Anda di halaman 1dari 153

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI
COVER

PENGARUH SUBSTITUSI WIJEN GILING (Sesamum Indicum), PUTIH


TELUR DAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK,
DAYA TERIMA, KANDUNGAN GIZI DAN NILAI EKONOMI GIZI
PADA ES KRIM

Oleh:

FINDA ISTIQOMAH

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI GIZI
SURABAYA
2020

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI
COVER

PENGARUH SUBSTITUSI WIJEN GILING (Sesamum Indicum), PUTIH


TELUR DAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK,
DAYA TERIMA, KANDUNGAN GIZI DAN NILAI EKONOMI GIZI
PADA ES KRIM

Oleh:

FINDA ISTIQOMAH
NIM. 101611233028

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI GIZI
SURABAYA
2020

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENGESAHAN
HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi


Program Sarjana Program Studi Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan
diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Gizi (S.Gz.)
pada tanggal 27 Oktober 2020

Mengesahkan
Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dekan,

Dr. Santi Martini, dr., M.Kes.


NIP 196609271997022001

Tim Penguji:
a) Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si.
b) Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si.
c) Dr. Rita Ismawati, S.Pd., M.Kes.

ii

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI
HALAMAN PERSETUJUAN
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Gizi (S.Gz.)
Program Studi Gizi
Departemen Gizi Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga

Oleh:

FINDA ISTIQOMAH
NIM. 101611233028

Surabaya, 6 November 2020

\
Menyetujui,
Pembimbing,

Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si.


NIP 196903011994121001

Mengetahui,

Koordinator Program Studi, Ketua Departemen,

Lailatul Muniroh, S.KM., M.Kes. Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si.
NIP 198005252005012004 NIP 196903011994121001

iii

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS


HALAMAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Finda Istiqomah


NIM : 101611233028
Program Studi : Gizi
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenjang : Sarjana (S1)

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


skripsi saya yang berjudul:

PENGARUH SUBSTITUSI WIJEN GILING (Sesamum Indicum),


PUTIH TELUR DAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU
ORGANOLEPTIK, DAYA TERIMA, KANDUNGAN GIZI DAN
NILAI EKONOMI GIZI PADA ES KRIM

Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 6 November 2020

Finda Istiqomah
NIM 101611233028

iv

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi dengan judul
“PENGARUH SUBSTITUSI WIJEN GILING (Sesamum Indicum),
PUTIH TELUR DAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU
ORGANOLEPTIK, DAYA TERIMA, KANDUNGAN GIZI DAN
NILAI EKONOMI GIZI PADA ES KRIM”, sebagai salah satu
persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga.
Dalam skripsi ini dijabarkan tentang substitusi tiga bahan yaitu putih
telur ayam, wijen giling dan susu skim bubuk pada bahan es krim, yaitu
susu fullcream untuk mengetahui perbedaan daya terima, nilai ekonomi
serta kandungan protein, albumin, seng, dan kalsium pada es krim kontrol
dan modifikasi. Produk tersebut ditujukan terutama untuk anak-anak atau
balita mulai usia 2-5 tahun yang mengalami stunting atau yang sangat
membutuhkan zat gizi protein, albumin, seng, dan kalsium untuk fungsi
pertumbuhan.
Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si. selaku dosen
pembimbing dan Mahmud Aditya Rifqi, S.Gz., M.Si. selaku instruktur
skripsi yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga
terwujudnya skripsi ini.
Terima kasih dan penghargaan juga disampaikan pula kepada yang
terhormat:
1. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga
2. Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi
Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
3. Lailatul Muniroh, S.KM., M.Kes., selaku Koordinator Program Studi
Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
4. Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si. dan Dr. Rita Ismawati, S.Pd.,
M.Kes., selaku penguji pada ujian skripsi
5. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan
6. Melly, Dhifa, Afifah, Ichus, Pamela, Silmi, Fahmi, Ridho, Khemal,
Firda, Ali, Ivan, Lutfi, Kirana, Maryam, Irfin, Aan, Burhan serta rekan-
rekan seperjuangan lainnya yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna baik bagi diri kami sendiri
maupun pihak lain yang memanfaatkan.
Surabaya, 6 November 2020

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT
ABSTRACT
Stunting in under-five years children are caused by some factors, that
are low economic status, and inadequate intake of protein, albumin, zinc,
and calcium which are important for the growth of under-five years
children. Egg white is a food ingredient with high protein digestibility,
while sesame seed and skim milk are high in protein, zinc, and calcium with
a cheaper price. The substitution of these three ingredients was expecting to
improve organoleptic quality, acceptability, and nutrients content, and
would make nutrients economic value of ice cream cheaper.
This study was a true experimental design with completely
randomized design. The organoleptic quality test conducted on 3 limited
panelists with 5 ice cream formulas. The hedonic test conducted on 25
untrained panelist (the mothers) and children panelists (aged 2-5 years old)
with 3 ice cream formulas. The analysis technique used descriptive and
statistical analysis (Friedmann and Wilcoxon test)..
The hedonic test showed that the most preferred formula was ice
cream F2 (8% egg white; 3% ground sesame; 6% skim milk) with an
average of 3.22. The results of the Friedmann statistical test showed
differences in the characteristics of taste (p = 0.044), aroma (p = 0.002), and
overall (p = 0.043). The content of protein, albumin, zinc, calcium per 100 g
of F2 ice cream based on laboratory tests were 9.17 g, 1.33 g, 0.98 mg,
127.19 mg. The seliing price of F2 ice cream per serving (60 g) was IDR
6,500.00.
The best formula based on organoleptic quality, acceptability,
nutrients content and economic value of nutrients was F2 ice cream. F2 ice
cream was a product with high protein and zinc, and source of albumin and
calcium. F2 ice cream had a higher protein content and cheaper protein
price than chocolate ice cream in general.

Keywords : Ice cream, white egg, sesame seed, skim milk, stunting

vi

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK
ABSTRAK
Stunting pada balita disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu status
ekonomi rendah, serta kurangnya asupan protein, albumin, seng, dan
kalsium yang diperlukan untuk pertumbuhan balita. Putih telur merupakan
bahan makanan yang daya cerna protein yang tinggi, wijen dan susu skim
memiliki kandungan protein, seng, dan kalsium yang tinggi dengan harga
yang lebih murah. Substitusi ketiga bahan tersebut diharapkan mampu
meningkatkan mutu organoleptik, daya terima dan kandungan gizi, serta
dapat membuat nilai ekonomi gizi es krim lebih murah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap. Uji mutu organoleptik dilakukan pada 3 panelis
terbatas dengan 5 formula es krim. Uji hedonik dilakukan pada 25 panelis
tak terlatih (ibu balita) dan panelis anak-anak (balita usia 2-5 tahun) dengan
3 formula es krim. Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif dan
analisis statistik (uji Friedmann dan Wilcoxon).
Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa formula yang paling disukai
adalah es krim F2 (Putih telur 8%; wijen giling 3%; susu skim 6%) dengan
rata-rata 3,22. Hasil uji statistik Friedmann menunjukkan adanya perbedaan
pada karakteristik rasa (p = 0,044), aroma (p = 0,002), keseluruhan (p =
0,043). Kandungan protein, albumin, seng, kalsium per 100 g es krim F2
berdasarkan uji laboratorium adalah 9,17 g, 1,33 g, 0,98 mg, 127,19 mg.
Harga jual es krim F2 per porsi adalah Rp 6.500,00.
Formula terbaik berdasarkan mutu organoleptik, daya terima,
kandungan gizi dan nilai ekonomi gizi adalah es krim F2. Es krim F2
merupakan produk tinggi protein dan seng, serta sumber albumin dan
kalsium. Es krim F2 juga memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dan
harga protein yang lebih murah dibandingkan dengan es krim cokelat di
pasaran.

