Anda di halaman 1dari 81

PROPOSAL SKRIPSI

EVALUASI CONGTINGENCY PLAN SEBAGAI DASAR MANAJEMEN


BENCANA PADA INDUSTRI DI PT. KAWASAN INDUSTRI GRESIK
KABUPATEN GRESIK TAHUN 2023

Oleh :

TIFFANY PUTRI KLISA PRATAMA RAMADHAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2023
PROPOSAL SKRIPSI
EVALUASI CONGTINGENCY PLAN SEBAGAI DASAR MANAJEMEN
BENCANA PADA INDUSTRI DI PT. KAWASAN INDUSTRI GRESIK
KABUPATEN GRESIK TAHUN 2023

Oleh :

TIFFANY PUTRI KLISA PRATAMA


RAMADHAN NIM. 101911133033

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2023
PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Airlangga

Oleh :

TIFFANY PUTRI KLISA RATAMA RAMADHAN


NIM. 101911133033

Surabaya, 3 Juli 2023

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Setya Haksama, drg., M.Kes


NIP. 196509141996011001

Koordinator Program Studi Ketua Departemen

Dr. Muji Sulistyowati, S.KM., M.Kes Dr. Ratna Dwi Wulandari, S.KM., M.Kes
NIP. 197311151999032002 NIP. 197510181999032002
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis menyelesaikan proposal skripsi dengan
judul “EVALUASI CONGTINGENCY PLAN SEBAGAI DASAR
MANAJEMEN BENCANA PADA INDUSTRI DI PT. KAWASAN
INDUSTRI GRESIK KABUPATEN GRESIK TAHUN 2023” secara baik dan
optimal.

Proposal Skripsi disusun sebagai salah satu persyaratan akademis untuk


melakukan penelitian dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(S.KM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Pada
kesempatan ini penulisan menyampaikan rasa terima kasih setinggi-tingginya
kepada :

1. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.
2. Ibu Muji Sulistyowati, S.KM., M.Kes selaku Kepala Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu Ratna Dwi Wulandari, S.KM., M.Kes selaku kepala Departemen
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UNAIR.
4. Bapak Dr. Setya Haksama, drg., M.Kes., selaku dosen pembimbing skripsi
senantiasa memberikan arahan, koreksi dan saran sehingga dapat tersusun
proposal skripsi.
5. Bapak dan Ibu dosen departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
dalam memberikan ilmu selama perkuliahan.
6. Ayah dan mama penulis senantiasa memberikan dukungan dan doa dalam
kelancaran penulisan proposal skripsi.
7. Amanda Dewi Maulidia Safira selaku adik kandung memberikan dukungan
dan tempat berbagi cerita suka cita
8. Rekan-rekan kelas AKK 2022 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan pahala atas segala amal
yang telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna baik bagi diri kami sendiri
maupun pihak lain yang memanfaatkan.
Surabaya, Juni 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia menjadi salah satu negara rawan bencana yang ditinjau dari segala

sisi meliputi kondisi geografis, demografis dan klimatologis. Bencana yang sering

terjadi diantaranya bencana alam (banjir, tanah longsor, puting beliung,

kekeringan, letusan gunung berapi, gelombang pasang, gempa bumi, tsunami,

gempa bumi dan tsunami serta kebakaran lahan) dan bencana non alam (kejadian

luar biasa, kecelakaan transportasi, aksis teror dan konflik serta kecelakaan

industri). Menurut laporan BNPB pada tahun 2020, tercatat jumlah kejadian

bencana di Indonesia sebanyak 2.939 kejadian yang didominasi oleh bencana

banjir (1.070 kejadian), puting beliung (879 kejadian) dan tanah longsor (575

kejadian). Dampak bencana tersebut lebih dari 6,4 juta jiwa penduduk yang

mengungsi dan 370 jiwa meninggal dunia. Infrastruktur yang terdampak bencana

diantaranya lebih dari 42 ribu rumah dan 2 ribu fasilitas (pendidikan, kesehatan,

kantor, jalan, dan jembatan). BNPB meverifikasi dan validasi data bencana tahun

2021 dari seluruh provinsi dan kabupaten/kota yang dihimpun tahun 2021 terjadi

5.402 kejadian, sedangkan pada tahun 2022 sebanyak 3.522 bencana alam di

Indonesia.

Bencana menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagai salah satu

peristiwa yang mengganggu dan mengancam kehidupan manusia disebabkan oleh

faktor alam, faktor non alam dan faktor sosial. Bencana menimbulkan kerugian

harta benda, kematian korban jiwa, kerusakan ekosistem dan lingkungan serta
berdampak pada permasalahan kesehatan masyarakat diantaranya rusaknya

fasilitas kesehatan dan menimbulkan penyakit pasca terjadi bencana.

Bencana yang didefinisikan mengandung tiga aspek dasar :

1. Ancaman gangguan tersebut memicu korban jiwa dan melampaui kemampuan

masyarakat dalam dengan sumber daya.

2. Peristiwa yang mengancam kehidupan, penghidupan dan fungsi masyarakat.

3. Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard).

Bencana digolongkan dalam tiga kategori 1) bencana alam disebabkan gunung

berapi, tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir, kekeringan, kebakaran, cuaca

ekstrim, gelombang tinggi dan abrasi. (2) bencana non alam seperti kegagalan

modernisasi, kegagalan teknologi, wabah penyakit dan epidemi. (3) bencana

sosial gerakan massal bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial disebabkan

konflik sosial antar kelompok danserta teror tentang kecemburuan sosial, budaya

ekonomi yang disajikan sebagai pertentangan antar suku, agama dan ras (SARA).

Industri sebagai salah satu usaha kegiatan pengolahan bahan mentah sehingga

memiliki nilai tambah dalam pendapatan keuntungan hasil produksi, selain itu

diartikan sebagai perusahaan yang merubah bahan dasar dengan nilai kurang

menjadi barang bernilai tinggi. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Perindustrian mendefinisikan Industri sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah

bahan baku serta pemanfaatan sumber daya industri dan menghasilkan barang

yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.
Kegiatan industri sebagai salah satu faktor yang diharapkan mendukung dan

mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, sehingga kegiatan industri akan

mendorong tumbuhnya kegiatan lain sebagai pendukung sektor industri baik

secara langsung dan tidak langsung kehadiran sektor industri sehingga terjadi

perubahan dalam lingkungan dalam pola kehidupan yang mempengaruhi.

Peraturan Pemerintah Nomor 142 tahun 2015 tentang Kawasan Industri

sebagai tempat pusat kegiatan industri dilengkapi sarana dan prasarana penunjang

yang dikelola oleh perusahaan kawasan industri. Pembangunan kawasan industri

sebagai sarana mengembangkan Industri berwawasan lingkungan memberikan

kemudahan dan daya tarik bagi investasi dengan pendekatan konsep efisiensi, tata

ruang dan lingkungan hidup.

National Industrial Zoning Committe’s (USA) 1967 kawasan industri atau

Industrial Estate disebut Industrial Park sebagai kawasan Industri diatas tanah

cukup luas secara administratif dengan pengawasan seseorang dan kelembagaan

dengan ketersediaan beserta infrastruktur (utilitas) dan aksesbilitas transportasi.

Kawasan industri memiliki percampuran terdiri atas peralatan pabrik penelitian

dan laboratorium pengembangan, bangunan perkantoran bank serta sarana

prasarana seperti fisilitas sosial dan umum (mencakup perumahan, sekolah, tempat

ibadah dan ruang terbuka). Pengembangan kawasan industri sebagai upaya

pembangunan wilayah atau daerah dengan pemanfaatan sumber daya (alam,

manusia, buatan dan teknologi) optimal, efisien dan efektif proses pengembangan

suatu kawasan industri suatu wilayah terdapat campur tangan pemerintah dalam

penetapan kebijakan pengembangan kawasan industri di suatu wilayah.


Pengembangan kawasan industri dilakukan dengan mengkoordinasi dalam

menggerakan kegiatan ekonomi serta akumulasi kegiatan investasi yang menjadi

pemicu (trigger) bagi kegiatan pembangunan berkelanjutan secara keseluruhannya

diwadahi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah maupun kawasan. Badan Pusat

Statistik (BPS) Jawa Timur tahun 2015 mencatat bahwa sebanyak 811.273 unit

usaha industri di Jawa Timur terdiri dari 790.991 unit usaha industri kecil dan

kerajinan rumah tangga, 19.146 unit usaha industri menengah dan 1.136 unit

usaha industri besar. Luas keseluruhan kawasan industri secara nasional mencapai

47.215 hektar dengan provinsi Jawa Timur sebesar 6.334 hektar. Namun sampai

dengan 2023 terdapat 11 kawasan industri berkembang di Jawa Timur meliputi

Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Pasuruan Industrial Estate Rembang

(PIER), Sidoarja Industrial Estate Berbek (SIEB), Ngoro Industrial Park (NIP),

Maspion Industrial Estate (MIE), Kawasan Industri Gresik (KIG), Java Integrated

Industrial Port Estate (JIIPE), Kawasan Industri Turban (KIT), Safe n Lock

Industrial Park, Sidoarjo Rangkah Industrial Estate (SiRIE) dan Industrial Estate

Wira Jatim.

Kabupaten Gresik sebagai kota penunjang menompang sektor perekonomian

di ibukota Jawa Timur setelah Surabaya terkenal sebagai kawasan industri karena

banyaknya industri yang didirikan meliputi industri elektronik, industri

petrokimia, industri semen, industri tekstil, hingga industri makanan berskala

rumahan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2021

Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Gresik menyatakan Gresik ditetapkan sebagai

KEK dengan luas

2.167 ha terletak diwilayah Kecamatan Manyar dan Kabupaten Gresik, Gresik

provinsi Jawa Timur. Kegiatan usaha di kawasan industri produksi dan

pengolahan,
logistik dan distribusi, riset; ekonomi digital dan pembangunan teknologi

pengembangan energi.

Tabel 1.1 Tingkat Bencana Kabupaten Gresik

No Jenis bencana Bahaya

Luas (Ha) Tingkat

1. Kegagalan Teknologi 6.690 Tinggi

Sumber : BPBD Kab. Gresik Tahun 2020

Perkembangan teknologi yang pesat era globalisasi memberikan manfaat

dalam kemajuan diberbagai aspek sosial. Penggunaan teknologi oleh manusia

membantu menyelesaikan pekerjaan merupakan hal yang menjadi keharusan

dalam kehidupan. Bencana akibat teknologi industri menyebabkan kegagalan

teknologi merupakan jenis kejadian bencana diakibatkan kesalahan desain,

pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi.

Hal tersebut menyebabkan korban jiwa, sarana prasarana industri dan merugikan

masyarakat yang bertempat tinggal di lingkungan industri tersebut.

Kawasan industri berguna sebagai penunjang proses produksi perusahaan

salah satunya PT. Kawasan Industri Gresik (PT. KIG) dibangun oleh kerjasama

antar dua perusahaan PT. Semen Indonesia dan PT. Petrokimia Gresik, dengan

kepemilikan saham PT. PT. KIG sebagai salah satu perusahaan developer

menyediakan lahan industri kepada investor lokal, nasional dan internasional. PT.

KIG menyediakan lahan industri, pergudangan, bangunan pabrik sesuai standar

dan pusat bisnis didukung dengan fasilitas dan infrastruktur terpercaya

memberikan jaminan atas investasi penyewa.


Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 2 Tentang

Penyelenggaraan Bencana menyatakan bahwa penanggulangan bencana

dilaksanakan secara terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh dalam memberikan

perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko dan dampak yang

diakibatkan (BNPB, 2011). Kondisi situasi tidak terjadi bencana salah satu

kegiatannya adalah perencanaan penanggulangan bencana disusun pada situasi

potensi bencana meliputi kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana.

Kondisi kesiapsiagaan salah satu kegiatan dilakukan yaitu menyusun perencanaan

kedaruratan atau perencanaan kontingensi.

Perencanaan kontingensi sebagai proses perencanaan keadaan tidak menentu

yang ditemukan kondisi darurat, kritis dan dapat terjadi saka dalam rentan waktu

tidak terukur melalui skenario dan tujuan disepakati, penetapan tindakan teknis

dan manajerial, sistem tanggapan dan pengerahan potensi disetujui bersama.

