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan sikap dan cara berfikir dalam bentuk
kebiasaan.
Etika adalah Sebuah refleksi kritis tentang norma dan nilai, atau prinsip moral
yang dikenal umum selama ini, dalam kaitannya dengan lingkungan, cara pandang
manusia dengan manusia, hubungan antara manusia dengan alam, serta perilaku yang
bersumber dari cara pandang ini Etika merupakan salah satu bagian dari teori tentang
nilai yang dikenal dengan istilah aksiologi. Etika sering disamakan dengan moralitas.
Moralitas adalah nilai-nilai perilaku orang atau masyarakat yang dapat ditemukan
dalam kehidupan nyata manusia sehari-hari, namun belum disistematisasi sebagai suatu
teori. Ketika perilaku-perilaku moral dirumuskan menjadi teori-teori, maka ia disebut
etika. Etika mencakup persoalan-persoalan tentang hakikat kewajiban moral, prinsip-
prinsip moral dasar apa yang harus manusia ikuti, dan apa yang baik bagi manusia.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
mempengaruhi kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Jadi, etika lingkungan merupakan
kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya. Etika lingkungan
diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara
cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga. Jadi, etika lingkungan
merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya.etika
lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan
dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga. Etika
lingkungan menuntut agar etika dan moralitas tersebut diberlakukan juga bagi komunitas
biotis atau komunitas ekologis (Keraf, 2002). Etika lingkungan juga difahami sebagai
refleksi kritis atas norma-norma dan prinsip atau nilai moral yang selama ini dikenal
dalam komunitas biotis. Selain itu, etika lingkungan juga dipahami sebagai refleksi kritis
tentang apa yang harus dilakukan manusia dalam menghadapi pilihan-pilihan moral
yang terkait dengan isu lingkungan. Dikatakan bahwa etika lingkungan adalah bagian
dari filsafat lingkungan yang dianggap memperluas batas-batas etika tradisional dari
yang khusus untuk manusia berubah menjadi yang termasuk dunia non-manusia.

Perubahan tersebut memberikan pengaruh besar pada disiplin ilmu lainnya,


termasuk hukum, sosiologi, teologi, ekologi, ekonomi, geografi. Di samping itu, etika
Lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam, namun
juga mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia
dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan
makhluk hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan.(TAQWA, 2013)

5. Karakter Peduli Lingkungan


Pendidikan karakter sebagaimana kita ketahui, adalah pendidikan yang
menanamkan kebiasaan (habituation) kepada manusia ataupun siswa tentang hal mana
yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) mana yang benar dan
salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik, dan biasa melakukannya
(psikomotor). Ratna Megawangi (dalam Najib, 2016: 62) mengungkapkan bahwa
pendidikan karakter merupakan suatu usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat
mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Daryanto (2013: 64) mengartikan pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang
dilakukan oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan
orang tua dan anggota masyarakat untuk membantu anak-anak dan remaja agar
menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab. Berdasarkan
berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah
semua usaha yang dilakukan oleh personil sekolah, orang tua dan masyarakat kepada
anak-anak untuk mendidik, menanamkan, dan mengembangkan karakter luhur
sehingga mereka dapat mengambil keputusan dengan bijak untuk mempraktikkan
dalam kehidupannya dan memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
(Purwanti, 2017)
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar kita. Lingkungan hidup
adalah sebuah kesatuan ruang dengan segala benda dan makhluk hidup di dalamnya
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi keberlangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup yang lainnya (UU No
32 Tahun 2009). (Dyah Nur Sofi, 2017)