Kata Kunci : Es krim, putih telur, wijen giling, susu skim, stunting

vii

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……….............. iv
KATA PENGANTAR ................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH … xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 6
1.3 Rumusan dan Pembatasan Masalah ............................................ 9
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 12


2.1 Stunting ..................................................................................... 12
2.2 Putih Telur Ayam ...................................................................... 17
2.3 Wijen Putih (Sesamum indicum) ............................................... 18
2.4 Susu Skim ................................................................................. 19
2.5 Zat Gizi ..................................................................................... 21
2.6 Es Krim ..................................................................................... 33
2.7 Uji Organoleptik ....................................................................... 36
2.8 Nilai Ekonomi Gizi ................................................................... 40

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ................................... 41


3.1 Kerangka Konseptual Pengembangan Makanan....................... 41
3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................. 45

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 46


4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian ...................................... 46
4.2 Panelis ....................................................................................... 53
4.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ............ 54
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 56

viii

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.5 Variabel, Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala


Data ................................................................................................. 57
4.6 Prosedur Penelitian Operasional ............................................... 61
4.7 Teknik Analisis Data................................................................. 67

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................. 70


5.1 Mutu Organoleptik .................................................................... 70
5.2 Daya Terima.............................................................................. 78
5.3 Kandungan Gizi ........................................................................ 86
5.4 Nilai Ekonomi ........................................................................... 89
5.5 Formula Optimasi Es Krim ....................................................... 92

BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................... 94


6.1 Mutu Organoleptik .................................................................... 94
6.2 Daya Terima.............................................................................. 97
6.3 Kandungan Gizi ...................................................................... 103
6.4 Nilai Ekonomi ......................................................................... 107
6.5 Formula Optimasi ................................................................... 109
6.6 Keterbatasan Penelitian ........................................................... 110

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 111


7.1 Kesimpulan ............................................................................. 111
7.2 Saran ....................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 114


LAMPIRAN .............................................................................................. 121

ix

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
2.1 Angka Kecukupan Gizi Balita Usia 2-5 Tahun …….. 16
2.2 Kandungan Gizi Berbagai Jenis Susu Bubuk ……..... 20
2.3 Kandungan Seng Pangan Nabati dan Hewani per 100
gram ………………………………………………… 28
2.4 Syarat Mutu Es Krim ……………………………….. 34
4.1 Kebutuhan Protein, Albumin, Ca dan Zn Makanan
Selingan Balita 2 - 5 Tahun ………………………… 47
4.2 Kandungan Gizi Bahan Es Krim per 100 gram
Berdasarkan Referensi …………………………….... 47
4.3 Formula Es Krim Kontrol dan Modifikasi ……......... 48
4.4 Kandungan Gizi Formula Es Krim Kontrol dan
Modifikasi Berdasarkan Referensi …….................... 51
4.5 Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala
Data Variabel …….........…….........…….........……... 58
4.6 Bahan Pembuatan Es Krim Standar Percobaan
Pertama …….........…….........…….........……............ 64
4.7 Bahan Pembuatan Es Krim Standar Percobaan
Kedua …….........…….........…….........…….............. 64
5.1 Resep Es Krim Coklat Modifikasi Pada Penelitian
Pendahuluan …….........…….........…….........…….... 70
5.2 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap Warna
Es Krim …….........…….........…….........……........... 71
5.3 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap
Tekstur Es Krim …….........…….........……............... 72
5.4 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap
Aroma Es Krim …….........…….........……................ 72
5.5 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap Rasa
Es Krim …….........…….........…….........……........... 73
5.6 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap
Keseluruhan Komponen Es Krim …….........……..... 74
5.7 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap
Warna, Tekstur, Aroma, Rasa, serta Keseluruhan
Komponen Es Krim …….........…….........…….......... 75
5.8 Distribusi Kandungan Gizi dan Nilai Ekonomi Es
Krim …….........…….........…….........……................ 76
5.9 Distribusi Skoring Kandungan Zat Gizi, Nilai
Ekonomi, dan Mutu Organoleptik …….........……..... 77
5.10 Distribusi Skoring Seluruh Variabel untuk
Menentukan Formula Optimum …….........……........ 77

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.11 Rekomendasi Panelis Terbatas …….........…….......... 78


5.12 Resep Es Krim Coklat Modifikasi Hasil Penelitian
Pendahuluan…….........…….........…….........……..... 79
5.13 Distribusi Daya Terima Es Krim oleh Panelis Anak-
Anak …….........…….........…….........……................ 80
5.14 Distribusi Tingkat Kesukaan Rasa oleh Panelis Tak
Terlatih …….........…….........…….........……............ 80
5.15 Distribusi Tingkat Kesukaan Tekstur oleh Panelis
Tak Terlatih …….........…….........…….........………. 81
5.16 Distribusi Tingkat Kesukaan Warna oleh Panelis Tak
Terlatih …….........…….........…….........……............ 82
5.17 Distribusi Tingkat Kesukaan Aroma oleh Panelis
Tak Terlatih …….........…….........…….........……..... 82
5.18 Distribusi Tingkat Kesukaan Keseluruhan oleh
Panelis Tak Terlatih …….........…….........……......... 83
5.19 Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis Tak Terlatih
terhadap Karakteristik Es Krim …….........……......... 84
5.20 Hasil Perbandingan Nilai Gizi per Porsi Es Krim
dengan AKG …….........…….........…….........…….... 86
5.21 Perbandingan Kandungan Gizi Hasil Perhitungan
dan Pengujian Laboratorium per 100 gram Es Krim
Formula Terbaik …….........…….........……............... 87
5.22 Perbandingan Kandungan Gizi Hasil Perhitungan
dan Pengujian Laboratorium per Porsi Es Krim
Formula Terbaik (60 g) …….........…….........……... 88
5.23 Hasil Perbandingan Nilai Gizi Es Krim dengan
Syarat Mutu …….........…….........…….........……..... 89
5.24 Biaya Investasi Produksi Es Krim …….........……..... 90
5.25 Biaya Operasional Tidak Langsung Produksi Es
Krim dalam Sebulan …….........…….........……......... 90
5.26 Biaya Operasional Langsung Produksi Es Krim
dalam Sebulan dan Harga Jual Es Krim ……………. 91
5.27 Distribusi Nilai Ekonomi per Satuan Zat Gizi Es
Krim …….........…….........…….........……........…… 92
5.28 Distribusi Skoring Penilaian Formula Es Krim
Modifikasi …….........…….........…….........……....... 93

xi

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
3.1 Kerangka Konseptual Pengembangan Makanan …… 41
4.1 Kerangka Operasional Penelitian …….........……...... 62
4.2 Diagram Alir Pembuatan Wijen giling ……............... 66
4.3 Diagram Alir Pembuatan Adonan Es Krim ……........ 66
4.4 Diagram Alir Homogenisasi Es Krim ……................ 67
5.1 Grafik radar tingkat kesukaan panelis tak terlatih
pada es krim …….........…….........……..................... 85

xii

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman
1. Keterangan Lolos Kaji Etik …….........……............... 121
2. Penjelasan Sebelum Persetujuan untuk Panelis ……. 122
3. Pernyataan Persetujuan Penelitian untuk Panelis …... 124
4 Kuesioner Uji Mutu Organoleptik untuk Panelis
Terbatas …….........…….........…….........……........... 125
5. Kuesioner Uji Hedonik untuk Panelis Tidak Terlatih. 127
6. Kuesioner Uji Hedonik untuk Panelis Anak-Anak … 128
7. Hasil Uji Statistik …….........…….........……............. 129
8. Hasil Uji Laboratorium Es Krim Modifikasi Terbaik. 134
9. Dokumentasi Penelitian …….........…….........…….... 135
10 Kemasan Es Krim …….........…….........……............. 137

xiii

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH


DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
Daftar Arti Lambang
& : dan
% : persen
- : sampai
/ : per
< : kurang dari
> : lebih dari
≥ : lebih dari sama denga
≤ : kurang dari sama dengan
≈ : pembulatan
± : kurang lebih

Daftar Singkatan
g : gram
mg : milligram
ml : milliliter
kkal : kilokalori
0
C : derajat celcius
SD : Standar Deviasi
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
FAO : Food Agriculture and Organization
PMT : Pemberian Makanan Tambahan
KEP : Kekurangan Energi dan Protein
AKG : Angka Kecukupan Gizi
TKPI : Tabel Komposisi Pangan Indonesia
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
AOAC : Association of Official Analytical Chemist
BSN : Badan Standarisasi Nasional
SNI : Standar Nasional Indonesia
PerKaBPOM : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

xiv

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Stunting adalah kondisi saat balita memiliki panjang badan atau tinggi

badan yang kurang jika dibandingkan dengan usianya (Kemenkes, 2018).

Menurut WHO (2010), balita dikatakan stunting jika TB/U berada di bawah

minus dua standar deviasi (< -2 SD). Prevalensi stunting pada tahun 2018

masih dikatakan tinggi jika berdasarkan standar prevalensi dari WHO

(1995), karena berada pada rentang 30-39%. Pada tahun 2018, balita yang

mengalami stunting sebesar 30,8%, persentase tersebut menurun

dibandingkan tahun 2013 sebesar 37,2%. Prevalensi stunting di Jawa Timur

juga mengalami penurunan dari 2013-2018, yaitu dari 35,8% menjadi

32,81% (Kemenkes, 2018). Prevalensi stunting tersebut masih belum

memenuhi target RPJMN tahun 2015-2019, yaitu mencapai prevalensi di

bawah 28%. Prevalensi stunting di Surabaya tahun 2013-2018 meningkat,

yaitu dari 22,8% menjadi 29%. Meskipun prevalensi tersebut tidak tegolong

tinggi, namun angka prevalensi mengalami kenaikan yang cukup tinggi

(Kemenkes, 2018).