Pengertian lain menjelaskan bahwa perencanaan kontingensi adalah suatu proses

perencanaan kedepan dengan keadaan tidak dapat diukur dapat diuji coba

menggunakan skenario disepakati oleh pihak terkait melalui kesepakatan bersama

mencegah atau menanggulangi dalam keadaan atau situasi darurat yang dihadapi.

(BNBP, 2008)

Perencanaan kontingensi dilakukan sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi

ancaman bencana, sehingga jika terjadi bencana rencana kontingensi dapat

sebagai dasar penyusunan rencana operasi penanganan darurat bencana dan

mendapatkan data kaji cepat lapangan. Rencana kontinjensi termasuk dalam

mitigasi bencana mendefinisikan tentang peranan setiap elemen dalam mitigasi

bencana non alam. Hasil penelitian Basyid (2010) menjelaskan bahwa kontingensi

membantu dalam pengembangan peta risiko bencana suatu wilayah. Hal tersebut

berperan dalam peningkatan kesiapsiagaan daerah dan menganalisis risiko


ancaman bencana yang
dihadapi kedepannya. Rencana kontingensi diperlukan sebagai acuan masa

tanggap darurat karena menggerakan tindakan dan sumber daya efektif dalam

kedaruratan, komitmen pelaku terlibat penanggulangan bencana dan peninjauan

kedaruratan terkoordinir yang mengerahkan kemampuan menentukan rencana

berkelanjutan kedaruratan. Dilihat posisi tahapan penanggulangan bencana,

rencana kontinjensi berada di tahapan ”kesiapsiagaan”.

1.2 Identifikasi Penyebab Masalah

Indonesia sebagai negara memiliki potensi bencana yang tinggi dan

mengancam atau menganggu kehidupan masyarakat. Bencana disebabkan tiga

faktor meliputi faktor alam, faktor non alam dan faktor manusia yang

mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, timbulnya korban

jiwa dan dampak psikologis.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab bencana diantaranya Bahaya

alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards)

yang menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-

ISDR) dikelompokkan bahaya geologi (geological hazards), bahaya

hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological

hazards), bahaya teknologi (technological hazards), penurunan kualitas

lingkungan (environmental degradation), kerentanan (vulnerability) yang tinggi

dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen dalam kota/ kawasan yang

memiliki resiko bencana serta kapasitas rendah di dalam masyarakat.

Frekuensi terjadinya bencana akan mengalami peningkatan karena kurang

adanya kepedulian, sehingga diperlukan perubahan pola pikir (mindset) mengenai

bencana dengan didasari tindakan preventif melalui implementasi penanggulangan


bencana. Fenomena bencana teknologi dialami industri sebenarnya sudah menjadi

momok menakutkan bagi masyarakat karena terbukti kurangnya tanggungjawab

dari industri dalam mengantisipasi menjadi kerugian cukup besar.

Bencana yang terjadi dalam suatu industri berbeda-beda, umumnya bencana

industri seperti terjadinya kebakaran, pencemaran limbah B3, kebisingan, polusi

asap, kegagalan teknologi seperti kebocoran gas-gas berbahaya, ledakan atau bisa

saja berbagai bahaya yang timbul dari penggunaan bahan kimia berbahaya atau

beracun lainnya. Indonesia sudah seharusnya meningkatkan kesiapsiagaan

bencana (disaster preparedness) dalam berbagai sektor sehingga mengantisipasi

berbagai bencana alam, industri, sosial dan politik dapat terjadi secara berkala di

berbagai tempat. Kedua, dibutuhkan sistem manajemen bencana terpadu yang

merespons cepat terhadap bencana yang terjadi dalam berbagai bentuknya.

Contingency plan merupakan alat manajemen yang digunakan sebagai alat

analisis dampak potensi krisis yang bertujuan mengatur langkah lebih awal dalam

menghadapi secara tepat waktu, efektif dan sesuai dibutuhkan oleh masyarakat

yang terdampak. Sayangnya masih terjadi ambiguitas dalam proses-proses

tersebut, karena masih terdapat perbedaan interpretasi dan pemahaman tentang

ruang lingkup dan cara pendekatan terhadap contingency plan dalam konteks

penanggulangan bencana.

Uraian diatas maka evaluasi rencana kontingensi dilakukan dengan tujuan

dapat menilai upaya mitigasi bencana serta implementasi rencana kontingensi

sebagai bentuk penanggulangan bencana di wilayah kawasan industri Gresik

Tahun 2023.
Problem statement
Fenomena kejadian
kegagalan
teknologi industri

Context Input Process Product


Latar belakang Administrasi dan keuangan Koordinasi Komunikasi
Evaluasi rencana kontingensi sebagai mitigasi bencana di PT
contingency plan Kepemimpinan dan Sistem Manajemen Insiden Risiko dan Keterlibatan Masyarakat
Komunikasi
Sumber Daya Manusia
Hambatan dan kendala dalam penyusunan contingency plan Pencegahan dan Mitigasi Bencana
Dukungan Pemerintah Kebijakan Sistem Manajemen Informasi Kebencanaan
Jumlah industri yang belum memiliki SOP kebencanaan Sarana dan Prasaran
Kesehatan Kerja, Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial
Keberlangsungan Dukungan Pelayanan Kesehatan Primer

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Contingency plan di PT.KIG dengan Metode CIPP
Berdasarkan gambar 1.1 dapat dijabarkan bahwa contingency plan sebagai

risk management yang menguraikan langkah-langkah diambil tim manajemen

apabila dihadapkan dengan risiko tersebut tidak hanya penting bagi kondisi

finansial, dapat membantu melindungi kesehatan keselamatan pekerja apabila

terjadi bencana kegagalan teknologi industri di lingkungan sekitar. Hal

tersebut disebabkan beberapa faktor sebagai berikut :

1. Context

a. Latar belakang contingency plan

Perkembangan terknologi industri di PT. Kawasan Industri Gresik

harus disadari karena berpotensi menimbulkan bencana akibat kegagalan

teknologi, mengingat perlu penanganan atau upaya pengurangan risiko

bencana dilakukan secara bersama antar aparatur Pemerintah, masyarakat,

relawan dan dunia usaha, sesuai Undang-undang nomor 24 tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana.

b. Hambatan dan kendala dalam penyusunan contingency plan

Pelaksanaan rencana penanggulangan kedaruratan bencana (berarti

berlaku untuk rencana kontinjensi) dilaksanakan pada situasi terdapat

potensi bencana, tepatnya menjadi bagian dari pelaksanaan kesiapsiagaan

sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 pasal 45, dan Peraturan

Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 pasal 16 & 17, bahwa pelaksanaan

kegiatan kesiapsiagaan dilakukan instansi atau lembaga yang berwenang,

baik secara teknis maupun administratif, dikoordinasikan oleh BNPB

dan/atau BPBD. Hambatan proses pelaksanaan contingency plan dapat


dikatakan sebagai keadaan menahan dan menghambat pelaksanaan

implementasi congtingency tidak berjalan dengan optimal dan efektif.

c. Dukungan Pemerintah

Penyusunan Rencana Kontinjensi dilakukan secara bersama antar

lembaga dan pelaku penanggulangan bencana, pemerintah maupun non-

pemerintah. Rencana kontingensi ditujukan kepada PT.KIG yang

dibentuk pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan lembaga usaha,

agar mendapatkan informasi dan pemahaman terkait tugas kewajiban

pada saat penanganan darurat bencana.

d. Jumlah industri yang belum memiliki SOP kebencanaan

Standar Operasional Prosedur Penanggulangan Bencana di PT.KIG

memiliki tujuan sebagai pedoman penanggulangan bencana dan arahan

tindakan dari BPBD Kabupaten Gresik dalam Penanggulangan Bencana

pada industri di wilayah PT. Kawasan Industri Gresik meliputi sistem

organisasi, pengaturan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, taktik

strategi penanggulangan penyelamatan, serta tata laksana meminimalkan

dampak di lingkungan perkotaan.

2. Input

a. Administrasi dan keuangan

Administrasi dan keuangan di PT.KIG sebagai bentuk dukungan

dalam mencegah, mempersiapkan dan menanggapi keadaan darurat saat

terjadi dan pasca bencana kegagalan teknologi dalam proses penyusunan

hingga penerapan di kawasan industri Gresik.


b. Kepemimpinan dan Sistem Manajemen Insiden

Kepemimpinan dan sistem manajemen insiden di Industri yang

berfungsi dengan baik dan dinilai sangat penting sebagai administrasi

operasional darurat efektif, karena kawasan industri berada dekat kawasan

berpotensi bencana semakin memperkeruh masalah mitigasi bencana dan

tidak semua industri memiliki contingency plan atau dalam penerapan

dinilai kurang optimal.

c. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia menjadi satu faktor penting sehingga harus

dikelola dengan baik dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan

efisiensi organisasi suatu perusahaan, sehingga perlu adanya dibutuhkan

emampuan SDM yang dapat diandalkan, memiliki wawasan, kreativitas,

pengetahuan dan satu tujuan dengan organisasi. Pengembangan sumber

daya manusia suatu organisasi memiliki peranan strategis dalam

meningkatkan kualitas kinerja dalam pencapaian tujuan organisasi.

d. Kebijakan

Menurut (Suryo Guritno, 2017), contigency plan sebagai suatu

dokumen untuk antisipasi penanggulangan keadaan tanggap darurat pada

industri di PT. Kawasan Industri Gresik didasarkan pola terpadu sehingga

mampu mengintregasikan tindakan secara tepat, cepat, aman dan

terkendali. Penanggulangan bencana tahap pra-bencana meliputi kegiatan

dilakukan pada kondisi “situasi tidak terjadi bencana” dan kegiatan

dilakukan situasi ”terdapat potensi bencana”. Perencanaan Kontinjensi

sesuai ketentuan Pasal 17 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun


2008 dilakukan pada kondisi kesiapsiagaan yang menghasilkan dokumen

contingency plan.

e. Kesehatan Kerja, Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial

Pelayanan Kesehatan Kerja sebagai serangkaian kegiatan

dilakukan dalam rangka melindungi tenaga kerja terhadap setiap

gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja

serta kemampuan fisik dari tenaga kerja untuk mengurangi risiko cidera

atau kecatatan pada tenaga kerja di PT. Kawasan Industri Gresik.

f. Keberlangsungan Dukungan Pelayanan Kesehatan Primer

Primary Health Care diterapkan dengan paradigma sehat sebagai

dasar upaya pencapaian sehat dalam pelaksanaan meliputi pendekatan

komprehensif pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan,

pengobatan serta pemulihan penyakit, serta perawatan paliatif.

Pendekatan dilakukan PHC mencakup 3 komponen, yaitu: (1) memenuhi

kebutuhan layanan kesehatan dasar/primer kepada seluruh lapisan

masyarakat (health for all), (2) memberdayakan individu, keluarga dan

masyarakat dalam berpartisipasi bertanggungjawab terhadap kesehatan

diri (all for health), serta (3) melibatkan kerjasama lintas sektoral.

3. Process

a. Koordinasi Komunikasi

Komunikasi tidak terlepas dari koordinasi hal tersebut dikarenakan

hubungan manusia dalam menjalankan tugasnya, jika komunikasi kurang

baik menimbulkan koordinasi berjalan kurang baik dalam menjalankan

tugas sehingga menyebabkan kurang baiknya kinerja sehingga memicu


terjadinya kecelakaan. Koordinasi komunikasi dilaksanakan dengan

tujuan memastikan analisis risiko dan pengambilan keputusan

diinformasikan oleh data serta kolaborasi atau kerja sama melalui

kepercayaan antara staf, pimpinan dan stakeholder.

b. Komunikasi Risiko dan Keterlibatan Masyarakat

Komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat dilakukan PT.KIG

dalam membantu upaya mitigasi bencana meliputi kesiapsiagaan, tanggap

darurat dan pemulihan saat terjadinya bencana di PT.KIG.

c. Pencegahan dan Mitigasi Bencana

Pencegahan penanggulangan melalui mitigasi bencana dilakukan

dengan tujuan mengurangi dan menanggulangi resiko bencana melalui

serangkaian upaya dilakukan perbaikan dan modifikasi lingkungan fisik

maupun penyadaran serta peningkatan kemampuan menghadapi ancaman

bencana meliputi membangun komitmen kepada masyarakat

melaksanakan pencegahan penanggulangan bencana yang bersifat

mandiri. Kemampuan tersebut diharapkan mengurangi dampak dan resiko

bencana.

d. Sistem Manajemen Informasi Kebencanaan

Manajemen informasi merupakan penerapan sistem informasi

dalam organisasi mendukung informasi dibutuhkan tingkatan manajemen.

