Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL SKRIPSI

EVALUASI CONGTINGENCY PLAN SEBAGAI DASAR MANAJEMEN


BENCANA PADA INDUSTRI DI PT. KAWASAN INDUSTRI GRESIK
KABUPATEN GRESIK TAHUN 2023

Oleh :

TIFFANY PUTRI KLISA PRATAMA RAMADHAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2023
PROPOSAL SKRIPSI
EVALUASI CONGTINGENCY PLAN SEBAGAI DASAR MANAJEMEN
BENCANA PADA INDUSTRI DI PT. KAWASAN INDUSTRI GRESIK
KABUPATEN GRESIK TAHUN 2023

Oleh :

TIFFANY PUTRI KLISA PRATAMA


RAMADHAN NIM. 101911133033

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2023
PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Airlangga

Oleh :

TIFFANY PUTRI KLISA RATAMA RAMADHAN


NIM. 101911133033

Surabaya, 3 Juli 2023

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Setya Haksama, drg., M.Kes


NIP. 196509141996011001

Koordinator Program Studi Ketua Departemen

Dr. Muji Sulistyowati, S.KM., M.Kes Dr. Ratna Dwi Wulandari, S.KM., M.Kes
NIP. 197311151999032002 NIP. 197510181999032002
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis menyelesaikan proposal skripsi dengan
judul “EVALUASI CONGTINGENCY PLAN SEBAGAI DASAR
MANAJEMEN BENCANA PADA INDUSTRI DI PT. KAWASAN
INDUSTRI GRESIK KABUPATEN GRESIK TAHUN 2023” secara baik dan
optimal.

Proposal Skripsi disusun sebagai salah satu persyaratan akademis untuk


melakukan penelitian dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(S.KM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Pada
kesempatan ini penulisan menyampaikan rasa terima kasih setinggi-tingginya
kepada :

1. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.
2. Ibu Muji Sulistyowati, S.KM., M.Kes selaku Kepala Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu Ratna Dwi Wulandari, S.KM., M.Kes selaku kepala Departemen
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UNAIR.
4. Bapak Dr. Setya Haksama, drg., M.Kes., selaku dosen pembimbing skripsi
senantiasa memberikan arahan, koreksi dan saran sehingga tersusun proposal
skripsi.
5. Bapak dan Ibu dosen departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
dalam memberikan ilmu selama perkuliahan.
6. Ayah dan mama penulis senantiasa memberikan dukungan dan doa dalam
kelancaran penulisan proposal skripsi.
7. Amanda Dewi Maulidia Safira selaku adik kandung memberikan dukungan
dan tempat berbagi cerita suka cita
8. Rekan-rekan kelas AKK 2022 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan pahala atas segala amal
yang telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna baik bagi diri kami sendiri
maupun pihak lain yang memanfaatkan.
Surabaya, Juni 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia menjadi salah satu negara rawan bencana ditinjau dari segala

sisi meliputi kondisi geografis, demografis dan klimatologis. Bencana sering

terjadi diantaranya bencana alam (banjir, tanah longsor, puting beliung,

kekeringan, letusan gunung berapi, gelombang pasang, gempa bumi, tsunami,

gempa bumi dan tsunami serta kebakaran lahan) dan bencana non alam (kejadian

luar biasa, kecelakaan transportasi, aksis teror dan konflik serta kecelakaan

industri). Menurut laporan BNPB tahun 2020, tercatat jumlah kejadian bencana di

Indonesia sebanyak 2.939 kejadian didominasi oleh bencana banjir (1.070

kejadian), puting beliung (879 kejadian) dan tanah longsor (575 kejadian).

Dampak bencana tersebut lebih dari 6,4 juta jiwa penduduk mengungsi dan 370

jiwa meninggal dunia. Infrastruktur yang terdampak bencana diantaranya lebih

dari 42 ribu rumah dan 2 ribu fasilitas (pendidikan, kesehatan, kantor, jalan, dan

jembatan). BNPB meverifikasi dan validasi data bencana tahun 2021 dari seluruh

provinsi dan kabupaten/kota yang dihimpun tahun 2021 terjadi 5.402 kejadian,

sedangkan pada tahun 2022 sebanyak 3.522 bencana alam di Indonesia.

