Anda di halaman 1dari 147

i

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

RISIKO STRES KERJA PADA PERAWAT INSTALASI GAWAT


DARURAT RUMAH SAKIT SOSODORO DJATIKOESOEMO
BOJONEGORO DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Oleh :

TYA NISVI RAHMADHANI

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2019

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

RISIKO STRES KERJA PADA PERAWAT INSTALASI GAWAT


DARURAT RUMAH SAKIT SOSODORO DJATIKOESOEMO
BOJONEGORO DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Oleh :

TYA NISVI RAHMADHANI


NIM 101511133048

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2019

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi


Program Sarjana Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan
diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM.)
pada tanggal 29 Juli 2019

Mengesahkan
Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dekan,

Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S.


NIP 195603031987012001

Tim Penguji :
a) Dr. Hari Basuki Notobroto, dr., M.Kes
b) Sho’im Hidayat, dr., M.S.
c) Anastasia Nimas Prasanti S, S.KM., M.KKK

ii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga

Oleh :

TYA NISVI RAHMADHANI


NIM 101511133048

Surabaya, 1 Agustus 2019

Menyetujui,
Pembimbing,

Sho’im Hidayat, dr., M.S.


NIP 195411271985021001

Mengetahui,

Koordinator Program Studi, Ketua Departemen,

Dr. Diah Indriani, S.Si., M.Si Dr. Noeroel Widajati, S.KM., M.Sc.
NIP 197605032002122001 NIP 197208122005012001

iii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Tya Nisvi Rahmadhani


NIM : 101511133048
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenjang : Sarjana (S1)

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi
saya yang berjudul :

RISIKO STRES KERJA PADA PERAWAT INSTALASI GAWAT


DARURAT RUMAH SAKIT SOSODORO DJATIKOESOEMO
BOJONEGORO DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 1 Agustus 2019

Tya Nisvi Rahmadhani


NIM 101511133048

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi dengan judul "RISIKO
STRES KERJA PADA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT SOSODORO DJATIKOESOEMO BOJONEGORO DAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI”, sebagai salah satu persyaratan
akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.
Dalam Skripsi ini dijabarkan mengenai risiko stres kerja yang terjadi pada
perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro. Skripsi ini juga mengulas tentang karakteristik individu pekerja dan
karakteristik pekerjaan pada perawat serta analisis faktor tersebut dengan
terjadinya risiko stres kerja.
Pada kesempatan ini disampaikan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Bapak Sho’im Hidayat, dr., M.S., selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga
terwujudnya skripsi ini.
Terimakasih dan penghargaan juga disampaikan pula kepada yang
terhormat :
1. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.
2. Dr. Diah Indriani, S.Si., M.Si., selaku Koordinator Program Studi Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
3. Dr. Noeroel Widajati, S.KM., M.Sc. selaku Ketua Departemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
4. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro,
selaku instansi yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk
melaksanakan penelitian ini.
5. Bapak Mujito dan Ibu Alfi Susmilah selaku orang tua saya serta Adik Ti’in
Nikma Rosyida yang selalu memberikan dukungan secara moril dan materil.
6. Teman-teman IKM-C 2015, Peminatan K3 2018, Keluarga UKTK UNAIR
yang selalu memberi semangat.
7. Teman BPH Sweet Escape, Bagus, Sita, Megi, Deviyanti, Fenti, dan Ariska
yang sudah banyak membantu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga proposal skripsi ini berguna baik bagi diri kami
sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Surabaya, 1 Agustus 2019

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

Work stress was a form of body response as a physiological,


psychological, and behavioral responses to stressors in the work environment
when faced with inappropriate conditions between demands and the ability to
cope with work. Uncontrollable work stress can cause an adverse effect on
workers starting from decreasing health to suffering a disease. The purpose of this
study was to analyze the risk of work stress on nurses at the emergency room at
Sosodoro Djatikoesoemo hospital and what factors were associated with the risk
of work stress.
This research was observational descriptive study. The respondents of this
study consisted of 26 emergency room nurses at Sosodoro Djatikoesoemo
hospital. The data collection was using questionnaire to measure the level of risk
of nurses work stress and a questionnaire that include individual worker
characteristic and job characteristic variables. The data analysis was
using Spearman correlation.
The result of this study showed that 15.4% nurses had low risk of work
stress, 69.2% had moderate risk, and 15.4% had high risk. Only social support and
workload factors that had a significant correlation with work stress risk.
This study concludes that most of nurses have moderate work stress. The
advice given in this study were the hospital should conduct a training on stress
management in the workplace so that the level of work stress risk would not
increase.

Keywords: Work stress risk, nurses, Emergency room of Sosodoro Djatikoesoemo


hospital

vi

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK

Stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan tubuh berupa respon fisiologis,
psikologis, dan perilaku terhadap stressor di lingkungan kerja saat dihadapkan
dengan keadaan yang tidak sesuai antara tuntutan dengan kemampuan untuk
mengatasi pekerjaan. Jika tidak dikendalikan, stres kerja dapat menimbulkan
dampak yang merugikan pagi pekerja mulai dari menurunnya kesehatan sampai
kepada dideritanya suatu penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mempelajari risiko stres kerja pada perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Sosodoro Djatikoesoemo dan faktor apa saja yang berhubungan dengan risiko
stres kerja tersebut.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional. Responden
penelitian ini terdiri dari 26 perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Sosodoro Djatikoesoemo. Pengumpulan data meliputi kuesioner untuk mengukur
tingkat risko stres kerja perawat serta kuesioner yang meliputi variabel
karakteristik individu pekerja dan karakteristik pekerjaan. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 15,4% perawat mengalami risiko
stres kerja tingkat rendah, 69,2% tingkat sedang, dan 15,4% tingkat tinggi. Hanya
faktor dukungan sosial dan beban kerja yang memiliki hubungan signifikan
dengan risiko stres kerja.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar perawat mengalami
stres kerja sedang. Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah pihak rumah
sakit hendaknya mengadakan pelatihan mengenai manajemen stres di tempat kerja
agar tingkat risiko stres kerja yang dialami tidak meningkat.

Kata kunci: Risiko stres kerja, perawat, Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Sosodoro Djatikoesoemo

vii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

viii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH............... xv

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................ 6
1.3 Rumusan Masalah ................................................................... 8
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 9
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................ 9
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................... 9
1.4.3 Manfaat Penelitian ......................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11


2.1 Stres Kerja .............................................................................. 11
2.1.1 Pengertian Stres Kerja ................................................. 11
2.1.2 Gejala Stres Kerja ......................................................... 12
2.1.3 Tahapan Reaksi Tubuh Terhadap Stres . ....................... 13
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja ....................... 15
2.1.5 Dampak Stres Kerja ...................................................... 26
2.1.6 Cara Pengukuran Stres Kerja ........................................ 29
2.1.7 Pencegahan Stres Kerja ................................................ 31
2.2 Potensi Stres Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) . 33

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN 38


3.1 Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 38
3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual ........................................... 39

BAB IV METODE PENELITIAN 40


4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian..................................... 40
4.2 Populasi Penelitian .................................................................. 40
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 40
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ix

4.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .............................. 46


4.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................... 47

BAB V HASIL PENELITIAN 48


5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro.............................................................................. 48
5.1.1 Profil Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro .................................................................... 49
5.1.2 Visi, Misi, Falsafah dan Motto Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro ........................................... 50
5.1.3 Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro ........................................... 52
5.1.4 Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro ........................................... 57
5.2 Distribusi Faktor Karakteristik Individu Responden .............. 57
5.2.1 Umur Responden ........................................................... 57
5.2.2 Jenis Kelamin Responden .............................................. 58
5.2.3 Masa Kerja Responden .................................................. 59
5.2.4 Tingkat Pendidikan Responden ..................................... 60
5.2.5 Tipe Kepribadian Responden......................................... 61
5.2.6 Dukungan Sosial Responden ......................................... 61
5.3 Distribusi Faktor Pekerjaan Responden .................................. 62
5.3.1 Konflik Interpersonal Responden .................................. 62
5.3.2 Beban Kerja Responden................................................. 62
5.3.3 Tuntutan Mental Responden .......................................... 63
5.3.4 Kontrol Terhadap Pekerjaan Responden ....................... 64
5.4 Distribusi Risiko Stres Kerja Responden ................................ 64
5.5 Tabulasi Silang Antara Risiko Stres Kerja dengan Faktor
Karakteristik Individu dan Faktor Pekerjaan Responden ....... 65
5.5.1 Tabulasi Silang Antara Risiko Stres Kerja dengan
Umur Responden ........................................................... 66
5.5.2 Tabulasi Silang Antara Risiko Stres Kerja dengan
Masa Kerja Responde .................................................... 68
5.5.3 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Tingkat
Pendidikan Responden .................................................. 68
5.5.4 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Dukungan
Sosial Responden .......................................................... 69
5.5.5 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Tipe
Kepribadian Responden ................................................ 70
5.5.6 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Jenis
Kelamin Responden ...................................................... 71
5.5.7 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Konflik
Interpersonal Responden ............................................... 71
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.5.8 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Beban


Kerja Responden ........................................................... 72
5.5.9 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Tuntutan
Mental Responden ......................................................... 73
5.5.10 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Kontrol
Terhadap Pekerjaan Responden .................................. 74

BAB VI PEMBAHASAN 76
6.1 Faktor Karakteristik Individu Responden ............................... 76
6.1.1 Analisis Faktor Umur dengan Risiko Stres Kerja
Responden ..................................................................... 76
6.1.2 Analisis Faktor Jenis Kelamin dengan Risiko Stres
Kerja Responden ........................................................... 78
6.1.3 Analisis Faktor Masa Kerja dengan Risiko Stres Kerja
Responden ..................................................................... 79
6.1.4 Analisis Faktor Tingkat Pendidikan dengan Risiko
Stres Kerja Responden .................................................. 81
6.1.5 Analisis Faktor Tipe Kepribadian dengan Risiko Stres
Kerja Responden ........................................................... 82
6.1.6 Analisis Faktor Dukungan Sosial dengan Risiko Stres
Kerja Responden ........................................................... 84
6.2 Faktor Pekerjaan Responden ................................................... 84
6.2.1 Analisis Faktor Konflik Interpersonal dengan Risiko
Stres Kerja Responden .................................................. 84
6.2.2 Analisis Faktor Beban Kerja dengan Risiko Stres Kerja
Responden ..................................................................... 85
6.2.3 Analisis Faktor Tuntutan Mental dengan Risiko Stres
Kerja Responden ........................................................... 87
6.2.4 Analisis Faktor Kontrol Terhadap Pekerjaan dengan
Risiko Stres Kerja Responden ....................................... 88

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 89


7.1 Kesimpulan .......................................................................... 89
7.2 Saran ..................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 91


LAMPIRAN

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

4.1 Definisi Operasional Penilitian .......................................................... 56


5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Perawat Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemos
Bojonegoro ......................................................................................... 71
5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Perawat
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro ......................................................................................... 72
5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Perawat
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro ......................................................................................... 72
5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro ................................................................ 73
5.5 Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian pada Perawat Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro ......................................................................................... 74
5.6 Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian pada Perawat Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro ......................................................................................... 74
5.7 Responden Berdasarkan Konflik Interpersonal pada Perawat
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro ......................................................................................... 75
5.8 Responden Berdasarkan Beban Kerja pada Perawat Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro ......................................................................................... 76
5.9 Responden Berdasarkan Tuntutan Mental pada Perawat Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro ......................................................................................... 76
5.10 Responden Berdasarkan Kontrol Terhadap Pekerjaan pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro ................................................................ 77
5.11 Distribusi Risiko Stres Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro .......................... 78
5.12 Risiko Stres Kerja dengan Rata-rata Umur pada Perawat Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro ......................................................................................... 79
5.13 Risiko Stres Kerja dengan Rata-rata Masa Kerja pada Perawat
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro ......................................................................................... 80
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xii

5.14 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Tingkat Pendidikan


pada Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro ................................................................ 81
5.15 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Dukungan Sosial pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro ................................................................ 83
5.16 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Tipe Kepribadian pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro ................................................................ 84
5.17 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Jenis Kelamin pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro ................................................................ 85
5.18 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Konflik Interpersonal
pada Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro ................................................................ 86
5.19 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Beban Kerja pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro ................................................................ 87
5.20 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Tuntutan Mental pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro ................................................................ 88
5.21 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Kontrol Terhadap
Pekerjaan pada Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro ................................................ 89

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

1.1 Jumlah kunjungan pasien IGD Rumah Sakit Sosodoro


Djatikoesoemo ................................................................................ xxi
3.1 Kerangka Konseptual ....................................................................... 53
5.1 Struktur Organisasi Instalasi Gawat Darurat ................................... 66

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman

1. Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 112


2. Surat Ijin Etik Penelitian ................................................................ 113
3. Penjelasan Sebelum Penelitian ...................................................... 114
4. Informed Consent Penelitian Bagi Responden .............................. 123
5. Kuesioner Penelitian Bagi Responden ........................................... 124
6. Hasil Uji Statistik ........................................................................... 135

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xv

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

Daftar Lambang
% = Persen
> = Lebih dari
< = Kurang dari
< = Kurang dari sama dengan
> = Lebih dari sama dengan

Daftar Singkatan
EAP = Employee Assistance Program
FKTP = Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HSE = Health Safety Executive
IGD = Instalasi Gawat Darurat
LFS = Labour Force Survey
NIOSH = National Institute for Occupational Safety and Health
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
SDM = Sumber Daya Manusia
UU = Undang – Undang
WHO = World Health Organization

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi pada era modernisasi menyebabkan

bergesernya pola hidup masyarakat yang semula tradisional menjadi modern.

Apabila masyarakat tidak siap menerima modernisasi yang sedang terjadi maka

akan timbul suatu tekanan psikis atau emosi pada diri individu yang disebut stres

(Anoraga, 1995). Stres merupakan segala aksi tubuh manusia terhadap segala

rangsangan yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat

menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya

kesehatan sampai pada dideritanya suatu penyakit. Dalam kaitanya dengan

pekerjaan, semua dampak dari stres tersebut akan menjurus kepada menurunnya

performansi, efisiensi dan produktivitas kerja (Tarwaka et al., 2004).

Stres kerja merupakan gangguan fisik dan emosional sebagai akibat dari

ketidaksesuaian antara kapasitas, sumber daya atau kebutuhan pekerja yang

berasal dari lingkungan pekerjaan (Jundillah et al., 2017). Kondisi tersebut dapat

memicu terjadinya stres karena beban kerja yang tidak sesuai, buruknya

lingkungan sosial, konflik yang terjadi, serta lingkungan kerja yang berbahaya.

Kondisi tempat kerja yang tidak nyaman menjadi peranan penting dalam

menyebabkan terjadinya stres kerja. Munculnya stres kerja dapat mempengaruhi

keselamatan dan kesehatan pekerja. Hal ini dikarenakan stres kerja dapat memicu

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xvii

terjadinya gangguan kesehatan seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan

penyakit lain yang diinduksi dari stres kerja. Selain itu stres kerja juga dapat

menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja, kehilangan motivasi serta

tingginya kejadian absenteisme (Karima, 2014). Menurut survey yang dilakukan

oleh Northwestern National Life sebanyak 40% pekerja di Amerika dilaporkan

mengalami stres di tempat kerja. Sedangkan menurut survey yang dilakukan oleh

Yale University dilaporkan sebanyak 29% pekerja di Amerika mengalami stres di

tempat kerja (NIOSH, 1999). Tercatat lebih dari 14.000 tenaga kerja meninggal

setiap tahunnya akibat kecelakaan industri dan lebih dari 100.000 orang tenaga

kerja menjadi cacat permanen setiap tahun yang diakibatkan oleh adanya stres

kerja (Gibson, 1997). Berdasarkan hasil survei Regus pada tahun 2012 yang

diperoleh dari CFO Innovation Asia Staff (2016), tingkat stres kerja di Indonesia

mencapai 73% dimana Indonesia mengalami peningkatan sebesar 9% dari tahun

2015 sebesar 64%. Survey yang dilakukan oleh Labour Force Survey pada tahun

2017 menyebutkan bahwa sebanyak 526.000 kasus stres akibat kerja terjadi di

Inggris dan mengakibatkan sebesar 49% hari kerja hilang (LFS, 2017).

Penyebab dari terjadinya stres kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

faktor intrinsik meliputi kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman, stasiun

kerja yang tidak ergonomis, kerja shift, pekerjaan berisiko tinggi, pembebanan

kerja berlebih, pemakaian teknologi baru, dan lain sebagainya. Selain faktor

dalam pekerjaan beberapa faktor lain juga dapat menyebabkan timbulnya stres

kerja seperti peran individu dalam organisasi kerja, faktor hubungan kerja, faktor
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xviii

pengembangan karir, faktor struktur organisasi dan suasana kerja, serta faktor lain

yang berasal dari luar pekerjaan. Selain itu karakteristik individu pekerja seperti

umur, jenis kelamin, dan jenis kepribadian juga dapat menjadi faktor yang

mempengaruhi timbulnya stres kerja (Fitri, 2013).

Tenaga sektor pelayanan kesehatan merupakan suatu pekerjaan yang

memiliki risiko tinggi terhadap timbulnya stres. Tanggung jawab terhadap

manusia pada sektor kesehatan menyebabkan pekerja lebih rentan terhadap stres

(NIOSH, 1999). Di Indonesia terdapat 601.228 sumber daya manusia tenaga

kesehatan yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, perawat, bidan,

farmasi, dan dokter gigi. Tenaga medis perawat memiliki proporsi tertinggi

mencapai 49% dengan jumlah 296.876 orang (Pusdatin RI, 2017). Penelitian dari

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menetapkan

profesi perawat sebagai profesi yang berisiko sangat tinggi terhadap terjadinya

stres kerja (Schultz et al., 1994). Jika dibandingkan dengan profesi lain di bidang

kesehatan, perawat memiliki tingkat stres kerja yang lebih tinggi dibandingkan

dengan dokter dan apoteker. Hal ini dikarenakan profesi perawat memiliki tugas

dan tanggungjawab terhadap keselamatan pasien (Eviaty et al., 2005). Menurut

survey yang dilakukan oleh Frasser (1997) di Prancis ditemukan persentase

kejadian stres kerja yang dialami oleh perawat sebesar 74% (Ansori, 2017).

Sedangkan di Indonesia, penelitian dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional

Indonesia (PPNI) menyebutkan sebanyak 50,9% perawat Indonesia mengalami

stres kerja dengan gejala sering merasa pusing, lelah, kurang ramah, kurang
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xix

istirahat akibat beban kerja terlalu tinggi serta penghasilan yang tidak memadai

(Revalicha, 2013).

Unit kerja pada rumah sakit yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah

perawat pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena berbeda dengan perawat di

bagian lain. Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit penting dalam

operasional suatu rumah sakit sebagai gerbang utama jalan masuknya pasien

gawat darurat yang beroperasi selama 24 jam. Beban tugas yang diberikan kepada

perawat yang bertugas di IGD sangat fluktuatif karena jumlah pasien yang datang

dan tingkat tingkat keseriusan perawatan medis yang harus dilakukan tidak dapat

diprediksi. Beban kerja yang dimiliki seorang perawat akan lebih berat

dikarenakan adanya waktu kerja (shift) yang panjang, waktu istirahat yang kurang,

harapan pimpinan rumah sakit untuk selalu memberikan pelayanan terbaik,

tuntutan keluarga terhadap keselamatan pasien, dan lain sebagainya. Hal itu

menyebabkan perawat di IGD harus selalu siap siaga untuk merawat pasien

sebanyak dan separah apapun kondisinya. (Handini, 2012). Dengan kompleksitas

kerja yang demikian, maka perawat yang bertugas di IGD dituntut untuk memiliki

kemampuan lebih dibandingkan dengan perawat yang melayani pasien di unit

yang lain karena membutuhkan kecekatan, keterampilan, dan kesiagaan setiap

saat (Syaer, 2011).

Tingkat stres kerja perawat yang tinggi juga berpengaruh terhadap semakin

rendahnya kinerja, kepuasan kerja, produktivitas, dan perilaku caring terhadap

pasien (Riza, 2015). Jika perawat mengalami stres kerja tentu akan berbahaya
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xx

bagi pasien seperti meningkatnya kesalahan yang terjadi saat melakukan

perawatan pasien akibat dari menghilangnya rasa peduli terhadap pasien sehingga

dapat mengganggu kinerja rumah sakit karena perawat tidak bisa memberikan

pelayanan yang terbaik bagi rumah sakit dan pada akhirnya akan mempengaruhi

daya saing mereka di pasar dan lebih dari itu bahkan dapat membahayakan

kelangsungan organisasi rumah sakit (WHO, 2003).

Beberapa instrument alat ukur berupa kuesioner yang berisi pertanyaan

seputar faktor pekerjaan untuk melakukan penilaian adanya risiko stres kerja yang

dialami oleh pekerja yakni HSE Indicator Tools dan NIOSH Generic Job Stres.

Kuesioner tersebut mencakup faktor yang mempengaruhi stres kerja antara lain

faktor karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, masa kerja, tingkat

pendidikan, dukungan sosial, tipe kepribadian serta faktor pekerjaan meliputi

konflik interpersonal, beban kerja fisik, tuntutan mental, kontrol terhadap

pekerjaan. Namun, faktor lingkungan kerja tidak dapat dilakukan penilaian

dikarenakan perawat berada pada satu ruangan yang sama sehingga besar

kemungkinan penilaian yang didapat bersifat homogen. Maka karena itu perlu

diadakan pengkajian dengan seksama mengenai stres kerja yang dialami oleh

tenaga perawat di Instalasi Gawat Darurat dan faktor apa yang mempengaruhi

stres kerja tersebut. Sehingga dapat dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja

perawat dan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xxi

1.2 Identifikasi Masalah

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. R. Sososdoro Djatikoesoemo

Bojonegoro merupakan rumah sakit yang berdiri sejak tahun 1928 yang

merupakan pusat pelayanan kesehatan primer dari beberapa rumah sakit di daerah

Bojonegoro dan sekitarnya. Rumah sakit ini melayani semua golongan

masyarakat dan telah memiliki citra baik di masyarakat sehingga tentu saja harus

selalu berupaya mempertahankan serta meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Terlebih lagi, Rumah Sakit

Sosodoro Djatikoesoemo memiliki kecenderungan peningkatan jumlah kunjungan

pasien di Intalasi Gawat Darurat (IGD) setiap tahunnya (Gambar 1.1).