Stunting dapat terjadi akibat beberapa faktor, yaitu faktor riwayat

asupan dan faktor non asupan. Beberapa faktor non asupan yang dapat

meningkatkan risiko terjadinya stunting adalah seringnya mengalami

penyakit infeksi, status ekonomi, banyaknya jumlah anggota keluarga,

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

panjang lahir dan pendidikan ibu. Dari faktor asupan, beberapa peneliti

menyebutkan bahwa riwayat konsumsi beberapa zat gizi, seperti protein,

seng, dan kalsium berhubungan dengan terjadinya stunting. Penelitian Dewi

dan Adhi (2016) menunjukkan bahwa balita yang memiliki riwayat penyakit

infeksi 3 bulan terakhir dan memiliki rata-rata konsumsi protein dan seng

kurang dari kebutuhan, akan meningkatkan risiko mengalami kejadian

stunting. Selain konsumsi protein dan seng yang rendah, menurut penelitian

Chairunnisa, et al. (2018), balita yang stunting mengonsumsi kalsium lebih

rendah dibandingkan dengan balita yang tidak stunting, dan perbedaan

tersebut merupakan perbedaan yang signifikan. Selain beberapa faktor

tersebut, faktor tidak langsung, seperti tingkat ekonomi atau kesejahteraan

keluarga yang rendah pada balita dapat menyebabkan peningkatan risiko

stunting 5 kali lebih besar daripada yang tidak (Astutik, 2018). Jika

beberapa faktor, seperti asupan balita, terus dibiarkan tanpa diperbaiki akan

menyebabkan dampak pada jangka panjang seperti keterlambatan

pertumbuhan dan mental, berkurangnya kapasitas intelektual, serta

meningkatkan risiko kesakitan dan kematian karena adanya penyakit infeksi

berulang (WHO, 2010).

Protein, seng, dan kalsium sangat dibutuhkan balita stunting, khususnya

usia 2 - 5 tahun untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan dengan anak

seusia lainnya. Beberapa peneliti telah membuat produk makanan selingan

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

untuk balita stunting. Contoh produk tersebut adalah gyoza dengan tujuan

meningkatkan konsumsi protein (Permatasari, 2018), bagea dengan tujuan

meningkatkan konsumsi kalsium (Hana, 2017), serta pie mini dengan tujuan

meningkatkan konsumsi protein, kalsium dan seng (Faroj, 2017).

Protein merupakan sumber asam amino esensial sangat diperlukan

sebagai zat pembangun, yaitu untuk pembentukan protein dalam serum,

hemoglobin, enzim, hormon, antibodi, serta untuk mengganti sel-sel yang

rusak. Seng juga sangat dibutuhkan pada masa balita karena seng memiliki

peran biokemis yang sangat penting dalam proses metabolisme (Adriani &

Wirjatmadi, 2016). Kalsium sangat dibutuhkan untuk mengatur pekerjaan

hormon dan faktor pertumbuhan (Almatsier, 2010). Protein, terutama

albumin, sangat dibutuhkan untuk mengangkut bahan yang kurang larut

dalam air melewati plasma darah dan cairan sel, bahan tersebut seperti seng

dan kalsium. Selain itu, albumin juga dibutuhkan untuk pembentukan

jaringan tubuh yang baru, yang sangat dibutuhkan saat masa balita

(Harianti, 2011).

Telur merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan protein

dengan nilai biologis yang tinggi dengan harga yang tidak terlalu mahal dan

mudah dicari. Putih telur juga merupakan bahan yang cocok untuk dijadikan

sebagai salah satu bahan es krim, contohnya pada penelitian Khoerunnisa

(2017). Putih telur ayam ras sebanyak 100 gram mengandung 10,5 gram

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

protein dan 95% diantaranya adalah albumin. Penelitian pada pasien

hipoalbuminemia mengatakan bahwa pemberian putih telur 40 gram 3 kali

sehari mampu meningkatkan kadar albumin dalam serum (Syamsiatun &

Siswati, 2015).

Wijen (Sesamum indicum) merupakan biji-bijian yang memiliki

kandungan protein, seng dan kalsium yang tinggi. Dibandingkan dengan

sumber seng lainnya, wijen memiliki harga yang paling terjangkau dan

paling banyak ketersediaannya. (Saunders et al., 2012). Wijen juga

memiliki cita rasa yang cocok jika dicampurkan dengan es krim, seperti

contoh pada es krim wijen hasil formulasi Oktafa dan Suharsono (2019).

Dalam 100 g biji wijen, terkandung protein 19,3 g, kalsium 1125 mg, dan

seng 7,9 mg (Kemenkes, 2018). Biji wijen juga mengandung albumin

sebesar 15% dari total protein (Mustafa et al., 2012). Beberapa penelitian

telah menjadikan biji wijen menjadi wijen giling untuk mengunggulkan zat

gizi tertentu, seperti kalsium (Wani et al., 2015).

Pada umumnya, anak-anak terutama anak usia prasekolah sangat

menyukai makanan yang manis-manis atau yang mengandung gula

(Ernawati et al., 2011). Es krim merupakan salah satu makanan manis

berbahan dasar susu yang dikombinasikan dengan pemberi rasa dan

pemanis (Simatupang et al., 2015). Es krim merupakan salah satu makanan

yang sangat popular di dunia dan digemari berbagai kalangan, terutama

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

anak-anak (Chan, 2008). Namun, es krim yang banyak dijual di pasaran

mengandung protein, kalsium dan seng yang cukup rendah, bahkan jarang

ditemukan es krim yang mencantukan kandungan kalsium dan seng. Hal

tersebut menyebabkan konsumsi es krim tidak dapat memenuhi kebutuhan

protein, kalsium dan seng untuk makanan selingan anak-anak, sehingga

perlu adanya substitusi bahan pembuat es krim untuk meningkatkan nilai

gizinya.

Menurut Chan (2008), susu yang biasanya digunakan dalam pembuatan

es krim adalah susu sterilisasi, susu pasteurisasi, dan susu bubuk. Susu skim

bubuk memiliki kandungan gizi berupa protein, kalsium dan seng yang

paling tinggi namun harga yang lebih murah dibandingkan susu fullcream

bubuk (Kemenkes, 2018). Oleh karena itu, susu skim bubuk dapat dijadikan

pilihan dalam meningkatkan kandungan protein, kalsium dan seng pada

produk es krim.

Substitusi putih telur ayam, wijen giling dan susu skim bubuk pada

bahan es krim, yaitu susu fullcream, diharapkan dapat menjadi alternatif

untuk meningkatkan asupan protein, albumin, seng, dan kalsium yang

sangat dibutuhkan oleh balita stunting usia 2 – 5 tahun namun tetap dengan

harga yang terjangkau, sehingga dapat menjadi pilihan makanan selingan

untuk mengoptimalkan pertumbuhan balita.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

1.2 Identifikasi Masalah

Tingginya angka prevalensi stunting di Indonesia masih menjadi

masalah dari tahun ke tahun, meskipun angka prevalensi stunting terus

menurun setiap tahunnya, akan tetapi pemerintah dan tenaga kesehatan tetap

harus bekerja keras untuk membuat angka prevalensi stunting di Indonesia

tidak masuk dalam kategori “tinggi” lagi. Berdasarkan faktor risiko

terjadinya stunting, perlu adanya pemberian makanan yang dapat memenuhi

kebutuhan protein, kalsium, dan seng untuk mengejar keterlambatan

pertumbuhan selama anak masih dalam masa pertumbuhan.

Protein khususnya albumin sangat dibutuhkan, selain untuk

pertumbuhan, juga untuk absorbsi seng dan kalsium yang sangat dibutuhkan

balita stunting usia 2 – 5 tahun. Putih telur ayam merupakan bahan makanan

yang tinggi kandungan albumin dengan harga yang terjangkau dan akses

untuk mendapatkannya mudah jika dibandingkan dengan sumber albumin

lain seperti ikan kutuk. Penelitian Hunt, et al. (1990) menunjukkan bahwa

peningkatkan asupan putih telur dapat meningkatkan penyerapan seng.

Putih telur juga sering digunakan di rumah sakit untuk makanan pasien yang

sangat membutuhkan albumin, sehingga putih telur ayam dapat dijadikan

alternatif bahan untuk membuat produk makanan kesukaan balita stunting

usia 2 -5 tahun agar balita dapat meningkatkan asupan protein albumin serta

lebih tertarik untuk megonsumsinya.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

Pada umumnya, anak-anak terutama anak usia prasekolah sangat

menyukai makanan yang manis-manis atau yang mengandung gula

(Ernawati et al., 2011). Mayoritas makanan selingan anak usia prasekolah

mengandung tinggi karbohidrat dan rendah zat gizi lainnya, sehingga tidak

terlalu menunjang pertumbuhan anak. Es krim di pasaran masih rendah akan

zat gizi protein, seng dan kalsium. Namun es krim merupakan salah satu

jenis makanan selingan yang berpotensi untuk disubstitusi bahan

pembuatnya agar dapat menjadi makanan selingan tinggi zat gizi protein,

kalsium, dan seng. Es krim juga merupakan makanan selingan yang

memiliki rasa manis, berbahan dasar susu yang dikombinasikan dengan

pemberi rasa dan pemanis, sehingga sesuai dengan preferensi makanan

anak-anak (Simatupang et al., 2015). Menurut Chan (2008), susu yang

biasanya digunakan dalam pembuatan es krim adalah susu sterilisasi, susu

pasteurisasi, dan susu bubuk. Susu skim bubuk memiliki kandungan gizi

berupa protein, kalsium dan seng yang paling tinggi namun harga yang

lebih murah dibandingkan susu fullcream bubuk (Kemenkes, 2018). Selain

susu skim, biji wijen juga tinggi akan kandungan protein, kalsium, dan seng.