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter


adalah semua usaha yang dilakukan oleh personil sekolah, orang tua dan masyarakat
kepada anak-anak untuk mendidik, menanamkan, dan mengembangkan karakter luhur
sehingga mereka dapat mengambil keputusan dengan bijak untuk mempraktikkan
dalam kehidupannya dan memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Peduli lingkungan didefinisikan sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Dapat dikatakan
karakter peduli lingkungan yaitu suatu sikap yang dimiliki oleh seseorang yang
berupaya untuk memperbaiki dan mengelola lingkungan sekitar secara benar sehingga
lingkungan dapat dinikmati secara terus menerus tanpa merusak keadaannya, serta
menjaga dan melestarikan sehingga ada manfaat yang berkesinambungan. Karakter
peduli lingkungan merupakan karakter yang wajib diimplementasikan bagi sekolah
di setiap jenjang pendidikan. Semua warga sekolah harus mempunyai sikap peduli
terhadap lingkungan dengan cara meningkatkan kualitas lingkungan hidup,
meningkatkan kesadaran warga sekolah tentang pentingnya peduli lingkungan serta
mempunyai inisiatif untuk mencegah kerusakan lingkungan. Pendidikan karakter
peduli lingkungan ditanamkan sejak dini kepada siswa sehingga dapat mengelola
secara bijaksana sumber daya alam yang ada di sekitar, serta untuk menumbuhkan
rasa tanggung jawab terhadap kepentingan generasi penerus yang akan datang.
Ketika karakter peduli lingkungan sudah tumbuh menjadi mental yang kuat, maka akan
mendasari perilaku seseorang dalam kehidupan seharihari.(Purwanti, 2017)

6. Sikap terhadap Lingkungan


Terlepas dari interaksi dengan lingkungan sekitar mereka, pesatnya kemajuan
teknologi di berbagai bidang telah menimbulkan dampak positif maupun dampak
negatif pada lingkungan ( Azmi, 2017:1). Sikap dan perilaku manusia yang akan
menentukan baik buruknya kondisi suatu lingkungan. Lingkungan sekitar baik berupa
benda-benda hidup seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan ataupun berupa benda-
benda mati harus dijaga kelestariaannya. Sikap peduli lingkungan dalam kehidupan
sehari-hari bermasyarakat diartikan sebagai reaksi seseorang terhadap lingkungannya,
dengan tidak merusak lingkungan alam; dengan sikap peduli lingkungan maka akan
tercipta lingkungan yang bersih dan asri. Pendidikan merupakan wahana yang paling
tepat dalam memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tentang kepedulian
lingkungan kepada manusia. Dalam Barlia (2008:3) “pendidikan lingkungan hidup
harus dapat mendidik individu- individu yang responsif terhadap laju perkembangan
teknologi, memahami masalah-masalah di biosfer, dan berketerampilan siap guna yang
produktif untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian alam”. Hal ini, melalui
proses pendidikan di harapkan dapat membantu setiap siswa sebagai anggota
masyarakat akan kesadaran dan kepekaan terhadap permasalahan lingkungan hidup.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus bisa memfasilitasi siswa dalam proses
pembelajaran. Suasana sekolah yang bersih, indah, dan sehat akan berpengaruh pada
pencapaian siswa dalam belajar. Pembelajaran akan lebih menyenangkan dan
memberikan kenyamanan bagi siswa jika tercipta lingkungan sekolah yang bersih,
indah, dan sehat. Namun, hal tersebut tidak diimbangi dengan kesadaran warga sekolah
dalam menjaga kebersihan lingkungan. Masih rendahnya kepedulian terhadap
lingkungan hidup siswa merupakan salah satu masalah yang harus segera ditangani.
Menurut Kemendiknas (2011) kepedulian lingkungan dan tanggung jawab
menunjukkan sikap atau tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam sekitanya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi. Selain sikap peduli lingkungan yang harus
ditanamkan pada siswa, guru juga harus mampu mengembangkan sikap tanggung
jawab siswa. Hal tersebut didasarkan dari banyaknya masalah kerusakan lingkungan
hidup yang terjadi di lingkungan.(HUSNUN, 2017)

7. Membuang Sampah
Beberapa masalah yang terjadi dimasyarakat antara lain, pengelolaan sampah yang
belum jelas, solusi masyarakat dalam menghindari penyakit, hukuman atau sanksi
untuk mengurangi pelanggaran dalam pembuangan sampah tidak pada tempatnya, dan
juga resiko yang didapat karena gejala penyakit, serta solidaritas masyarakat dalam
penjagaan lingkungan. Faktor sosial dan budaya mempengaruhi baik cara orang
merumuskan suatu gejala penyakit sebagai suatu ancaman maupun dalam merumuskan
untung ruginya suatu tindakan yang akan dilakukan. Kelompok penduduk berdasarkan
usia, jenis kelamin, status perkawinan, suku bangsa, ras, semuanya mempengaruhi
persepsi tentang suatu gejala penyakit sebagai suatu persoalan.5 Hal diatas melihat
suatu bentuk budaya yang mempengaruhi masyarakat dalam bertindak, sama
masyarakat sendiri yang seharusnya mempersoalkan masalah penyakit sebagai suatu
ancaman kesehatan, tanpa harus berfikir panjang untuk megantisipasi agar terhindar
dari gejala-gejala penyakit yang ada seperti malaria, demam berdarah, TBC, dan
penyakit lainnya.(Lestari, 2011)