16320 16459
15876
15178

13723

2014 2015 2016 2017 2018


Sumber: Data Kunjungan Pasien IGD Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo

Gambar 1.1 Jumlah kunjungan pasien IGD Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Rumah Sakit Sososdoro Djatikoesoemo Bojonegoro ditetapkan sebagai

rumah sakit tipe B yang memiliki 12 pelayanan terakreditasi meliputi Instalasi

Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Pelayanan

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xxii

Laboratorium, Pelayanan Farmasi, Instalasi Bedah Sentral, Pelayanan CSSD,

Pelayanan Administrasi Terpadu, Pelayanan Bank Darah, Pelayanan Radiologi,

Pelayanan Gizi, dan Pelayanan Hemodialisa. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

merupakan unit yang beroperasi selama 24 jam dan berperan penting dalam

operasional rumah sakit sebagai gerbang utama jalan masuknya pasien gawat

darurat. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Sosodoro

Djatikoesoemo Bojonegoro didukung 738 SDM yang terdiri dari Tenaga Medik

Dasar, Tenaga Medik Spesialis Dasar, Tenaga Spesialis Lain, Tenaga Medik

Spesialis Gigi dan Mulut, Tenaga Keperawatan, Tenaga Non Keperawatan dan

Tenaga Non Medis. Perawat yang bertugas di IGD dituntut untuk selalu siap siaga

karena pasien bisa datang kapan dengan jumlah yang tidak menentu serta tingkat

keseriusan perawatan medis yang tidak dapat diprediksi. Hal tersebut

mengharuskan perawat IGD memahami semua gejala penyakit agar dapat

memberikan penanganan yang cepat dan tepat. Maka dari itu perawat IGD

dituntut untuk memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan perawat instalasi

lain karena membutuhkan kecekatan, ketepatan, keterampilan, dan kesiagaan.

Hasil survey pendahuluan telah dilakukan, perawat di IGD Rumah Sakit

Sososdoro Djatikoesoemo Bojonegoro berjumlah 26 orang yang terbagi menjadi 3

shift kerja (Shift Pagi, Shift Sore, Shift Malam) dengan jumlah jam kerja masing-

masing perawat 8 jam sehari tanpa istirahat. Rata-rata pasien yang diterima setiap

harinya adalah sebanyak > 60 pasien. Apabila membandingkan antara jumlah

perawat dan pasien dalam satu hari maka satu perawat dapat menangani 3 - 4
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xxiii

pasien (Koordinator IGD, 2018). Untuk mengidentifikasi adanya gejala stres kerja

dilakukan observasi dan wawancara pada tiga orang perawat Instalasi Gawat

Darurat didapatkan bahwa perawat mengalami gejala psikologis stres kerja yakni

ketegangan, mudah marah, kebosanan, sulit berkonsentrasi, nada bicara keras dan

sulit menontrol emosi. Selanjutnya gejala perilaku yang dialami oleh perawat

yakni gelisah, rasa malas, sering ke kantin untuk merokok.

Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian stres kerja dan faktor

apa saja yang mempengaruhi pada perawat Instalasi Gawat Darurat di Rumah

Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro, sehingga dapat dilakukan

pencegahan, perbaikan, serta peningkatan pengendalian untuk menjaga kualitas

kinerja perawat Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disebutkan

masalah yang sudah dipaparkan maka rumusan masalah penelitian ini adalah

berapa prevalensi risiko stres kerja pada perawat di Instalasi Gawat Darurat

Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro dan faktor apa sajakah yang

berhubungan dengan stres kerja tersebut?

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xxiv

1.4 Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan Umum

Mempelajari prevalensi risiko stres kerja pada perawat di Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro dan faktor yang

berhubungan dengan stres kerja tersebut.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik individu perawat di Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

2. Mengidentifikasi karakteristik pekerjaan perawat di Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

3. Mempelajari prevalensi risiko stres kerja dan kuat hubungan risiko stres

kerja berdasarkan karakteristik individu dan pekerjaan pada perawat di

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro

1.4.3 Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai faktor

yang dapat mempengaruhi tingkat sress kerja, sehingga dapat melakukan

upaya pencegahan stres kerja yang berkaitan dengan faktor tersebut.

2. Bagi Rumah Sakit

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

xxv

a. Dapat mengetahui prevalensi stres kerja pada perawat Instalasi

Gawat Darurat dan faktor apa saja yang berhubungan dengan

tingkat stres kerja tersebut.

b. Memperoleh masukan terkait solusi untuk mengatasi permasalahan

stres kerja pada perawat Instalasi Gawat Darurat.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal ataupun

data tambahan bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian terkait sehingga

dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres Kerja

2.1.1 Pengertian Stres Kerja

Stres adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang

berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan

bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan

sampai kepada dideritanya suatu penyakit (Manuaba, 1998). Menurut Health

Safety Executive (2008) bahwa stres adalah reaksi negatif manusia akibat adanya

tekanan yang berlebihan atau jenis tuntutan lainnya. Menurut Mendelson (1999)

dalam Tarwaka (2014) Stres akibat kerja adalah suatu ketidakmampuan pekerja

untuk menghadapi tuntutan tugas akibat suatu ketidaknyamanan dalam

melaksanakan pekerjaan. Stres akibat kerja adalah respon emosional dan fisik

yang bersifat mengganggu atau merugikan yang terjadi pada saat tuntutan tugas

tidak sesuai dengan kapabilitas sumberdaya, atau keinginan pekerja (NIOSH,

1999). Stres kerja yang dikemukakan oleh Anoraga (2001) merupakan suatu

bentuk tanggapan baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di

lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.

Menurut Looker dan Gregson (2005) stress kerja merupakan sebuah keadaan yang

dialami ketika terjadi ketidaksesuaian atau ketimpangan antara tuntutan yang

diterima dengan kemampuan untuk mengatasi tuntuan tersebut. Stres kerja

didefinisikan oleh Siagian (2014) sebagai kondisi ketegangan yang berpengaruh


vii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

27

terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Stres mengakibatkan

seseorang mengalami kelelahan kerja yang kemudian berlanjut pada kelelahan

emosionalnya dan akan berpengaruh pada kelelahan secara fisik. Dapat

disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan tubuh berupa

respon fisiologis, psikologis, dan perilaku terhadap stressor di lingkungan kerja

saat dihadapkan dengan keadaan yang tidak sesuai antara tuntutan dengan

kemampuan untuk mengatasi pekerjaan.

2.1.2 Gejala Stres Kerja

Seseorang dikategorikan mengalami stres kerja apabila perasaan stres yang

dialami diakibatkan oleh organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja yang

dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu dan perusahaan. Menurut

Robbins dan Judge (1998) seseorang yang mengalami stres akibat kerja akan

menunjukkan gejala-gejala yang dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:

1. Gejala Fisiologis

Gejala awal terjadinya stres pada pekerja ditunjukkan berupa gejala-

gejala fisiologis. Pekerjaan yang mengarah pada terjadinya stres dapat

menimbulkan perubahan dalam metabolisme tubuh, meningkatkan

pernapasan dan tekanan darah, sakit kepala, serta serangan jantung.

Tuntutan pekerjaan dengan penuh tekanan dapat meningkatkan kerentanan

individu terhadap penyakit pernapasan bagian atas dan menurunkan fungsi

sistem kekebalan tubuh.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

28

2. Gejala Psikologis

Ketidakpuasan pada pekerjaan merupakan penyebab stres yang sangat

jelas. Stres kerja yang terjadi pada pekerja menunjukkan gejala psikologis

seperti ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan dan suka

menunda tugas. Gejala psikologis pada pekerja yang terjadi dari waktu ke

waktu didapatkan bahwa stres berhubungan dengan beban kerja yang tinggi,

hal ini berhubungan dengan meningkatnya tekanan darah dan menurunnya

keseimbangan emosional. Pekerjaan dengan tuntutan berlebih dan adanya

pertentangan, atau ketidakjelasan kewajiban dari pemegang jabatan, otoritas

dan tanggung jawab dapat meningkatkan stres dan ketidakpuasan pekerja.

Stres dan ketidakpuasan akan semakin meningkat apabila kurangnya kontrol

pada pekerja yang memiliki kemampuan lebih dari pekerjaannya.

3. Gejala Perilaku

Gejala stres yang berhubungan dengan perilaku meliputi penurunan

produktivitas, absensi kerja dan tingkat perputaran, perubahan pada

kebiasaan makan, meningkatnya konsumsi rokok atau alkohol, berbicara

cepat, gelisah dan gangguan tidur.

2.1.3 Tahapan Reaksi Tubuh Terhadap Stres

Menurut Harrianto (2010), pada saat menghadapi datangnya stres yang

diakibatkan oleh lingkungan kerja, tubuh akan mengalami 3 (tiga) tahapan reaksi

antara lain reaksi alarm, tahap perlawanan dan tahap kelelahan.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

29

1. Tahap alarm

Pada tahap ini, reaksi yang muncul merupakan respon atau tanggapan

cepat ketika seseorang menghadapi adanya ancaman atau tantangan. Tubuh

belum beradaptasi dengan ancaman yang ada, sehingga sistem syaraf

otonom menciptakan respon stres dalam bentuk suatu perlawanan atau

penghindaran. Selain sistem saraf otonom, sistem tubuh lain juga bereaksi

seperti kejiwaan, pengaturan sistem kardiovaskular, pernafasan dan

ketegangan otot.

2. Tahap perlawanan

Pada tahap ini, tubuh seseorang akan penuh dengan hormon stres,

peningkatan detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh dan peningkatan

pernafasan. Apabila seluruh upaya yang telah dilakukan untuk melawan

stres ternyata gagal dan stres tersebut tetap ada, maka orang tersebut akan

mengalami tahap berikutnya.

3. Tahap kelelahan

Pada tahap ini, seseorang akan mengalami kerusakan tubuh yang

semakin meningkat. Seseorang yang mengalami stres akan jatuh pingsan

dan terjadi peningkatan kerentanan terhadap penyakit. Walaupun stres disisi

lain dibutuhkan untuk memicu timbulnya motivasi dan adaptasi pada

seseorang, namun jika ancaman atau tantangan yang dihadapi terlalu berat,

maka orang tersebut akan mendapatkan banyak kesulitan. Banyaknya

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

30

kesulitan yang dihadapi dapat menyebabkan timbulnya masalah jiwa yang

menahun dan individu tersebut akan mengalami gangguan berupa kelelahan

sehingga berpotensi terjadi depresi. Tanda yang menonjol dalam tahap

kelelahan adalah rasa lelah dan tidak berdaya.

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja

Setiap aspek yang ada di tempat kerja berpotensi menjadi pembangkit stres

(stressors). Pekerja yang akan menentukan kondisi yang dihadapi merupakan

suatu kondisi stres atau bukan. Sumber stres pekerja tidak hanya berasal dari

interaksi dengan pekerjaannya, namun juga hasil interaksi di rumah, sekolah,

maupun tempat lain. Stres yang dihadapi oleh pekerja tidak hanya berasal dari

satu macam pembangkit stres saja, namun juga dari beberapa pembangkit stres.

Pembangkit stres di tempat kerja memiliki peran yang lebih besar dalam

menurunnya fungsi tubuh hingga kondisi sakit seorang pekerja yang bekerja

(Munandar, 2001).

Menurut Cooper dan Davidson (1987) menjelaskan bahwa stres di tempat

kerja dipengaruhi oleh lingkungan kerja, lingkungan rumah, lingkungan sosial,

dan karakteristik individu. Stressor yang terdapat di lingkungan kerja dapat

berpengaruh juga terhadap keadaan individu di lingkungan rumah dan lingkungan

sosial begitu juga sebaliknya. Telah banyak dilakukan penelitian mengenai

pemicu stres dalam lingkungan pekerjaan seperti kerja shift, pemanfaatan

kemampuan yang kurang, beban kerja dan kebosanan, kelebihan beban kerja fisik

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

31

dan mental, dukungan sosial, konflik interpersonal, konflik peran, upah yang tidak

setara, ambiguitas pekerjaan di masa depan, hubungan di tempat kerja, kualitas

peralatan, dan bahaya fisik. faktor-faktor ini dapat berkontribusi pada sejumlah

hasil yang merugikan, termasuk hasil perilaku, seperti gangguan kinerja,

penyalahgunaan alkohol, merokok sigaret dan penyalahgunaan narkoba, hingga

penyakit fisik, seperti depresi.

Menurut Beehr dan Newman (1978) menyebutkan bahwa terjadinya stres

di tempat kerja dipengaruhi oleh dua aspek yakni lingkungan pekerjaan dan

pribadi individu. Aspek lingkungan pekerjaan yang dimaksud adalah unsur-unsur

di lingkungan kerja yang cenderung mengakibatkan terjadinya stres pada pekerja

seperti karakeristik tugas, peran dan organisasi. Aspek pribadi individu meliputi

karakteristik karyawan yang cenderung mempengaruhi paparan dan kerentanan

terhadap, pengalaman, dan reaksi terhadap stres.

1. Faktor Individu Penyebab Stres Kerja

Stres di tempat kerja memiliki efek yang berbeda pada setiap individu

pekerja. Ada berbagai macam aspek yang berasal dari pribadi, sosial, dan

lingkungan yang memengaruhi kerentanan dan kemampuan pekerja dalam

mengatasi stressor yang didapat. Perbedaan kepribadian, jenis kelamin, usia,

dan dukungan sosial menjadi faktor penting dalam menentukan seberapa baik

individu pekerja dalam mengatasi stres di tempat kerja (Wichert, 2002).

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

32

Menurut Cooper, et, al., (1987) Karakteristik individu cenderung

mempengaruhi paparan dan kerentanan terhadap stres, pengalaman stres, dan

reaksi terhadap terjadinya stres diempat kerja. Unsur-unsur dari segi fisiologis

dan psikologis memiliki kemungkinan menghubungkan lingkungan dan

pribadi satu sama lain menentukan konsekuensi dan respons adaptif yang

terjadi.

a. Umur

Menurut Anoraga (1998) menjelaskan bahwa semakin bertambahnya

usia seseorang maka besar kemungkinan untuk terjadinya stres, hal

tersebut disebabkan oleh tanggung jawab tugas yang dimiliki serta adanya

tugas yang bertentangan pandangan sehingga menyebabkan konflik antar

rekan kerja. Namun hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Fitri (2013) yang menyebutkan bahwa pekerja dengan usia lebih tua

mengalami stres kerja lebih rendah dibandingkan dengan pekerja berusia

muda. Hal tersebut disebabkan oleh pekerja yang memiliki usia lebih tua

memiliki pengalaman kerja yang lebih banyak sehingga dapat

mengahadapi stressor yang berasal dari pekerjaan dengan lebih baik.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap

kerentanan di tempat kerja. Penelitian yang pernah dilakukan

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

33

menunjukkan bahwa perempuan lebih cenderung mengalami efek stres

berupa hal negative dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu juga terdapat

perbedaan pandangan antara perempuan dan laki-laki terhadap stressor

yang terjadi. Perempuan secara umun cenderung menggunkan strategi

sosial emosional dalam menghadapi stress yang terjadi, sedangkan laki-

laki cenderung menggunakan pelepasan perilaku seperti merokok,

meminum alcohol, dsb. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya

penurunan kualitas kesehatan secara fisik pada laki-laki ketika terjadi

stress. Adapun pada perempuan mengalami penurunan kualitas kesehatan

secara psikologis (Brickford, 2005). Penelitian yang dilakukan di Amerika

Serika menyebutkan bahwa perempuan 30% memiliki tingkat stress yang

lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (Gunawati et,al., 2006).

c. Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan dukungan berupa emosional dan praktik

tang berasal dari lingkungan sosial disekitar pekerja seperti keluarga,

teman, rekan kerja, dan lain sebagainya. Faktor dukungan sosial dapat

berdampak positif bagi kesehatan dikarenakan dapat menekan gejala

stress yang terjadi pada pekerja. Hal ini dikarenakan apabila terdapat

banyak dukungan untuk mengatasi sumber stress yang diterima pekerja

maka tingkat stress menjadi rendah (Brickford, 2005). Penelitian yang

dilakukan oleh Koradecka (2005) menyebutkan bahwa pekerja yang


viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

34

dikelilingi oleh lingkungan sosial yang baik akan merasa lebih percaya diri

meskipun bekerja dalam kondisi yang sangat tertekan sekalipun.

d. Tipe Kepribadian

Friedman dan Rosenman (dalam Wijono, 2010) membedakan tipe

kepribadian menjadi 2 (dua) jenis yaitu tipe A dan B. Individu yang

memiliki kepribadian tipe A cenderung bersifat kompetitif, ambisius, tidak

sabar, agresif dan sangat kritis. Individu dengan tipe kepribadian ini selalu

berusaha mencapai tujuan mereka tanpa mempedulikan perasaan bahagia

dalam diri mereka. Juga cenderung bereaksi secara berlebihan sehingga

memiliki tekanan darah yang tinggi. Kemudiann kepribadian tipe A juga

membuat individu mudah marah sehingga cenderung mengalami

permusuhan dengan lingkungan di sekitarnya (McLeod, 2011). Selain itu,

kepribadian tipe A juga lebih mudah gelisah dan mengalami stres.

Sedangkan kepribadian tipe B, cederung lebih rileks, tidak menyukai

kesulitan, jarang marah, tidak mudah stres dan bergerak serta berbicara

dengan pelan. Penelitian yang dilakukan oleh Wainright dan Calnan tahun

2002 (dalam Bickford, 2005) menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki

kepribadian Tipe A memiliki risiko lebih tinggi mengalami dampak buruk

akibat adanya stress kerja seperti terjangkitnya penyakit kardiovaskular.

Hal tersebut dikarenakan pekerja dengan kepribadian tipe A lebih

mungkin untuk masuk kedalam pekerjaan yang menuntut, sehingga akan

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

35

lebih rentan terhadap terjadinya stress dan penyakit jantung koroner

khususnya.

e. Masa Kerja

Seorang pekerja yang telah bekerja dalam waktu yang lama dalam

menjalankan suatu profesi akan memiliki kemungkinan besar dapat

mengendalikan stressor yang dihadapi/ hal tersebut dikarenakan pekerja

telah beradaptasi sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap masalah-

masalah dalam pekerjaan. Sedangkan untuk tenaga kerja yang baru bekerja

harus beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan dan masalah-masalah yang

ada didalamnya (Atkinson, 1991).

f. Tingkat Pendidikan

Seorang pekerja yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan lebih

rentan terhadap terjadinya stress kerja dibandingkan dengan pekerja yang

memiliki pendidikan tinggi, karena dengan tingginya tingkat pendidikan

maka pekerja lebih bisa mengontrol stressor yang terjadi. Perbedaan yang

terjadi dapat dilihat pada dampak stress yang dialami, pekerja dengan

tingkat pendidikan rendah menghadapi stressor yang dirasakan dengan

bertindak negative seperti menjadi pemarah, pendendam, dan

mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas, sedangkan pekerja yang

memiliki pendidikan tinggi menghadapi stressor yang dirasakan dengan

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

36

bertindak positif seperti memiliki motivasi untuk menyelesaikan tugas

yang menjadi penyebab stress (Karima, 2014).

2. Faktor Karakteristik Pekerjaan

Menurut Cartwright, et al. (1995) faktor pekerjaan merupakan salah satu

faktor penyebab stres bagi pekerja. Suatu pekerjaan pastinya memiliki strandar

dan aturan yang berbeda dengan pekerjaan yang lain menyesuaikan dengan

tugas, pokok, dan fungsinya. Hal ini dapat berpengaruh pada pekerja dalam

melakukan pekerjaan tersebut yang dapat memicu munculnya stress dari peran

pekerja dalam organisasi. Ketika pelaksanaan peran terjadi berbagai stressor

yang dialami oleh pekerja yakni konflik interpersonal, beban kerja, tuntutan

mental serta kontrol terhadap pekerjaan.

a. Konflik Interpersonal

Setiap pekerjaan pasti mengharuskan pekerjanya untuk berinteraksi

dengan orang lain, misalnya dengan rekan kerja, klien, atau kontraktor.

Dalam beberapa pekerjaan, interaksi sosial merupakan sumber kepuasan

kerja. Akan tetapi, di sisi lainnya, interaksi sosial berpotensi menimbulkan

konflik yang dapat mengakibatkan stres. Dalam tingkat yang lebih bahkan

konflik interpersonal tadi dapat mengakibatkan terjadinya kekerasan fisik.

Penyebab munculnya konflik interpersonal seringkali disebabkan

kompetisi antar pekerja. Di beberapa perusahaan, pekerja diwajibkan

mencapai beberapa target untuk bisa mendapatkan penghargaan, promosi


viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

37

jabatan atau reward. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada

pekerja di Jepang menunjukkan bahwa konflik interpersonal berpengaruh

terhadap stres secara psikologis baik pada pekerja laki-laki maupun

perempuan serta dalam penelitian lainnya menunjukkan bahwa tingginya

konflik interpersonal dapat berpengaruh terhadap peningkatan gejala

depresi (Karima, 2014).

b. Beban Kerja

Beban kerja baik mental maupun fisik berpotensi menjadi sumber stres

di tempat kerja. Bekerja di bawah tekanan waktu untuk mencapai target

merupakan sumber stres yang seringkali terdapat di tempat kerja.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa tingkat stres akan

meningkat seiring dengan semakin dekatnya target yang ditentukan.

Berdasarkan hasil penelitian pada pekerja di Jepang menunjukkan bahwa

jumlah beban kerja secara signifikan berkaitan dengan munculnya

sejumlah gejala stres, seperti mudah marah, kelelahan, gelisah, dan gejala

depresi (Nishitani, et al, 2013). Selain itu, dalam penelitian lain ditemukan

bahwa tingginya beban kerja secara signifikan berhubungan dengan

timbulnya ketidakpuasan dalam bekerja, gangguan emosional, tingkat

depresi yang tinggi, dan munculnya sejumlah gejala psikosomatis. Beban

kerja yang tinggi memang dapat menimbulkan kondisi stres bagi pekerja.