Dibandingkan dengan sumber seng lainnya, wijen memiliki harga yang

paling terjangkau dan paling banyak ketersediaannya. (Saunders et al.,

2012). Wijen juga memiliki cita rasa yang cocok jika dicampurkan dengan

es krim, seperti contoh pada es krim wijen hasil formulasi Oktafa dan

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

Suharsono (2019). Beberapa penelitian telah menjadikan biji wijen menjadi

tepung untuk meningkatkan kalsium pada beberapa produk makanan. Oleh

karena itu, putih telur ayam, susu bubuk skim dan wijen giling dapat

dijadikan bahan alternatif untuk meningkatkan kandungan protein, albumin,

seng dan kalsium pada es krim.

Substitusi putih telur (PT), wijen giling (WG) dan susu skim bubuk

(SSB) pada susu fullcream diharapkan dapat menjadi alternatif untuk

meningkatkan daya cerna serta kandungan protein, albumin, seng, dan

kalsium yang sangat dibutuhkan oleh balita stunting usia 2 – 5 tahun,

sehingga dapat menjadi pilihan makanan selingan untuk mengoptimalkan

pertumbuhan balita serta tetap memiliki harga yang terjangkau. Es krim

diberikan perlakuan berupa substitusi ketiga bahan tersebut dengan proporsi

yang berbeda-beda, proporsi minimal substitusi didasari oleh kebutuhan zat

gizi untuk makanan selingan balita usia 2-5 tahun, yaitu minimal 10%

kebutuhan harian. Proporsi tersebut yaitu Formula I disubstitusi 14% (PT

7% + WG 2% + SSB 5%), Formula II disubstitusi 17% (PT 8% + WG 3% +

SSB 6%), Formula III disubstitusi 20% (PT 9% + WG 4% + SSB 7%), dan

Formula IV disubstitusi 23% (PT 10% + WG 5% + SSB 8%). Empat

formula tersebut akan diuji mutu organoleptik oleh panelis terbatas dan

dipilih 2 terbaik. Dua formula modifikasi es krim putih telur, susu skim

bubuk, dan wijen giling terbaik akan diujikan ke panelis tidak terlatih untuk

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

mengetahui daya terimanya dan ke laboratorium untuk mengetahui

signifikan tidaknya perbedaan kandungan gizi dari formula standar dengan

formula modifikasi.

1.3 Rumusan dan Pembatasan Masalah

1.3.1 Rmusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan peneliti menuliskan rumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana pengaruh substitusi putih telur ayam, wijen giling dan susu

skim bubuk terhadap mutu organoleptik, daya terima, kandungan gizi

(protein, albumin, seng, dan kalsium), dan nilai ekonomi gizi pada es krim

sebagai alternatif makanan selingan untuk balita stunting usia 2 - 5 tahun?”

1.3.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan, pada penelitian ini ditetapkan batasan-batasan sebagai berikut :

1. Kandungan gizi yang dilihat adalah protein, albumin, seng dan kalsium.

2. Uji mutu organoleptik dan daya terima yang dilihat adalah warna,

aroma, tekstur, rasa, dan keseluruhan.

3. Bahan yang digunakan adalah putih telur ayam ras, susu fullcream cair

merk “Indomilk”, susu skim bubuk merk “IndoPrima”.

4. Sasaran dari produk adalah balita usia 2 – 5 tahun.

5. Es krim yang disubstitusi adalah es krim dengan rasa coklat.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisa pengaruh substitusi

putih telur, wijen giling dan susu skim bubuk terhadap mutu organoleptik,

daya terima, kandunga gizi dan nilai ekonomi gizi pada es krim sebagai

alternatif makanan selingan untuk balita stunting usia 2 - 5 tahun.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Melakukan pengembangan formula es krim dengan substitusi putih

telur, wijen giling dan susu skim bubuk dengan berbagai presentase.

2. Menilai mutu es krim yang disubstitusi putih telur, wijen giling dan susu

skim bubuk dengan uji mutu organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur

dan keseluruhan) dan memnentukan produk terpilih.

3. Menilai daya terima produk es krim yang disubstitusi putih telur, wijen

giling dan susu skim bubuk dengan uji hedonik (warna, aroma, tekstur,

rasa, keseluruhan) dan menentukan produk terpilih.

4. Menganalisis kandungan gizi (protein, albumin, seng, dan kalsium) pada

es krim yang disubstitusi putih telur, wijen giling dan susu skim bubuk.

5. Menghitung nilai ekonomi gizi es krim yang disubstitusi putih telur,

wijen giling dan susu skim bubuk.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

1.4.3 Manfaat

1. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan ilmu teknologi pangan

dan gizi dalam hal formulasi makanan dengan menginovasi dan

memodifikasi sumber bahan makanan lokal untuk meningkatkan nilai

gizi terhadap es krim.

2. Bagi Masyarakat

a. Memberikan alternatif dalam pemilihan makanan selingan yang

mengandung protein, albumin, seng, dan kalsium.

b. Meningkatkan daya guna putih telur, wijen giling dan susu skim

bubuk sebagai upaya penganekaragaman pangan.

c. Memberikan pengetahuan baru penambahan bahan pangan tinggi

protein, albumin, seng, dan kalsium dalam pembuatan es krim.

3. Bagi Institusi

Memberikan tambahan pengetahuan di bidang pangan dan gizi tentang

putih telur, wijen giling dan susu skim bubuk yang diolah menjadi es

krim sebagai alternatif makanan selingan yang mengandung protein,

albumin, seng dan kalsium untuk balita stunting 2 – 5 tahun.

4. Peneliti Lain

Menjadi referensi, bahan masukan dan pertimbangan untuk penelitian

selanjutnya berkaitan dengan pengembangan formula makanan bergizi.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting

2.1.1 Definisi Stunting

Stunting adalah kondisi saat balita memiliki panjang badan atau

tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan usianya (Kemenkes,

2018). Kondisi stunting dapat diketahui dengan membandingkan panjang

atau tinggi badan balita dengan standar yang telah ditetapkan oleh WHO.

Menurut WHO (2010), balita dikatakan stunting jika TB/U berada di bawah

minus dua standar deviasi (< -2 SD).

Stunting adalah perawakan pendek yang disebabkan karena

malnutrisi jangka panjang. Stunting pada balita seringkali tidak disadari

karena tingginya yang tidak berbeda jauh dengan tinggi anak normal

seusianya. Stunting baru disadari saat berada pada usia pubertas atau remaja

(Hendricks dan Duggan, 2005). Kondisi tersebut sangat merugikan karena

semakin terlambat disadari, semakin sulit mengatasi kejadian stunting pada

anak.

Berdasarkan data terbaru mengenai stunting di Indonesia, prevalensi

stunting pada tahun 2018 masih dikatakan tinggi jika berdasarkan standar

prevalensi dari WHO (1995), karena berada pada rentang 30-39%. Pada

tahun 2018 balita yang mengalami stunting sebanyak 30,8%, jumlah

12

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

tersebut menurun dari saat tahun 2013 yang memiliki balita stunting

sebanyak 37,2% (Kemenkes, 2018). Prevalensi stunting tersebut juga masih

belum memenuhi target RPJMN tahun 2015-2019, yaitu mencapai

prevalensi di bawah 28%.

2.1.2 Faktor Risiko Stunting

Stunting termasuk dalam masalah gizi kronik (Kemenkes, 2018)

atau hasil dari kekurangan nutrisi jangka panjang (WHO, 2010). Stunting

dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Berikut beberapa faktor

risiko terjadinya stunting:

1. Asupan Protein Rendah

Balita yang mengonsumsi protein kurang dari kebutuhan memiliki

peluang lebih besar untuk mengalami stunting daripada yang

mengonsumsi cukup protein (Dewi and Adhi, 2016). Protein dibutuhkan

oleh tubuh untuk pertumbuhan serta untuk mengganti jaringan yang

sudah usang (Almatsier, 2010). Eratnya hubungan protein dengan

pertumbuhan yang menyebabkan balita dengan konsumsi protein kurang

memiliki risiko lebih besar mengalami stunting (Bender, 2002).

Kandungan asam amino lengkap dari protein dapat menguntungkan

dalam sintesis albumin di hati. Asam amino pada protein juga

membantu untuk penyerapan seng dalam tubuh.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

2. Asupan Seng Rendah

Menurut penelitian Anindita (2012), terdapat hubungan antara tingkat

kecukupan seng dengan kejadian stunting. Seng berperan penting dalam

pertumbuhan, karena berinteraksi dengan banyak hormon penting yang

terlibat dalam pertumbuhan (Riyadi, 2007). Kekurangan seng juga

berdampak pada penurunan respon pembentukan antibodi di limfa

sehingga anak lebih rentan terkena penyakit infeksi.