Sistem informasi penanggulangan bencana diharapkan mampu: (1)

meningkatkan kemampuan perencanaan penaggulangan bencana dalam

segala aspek penaggulangan bencana, baik tingkat pusat maupun daerah

pada tahapan penaggulangan bencana; (2) mendukung pelaksanaan

pelaporan kejadian bencana secara cepat dan tepat, proses pemantauan

dan perkembangan
kejadian bencana; dan (3) memberikan informasi secara lengkap bersifat

aktual semua pihak terkait melalui unsur penanggulangan bencana.

4. Product

Evaluasi contingency plan sebagai mitigasi bencana di PT.

Kawasan Industri Gresik.

1.3 Rumusan dan Batasan Masalah

1.3.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil evaluasi context contingency plan pada industri oleh

PT.KIG di Kawasan Industri Gresik Tahun 2023?

2. Bagaimana hasil evaluasi input contingency plan pada industri oleh

PT.KIG di Kawasan Industri Gresik Tahun 2023?

3. Bagaimana hasil evaluasi process contingency plan pada industri oleh

PT.KIG di Kawasan Industri Gresik Tahun 2023?

4. Bagaimana hasil evaluasi product contingency plan pada industri oleh

PT.KIG di Kawasan Industri Gresik Tahun 2023?

1.3.2 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang disusun, maka penelitian ini

membatasi masalah diteliti evaluasi pelaksanaan penerapan dan pengadaan

contingency plan menggunakan metode evaluasi CIPP (context, input,

process, product).
1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian disusun adalah mengevaluasi rencana kontingensi

sebagai upaya mitigasi bencana kegagalan teknologi industri di PT. Kawasan

Industri Gresik Tahun 2023 menggunakan metode CIPP.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi evaluasi konteks (conxetxt) contingency plan industri di

PT. KIG Tahun 2023.

2. Mengidentifikasi evaluasi masukan (input) contingency plan industri di PT.

KIG Tahun 2023.

3. Mengidentifikasi evaluasi proses (process) contingency plan industri di PT.

KIG Tahun 2023.

4. Mengidentifikasi evaluasi keluaran (product) contingency plan yang menjadi

dasar dokumen rencana kontinjensi dan implementasi dalam manajemen

organisasi, melalui identifikasi kekuatan dan kelemahan rencana kontinjensi

yang telah disusun dan dilaksanakan pada industri di PT. Kawasan Industri

Gresik Tahun 2023.

5. Memberikan rekomendasi dan masukan dalam penerapan contingency plan

industri di PT. KIG Tahun 2023.


1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian disusun diharapkan dapat menjadi referensi teoritis oleh peneliti

selanjutnya dan bermanfaat perkembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya

mitigasi bencana yang dimplementasi pada jenis bencana lainnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini memiliki manfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan

dan pengalaman dalam penerapan ilmu yang telah didapatkan selama mengikuti

proses belajar di bangku perkuliahan tentang contingency plan dan evaluasi

penerapan pada industri di PT. KIG tahun 2023.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Bahan referensi dan literatur bacaan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

dalam pengembangan penelitian mitigasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana.

3. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian digunakan sebagai bahan informasi dan masukan pihak

PT.KIG dan industri di PT. Kawasan Industri Gresik sebagai evaluasi untuk

perencanaan contingency plan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bencana
2.1.1 Definisi Bencana
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 bencana diartikan rangkaian peristiwa

yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat disebabkan oleh alam,

faktor non alam dan faktor manusia sehingga menyebabkan timbulnya korban

jiwa, kerusakan lingkungan, kerusakan harta benda dan dampak psikologis.

Bencana (disaster) menurut World Health Organization merupakan seluruh

kejadian menimbulkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia,

penurunan derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan skala tertentu dengan

memerlukan respon masyarakat atau wilayah terdampak. Asian Disaster

Reduction Center (2003) dalam kutipan Wijayanto (2012) bencana sebagai

guncangan serius dirasakan masyarakat dan mengakibatkan kehilangan secara

menyeluruh dalam bentuk bangunan maupun lingkungan yang melampaui

kapabilitas manusia. Bencana sebagai peristiwa atau kejadian potensial yang

merupakan ancaman terhadap kesehatan, keamanan atau kesejahteraan

masyarakat atau fungsi ekonomi masyarakat maupun kesatuan organisasi

pemerintah lebih luas (Fitriadi et al. 2017).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bencana


Faktor yang mempengaruhi bencana dikategorikan menjadi tiga

diantaranya faktor alam (natural disaster), faktor non alam bukan alam dan bukan

akibat dari (non-natural disaster) dan faktor sosial atau manusia (man-made

disaster). Bencana terjadi karena adanya interaksi antara ancaman (hazard) dan

kerentanan (vulnerability).
Pemicu

Bahaya

Risiko Bencana

Bencana

Kerentanan

Gambar 2.1 Faktor Pengaruh Terjadinya Bencana

Berdasarkan gambar 2.1 bencana dipengaruhi oleh faktor lain meliputi :

1. Bahaya (Hazard)

Bahaya (hazard) sebagai sumber berpotensi menimbulkan kerugian

berupa luka terhadap manusia, penyakit, kerusakan properties, lingkungan

atau kombinasinya (frank bird-loss control management). Bahaya sebagai

sumber atau sebuah situasi yang menyebabkan kecelakaan atau penyakit

pada manusia, merusak peralatan dan lingkungan (Halim dkk, 2016).

2. Risiko bencana

Risiko (risk) merupakan kerugian ditimbulkan akibat bencana di

suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu berupa kematian, luka, sakit,

jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau

kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat. Asian Disaster

Preparedness Center (ADPC) menyatakan risk merupakan nilai

kehilangan (korban jiwa, korban luka, kerusakan bangunan) diakibatkan

oleh suatu hazard. Disaster risk merupakan irisan dari hazard, exposure

dan vulnerability.
Gambar 2.2 Risk = Irisan (Hazard, Exposure, Vulnerability)
Sumber : https://signature.bmkg.go.id/site/risiko-bencana-disaster-risk/

 Hazard (bahaya) merupakan unsur berbasis hidrometeorologis, geofisika, atau

akibat ulah manusia yang menimbulkan tingkat ancaman terhadap kehidupan,

properti, atau lingkungan.

 Exposure (keterpaparan) merujuk pada siapa dan pengaruh di suatu wilayah

dimana peristiwa berbahaya dapat terjadi. Keterpaparan dapat diartikan

sebagai proses penerimaan terhadap terpaan suatu bahaya atau terdapatnya

kondisi tekanan di tingkat kelompok atau perorangan akibat terpaan suatu

bencana.

 Vulnerability (kerentanan) merupakan sejauh mana suatu sistem unit

cenderung mengalami kerusakan pengaruh yang ditimbulkan dari bencana dan

merujuk pada kerentanan unsur-unsur seperti korban jiwa, mata pencaharian,

dan harta benda. Menurut BNPB vulnerability merupakan kondisi masyarakat

mengarah pada ketidakmampuan menghadapi ancaman bencana dan menjadi

salah satu faktor berpengaruh terhadap kejadian bencana yang akan berpotensi

tinggi dalam hal kerugian jika pada kondisi yang rentan.


2.1.3 Kategori Bencana
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 bencana dikategorikan

dalam tiga kategori diantaranya 1) Bencana alam adalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam

antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,

angin topan, dan tanah longsor. (2) Bencana nonalam adalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam antara lain berupa

gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. (3) Bencana

sosial adalah bencana diakibatkan peristiwa atau serangkaian peristiwa oleh

manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas

masyarakat, teror, pertentangan antar suku, agama dan ras (SARA).

2.2 Konsep Penanggulangan Bencana


2.2.1 Definisi Manajemen

Manajemen merupakan rangkaian proses meliputi kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian dalam

memberdayakan seluruh sumber daya organisasi atau perusahaan, sumberdaya

manusia (human resource capital), keuangan (financial capital), material (land,

natural resources or raw materials), maupun teknologi secara optimal untuk

mencapai tujuan organisasi/ perusahaan. George R. Terry, 1958 dalam buku

Principles of Management (Sukarna, 2011: 10) membagi empat fungsi

manajemen, meliputi planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),

actuating (pelaksanaan) dan controlling (pengawasan) dan keempatnya disebut

sebagai POAC.
2.2.2 Manajemen Bencana
BPBD sebagai institusi yang memiliki fungsi dalam perumusan kebijakan

teknis penanggulangan bencana, pemberian dukungan penyelenggaraan

pemerintah daerah di bidang pencegahan, pembinaan, fasilitasi dan pelaksanaan

dalam tahapan pencegahan dan kesiapsiagaan, penanganan darurat, rehabilitasi

dan rekontruksi, logistik dan peralatan lingkup provinsi kabupaten atau kota,

pemantauan evaluasi dan pelaporan bidang penangulangan bencana, pengelolaan

administrasi keuangan serta kepegawaian perlengkapan rumah tangga.

Manajemen bencana didefinisikan merupakan upaya kegiatan

dilaksanakan dalam rangka pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat

dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang dilakukan pada tahapan sebelum,

saat dan setelah bencana. Manajemen penanggulangan bencana sebagai salah satu

proses dinamis, dikembangkan dari fungsi manajemen meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan penanggulangan bencana yang

melibatkan berbagai organisasi bekerjasama untuk melakukan pencegahan,

mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan akibat bencana.

MANAJEMEN BENCANA

Manajemen Risiko Bencana Manajemen Kedaruratan Manajemen Pemulihan

Mitigasi Manajemen Kedaruratan Manajemen Pemulihan

Kesiapsiagaan
Saat Bencana Pasca Bencana
Pra Bencana

Gambar 2.3 Proses Manajemen Bencana


2.3 Tahapan Manajemen Penanggulangan Bencana
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Penanggulangan

Bencana mendefinisikan penanggulangan bencana sebagai serangkaian upaya

meliputi penetapan kebijakan pembangunan berisiko timbulnya bencana, kegiatan

pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Tujuan dalam manajemen

penanggulangan bencana meliputi persiapan menghadapi bencana atau kejadian

yang tidak diinginkan, menekan kerugian korban jiwa dan harta benda yang

diakibatkan oleh bencana, peningkatan kesadaran masyarakat atau organisasi

tentang bencana sehingga terlibat dalam proses penanganan bencana dan

memberikan perlindungan anggota masyarakat dari dampak bencana sehingga

korban penderitaan dapat dikurangi. Siklus manajemen bencana dikategorikan

dalam tiga tahapan diantaranya sebelum bencana terjadi, pada waktu bencana

yang sedang atau masih terjadi dan sesudah bencana.

1. Sebelum terjadi bencana (pra-bencana)

Fase pra-bencana manajemen penanggulangan bencana dilakukan sebelum

terjadi bencana diantarmya pencegahan, mitigasi bencana, kesiapsiagaan dan

kewaspadaan dijelaskan sebagai berikut :

a. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan merupakan serangkaian antisipasi dengan pengorganisasian

langkah tepat berdaya guna yang bertujuan tahapan strategis menentukan

ketahanan anggota masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana (respons time) menyelenggarakan

siaga penanggulangan bencana meliputi 5 (lima) komponen utama antara lain :


1. Kesiapan dalam manajemen operasi penanggulangan bencana

2. Kesiapan fasilitas penanggulangan bencana

3. Kesiapan komunikasi penanggulangan bencana

4. Kesiapan pertolongan gawat daruratan penanggulangan bencana terutama

bidang kesehatan

5. Dokumentasi

b. Mitigasi bencana

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Mitigasi Bencana

sebagai serangkaian upaya mengurangi dampak dan risiko bencana, melalui

pembangunan fisik dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Upaya mitigasi dilakukan meliputi melakukan perencanaan memperkuat

bangunan dan infrastruktur berpotensi bencana seperti kode bangunan, desain

rekayasa dan konstruksi dengan tujuan menahan serta memperkokoh struktur

bangunan. Mitigasi bencana dilakukan bentuk non struktural diantaranya

menghindari wilayah bencana dengan pembangunan gedung menjauhi lokasi

bencana melalui adanya peraturan perundang-undangan dalam perencanaan dan

pengelolaan tata ruang wilayah serta pelatihan atau memberdayakan masyarakat

dan pemerintah daerah.