Akan tetapi, beban kerja yang terlalu sedikit juga dapat menimbulkan stres

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

38

bagi pekerja. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang diberikan terlalu

monoton, membosankan, dan terlalu jauh dibawah kemampuan pekerja itu

sendiri. Sehingga pekerja merasa tertekan dengan kondisi pekerjaan yang

demikian (Koradecka, 2010).

c. Tuntutan Mental

Tuntutan mental merupakan sumber stres yang signifikan terutama

pada pekerjaan yang menuntut interaksi secara langsung dengan klien

perusahaan khususnya pada sektor jasa. Pekerjaan yang mengharuskan

berinteraksi dengan orang lain memiliki banyak sumber emosi yang

bersifat negatif, seperti kesedihan, mudah marah, tidak sabar, dll. Secara

umum, standar yang diterapkan perusahaan pasti menuntut pekerjanya

untuk selalu bersikap ramah terhadap klien yang dihadapi. Akan tetapi, hal

ini bukanlah suatu perkara yang mudah untuk dilakukan seorang pekerja.

Di satu sisi, pekerja harus bersiap menghadapi emosi negatif yang berasal

dari klien yang dihadapi. Tetapi di sisi lainnya mereka harus tetap bersikap

ramah meskipun keadaan emosional pekerja tidak dalam kondisi baik

(Koradecka, 2010).

d. Kontrol Pekerjaan

Stres terjadi ketika adanya permintaan dari lingkungan yang tidak

sesuai dengan kemampuan individu dalam mengatasinya. Ketika

permintaan dari lingkungan tersebut tidak mampu dipenuhi maka individu


viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

39

tersebut akan merasa sulit melakukan kontrol terhadap dirinya sendiri.

Kurangnya kontrol terhadap diri sendiri dan pekerjaan dapat menimbulkan

terjadinya stres. Hal ini dikarenakan individu tersebut tidak mampu

mengatur dirinya sendiri (Karima, 2014).

3. Faktor Lingkungan Pekerjaan

Menurut Priyambodo (2013) faktor lingkungan pekerjaan merupakan salah

satu faktor yang dapat menyebabkan stres kerja. Lingkungan pekerjaan yang

dikaitkan dengan stres kerja terdiri dari lingkungkungan fisik dan sosial.

Faktor tersebut terdiri dari:

a. Kebisingan

Kebisingan biasa didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan

yang dapat memicu timbulnya stres. Kebisingan merupakan salah satu

sumber stress yang terdapat di tempat kerja. Tingkat kebisingan yang

tinggi diklaim sebagai penyebab stres paling tinggi dibandingkan faktor

lingkungan lainnya. Berdasarkan hasil survei didapatkan urutan faktor

lingkungan fisik yang paling berpengaruh adalah kebisingan, sanitasi

lingkungan, substansi berbahaya, pencahayaan dan suhu (ILO, 2003).

Kebisingan dapat memicu terjadinya peningkatan ketidakseimbangan

psikologi (Rose, 1994). Pajanan kebisingan di tempat kerja juga

berhubungan dengan berbagai macam efek stres, seperti aktivitas

neuroendokrin, peningkatan detak jantung, kelelahan, sulit berkonsentrasi,


viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

40

dan rendahnya motivasi kerja. Berdasarkan hasil penelitian Evans dan

Johnson (1999) dalam Karima (2014) menemukan bahwa intensitas

kebisingan yang rendah tidak memiliki dampak yang besar terhadap

pekerja. Akan tetapi, dalam waktu pajanan kebisingan tersebut selama tiga

jam akan memperlihatkan perubahan motivasi kerja dan peningkatan

hormon stres dalam tubuh. Hasil penelitian Evans dan Johnson ini juga

sejalan dengan penelitian sejenis bahwa pajanan kebisingan dapat

meningkatkan kadar hormon neuroendokrin stres dalam tubuh.

b. Pencahayaan

Sumber stres lain yang berasal dari lingkungan kerja adalah tingkat

pencahayaan. Pencahayaan yang kurang memadai di tempat kerja

merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab stres. Tingkat

pencahayaan yang terlalu rendah dan menyilaukan dapat memicu

terjadinya ketegangan otot mata, kelelahan mata, sakit kepala, kerusakan

penglihatan, ketegangan, dan frustasi. Tingkat pencahayaan yang kurang

baik dapat membuat pekerja lebih sulit dalam menyelesaikan pekerjaannya

sehingga akan menghabiskan lebih banyak waktu (Harrianto, 2009).

c. Suhu

Respon individu terhadap kondisi suhu di lingkungan kerja berbeda-

beda. Meskipun pada saat ini suhu di tempat kerja cenderung bisa

dikendalikan tetapi suhu di lingkungan kerja tetap dapat dikategorikan


viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

41

menjadi terlalu panas, terlalu dingin, dsb. Stres yang diakibatkan suhu

dapat menurunkan kemampuan dalam pengambilan keputusan dan

performa kerja. Selain itu, lingkungan kerja yang terlalu dingin juga dapat

menurunkan tingkat ketangkasan dan motivasi dalam bekerja tetapi dapat

meningkatkan kejadian kecelakaan. Berdasarkan hasil penelitian Ramsey

menunjukkan bahwa kondisi lingkungan kerja yang terlalu panas dapat

menurunkan kualitas kerja dan meningkatkan kerentanan terhadap

terjadinya kecelakaan (Rose, 1994).

d. Kualitas Ventilasi

Kualitas udara yang buruk di lingkungan kerja dapat memicu

terjadinya sakit kepala dan kelelahan sehingga menyebabkan pekerja sulit

berkonsentrasi. Rendahnya kualitas udara ini dapat disebabkan beberapa

hal, seperi tingginya konsentrasi polutan di udara, buruknya sirkulasi

udara, atau kurangnya ventilasi. Selain itu, faktor lain yang juga

mempengaruhi kualitas udara yaitu asap rokok, sistem pendingin ruangan,

ionisasi akibat peralatan elektronik, terlalu banyak orang di ruangan yang

kecil, dan adanya bahan kimia (Rose, 1994).

2.1.5 Dampak Stres Kerja

Menurut Cartwright, et. al. (1995), menyatakan bahwa reaksi stres atau

disebut strain terdiri dari pengaruhnya terhadap individu seseorang dan

pengaruhnya terhadap organisasi.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

42

1. Pengaruhnya terhadap individu seseorang

a. Reaksi emosional, yaitu tingkat emosi yang tidak stabil pada seseorang

yang mengalami stres yang meliputi emosi yang tidak terkontrol, mudah

marah, curiga berlebih, perasaan tidak aman, depresi, iritabilitas dan lain-

lain (Mendelson, 1990).

b. Reaksi perubahan kebiasaan atau mental, yaitu seseorang yang mengalami

stres atau tertekan yang tanpa sadar mencari pelarian dari permasalahan

yang dihadapi sehingga kadang dapat mempengaruhi kebiasaan individu.

Reaksi ini berdampak pada perubahaan kebiasaan seperti perubahaan

kebiasaan merokok, minum-minuman keras dan menggunakan obat

terlarang. Reaksi ini juga berdampak pada mental seperti gangguan

persepsi, konsentrasi, memori, motivasi, akurasi dan kreativitas.

c. Perubahan fisiologis, yaitu otot-otot pada kepala dan leher menjadi tegang

pada seseorang yang mengalami stres yang dapat mengakibatkan sakit

kepala, melemahnya sistem imunisasi, susah tidur (insomnia), rasa lelah,

gangguan nafsu makan, gangguan kardiovaskuler dan lain-lain.

2. Pengaruhnya terhadap organisasi

Dampak stres pada organisasi kerja dapat memberikan pengaruh kurang baik.

Pengaruh tersebut meliputi tingginya angka absensi kerja, turnover, hubungan

kerja menjadi tegang dan kualitas pekerjaan yang rendah. Akibat kondisi

tersebut, maka dapat mengganggu performasi kerja dan meningkatkan risiko

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

43

terjadinya kecelakaan kerja. Secara khusus, terjadinya stres kerja dapat

menurunkan produktivitas kerja dan juga mengakibatkan biaya kompensasi

pekerja meningkat. Produktivitas kerja yang menurun akibat stres kerja melalui:

a. Rendahnya performasi pekerja.

b. Meningkatnya angka absensi.

c. Menurunnya moral kerja.

d. Meningkatnya turnover pekerja yang dapat mengakibatkan hilangnya

banyak waktu kerja.

Menurut Mathews (1989) dalam Tarwaka (2015) menyebutkan reaksi stres

kerja secara spesifik sebagai berikut:

1. Reaksi psikologis, yaitu stres umumnya merupakan perasaan subjektif

individu sebagai bentuk kelelahan, kegelisahan (anxiety) dan depresi.

Reaksi ini dapat dinilai dalam bentuk beban mental, kelelahan dan

perilaku.

2. Respon sosial, yaitu kelanjutan dari reaksi psikologis yang dalam beberapa

lama seseorang mengalami kegelisahan, konflik, depresi dan stres di

tempat kerja, maka pengaruh tersebut akan dibawa dalam lingkungan

keluarga dan sosial.

3. Respon stres kepada gangguan kesehatan atau reaksi fisiologis, yaitu

terjadinya perubahan secara fisiologis sebagai indikator terjadinya stres

apabila seseorang mengalami stres. Adapun sistem dalam tubuh manusia


viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

44

yang memunculkan respon yakni diperantarai oleh saraf otonom,

hypothalamic-pituitari axis dan pengeluaran katekolamin yang akan

mempengaruhi fungsi organ dalam tubuh meliputi sistem kardiovaskuler,

sistem gastrointestinal dan gangguan penyakit lainnya (Wantoro, 1999).

4. Respon individu, yaitu respon yang pengaruhnya sangat tergantung pada

sifat dan kepribadian individu. Terdapat perbedaan dalam menghadapi

stres pada individu berkepribadian introvert dan ekstrovert. Individu

dengan kepribadian introvert akan bereaksi negatif dan mengalami

ketegangan yang lebih besar daripada individu dengan kepribadian

ekstrovert. Pada suatu konflik, individu yang memiliki kepribadian

fleksibel akan mengalami ketegangan yang lebih besar daripada individu

yang memiliki kepribadian rigid.

2.1.6 Cara Pengukuran Stres Kerja

Telah berkembang banyak penelitian yang mengukur stres kerja pada

pekerja. Penelitian tersebut menggunakan berbagai macam instrumen yang telah

teruji validitas dan reliabilitasnya terkait dengan kondisi pekerjaan, potensial

stressor, kesehatan dan kesejahteraan pekerja, kepuasan pekerja dan keadaan

suasana hati. Terdapat beberapa instrumen yang digunakan untuk penilaian

(assessment) adanya stres kerja yaitu:

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

45

1. HSE Indicator Tool (HSE)

Instrumen yang digunakan dalam mengukur tingkat stres kerja ini

dikembangkan oleh Health and Safety Executive. Instrumen ini berisi 35

item pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang berkaitan dengan sumber

stres dari pekerjaan dan lingkungan kerja. Penilaian dapat dilakukan

dengan menggunakan 2 (dua) jawaban sederhana yaitu ‘YA’ (ada indikasi

stres) dan ‘TIDAK’ (tidak ada gejala stres sama sekali). Namun, lebih

utama menggunakan desain penelitian skoring (misalnya 4 atau 5 skala

likert). Apabila menggunakan skoring dengan skala likert, maka setiap

skor harus memiliki definisi operasional yang jelas dan mudah dipahami

oleh responden penelitian (Tarwaka, 2015). Instrumen ini memiliki

kelebihan yakni dapat digunakan untuk mengendalikan sumber stres yang

berhubungan dengan pekerjaan dan dapat digunakan sebagai instrumen

tunggal atau digabungkan dengan instrumen lain. Namun, juga terdapat

kekurangan yakni hanya dapat digunakan untuk mengukur sumber stres

yang terdapat di lingkungan kerja dan hasil penilaian dalam instrumen ini

harus didiskusikan dengan para pekerja yang didukung dengan data

pendukung lain seperti data turnover pekerja, tingkat absenteisme, dan

lain-lain (Karima, 2014).

2. NIOSH Generic Job Stress Questionnaire

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

46

Instrumen yang digunakan dalam mengukur tingkat stres kerja ini

dikembangkan oleh National Institue for Occupatinal Safety and Health

yang disusun oleh Hurrel and McLaney tahun 1988. Instrumen ini berisi

lebih dari 200 item pertanyaan dari total 22 form kuesioner yang terdiri

dari kesempatan alternatif pekerja, pengendalian keputusan, konflik

internal grup, konflik antar grup, ketidakpastian masa depan kerja, dan

lain-lain. Instrumen ini memiliki kelebihan yakni dapat mengukur sumber

stres yang berasal dari dalam maupun luar lingkungan kerja serta faktor

pendukung lain, mengevaluasi efek stres pada kondisi akut dan kronis,

telah teruji validitas dan reliabilitasnya, dapat digunakan sebagai

instrument tunggal atau digabungkan dengan instrument lain dan tersedia

dalam berbagai bahasa. Namun, juga terdapat kekurangan yakni

pengukuran stres kronis dibutuhkan konsultasi bersama dengan petugas

medis (Karima, 2014).

2.1.7 Pencegahan Stres Kerja

Pencegahan stres kerja dapat dilakukan dengan penyesuaian ergonomi,

mendesain lingkungan pekerjaan sesuai dengan kemampuan pekerja, dan

melakukan manajemen organisasi. Dalam mendesain lingkungan dan pekerjaan

ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar mencegah terjadinya stres pada

pekerja seperti struktur organisasi yang jelas, penempatan, pelatihan,

pengembangan pekerjaan yang tepat, adanya deskripsi kerja yang jelas,

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

47

komunikasi serta lingkungan sosial yang mendukung (WHO, 2003). Pada

dasarnya stres kerja merupakan bahaya pekerjaan yang dapat dicegah dan

dikendalikan. Menurut NIOSH (1999), pengendalian stres di tempat kerja dapat

dilakukan menggunakan dua cara, yaitu:

a. Manajemen stres

Untuk menekan adanya stres kerja yang terjadi pada pekerja maka perlu

adanya peningkatan sesitivitas dan respon sistem manajemen serta

meningkatkan pelayanan kesehatan kerja. Hal yang dapat dilakukan yakni

menekankan pada peningkatan respon dan pelayanan kesehatan kerja yang

efisien. Manajemen stres dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan

manajemen stres bagi para pekerja melalui Employee Assistance Program

(EAP). Pelatihan ini diberikan untuk meningkatkan kemampuan pekerja

dalam mengatasi situasi pekerjaan yang sulit. Program manajemen stres ini

mencakup penjelasan mengenai sifat dan sumber stres, dampak stres bagi

kesehatan, dan kemampuan untuk mengurangi stres bagi pekerja. Employee

Assistance Program (EAP) merupakan program penyediaan pelayanan

konseling bagi pekerja mengenai masalah pribadi maupun pekerjaan.

Pelatihan manajemen sress ini dapat membantu dengan cepat dalam

mengurangi gejala stres, seperti kecemasan dan gangguan tidur. Keuntungan

mengimplementasikan program ini mudah dan murah untuk

diimplementasikan. Akan tetapi program ini juga memiliki kekurangan yakni


viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

48

efek gejala stres seringkali bersifat sementara sehingga pekerja seringkali

mengabaikannya.

b. Perubahan Organisasi

Perubahan organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan jasa konsultan

untuk melakukan perbaikan kondisi kerja di suatu organisasi. Pendekatan ini

merupakan cara yang dapat langsung digunakan untuk mengurangi stres di

tempat kerja. Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi aspek

stres kerja yang terdapat di tempat kerja, seperti beban kerja yang berlebih,

harapan yang bertentangan, serta melakukan desain strategi untuk

mengurangi atau menghilangkan stressor yang telah diidentifikasi.

Keuntungan dari cara ini adalah dapat secara langsung mengatasi

permasalahan stres kerja hingga ke akar penyebabnya. Akan tetapi para

manajer seringkali tidak menyukai cara ini dikarenakan melibatkan

perubahan dalam rutinitas kerja, jadwal produksi atau perubahan struktur

organisasi. Secara umum, prioritas utama dalam menanggulangi stres kerja

harus dilakukan dengan cara perubahan organisasi untuk memperbaiki

kondisi kerja. Namun kombinasi perubahan organisasi dan manajemen stres

merupakan cara yang paling sesuai untuk mengurangi stres ditempat kerja.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

49

2.2 Potensi Stres Kerja Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi di industri jasa

kesehatan yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan di mana salah satu upaya

yang dilakukan adalah mendukung rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP) seperti puskesmas, poliklinik, dsb. Sebagai pemberi jasa

pelayanan kesehatan, rumah sakit beroperasi selama 24 jam dalam sehari serta

dituntut utuk memberikan pelayanan yang bermutu, efektif, dan efisien serta

ditunjang dengan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan yang dimilikinya.

Rumah sakit membuat pemisahan terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu

pelayanan gawat darurat, rawat jalan, dan rawat inap. Tenaga keperawatan adalah

salah satu tenaga kesehatan yang berperan dalam melaksanakan penanganan

terhadap pasien. Tenaga keperawatan merupakan The caring profession yang

menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit karena memiliki peranan

penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Menurut UU RI No. 23 1992 perawat merupakan seseorang atau sekumpulan

orang yang memiliki kemampuan dan wewenang melakukan tindakan

keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki yang diperoleh melalui pendidikan

keperawatan. Perawat merupakan salah satu pekerja kesehatan rumah sakit dan

selalu ada di setiap rumah sakit. Tidak sembarang orang dapat dikatakan sebagai

perawat, menurut Intenational Council of Nursing, perawat merupakan seseorang

yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan telah memenuhi syarat

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

50

sehingga berwenang untuk memberikan pelayanan keperawatan serta bertanggung

jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan pada

pasien.

Unit Gawat Darurat (UGD) atau Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan

bagian dari rumah sakit yang menjadi gerbang utama sebagai tujuan pertama kali

pasien yang mengalami keadaan darurat agar segera mendapatkan pertolongan

pertama. Perawat bagian IGD juga melakukan pekerjaan lain seperti pencatatan

kasus dan tindakan yang dilakukan di IGD serta proses pemindahan pasien dari

IGD ke rawat inap jika memang pasien membutuhkan perawatan intensif dan

diharuskan melakukan rawat inap. Hal tersebut mengharuskan perawat yang

bertugas di IGD selalu ada setiap saat karena pasien atau orang yang

membutuhkan pelayanan di IGD dapat datang setiap waktu tanpa bisa diprediksi.

Dalam menjalankan tugas dan profesinya perawat rentan terhadap stres. Hal

tersebut dikarenakan seorang perawat tidak hanya berhubungan dengan pasien,

tetapi juga dengan keluarga pasien, teman pasien, rekan kerja sesama perawat,

berhubungan dengan dokter dan peraturan yang ada di tempat kerja serta beban

kerja yang terkadang dinilai tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis dan

emosionalnya (Almasitoh, 2011). Permasalahan lain yang dapat menimbulkan

stres adalah keterbatasan sumber daya manusia. Di mana banyaknya tugas belum

diimbangi dengan jumlah tenaga perawat yang memadai. Jumlah antara perawat

dengan jumlah pasien yang tidak seimbang akan menyebabkan kelelahan dalam

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

51

bekerja karena kebutuhan pasien terhadap pelayanan perawat lebih besar dari

standar kemampuan perawat. Kondisi seperti inilah yang akan berdampak pada

keadaan psikis perawat seperti lelah, emosi, bosan, perubahan mood dan dapat

menimbulkan stres pada perawat. Fluktuasi beban kerja merupakan pemicu

timbulnya stres. Pada jangka waktu tertentu beban kerja perawat sangat ringan

namun di waktu yang lain bisa berlebihan. Keadaan yang tidak tepat seperti ini

menimbulkan kecemasan, ketidakpuasan kerja dan kecenderungan hendak

meninggalkan pekerjaan (Ambarwati, 2014). Dengan kompleksitas kerja yang

demikian, perawat yang bertugas di IGD dituntut untuk memiliki kemampuan

lebih dibandingkan dengan perawat yang melayani pasien di unit yang lain karena

membutuhkan kecekatan, keterampilan, dan kesiagaan setiap saat.

Oleh sebab itu stres pada perawat sangat perlu diperhatikan, karena apabila

seorang perawat mengalami stres yang tinggi akan berdampak pada kualitas

pelayanan yang diberikan. Pada dasarnya perawat dituntut untuk mampu

memberikan pelayanan secara cepat dan tepat yang harus didukung oleh sikap

ramah tamah, sopan santun dan mau bersabar serta mau menyisihkan waktunya

untuk mendengarkan keluhan pasien dengan memberikan informasi yang jelas

dan mudah dimengerti. Seseorang yang mengalami stres mempunyai perilaku

mudah marah, murung, gelisah, cemas dan semangat kerja yang rendah. Sehingga,

ketika seorang perawat terkena stres maka kinerja dalam memberikan pelayanan

keperawatan akan menurun, pada akhirnya akan mendatangkan keluhan dari

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

52

pasien. Ketidakpuasan yang dirasakan pasien akan mengganggu kinerja rumah

sakit karena perawat tidak bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi rumah

sakit dan pada akhirnya akan mempengaruhi daya saing pasar bahkan dapat

membahayakan kelangsungan organisasi rumah sakit (WHO, 2003).

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konseptual

Karakteristik Individu: Faktor Lingkungan


1. Umur Kerja:
2. Jenis Kelamin 1. Kebisingan
3. Masa Kerja 2. Pencahayaan
4. Tingkat Pendidikan 3. Kualitas Udara
5. Dukungan Sosial 4. Suhu
6. Tipe Kepribadian

Karakteristik Risiko Stres Kerja:


Pekerjaan: 1. Rendah
1. Konflik 2. Sedang
Interpersonal 3. Tinggi
2. Beban Kerja 4. Sangat Tinggi
3. Tuntutan Mental
4. Kontrol Terhadap
Pekerjaan

Dampak Stres Kerja:


1. Menurunnya Produktivitas
2. Kecelakaan Kerja
3. Absensi Kerja
4. Tingginya Turnover
5. Penyakit yang diinduksi dari
stres kerja
Keterangan:

: Diteliti
------------ : Tidak Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

vii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

54

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual, risiko stres kerja terjadi ketika pekerja

dihadapkan dengan keadaan yang tidak sesuai antara tuntutan dengan kemampuan

untuk mengatasi pekerjaan. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor

karakteristik individu, pekerjaan, dan lingkungan. Stres kerja dapat menimbulkan

dampak yang merugikan bagi pekerja mulai dari menurunnya kesehatan sampai

dideritanya suatu penyakit.