3. Asupan Kalsium Rendah

Menurut penelitian Chairunnisa (2018), terdapat perbedaan asupan

kalsium pada balita yang stunting dan tidak. Balita yang tidak stunting

mengonsumsi kalsium lebih banyak dari yang stunting. Kalsium

memiliki fungsi yang cukup besar dalam pertumbuhan, terutama

pertumbuhan tulang dan gigi (Adriani dan Wirjatmadi, 2016).

4. Sering Mengalami Penyakit Infeksi

Menurut penelitian Dewi dan Adhi (2016), balita yang stunting

memiliki riwayat terkena penyakit infeksi lebih banyak dibandingkan

balita yang tidak stunting. Tingginya frekuensi balita terkena penyakit

infeksi berdampak pada berat badan, pertumbuhan linier, serta defisiensi

energi, protein dan zat gizi lain karena menurunnya nafsu makan

sehingga asupan berkurang (Dwi dan Wirjatmadi, 2012).

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

5. Status Ekonomi Rendah

Menurut penelitian Kusuma (2013), anak pada keluarga dengan status

ekonomi rendah, memiliki risiko stunting 4,13 kali lebih besar

dibanding anak dengan status ekonomi keluarga tinggi. Menurut

penelitian Astutik (2018), tingkat ekonomi atau kesejahteraan keluarga

yang rendah pada balita dapat menyebabkan peningkatan risiko stunting

5 kali lebih besar daripada yang tidak. Tingkat sosial ekonomi atau

tingkat kemakmuran seseorang mempengaruhi kemampuan keluarga

untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita, disamping itu keadaan sosial

ekonomi juga berpegaruh pada pemilihan macam makanan tambahan

dan waktu pemberian makananya serta kebiasan hidup sehat.

2.1.3 Dampak Stunting

Jika beberapa faktor penyebab stunting terjadi dalam jangka waktu

yang lama, maka akan mengakibatkan dampak yang buruk untuk anak-anak

ke depannya. WHO (2010) menyebutkan beberapa dampak yang akan

terjadi jika stunting pada balita tidak segera ditanggulangi:

1. Keterlambatan pertumbuhan

2. Perkembangan mental yang tertunda

3. Berkurangnya kapasitas intelektual

4. Meningkatkan risiko kesakitan dan kematian karena adanya penyakit

infeksi berulang

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

5. Mempengaruhi produktivitas ekonomi nasional

6. Meningkatkan risiko melahirkan bayi yang BBLR (Berat Bayi Lahir

Rendah) pada wanita yang memiliki riwayat stunting

7. Berkontribusi pada siklus malnutrisi antargenerasi.

2.1.4 Anak Usia 2-5 Tahun

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Balita Usia 2-5 Tahun

Kebutuhan Gizi Kelompok Usia


Zat Gizi
2-3 Tahun 4-5 Tahun
Energi (kkal) 1350 1400
Protein (gr) 20 25
Lemak (gr) 45 50
Karbohidrat (gr) 215 220
Kalsium (mg) 650 1000
Seng (mg) 3 5
Sumber : Kemenkes, tahun 2019

Menurut WNPG (2012), tingkat kecukupan energi dan zat gizi

makro dikategorikan menjadi tiga: kurang (<80% AKG); cukup (80-110%

AKG); dan lebih (>110% AKG). Kecukupan zat gizi mikro seperti vitamin

dan mineral dikategorikan menjadi dua, yaitu kurang (<77% AKG) dan

cukup (≥77% AKG) (Gibson, 2005). Meskipun mineral dan vitamin tidak

ada kategori “berlebih”, akan tetapi setiap mineral dan vitamin memiliki

batas atas konsumsi yang telah ditetapkan agar tidak sampai menyebabkan

toksisitas. Batas atas konsumsi kalsium untuk balita 2-5 tahun adalah 2500

mg/hari (IOM, 2011), sedangkan batas atas konsumsi seng perhari adalah 7

mg untuk usia 2-3 tahun dan 12 mg untuk usia 4-5 tahun (IOM, 2001).

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

2.2 Putih Telur Ayam

2.2.1 Definisi

Putih telur merupakan makanan hewani yang tinggi protein,

terutama protein albumin. Mayoritas rumah sakit, salah satunya RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta menggunakan putih telur sebagai makanan untuk diet

orang dengan hipoalbuminemia karena kandungan protein albuminnya yang

tinggi (Syamsiatun & Siswati, 2015). Penelitian pada pasien

hipoalbuminemia mengatakan bahwa pemberian putih telur 40 gram 3 kali

sehari mampu meningkatkan kadar albumin dalam serum (Syamsiatun &

Siswati, 2015).

Putih telur lebih mudah dicerna oleh tubuh dan lebih aman untuk

dikonsumsi dengan cara jika dikoagulasi terlebih dahulu dengan cara

dipanaskan. Putih telur yang mentah merupakan zat yang tidak dapat

dicerna oleh tubuh dengan mudah, selain itu, putih telur mentah yang

dikonsumsi dalam jumlah besar juga dapat menyebabkan diare (Bateman,

1916).

2.2.2 Kandungan Gizi

Putih telur ayam ras seberat 100 gram mengandung energi 50 kkal,

protein 10,8 g, lemak 0 g, karbohidrat 0,8 g, kalsium 6 mg, dan seng 0,4 mg

(Kemenkes, 2018). Dari 10,5 gram protein putih telur ayam ras, 95%

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

diantaranya adalah albumin, sedangkan 100 gram putih telur itik

mengandung 11 gram protein (Syamsiatun & Siswati, 2015).

2.3 Wijen Putih (Sesamum indicum)

2.3.1 Definisi
Wijen (Sesamum indicum) merupakan tanaman semak semusim

yang asalnya diduga dari Afrika Selatan, lalu tersebar ke timur tengah

hingga ke India dan Tiongkok. Biji wijen terbentuk di dalam bakal buah

yang tersebut menjadi dua ruang dan terbagi lagi menjadi dua polong

(Schuster, 1992).

Mayoritas biji wijen dimanfaatkan menjadi minyak dengan cara

diekstrak karena minyak biji wijen kaya akan asam lemak tak jenuh,

khususnya asam oleat dan asam linoleat, dan 8-10% asam lemak jenuh,

serta kaya akan vitamin E (Schuster, 1992). Namun ternyata selain memiliki

kandungan lemak yang baik, biji wijen memiliki kandungan seng, kalsium

dan protein yang tinggi. Beberapa penelitian telah memanfaatkan biji wijen

untuk dijadikan tepung dengan tujuan meningkatkan kandungan kalsium

pangan. Beberapa diantaranya untuk dijadikan biskuit PMT (Santika &

Dara, 2017), selain itu juga dijadikan cake untuk anak-anak KEP (Wani et

al., 2015).

2.3.2 Kandungan Gizi

Biji wijen seberat 100 gram mengandung energi 568 kkal, protein

19,3 g, lemak 51,1 g, karbohidrat 18,1 g, kalsium 1125 mg, dan seng 7,9 mg

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

(Kemenkes, 2018). Biji wijen juga mengandung albumin sebesar 15% dari

total protein (Mustafa et al., 2012).

2.3.3 Wijen Giling

Pada penelitian mengenai wijen giling sebelumnya, peneliti awalnya

ingin menjadikan wijen menjadi tepung, namun ternyata wijen yang

dikeringkan dengan cara disangrai tidak dapat diayak, karena semakin

digiling, wijen sangrai akan makin menggumpal (Ambarwani, 2013).

Pembuatan wijen sangrai giling mengacu pada Haryoto (2008) :

1. Wajan dipanaskan di atas kompor.

2. Wijen 100 gram dituangkan di wajan sambil terus diaduk agar tidak

gosong selama 5 menit pada suhu 900C.

3. Wijen diangkat dan disimpan dalam toples.

4. Wijen digiling saat akan digunakan.

2.4 Susu Skim

2.4.1 Definisi

Susu bubuk skim merupakan jenis susu bubuk yang kandungan

lemaknya hanya 10%, didapatkan dengan cara dimasukkan ke dalam

ruangan panas hingga kandungan airnya menguap dan hanya kandungan

kimiawi berupa serbuk yang tertinggal (Chan, 2008). Sifat fisik air susu

menurut Dewi, et al. (2007) sebagai berikut :

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

1) Warna

Warna air susu berkisar putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna

putih merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak

dan partikel koloid dari kasein dan kalsium fosfat. Warna kuning karena

lemak dan karoten yang dapat larut. Bila lemak diambil maka akan

menunjukkan warna kebiruan.

2) Rasa dan Bau

Air susu terasa sedikit manis karena adanya laktosa, sedangkan rasa asin

berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam lainnya. Rasa dan bau

sangat erat kaitannya dengan penentuan kualitas air susu.