2. Pada waktu bencana yang sedang atau masih terjadi

Fase saat bencana dilakukan saat bencana sedang dan masih terjadi. Langkah-

langkah dilakukan pada fase terjadinya bencana meliputi peringatan dini, tanggap

darurat, bantuan darurat, penyelamatan dan pembangunan tempat pengungsian

serta pencarian korban.


a. Peringatan Dini (Early Warning System)

Peringatan dini dalam implementasi berupa penyampaian dengan segera

kepada semua pihak, khususnya memiliki potensi di wilayah rawan bencana.

Peringatan didasari berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki, diolah

atau diterima dari pihak berwenang mengenai kemungkinan datangnya suatu

bencana. Sistem peringatan dini (Early Warning System) merupakan serangkaian

sistem memberitahukan akan timbulnya kejadian alam, dapat berupa bencana

maupun tanda-tanda alam lainnya. Peringatan dini pada masyarakat atas bencana

sebagai tindakan memberikan informasi dengan bahasa yang mudah oleh

masyarakat. Dalam keadaan kritis, secara umum peringatan dini berupa

penyampaian informasi diwujudkan dalam bentuk sirine, kentongan dan lain

sebagainya

b. Tanggap Darurat (Response)

 Tanggap darurat sebagai upaya dilakukan dengan cepat dan tanggap

sesegera mungkin saat kejadian bencana dengan tujuan menanggulangi

dampak ditimbulkan akibat bencana berupa penyelamatan korban dan

harta benda, evakuasi dan pengungsian. Masalah yang ditemukan saat

terjadinya tanggap darurat diantaranya keterbatasan sumber daya manusia

umumnya mempunyai tugas rutin, keterbatasan peralatan atau sarana salah

satunya pusat pelayanan tidak disiapkan untuk jumlah korban besar serta

sistem kesehatan belum disiapkan secara khusus dalam menghadapi

bencana. Kegiatan dilakukan pada tahapan tanggap darurat meliputi

pengkajian yang tepat terhadap lokasi; kerusakan dan sumberdaya,

penentuan status keadaan darurat bencana, penyelamatan dan evakuasi

masyarakat terkena bencana,


pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan terhadap kelompok rentan serta

pemulihan dengan segera prasarana dan sarana. Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2007 serangkaian kegiatan dilakukan dengan segera pada saat

terjadi bencana melalui penanganan dampak buruk ditimbulkan dengan

kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan

kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan,

serta pemulihan prasarana dan sarana.

Tanggap darurat bencana mimiliki empat indikator yang ditetapkan sebagai

tolak ukur diantaranya :

1. Efektif dalam menerapkan sistem tanggap bencana harus tepat guna dan

sesuai kebutuhan.

2. Efisien penerapan sistem tanggap bencana dalam menanggulangi bencana

setiap tahapan, disesuaikan dengan jenis dan tingkat bahaya ditimbulkan.

3. Tepat sasaran merupakan sistem tanggap bencana sesuai tujuan dan hasil

akhir yang disusun dan diharapkan dengan artian sistem tanggap bencana

memuat kerangka tujuan jelas sehingga memiliki nilai fungsional positif

dan digunakan berkelanjutan.

4. Terukur melalui seluruh tahapan dan tindakan disesuaikan dengan

kapasitas dan sumber daya dimiliki.

c. Bantuan Darurat (Relief)

Bantuan darurat merupakan kegiatan yang dilakukan dalam memberikan

bantuan berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan,

sandang, tempat tinggal sementara, pelayanan kesehatan, sanitasi dan air

bersih.
3. Sesudah bencana

a. Pemulihan (Recovery)

Pemulihan merupakan proses darurat dengan melakukan tinjauan langsung

terhadap kondisi masyarakat yang terdampak bencana melalui alih fungsi

kembali sarana dan prasarana di keadaan semula. Upaya yang dilakukan dapat

berupa dilakukan perbaikan prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik,

sanitasi dan air bersih, pasar, fasilitas pelayanan kesehatan dan lainnya).

b. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan

publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah

pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara

wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah

pascabencana

c. Rekontruksi (Recontruction)

Rekontruksi (Recontruction) pembangunan kembali prasarana dan sarana,

kelembagaan wilayah pascabencana, baik tingkat pemerintahan dan

masyarakat dengan sasaran utama pertumbuhan kegiatan perekonomian, sosial

dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta

masyarakat dalam aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pascabencana.

Rekonstruksi sebagai program jangka menengah maupun jangka panjang

dalam perbaikan fisik, sosial dan ekonomi bertujuan mengembalikan kondisi

kehidupan masyarakat yang sama jauh lebih baik daripada sebelumnya.


2.4 Jenis-Jenis Rencana
Berdasarkan bidang atau tahapan penanggulangan bencana, dapat disusun 5

(lima) jenis rencana sebagaimana dijelaskan pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Jenis Rencana dalam Penanggulangan Bencana

No Jenis Rencana Prinsip-Prinsip

1. Rencana  Disusun pada kondisi normal


Penanggulangan  Bersifat pra-kiraan umum
Bencana  Cakupan kegiatan luas atau umum meliputi semua
(Disaster tahapan atau bidang kerja penanggulangan bencana.
Management  Dipergunakan untuk seluruh jenis ancaman bencana
Plan) (multi-hazard) pada tahapan pra, saat tanggap darurat,
dan pasca-bencana.
 Pelaku yang terlibat semua pihak yang terkait.
 Waktu yang tersedia cukup banyak atau panjang.
 Sumberdaya yang diperlukan masih berada pada
tahap “inventarisasi”
2. Rencana Mitigasi  Disusun pada kondisi normal.
(Mitigation Plan)  Berisi tentang berbagai ancaman, kerentanan,
sumberdaya yang dimiliki, pengorganisasian dan peran
atau fungsi dari masing-masing instansi atau pelaku.
 Dipergunakan untuk beberapa jenis ancaman bencana
(multi-hazard).
 Berfungsi sebagai panduan atau arahan
dalam penyusunan rencana sektoral.
 Kegiatannya terfokus pada aspek pencegahan dan
mitigasi.
 Tidak menangani kesiapsiagaan.
3. Rencana  Disusun sebelum kedaruratan atau kejadian bencana.
Kontinjensi  Sifat rencana terukur.
(Contingency  Cakupan kegiatan spesifik, dititik-beratkan pada
Plan) kegiatan untuk menghadapi keadaan darurat.
 Dipergunakan untuk 1 (satu) jenis ancaman (single
hazard).
 Pelaku yang terlibat hanya terbatas sesuai dengan jenis
ancaman bencananya.
 Untuk keperluan jangka kurun waktu tertentu.
 Sumberdaya yang dibutuhkan pada tahapan ini
bersifat “penyiapan”.
4. Rencana Operasi  Merupakan tindak lanjut atau penjelmaan dari rencana
(Operational kontinjensi, setelah melalui kaji cepat.
Plan)  Sifat rencana sangat spesifik.
 Cakupan kegiatan sangat spesifik, dititikberatkan pada
kegiatan tanggap darurat.
 Dipergunakan untuk 1 (satu) jenis bencana yang
benar-benar telah terjadi.
 Pelaku yang terlibat hanya pihak-pihak yang benar-
benar menangani kedaruratan.
 Untuk keperluan selama darurat (sejak kejadian
bencana sampai dengan pemulihan darurat).
 Sumberdaya yang diperlukan ada pada tahap
”pengerahan atau mobilisasi”.
5. Rencana  Disusun pada tahapan pasca-bencana.
Pemulihan  Sifat rencana spesifik sesuai karakteristik kerusakan.
(Recovery Plan)  Cakupan kegiatan adalah pemulihan awal (early
recovery), rehabilitasi dan rekonstruksi.
 Fokus kegiatan bisa lebih beragam (fisik, sosial,
ekonomi, dll).
 Pelaku hanya pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan pemulihan awal, rehabilitasi dan
rekonstruksi.
 Untuk keperluan jangka menengah atau panjang,
tergantung dari besar dan luasnya dampak bencana.
 Sumberdaya yang diperlukan ada pada tahapan
aplikasi atau pelaksanaan kegiatan
pembangunan
jangka menengah atau panjang.

2.5 Contingency Plan


2.5.1 Definisi Contingency Plan
Kontingensi merupakan suatu keadaan yang diperkirakan akan terjadi, tetapi

ada kemungkinan tidak akan terjadi. Rencana kontingensi adalah proses

identifikasi dan penyusunan rencana berdasarkan keadaan kontijensi atau belum

tentu. Perencanaan kontingensi juga bagian dari proses perencanaan dalam

keadaan tidak menentu, skenario dan tujuan disetujui, tindakan manajerial dan

teknis ditentukan serta sistem yang menanggapi kejadian disusun agar dapat

mencegah atau mengatasi secara lebih baik keadaan atau situasi darurat yang

dihadapi.

Rencana kontingensi tidak selalu dilaksanakan jika keadaan diperkirakan tidak

terjadi, proses perencanaan melibatkan sekelompok orang atau organisasi bekerja


sama secara berkelanjutan perumusan kesepakatan tujuan bersama,

mendefinisikan tanggung jawab dan tindakan harus diambil oleh masing-masing

pihak disusun sesuai dengan tingkat dibutuhkan. Pelaku rencana kontingensi

terdiri dari :

a. Penyusunan rencana kontingensi sebagai pemangku kepentingan multisektor

bertanggung jawab melalui pelaksanaan penanganan bencana yang terdiri dari

unsur pemerintah, organisasi non pemerintah, lembaga usaha dan masyarakat,

kemampuan otoritas pengambilan keputusan mewakili instansi, lembaga atau

organisasi dengan tidak diskriminasi, keadilan dan keseteraan gender.

b. Fasilitator rencana kontingensi pelaksana fungsi berdasarkan pengetahuan,

pengalaman dan keterampilan menyampaikan topik, pengarahan diskusi tanya

jawab serta pendampingan penyusunan rencana kontingensi sampai dengan

penyusunan dokumen kontingensi.

c. Narasumber rencana kontingensi merupakan orang yang memiliki

pengetahuan dan kompetensi bidangnya dalam menyampaikan materi, arahan

dan masukan penentuan kejadian bencana; penilaian resiko dan dampak

rencana sehingga skenario tersusun dapat dipertanggung jawabkan.

2.5.2 Kondisi Penyusunan Rencana Kontingensi


Besar kejadian dengan dampak kehidupan sehari-hari maka penyusunan

rencana kontingensi digambarkan sebagai berikut :


Gambar 2.4 Indeks Risiko dalam Perencanaan Kontingensi

Matriks tersebut menunjukkan proses perencanaan kontinjensi hanya

sesuai peristiwa atau kejadian dengan tingkat besar keparahan dampak yang

dihasilkan suatu bencana, sedangkan pada kejadian dengan kondisi yang tidak

terlalu parah menggunakan kebijakan-kebijakan yang ada, bahkan jika tidak parah

sama sekali tidak perlu disusun rencana kontinjensi.