Faktor karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, masa kerja,

tingkat pendidikan, dukungan sosial, dan tipe kepribadian. Faktor karakteristik

pekerjaan meliputi konflik interpersonal, beban kerja, tuntutan mental, dan kontrol

terhadap pekerjaan. Selain itu, terdapat faktor lingkungan kerja berupa kebisingan,

pencahayaan, suhu, ventilasi. Namun, faktor lingkungan kerja tidak diteliti

dikarenakan responden berada pada satu ruangan yang sama sehingga besar

kemungkinan data yang dipeoleh bersifat homogen. Beberapa faktor tersebut

dapat menimbulkan risiko stres kerja. Penilaian risiko stres kerja dan faktor yang

mempengaruhi pada penelitian ini diukur menggunakan kuesioner HSE Indicator

Tools dan NIOSH Generic Job Stres.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif yakni

menggambarkan stres kerja serta mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi

stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo. Kemudian

penelitian ini menggunakan metode observasional karena pada penelitian ini data

diperoleh dengan cara melakukan pengamatan langsung serta menjelaskan

hubungan antar variabel tanpa memberi perlakuan pada subjek penelitian.

4.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat Instalasi Gawat Darurat di

Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro yang berjumlah 26 orang.

4.3 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi yakni 26 orang

perawat dengan kriteria inklusi bersedia menjadi responden dengan

menandatangani Informed consent.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro

Djatikoesoemo Bojonegoro

vii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

56

4.4.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan September tahun 2018 hingga Juli

tahun 2019.

4.5 Variabel, Definisi Operasional, dan Cara Pengukuran

4.5.1 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah stres kerja di Rumah

Sakit Sosodoro Djatikoesoemo dan faktor yang menyebabkan terjadinya stres

kerja meliputi faktor karakteristik individu (usia, jenis kelamin, masa kerja, status

pekerjaan, dukungan sosial) serta faktor pekerjaan (konflik interpersonal, beban

kerja, tuntutan mental, kontrol terhadap pekerjaan).

4.5.2 Definisi Operasional Penelitian dan Cara Pengukuran

Berikut merupakan penjabaran mengenai variabel penelitian, definisi

operasional serta cara pengukurannya yang akan dilakukan pada penelitian.

Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala


. Operasional Pengukuran Data
1. Risiko Reaksi tubuh Kuesioner 1. Risiko Stres Ordinal
Stres berupa respon Health and rendah, jika
Kerja fisiologis, Safety total skor
psikologis Executive 140-175
maupun perilaku (HSE) 2. Risiko Stres
terhadap stresor Indicator sedang, jika
yang dialami Tool total skor
yang diukur 105-139
menggunakan 3. Risiko Stres
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

57

kuesioner. tinggi, jika


total skor 70-
104
4. Risiko Stres
sangat tinggi,
jika total skor
35-69
2. Umur Rentang waktu Kuesioner 1. < 25 tahun Ordinal
antara 2. 26-30 tahun
responden 3. 31-35 tahun
dilahirkan 4. 36-40 tahun
hingga 5. > 40 tahun
responden
mengisi
kuesioner
3. Jenis Perbedaan Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
Kelamin manusia secara 2. Perempuan
biologis yang
dimiliki manusia
sejak lahir
4. Masa Rentang waktu Kuesioner 1. < 5 tahun Ordinal
Kerja antara 2. 5-10 tahun
responden mulai 3. 11-15 tahun
bekerja di 4. 16-20 tahun
tempat kerja 5. > 20 tahun
hingga
responden
mengisi
kuesioner
5. Tingkat Berupa ijazah Kuesioner 1. D3 Ordinal
Pendidi pendidikan 2. S1
Kan formal terakhir 3. Profesi
yang dimiliki 4. S2
oleh responden
ketika mengisi
kuesioner
6. Tipe Penilaian NIOSH 1. Tipe Nominal
Kepribadi individu Generic Kepribadian
an terhadap Job Stres A jika total
kemampuan, Questionn skor 51-80
keberhasilan, aire 2. Tipe
dan kelayakan Kepribadian
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

58

dirinya B jika total


skor 20-50
7. Dukungan Hubungan sosial Kuesioner 1. Kurang, jika Ordinal
Sosial responden yang NIOSH total skor 8-
terjalin dengan Generic 16
atasan maupun Job Stres 2. Cukup jika
rekan kerja total skor 17-
24
3. Baik, jika
total skor 25-
32
8. Konflik Permasalahan Kuesioner 1. Rendah, jika Ordinal
Interperso yang dihadapi NIOSH total skor 13-
nal oleh responden Generic 26
dengan rekan Job Stres 2. Sedang, jika
kerja akibat total skor 27-
interaksi sosail 39
yang tidak 3. Tinggi, jika
terjalin dengan total skor 40-
baik 52
9. Beban Banyaknya Kuesioner 1. Ringan, jika Ordinal
Kerja pekerjaan yang NIOSH total skor 10-
harus dilakukan Generic 20
oleh responden Job Stres 2. Sedang, jika
total skor 21-
30
3. Berat, jika
total skor 31-
40
10. Tuntutan Tuntutan Kuesioner 1. Ringan, jika Ordinal
Mental pekerjaan yang NIOSH total skor 5-
harus dilakukan Generic 10
oleh responden Job Stres 2. Sedang, jika
berkaitan total skor 11-
dengan kondisi 15
mental 3. Berat, jika
total skor 16-
20
11. Kontrol Kurangnya Kuesioner 1. Kurang, jika Ordinal
Terhadap otoritas NIOSH total skor 16-
Pekerjaan responden untuk Generic 32
melakukan Job Stres 2. Cukup, jika
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

59

kontrol terhadap total skor 33-


pekerjaan yang 48
dilakukannya 3. Baik, jika
maupun hal-hal total skor 49-
yang terkait 64
dengan
pekerjaannya
4.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

4.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, meliputi:

1. Data primer yang didapatkan dari hasil wawancara dan pengukuran

risiko stres kerja pada perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD), yang

meliputi:

a. Data karakteristik individu responden

b. Hasil pengukuran risiko stres kerja dan faktor yang mempengaruhi

2. Data sekunder yang didapatkan dari rumah sakit untuk mendukung data

primer, yang meliputi:

a. Gambaran Umum Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

b. Gambaran umum Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

4.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data, yaitu:

1. Kuesioner identitas dan karakteristik individu

2. Kuesioner pengukuran stres kerja dengan Health and Safety Executive

(HSE) Indicator Tool.


viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

60

3. Kuesioner pengukuran faktor pekerjaan dengan NIOSH Generic Job

Stress

4.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapatkan akan dianalisis univariabel dan bivariabel. Hasil

analisis data univariabel disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase,

dan tabulasi silang. Penelitian menggunakan analisis Contingency Coefficient

untuk data yang bersifat nominal dan analisis Correlation Spearman untuk data

data yang berskala ordinal.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

5.1.1 Profil Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro merupakan Rumah Sakit yang berdiri sejak tahun 1928. Pada tahun

2004-2006, Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo berhasil meraih prestasi

sebagai RSSIB (Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi) yang terakreditasi 12

pelayanan, oleh karena itu ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia

sebagai Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan.

Pada tahun 2007-2008, Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo telah

mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000 serta menjadi PPK-BLUD penuh.

Selanjutnya, pada tahun 2010-2011, Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008 serta telah terakreditasi 16

pelayanan.

Saat ini, Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro merupakan

pusat pelayanan kesehatan primer dari beberapa rumah sakit di daerah Bojonegoro

dan sekitarnya. Selain itu juga sebagai sarana praktek mahasiswa DIII

Keperawatan Kebidanan dan berbagai disiplin ilmu lainnya serta tempat Praktik

Klinik Mahasiswa. Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro merupakan

vii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

62

Rumah Sakit yang menjunjung tinggi nilai keramahan, kejujuran, professional,

keteladanan, komitmen dan saling percaya.

5.1.2 Visi, Misi, Falsafah dan Motto Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro

Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro merupakan suatu

badan organisasi yang memiliki visi, misi, motto, dan tujuan sebagai pedoman

dalam menjalankan proses pelayanan di rumah sakit. Berikut merupakan visi,

misi, motto, dan tujuan yang dianut di Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro.

1. Visi

Visi dari Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro adalah menjadi

rumah sakit pilihan dan unggulan di bidang pelayanan Medik Spesialistik.

2. Misi

Misi dari Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro adalah

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai standar akreditasi rumah sakit dan

berdaya saing tinggi.

3. Falsafah

Falsafah yang dianut oleh Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan jasa rumah sakit berdasarkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Menjunjung tinggi nilai kehidupan dan nilai luhur kemanusiaan.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

63

c. Pengelolaan secara profesional dan mandiri.

4. Motto

Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro memiliki sebuah motto

yakni “Disaat Anda membutuhkan pelayanan kesehatan, kami siap melayani

(Anytime You Need We Serve)”.

5.1.3 Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit Sosodoro

Djatikoesoemo Bojonegoro adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan Gawat Darurat

b. Pelayanan Rawat Jalan

Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro memiliki 19 poliklinik

spesialis, yaitu sebagai berikut:

1. Poliklinik Bedah

2. Poliklinik Penyakit Dalam

3. Poliklinik Paru

4. Poliklinik Kebidanan dan kandungan

5. Poliklinik Kulit dan Kelamin

6. Poliklinik Penyakit Syaraf

7. Poliklinik Mata

8. Poliklinik THT

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

64

9. Poliklinik Gigi dan Mulut

10. Poliklinik Anak Sakit

11. Poliklinik Anak Sehat

12. Poliklinik Gizi

13. Poliklinik Orthopedi

14. Poliklinik Jantung

15. Poliklinik Urologi

16. Poliklinik Bedah Syaraf

17. Poliklinik Sehati (HIV – AIDS)

18. Poliklinik Psikologi/Psikiatri

19. Poli KIR Kesehatan

c. Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan Rawat Inap diselenggarakan di Instalasi Rawat Inap. Rumah Sakit

Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro memiliki:

1. Ruang Jantung

2. Ruang Paru

3. Ruang Syaraf

4. Ruang Penyakit Dalam

5. Ruang Bedah

6. Ruang Perawatan Anak

7. Ruang NICU

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

65

8. Ruang VIP Anggrek

9. Ruang VVIP Wijaya Kusuma

10. Pelayanan Laboratorium

11.Pelayanan Farmasi

12. Instalasi Bedah Sentral

13. Pelayanan CSSD

14. Pelayanan Administrasi Terpadu

15. Pelayanan Bank Darah

16. Pelayanan Radiologi

17. Pelayanan Gizi

18. Pelayanan Hemodialisa

5.1.4 Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro

Pelayanan gawat darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro diselenggarakan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). IGD melayani

pertolongan pertama pada kasus atau penyakit yang tergolong emergen, yaitu

melakukan diagnosis dan pengobatan atau tindakan pada penyakit akut, serta

cidera yang memerlukan tindakan segera. Di IGD tersedia dokter & perawat jaga

on site (di tempat) selama 24 jam yang dilengkapi Ruang Triage, Ruang

penanganan pasien bedah dan non bedah, ruang resusitasi dan perlengkapannya,

ruang observasi dan ruang PONEK.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

66

1. Struktur Organisasi Instalasi Gawat Darurat

Direktur

Wakil Direktur
Pelayanan

Kepala Bidang
Pelayanan Medis

Instalasi Kepala IGD SMF


Instalasi

Dokter IGD Kepala Ruang Kepala Ruang


IGD PONEK

Administrasi Tim Maternal


IGD Tim Neonatal

Paramedis Pengantar Pasien

Gambar 5.1 Struktur Organisasi Instalasi Gawat Darurat


2. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Kepala Instalasi Gawat Darurat

1) Mengatur tugas-tugas pekerjaan pada staf IGD

2) Memantau pelaksanaan tugas staf IGD

3) Menyusun program kerja bersama kepala ruangan

4) Ikut melaksanakan pelayanan medis di IGD

5) Memimpin rapat-rapat yang melibatkan IGD


viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

67

6) Memimpin rapat staf IGD

7) Melaporkan masalah yang sulit diatasi kepada Kepala Bidang

Pelayanan

b. Administrasi Instalasi Gawat Darurat

1) Memberikan pelayanan pendaftaran pasien baru di IGD dan

mempersiapkan pendukungnya

2) Melakukan pencetakan stiker identitas pasien, kartu identitas

pasien, dan SEP dan SJP

3) Memberikan informasi tentang jenis pelayanan yang tersedia,

perkiraan diagnose medis dan informasi kamar rawat inap

4) Membuat general consent untuk rawat inap pasien

5) Memberikan pelayanan pembayaran pasien di IGD yang rawat

jalan

6) Bertanggung jawab terhadap keuangan dan penyetoran ke bank

7) Melakukan pencatatan dan pelaporan data pasien

8) Memberikan pelayanan 24 jam yang terbagi 3 (tiga) shift jaga

9) Koordinasi dengan admisi lain (IRNA da IRJA) dan kepala

ruang inap untuk mencari tahu kamar inap yang kosong

10) Melaksanakan tugas tambahan yang diberikan oleh pimpinan

11) Dalam pekerjaan bertanggung jawab kepada kepala ruang IGD

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

68

12) Mencatat keluar masuknya pasien setiap hari dalam buku

register

13) Membuat sensus harian pasien dan menyetorkan pada

pencatatan medis yang harus diketahui oleh Kepala Ruangan

14) Melaporkan data penyakit menular ke bagian PPI bila ada

15) Meneliti kelengkapan status pasien yang keluar dari rumah

sakit dan menyetorkan ke bagian MR

16) Menyetorkan kartu pasien ke loket bagian kartu rumah sakit

17) Membuat laporan bulanan pasien

18) Membuat laporan tribulan pasien

19) Menyediakan blanko sesuai kebutuhan ruangan

20) Mengantar pasien/keluarganya menyelesaikan biaya perawatan

ke loket pembayaran

21) Membantu dalam hal kebersihan ruangan

22) Membuat laporan jasa medis setiap bulan

23) Mengajukan BBA untuk keperluan ruangan

24) Lain-lain sesuai kebijakan kepala ruangan

25) Mengagendakan surat V et R

26) Menyerahkan surat V et R ke bagian terkait

c. Perawat Penyelia Instalasi Gawat Darurat

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

69

1) Menyiapkan peralatan keperawatan/medis di unit gawat darurat

untuk kelancaran pelayanan kepada pasien

2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang

berlaku

3) Memelihara perawatan/medis agar selalu dalam keadaan siap

pakai

4) Memberikan orientasi kepada pasien tentang gawat darurat dan

lingkungannya

5) Melakukan pengkajian dan menentukan diagnosis keperawatan

sesuai dengan kemampuannya, dengan cara:

a. Mengobservasi keadaan pasien (tanda vital, kesadaran,

keadaan mental, dan keluhan utama)

b. Melaksanakan anemnesi

6) Menyusun rencana keperawatan sesuai batas kemampuannya

7) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai batas

kemampuannya, dengan cara:

a. Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai dengan program

pengobatan

b. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan

keluarganya

8) Melatih/membantu pasien yang melakukan latihan gerak

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

70

9) Membantu merujuk pasien kepada institusi pelayanan

kesehatan lain yang lebih mampu sesuai instruksi dokter

10) Melakukan tindakan kedaruratan kepada pasien gawat darurat

sesuai protap yang berlaku

11) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas

kemampuannya

12) Berperan serta membahas kasus dalam upaya meningkatkan

mutu standart asuhan keperawatan di gawat darurat

13) Melaksanakan tugas sore, malam, dan hari libur secara bergilir

sesuai jadwal dinas

14) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh dokter

penanggung jawab unit gawat darurat atau kepala ruangan

15) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang

keperawatan melalui pertemuan ilmiah dan penataran atas ijin

atasan

16) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan

keperawatan yang tepat dan benar sesuai standart

5.2 Distribusi Faktor Karakteristik Individu Responden

5.2.1 Umur Responden

Distribusi umur perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro

Djatikoesoemo Bojonegoro dapat dilihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut:

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

71

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Perawat Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Umur (thn) Jumlah Persentase (%)


<25 tahun 3 11,50
26 – 30 tahun 14 53,80
31 – 35 tahun 2 7,70
36 – 40 tahun 2 7,70
>40 tahun 5 19,20
Total 26 100,00

Kelompok umur perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro

Djatikoesoemo Bojonegoro dibagi menjadi 5 kelompok umur yaitu < 25 tahun. 26

– 30 tahun, 31 – 35 tahun, 36 – 40 tahun, dan > 40 tahun. Berdasarkan tabel 5.1

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 26 – 30 tahun yakni

sebanyak 53,8%. Responden yang memiliki umur > 40 tahun sebanyak 19,2%,

selanjutnya responden yang memiliki umur < 25 tahun sebanyak 11,5%,

kemudian responden pada rentan umur 31 – 35 tahun dan 36 – 40 tahun memiliki

prosentase yang sama yakni 7,7%. Umur responden termuda berada pada range <

25 tahun yaitu berumur 21 tahun, sedangkan umur responden tertua berada pada

range > 40 tahun yaitu berumur 45 tahun. Rata-rata umur responden adalah 32

tahun.

5.2.2 Jenis Kelamin Responden

Distribusi jenis kelamin perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

Sososdoro Djatikoesoemo Bojonegoro dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut:

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

72

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Perawat


Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro

Jenis Kelamin n Persentase (%)


Laki – laki 11 42,30
Perempuan 15 57,70
Total 26 100,00

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa perawat Instalasi Gawat Darurat

Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro sebanyak 57,7% berjenis

kelamin laki – laki dan sebanyak 42,3% berjenis kelamin perempuan.

5.2.3 Masa Kerja Responden

Masa kerja responden diklasifikasikan menjadi 5 kategori yaitu masa kerja 1

– 5 tahun, masa kerja 6 – 10 tahun, masa kerja 11 – 15 tahun, masa kerja 16 – 20

tahun, dan masa kerja > 20 tahun. Distribusi masa kerja responden dapat dilihat

pada Tabel 5.3 sebagai berikut:

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Perawat Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Masa Kerja (thn) n Persentase (%)


1 – 5 tahun 12 46,30
6 – 10 tahun 8 30,80
16 – 20 tahun 4 15,40
>21 tahun 2 7,70
Total 26 100,00

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki masa kerja 1 – 5 tahun yakni sebanyak 46,3%. Selanjutnya sebanyak

30,8% responden memiliki rentang masa kerja 1 – 10 tahun, 15,4% memiliki


viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

73

rentang masa kerja 16 – 20 tahun, dan 7,7% memiliki rentang masa kerja >21

tahun. Tidak ada responden yang memiliki masa kerja pada rentang 11 – 15 tahun.

Masa kerja responden terpendek berada pada range 1 – 5 tahun yaitu memiliki

masa kerja 1 tahun sedangkan masa kerja responden terlama pada range > 21

tahun yakni memiliki masa kerja selama 30 tahun. Rata-rata masa kerja responden

adalah 8 tahun.

5.2.4 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi 3 yaitu Diploma 3

(D3), Sarjana perguruan tinggi strata 1 (S1), dan pendidikan Profesi perawat.

Berikut merupakan tabel distribusi tingkat pendidikan responden:

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Perawat


Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Tingkat Pendidikan n Persentase (%)


D3 15 57,70
S1 9 34,60
Profesi 2 7,70
Total 26 100,00

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

mempunyai tingkat pendidikan pada jenjang Diploma 3 (D3) yakni sebanyak

57,7%. Kemudian 34,6% responden mempunyai jenjang pendidikan Sarjana

perguruan tinggi strata 1 (S1) dan 7,7% responden mempunyai jenjang pendidikan

Profesi.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

74

5.2.5 Tipe Kepribadian Responden

Tipe kepribadian responden dibagi menjadi 2 kategori yakni tipe

kepribadian A dan tipe kepribadian B. Berikut merupakan tabel distribusi tipe

kepribadian responden:

Tabel 5.5 Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian pada Perawat Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Tipe Kepribadian n Persentase (%)


Tipe Kepribadian A 1 3,80
Tipe Kepribadian B 25 96,20
Total 26 100,00

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki tipe kepribadian B yakni sebanyak 96,2% dan hanya 3,8% responden

memiliki tipe kepribadian A.

5.2.6 Dukungan Sosial Responden

Dukungan sosial responden dibagi menjadi 3 kategori yakni dukungan

sosial kurang, dukungan sosial cukup, dan dukungan sosial baik. Distribusi

dukungan sosial pada responden dapat dilihat pada tabel 5.6 sebagai berikut:

Tabel 5.6 Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian pada Perawat Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Dukungan Sosial n Persentase (%)


Kurang 5 19,20
Cukup 16 61,50
Baik 5 19,20
Total 26 100,00

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

75

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dukungan sosial yang dimiliki oleh

responden sebagian besar pada kategori dukungan sosial cukup yakni sebanyak

61,5%. Kemudian sebanyak 19,2% responden memiliki dukungan sosial baik dan

19,2% responden memiliki dukungan sosial kurang.

5.3 Distribusi Faktor Pekerjaan Responden

5.3.1 Konflik Interpersonal Responden

Konflik Interpersonal yang dialami oleh responden dikategorikan menjadi 3

tingkatan yakni rendah, sedang, dan tinggi. Distribusi konflik interpersonal pada

responden dapat dilihat pada Tabel 5.7 sebagai berikut:

Tabel 5.7 Responden Berdasarkan Konflik Interpersonal pada Perawat Instalasi


Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Konflik Interpersonal n Persentase (%)


Rendah 12 46,20
Sedang 14 53,80
Total 26 100,00

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebanyak 53,8% respoden

mengalami konflik interpersonal pada tingkat sedang, kemudian sisanya sebanyak

46,2% responden mengalami konflik interpersonal pada tingkat rendah. Tidak ada

responden yang mengalami konflik interpersonal pada tingkat tinggi.