2.4.2 Kandungan Gizi

Perbedaan jenis susu bubuk menyebabkan kandungan gizi yang

terkandung di dalamnya pun berbeda. Tujuan dan teknologi pembuatan

masing-masing susu bubuk juga berbeda. Berikut merupakan kandungan

gizi dari berbagai jenis susu bubuk.

Tabel 2.2 Kandungan Gizi Berbagai Jenis Susu Bubuk

Jenis Susu Air Protein Lemak Laktosa (%) Mineral (%)


Bubuk (%) (%) (%)
Susu Skim 4,3 35,0 0,97 51,9 7,8
Susu Fullcream 3,5 25,2 26,2 38,1 7,0
Susu Krim 4,0 21,5 40,0 29,5 5,0
Susu Whey 7,1 12,0 1,2 71,5 8,2
Susu Buttermilk 3,1 33,4 2,28 54,7 6,5
Sumber : Sudarwanto dan Lukman, Tahun 1993

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

Menurut Kemenkes (2018) susu bubuk skim memiliki kandungan

protein, serta mineral kalsium dan seng yang lebih tinggi daripada susu jenis

susu bubuk lain. Susu skim bubuk seberat 100 gram mengandung energi

359 kkal, protein 35,6 g, lemak 1 g, karbohidrat 52 g, kalsium 1300 mg, dan

seng 4,1 g (Kemenkes, 2018).

2.5 Zat Gizi

2.5.1 Protein

2.5.1.1 Definisi dan Peran

Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari

sejumlah L-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Suatu

molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino dengan susunan tertentu

dan bersifat turunan. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen,

oksigen, dan nitrogen. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein sebanyak

16% dari berat protein. Asam amino bertindak sebagai prekursor sebagian

besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial

untuk kehidupan (Almatsier, 2010).

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian

terbesar tubuh setelah air. Sebagian besar protein terdapat pada otot, sisanya

terdapat di tulang dan tulang rawan, kulit, jaringan lain, serta cairan tubuh.

Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dalam darah,

matriks intraseluler juga merupakan protein (Almatsier, 2010). Pada balita,

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

protein yang merupakan sumber asam amino esensial sangat diperlukan

sebagai zat pembangun, yaitu untuk pembentukan protein dalam serum,

hemoglobin, enzim, hormon, antibodi, serta untuk mengganti sel-sel yang

rusak (Harianti, 2011).

2.5.1.2 Jenis dan Karakteristik

Almatsier (2010) mengklasifikasikan protein menjadi tiga, yaitu:

1. Protein Serabut

Karakteristik protein serabut adalah rendahnya daya larut, mempunyai

kekuatan mekanis yang tinggi dan tahan terhadap enzim pencernaan.

Protein ini terdapat dalam unsur-unsur struktur tubuh.

a. Kolagen merupakan protein utama jaringan ikat. Sebanyak 30%

protein total manusia adalah kolagen. Kolagen tidak larut air, mudah

berubah menjadi gelatin bila direbus dalam air, asam encer atau

alkali.

b. Elastin terdapat dalam urat, otot, arteri (pembuluh darah) dan

jaringan elastin lain. Elastin tidak dapat diubah menjadi gelatin.

c. Keratin adalah protein rambut dan kuku. Protein ini mengandung

banyak sulfur dalam bentuk sistein. Rambut manusia mengandung

14% sistein.

d. Miosin merupakan protein utama serat otot.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

2. Protein Globular

Protein globular berbentuk bola, terdapat dalam cairan jaringan tubuh.

Protein ini larut dalam larutan garam dan asam encer, mudah berubah di

bawah pengaruh suhu, konsentrasi garam serta mudah mengalami

denaturasi.

a. Albumin terdapat dalam telur, susu, plasma, dan hemoglobin.

Albumin larut dalam air dan mengalami koagulasi bila dipanaskan.

b. Globulin terdapat dalam otot, serum, kuning telur, dan biji tumbuh-

tumbuhan. Globulin tidak larut dalam air tapi larut dalam larutan

garam encer dan garam dapur dan mengendap dalam larutan garam

konsentrasi tinggi. Globulin mengalami koagulasi bila dipanaskan.

c. Histon terdapat dalam jaringan-jaringan kelenjar tertentu seperti

timus dan pankreas. Histon di dalam sel terikat dengan asam

nukleat.

d. Protamin dihubungkan dengan asam nukleat.

3. Protein Konjugasi

Protein konjugasi merupakan protein sederhana yang terikat dengan

bahan-bahan non asam amino. Gugus non asam amino ini dinamakan

gugus prostetik.

a. Nukleoprotein adalah kombinasi protein dengan asam nukleat dan

mengandung 9-10% asam fosfat yang terdapat dalam inti sel dan

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

merupakan bagian penting DNA dan RNA (pembawa gen).

Nukleoprotein adalah kombinasi protein dan karbohidrat dalam

jumlah besar.

b. Lipoprotein adalah protein larut air yang berkonjugasi dengan lipida,

seperti lesitin dan kolesterol.

c. Fosfoprotein adalah protein yang terikat melalui ikatan ester dengan

asam fosfat seperti pada kasein dalam susu.

d. Metaloprotein adalah protein yang terikat dengan mineral, seperti

ferritin dan hemosiderin di mana mineralnya adalah zat besi,

tembaga dan seng.

e. Bentuk protein konjugasi lain adalah hemoprotein dan flavoprotein.

2.5.1.3 Protein Albumin

Albumin merupakan protein sederhana tetapi menjadi protein utama

dalam plasma manusia, yaitu terdapat 3,4 - 4,7 g/dL. Struktur albumin

berupa globular dan tersusun dari ikatan polipeptida tunggal dengan

susunan asam amino. Albumin dihasilkan oleh hati sekitar 12 gram perhari.

Produksi albumin sekitar 25% dari semua jenis sintesa protein oleh hati dan

separuh dari jumlah protein yang diekskresikannya (Murray et al, 2009).

Kadar albumin bergantung dengan asupan protein yang merupakan bentuk

kompleks dari asam amino. Asam amino seperti triptofan, lisin, ortinin,

arginine, prolin, treonin, dan fenilanin akan merangsang pembentukan

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

albumin. Hormon yang memengaruhi sintesis albumin oleh hepar adalah

hormon pertumbuhan, insulin, korteks adrenal, dan testosteron (Murray et

al, 2009).

Albumin berfungsi untuk membentuk jaringan baru dan mengganti

jaringan yang rusak atau mati. Pada balita, albumin sangat dibutuhkan untuk

pembentukan jaringan yang baru (Harianti, 2011). Penurunan albumin

serum akan memperburuk prediksi penyakit seseorang karena resiko untuk

mengalami penyakit infeksi lebih tinggi (Widjaja, 2013). Albumin juga

berperan untuk mengangkut beberapa komponen darah seperti ion,

bilirubin, hormon, enzim, obat-obatan, asam lemak bebas, vitamin, kalsium,

hormon steroid tertentu, bilirubin, tembaga, zink, dan triptofan plasma

(Murray et al., 2009). Penelitian tentang hubungan antara kadar albumin

dan kalsium serum pada sindrom nefrotik anak membuktikan adanya

hubungan linear positif yang artinya semakin rendah kadar albumin serum,

maka semakin rendah juga kadar kalsium serumnya (Garniasih, 2008).

2.5.1.4 Analisis Kadar Protein

Analisis kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl (AOAC,

2005). Prinsipnya adalah oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi

nitrogen menjadi amonia oleh asam sulfat, selanjutnya amonia bereaksi

dengan kelebihan asam membentuk amonium sulfat. Amonium sulfat yang

terbentuk diuraikan dan larutan dijadikan basa dengan NaOH. Amonia yang

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

diuapkan akan diikat dengan asam borat. Nitrogen yang terkandung dalam

larutan ditentukan jumlahnya dengan titrasi menggunakan larutan baku

asam. Sampel ditimbang sebanyak 0,1- 0,5 g, dimasukkan ke dalam labu

kjeldahl 100 mL, ditambahkan dengan 1/4 buah tablet, kemudian

didekstruksi sampai larutan menjadi hijau jernih dan SO2 hilang.

Larutan dibiarkan dingin dan dipindahkan ke labu 50 mL dan

diencerkan dengan akuades sampai tanda tera, dimasukkan ke dalam alat

destilasi, ditambahkan dengan 5-10 mL NaOH 30-33% dan dilakukan

destilasi. Destilat ditampung dalam larutan 10 ml asam borat 3% dan

beberapa tetes indikator (larutan bromcresol green 0,1% dan 29 larutan

metil merah 0,1% dalam alkohol 95% secara terpisah dan dicampurkan

antara 10 ml bromcresol green dengan 2 mL metil merah) kemudian dititrasi

dengan larutan HCl 0,02 N sampai larutan berubah warnanya menjadi

merah muda. Penentuan kadar protein dihitung dengan rumus sebagai

berikut.