Bencana menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagai salah

satu peristiwa yang mengganggu dan mengancam kehidupan manusia disebabkan

oleh faktor alam, faktor non alam dan faktor sosial. Bencana menimbulkan

kerugian harta benda, kematian korban jiwa, kerusakan ekosistem dan lingkungan

serta berdampak terhadap permasalahan kesehatan diantaranya rusak fasilitas

kesehatan dan menimbulkan penyakit pasca terjadi bencana.


Bencana yang didefinisikan mengandung tiga aspek dasar :

1. Ancaman gangguan dapat memicu korban jiwa dan melampaui kemampuan

masyarakat dalam dengan sumber daya.

2. Peristiwa yang mengancam kehidupan, penghidupan dan fungsi masyarakat.

3. Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard).

Bencana digolongkan dalam tiga kategori 1) bencana alam disebabkan gunung

berapi, tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir, kekeringan, kebakaran, cuaca

ekstrim, gelombang tinggi dan abrasi. (2) bencana non alam seperti kegagalan

modernisasi, kegagalan teknologi, wabah penyakit dan epidemi. (3) bencana

sosial gerakan massal bersifat merusak tatanan dan tata tertib disebabkan konflik

sosial antar kelompok danserta teror tentang kecemburuan sosial, budaya ekonomi

yang disajikan sebagai pertentangan antar suku, agama dan ras (SARA).

Industri sebagai salah satu usaha kegiatan pengolahan bahan mentah sehingga

memiliki nilai tambah dalam pendapatan keuntungan hasil produksi, selain itu

diartikan sebagai perusahaan yang merubah bahan dasar kurang menjadi barang

bernilai tinggi. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

mendefinisikan Industri sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku

serta pemanfaatan sumber daya industri dan menghasilkan barang yang

mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.

Kegiatan industri sebagai satu faktor mendukung dan mendorong

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, sehingga kegiatan industri mendorong

tumbuhnya kegiatan lain sebagai pendukung sektor industri baik secara langsung

dan tidak langsung kehadiran sektor industri terciptanya perubahan lingkungan

dalam pola kehidupan yang mempengaruhi. Peraturan Pemerintah Nomor 142


Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri sebagai tempat pusat kegiatan industri

dilengkapi sarana prasarana penunjang dikelola oleh perusahaan kawasan industri.

Pembangunan kawasan industri sebagai sarana mengembangkan Industri

berwawasan lingkungan memberikan kemudahan dan daya tarik bagi investasi

dengan pendekatan konsep efisiensi, tata ruang dan lingkungan hidup.

National Industrial Zoning Committe’s (USA) 1967 kawasan industri atau

Industrial Estate disebut Industrial Park sebagai kawasan Industri diatas tanah

cukup luas secara administratif dengan pengawasan seseorang dan kelembagaan

dengan ketersediaan beserta infrastruktur (utilitas) dan aksesbilitas transportasi.

Kawasan industri memiliki percampuran terdiri atas peralatan pabrik penelitian

dan laboratorium pengembangan, bangunan perkantoran bank serta sarana

prasarana seperti fisilitas sosial dan umum (mencakup perumahan, sekolah,

tempat ibadah dan ruang terbuka). Pengembangan kawasan industri sebagai upaya

pembangunan wilayah atau daerah dengan pemanfaatan sumber daya (alam,

manusia, buatan dan teknologi) optimal, efisien dan efektif proses pengembangan

suatu kawasan industri suatu wilayah terdapat campur tangan pemerintah dalam

penetapan kebijakan pengembangan kawasan industri di suatu wilayah.

Pengembangan kawasan industri dilakukan koordinasi dalam menggerakan

kegiatan ekonomi serta akumulasi kegiatan investasi yang menjadi pemicu

(trigger) bagi kegiatan pembangunan berkelanjutan secara keseluruhannya

diwadahi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah maupun kawasan. Badan Pusat

Statistik (BPS) Jawa Timur tahun 2015 mencatat bahwa sebanyak 811.273 unit

usaha industri di Jawa Timur terdiri dari 790.991 unit usaha industri kecil dan

kerajinan rumah tangga, 19.146 unit usaha industri menengah dan 1.136 unit
usaha industri besar. Luas keseluruhan kawasan industri secara nasional mencapai

47.215 hektar dengan provinsi Jawa Timur sebesar 6.334 hektar. Namun sampai

dengan 2023 terdapat 11 kawasan industri berkembang di Jawa Timur meliputi

Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Pasuruan Industrial Estate Rembang

(PIER), Sidoarjo Industrial Estate Berbek (SIEB), Ngoro Industrial Park (NIP),

Maspion Industrial Estate (MIE), Kawasan Industri Gresik (KIG), Java

Integrated Industrial Port Estate (JIIPE), Kawasan Industri Turban (KIT), Safe n

Lock Industrial Park, Sidoarjo Rangkah Industrial Estate (SiRIE) dan Industrial

Estate Wira Jatim.