5.3.2 Beban Kerja Responden

Kategori beban kerja yang dimiliki responden dikelompokkan menjadi 3

tingkatan yakni beban kerja ringan, beban kerja sedang, dan beban kerja tinggi.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

76

Distribusi beban kerja pada responden dapat dilihat pada Tabel 5.8 sebagai

berikut:

Tabel 5.8 Responden Berdasarkan Beban Kerja pada Perawat Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Beban Kerja n Persentase (%)


Sedang 15 57,70
Berat 11 42,30
Total 26 100,00

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa sebanyak 57,7% respoden

memiliki beban kerja pada tingkat sedang, kemudian sisanya sebanyak 42,3%

responden memiliki beban kerja pada tingkat berat. Tidak ada responden yang

masuk dalam kategori beban kerja ringan.

5.3.3 Tuntutan Mental Responden

Tuntutan mental pada responden dibagi menjadi 3 kategori yakni tuntutan

mental ringan, tuntutan mental sedang, dan tuntutan mental berat. Distribusi

tuntutan mental pada responden dapat dilihat pada Tabel 5.9 sebagai berikut:

Tabel 5.9 Responden Berdasarkan Tuntutan Mental pada Perawat Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Tuntutan Mental n Persentase (%)


Sedang 11 42,30
Berat 15 57,70
Total 26 100,00

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sebanyak 57,7% respoden

memiliki tuntutan mental kategori berat, kemudian sebanyak 42,3% responden

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

77

memiliki tuntutan mental kategori sedang, Tidak ada responden yang memiliki

tuntutan mental ringan.

5.3.4 Kontrol Terhadap Pekerjaan Responden

Kontrol terhadap pekerjaan pada responden dibagi menjadi 3 kategori yakni

kontrol terhadap pekerjaan kurang, kontrol terhadap pekerjaan cukup, dan kontrol

terhadap pekerjaan baik. Distribusi tuntutan mental pada responden dapat dilihat

pada Tabel 5.10 sebagai berikut:

Tabel 5.10 Responden Berdasarkan Kontrol Terhadap Pekerjaan pada Perawat


Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro

Kontrol Terhadap Pekerjaan n Persentase (%)


Kurang 16 61,50
Cukup 10 38,50
Total 26 100,00

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat diketahui bahwa sebanyak 61,5% respoden

memilik kontrol terhadap pekerjaan pada tingkat kurang, kemudian sebanyak

38,5,3% responden memiliki kontrol terhadap pekerjaan pada tingkat cukup.

Tidak ada responden memiliki kontrol terhadap pekerjaan pada tingkat baik.

5.4 Distribusi Risiko Stres Kerja Responden

Kategori Stres Kerja pada perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

Sosodoro Djatikoesoemo terbagi menjadi 4, yaitu tingkat risiko stres rendah,

sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Distribusi responden menurut tingkat risiko stres

dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.11 sebagai berikut:

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

78

Tabel 5.11 Distribusi Risiko Stres Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Tingkat Risiko Stres Kerja n Persentase (%)


Rendah 4 15,40
Sedang 18 69,20
Tinggi 4 15,40
Total 26 100,00

Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mengalami tingkat risiko stres kerja sedang yaitu sebanyak 69,2%. Kemudian

responden yang mengalami risiko stres kerja tinggi dan rendah memiliki

prosentase yang sama yakni sebanyak 15,4%. Tidak ada responden yang

mengalami tingkat risiko stres kerja yang sangat tinggi.

5.5 Tabulasi Silang Antara Risiko Stres Kerja dengan Faktor Karakteristik

Individu dan Faktor Pekerjaan Responden

5.5.1 Tabulasi Silang Antara Risiko Stres Kerja dengan Umur Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil data

responden dengan kisaran umur 21 – 45 tahun. Kelompok umur 26 – 30 tahun

lebih banyak mengalami risiko stres kerja. Diketahui bahwa responden dengan

kelompok umur < 25 tahun sebanyak 100% mengalami risiko stres kerja pada

tingkat sedang, tidak ada responden yang mengalami risiko stres kerja pada

tingkat rendah dan tinggi. Kemudian pada kelompok responden berumur 26 – 30

tahun 14,3% mengalami risiko stres kerja rendah 21,4% mengalami risiko stres

kerja rendah, 64,3% mengalami risiko stres kerja rendah. Responden pada

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

79

kelompok umur 31 – 35 tahun sebanyak 100% mengalami risiko stres kerja

sedang, tidak ada yang mengalami mengalami risiko stres kerja rendah dan tinggi.

Responden pada kelompok umur 36 – 40 tahun masing-masing sebanyak 50%

mengalami risiko stres kerja sedang dan tinggi, tidak ada responden yang memilik

risiko stres kerja rendah. Selanjutnya responden pada keompok umur > 40 tahun

sebanyak 40% mengalami risiko stres kerja rendah, 60% mengalami risiko stres

kerja sedang, dan tidak ada responden yang mengalami risiko stres kerja tinggi.

Rata-rata umur responden yakni 31 tahun. Hasil data risiko stres kerja berdasarkan

umur responden sebagai berikut:

Tabel 5.12 Risiko Stres Kerja dengan Rata-rata Umur pada Perawat Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Umur
Risiko Koefisien
26-30 31-35 36-40
Stres <25 tahun >40 tahun Korelasi
tahun tahun tahun
Kerja
n % n % n % n % n %
Rendah 0 0 2 14,0 0 0 0 0 2 40,0
Sedang 3 100 9 64,3 2 100 1 50,0 3 60,0 -0,172
Tinggi 0 0 3 21,4 0 0 1 50,0 0 0
Total 3 100 14 100 2 100 2 100 5 100

Pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa rata-rata responden yang mengalami

risiko stres kerja tingkat rendah adalah berumur 37 tahun, sedangkan rata-rata

responden yang mengalami risiko stres kerja tingkat sedang dan tinggi adalah

berumur 31 tahun. Tidak ada responden yang mengalami risiko stres kerja tingkat

sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik Spearman Correlation Test, diperoleh

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

80

angka -0,172 yang berarti bahwa kuat hubungan antara faktor umur dan risiko

stres kerja sangat lemah dan bernilai negatif (tidak searah).

5.5.2 Tabulasi Silang Antara Risiko Stres Kerja dengan Masa Kerja

Responden

Responden memiliki risiko stres kerja dengan rata-rata lama masa kerja

sebagai berikut:

Tabel 5.13 Risiko Stres Kerja dengan Rata-rata Masa Kerja pada Perawat Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Risiko Masa Kerja Koefisien


Stres 1-5 tahun 6-10 tahun 16-20 tahun >20 tahun Korelasi
Kerja n % n % n % n %
Rendah 2 16,7 0 0 1 25,0 1 50,0
Sedang 7 58,3 7 87,5 3 75,0 1 50,0 -0,248
Tinggi 3 25,0 1 12,5 0 0 0 0,0
Total 12 100 8 100 4 100 2 100

Pada tabel 5.13 diketahui bahwa responden dengan kelompok masa kerja 1

– 5 tahun sebanyak 16,7% mengalami risiko stres kerja pada tingkat rendah,

58,3% mengalami risiko stres kerja pada tingkat sedang, 25% mengalami risiko

stres kerja pada tingkat tinggi. Kemudian pada kelompok masa kerja 6 – 10 tahun

87,5% mengalami risiko stres kerja sedang, 12,5% mengalami risiko stres kerja

tinggi, tidak ada responden yang mengalami risiko stres kerja rendah. Responden

pada kelompok masa kerja 16 – 20 tahun sebanyak 25% mengalami risiko stres

kerja rendah, 75% mengalami risiko stres kerja sedang, tidak ada yang mengalami

mengalami risiko stres kerja tinggi. Selanjutnya responden pada kelompok masa >

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

81

20 tahun masing-masing sebanyak 50% mengalami risiko stres kerja sedang dan

tinggi, tidak ada responden yang memilik risiko stres kerja rendah. Tidak ada

responden yang mengalami risiko stres kerja pada kelompok masa kerja 11 – 15

tahun. Responden yang mengalami risiko stres kerja rendah mempunyai rata-rata

masa kerja 13 tahun, kemudian responden yang mengalami risiko stres kerja

sedang mempunyai rata-rata masa kerja 8 tahun. Selanjutnya responden yang

memiliki risiko stres kerja tinggi mempunyai rata-rata masa kerja 4 tahun.

Berdasarkan hasil uji statistik Spearman Correlation Test, diperoleh angka -0,248

yang berarti bahwa kuat hubungan antara faktor masa kerja dan risiko stres kerja

sangat lemah dan bernilai negatif (tidak searah).

5.5.3 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Tingkat Pendidikan

Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil data risiko

stres kerja berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki responden sebagai

berikut:

Tabel 5.14 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Tingkat Pendidikan pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro

Tingkat Pendidikan
Koefisien
Risiko Stres Kerja D3 S1 Profesi
Korelasi
n % n % n %
Rendah 1 6,70 2 22,20 1 50,00
Sedang 12 80,00 5 55,60 1 50,00
-0,185
Tinggi 2 13,30 2 22,20 0 0,00
Total 15 100,00 9 100,00 2 100,00

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

82

Berdasarkan Tabel 5.14 menunjukkan bahwa risiko stres kerja lebih

banyak dialami oleh responden yang memiliki tingkat pendidikan Diploma 3

(D3). Responden yang memiliki tingkat pendidikan Diploma 3 (D3) memiliki

risiko stres kerja redah sebesar 6,7%, risiko stres kerja sedang sebesar 80%, risiko

stres kerja tinggi sebesar 13,3%. Selanjutnya responden yang memiliki tingkat

pendidikan Sarjana strata 1 (S1) memiliki risiko stres kerja redah sebesar 22,2%,

risiko stres kerja sedang sebesar 55,6%, risiko stres kerja tinggi sebesar 22,2%.

Kemudian responden yang memiliki tingkat pendidikan Profesi memiliki risiko

stres kerja redah dan sedang masing-masing sebesar 50% dan tidak ada responden

yang memiliki memiliki risiko stres tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik

Spearman Correlation Test, diperoleh angka -0,185 yang berarti bahwa kuat

hubungan antara faktor tingkat pendidikan dan risiko stres kerja sangat lemah dan

bernilai negatif (tidak searah).

5.5.4 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Dukungan Sosial

Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dukungan sosial dibagi

menjadi tiga kategori yakni kategori kurang, kategori cukup, dan kategori baik.

Didapatkan hasil data risiko stres kerja berdasarkan dukungan sosial yang dimiliki

responden sebagai berikut:

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

83

Tabel 5.15 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Dukungan Sosial pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro

Dukungan Sosial
Risiko Stres Koefisien
Kurang Cukup Baik
Kerja Korelasi
n % n % n %
Rendah 0 0,00 2 12,50 2 40,00
Sedang 1 20,00 14 87,50 3 60,00
-0.671
Tinggi 4 80,00 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 16 100,00 5 100,00

Berdasarkan Tabel 5.15 diketahui bahwa responden yang memiliki

dukungan sosial yang kurang mengalami risiko stres kerja sedang sebesar 20%,

risiko stres kerja tinggi sebesar 80%. Kemudian responden yang memiliki

dukungan sosial yang cukup mengalami risiko stres kerja rendah sebesar 12,5%,

risiko stres kerja sedang sebesar 87,5%. Sedangkan responden yang memiliki

dukungan sosial yang baik mengalami risiko stres kerja rendah sebesar 40%,

risiko stres kerja sedang sebesar 60%. Tidak ada responden dengan dukungan

sosial cukup dan baik yang memiliki risiko stres kerja tinggi. Berdasarkan hasil

uji statistik Spearman Correlation Test, diperoleh angka -0,671 yang berarti kuat

hubungan antara faktor masa kerja dan risiko stres kerja sangat lemah dan bernilai

negatif (tidak searah).

5.5.5 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Tipe Kepribadian

Responden

. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil data risiko

stres kerja berdasarkan tipe kepribadian responden sebagai berikut:

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

84

Tabel 5.16 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Tipe Kepribadian pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro

Tipe Kepribadian
Risiko Stres Koefisien
A B
Kerja Kontingensi
n % n %
Rendah 0 0,00 4 16,00
Sedang 0 0,00 18 72,00
0,425
Tinggi 1 100,00 3 12,00
Total 1 100,00 25 100,00

Berdasarkan tabel 5.16 kategori tipe kepribadian responden dibagi menjadi

2 yakni tipe Kepribadian A dan tipe kepribadian B. Hasil menujukkan bahwa

100% responden dengan tipe kepribadian A memiliki risiko stres kerja tinggi.

Kemudian responden dengan tipe kepribadian B sebesar 16% memiliki risiko

stres kerja rendah, 72% risiko stres kerja tinggi, dan 12% memiliki risiko stres

kerja tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik Coefficient Contingency Test, diperoleh

angka 0,425 yang berarti kuat hubungan antara faktor tipe kepribadian dan risiko

stres kerja sedang.

5.5.6 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan responden terdri dari perawat

laki-laki dan perawat perempuan. Didapatkan hasil data risiko stres kerja

berdasarkan jenis kelamin pada perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro sebagai berikut:

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

85

Tabel 5.17 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Jenis Kelamin pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro

Jenis Kelamin
Risiko Stres Koefisien
Laki-Laki Perempuan
Kerja Kontingensi
n % n %
Rendah 3 27,30 1 6,70
Sedang 7 63,60 11 73,30
0,287
Tinggi 1 9,10 3 20,00
Total 11 100,00 15 100,00

Berdasarkan tabel 5.17 menunjukkan bahwa responden dengan jenis

kelamin laki-laki yang mengalami risiko stres kerja rendah sebesar 27,3%, risiko

stres kerja sedang sebesar 63,6%, risiko stres kerja tinggi sebesar 9,1%.

Sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami risiko

stres kerja rendah sebesar 6,7%, risiko stres kerja sedang sebesar 73,3%, risiko

stres kerja tinggi sebesar 20%. Berdasarkan hasil uji statistik Coefficient

Contingency Test, diperoleh angka 0,287 yang berarti kuat hubungan antara faktor

jenis kelamin dan risiko stres kerja sedang.

5.5.7 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Konflik Interpersonal

Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil data risiko

stres kerja berdasarkan konflik interpersonal yang dialami responden sebagai

berikut:

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

86

Tabel 5.18 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Konflik Interpersonal pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro

Konflik Interpersonal
Risiko Stres Koefisien
Rendah Sedang
Kerja Korelasi
n % n %
Rendah 2 16,70 2 14,30
Sedang 8 66,70 10 71,40
0,000
Tinggi 2 16,60 2 14,30
Total 12 100,00 14 100,00

Tabel 5.18 menunjukkan bahwa responden yang memiliki konflik

interpersonal rendah mengalami sebesar 16,7% risiko stres kerja rendah, 66,7%

risiko stres kerja sedang, dan 16,6% risiko stres kerja tinggi. Sedangkan

responden yang memiliki konflik interpersonal sedang mengalami sebesar 14,3%

risiko stres kerja rendah, 71,4% risiko stres kerja sedang, dan 14,3% risiko stres

kerja tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik Spearman Correlation Test, diperoleh

angka 0,000 yang berarti tidak ada hubungan antara konflik interpersonal dan

risiko stres kerja dan bernilai positif (searah).

5.5.8 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Beban Kerja Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tidak ada responden dengan

beban kerja berat yang memiliki risiko stres kerja rendah. Berdasarkan hasil uji

statistik Spearman Correlation Test, diperoleh angka 0,421 yang berarti kuat

hubungan antara faktor beban kerja dan risiko stres kerja sedang dan bernilai

positif (searah). Hasil data risiko stres kerja berdasarkan beban kerja yang

dirasakan responden dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut:

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

87

Tabel 5.19 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Beban Kerja pada Perawat
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro

Beban Kerja
Risiko Stres Koefisien
Sedang Berat
Kerja Korelasi
n % n %
Rendah 4 26,70 0 0,00
Sedang 10 66,70 8 72,70
0,421
Tinggi 1 6,60 3 27,30
Total 15 100,00 11 100,00

Tabel 5.19 menunjukkan bahwa responden dengan beban kerja sedang

mengalami sebesar 26,7% risiko stres kerja rendah, 66,7% risiko stres kerja

sedang, dan 6,6% risiko stres kerja tinggi. Sedangkan responden dengan beban

kerja berat mengalami sebesar 72,7% risiko stres kerja sedang, dan 27,3% risiko

stres kerja tinggi.

5.5.9 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Tuntutan Mental

Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tuntutan mental responden

dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang, dan berat. Berdasarkan hasil uji

statistik Spearman Correlation Test, diperoleh angka 0,140 yang berarti kuat

hubungan antara faktor tuntutan mental dan risiko stres kerja sangat lemah dan

bernilai positif (searah). Didapatkan hasil data risiko stres kerja berdasarkan

tuntutan mental yang dialami responden sebagai berikut:

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

88

Tabel 5.20 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Tuntutan Mental pada
Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro

Tuntutan Mental
Koefisien
Risiko Stres Kerja Sedang Berat
Korelasi
n % n %
Rendah 2 18,20 2 13,30
Sedang 8 72,70 10 66,70
0,140
Tinggi 1 9,10 3 20,00
Total 11 100,00 15 100,00

Berdasarkan tabel 5.20 dapat dilihat bahwa responden dengan tuntutan

mental sedang mengalami sebesar 18,2% risiko stres kerja rendah, 72,7% risiko

stres kerja sedang, dan 9,1% risiko stres kerja tinggi. Sedangkan responden

dengan tuntutan mental berat mengalami sebesar 13,3% risiko stres kerja rendah,

66,7% risiko stres kerja sedang, dan 20% risiko stres kerja tinggi.

5.5.10 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Kontrol Terhadap

Pekerjaan Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kontrol terhadap pekerjaan

responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurang, cukup, dan baik.

Berdasarkan hasil uji statistik Spearman Correlation Test, diperoleh angka 0,000

yang berarti tidak ada hubungan antara faktor kontrol terhadap pekerjaan dan

risiko stres kerja dan bernilai positif (searah). Hasil data risiko stres kerja

berdasarkan kontrol terhadap pekerjaan pada responden sebagai berikut:

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

89

Tabel 5.21 Tabulasi Silang Antara Stres Kerja dengan Kontrol Terhadap
Pekerjaan pada Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

Kontrol Terhadap Pekerjaan


Risiko Stres Koefisien
Kurang Cukup
Kerja Korelasi
n % n %
Rendah 3 18,80 1 10,00
Sedang 10 62,50 8 80,00
0,000
Tinggi 3 18,80 1 10,00
Total 16 100,00 10 100,00

Berdasarkan tabel 5.21 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

kontrol terhadap pekerjaan pada tingkat kurang mengalami sebesar 18,8% risiko

stres kerja rendah, 62,5% risiko stres kerja sedang, dan 18,8% risiko stres kerja

tinggi. Kemudian responden yang memiliki kontrol terhadap pekerjaan pada

tingkat cukup mengalami 10% risiko stres kerja rendah, 80% risiko stres kerja

sedang, dan 10% risiko stres kerja tinggi.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Faktor Karakteristik Individu Responden

6.1.1 Analisis Faktor Umur dengan Risiko Stres Kerja Responden

Umur responden terhitung mulai saat dilahirkan sampai pada saat

responden mengisi kuesioner. Pengelompokan umur menurut Depkes RI (2009)

dikategorikan menjadi masa remaja akhir 17 – 25 tahun, masa dewasa awal 26 –

35 tahun, masa dewasa akhir 36 – 45 tahun, masa lansia awal 46 – 55 tahun, masa

lansia akhir 56 – 65 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui umur responden

paling banyak berada pada rentang umur 26 – 30 tahun sehingga masuk dalam

kategori umur masa dewasa awal. Menurut Ansori dan Martiana (2017),

menyebutkan bahwa seseorang yang telah dewasa memiliki kecenderungan untuk

dapat mengontrol kondisi stres dibandingkan dengan seseorang yang berada pada

masa remaja atau masa lansia. Sehingga umur memiliki hubungan dengan

toleransi seseorang terhadap stresor yang diterimanya. Seseorang yang berada

pada umur dewasa memiliki toleransi yang lebih baik terhadap stres.

Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata umur responden yang mengalami

risiko stres kerja tingkat rendah ialah 37 tahun, sedangkan rata-rata umur

responden yang mengalami risiko stres kerja tingkat sedang dan tinggi ialah 31

tahun. Hal tersebut dapat diartikan adanya kecenderungan semakin muda umur

responden memiliki toleransi yang kurang terhadap stresor yang diterima


vii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

91

sehingga meningkatkan risiko stres kerja. Hasil yang diperoleh dari uji statistik

pada penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi 0,172 antara risiko stres kerja

dan umur responden. Hal tersebut menandakan kuat hubungan yang sangat lemah,

kemudian memiliki arah negatif yang berarti hubungan berjalan tidak searah atau

semakin bertambahnya umur responden maka semakin rendah risiko stres kerja

yang dialami.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Fitri (2013) menyebutkan bahwa pekerja yang memiliki

umur lebih muda lebih rentan untuk mengalami stres kerja. Hal tersebut

disebabkan oleh semakin tua umur seorang pekerja maka akan semakin rendah

kemungkinan menderita stres kerja. Pekerja dengan umur yang lebih tua

cenderung mempunyai kondisi kesehatan mental yang lebih baik dibanding

pekerja dengan usia yang lebih muda. Hasil serupa juga diperoleh pada penelitian

yang dilakukan oleh Ansori dan Martiana (2017) bahwa umur memiliki kuat

hubungan cukup dan tidak searah terhadap timbulnya stres kerja yang berarti

semakin rendah usia seseorang maka stres kerja semakin tinggi. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Hansson et al (2001) mengemukakan bahwa stress kerja yang

dialami oleh pekerja berumur tua cenderung rendah. Hal ini dikarenakan pada

pekerja yang berusia tua cenderung lebih matang sehingga memiliki kemampuan

mengolah stresor yang diterima dengan lebih baik daripada pekerja dengan usia

muda. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

92

oleh Karima (2014) didapatkan bahwa variabel umur berhubungan lemah dan

positif dengan stres kerja sehingga berarti bahwa peningkatan umur seseoraang

pekerja akan semakin meningkatkan tingkat stres kerja yang dialami oleh pekerja.