Protein (%) = ((VA - VB) HCL x N HCL x 14,007 x 6,25 x 100%)


(W x 1000)

Keterangan :
VA : mL HCl untuk titrasi sampel
VB : mL HCl untuk titrasi blangko
N : normalitas HCl standar yang digunakan 14,007 : berat atom Nitrogen
6,25 : faktor konversi protein untuk ikan
W : berat sampel (g) Kadar protein dinyatakan dalam satuan g/100 g sampel

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

2.5.1.4 Analisis Kadar Albumin

Analisis kadar albumin dilakukan dengan metode Gas

Chromatography (GC) (Sumarno et al., 2002). Lebih kurang 1 gram sampel

yang telah ditimbang seksama dihidrolisis dengan HCl 6N dalam

lingkungan gas N2 selama 30 menit pada suhu 100 C. Setelah didinginkan,

sisa HCl diuapkan dengan distilasi hampa pada suhu 60C sampai kering.

Esterifikasi terhadap gugus -COOH dilakukan dengan penambahan 2 ml

campuran n-butanol-HCl (1:1) pada suhu 100C selama 2,5 jam. Setelah

dingin sisa butanol diuapkan dengan distilasi hampa seperti di atas sampai

kering. Asilasi terhadap gugus –NH2 dilakukan dengan penambahan 1 ml

campuran TFA (triklor asam asetat) dalam benzen (1:1), digojok kuat dan

dipanaskan pada suhu = 60C selama 5 menit dan segera diambil 1 l untuk

dianalisis dengan kromatografi gas.

2.5.2 Seng

2.5.2.1 Definisi dan Fungsi

Seng memiliki fungsi untuk pertumbuhan dan replikasi sel,

mematangkan fungsi organ reproduksi, penglihatan, kekebalan tubuh,

pengecapan, serta selera makan. Pada fungsi pertumbuhan sel, seng

dikaitkan dengan proses sintesis protein yang melibatkan enzim RNA

polymerase, sedangkan dalam fungsi replikasi sel, seng dihubungkan

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

dengan peran enzim DNA polimerase, deoksinukleotidil transferase, dan

timidin kinase (Adriani & Wirjatmadi, 2016).

Seng berperan sebagai bagian dari 70 sampai 200 enzim (Lutz et al.,

1994). Beberapa enzim tersebut dibutuhkan antara lain untuk proses

glikolisis, proses metabolism protein, metabolisme tulang, dan lainnya

(Robinson et al., 1986). Seng juga dibutuhkan untuk mengaktifkan dan

memulai sintesis hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH) serta

berperan dalam fungsi imunitas, yaitu untuk fungsi sel T dan pembentukan

antibodi oleh sel B (Almatsier, 2010). Seng juga berperan sebagai

antioksidan yang berguna untuk menghancurkan radikal bebas (Wapnir,

2000).

Tabel 2.3 Kandungan Seng Pangan Nabati dan Hewani per 100 gram

Pangan Nabati Kandungan (mg) Pangan Hewani Kandungan (mg)


Sereal fortifikasi 1,9-7,8 Daging sapi, 7,8
seng panggang
Biji labu 7,5 Daging domba, 5,4
panggang
Biji wijen 5,5 Keju cheddar 3,6
Kacang mete 5,3-5,5 Keju fetta 1,8
Almond 3,7-4,1 Telur 1,2
Kacang kedele 3-4 Susu 0,4
Sumber: Saunders et al., Tahun 2010

2.5.2.2 Karakteristik, Inhibitor dan Enhancer

Inhibitor utama pada penyerapan seng adalah asam fitat yang

ditemukan pada polong-polongan, sereal, biji-bijian dan kacang-kacangan

(Adams et al., 2002). Efek inhibitor asam fitat dapat diatasi dengan teknik

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

pengolahan makanan yang menggunakan enzim atau proses pemanasan

untuk menghidrolisis asam fitat (Samman, 2007).

Suplementasi besi juga dapat menghambat penyerapan seng, akan

tetapi kehadiran zat besi pada makanan yang juga mengandung seng tidak

berpengaruh pada penurunan absorbsi seng (Chlplonkar, 2006). Kalsium

dan serat pangan juga dapat menghambat penyerapan seng, akan tetapi

beberapa penelitian mengatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan

dalam penyerapan seng pada bayi yang diberikan susu formula dengan

kalsium tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi kalsium regular

(Lonnerdal, 2000). Begitu juga dengan makanan tinggi serat, serat tersebut

tidak terlalu mengganggu penyerapan seng (Sandstrom et al, 1987).

Penelitian Lonnerdal (2000) menunjukkan bahwa penyerapan seng

meningkat secara linear dengan meningkatnya jumlah protein. Protein

hewani merupakan jenis protein yang dapat membantu peningkatan

penyerapan seng lebih besar dibanding dengan protein nabati, hal ini

dikaitkan dengan pelepasan asam L-amino dan sistein yang mengandung

peptida selama pencernaan yang membentuk ligan bersama dengan seng

(Lonnerdal, 2000). Penelitian Hunt, et al. (1990) menunjukkan bahwa

peningkatan jumlah asupan protein putih telur dapat meningkatkan absorbsi

seng. Nilai albumin dalam plasma merupakan penentu utama absorbsi seng

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

karena albumin merupakan alat transpor utama seng. Absorbsi seng

menurun apabila nilai albumin pada darah menurun (Almatsier, 2010).

2.5.2.3 Analisis Kadar Seng

Metode analisis yang dapat digunakan untuk menguji kadar seng

yaitu dengan metode Flame Atomic Absorbic Spectrometry (AOAC, 2005).

Pengujian dilakukan dengan destruksi larutan campuran HNO2 dan H2O2,

kemudian hasil destruksi akan dianalisa menggunakan spectrometer Flame

AAS. Sampel pertama dikeringkan terlebih dahulu melalui pengovenan

suhu 105°C kurang lebih 2 jam, lalu didinginkan dalam desikator. Sampel

lalu didestruksi basah dengan menambahkan 10 mL larutan campuran

HNO2 dan H2O2 (9:1) disertai pengadukan menggunakan magnetic stirrer

hingga homogen. Campuran dipanaskan sampai larutan menjadi jernih

dalam penangas air. Larutan yang jernih kemudian diencerkan dengan

aquademineralisasi dalam labu ukur 100 mL, kemudian disaring. Hasil

saring akan dianalisa kadar sengnya dengan instrumen Flame AAS.

2.5.3 Kalsium

2.5.3.1 Definisi dan Peran

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam

tubuh, 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi. Di dalam

cairan ekstraseluler dan intraseluler kalsium memegang peranan penting

dalam mengatur fungsi sel, seperti transmisi saraf, kontraksi otot,

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel. Kalsium

mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (Almatsier,

2010).

Selama pertumbuhan, tuntutan terhadap mineralisasi tulang sangat

tinggi. Rendahnya asupan kalsium dapat menyebabkan rendahnya

mineralisasi matriks deposit tulang yang baru dan mempengaruhi kerja

osteoblast, sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan linier. Defisiensi

kalsium dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang, menyebabkan rakitis

pada masa anak-anak dan bila kekurangan tingkat berat dapat menyebabkan

stunting. (Prentice et al, 2012)

Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju. Susu

non fat merupakan sumber kalsium terbaik, karena ketersediaan biologiknya

yang tinggi. Ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan

sumber kalsium yang baik. Serealia, kacang-kacangan dan hasil kacang-

kacangan, tahu dan tempe, serta sayuran hijau juga merupakan sumber

kalsium yang baik (Almatsier, 2010).

2.5.3.2 Karakteristik, Inhibitor dan Enhancer

Bioavailabilitas kalsium bergantung pada asupan dan status vitamin

D. Vitamin D dalam bentuk aktif 1,25(OH)D3 merangsang absorbsi kalsium

dalam bentuk kompleks. Absorbsi kalsium paling baik terjadi dalam

keadaan asam. Asam klorida yang dikeluarkan lambung membantu absorbsi

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

dengan cara menurunkan pH di bagian atas duodenum. Asam amino tertentu

meningkatkan pH saluran cerna, dengan demikian membantu absorbsi

kalsium (Almatsier, 2010). Laktosa juga meningkatkan absorbsi kalsium

jika tersedia cukup enzim laktase (Fairweather-Tait & Southon, 2003).

Inhibitor dari penyerapan kalsium meliputi zat yang membentuk

kompleks di usus, seperti fitat (Fairweather-Tait & Southon, 2003). Protein,

natrium, dan kafein juga dapat memodifikasi bioavailabilitas kalsium dalam

kadar tinggi dengan cara meningkatkan ekskresi kalsium melalui urin

(Weaver et al, 1999).

2.5.3.3 Analisis Kadar Kalsium

Sampel sebanyak 20 ml dimasukkan ke dalam cawan penguap,

selanjutnya didestruksi dengan asam klorida pekat dan didiamkan selama

satu malam. Hasil dekstruksi tersebut diuapkan sampai kering di penangas

air, kemudian dilarutkan kembali dengan asam klorida 10% lalu disaring.