2.5.3 Sifat Rencana Kontingensi


Penyusunan rencana kontingensi memiliki prinsip perencanaan kontingensi

sehingga dibuat berdasarkan :

1. Disusun dengan ditujukan untuk penanganan menghadapi keadaan darurat dan

rencana penanggulangan bencana untuk satu jenis bencana

2. Rencana kontingensi disusun untuk mendapatkan persetujuan bersama

3. Dilakukan secara transparan

4. Partisipatif melibatkan seluruh stakeholder terkait dan menetapkan peran tugas

setiap sektor.
Tabel 2.2 Partisipatif Lintas Sektor

Waktu Pelaksanaan
Kegiatan
No Pelaku/ODP Koordinator Jumlah
pelaku Mulai Berakhir
hari
1. Melakukan BPBD, Dinas 1 x 24 saat 1 x 24 1 Hari
kajian cepat Sosnaker, Dinas terjadi
bersama sektor PU, Dinas bencana
lain Kesehatan,
2. Melaksanakan PDAM, Dinas
aktifitas Posko Pendidikan,
Tanggap TNI, Polri,
Darurat Dishubkominfo,
Kesbangpol,
Satpol PP
3. Melaksanakan
mekanisme
koordinasi
terhadap setiap
elemen
penanggulanan
bencana sesuai
kebutuhan,
mencakup
logistik, SAR,
1x24
kesehatan, BPBD, Dinas BPBD
setelah
sarana Sosnaker, Dinas
organisasi
prasarana PU, Dinas 14 hari 14 hari
tanggap
4. Menjamin Kesehatan,
darurat
keamanan dan PDAM, Dinas
diaktifkan
keselamatan Pendidikan,
proses TNI, Polri,
penanganan Dishubkominfo,
darurat bencana Kesbangpol,
dan Satpol PP dan
perlindungan SAR
terhadap
kelompok renta
5. Melakukan
rapat
koordinasi dan
evaluasi harian
tentang
perkembangan
tanggap
darurat.
2.5.4 Mekanisme Penyusunan Perencanaan Kontingensi memiliki tahapan
meliputi :
(1) Tahapan Persiapan

a. Rapat pendahuluan internal BPBD menentukan langkah-langkah dan kesiapan

penyelenggaraan penyusunan rencana contingency plan.

b. Rapat koordinasi BPBD melibatkan seluruh pemangku kepentingan bertujuan

mensosialisasikan penyusunan rencana kontingensi, identifikasi peserta dan

tim penyusun, penentuan kejadian ancaman bencana suatu wilayah,

inventarisasi dan penyediaan kebutuhan data dan sumberdaya.

c. Penentuan jenis bencana

Rencana kontingensi memuat satu jenis ancaman bencana, sehingga

diperlukan penentuan jenis bencana yang akan disusun sesuai skala prioritas

masalah dan pengacu Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) serta Rencana

Penanggulangan Kedaruratan Bencana (RPKB) yang telah disusun

sebelumnya.

d. Identifikasi pelaku atau peserta

Penyusun rencana kontingensi adalah pemangku kepentingan dari multi

sektor bertanggungjawab mempunyai amanah melaksanakan penanggulangan

bencana meliputi unsur Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia

usaha.

(2) Tahapan Pelaksanaan

a. Penetapan bahaya dan kajian bahaya yang ada di daerah.

b. Pengembangan skenario kejadian bahaya

c. Asumsi dampak

d. Penetapan tugas pokok, kebijakan dan strategi penanganan darurat bencana


e. Pelaksanaan penanganan darurat bencana, rangcangan sistem komando dan

konsep operasi

f. Penyusunan rencana tindakan, menetapkan peran, fungsi tugas bidang operasi

dibawah sistem komando dan penyusunan instruksi koordinasi.

g. Perencanaan administrasi logistik, proyeksi kebutuhan, melakukan identifikasi

sumberdaya, penyusunan kesenjangan strategi pemenuhan sumberdaya.

h. Perencanaan pengendalian, komando, koordinasi dan komunikasi.

i. Penyusunan rencana tindak lanjut berupa diseminasi, uji draft, aktivasi, dan

kaji ulang rencana kontingensi.

(3) Tahapan Finalisasi

Rapat lanjutan oleh tim penyusun dilakukan setelah tahap pelaksanaan dengan

tujuan penyempurnaan draft rencana kontingensi dihasilkan lokakarya

sebelumnya.

(4) Tahapan Tindak Lanjut

a. Konfirmasi kesepakatan melalui diseminasi rencana kontingensi ditunjukan

kepada pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat serta lembaga usaha atau

industri sehingga didapatkan informasi terkait tugas dan kewajiban dalam

penanganan darurat bencana yang dilakukan dengan diskusi dan forum untuk

mendapatkan kesepakatan bersama.

b. Penyempurnaan draft rencana kontingensi

c. Pelatihan, gladi ruang dan gladi lapang

d. Rapat koordinasi tingkat pimpinan di daerah

e. Aktivasi rencana kontingensi

f. Pemutakhiran rencana kontingensi bertujuan dalam penetapann rencana sesuai

dengan situasi terkini dengan data yang mencakup perubahan meliputi :


a. Besaran ancaman bencana

b. Tingkat kerentanan

c. Kapasitas atau kemampuan sumberdaya

Pengelolaan Data & Informasi Risiko

Persiapan
Idenntifikasi & Pengorganisasian Perilaku

Penentuan Jenis Bahaya

Kajian Ulang Penentuan skenario kejadian & asumsi dampak bencanna

Penetapan tujuan, kebijakan dan strategi

Pelaksanaan

Pengorganisasian

Penyusunan rencana bidang secara terpadu

Konfirmasi kesepakatan para pemangku kepentingan

Penyempurnaan draft
Tindak Lanjut

Aktivasi

Pemutakhiran

Gambar 2.5 Diagram alir penyusunan rencana kontingensi


2.6 Evaluasi
2.6.1 Tinjauan Umum
Evaluasi adalah metode riset mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan

informasi bermanfaat tentang objek evaluasi, dengan penilaian perbandingan

sesuai indikator evaluasi yang hasilnya digunakan sebagai bahan pengambilan

keputusan. Evaluasi merupakan bagian proses manajemen dimulai dari tahapan

perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tujuan dari

evaluasi memperoleh informasi mengenai tingkat kemajuan dan perubahan suatu

kegiatan, tingkat pencapaian sesuai dengan tujuan, pengaruh program dan

masyarakat serta tindak lanjut memperbaiki kegiatan sebelumnya. Selain itu

evaluasi berperan sebagai pengembangan staf program, pemenuhan ketentuan

undang-undang, akreditasi program, mengukur cost effectiveness dan cost-

efficiency serta pengambilan keputusan mengenai program.

2.6.2 Jenis-Jenis Evaluasi


1. Evaluasi Kebijakan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebijakan diartikan sebagai rangkaian

konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana pelaksanaan suatu

pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi,

dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen

dalam usaha mencapai sasaran. Kebijakan juga didefinisikan sebagai tindakan

atau kegiatan dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau

pemerintah yang terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara

berbagai alternatif guna mencapai tujuan tertentu. Evaluasi kebijakan merupakan

kegiatan estimasi atau penilaian kebijakan mencakup substansi, implementasi


dampak, kesimpulan, klarifikasi, kritik, penyesuaian sampai dengan perumusan

masalah kembali.

2. Evaluasi Program

Metode sistematis dalam mengumpulkan, melakukan analisa dan pemanfaatan

informasi sebagai bahan menjawab pertanyaaan dasar dikelompokan menjadi

evaluasi proses (process evaluation), evaluasi manfaat (outcome evaluation) dan

evaluasi akibat (impact evaluation).

3. Evaluasi Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) sebagai satu faktor yang penting bahkan tidak

dilepaskan dari sebuah organisasi dan institusi perusahaan. SDM juga merupakan

kunci yang menentukan perkembangan perusahaan pada hakikatnya. SDM berupa

manusia dengan tanggung jawab disebuah organisasi sebagai penggerak, pemikir

dan perencana untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.

Menurut Notoatmodjo kinerja tergantung kemampuan pembawaan (ability),

kemampuan dikembangkan (capacity), bantuan dalam terwujudnya performance

(help), insentif materi maupun non-materi (incentive), lingkungan (environment)

dan evaluasi (evaluation). Evaluasi Kinerja SDM merupakan manajemen kinerja

dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian

terhadap pencapaian kinerja dan dikomunikasikan terus menerus oleh pimpinan

kepada karyawan, antara karyawan dengan atasan.


2.7 Metode CIPP
Metode CIPP salah satu model evaluasi program yang dikembangkan oleh

Daniel L, stufflebeam tahun 2967 dengan empat unsur Context Evaluation, Input

Evaluation, Process Evaluation dan Product Evaluation. CIPP merupakan model

evaluasi menggunakan pendekatan berorientasi pada manajemen (management

oriented evaluation approach) atau disebut sebagai evaluasi manajemen program

(evaluation in program management).

Empat komponen dalam metode CIPP diantaranya meliputi :

1. Context Evaluation

Context Evaluation sebagai upaya menggambarkan atau melakukan perincian

terhadap kebutuhan, populasi dan sampel serta lingkungan sebagai tujuan yang

akan dicapai.

2. Input Evaluation

Input Evaluation merupakan evaluasi berkaitan dengan kemampuan instansi

menempatkan dan menyediakan sumber daya sebagai pendukung penyusunan

program bertujuan menyediakan informasi serta penentuan sumber yang

digunakan sebagai pemenuhan tujuan perencanaan kontingensi.

3. Process Evaluation

Process Evaluation merupakan evaluasi diarahkan pada seberapa jauh

kegiatan telah dilaksanakan dalam program apakah sudah terlaksana sesuai

dengan rencana. Hal tersebut berfungsi untuk membantu mengetahui hamabatan,

kelebihan dan kelemahan dari segi berbagai aspek.


4. Product Evaluation

Product Evaluation sebagai evaluasi dilaksanakan untuk mengukur hasil akhir

implementasi dokumen terhadap berhasil tidaknya dalam penanggulangan

bencana.
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL
Context Input Process
Administrasi dan Keuangan Product
Latar belakang
contingency plan Kepemimpinan dan Sistem Manajemen Insiden 1. Koordinasi Evaluasi rencana
Sumber Daya
Hambatan dan kendala dalam penyusunan contingency Manusia
plan Komunikas kontingensi sebagai mitigasi
Dukungan Pemerintah Kebijakan i bencana di PT. KIG
Sarana dan Prasarana 2. Komunikasi
Risiko dan
Keterlibatan
Masyarakat
3. Pencegahan dan
1. Jumlah industri yang belum memiliki SOP kebencanaan
Mitigasi
Bencana Psikososial
Kesehatan Kerja, Kesehatan MentaL dan Dukungan
4. Sistem Primer
Keberlangsungan Dukungan Pelayanan Kesehatan
Manajemen = Diteliti
Informasi
Kebencanaan
= Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Evaluasi Contingency Plan PT.KIG dengan Metode CIPP
Berdasarkan kerangka konsep pada gambar 3.1 dijelaskan bahwa penelitian

disusun fokus pada evaluasi rencana kontingensi dalam penerapannya di PT.KIG

Tahun 2023. Metode evaluasi yang digunakan berlandaskan metode CIPP

(Context, Input, Process dan Product).

Pada bagian Context identifikasi tujuan dari evaluasi kontingensi di PT. KIG

Gresik diantaranya latar belakang menjadi dasar penyusunan contingency plan,

hambatan dan kendala implementasi serta dukungan pemerintah terhadap bencana

non-alam di Kawasan Industri Gresik. Bagian input peneliti menganalisis

masukan dibutuhkan dalam contingency plan administrasi dan keuangan,

kepemimpinan dan sistem manajemen insiden, sumber daya manusia dan

kebijakan. Bagian process peneliti melakukan analisis terhadap koordinasi dan

komunikasi antar stakeholder serta komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat.

Sedangkan bagian product peneliti melakukan evaluasi dampak implementasi

dokumen congtingency plan yang telah disusun untuk dilaksanakan PT. Kawasan

Industri Gresik secara optimal. Hasil evaluasi kemudian dideskripsikan bentuk

narasi berdasarkan uji analisis yang dilakukan sesuai tahapan evaluasi CIPP dan

dibentuk rekomendasi ditujukan kepada PT. Kawasan Industri Gresik sesuai hasil

analisis tersebut.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian digunakan merupakan penelitian deskriptif menggunakan

desain observasional dengan rancang bangun penelitian adalah cross sectional

melalui pendekatan kuantitatif. Desain observasional dilakukan dalam tahapan

pengumpulan data tidak memberikan intervensi atau perlakuan terhadap

subjek penelitian serta pengambilan data dilakukan waktu bersamaan.

Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi contingency plan penerapan pada

Industri di PT. Kawasan Industri Gresik menggunakan CIPP dengan teknik

pengumpulan data berupa survei dan observasi.

4.2 Subjek Penelitian

Populasi penelitian ditujukan penanggung jawab bencana dan koordinator

contingency plan pada Industri di PT. Kawasan Industri Gresik yang terdaftar.