Lain halnya penelitian yang dilakukan Prabowo (2009) mengemukakan bahwa

tidak adanya hubungan antara umur seseorang dengan stres kerja. Variabel umur

sulit dianalisis dikarenakan karena terdapat banyak faktor lain dalam karakteristik

individu yang ikut memengaruhi hubungan terhadap timbulnya risiko stres kerja.

Selain itu dengan bertambahnya umur seseorang maka bertambah pula

pengalaman, pengetahuan dan rasa tanggung jawab akan menjadi lebih tinggi, di

mana hal ini akan menutupi kekurangan dan membuat seseorang lebih mudah

dalam beradaptasi.

6.1.2 Analisis Faktor Jenis Kelamin dengan Risiko Stres Kerja Responden

Teori yang dikemukakan oleh Suma’mur (1994) menjelaskan bahwa antara

laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan fisik (otot) yang berbeda.

Perempuan memiliki kecenderungan cepat lelah sehingga stres kerja lebih banyak

dialami perempuan. Selain itu stres kerja juga dipengaruhi dengan adanya siklus

haid pada wanita yang dapat memengaruhi kondisi emosionalnya. Emosi yang

tidak stabil dapat memperberat risiko stres kerja yang dialaminya.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa

responden dengan jenis kelamin perempuan memiliki persentase risiko stres kerja

lebih banyak daripada responden laki-laki. Risiko stres kerja pada tingkat sedang

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

93

dan tinggi lebih banyak dialami oleh responden perempuan dibanding laki-laki.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden perempuan memiliki kecenderungan

untuk mengalami risiko stres kerja dibandingkan laki-laki.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ansori

dan Martiana (2017) menunjukkan bahwa perempuan memiliki persentase lebih

besar terhadap stres dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut dimungkinkan

karena pekerja dengan jenis kelamin perempuan memiliki kemampuan fisik lebih

lemah daripada laki-laki namun memiliki tuntutan pekerjaan yang lebuh tinggi.

Selain menghadapi stresor yang berasal dari lingkungan pekerjaan mereka juga

dituntut untuk menyiapkan keperluan keluarga seperti memasak, mengurus anak

setelah pulang dari bekerja, sehingga cenderung mengalami kelelahan yang dapat

memicu terjadinya stres. Hal ini juga sejalan dengan ILO (2001) yang

menyebutkan bahwa perempuan lebih berisiko mengalami stres kerja yang dapat

berdampak pada timbulnya penyakit akibat stres serta tingginya keinginan untuk

meninggalkan pekerjaannya.

6.1.3 Analisis Faktor Masa Kerja dengan Risiko Stres Kerja Responden

Menurut Munandar (2001) menyebutkan bahwa masa kerja berhubungan

dengan pengalaman pekerja dalam menghadapi permasalahan di tempat kerja.

Masa kerja yang berhubungan dengan stres kerja berkaitan dalam menimbulkan

kejenuhan dalam bekerja. Pekerja yang telah bekerja lebih dari lima tahun

memiliki kecenderungan kejenuhan kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

94

pekerja baru. Kejenuhan ini yang kemudian dapat berdampak pada timbulnya

stres di tempat kerja.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang

mengalami risiko stres kerja mayoritas berada pada rentang masa kerja 1 – 5

tahun. Responden yang mengalami risiko stres kerja tingkat rendah memiliki rata-

rata masa kerja 13 tahun, risiko stres kerja tingkat sedang dengan rata-rata masa

kerja 8 tahun dan risiko stres kerja tingkat tinggi dengan rata-rata masa kerja 4

tahun. Hal tersebut dapat diartikan bahwa responden yang memiliki masa kerja

lebih pendek memiliki kemungkinan risiko stres kerja lebih besar. Hasil yang

diperoleh dari uji statistik pada penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi

0,248 antara risiko stres kerja dan masa kerja responden. Hal tersebut

menandakan kuat hubungan yang sangat lemah, kemudian memiliki arah negatif

yang berarti hubungan berjalan tidak searah atau semakin lama masa kerja

responden maka semakin rendah risiko stres kerja yang dialami.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2013) bahwa

masa kerja memiliki pengaruh penting dalam memicu munculnya stres kerja.

Pekerja dengan masa kerja yang lebih pendek mempunyai kemungkinan lebih

besar untuk mengalami stres kerja. Hal tersebut dapat terjadi akibat beban tugas

dan tekanan yang dimiliki pekerja pada tahun-tahun pertama pekerjaannya sangat

besar sehingga dapat memicu munculnya stres kerja. Sedangkan pekerja dengan

masa kerja lebih lama mempunyai kemampuan dan pemahaman yang lebih baik

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

95

mengenai pekerjaannya dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai masa

kerja lebih pendek. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Irkhami (2015) bahwa semakin tinggi masa kerjanya maka semakin rendah

stres kerjanya. Namun, hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Karima (2014) yang menyebutkan bahwa semakin lama masa kerja akan

menyebabkan tingkat stres kerja yang dialami seseorang semakin tinggi. Hal ini

dikarenakan pekerja yang memiliki masa kerja lebih lama biasanya memiliki

permasalahan kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan pekerja dengan masa

kerja yang masih sedikit sehingga pekerja yang memiliki masa kerja lebih lama

akan mengalami tingkat stres yang lebih tinggi.

6.1.4 Analisis Faktor Tingkat Pendidikan dengan Risiko Stres Kerja

Responden

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang

memiliki risiko stres kerja mayoritas memiliki tingkat pendidikan Diploma 3

(D3). Hasil yang diperoleh dari uji statistik pada penelitian ini menunjukkan

koefisien korelasi 0,185 antara risiko stres kerja dan tingkat pendidikan

responden. Hal tersebut menandakan kuat hubungan yang sangat lemah,

kemudian memiliki arah negatif yang berarti hubungan berjalan tidak searah atau

semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin rendah risiko stres

kerja yang dialami. Penelitian lain yang mendukung adalah hasil dari penelitian

yang dilakukan oleh Gobel et al (2014) menunjukkan adanya hubungan antara

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

96

tingkat pendidikan dengan stres kerja pada perawat yang bertugas di IGD RSUD

Datoe Binangkang Kota Kotamabagu bahwa seluruh rsponden yang memiliki

tingkat pendidikan paling rendah mengalami stres kerja. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irkhami (2015) yakni semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah tingkat stresnya. Hal

lain dijelaskan oleh Saikhunudin (2009), bahwa Pegawai dengan pendidikan

rendah tidak selalu mengalami stres kerja dan pegawai dengan pendidikan

perguruan tinggi pun juga tidak bisa dipastikan bahwa mereka akan terbebas dari

kemungkinan mengalami stres kerja.

6.1.5 Analisis Faktor Tipe Kepribadian dengan Risiko Stres Kerja

Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 100% responden dengan tipe

kepribadian A memiliki risiko stres kerja tingkat tinggi. Jika dibandingkan dengan

tipe kepribadian B, mayoritas mengalami risiko stres kerja tingkat sedang.

Sehingga dapat dilihat bahwa kecenderungan mengalami stres kerja dimiliki oleh

responden dengn tipe kepribadian A. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori

penggolongan kepribadian tipe A dan tipe B oleh Friedman dan Rosenman (1974)

yang menyebutkan bahwa salah satu ciri seseorang dengan tipe kepribadian A

adalah mudah mengalami stres. Menurut Mcleod (2011) menyebutkan bahwa

seseorang yang memiliki kepribadian tipe A cenderung bersifat ambisius, tidak

sabar, agresif dan sangat kritis. Seseorang dengan tipe kepribadian A selalu

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

97

berusaha mencapai tujuan tanpa memperdulikan perasaan bahagia dalam diri

mereka. Seseorang dengan tipe kepribadian A cenderung bereaksi secara

berlebihan sehingga memiliki tekanan darah yang tinggi serta membuat mudah

marah sehingga cenderung mengalami permusuhan dengan lingkungan

disekitarnya. Sejalan dengan penelitian ini hasil penelitian yang dilakukan oleh

Karima (2014) menyebutkan bahwa peningkatan sikap yang berkaitan dengan

pekerja dengan tipe kepribadian A akan semakin meningkatkan stres kerja yang

dialami.

6.1.6 Analisis Faktor Dukungan Sosial dengan Risiko Stres Kerja Responden

Menurut Karodecka (2018) menjelaskan bahwa dukungan sosial yang baik

dapat berdampak positif bagi kesehatan pekerja. Hal ini dikarenakan lingkungan

sosial dalam pekerjaan yang baik dapat mencegah timbulnya faktor yang dapat

menyebabkan stres di tempat kerja. Menurut Suerni (2012), tingkat stres kerja

perawat akan semakin tinggi jika tidak mendapat dukungan sosial yang baik di

tempat kerja.

Dukungan sosial yang dimiliki oleh responden pada penelitian ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki dukungan sosial yang cukup

di tempat kerja. Pada uji statistik penelitian ini, diperoleh hasil koefisian korelasi

0,671 yang menunjukkan bahwa kuat hubungan antara stres kerja dan dukungan

sosial responden kuat dan berlawanan arah. Hal tersebut dapat diartikan bahwa

semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh, maka semakin tinggi stres kerja

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

98

yang dialami. Hasil pada penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Yana

(2015) di perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Pasar

Rebo, karena terdapat hubungan yang signifikan antara stres kerja dan dukungan

sosial yang dimiliki responden. Hal ini dapat terjadi dikarenakan dukungan sosial

yang dimiliki oleh responden mampu mengurangi risiko stres kerja yang

diakibatkan oleh tingginya stresor ditempat kerja yang dirasakan. Dukungan

sosial yang rendah dapat lebih berisiko meningkatkan stres kerja.

6.2 Faktor Pekerjaan Responden

6.2.1 Analisis Faktor Konflik Interpersonal dengan Risiko Stres Kerja

Responden

Menurut Cox (2000) dalam Pramudya (2008) konflik interpersonal

merupakan salah satu faktor yang berpotensi menimbulkan stres kerja pada

pekerja. Konflik interpersonal dapat membawa pengaruh terhadap dukungan

sosial yang diperoleh di tempat kerja. Jika terjadi konflik interpersonal di tempat

kerja, hubungan yang terjalin antar pekerja di tempat kerja akan merenggang.

Sehingga, akan mengurangi dukungan sosial antar sesama pekerja. Namun

perbedaan pendapat antar individu yang bisa menjadi pemicu terjadinya konflik

interpersonal di tempat kerja pasti tidak dapat dihilangkan, hanya saja perbedaan

tersebut bisa dikendalikan agar tidak berkembang menjadi situasi

ketidaksepakatan yang memanas sehingga mempengaruhi kualitas hubungan

interpersonal pekerja.
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

99

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki

konflik interpersonal pada tigkat sedang. Pada uji statistik penelitian ini, diperoleh

hasil koefisian korelasi 0,000 yang menunjukkan bahwa kuat hubungan yang

sangat lemah namun bernilai positif yang berarti searah. Hal tersebut dapat

diartikan bahwa semakin tinggi konflik interpersonal yang dimiliki oleh

responden, maka semakin tinggi stres kerja yang dialami. Hasil pada penelitian ini

sejalan dengan penelitian Karima (2014) yaitu diperoleh hasil yang positif

sehingga diartikan bahwa semakin tinggi konflik interpersonal yang dialami

pekerja maka akan semakin meningkatkan stres kerja yang dialami. Namun

hubungan antara kedua variabel tidak signifikan atau dapat dikatakan bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna.

6.2.2 Analisis Faktor Beban Kerja dengan Risiko Stres Kerja Responden

Jumlah beban kerja merupakan merupakan suatu kondisi dimana pekerja

memiliki sejumlah pekerjaan dalam jumlah banyak yang harus diselesaikan dalam

waktu terbatas sehingga pekerja memiliki ketidakmampuan untuk menangani

beban kerja yang dihadapinya. Jumlah beban kerja yang berlebihan maupun

jumlah beban kerja yang sedikit dapat menyebabkan timbulnya stres kerja. Jumlah

beban kerja yang terlalu banyak terjadi ketika terdapat pekerjaan dengan jumlah

yang terlalu banyak atau pekerja diharuskan menyelesaikan pekerjaan dibawah

tekanan waktu (Jundillah, 2017). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden memiliki beban kerja pada tigkat sedang. Pada uji statistik

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

100

penelitian ini, diperoleh hasil koefisian korelasi 0, 421 yang menunjukkan bahwa

kuat hubungan yang sedang namun bernilai positif yang berarti searah. Hal

tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi beban kerja yang dirasakan oleh

responden, maka semakin tinggi stres kerja yang dialami. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Almasitoh (2011) yang menunjukkan

bahwa jumlah beban kerja secara signifikan berkaitan dengan munculnya

sejumlah gejala stres kerja. Selain itu juga didukung oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh Suerni (2012) yang menemukan bahwa tingginya beban kerja

secara signifikan berhubungan dengan timbulnya ketidakpuasan kerja, gangguan

emosional, tingkat depresi yang tinggi dan munculnya sejumlah gejala

psikosomatis. Beban kerja yang dimiliki oleh perawat dalam menjalankan

tugasnya tidak saja menghadapi orang yang sedang sakit, namun juga berhadapan

dengan berbagai masalah lain seperti tuntutan dari keluarga pasien, peraturan,

tanggung jawab lain, prosedur, dan tim kesehatan lainnya.

6.2.3 Analisis Faktor Tuntutan Mental dengan Risiko Stres Kerja Responden

Tuntutan mental merupakan sumber teradinya stres terutama pada pekerjaan

yang menuntut interaksi secara langsung dengan orang lain khusunya pada

pekerjaan layanan jasa. Pekerjaan yang mengharuskan berinteraksi dengan orang

lain memiliki banyak sumber emosi yang bersifat negative seperti kesedihan,

mudah marah, tidak sabar dan lain sebagainya. Terlebih lagi apabila pekerja

sangat dituntut untuk selalu bersikap ramah terhadap klien seperti contoh perawat

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

101

kepada pasien. Hal tersebut bukanlah suatu perkara yang mudah untuk dilakukan

oleh seorang pekerja.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase responden

dengan tuntutan mental yang berat lebih banyak mengalami risiko stres kerja.

Mayoritas responden dengan tuntutan mental pada kategori berat memiliki risiko

stres kerja sedang dan tinggi. Hasil yang diperoleh dari uji statistik pada penelitian

ini menunjukkan koefisien korelasi 0,140 antara risiko stres kerja dan tuntutan

mental responden. Hal tersebut menandakan kuat hubungan yang sangat lemah,

kemudian memiliki arah positif yang berarti hubungan berjalan searah atau

semakin berat tuntutan mental yang dialami responden makan semakin tinggi pula

risiko stres kerja yang dialami. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Karima (2014) yang menyebutkan bahwa terdapat kuat hubungan

sedang dengan arah positif yang memiliki arti bahwa semakin tinggi tingkat

tuntutan mental yang dihadapi pekerja maka akan semakin meningkatkan stres

kerja yang dialami.

6.2.4 Analisis Faktor Kontrol Terhadap Pekerjaan dengan Risiko Stres

Kerja Responden

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki

kontrol terhadap pekerjaan yang kurang. Pada uji statistik penelitian ini, diperoleh

hasil koefisian korelasi 0,000 yang menunjukkan bahwa kuat hubungan yang

sangat lemah namun bernilai positif yang berarti searah. Hal tersebut dapat

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

102

diartikan bahwa semakin kurangnya kontrol terhadap pekerjaan, maka semakin

tinggi stres kerja yang dialami oleh responden. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Karima (2014), diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara stress kerja dan kontrol terhadap

pekerjaan. Hal ini juga sesuai dengan teori Lewin, et al, (2011) yang menjelaskan

bahwa kesempatan yang diberikan pada pekerja untuk mengontrol pekerjaan yang

mereka lakukan dapat meningkatkan kemudahan untuk pekerja saat

menyelesaikan pekerjaannya. Sehingga pekerja dapat menggunakan

kemampuannya untuk mengatasi hambatan yang dihadapi saat bekerja sehingga

mengurangi kemungkinan pekerja merasakan stres di tempat kerja.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 26 responden perawat

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Umur responden berkisar antara 21 – 45 tahun dengan rata-rata 31 tahun

dan paling banyak pada rentang 26 – 30 tahun. Kemudian memiliki masa

kerja 1 – 5 tahun dan jenis kelamin perempuan. Memiliki tingkat

pendidikan pada jenjang D3, dengan tipe kepribadian B, dan dukungan

sosial pada tingkat cukup.

2. Responden paling banyak memiliki konflik interpersonal tingkat sedang,

dengan beban kerja tingkat sedang. Kemudian memiliki tuntutan mental

tingkat berat , dan kontrol terhadap pekerjaan tingkat kurang .

3. Risiko stres kerja yang dialami oleh responden sebanyak 15,4% tingkat

tinggi, 15,4% tingkat rendah, dan 69,2% tingkat sedang. Faktor yang dapat

meningkatkan risiko stres kerja adalah jenis kelamin, tipe kepribadian,

beban kerja dan tuntutan mental. Sedangkan, faktor yang tidak

berhubungan dengan risiko stres kerja adalah konflik interpersonal dan

kontrol terhadap pekerjaan.

vii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

104

7.2 Saran

1. Rumah sakit melaksanakan upaya pengendalian administratif dalam bentuk

evaluasi SOP dan kebijakan pengaturan jadwal shift kerja pada perawat

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro.

2. Menjaga dan meningkatkan kualitas interaksi dan komunikasi aktif antar

tenaga kesehatan sehingga dapat meningkatkan dukungan sosial di

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro.

3. Melakukan desain ulang pekerjaan untuk menyesuaikan beban kerja

dengan kemampuan dan tanggung jawab yang harus diemban oleh perawat

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. 1995. Psikologi Industri dan Sosial. Semarang: Pustaka Jaya.

Anoraga, P. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Anoraga, P. 1998. Psikologi Industri dan Sosial. Semarang: Pustaka Jaya.

Atkinson, J.M., 1991. Mengatasi Stres ditempat Kerja. Jakarta: Binarupa Aksara

Ansori, R.R., Martiana, T. 2017. Hubungan Faktor Karakteristik Individu Dan


Kondisi Pekerjaan Terhadap Stress Kerja Pada Perawat Gigi. The
Indonesian Journal of Public Health. [e-journal] 12(1): 75-84. Tersedia
di: <https://e-journal.unair.ac.id/IJPH/article/download/7118/4289>
[diakses pada tanggal 4 November 2018]

Almasitoh, A.M. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja


Pada Perawat di Ruang Inap Kelas III RS X Jakarta Tahun 2017.
Thesis. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tersedia
di:
<http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35967/1/Nu
razizah-FKIK.pdf> [diakses tanggal 8 Februari 2019]

Ambarawati, D. 2014. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres Kerja terhadap


Kinerja Karyawn PT Pataya Raya Semarang. Thesis. Universitas
Diponegoro. Tersedia di:
<http://eprints.undip.ac.id/26382/1/Skripsi_Dwi_Septianto.pdf>
[diakses tanggal 6 Desember 2018]

Beehr, T.A., Newman, J.E. 1978. Job stress, employee health and organizational
effectiveness. Tersedia
di:<https://www.researchgate.net/publication/227961399_Job_stress_e
mployee_health_and_organizational_effectiveness_A_facet_analysis_
model_and_literature_review> [diakses tanggal 6 Desember 2018]

vii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

106

Bickford, M. 2005. Stress in Workplace: A General Overview of the Causes, the


Effect, and the Solution. Tersedia di:
<www.cmmhnl.ca/pdf/Work%20Place%20Stress.pdf> [diakses tanggal
6 Maret 2019]

Cartwright, S., Cooper, C.L., Murphy, L.R., 1995. Diagnosing a Healthy


Organisastion A Protective Approach to Stress in The Workplace.
Wasington: American Psychological Assosation.

Cooper, L.C., El-Batawi, M.A., Kalimo, R. 1987. Psychososial factors at Work.


Geneva: WHO

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profil Kesehatan Indonesia.


Jakarta: Depertemen Republik Indonesia.

Eviaty., Satiadarma, M.P. 2005. Persepsi Terhadap Dukungan Rekan Sekerja


dengan Gejala Bornout (studi pada perawat unit perawatan intensif.
Jurnal Phronesis [e-journal]. Tersedia di: <
http://eprints.undip.ac.id/11123/> [diakses tanggal 27 November 2018]

Fitri, A.M. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Stres Kerja pada Karyawan Bank (Studi Pada Karyawan Bank Bmt).
Jurnal Kesehatan Masyarakat, [e-journal] 3(2): pp.40-50. Tersedia di:
<http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm> [diakses tanggal 8
Oktober 2018]

Gibson, I. 1987. Organisasi: Proses Struktur Perilaku. Jakarta: Erlangga.

Gobel, R. S., Rattu, J. A. M., Akili, R. H. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Stress Keja Pada Perawat di Ruang ICU dan UGD RSUD Datoe
Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal Tumoutou [e-
journal] 2(1): pp.1-7. Tersedia di:
<fkm.unsrat.ac.id/wpcontent/uploads/2014/.../JURNAL_RYO_GOBEL_
091511073.pdf.> [diakses pada 3 Juli 2019]

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

107

Gunawati, R., Hartati, S., Listiara, A. 2006. Hubungan Antara Efektivitas


Komunikasi Mahasiswa Dosen Pembimbing Utama Skripsi dengan
Stres Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran. Jurnal Psikologi Universitas
Diponegoro [e-journal] 3(2): pp.93-115. Tersedia di:
<ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/download/659/533>
[diakses tanggal 23 Maret 2019]

Handini, E. 2013. Perbaikan sistem kerja untuk meningktkan produktivias dan


mengurangi bornout pada perawat UGD (Studi Kasus: UGD RSU Haji
Surabaya. Thesis. Institut Sepuluh Nopember Surabaya. Tersedia di: <
www.ie.its.ac.id/rbti/index.php?p=show_detail&id=6211> [diakses
pada 4 Desember 2018]

Health Safety Executive (HSE). 2001. A Critical Review Of Psychosocial Hazard


Measure. Tersedia di:
<www.hse.gov.uk/research/crr_pdf/2001/crr01356.pdf> [diakses
tanggal 20 November 2018]

Harrianto, R. 2009. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Irkhami, F.L. 2015. Faktor yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada
Penyelam di PT. X. Tersedia Di: <https://e-
journal.unair.ac.id/IJOSH/article/view/1646> [diakses tanggal 3 Juli
2019]

Jundillah, Z.N., Ahmad, L., Saktiansyah, L. 2017. Analisis Kejadian Stres Kerja
Pada Perawat Di Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2017. Tersedia
di: <ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/view/2902> [diakses
tanggal 8 Oktober 2018]

Karima, A. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stress Kerja Pada


Pekerja Di Pt X Tahun 2014. Thesis. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tersedia di:
<repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/.../1/ASRI%20KARIMA%20%
20FKIK.pdf> [diakses tanggal 27 November 2018]
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

108

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Infodatin Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tersedia di:
<www.depkes.go.id/development/site/tenaga-kesehatan/> [diakses pada
tanggal 4 November 2018]

Koradecka, D. 2010. Handbook of Occupational Safety and Health. United States


of America: CRC Press

Looker, T., Gregson, O. 2005. Managing Stress. Tersedia di:


https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13634230500116363
[diakses pada tanggal 12 Januari 2019]

Labour Force Survey (LFS). 2017. Work-Related Stress, Depression or Anxiety –


HSE. Tersedia di: < www.hse.gov.uk/statistics/causdis/stress.pdf>
[diakses tanggal 15 November 2018]

McLeod, S. 2011. Type A Personality. Tersedia di:


<www.simplypsychology.org/personality-a.html> [diakses tanggal 6
Juni 2019].

Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press.

Manuaba. 1998. Ergonomi Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Tersedia di:


<shadibakri.uniba.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Buku-
Ergonomi.pdf> [diakses tanggal 20 Desember 2018]

National Institute for Occupational Safety and Safety and Health (NIOSH). 1999.
Stress At Work. What Can Be Done About Job Stress?. Tersedia di:
<https://www.cdc.gov/niosh/docs/99-101/default.html> [diakses
tanggal 24 November 2018]

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

109

Nurmalasari, L. 2012. Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dengan Motivasi Kerja dan Stres Kerja pada Perawat
di RSU Anutapura Palu. Thesis [online]. Universitas Yogyakarta.
Tersedia di:
<etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub...act..
.> [diakses tanggal 18 November 2018]

National Institute for Occupational Safety and Safety and Health (NIOSH). 1998.
Stress at Work. Tersedia di: <http://www.cdc.gov/niosh> [diakses
tanggal 8 Oktober 2018]

Prabowo, Y.F. 2009. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stres Kerja
Pada Bagian Produksi Mebel PT. Chia Jian Indonesia Furniture Di
Wedelan Jepara Tahun 2009. Tersedia di:
<https://lib.unnes.ac.id/2822/.> [diakses tanggal 18 Juni 2019]

Pramudya, F. 2008. Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja (Studi Kasus
Pada Perawat di RSKO Tahun 2008). Thesis [online]. Universitas
Indonesia. Tersedia di: <http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20303171-
T%2030817-Faktor%20yang full%20text.pdf> [diakses tanggal 15 Juni
2019].

Revalicha, N.S. 2013. Perbedaan Stres Kerja Ditinjau dari Shift Kerja pada
Perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal Psikologi Industri dan
Organisasi. [e-journal] 2(1): pp.16-24. Tersedia di:
<journal.unair.ac.id/filerPDF/110810270_nadia%20selvia.pdf>
[diakses tanggal 1 November 2018]

Robbins, S.P. Judge T. A. 2008. Organizational Behavior [Terjemahan]. Jakarta:


Salemba Empat. Tersedia di:
<https://books.google.co.id/books?id=RD8tcRrWBhYC&pg=PA368&d
q=stres+kerja&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjg4P7P65fhAhUTY48KH
UURBNMQ6AEILTAB#v=onepage&q=stres%20kerja&f=false>
[diakses pada 15 Maret 2019]

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

110

Riza, M.M. 2015. Pengaruh Stress Kerja Terhadap Kinerja Perawat Melalui
Kepuasan Kerja Sebagai Variable Intervening (Studi Pada Rumah Sakit
Wijaya Kususma Kabupaten Lumajang Jawa Timur).Jurnal Ilmiah, [e-
journal]. 3(1): pp:17-26. Tersedia di:
<http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/2301> [diakses
pada tanggal 29 Oktober 2018]

Rose, A. H. 1994. Human Stress and The Environment. Swiss: Gordon and Beach
Science Publishers.

Saikhunuddin. 2009. Hubungan Faktor Individu dengan Tingkat Stres Kerja


Perawat di ICU RSUD Ibnnu Sina Kabupaten Gresik. Thesis [online].
Universitas Airlangga. Tersedia di: http://repository.unair.ac.id/22378/
[diakses pada 3 Juli 2019]

Schultz, D., Schultz, P. 1994. Theories of Personality 5th Edition. California:


Brooks/cole.

Siagian, P. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sheridan, C. L., Radmacher, S. A. (1992). Health psychology: Challenging the


biomedical model. Singapore: John Wiley and Sons, Inc.

Suma’mur, P.K. 1994. Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. Haji
Masagung.

Suerni, T. 2012. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Stres


Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah. Thesis [online]. Universitas
Indonesia. Tersedia di : <lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314727-
T31305-Analisa%20faktor.pdf> [diakses tanggal 6 Juni 2019]

Syaer, S. 2010. Beban Kerja Perawat Unit Gawat Darurat di Rumah Sakit Umum
Lasinrang Kabupaten Pinrang Tahun 2010. Tersedia di:

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

111

<http://www.syafruddinsyaer.pdf.> [diakses tanggal 13 November


2018]

Tarwaka. 2014. Ergonomi Industri: Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan


Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka., Bakri, S.H.A., Sudiajeng, L. 2004. Ergonomi: untuk Keselamatan,


Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.

World Health Organization (WHO). 2003. Work Organization And Stress. United
kingdom: WHO.

Wijono, S. 2010. Psikologi Industri & Organisasi. Jakarta: UMM Press.

Yana, D. 2015. Stres Kerja pada Perawat Instalasi Gawat Darurat di RSUD Pasar
Rebo Tahun 2014. Journal ARSI. [e-journal] 1(2): 107-115. Tersedia di:
<www.journal.ui.ac.id/index.php/arsi/article/view/5218/3503.pdf>
[diakses tanggal 6 Juni 2019].

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

112

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

113

Lampiran 2. Surat Ijin Etik Penelitian

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

114

Lampiran 3. Penjelasan Sebelum Penelitian

Informed Consent
Mendapatkan Persetujuan Setelah Penjelasan:
Informasi esensial untuk calon peserta penelitian
(WHO-CIOMS 2016)

Judul penelitian : Risiko Stres Kerja Pada Perawat Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro dan
Faktor yang Mempengaruhi
Jenis penelitian : Deskriptif Observasional
Nama peneliti : Tya Nisvi Rahmadhani
Alamat peneliti : Gg. Pereng Tengah RT 07 RW 06 Ds. Rengel Kec. Rengel-
Tuban
Lokasi penelitian : Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro

Sebelum meminta persetujuan individu untuk berpartisipasi dalam penelitian,


peneliti harus memberikan informasi berikut, dalam bahasa atau bentuk
komunikasi lain yang dapat dipahami individu (Lihat Pedoman 9):
1. Tujuan penelitian, metode, prosedur yang harus dilakukan oleh peneliti dan
peserta, dan penjelasan tentang bagaimana penelitian berbeda dengan
perawatan medis rutin (Pedoman 9);
a. Tujuan umum, Mempelajari prevalensi stres kerja pada perawat di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro dan faktor yang berhubungan dengan stres kerja tersebut.
b. Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:
1. Mengidentifikasi karakteristik individu perawat di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

115

2. Mengidentifikasi karakteristik pekerjaan perawat di Instalasi Gawat


Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro
3. Mempelajari prevalensi risiko stres kerja dan kuat hubungan risiko
stres kerja berdasarkan karakteristik individu dan pekerjaan pada
perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro
c. Metode
Penelitian ini adalah penelitian untuk mendeskripsikan risiko stres
kerja yang bertujuan untuk mempelajari prevalensi stres kerja pada
perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro dan faktor yang berhubungan dengan stres kerja tersebut.
Metode penelitian adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini
adalah seluruh perawat Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro yang berjumlah 26 orang dengan kriteria
inklusi bersedia menjadi responden dengan menandatangani Informed
consent. Cara pengambilan data primer menggunakan kuesioner.
Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan oleh
peneliti. Terdapat inform consent yang akan diberikan dan ditandatangani
oleh responden apabila responden bersedia menjadi subyek penelitian.
Hasil yang diharapkan adalah memperoleh data berupa informasi dari
setiap fokus penelitian.
d. Prosedur
Data primer, yaitu data yang diperoleh dari kuesioner. Kuesioner
diberikan kepada perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro. Waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi
kuesioner yakni 20 menit. Wawancara dilakukan dalam sekali waktu.
Data yang didapatkan akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan
terjamin kerahasiaannya. Data sekunder, yaitu dokumen asesmen medis,

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

116

Data profil Rumah Sakit Jiwa Menur, dan data penunjang lainnya.
Pengumpulan data dilakukan setelah responden diberikan penjelasan
sebelum penelitian (PSP) dan informed consent.

2. Bahwa individu diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian, alasan untuk


mempertimbangkan individu yang sesuai untuk penelitian, dan partisipasi
tersebut bersifat sukarela (Pedoman 9);

Informan pada penelitian ini sesuai dengan kriteria inklusi yaitu sebagai
berikut :
1. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat Instalasi Gawat Darurat di
Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro yang berjumlah 26
orang
2. Patisipasi bersifat sukarela

3. Bahwa individu bebas untuk menolak untuk berpartisipasi dan bebas untuk
menarik diri dari penelitian kapan saja tanpa penalti atau kehilangan imbalan
yang berhak ia dapatkan (Pedoman 9);

Responden berhak untuk menarik diri dari penelitian kapan saja tanpa penalti
atau kehilangan imbalan yang berhak ia dapatkan. Keikutsertaan responden
pada penelitian ini bersifat sukarela.

4. Lama waktu yang diharapkan dari partisipasi individu (termasuk jumlah dan
lama kunjungan ke pusat penelitian dan jumlah waktu yang diperlukan) dan
kemungkinan penghentian penelitian atau partisipasi individu di dalamnya;

Partisipan pada penelitian ini adalah petugas perawat Instalasi Gawat Darurat
mengisi kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti. Partisipan akan diminta
mengisi kuesioner kuesioner dan membutuhkan waktu ± 15-20 menit.
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

117

5. Apakah uang atau bentuk barang material lainnya akan diberikan sebagai
imbalan atas partisipasi individu. Jika demikian, jenis dan jumlahnya, dan
bahwa waktu yang dihabiskan untuk penelitian dan ketidaknyamanan lainnya
yang dihasilkan dari partisipasi belajar akan diberi kompensasi yang tepat,
Moneter atau non-moneter (Pedoman 13);

Imbalan yang diberikan atas partisipasi individu berupa souvenir berupa satu
paket alat makan (sendok, garpu dan sumpit) sebagai bentuk apresiasi dan
ucapan terimakasih.

6. Bahwa, setelah selesainya penelitian ini, peserta akan diberitahu tentang hasil
penelitian secara umum, jika mereka menginginkannya;

Setelah selesai penelitian, peneliti akan memberitahukan hasilnya secara umum


kepada responden jika responden menginginkannya.

7. Bahwa setiap peserta selama atau setelah studi atau pengumpulan data biologis
dan data terkait kesehatan mereka akan mendapat informasi dan data yang
menyelamatkan jiwa dan data klinis penting lainnya tentang masalah kesehatan
penting yang relevan (lihat juga Pedoman 11);

Tidak relevan dengan penelitian.

8. Temuan yang tidak diminta/diharapkan akan diungkapkan jika terjadi


(Pedoman 11);

Tidak relevan dengan penelitian ini.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

118

9. Bahwa peserta memiliki hak untuk mengakses data klinis mereka yang relevan
yang diperoleh selama studi mengenai permintaan (kecuali komite etik riset
telah menyetujui sementara atau permanen, data tidak boleh diungkapkan.
Dalam hal mana peserta harus diberitahu, dan diberikan, alasannya)

Tidak relevan dengan penelitian.

10. Rasa sakit dan ketidaknyamanan akibat intervensi eksperimental, risiko dan
bahaya yang diketahui, terhadap individu (atau orang lain) yang terkait
dengan partisipasi dalam penelitian ini. Termasuk risiko terhadap kesehatan
atau kesejahteraan kerabat langsung peserta (Pedoman 4);

Tidak relevan dengan penelitian.

11. Manfaat klinis potensial, jika ada, karena berpartisipasi dalam penelitian ini
(Pedoman 4 dan 9);

Tidak relevan dengan penelitian.

12. Manfaat yang diharapkan dari penelitian kepada masyarakat atau masyarakat
luas, atau kontribusi terhdap pengetahuan ilmiah (Pedoman 1);
A. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai faktor yang

dapat mempengaruhi tingkat sres kerja, sehingga dapat melakukan upaya

pencegahan stres kerja yang berkaitan dengan faktor tersebut.

B. Bagi Rumah Sakit

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

119

1. Dapat mengetahui prevalensi stres kerja pada perawat Instalasi Gawat

Darurat dan faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat stres

kerja tersebut.

2. Memperoleh masukan terkait solusi untuk mengatasi permasalahan

stres kerja pada perawat Instalasi Gawat Darurat.

C. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal ataupun data

tambahan bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian terkait sehingga dapat

bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

13. Bagaimana transisi ke perawatan setelah penelitian disusun dan sampai


sejauh mana mereka akan dapat menerima intervensi studi pasca uji coba
yang bermanfaat dan apakah mereka akan diharapkan untuk membayarnya
(Pedoman 6 dan 9);

Tidak relevan dengan penelitian.

14. Risiko menerima intervensi yang tidak terdaftar jika mereka menerima akses
lanjutan terhadap intervensi studi sebelum persetujuan peraturan (Pedoman
6);

Tidak relevan dengan penelitian.

15. Intervensi atau pengobatan alternatif yang tersedia saat ini;

Tidak relevan dengan penelitian.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

120

16. Isu etik yang mungkin terjadi, pendapat peneliti tentang isu etik yang
mungkin dihadapi dalam penelitian ini, dan bagaimana cara menanganinya

Tidak relevan dengan penelitian.

17. Informasi baru yang mungkin terungkap, baik dari penelitian itu sendiri atau
sumber lainnya (Pedoman 9);

Data dan informasi yang telah diperoleh dari partisipan akan dijamin
kerahasiaannya dengan baik.

18. Ketentuan yang akan dibuat untuk memastikan penghormatan terhadap


privasi peserta, dan untuk kerahasiaan catatan yang mungkin dapat
mengidentifikasi peserta (Pedoman 11 dan 22);

Data yang diambil akan dijaga kerahasiaannya sebagai bentuk penghormatan


terhadap privasi responden. Data hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.

19. Batasan, legal atau lainnya, terhadap kemampuan peneliti untuk menjaga
kerahasiaan aman, dan kemungkinan konsekuensi dari pelanggaran
kerahasiaan (Pedoman 12 dan 22);

Tidak relevan dengan penelitian.

20. Sponsor penelitian, afiliasi institusional para peneliti, dan sifat dan sumber
pendanaan untuk penelitian, dan, jika ada, konflik kepentingan peneliti,
lembaga penelitian dan komite etika penelitian dan bagaimana konflik ini
akan terjadi. Dikelola (Pedoman 9 dan 25);

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

121

Tidak relevan dengan penelitian.

21. Apakah peneliti hanya sebagai peneliti atau selain peneliti juga dokter peserta
(Guideline 9);

Tidak relevan dengan penelitian.

22. Kejelasan tingkat tanggung jawab peneliti untuk memberikan perawatan bagi
kebutuhan kesehatan peserta selama dan setelah penelitian (Pedoman 6);

Tidak relevan dengan penelitian.

23. Bahwa pengobatan dan rehabilitasi akan diberikan secara gratis untuk jenis
cedera terkait penelitian tertentu atau untuk komplikasi yang terkait dengan
penelitian, sifat dan durasi perawatan tersebut, nama layanan medis atau
organisasi yang akan memberikan perawatan. Selain itu, apakah ada
ketidakpastian mengenai pendanaan perawatan tersebut (Pedoman 14);

Tidak relevan dengan penelitian.

24. Dengan cara apa, dan oleh organisasi apa, peserta atau keluarga peserta atau
orang-orang yang menjadi tanggungan akan diberi kompensasi atas kecacatan
atau kematian akibat luka tersebut (atau perlu jelas bahwa tidak ada rencana
untuk memberikan kompensasi semacam itu) (Pedoman 14) ;

Tidak ada intervensi. Tidak ada kompensasi

25. Bahwa komite etika penelitian telah menyetujui protokol penelitian (Pedoman
23);

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

122

Ya, Subjek dapat menghubungi Komite Etik Penelitian Kesehatan FKG


Universitas Airlangga Surabaya.

26. Bahwa mereka akan diinformasikan dalam kasus pelanggaran protokol dan
bagaimana keselamatan dan kesejahteraan mereka akan terlindungi dalam
kasus seperti itu (Pedoman 23).

Tidak ada intervensi. Tidak ada kompensasi

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

123

Lampiran 4. Informed Consent Penelitian Bagi Responden

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN KESEDIAAN PARTISIPASI PENELITIAN)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

No. Telp/HP :

Telah mendapatkan keterangan secara terinci dan jelas mengenai


penelitian skripsi dengan judul “RISIKO STRES KERJA PADA PERAWAT DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT SOSODORO
DJATIKOESOEMO BOJONEGORO DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI”. Saya BERSEDIA secara sukarela untuk menjadi responden
dalam penelitian ini dengan penuh kesadaran dan tanpa adanya paksaan. Saya
akan memberikan informasi dengan jujur dan benar sesuai dengan pengetahuan
dan kondisi yang saya alami. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sebenarnya tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Bojonegoro, ....................... 2019

Peneliti Responden

(Tya Nisvi Rahmadhani) Saksi, (……………………….)

(………………………..)

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

124

Lampiran 5. Kuesioner Penelitian Bagi Responden

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN


RISIKO STRES KERJA PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RUMAH SAKIT SOSODORO DJATIKOESOEMO
BOJONEGORO DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Hari, Tanggal :
Nomor Kuesioner :

I. DATA INDIVIDU
1. Nama :
2. Umur : Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
4. Masa Kerja : Tahun
5. Pendidikan Terakhir : 1) D3 2) S1 3) Profesi 4)S2

II. RISIKO STRES KERJA

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai

dengan yang dialami oleh Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi

pekerjaan. Berikan tanda centang (V) pada salah satu kolom yang paling

sesuai dengan yang dialami oleh Bapak/Ibu/Saudara dalam 6 (enam) bulan

terakhir. Tidak ada jawaban benar ataupun salah, maka isilah jawaban pada

setiap pertanyaan yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya pada diri

Bapak/Ibu/Saudara.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

125

No Pernyataan Tidak Jarang Agak Sering Selalu


Pernah Sering
1 Saya sangat jelas terhadap
apa yang saya harapkan di
tempat kerja
2 Saya dapat memutuskan
pada saat saya mau
beristirahat
3 Perbedaan antara grup kerja
di tempat kerja sangat sulit
untuk dikombinasikan
4 Saya tahu bagaimana cara
menyelesaikan pekerjaan
dengan baik
5 Saya mendapatkan
perlakuan yang kurang baik
di tempat kerja
6 Saya tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan
berdasarkan deadline yang
telah ditetapkan
7 Jika saya mendapatkan
pekerjaan, maka rekan kerja
saya akan membantunya
8 Saya diberikan umpan balik
yang positif pada pekerjaan
yang saya kerjakan
9 Saya harus bekerja dengan
sangat intensif
10 Saya dapat mengontrol
kecepatan irama kerja
11 Saya sangat jelas terhadap
tugas dan tanggung jawab
pekerjaan saya
12 Saya mengabaikan beberapa
tugas karena terlalu banyak
pekerjaan yang harus saya
kerjakan
13 Saya dapat mengetahui
dengan jelas tentang apa
yang menjadi sasaran dan
tujuan rumah sakit
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

126

No Pernyataan Tidak Jarang Agak Sering Selalu


Pernah Sering
14 Terdapat gesekan diantara
rekan kerja di tempat kerja
saya
15 Saya mempunyai pilihan
untuk memutuskan
bagaimana saya harus
bekerja
16 Saya tidak dapat beristirahat
secara cukup
17 Saya memahami bagaimana
menyesuaikan pekerjaan ke
dalam tujuan rumah sakit
secara keseluruhan
18 Saya mendapatkan tekanan
untuk bekerja dalam waktu
yang lama
19 Saya mempunyai pilihan
untuk memutuskan apa yang
harus saya kerjakan
20 Saya harus bekerja dengan
sangat cepat
21 Saya mendapatkan gertakan
di tempat kerja
22 Saya mendapatkan tekanan
waktu yang tidak realistis
23 Saya dapat menyampaikan
kepada koordinator IGD
untuk membantu saya dalam
penyelesaian masalah
pekerjaan
24 Saya mendapatkan bantuan
dan dukungan dari rekan
kerja tentang apa yang saya
perlukan
25 Saya mendapat kemudahan
dalam pekerjaan yang saya
lakukan
26 Saya mempunyai
kesempatan yang cukup
untuk bertanya kepada
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

127

No Pernyataan Tidak Jarang Agak Sering Selalu


Pernah Sering
koordinator IGD tentang
perubahan kerja
27 Saya mendapatkan perhatian
yang baik di tempat kerja
dari rekan kerja
28 Perawat selalu dapat
berkonsultasi tentang setiap
adanya perubahan kerja
29 Saya dapat berbicara dengan
koordinator IGD tentang
segala sesuatu yang dapat
mengganggu pekerjaan
30 Waktu kerja saya sangat
fleksibel
31 Rekan kerja saya selalu mau
mendengarkan keluhan saya
tentang masalah pekerjaan
32 Jika terdapat perubahan
sistem kerja, saya dapat
mengetahui secara jelas
tentang bagaimana
perubahan tersebut
dilakukan
33 Saya mendapatkan
dukungan secara baik dari
rekan kerja dan Koordinaor
IGD
34 Hubungan antara individu
tidak berjalan dengan
semestinya di tempat kerja
35 Koordinaor IGD selalu
memperhatikan saya di
tempat kerja

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

128

III. PENILAIAN DIRI

Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Setuju
Setuju Setuju
Setuju
1 Secara keseluruhan, saya merasa
puas dengan diri saya
2 Saya merasa tidak cukup untuk
dibanggakan
3 Terkadang saya merasa tidak
berguna
4 Saya merasa bahwa saya berharga
dan setara dengan orang lain
5 Saya merasa saya memiliki
kualitas diri yang baik
6 Saya cenderung merasa bahwa
diri saya gagal
7 Saya berharap bisa lebih peduli
terhadap diri saya
8 Saya bisa melakukan pekerjaan
sebaik yang dilakukan orang lain
9 Terkadang, saya berpikir saya
tidak bisa melakukan apa-apa
10 Saya mengambil sikap positif dari
diri saya

IV. DUKUNGAN SOSIAL

No Tidak Sedikit Cukup Sangat


Pertanyaan Sama
Sekali
1 Apakah keberadaan atasan Anda
membuat pekerjaan Anda lebih
mudah?
2 Apakah rekan kerja Anda
membuat pekerjaan Anda lebih
mudah?
3 Apakah mudah berdiskusi
mengenai pekerjaan dengan
atasan Anda?
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

129

No Tidak Sedikit Cukup Sangat


Pertanyaan Sama
Sekali
4 Apakah mudah berdiskusi
mengenai pekerjaan dengan
rekan kerja Anda?
5 Apakah atasan Anda mau
membantu Anda ketika terjadi
kesulitan saat bekerja?
6 Apakah rekan Anda mau
membantu Anda ketika terjadi
kesulitan saat bekerja?
7 Apakah atasan Anda mau
mendengarkan masalah pribadi
Anda?
8 Apakah rekan kerja Anda mau
mendengarkan masalah pribadi
Anda?