8. Hubungan antara pengetahuan tentang lingkungan dan etika lingkungan


secara bersama-sama dengan partisipasi dalam pelestarian lingkungan.
Membuang sampah sembarangan merupakan salah satu pelanggaran etika yang
sering dijumpai, ada banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari membuang sampah
sembarangan yaitu seperti banjir, wabah penyakit dan tentunya kerusakan lingkungan
yang lainnya. Sedangkan Darmono (2010) menyatakan bahwa beberapa dampak
lainnya adalah terjadinya pencemaran udara yang merusak lapisan ozon sehingga
menimbulkan pemanasan global; pencemaran air yang berupa pencemaran substansi
kimia dan radioaktif yang mengganggu fauna misalnya keracunan hingga terjadinya
kerusakan genetik dan gangguan reproduksi atau perkembangbiakan; dan perpindahan
emisi logam yang mempengaruhi kesehatan makhluk hidup. Racun dari sampah saat
ini telah banyak berubah. Sampah plastik dibuat dari bahan sintetis, umumnya
menggunakan minyak bumi sebagai bahan dasar, ditambah bahan-bahan tambahan
yang umumnya merupakan logam berat (kadnium, timbal, nikel) atau bahan beracun
lainnya seperti Chlor. Racun dari plastik ini terlepas pada saat terurai atau terbakar.
Penguraian plastik akan melepaskan berbagai jenis logam berat dan bahan kimia lain
yang dikandungnya. Bahan kimia ini terlarut dalam air atau terikat di tanah, dan
kemudian masuk ke tubuh kita melalui makanan dan minuman. Sedangkan
pembakaran plastik menghasilkan salah satu bahan paling berbahaya di dunia, yaitu
Dioksin. Dioksin adalah salah satu dari sedikit bahan kimia yang telah diteliti secara
intensif dan telah dipastikan menimbulkan Kanker. Bahaya dioksin sering disejajarkan
dengan DDT, yang sekarang telah dilarang di seluruh dunia. Selain dioksin, abu hasil
pembakaran juga berisi berbagai logam berat yang terkandung di dalam plastik.
(Jeramat, 2019)

9. Dampak sampah bagi manusia dan lingkungan


Pencemaran lingkungan akibat sampah industri dan sampah rumah tangga yang
dihasilkan sangatlah merugikan manusia, baik langsung dan tidak tidak langsung.
Dampak sampah tersebut berupa :
1. Dampak bagi kesehatan Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai
merupakan tempat yang cocok bagi beberapa ornganisme dan menarik bagi berbagai
binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi behaya
kesehatan yang dapat di timbulkan adalah sebagai berikut :
a. Penyakut diare, kolera, tifus, menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
b. Penyakit jamur dapat menyebar misalnya jamur kulit.
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakitr yang dijangkitkan oleh cacing pita. Cacing ini sebenarnya
masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makananya berupa sisa
makanan/sampah.
d. Sampah beracun seperti sampah buangan limbah pabrik yan memproduksi
bakteri dan akumulator.
2. Dampak terhadap lingkungan Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam
drainase/sungai dapat mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati
sehingga beberapa spesies akan lenyap hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem
perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan
asam organik dan gas cair organik, seperti metaba. Selain berbau kurang sedap, gas
ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
3. Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi.
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat, seperti bau yang tidak sedap dan
pemandangan yang buruk karena sampah yang bertebaran dimana-mana.
b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini meningkatnya pembiayaan secara
langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung
(Pristananda, 2017)