4.3 Sampel, Besar Sampel, Cara Penentuan Sampel, Cara Pengambilan

Sampel

Sampel penelitian ini ditentukan dengan purpose sampling yang

merupakan penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.(Sugiyono, 2016)

Namun jumlah sampel belum dapat ditentukan dan dibutuhkan survei untuk

mengetahui jumlah Industri di PT. Kawasan Industri Gresik karena

keterbatasan literatur.
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PT. Kawasan Industri Gresik Kabupaten

Gresik sebagai wilayah kawasan industri ditetapkan dengan kebijakan

kawasan industri didukung peran PT. Kawasan Industri Gresik dalam mitigasi

bencana sebagai manajemen penaggulangan bencana berpotensi kegagalan

teknologi Industri.

4.4.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dimulai pada penyusunan proposal skripsi bulan Mei 2023

sampai dengan pelaksanaan penelitian Juli 2023 hingga sidang hasil akhir.

Rincian sebagai berikut :

Tabel 4.1 Tabel Waktu Pelaksanaan Penelitian

NO Rencana Kegiatan Juni 2023 Juli 2023 Agustus 2023


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penentuan batasan masalah dan
topik penelitian
2. Penyusunan proposal skripsi dan
persetujuan tanda-tangan pada
lembar pengesahan
3. Pengajuan surat pengantar
Fakultas kepada Instansi yang
dituju
4. Pengajuan proposal penelitian,
surat pengantar Fakultas, transkrip
nilai dan data diri
5. Pengambilan data
6. Analisis data
7. Penyusunan skripsi
4.5 Variabel, Definisi Operasional, Cara Pengukuran dan Skala Data
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi penerapan contingency plan di PT.KIG Kabupaten Gresik dan memberikan rekomendasi.

Penelitian ini menggunakan metode evaluasi CIPP (Context, Input, Process dan Product) dalam evaluasi contingency plan PT.KIG

kedalam empat aspek Context, Input, Process dan Product. Berikut merupakan variabel, definisi operasional, cara pengukuran dan

skala data dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Variabel, Definisi Operasional, Cara Pengukuran dan Skala Data
NO Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Skala Data

3. Context Evaluasi Context adalah mengukur Pengukuran dilakukan menggunakan : Ordinal


dan menilai tujuan dalam
1. Kuesioner dengan skala linkert
perencanaan contingency plan di
(Sangat tidak setuju = 1, Tidak setuju = 2,
PT.KIG
Setuju = 3, Sangat setuju = 4)
2. Observasi
(Terlaksana sesuai standar = 10,
Tujuan dalam perencanaan tidak terlaksana = 0)
pengukuran contingency plan :
- Latar belakang contingency Kategori kuesioner didapatkan dari penilaian skor
plan tiap pertanyaan dikali bobot, kemudian dibagi
- Hambatan dan menjadi 5 penilaian.
kendala dalam
penyusunan
contingency plan
- Dukungan Pemerintah
2. Input Evaluasi input adalah mengukur Pengukuran dilakukan menggunakan : Ordinal
dan menilai kesesuaian realisasi di
1. Kuesioner dengan skala linkert
lapangan terhadap acuan standar
(Sangat tidak setuju = 1, Tidak setuju = 2,
yang ditetapkan. Terdapat acuan
Setuju = 3, Sangat setuju = 4)
yaitu :
2. Observasi
1. Administrasi dan Keuangan (Terlaksana sesuai standar = 10,
2. Kepemimpinan dan tidak terlaksana = 0)
Sistem Manajemen
Insiden
3. Sumber Daya Manusia Kategori kuesioner didapatkan dari penilaian skor
4. Kebijakan tiap pertanyaan dikali bobot, dikategorikan dalam
5. Sarana dan Prasarana menjadi 5 penilaian.
3. Process Evaluasi process adalah Pengukuran dilakukan menggunakan : Ordinal
pengukuran dalam penilaian
1. Kuesioner dengan skala linkert
kesesuaian antara implementasi
(Sangat tidak setuju = 1, Tidak setuju = 2,
dilapangan dengan standart
Setuju = 3, Sangat setuju = 4)
dokumen yang telah ditetapkan
2. Observasi
1. Koordinasi Komunikasi
(Terlaksana sesuai standar = 10,
2. Komunikasi Risiko dan
tidak terlaksana = 0)
Keterlibatan Masyarakat
3. Pencegahan dan
Kategori kuesioner didapatkan dari penilaian skor
Mitigasi Bencana
tiap pertanyaan dikali bobot, dikategorikan dalam
4. Sistem Manajemen
menjadi 5 penilaian.
Informasi Kebencanaan
4. Product Evaluasi product adalah Pengukuran dilakukan menggunakan : Ordinal
pengukuran dalam capaian
1. Kuesioner dengan skala linkert
keberhasilan pelaksanaan
(Sangat tidak setuju = 1, Tidak setuju = 2,
contingency plan di PT.KIG
Setuju = 3, Sangat setuju = 4)
dengan membandingkan
2. Observasi
kesesuaian antara target dengan
(Terlaksana sesuai standar = 10,
hasil implementasi yang ada
tidak terlaksana = 0)
dilapangan
Kategori kuesioner didapatkan dari penilaian skor
tiap pertanyaan dikali bobot, dikategorikan dalam
menjadi 5 penilaian.
4.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Teknik dan instrumen digunakan dalam pengumpulan data primer dan data

sekunder:

a. Data primer diperoleh dengan melakukan survei menggunakan kuesioner yang

diberikan kepada sampel penelitian. Sebelum pengisian, responden diberikan

penjelasan dan surat persetujuan (informed consent) dan dilakukan observasi di PT

KIG melalui lembar checklist untuk melihat kesesuaian dengan indikator di

kebijakan maupun pedoman yang ada.

b. Data sekunder dalam penelitian yaitu data yang diperoleh dari PT.KIG

Kabupaten Gresik, buku, jurnal maupun berita yang tersedia secara online untuk

mengetahui besaran masalah serta informasi pendukung.

4.7 Kerangka Operasional

Identifikasi data sekunder oleh Indeks Resiko Bencana Indonesia (IRBI), studi literasi
dan fenomena bencana yang terjadi di Indonesia melalui pengumpula berita pada
tahun 2020-2022

Penentuan populasi, perhitungan jumlah responen dan penentuan responden

Melakukan evaluasi implementasi contingency plan di PT.KIG berdasarkan 4 aspek metode evaluasi CIPP de

Analisis implementasi dalam pelaksanaan di Pt. KIG Kabupaten Gresik

.
Rekomendasi kepada PT.KIG terkait pelaksanaan contingency plan sebagai upaya mitigasi bencana

4.8 Teknik Analisis Data


Data yang dibutuhkan dan dikumpulkan selanjutnya dianalisis, sebelum tahapan

analisis dilakukan pengolahan data bertujuan mendapatkan penyajian data dan

penarikan kesimpulan. Data yang didapatkan dalam penelitian masih berupa data

mentah dan tidak dapat memberikan informasi sehingga diperlukan pengolahan

serta analisis (Notoatmodjo, 2010). Tahapan pengolahan data yang peneliti lakukan

meliputi :

1. Editing

Editing merupakan tahapan pemeriksaan daftar pertanyaan diajukan

peneliti selama proses wawancara dengan narasumber. Tahapan ini peneliti

memeriksa kembali daftar pertanyaan yang diisi oleh responden melalui

kelengkapan data.

2. Coding

Coding merupakan tahapan penilaian terhadap jawaban responden

pemberian nomor atau gambar melalui klasifikasi dilakukan peneliti dengan

memberikan kode angka pada jawaban. Tahapan ini menggunakan kuesioner

sebagai penilaian pihak manajemen PT.KIG dalam ketersediaan contingency

plan dan melakukan contingency plan sebagai wujud upaya industri dalam

mitigasi bencana pada PT.KIG Kabupaten Gresik. Kuesioner menggunakan

pilihan jawaban Sangat Setuju = 4, Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat

tidak setuju = 1. Sedangkan pada tahapan observasi digunakan untuk melihat

kesesuaian jawaban manajemen PT.Kawasan Industri Gresik pelaksanaan,

dokumen, evaluasi dan tindak lanjut.


3. Processing

Processing adalah tahapan input data dalam tabel dengan program pada

komputer berupa kuesioner dan observasi yang dicoding dan akan

dimasukan dalam tabel program di komputer.

4. Cleaning

Cleaning tahapan pembersihan data, data yang dibutuhkan perlu dihapus,

sehingga tahapan ini dilakukan pengecekan kembali terhadap data yang telah

di input apakah terdapat kesalahan atau tidak.

5. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif berdasarkan hasil

perhitungan skor dari kuesioner diisi oleh sampel dan hasil observasi,

kemudian dilakukan penilaian dan perbandingan sesuai standard yang

berlaku kebijakan undang-undang penanggulangan bencana dan buku

pedoman.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Y. N., & Sari, M. M. K. (2018). Strategi Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Dalam Membangun Partisipasi Masyarakat Untuk Tanggap
Bencana Banjir di Kabupaten Gresik. Kajian Moral dan Kewarganegaraan, 6(2).
Allyreza, R., Jumiati, I. E., & Apip, A. (2022). Penyuluhan Mitigasi Bencana
Kegagalan Teknologi Industri Dan Bencana Tsunami Dengan Peningkatan
Kesiapsiagaan Masyarakat Kelurahan Randakari Kecamatan Ciwandan Kota
Cilegon. Komunitas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1).
Fahmiyah, F. (2020). Penerap An Konsep Mitigasi Bencana Pada Penanggulangan
Covid-19 Di Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur Tahun 2020 (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Harsono, P., & Suflani, S. (2018). Identifikasi Potensi Dan Manajemen Pencegahan
Bencana Industri Di Kota Cilegon Provinsi Banten. Jurnal Administrasi
Publik, 9(2).
Hijri, Y. S., Hadi, K., Roziqin, A., & Hidayah, A. M. (2023). Pendampingan
Penyusunan Rencana Kontinjensi Bencana COVID-19 di Kelurahan Bandulan,
Sukun, Kota Malang. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(1), 268-279.
Hisanah, K. S., & Handayantri, D. (2022, December). Pengaruh Penerapan Standard
Operating Procedure Contingency Plan Terhadap Keselamatan Penerbangan di
Perum LPPNPI Cabang Padang. In Prosiding Seminar Nasional Vokasi
Penerbangan (Vol. 1, No. 01, pp. 52-61).
Lestari, P., Paripurno, E. T., & Nugroho, A. R. B. (2019). Model Manajemen Risiko
Bencana Berbasis Komunitas Melalui Uji Publik Rencana Kontinjensi Erupsi
Gunung Sinabung Kabupaten Karo.
Mantika, N. J., Hidayati, S. R., & Fathurrohmah, S. (2020). Identifikasi Tingkat
Kerentanan Bencana Di Kabupaten Gunungkidul. MATRA, 1, 59-70.
Sari, A. A., Sabilla, A. A., & Hertati, D. (2020). Peran Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Dalam Manajemen Bencana Banjir Di Kabupaten
Gresik. Syntax, 2(5), 21-35.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
KUESIONER EVALUASI PENERAPAN CONTINGENCY PLAN
PT KAWASAN INDUSTRI GRESIK KABUPATEN GRESIK DENGAN
METODE CIPP TAHUN 2023

Responden : Kuesioner ditujukan kepada pihak koordinator penanggulangan


bencana Tujuan :
Mengevaluasi contingency plan sebagai upaya mitigasi bencana di PT.Kawasan
Industri Gresik dengan metode CIPP

DATA RESPONDEN
Dimohon mengisi data berikut dengan baik dan benar!
*Data yang Bapak/Ibu lampirkan akan dirahasiakan dan digunakan sebagaimana
mestinya
1. Nama :
2. Nama Industri :
3. Alamat Industri :
4. Jenis Kelamin :L P
5. Usia :
<20 tahun 20-30 tahun
20-30 tahun > 40 tahun
6. No. HP :
7. Pendidikan terakhir :
SMA/SMK/Sederajat
D3/D4/S1
8. Pekerjaan :
KUESIONER CONTINGENCY PLAN PADA INDUSTRI
DI PT. KAWASAN INDUSTRI GRESIK TAHUN 2023