V. KONFLIK INTERPERSONAL

No Sangat Tidak Setuju Sangat


Pernyataan Tidak Setuju Setuju
Setuju
1 Adanya kerukunan antar anggota
departemen saya.
2 Dalam departemen saya, kami
sering berselisih mengenai
pekerjaan.
3 Adanya perbedaan pendapat di
antara anggota departemen saya.
4 Setiap anggota departemen saya
saling mendukung ide anggota
lainnya.
5 Adanya perselisihan antar tim
kerja di dalam departemen saya.
6 Adanya keramahan di antara
anggota departemen.
7 Adanya rasa kebersamaan di
dalam departemen saya.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

130

No Sangat Tidak Setuju Sangat


Pernyataan Tidak Setuju Setuju
Setuju
8 Adanya perselisihan antara
departemen saya dengan
departemen lain.
9 Adanya kesepakatan kerja antara
departemen saya dengan
departemen lain.
10 Departemen lain
menyembunyikan informasi
penting yang dibutuhkan
departemen saya
11 Hubungan antara departemen
saya dengan departemen lain
berjalan rukun dalam mencapai
tujuan organisasi.
12 Kurangnya rasa tolong
menolong antara departemen
saya dengan departemen lain.
13 Departemen lain membuat
masalah dengan
departemen saya

VI. BEBAN KERJA

No Tidak Jarang Sering Sangat


Pernyataan
Pernah Sering
1 Seberapa sering Anda dituntut
bekerja sangat cepat?
2 Seberapa sering Anda dituntut
untuk bekerja sangat keras?
3 Seberapa sering pekerjaan Anda
sangat menyita waktu Anda?
4 Seberapa sering Anda
diharuskan mengambil
keputusan besar yang berkaitan
dengan pekerjaan Anda?
5 Seberapa sering beban kerja
Anda bertambah?

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

131

No Tidak Jarang Sering Sangat


Pernyataan
Pernah Sering
6 Seberapa sering Anda harus
meningkatkan konsentrasi
selama bekerja?
7 Seberapa sering Anda
diharuskan berpikir dengan
cepat selama bekerja?
8 Seberapa sering Anda
menggunakan kemampuan dan
pengetahuan yang didapat ketika
menempuh pendidikan?
9 Seberapa sering Anda diberi
kesempatan untuk melakukan
pekerjaan dengan menggunakan
kemampuan terbaik Anda?
10 Seberapa sering Anda
menggunakan keterampilan yang
didapat ketika pelatihan saat
bekerja?

VII. BEBAN MENTAL

No. Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak
Setuju
1 Pekerjaan saya membutuhkan
konsentrasi yang tinggi
2 Pekerjaan saya mengharuskan
saya mengingat banyak hal
3 Saya harus fokus dalam bekerja
setiap waktu
4 Saya terlalu bekerja dengan
santai tetapi pekerjaan saya tetap
selesai dengan baik
5 Saya tetap dapat bekerja
meskipun pikiran saya sedang
tidak fokus

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

132

VIII. KONTROL TERHADAP PEKERJAAN

No Sangat Kecil Besar Sangat


Pertanyaan
Kecil Besar
1 Berapa besar hak Anda dalam
mengatur pekerjaan?
2 Berapa besar hak Anda dalam
mengatur ketersediaan pasokan
alat di departemen Anda?
3 Berapa besar hak Anda dalam
mengatur urutan pekerjaan yang
akan dilakukan?
4 Berapa besar hak Anda dalam
menentukan jumlah pekerjaan
yang akan Anda lakukan?
5 Berapa besar hak Anda dalam
menentukan waktu penyelesaian
pekerjaan?
6 Berapa besar pengaruh Anda
terhadap kualitas pekerjaan
Anda?
7 Berapa besar hak Anda dalam
menata area kerja?
8 Berapa besar hak Anda dalam
mengatur pembagian tim kerja?
9 Berapa besar tugas Anda dalam
melakukan pengawasan
pekerjaan?
10 Berapa besar pengaruh Anda
dalam pengambilan keputusan di
departemen Anda?

11 Berapa besar pengaruh Anda


dalam menentukan kebijakan
dan prosedur di departemen
Anda?
12 Berapa besar tugas anda
memberikan pelatihan terhadap
anggota departemen anda?
13 Berapa besar tugas Anda dalam
memastikan ketersediaan
material kerja?
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

133

No Sangat Kecil Besar Sangat


Pertanyaan
Kecil Besar
14 Berapa besar hak Anda dalam
menentukan penataan peralatan
kerja?
15 Selama bekerja, apakah Anda
memiliki waktu untuk
beristirahat sejenak?
16 Berapa besar pengaruh jabatan
Anda terhadap pekerjaan di
departemen Anda?

IX. TIPE KEPRIBADIAN

Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Tepat
Tepat Tepat
Tepat
1 Saya sering merasa gelisah
2 Saya bekerja dengan cepat dan
energik
3 Saya sangat lambat ketika
berbicara di telepon
4 Saya sering terburu-buru ketika
mengerjakan apapun
5 Saya sering menggerakkan
tangan dan kepala ketika
berbicara
6 Saya jarang mengebut ketika
berkendara
7 Saya suka pekerjaan yang
berpindah- pindah tempat
8 Orang-orang mengganggap saya
lebih diam dari biasanya
9 Gaya berbicara saya lembut
dibandingkan orang lain
10 Saya selalu menulis dengan cepat
11 Saya lambat dan hati-hati dalam
bekerja
12 Cara makan saya lambat
13 Saya senang mengebut ketika
berkendara
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

134

14 Saya senang bekerja dengan


lambat dan hati-hati
15 Cara berbicara saya lambat
16 Saya membiarkan masalah selesai
dengan sendirinya
17 Saya senang mempengaruhi
orang lain
18 Cara berjalan saya lambat
19 Cara makan saya cepat
20 Saya biasa bekerja dengan cepat

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

135

Lampiran 6. Hasil Uji Statistik

Stres_Kerja * Umur Crosstabulation


Umur Total
<25 26-30 31-35 36-40 >40
Count 0 2 0 0 2 4
% within 0.0% 50.0% 0.0% 0.0% 50.0% 100.0%
Stres_Kerja
140-175
% within 0.0% 14.3% 0.0% 0.0% 40.0% 15.4%
Umur
% of Total 0.0% 7.7% 0.0% 0.0% 7.7% 15.4%
Count 3 9 2 1 3 18
% within 16.7% 50.0% 11.1% 5.6% 16.7% 100.0%
Stres_Kerja
Stres_Kerja 105-139
% within 100.0 64.3% 100.0 50.0% 60.0% 69.2%
Umur % %
% of Total 11.5% 34.6% 7.7% 3.8% 11.5% 69.2%
Count 0 3 0 1 0 4
% within 0.0% 75.0% 0.0% 25.0% 0.0% 100.0%
Stres_Kerja
70-104
% within 0.0% 21.4% 0.0% 50.0% 0.0% 15.4%
Umur
% of Total 0.0% 11.5% 0.0% 3.8% 0.0% 15.4%
Count 3 14 2 2 5 26
% within 11.5% 53.8% 7.7% 7.7% 19.2% 100.0%
Stres_Kerja
Total
% within 100.0 100.0 100.0 100.0% 100.0% 100.0%
Umur % % %
% of Total 11.5% 53.8% 7.7% 7.7% 19.2% 100.0%

Symmetric Measures
Value Asymp. Approx. Approx.
Std. Errora Tb Sig.
Nominal by Nominal Phi .533 .495
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

136

Cramer's V .377 .495


Contingency .470 .495
Coefficient
Interval by Interval Pearson's R -.210 .181 -1.050 .304c
Spearman -.172 .173 -.855 .401c
Ordinal by Ordinal
Correlation
N of Valid Cases 26
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Stres_Kerja * Masa_Kerja Crosstabulation


Masa_Kerja Total
1-5 6-10 16-20 >20
Count 2 0 1 1 4
% within 50.0% 0.0% 25.0% 25.0% 100.0%
Stres_Kerja
140-175
% within 16.7% 0.0% 25.0% 50.0% 15.4%
Masa_Kerja
% of Total 7.7% 0.0% 3.8% 3.8% 15.4%
Count 7 7 3 1 18
% within 38.9% 38.9% 16.7% 5.6% 100.0%
Stres_Kerja
Stres_Kerja 105-139
% within 58.3% 87.5% 75.0% 50.0% 69.2%
Masa_Kerja
% of Total 26.9% 26.9% 11.5% 3.8% 69.2%
Count 3 1 0 0 4
% within 75.0% 25.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Stres_Kerja
70-104
% within 25.0% 12.5% 0.0% 0.0% 15.4%
Masa_Kerja
% of Total 11.5% 3.8% 0.0% 0.0% 15.4%
Total Count 12 8 4 2 26

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

137

% within 46.2% 30.8% 15.4% 7.7% 100.0%


Stres_Kerja
% within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Masa_Kerja
% of Total 46.2% 30.8% 15.4% 7.7% 100.0%

Symmetric Measures
Value Asymp. Approx. Tb Approx.
Std. Errora Sig.
Phi .458 .488
Cramer's V .324 .488
Nominal by Nominal
Contingency .416 .488
Coefficient
Interval by Interval Pearson's R -.313 .182 -1.616 .119c
Spearman -.248 .201 -1.253 .222c
Ordinal by Ordinal
Correlation
N of Valid Cases 26
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Stres_Kerja * Tingkat_Pendidikan Crosstabulation


Tingkat_Pendidikan Total
D3 S1 Profesi
Count 1 2 1 4
% within 25.0% 50.0% 25.0% 100.0%
Stres_Kerja
140-175 % within 6.7% 22.2% 50.0% 15.4%
Tingkat_Pen
Stres_Kerja
didikan
% of Total 3.8% 7.7% 3.8% 15.4%
Count 12 5 1 18
105-139 % within 66.7% 27.8% 5.6% 100.0%
Stres_Kerja

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

138

% within 80.0% 55.6% 50.0% 69.2%


Tingkat_Pen
didikan
% of Total 46.2% 19.2% 3.8% 69.2%
Count 2 2 0 4
% within 50.0% 50.0% 0.0% 100.0%
Stres_Kerja
70-104 % within 13.3% 22.2% 0.0% 15.4%
Tingkat_Pen
didikan
% of Total 7.7% 7.7% 0.0% 15.4%
Count 15 9 2 26
% within 57.7% 34.6% 7.7% 100.0%
Stres_Kerja
Total % within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Tingkat_Pen
didikan
% of Total 57.7% 34.6% 7.7% 100.0%

Symmetric Measures
Value Asymp. Approx. Tb Approx.
Std. Errora Sig.
Phi .382 .434
Cramer's V .270 .434
Nominal by Nominal
Contingency .357 .434
Coefficient
Interval by Interval Pearson's R -.218 .194 -1.095 .284c
Spearman -.185 .207 -.921 .366c
Ordinal by Ordinal
Correlation
N of Valid Cases 26
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

139

Stres_Kerja * Dukungan_Sosial Crosstabulation


Dukungan_Sosial Total
8-16 17-24 25-32
Count 0 2 2 4
% within Stres_Kerja 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%
140-175 % within 0.0% 12.5% 40.0% 15.4%
Dukungan_Sosial
% of Total 0.0% 7.7% 7.7% 15.4%
Count 1 14 3 18
% within Stres_Kerja 5.6% 77.8% 16.7% 100.0%
Stres_Kerja 105-139 % within 20.0% 87.5% 60.0% 69.2%
Dukungan_Sosial
% of Total 3.8% 53.8% 11.5% 69.2%
Count 4 0 0 4
% within Stres_Kerja 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
70-104 % within 80.0% 0.0% 0.0% 15.4%
Dukungan_Sosial
% of Total 15.4% 0.0% 0.0% 15.4%
Count 5 16 5 26
% within Stres_Kerja 19.2% 61.5% 19.2% 100.0%
Total % within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Dukungan_Sosial
% of Total 19.2% 61.5% 19.2% 100.0%

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.
Phi .924 .000
Cramer's V .654 .000
Nominal by Nominal
Contingency .679 .000
Coefficient
Interval by Interval Pearson's R -.671 .126 -4.431 .000c
Spearman -.671 .141 -4.431 .000c
Ordinal by Ordinal
Correlation
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

140

N of Valid Cases 26
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Stres_Kerja * Tipe_Kepribadian Crosstabulation


Tipe_Kepribadian Total
51-80 20-50
Count 0 4 4
% within Stres_Kerja 0.0% 100.0% 100.0%
140-175 % within 0.0% 16.0% 15.4%
Tipe_Kepribadian
% of Total 0.0% 15.4% 15.4%
Count 0 18 18
% within Stres_Kerja 0.0% 100.0% 100.0%
Stres_Kerja 105-139 % within 0.0% 72.0% 69.2%
Tipe_Kepribadian
% of Total 0.0% 69.2% 69.2%
Count 1 3 4
% within Stres_Kerja 25.0% 75.0% 100.0%
70-104 % within 100.0% 12.0% 15.4%
Tipe_Kepribadian
% of Total 3.8% 11.5% 15.4%
Count 1 25 26
% within Stres_Kerja 3.8% 96.2% 100.0%
Total % within 100.0% 100.0% 100.0%
Tipe_Kepribadian
% of Total 3.8% 96.2% 100.0%

Symmetric Measures
Value Asymp. Approx. Approx.
Std. Tb Sig.
Errora
Nominal by Nominal Phi .469 .057

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

141

Cramer's V .469 .057


Contingency Coefficient .425 .057
Interval by Interval Pearson's R -.361 .165 -1.894 .070c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.361 .168 -1.894 .070c
N of Valid Cases 26
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Stres_Kerja * Jenis_Kelamin Crosstabulation


Jenis_Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Count 3 1 4
% within Stres_Kerja 75.0% 25.0% 100.0%
140-175
% within Jenis_Kelamin 27.3% 6.7% 15.4%
% of Total 11.5% 3.8% 15.4%
Count 7 11 18
% within Stres_Kerja 38.9% 61.1% 100.0%
Stres_Kerja 105-139
% within Jenis_Kelamin 63.6% 73.3% 69.2%
% of Total 26.9% 42.3% 69.2%
Count 1 3 4
% within Stres_Kerja 25.0% 75.0% 100.0%
70-104
% within Jenis_Kelamin 9.1% 20.0% 15.4%
% of Total 3.8% 11.5% 15.4%
Count 11 15 26
% within Stres_Kerja 42.3% 57.7% 100.0%
Total
% within Jenis_Kelamin 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 42.3% 57.7% 100.0%

Symmetric Measures
Value Asymp. Approx. Approx.
Std. Errora Tb Sig.
Phi .299 .312
Nominal by Nominal
Cramer's V .299 .312
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

142

Contingency .287 .312


Coefficient
Interval by Interval Pearson's R .281 .179 1.433 .165c
Spearman .281 .180 1.433 .165c
Ordinal by Ordinal
Correlation
N of Valid Cases 26
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Stres_Kerja * Konflik_Interpersonal Crosstabulation


Konflik_Interpersonal Total
13-26 27-39
Count 2 2 4
% within Stres_Kerja 50.0% 50.0% 100.0%
140-175 % within 16.7% 14.3% 15.4%
Konflik_Interpersonal
% of Total 7.7% 7.7% 15.4%
Count 8 10 18
% within Stres_Kerja 44.4% 55.6% 100.0%
Stres_Kerja 105-139 % within 66.7% 71.4% 69.2%
Konflik_Interpersonal
% of Total 30.8% 38.5% 69.2%
Count 2 2 4
% within Stres_Kerja 50.0% 50.0% 100.0%
70-104 % within 16.7% 14.3% 15.4%
Konflik_Interpersonal
% of Total 7.7% 7.7% 15.4%
Count 12 14 26
% within Stres_Kerja 46.2% 53.8% 100.0%
Total % within 100.0% 100.0% 100.0%
Konflik_Interpersonal
% of Total 46.2% 53.8% 100.0%

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

143

Symmetric Measures
Value Asymp. Approx. Approx.
a b
Std. Error T Sig.
Phi .051 .966
Cramer's V .051 .966
Nominal by Nominal
Contingency .051 .966
Coefficient
Interval by Interval Pearson's R .000 .197 .000 1.000c
Spearman .000 .198 .000 1.000c
Ordinal by Ordinal
Correlation
N of Valid Cases 26
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Stres_Kerja * Beban_Kerja Crosstabulation


Beban_Kerja Total
21-30 31-40
Count 4 0 4
% within Stres_Kerja 100.0% 0.0% 100.0%
140-175
% within Beban_Kerja 26.7% 0.0% 15.4%
% of Total 15.4% 0.0% 15.4%
Count 10 8 18
% within Stres_Kerja 55.6% 44.4% 100.0%
Stres_Kerja 105-139
% within Beban_Kerja 66.7% 72.7% 69.2%
% of Total 38.5% 30.8% 69.2%
Count 1 3 4
% within Stres_Kerja 25.0% 75.0% 100.0%
70-104
% within Beban_Kerja 6.7% 27.3% 15.4%
% of Total 3.8% 11.5% 15.4%
Count 15 11 26
% within Stres_Kerja 57.7% 42.3% 100.0%
Total
% within Beban_Kerja 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 57.7% 42.3% 100.0%
viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

144

Symmetric Measures
Value Asymp. Approx. Approx.
a b
Std. Error T Sig.
Phi .426 .094
Cramer's V .426 .094
Nominal by Nominal
Contingency .392 .094
Coefficient
Interval by Interval Pearson's R .421 .136 2.274 .032c
Spearman .421 .136 2.274 .032c
Ordinal by Ordinal
Correlation
N of Valid Cases 26
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Stres_Kerja * Tuntutan_Mental Crosstabulation


Tuntutan_Mental Total
11-15 16-20
Count 2 2 4
% within Stres_Kerja 50.0% 50.0% 100.0%
140-175 % within 18.2% 13.3% 15.4%
Tuntutan_Mental
% of Total 7.7% 7.7% 15.4%
Count 8 10 18
% within Stres_Kerja 44.4% 55.6% 100.0%
Stres_Kerja 105-139 % within 72.7% 66.7% 69.2%
Tuntutan_Mental
% of Total 30.8% 38.5% 69.2%
Count 1 3 4
% within Stres_Kerja 25.0% 75.0% 100.0%
70-104 % within 9.1% 20.0% 15.4%
Tuntutan_Mental
% of Total 3.8% 11.5% 15.4%

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

145

Count 11 15 26
% within Stres_Kerja 42.3% 57.7% 100.0%
Total % within 100.0% 100.0% 100.0%
Tuntutan_Mental
% of Total 42.3% 57.7% 100.0%

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.
Phi .155 .733
Cramer's V .155 .733
Nominal by Nominal
Contingency .153 .733
Coefficient
Interval by Interval Pearson's R .140 .188 .694 .494c
Spearman .140 .188 .694 .494c
Ordinal by Ordinal
Correlation
N of Valid Cases 26
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Stres_Kerja * Kontrol_Terhadap_Pekerjaan Crosstabulation


Kontrol_Terhadap_Pekerjaan Total
16-32 33-48
Count 3 1 4
% within Stres_Kerja 75.0% 25.0% 100.0%
% within 18.8% 10.0% 15.4%
140-175
Kontrol_Terhadap_Pe
Stres_Kerja
kerjaan
% of Total 11.5% 3.8% 15.4%
Count 10 8 18
105-139
% within Stres_Kerja 55.6% 44.4% 100.0%

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

146

% within 62.5% 80.0% 69.2%


Kontrol_Terhadap_Pe
kerjaan
% of Total 38.5% 30.8% 69.2%
Count 3 1 4
% within Stres_Kerja 75.0% 25.0% 100.0%
% within 18.8% 10.0% 15.4%
70-104
Kontrol_Terhadap_Pe
kerjaan
% of Total 11.5% 3.8% 15.4%
Count 16 10 26
% within Stres_Kerja 61.5% 38.5% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
Total
Kontrol_Terhadap_Pe
kerjaan
% of Total 61.5% 38.5% 100.0%

Symmetric Measures
Value Asymp. Approx. Approx.
Std. Tb Sig.
Errora
Phi .184 .643
Cramer's V .184 .643
Nominal by Nominal
Contingency .181 .643
Coefficient
Interval by Interval Pearson's R .000 .183 .000 1.000c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .000 .186 .000 1.000c
N of Valid Cases 26
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

viii

SKRIPSI RISIKO STRES KERJA ... TYA NISVI RAHMADHANI

Anda mungkin juga menyukai