Kabupaten Gresik sebagai kota penunjang menompang sektor perekonomian

di ibukota Jawa Timur setelah Surabaya terkenal sebagai kawasan industri karena

banyaknya industri didirikan diantaranya industri elektronik, industri petrokimia,

industri semen, industri tekstil, hingga industri makanan berskala rumahan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2021 Tentang

Kawasan Ekonomi Khusus Gresik menyatakan Gresik ditetapkan sebagai KEK

dengan luas 2.167 ha terletak diwilayah Kecamatan Manyar dan Kabupaten

Gresik, Gresik provinsi Jawa Timur. Kegiatan usaha di kawasan industri produksi

dan pengolahan, logistik dan distribusi, riset; ekonomi digital dan pembangunan

teknologi pengembangan energi.

Tabel 1.1 Tingkat Bencana Kabupaten Gresik

No Jenis bencana Bahaya

Luas (Ha) Tingkat

1. Kegagalan Teknologi 6.690 Tinggi

Sumber : BPBD Kab. Gresik Tahun 2020


Perkembangan teknologi yang pesat era-globalisasi memberikan manfaat

kemajuan diberbagai aspek sosial. Penggunaan teknologi oleh manusia membantu

penyelesaian pekerjaan merupakan keharusan dalam kehidupan. Bencana

teknologi industri menyebabkan kegagalan teknologi yang merupakan kejadian

bencana diakibatkan kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan

manusia dalam penggunaan teknologi. Hal tersebut dapat berakibatkan korban

jiwa, sarana prasarana industri dan merugikan masyarakat yang bertempat tinggal

di lingkungan industri tersebut.

Kawasan industri berguna sebagai penunjang proses produksi perusahaan

salah satunya PT. Kawasan Industri Gresik (PT. KIG) dibangun kerjasama dua

perusahaan PT. Semen Indonesia dan PT. Petrokimia Gresik, dengan kepemilikan

saham PT. KIG sebagai salah satu perusahaan developer yang menyediakan lahan

industri kepada investor lokal, nasional dan internasional. PT. KIG menyediakan

lahan industri, pergudangan, bangunan pabrik sesuai standar dan pusat bisnis

didukung dengan fasilitas dan infrastruktur terpercaya memberikan jaminan atas

investasi penyewa. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 2 Tentang

Penyelenggaraan Bencana menyatakan penanggulangan bencana dilaksanakan

secara terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh dalam memberikan perlindungan

kepada masyarakat dari ancaman, risiko dan dampak diakibatkan (BNPB, 2011).

Kondisi situasi tidak terjadi bencana salah satu kegiatannya adalah perencanaan

penanggulangan bencana disusun pada situasi bencana meliputi kesiapsiagaan,

peringatan dini dan mitigasi bencana. Kondisi kesiapsiagaan salah satu kegiatan

dilakukan menyusun perencanaan kedaruratan atau perencanaan kontingensi.


Perencanaan kontingensi sebagai proses perencanaan keadaan tidak

menentu yang ditemukan kondisi darurat, kritis dan terjadi dalam rentan waktu

tidak terukur melalui skenario dan tujuan, penetapan tindakan teknis dan

manajerial, sistem tanggapan dan pengerahan potensi disetujui bersama. Definisi

lain menjelaskan perencanaan kontingensi adalah proses perencanaan kedepan

dengan keadaan tidak dapat diukur dan diuji menggunakan skenario disepakati

pihak melalui kesepakatan bersama mencegah atau menanggulangi dalam keadaan

atau situasi darurat dihadapi. (BNBP, 2008)

Perencanaan kontingensi dilakukan sebagai salah satu bentuk kesiapsiagaan

menghadapi ancaman bencana, sehingga jika terjadi bencana rencana kontingensi

dapat sebagai dasar penyusunan rencana operasi penanganan darurat bencana dan

mendapatkan data kaji cepat di lapangan. Rencana kontinjensi termasuk dalam

mitigasi bencana mendefinisikan tentang peranan setiap elemen mitigasi bencana

non alam. Hasil penelitian Basyid (2010) menjelaskan kontingensi membantu

pengembangan peta risiko bencana suatu wilayah. Hal tersebut berperan sebagai

peningkatan kesiapsiagaan daerah dan menganalisis risiko ancaman bencana yang

dihadapi kedepannya. Rencana kontingensi diperlukan sebagai acuan masa

tanggap darurat karena menggerakan tindakan dan sumber daya efektif dalam

kedaruratan, komitmen pelaku terlibat penanggulangan bencana dan peninjauan

kedaruratan terkoordinir yang mengerahkan kemampuan menentukan rencana

berkelanjutan kedaruratan. Posisi tahapan penanggulangan bencana, rencana

kontinjensi berada di tahapan ”kesiapsiagaan”.