Petunjuk pengisian :
Bapak/Ibu diminta untuk menjawab setiap pertanyaan berikut sesuai dengan ketersedian
dan implementasi contingency plan pada Industri di Kawasan Industri Gresik
Kabupaten Gresik dengan kondisi yang sebenarnya
Keterangan
SS : Sangat Setuju = Bobot 4
S : Setuju = Bobot 3
TS : Tidak Setuju = Bobot 2
STS : Sangat Tidak Setuju = Bobot 1

Berilah tanda centang (√) pada pernyataan dibawah sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya!
a. Variabel context disusun bertujuan untuk mengevaluasi contingency plan melalui
latar belakang penyusunan contingency plan, hambatan dan kendala dalam
pengadaan serta implementasi serta adanya dukungan pemerintah dalam upaya
mitigasi bencana di PT. Kawasan Industri Gresik
Variabel Context SS S TS STS
A Latar belakang contingency plan
1. Contingency plan merupakan suatu proses
identifikasi dan penyusunan rencana yang
didasarkan pada suatu keadaan
kontingensi
atau yang belum tentu
2. Setiap industri wajib memiliki dokumen
contingency plan yang disusun pada periode
per tahun
3. Contingency plan disusun sebelum terjadinya
bencana
4. Contingency plan disusun dengan tujuan
untuk penanggulangan bencana atau
spesifik
1 bencana yang sering terjadi
5. Adanya laporan kejadian bencana alam dan
non-alam di Kawasan Industri Gresik
6. PT. Kawasan Industri Gresik mendapatkan
informasi jumlah kejadian bencana non-alam
dari BPBD Kabupaten Gresik
Variabel Context SS S TS STS
7. PT.Kawasan Industri Gresik menjadi
daerah yang rawan bencana alam (Banjir,
longsor, gempa bumi) dan non alam
(Kegagalan
teknologi industri)
8. Perlu disusun contingency plan bagi suatu
industri karena menjadi dasar manajemen
bencana
9. Contingency plan sangat penting bagi setiap
industri hal tersebut dikarenakan industri
memiliki tingkat risiko tinggi terjadinya
bencana yang rawan salah satunya bencana
non alam
B Hambatan dan kendala dalam penyusunan contingency plan
10 Industri yang berada di kawasan KIG telah
menerapkan sistem manajemen
penanggulangan bencana sesuai dengan
pedoman dan contingency plan
11 Industri yang berada di kawasan KIG
melaporkan bahwa dalam pelaksanaan
contingency plan tidak sesuai
12 Industri yang berada di kawasan KIG
mencatat adanya hambatan dan
kendala
contingency plan sebagai
13 Industri yang berada dikawasan KIG telah
melakukan mitigasi bencana yang
diselenggarakan oleh BPBD Kabupaten
Gresik
C Dukungan Pemerintah
14 Adanya dukungan pemerintah dalam upaya
mitigasi bencana di sektor industri pada
Kawasan Industri Gresik yang meliputi
sumber daya, administrasi, keuangan, saran
dan prasarana, kesehatan dll
15 Pemerintah daerah Kabupaten Gresik
memberikan pendanaan pelatihan
kebencanaan dan penyusunan contingency
plan disektor industri pada Kawasan Industri
Gresik
Petunjuk pengisian :
Bapak/Ibu diminta untuk menjawab setiap pertanyaan berikut sesuai dengan ketersedian
dan implementasi contingency plan pada Industri di Kawasan Industri Gresik
Kabupaten Gresik dengan kondisi yang sebenarnya
Keterangan
SS : Sangat Setuju = Bobot 4
S : Setuju = Bobot 3
TS : Tidak Setuju = Bobot 2
STS : Sangat Tidak Setuju = Bobot 1

Berilah tanda centang (√) pada pernyataan dibawah sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya!
b. Variabel input disusun bertujuan untuk mengevaluasi mengevaluasi variabel input
administrasi dan keuangan, kepemimpinan dan sistem manajemen insiden, sumber
daya manusia, kebijakan dan sarana prasarana dalam penyusunan contingency plan
serta penerapan di PT. Kawasan Industri Gresik
Variabel Input SS S TS STS
A Administrasi dan Keuangan
16 Dana kontinjensi bencana adalah dana yang
dicadangkan untuk menghadapi
kemungkinan terjadinya bencana tertentu
disediakan dalam APBN untuk kegiatan
kesiapsiagaan pada tahap prabencana.
17 Setiap industri di PT. KIG memiliki
kebijakan pada aspek administrasi,
keuangan dan kelangsungan pada saat pra,
bencana dan pasca bencana yang dibuat
oleh pimpinan atau koordinator
penanggulangan
bencana
18 Setiap industri di PT. KIG memiliki
mekanisme yang jelas terkait administrasi,
keuangan, pengadaan sarana prasarana saat
bencana dan pasca bencana serta kesesuaian
contingency plan
Variabel Input SS S TS STS
B Kepemimpinan dan Sistem Manajemen Insiden

19. Setiap industri di PT. KIG wajib


mengetahui peran dan fungsi contingency
plan pada industri sehingga dalam
pelaksanaannya dapat berjalan dengan
efektif
20. Koordinator penanggulangan bencana
berkomitmen dalam mencegah terjadinya
kejadian bencana non-alam (kegagalan
teknologi industri)
21. Koordinator penanggulangan bencana
melakukan manajemen bencana meliputi
kesiapsiagaan dan tanggap
darurat bencana
22. Setiap industri di PT. KIG memiliki tim
manajemen bencana dalam
penanggulangan bencana dan evakuasi
yang terdiri atas tim bencana/satgas, tim
K3 serta penunjang (Logistik, SDM,
Keuangan) sesuai dengan contingency
plan
23. Setiap industri di PT. KIG memiliki
pemimpin dan koordinator
penanggulangan bencana yang baik
dalam upaya penerapan mitigasi bencana
di
industri yang dipimpin
C Sumber Daya Manusia

24. Setiap industri di PT.KIG wajib memiliki


koordinator penanggulangan bencana
dalam melakukan mitigasi bencana
25. Koordinator penanggulangan bencana
industri di PT.KIG wajib memiliki
keahlian khusus dan telah
melaksanakan sertifikasi Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
26. Setiap industri di PT.KIG memperkirakan
kapasitas SDM yang dimiliki dalam
mempersiapkan tanggap darurat akibat
bencana
27. Setiap industri di PT.KIG wajib
melakukan pelatihan pendidikan mitigasi
bencana dan memahami peran fungsi
contingency plan pada industri
Variabel Input SS S TS STS
28. PT.Kawasan Industri Gresik mengelola
SDM sesuai dengan kebutuhan penerapan
contingency plan dan ketersediaan
mitigasi bencana
29. Tenaga kerja wajib mengetahui potensi
bencana yang terjadi di wilayah kerja
dan Kawasan Industri Gresik sebagai
bentuk
manajemen bencana
30. Koordinator penanggulangan bencana
memberikan pengarahan bahwa
pentingnya kesiapsiagaan dan tanggap
darurat apabila terjadi bencana di lokasi
kerja
D Kebijakan

31. Setiap industri di PT.KIG memiliki SOP


mitigasi bencana sesuai dengan UU
Penanggulangan Bencana
32. Setiap industri di PT.KIG memiliki dan
menyusun dokumen contingency plan
sesuai dengan pendoman
33. Dalam penyusunan contingency plan
mengacu pada dokumen yang diterbitkan
pada tahun sebelumnya dan kebijakan
yang berlaku (Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 dan Pasal 17 ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2008)
34. Koordinator penanggulangan bencana
mendistribusikan SOP bencana dan
menjelaskan contingency plan sebagai
upaya mitigasi bencana
E Sarana dan Prasarana

35. Setiap industri di PT.KIG menunjang


kesesuaian sarana dan prasarana yang
mendukung dalam penyusunan
contingency plan
Petunjuk pengisian :
Bapak/Ibu diminta untuk menjawab setiap pertanyaan berikut sesuai dengan ketersedian
dan implementasi contingency plan pada Industri di Kawasan Industri Gresik
Kabupaten Gresik dengan kondisi yang sebenarnya
Keterangan
SS : Sangat Setuju = Bobot 4
S : Setuju = Bobot 3
TS : Tidak Setuju = Bobot 2
STS : Sangat Tidak Setuju = Bobot 1

Berilah tanda centang (√) pada pernyataan dibawah sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya!
c. Variabel process disusun bertujuan untuk mengevaluasi variabel process meliputi
administrasi dan keuangan, kepemimpinan dan sistem manajemen insiden, sumber
daya manusia, kebijakan dan sarana prasarana dalam penyusunan contingency plan
serta penerapan di PT. Kawasan Industri Gresik
Variabel Process SS S TS STS
A Koordinasi Komunikasi

36. Pentingnya keterlibatan lintas sektor


(pemerintah daerah, BPBD Kabupaten
gresik, lokakarya, fasilitas kesehatan)
dalam penyusunan contingency plan
37. Tim manajemen bencana di PT.KIG
berkoordinasi dan komunikasi dengan
BPBD, pemerintah dan penyelenggara
kesehatan dalam melakukan upaya
mitigasi bencana dan saat terjadi bencana
38. Setiap industri di PT.KIG memiliki
komunikasi internal yang baik
39. Setiap industri di PT.KIG memiliki daftar
pemangku kepentingan (Kementrian
tenaga kerja, pemerintah daerah, BPBD
Kabupaten Gresik, lembaga swadaya
masyarakat) dalam penanggulangan
bencana
Variabel Process SS S TS STS
B Pencegahan dan Mitigasi Bencana

40. Contingency plan sebagai alat manajemen


digunakan untuk menganalisa dampak
potensi krisis, agar dapat mengatur
langkah lebih awal yg tepat untuk
menghadapi secara tepat waktu, efektif
dan sesuai dibutuhkan oleh masyarakat
terdampak
41. PT.Kawasan Industri Gresik melakukan
mitigasi bencana seperti peta wilayah
rawan bencana, pembuatan bangunan
tahan gempa, penghijauan hutan, serta
memberikan penyuluhan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat yang
tinggal di wilayah rawan bencana.
C Sistem Manajemen Informasi Kebencanaan

42. Setiap industri di PT.KIG memliki


kebijakan atau SPO dalam pengumpulan,
analisa dan deseminasi data bencana alam
dan non alam di wilayah kerjanya
43. Setiap industri di PT.KIG wajib
melaporkan kejadian bencana
44. Setiap industri di PT.KIG memiliki tanda-
tanda kewaspadaan sebagai bentuk
penanggulangan bencana non-alam seperti
(jalur evakuasi, tanda exit, tanda titik
kumpul)
45. Setiap industri di PT.KIG wajib memiliki
emergency exit plan dan tangga darurat
46. Contingency plan diterapkan pada industri
dan dilakukan monitoring evaluasi
Petunjuk pengisian :
Bapak/Ibu diminta untuk menjawab setiap pertanyaan berikut sesuai dengan ketersedian
dan implementasi contingency plan pada Industri di Kawasan Industri Gresik
Kabupaten Gresik dengan kondisi yang sebenarnya
Keterangan
SS : Sangat Setuju = Bobot 4
S : Setuju = Bobot 3
TS : Tidak Setuju = Bobot 2
STS : Sangat Tidak Setuju = Bobot 1

Berilah tanda centang (√) pada pernyataan dibawah sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya!
d. Variabel product disusun bertujuan untuk mengevaluasi variabel product meliputi
Evaluasi rencana kontingensi sebagai mitigasi bencana di PT. KIG
Variabel Product SS S TS STS
A Evaluasi contingency plan sebagai mitigasi bencana di PT. KIG

47. Setiap industri di Kawasan Industri


Gresik wajib memiliki contingency plan
yang disusun setiap tahunnya sebagai
perencanaan dalam upaya mitigasi
bencana
48. Setiap industri di PT.KIG siap siaga untuk
menghadapi bencana alam dan non-alam
salah satunya kegagalan teknologi industri
49. Setiap industri di PT.KIG telah melakukan
antisipasi dalam menghadapi bencana
50. Contingency plan digunakan sebagai
upaya persiapan manajemen bencana dan
insiden yang berisi kebutuhan baik
administrasi, keuangan, sarana prasarana
dan sumber daya pada industri
Kuesioner 2
Petunjuk pengisian :
Bapak/Ibu diminta untuk menjawab setiap pertanyaan berikut sesuai dengan ketersedian
dan implementasi contingency plan pada Industri di Kawasan Industri Gresik
Kabupaten Gresik. Kuesioner berikut ditujukan sebagai tambahan informasi guna
melengkapi jawaban pada kuesioner 1.