10. 3 Cara Mencegah Pembuangan Sampah di Sungai Yang Efektif


Cara mencegah pembuangan sampah di sungai  perlu dilakukan oleh masyarakat.
Hal itu dikarenakan sungai berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat. Jika
dibiarkan banyak sampah yang berserakan nantinya masyarakat sendiri yang akan
merasakan dampaknya. Meski dibuang di sungai, sampah tersebut tidak akan bisa
terurai atau membusuk sehingga sampah plastik akan tetap mengapung di atas
permukaan sungai sehingga membuat sungai menjadi kotor dan kumuh. Untuk bisa
menciptakan sungai bebas dari sampah, simak beberapa cara mencegah pembuangan
sampah di sungai  berikut ini:

1. Spanduk Peringatan
Untuk bisa memberikan peringatan kepada masyarakat atau kepada pengemudi
jalan yang membuang sampah sembarangan bisa dengan cara membuat spanduk
peringatan. Spanduk tersebut bisa dipasang di sekitar jembatan yang dekat dengan
sungai. Dengan spanduk peringatan tersebut diharapkan masyarakat atau
pengemudi yang lewat dekat sungai tersebut sadar untuk tidak membuang sampah
di sungai.

Cara ini sudah banyak dilakukan di beberapa sungai yang ada di Klaten seperti
Sungai Cewok Dukuh Kranggan Baru Desa Kebon Alas Kecamatan Manisrenggo
Klaten.  Uniknya spanduk tersebut tidak hanya berisi larangan membuang sampah
biasa namun tulisannya begitu ekstrem sehingga membuat masyarakat menjadi
takut untuk membuang sampah di sungai tersebut. Contohnya saja adalah orang
yang membuang sampah di sungai itu bisa masuk neraka atau bahkan bisa sampai
kehilangan nyawa.

2. Bank Sampah
Cara mencegah pembuangan sampah di sungai  adalah masyarakat bisa
mendirikan Bank Sampah. Bank sampah sudah banyak dilakukan di Yogyakarta
yang mana setiap warga yang sudah menjadi anggota bank tersebut harus
menyetorkan sampah ke bank sampah tersebut. Nantinya sampah yang sudah
dikumpulkan akan di daur ulang menjadi sesuatu yang lebih berguna. Bahkan ada
beberapa UKM yang memanfaatkan sampah tersebut menjadi barang-barang yang
lebih berguna seperti tas, dompet, dan masih banyak lagi lainnya.  Jika setiap
daerah menerapkan bank sampah ini nantinya volume sampah di sungai bisa
dikurangi.

3. Tempat Pembuangan Sampah Kolektif


Upaya menanggulangi pembuangan sampah yang terakhir adalah dengan
mendirikan tempat pembuangan sampah kolektif. Banyak yang sudah memiliki
tempat sampah di rumah namun bingung kemana harus membuangnya sehingga
sungai menjadi sasaran tempat pembuangan sampah oleh masyarakat. Oleh sebab
itu tempat pembuangan sampah kolektif atau bersama-sama bisa menjadi pilihan
untuk menanggulangi pembuangan sampah di sungai. Sampah di setiap rumah
akan dijemput oleh gerobak sampah seminggu sekali untuk dikumpulkan di tempat
sampah kolektif tersebut. Nantinya akan ada truk sampah yang mengangkut
sampah tersebut menuju ke tempat pembuangan akhir sampah. Agar masyarakat
semakin sadar untuk tidak membuang sampah di sungai, harus ada sosialisasi yang
membahas tentang dampak buruk membuang sampah di sungai tersebut. Selain itu
bisa dilakukan beberapa cara mencegah pembuangan sampah di sungai  seperti
yang dijelaskan diatas agar masyarakat menjadi sadar untuk menjaga kebersihan
sungai dari sampah.(Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, 2019)

Penutup

1. Pengetahuan tentang lingkungan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, tetapi


pengetahuan tersebut tidak menjamin akan kepedulian masyarakat dalam melestarikan
lingkungan. Namun demikian masyarakat yang mempunyai pengetahuan tentang
lingkungan akan merasakan betapa pentingnya lingkungan terhadap umat manusia dan
akan berupaya melestarikan lingkungan, hanya saja tetap membutuhkan aspek
psikologi yang lain.

2. Lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari ekosistem atau sistem ekologi.
Ekosistem adalah satuan kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas makhluk
hidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai benda mati yang membentuk suatu
sistem. Dan komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara,
cuaca, suhu) dan faktor biotik (tumbuhan, hewan, dan manusia). Dan lingkungan itu
sendiri merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan
berkembang di atas bumi sebagai lingkungan.