1.2 Identifikasi Penyebab Masalah

Indonesia sebagai negara memiliki potensi bencana tinggi dan mengancam

atau menganggu kehidupan masyarakat disebabkan oleh tiga faktor diantaranya

faktor alam, faktor non alam dan faktor manusia yang mengakibatkan kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, timbulnya korban jiwa dan dampak psikologis.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab bencana diantaranya Bahaya alam

(natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards).

Menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction

(UN-ISDR) dikelompokkan dalam bahaya geologi (geological hazards), bahaya

hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological

hazards), bahaya teknologi (technological hazards), penurunan kualitas

lingkungan (environmental degradation), kerentanan (vulnerability) tinggi dari

masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen dalam kota/ kawasan dengan resiko

bencana serta kapasitas rendah dalam masyarakat. Frekuensi terjadinya bencana

akan mengalami peningkatan karena kurang adanya kepedulian, sehingga

diperlukan perubahan pola pikir (mindset) mengenai bencana dengan didasari

tindakan preventif melalui implementasi penanggulangan bencana.

Fenomena bencana teknologi dialami industri sebenarnya sudah menjadi

momok menakutkan bagi masyarakat karena terbukti kurangnya tanggungjawab

dari industri dalam mengantisipasi menjadi kerugian cukup besar. Bencana yang

terjadi dalam industri berbeda-beda, umumnya bencana industri seperti terjadinya

kebakaran, pencemaran limbah B3, kebisingan, polusi asap, kegagalan teknologi

seperti kebocoran gas-gas berbahaya, ledakan atau bisa saja berbagai bahaya

timbul dari penggunaan bahan kimia berbahaya atau beracun lainnya. Indonesia
sudah seharusnya meningkatkan kesiapsiagaan bencana (disaster preparedness)

dalam berbagai sektor sehingga mengantisipasi berbagai bencana alam, industri,

sosial dan politik dapat terjadi secara berkala di berbagai tempat. Kedua,

dibutuhkan sistem manajemen bencana terpadu yang merespons cepat terhadap

bencana yang terjadi dalam berbagai bentuknya. Contingency plan merupakan alat

manajemen yang digunakan sebagai alat analisis dampak potensi krisis yang

bertujuan mengatur langkah lebih awal dalam menghadapi secara tepat waktu,

efektif dan sesuai dibutuhkan oleh masyarakat yang terdampak. Sayangnya masih

terjadi ambiguitas dalam proses-proses tersebut, karena masih terdapat perbedaan

interpretasi dan pemahaman tentang ruang lingkup dan cara pendekatan terhadap

contingency plan dalam konteks penanggulangan bencana.

Uraian diatas maka evaluasi rencana kontingensi dilakukan dengan tujuan

menilai upaya mitigasi bencana serta implementasi rencana kontingensi sebagai

bentuk penanggulangan bencana di wilayah kawasan industri Gresik Tahun 2023

dengan Framework theory for contingency plan.


Problem statement
Fenomena kejadian
kegagalan teknologi
industri

Context Input Process Product


Administrasi dan keuangan Koordinasi Komunikasi Evaluasi rencana kontingensi
Prepare :
Kepemimpinan dan Sistem Komunikasi Risiko dan sebagai mitigasi bencana di PT.
Data tentang jumlah
Manajemen Insiden Keterlibatan Masyarakat KIG
kebencanaan di Kawasan
Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Mitigasi
Industri Gresik
Kebijakan Bencana
Sarana dan Prasaran Sistem Manajemen Informasi
Kesehatan Kerja, Kesehatan Kebencanaan
Mental dan Dukungan
Psikososial
Keberlangsungan Dukungan
Pelayanan Kesehatan Primer

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Contingency plan di PT.KIG dengan Metode CIPP

Anda mungkin juga menyukai