Jawablah pertanyaan dibawah dengan baik dan benar!


Variabel Context
A Latar belakang contingency plan

1. Apa saja bencana yang sering terjadi di tempat industri bapak/ibu bekerja?

B Hambatan dan kendala dalam penyusunan contingency plan

2. Hambatan yang ditemukan dalam penyusunan contingency plan pada industri


di PT. Kawasan Industri Gresik, sebutkan!

3. Hambatan yang ditemukan dalam penerapan contingency plan pada industri


di PT. Kawasan Industri Gresik, sebutkan!

4. Bagaimana bentuk penerapan contingency plan atau manajemen


penanggulangan bencana di industri tempat bapak/ibu bekerja? Sebutkan!
Variabel Input
A Kepemimpinan dan Sistem Manajemen Insiden

5. Bagaimana bentuk koordinator penanggulangan bencana terhadap terjadinya


bencana ?

B Sumber Daya Manusia

6. Apakah dokumen contingency plan dipublikasikan kepada tenaga kerja ?


Jika iya media apa yang menjadi bahan penyampaian informasi.

7. Bentuk pelatihan yang diberikan oleh koordinator penanggulangan bencana


industri di Kawasan Industri Gresik, sebutkan!

Kapan pelatihan tersebut dilaksanakan ?Apakah terdapat kesesuaian antara


pelaksanaan dengan pedoman SOP yang berlaku ?
Variabel Process
A Pencegahan dan Mitigasi Bencana

8. Bagaimana penerapan mitigasi bencana pada industri di PT. Kawasan


Industri Gresik ?

9. Bagaimana bentuk koordinasi pada industri di PT. Kawasan Industri Gresik


terhadap lintassektor (pemerintah daerah dan BPBD Kabupaten Gresik)
dalam mitigasi bencana ?

10. Apakah kawasan pada industri di PT. Kawasan Industri Gresik memiliki
tanda-tanda kebencanaan ?

Variabel Process
A Evaluasi contingency plan sebagai mitigasi bencana di PT. KIG

11. Apakah di tempat Bapak/Ibu pimpin terdapat dokumen contingency plan?


Dan apakah contingency plan digunakan sebagaimana mestinya (jika terjadi
bencana)
LEMBAR OBSERVASI PENERAPAN CONTINGENCY PLAN
PT KAWASAN INDUSTRI GRESIK KABUPATEN GRESIK DENGAN METODE CIPP TAHUN 2023
Responden :
Kuesioner ditujukan kepada peneliti dalam melakukan penilaian terhadap industri di PT. Kawasan Industri
Gresik Tujuan :
Mengevaluasi contingency plan sebagai upaya mitigasi bencana di PT.Kawasan Industri Gresik dengan metode
CIPP Koordinator penanggulangan bencana :
Nama Industri :
Petunjuk pengisian
Berilah tanda centang (√) pada pernyataan dibawah sesuai dengan kondisi yang sebenarnya!
Variabel Context Dasar Sumber Indikator Pelaksanaan Dokumen Evaluasi Tindak Keterangan
Lanjut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
A Latar belakang contingency plan

1. Penilaian terhadap definisi Perencanaan Kontinjensi sesuai


peran dan fungsi contingency dengan ketentuan Pasal 17 ayat
plan merupakan suatu proses (3) PP 21/2008 dilakukan pada
identifikasi dan penyusunan kondisi kesiapsiagaan yang
rencana yang didasarkan pada menghasilkan dokumen Rencana
suatu keadaan kontingensi atau Kontinjensi (Contingency Plan).
yang belum tentu
Variabel Context Dasar Sumber Indikator Pelaksanaan Dokumen Evaluasi Tindak Lanjut Keterangan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
2. Penilaian berdasarkan BPBD Kabupaten Gresik
ketersediaan contingency plan
1. Setiap industri wajib
memiliki dokumen
contingency plan yang
disusun pada periode per
tahun
2. Contingency plan disusun
sebelum terjadinya
bencana
3. Contingency plan disusun
dengan tujuan untuk
penanggulangan bencana
atau spesifik 1 bencana
yang sering terjadi
3. Penilaian berdasarkan
ketersediaan adanya data
bencana di PT. Kawasan
Industri Gresik
1. Adanya laporan kejadian
bencana alam dan non-
alam di Kawasan Industri
Gresik
2. PT. Kawasan Industri
Gresik mendapatkan
informasi jumlah kejadian
bencana non-alam dari
BPBD Kabupaten Gresik
3. PT.Kawasan Industri
Gresik menjadi daerah
yang rawan bencana alam
(Banjir, longsor, gempa
bumi) dan non alam
(Kegagalan teknologi
industri)
4. Penilaian contingency plan
berdasarkan ketersediaan
manajemen bencana
1. Perlu disusun contingency
plan bagi suatu industri
karena menjadi dasar
manajemen bencana
2. Contingency plan sangat
penting bagi setiap industri
hal tersebut dikarenakan
industri memiliki tingkat
risiko tinggi terjadinya
bencana yang rawan salah
satunya bencana non alam
Variabel Context Dasar Sumber Indikator Pelaksanaan Dokumen Evaluasi Tindak Keterangan
Lanjut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
B Hambatan dan kendala dalam penyusunan contingency plan

5. Contingency plan dapat


dilakukan pada lingkup
administrasi daerah atau
kawasan melalui lokakarya
partisipatif, dipandu oleh
fasilitator yang memahami
perencanaan kontingensi.
6. Penyusunan contingency plan
Dengan sumber daya yang
terlibat
1. Setiap industri di PT. KIG
memiliki kebijakan pada
aspek administrasi,
keuangan dan
kelangsungan pada saat
pra, bencana dan pasca
bencana yang dibuat oleh
pimpinan atau
koordinator
penanggulangan bencana
2. Setiap industri di PT. KIG
memiliki mekanisme
yang jelas terkait
administrasi, keuangan,
pengadaan sarana
prasarana saat bencana
dan pasca bencana serta
kesesuaian contingency
plan
C Dukungan Pemerintah

7. Adanya kebijakan dan


keputusan pemerintah pada
Kawasan Industri
1. Adanya dukungan
pemerintah dalam upaya
mitigasi bencana di sektor
industri pada Kawasan
Industri Gresik yang
meliputi sumber daya,
administrasi, keuangan,
saran dan prasarana,
kesehatan dll
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda centang (√) pada pernyataan dibawah sesuai dengan kondisi yang sebenarnya!
Variabel Input Pelaksanaan Dokumen Evaluasi Tindak Keterangan
Lanjut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
A Administrasi dan Keuangan

8. PT.KIG kawasan industri


sekitar memiliki kebijakan
pada aspek administrasi,
keuangan dan kelangsungan
pada saat pra, bencana dan
pasca bencana yang dibuat
pimpinan
9. Mekanisme adiministrasi dan
pendanaan yang jelas oleh
industri dalam penyusunan
contingency plan
B Kepemimpinan dan Manajemen Insiden

10. Penilaian pengetahuan


koordinator penanggulangan
bencana terhadap
contingency plan dan
komitmen dalam upaya
pencegahan bencana dalam
industri di Kawasan Industri
Gresik
Variabel Input Pelaksanaan Dokumen Evaluasi Tindak Keterangan
Lanjut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
11. Kewenangan koordinator
penanggulangan bencana
terhadap kejadian dan
tahapan manajemen yang
meliputi kesiapsiagaan serta
tanggap darurat
12. Setiap industri di PT. Pedoman penyusunan rencana
Kawasan Industri Gresik kontijensi oleh BPBD di PT.KIG
memiliki tim manajemen
bencana dalam upaya
mitigasi dan evakuasi yang
terdiri atas tim
bencana/satgas, tim K3 serta
penunjang (Logistik, Gizi,
SDM, Keuangan)
C Sumber Daya Manusia

13. Penilaian terhadap industri Permenkes Nomor 75 Tahun 2019


terhadap kepemilikan tentang Manajemen SDM dalam
koordinator kebencaan yang Penanggulangan Bencana
berkompeten dan ahli dalam
bidangnya
Variabel Input Pelaksanaan Dokumen Evaluasi Tindak Keterangan
Lanjut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
14. Pengelolaan SDM pada industri
dalam mempersiapkan tanggap
darurat melalui pendidikan dan
pelatihan dalam pengadaan
contingency plan mitigasi
bencana
15. Penilaian kepada koordinator
penanggulangan bencana dalam
upaya memberikan pengarahan
dan potensi bencana di Kawasan
Industri
C Kebijakan

16. SOP yang dimiliki jelas dan Perencanaan Kontinjensi sesuai


terperinci serta mengacu pada dengan ketentuan Pasal 17 ayat
kebijakan yang berlaku (3) PP 21/2008 dilakukan pada
kondisi kesiapsiagaan yang
menghasilkan dokumen
Rencana Kontinjensi
(Contingency Plan)
Variabel Input Pelaksanaan Dokumen Evaluasi Tindak Keterangan
Lanjut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
17. . Kesesuaian setiap industri di PT. Perencanaan Kontinjensi
Kawasan Industri Gresik memiliki sesuai dengan ketentuan Pasal
dan menyusun dokumen 17 ayat (3) PP 21/2008
contingency plan sesuai dengan dilakukan pada kondisi
pendoman kesiapsiagaan yang
menghasilkan dokumen
Rencana Kontinjensi
(Contingency Plan)
D Sarana dan Prasarana

18. Setiap industri di PT.KIG Dokumen Contingency plan


menunjang sarana prasarana PT.KIG Tahun 2022
dalam penyusunan contingency
plan
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda centang (√) pada pernyataan dibawah sesuai dengan kondisi yang sebenarnya!

Variabel Process Pelaksanaan Dokumen Evaluasi Tindak Keterangan


Lanjut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
A Kordinasi dan Komunikasi

19. Keterlibatan lintas sektor dan


koordinasi(pemerintah daerah,
BPBD Kabupaten gresik,
lokakarya, fasilitas kesehatan)
dalam penyusunan contingency
plan
C Pencegahan dan Mitigasi Bencana

20. Contingency plan sebagai alat


manajemen digunakan untuk
menganalisa dampak potensi
krisis, agar dapat mengatur
langkah lebih awal yg tepat untuk
menghadapi secara tepat waktu,
efektif dan sesuai dibutuhkan oleh
masyarakat terdampak
Variabel Process Pelaksanaan Dokumen Evaluasi Tindak Keterangan
Lanjut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
D Sistem Manajemen Informasi dan Kebencanaan

21. Setiap industri di PT.KIG memliki PP Nomor 50 Tahun


kebijakan atau SPO dalam 2012 tentang Penerapan
pengumpulan, analisa dan Sistem Manajemen
deseminasi data bencana alam dan Keselamatan Dan Kesehatan
non alam di wilayah kerjanya Kerja.

22. Setiap industri di PT.KIG


memiliki tanda-tanda
kewaspadaan sebagai bentuk
penanggulangan bencana non-
alam seperti (jalur evakuasi, tanda
exit, tanda titik kumpul)
23. Setiap industri di PT.KIG wajib
memiliki emergency exit plan dan
tangga darurat
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda centang (√) pada pernyataan dibawah sesuai dengan kondisi yang sebenarnya!
Variabel Product Pelaksanaan Dokumen Evaluasi Tindak Keterangan
Lanjut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
A Evaluasi rencana kontingensi sebagai mitigasi bencana di PT. KIG

24. 1. Setiap industri di Kawasan Perencanaan Kontinjensi


Industri Gresik wajib memiliki sesuai dengan ketentuan
contingency plan dan siap Pasal 17 ayat (3) PP
siaga untuk menghadapi 21/2008 dilakukan pada
bencana alam dan non-alam kondisi kesiapsiagaan yang
salah satunya kegagalan menghasilkan dokumen
teknologi industri Rencana Kontinjensi
2. Setiap industri di PT.KIG telah (Contingency Plan).
melakukan antisipasi dalam
menghadapi bencana
3. Contingency plan digunakan
sebagai upaya persiapan
manajemen bencana dan
insiden yang berisi kebutuhan
baik administrasi, keuangan,
sarana prasarana dan sumber
daya pada industri

Anda mungkin juga menyukai