3. Manusia yang mempunyai pengetahuan dan moral pada esensinya menjadi pendukung
dalam mempertahankan ekosistem lingkungan, tetapi pada kenyataan yang sering
ditemukan mereka justru menjadi perusak ekosistem. Dalam hal ini etika lingkungan
semakin merosot dan masih perlu pendalaman pengetahuan dan etika lingkungan.

4. Peduli dapat dikatakan juga dengan memberikan perhatian dan memperlakukan orang
lain dengan sopan dan bertindak santun, namun tidak berlaku hanya sesama manusia
saja, melainkan peduli juga terhadap lingkungan. Maka dari itu melalui pendidikan
menjadi salah satu upaya dalam menumbuhkan kesadaran dan membentuk karakter
peduli warga Negara akan tanggung jawab dan menjaga lingkungan. Dan salah satu
karakter peduli lingkungan yaitu melakukan tindakan mencegah kerusakan pada alam
di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya perbaikan kerusakan alam yang sudah
terjadi.

5. Setiap manusia memiliki kecenderungan atau sikap dalam betingkah laku terhadap
suatu objek, salah satunya yaitu bersikap dalam pelestarian lingkungan. Namun
meskipun begitu tidak semua manusia mempunyai kesetujuan dalam pelestarian
lingkungan, dan meskipun sudah setuju, belum tentu tingkah lakunya akan melakukan
tindakan pelestarian lingkungan.

6. Salah satu upaya pelestarian lingkungan yaitu dengan membuang sampah pada
tempatnya, sayangnya dalam hal ini tingkah laku masyarakat Indonesia masih sangat
memprihatinkan, terutama pemukiman sekitar kali, pesisir, dan pinggiran kota. Sering
sekali tumpukan sampah terlihat di pinggiran sungai dan mengambang di tengah-
tengah kali, dan di tepi pantai pun masih berserakan sampah-sampah. Tingkah laku
semacam ini akan tetap menjadi masalah yang berkelanjutan jika tidak adanya
ketegasan dari pemerintah untuk mencegahnya.
7. Pengetahuan tentang lingkungan dan etika lingkungan menjadi salah satu faktor
sadarnya masyarakat dalam pelestarian lingkungan. Karena dengan pengetahuan
mereka bisa tahu apa yang menjadi masalah di lingkungan sekitarnya. Dan dengan
etika lingkungan mereka bisa bertindak dan mengembangkan upaya pelestarian
lingkungan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang (2019) ‘3 Cara Mencegah Pembuangan Sampah
di Sungai Yang Efektif’. Available at: https://dlh.semarangkota.go.id/3-cara-mencegah-
pembuangan-sampah-di-sungai-yang-efektif/.

Dyah Nur Sofi (2017) ‘hakikat lingkungan hidup dan tanggung jawab manusia terhadap
lingkungan’.

HUSNUN, R. N. (2017) ‘pendidikan karakter peduli lingkungan dalam proses pembelajaran di sd


alam harapan kita kabupaten klaten’.

indah permata (2019) ‘hakikat dan makna lingkungan bagi manusia’. Available at:
http://iindahpermata94.blogspot.com/2018/07/hakikat-dan-makna-lingkungan-bagi.html.

Jeramat, E. (2019) ‘Penanaman sikap peduli lingkungan dan tanggung jawab melalui
pembelajaran ipa pada siswa smp’, 1.

Lestari, M. (2011) ‘perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya’.

Pristananda, J. ayu alip (2017) ‘pengaruh perilaku masyarakat membuang sampah di sungai’.

Purwanti, D. (2017) ‘pendidikan karakter peduli lingkungan dan implementasinya’.

Putu Gde Sukaatmadja (2017) ‘pengaruh pengetahuan lingkungan dan kepedulian lingkungan
terhadap sikap dan niat beli produk hijau “the body shop” di kota denpasar’.

Suhartini (2008) ‘Pengelolaan lingkungan’.

TAQWA, P. Z. (2013) ‘konsep etika lingkungan hidup dalam mewujudkan kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya pelestarian lingkungan menurut perspektif ajaran islam’.

Anda mungkin juga menyukai