Filtrate yang diperoleh dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml, lalu

diencerkan menggunakan aquadest bebas mineral hingga garis batas dan

diatur pada pH 3 dengan natrium hidroksida, lalu dianalisis dengan

Spektrofotometer Serapan Atom (AOAC, 2005).

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

2.6 Es Krim

2.6.1 Definisi

Es krim merupakan salah satu produk olahan susu yang

dikombinasikan dengan pemberi rasa dan pemanis (Simatupang et al.,

2015). Es krim dibuat dengan cara mencampur dan membekukan semua

bahan baku secara bersama-sama (Sinurat et al., 2006). Saat ini, industri es

krim di dunia semakin berkembang, sehingga variasi rasa dan penyajian

semakin bertambah, contohnya seperti penambahan choco chip, kacang-

kacangan, buah-buahan segar, baik dicampurkan atau hanya ditaburkan di

atasnya. Selain untuk menambah rasa, bahan tersebut juga dapat

meningkatkan performa es krim, sehingga dapat meningkatkan minat

konsumen (Chan, 2008).

Bahan dasar pembuat es krim adalah susu sapi dan krim tinggi

lemak. Bahan tersebut merupakan bahan dari hewani sehingga konsumen

yang menerapkan vegetarian tidak dapat memakannya. Selain itu, krim juga

merupakan bahan yang sulit untuk ditemukan di daerah pedesaan. Penelitian

Filiyanti, et al. (2013) menjelaskan bahwa santan dapat menggantikan

kedua bahan tersebut karena kandungan lemaknya yang juga tinggi,

sehingga konsumen dengan diet vegan dan masyarakat daerah pedesaan

masih bisa merasakan dan memproduksi es krim sendiri di rumah.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

2.6.2 Karakteristik dan Syarat Mutu

Syarat mutu es krim diatur oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN)

dalam SNI No. 01-3713-1995. Es krim yang menggunakan emulsi dan

pewarna diatur juga oleh BSN dalam SNI mengenai bahan tambahan

makanan, yaitu SNI No. 01-0222-1995. Syarat mutu es krim ditampilkan

pada tabel berikut,

Tabel 2.4 Syarat Mutu Es Krim

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan


1 Keadaan
1.1 Penampakan - Normal
1.2 Bau - Normal
1.3 Rasa - Normal
2 Lemak % b/b Minimum 5,0
3 Gula dihitung sebagai sakarosa % b/b Minimum 8,0
4 Protein % b/b Minimum 2,7
5 Jumlah padatan % b/b Minimum 3,4
6 Bahan tambahan makanan
6.1 Pewarna tambahan g/kg Maksimum 3,0
6.2 Pemanis buatan - Negatif
6.3 Pemantap dan pengemulsi g/kg Maksimum 10,0
7 Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb) mg/kg Maksimum 1,0
7.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maksimum 20,0
8 Cemaran arsen (As) mg/kg Maksimum 0,5
9 Cemaran mikroba
9.1 Angka lempeng total Koloni/g Maksimum 2,0 x 105
9.2 MPN Coliform APM/g <3
9.3 Salmonella Koloni/25 g Negatif
9.4 Listeria SPP Koloni/25 g Negatif
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, Tahun 1995

2.6.3 Pembuatan Es Krim

Dalam pembuatan es krim dibutuhkan peralatan sebagai sarana

pendukung proses produksi. Peralatan tersebut antara lain :

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

1) Timbangan 4) Termometer
2) Baskom plastik dan stainless 5) Hand mixer
3) Ballon wisk 6) Kulkas dan Freezer

Tahapan pembuatan es krim menurut Chan (2008) adalah sebagai berikut:

1) Persiapan

Tahap ini meliputi pemilhan dan penimbangan bahan dengan

memperhatikan resep.

2) Pengocokan

Gula dan telur dikocok dengan ballon wisk hingga gula larut dan adonan

berwarna agak putih.

3) Penambahan rasa

Kocokan telur dan gula diberi pencita rasa berbentuk bubuk sesuai yang

diinginkan.

4) Pasteurisasi

Bahan cair seperti susu dan krim dimasak hingga suhu mencapai 80 0C

untuk mematikan bakteri.

5) Homogenisasi

Susu dan krim yang sudah dimasak lalu dicampurkan dengan kocokan

telur dan gula, selanjutnya diaduk hingga rata dan mengental.

6) Pengetiman

Adonan selanjutnya ditim sambil terus diaduk dengan spatula kayu

hingga mengental.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

7) Pendinginan

Adonan es krim yang sudah ditim dipindahkan ke dalam wadah bersih

dan didiamkan hingga dingin.

8) Penyimpanan dalam suhu rendah

Adonan yang sudah didinginkan lalu disimpan dalam freezer hingga

mengeras selama minimum 3 jam.

9) Pengadukan dengan hand mixer

Pengadukan dengan hand mixer merupakan pengganti mesin es krim.

Adonan diaduk dengan mixer selama kurang lebih 5 menit.

10) Pengemasan dan Pengerasan

Setelah dimixer, adonan ditampung atau dikemas dalam wadah es krim

dan disimpan dalam freezer (suhu -180C) hingga menjadi beku.

2.7 Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian sensorik

merupakan suatu cara penilaian yang memanfaatkan indera manusia untuk

mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan,

minuman ataupun obat (Meilgaard et al., 1999). Pengujian ini dibutuhkan

dalam pengembangan produk. Hasil dari pengujian organoleptik dapat

digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikehendaki maupun tidak

dalam produk atau bahan-bahan formulasi, mengidentifikasi area

pengembangan, mengevaluasi produk pesaing, mengamati perubahan yang

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

terjadi selama proses atau penyimpanan, dan memberikan data yang

diperlukan untuk promosi produk.

Uji organoleptik memiliki relevansi yang tinggi dengan mutu produk

karena akan mewakli cita rasa kesukaan atau selera konsumen, namun

meskipun demikian pengujian ini tidak menjamin penerimaan konsumen

(Shewfelt, 2014). Kelebihan dari penggunaan uji organoleptik adalah

metode yang cukup dan mudah dilakukan, serta hasil dan pengukuran dan

pengamatan akan cepat diperoleh (Meilgaard et al., 1999).

2.7.1 Panelis

Penguji dalam uji organoleptik ini disebut panelis. Panelis

merupakan anggota panel atau orang yang terlibat dalam penilaian

organoleptik dari berbagai kesan subjektif produk yang disajikan

(Meilgaard et al., 1999). Panel bertindak sebagai instrument atau alat, yang

bertugas menilai sifat atau mutu produk berdasarkan kesan subjektif.

Beberapa macam panelis menurut Meilgaard et al. (1999) adalah sebagai

berikut :

1. Panel Perseorangan

Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan

tinggi dan spesifik. Kemampuan tersebut diperoleh karena bakat,

kebiasaan, atau latihan yang sangat intensif. Panel perseorangan sangat

mengenal sifat, peranan, dan cara pengolahan bahan yang akan dinilai

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

serta menguasai berbagai metode analisis organoleptik dengan sangat

baik. Panelis jenis ini dibutuhkan untuk mendeteksi penyimpangan yang

tidak terlalu banyak dan mengenali penyebabnya.

2. Panel Terbatas

Panel terbatas adalah orang yang mempunyai kepekaan tinggi sehingga

bias lebih dapat dihindari. Pada umumnya panel terbatas terdiri dari 3-5

orang. Panelis jenis ini mengenal dengan baik berbagai faktor dalam

penilaian organoleptik dan dapat mengetahui cara pengolahan dan

pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.

3. Panel Terlatih

Panel terlatih adalah orang yang mempunyai kepekaan cukup baik serta

dapat menilai beberapa sifat rangsangan sehingga tidak terlalu spesifik.

Pada umumnya panel terlatih terdiri dari 15-25 orang. Untuk

mendapatkan panel terlatih dibutuhkan seleksi dan latihan.

4. Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih adalah orang yang sebelumnya sengaja dilatih untuk

mengetahui sifat sensorik tertentu. Pada umumnya panel agak terlatih

terdiri dari 15-25 orang. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan

terbatas dengan menguji kepekaannya terlebih dahulu.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

5. Panel Tak Terlatih

Panel tak terlatih adalah orang awam yang dapat dipilih berdasarkan

jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial, dan pendidikan tertentu. Pada

umumnya panel tak terlatih berjumlah 25 orang yang terdiri dari orang

dewasa. Panel tidak terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat

organoleptik yang sederhana seperti sifat kesukaan, tetapi tidak dalam

uji pembedaan.

6. Panel Anak-Anak

Panel Anak adalah panel yang paling khas dengan menggunakan anak-

anak berusia 3-10 tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis

dalam penilaian produk-produk pangan yang disukai anak-anak, seperti

coklat, permen, es krim, jajanan, dan sebagainya. Penggunaan panelis

anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan atau undangan

bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya

terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar berekspresi,

seperti sedih, biasa, atau tertawa.

7. Panel Konsumen

Panel konsumen adalah orang yang paling umum dan dapat ditentukan

berdasarkan daerah atau kelompok tertentu, jumlahnya terdiri dari 30

sampai 100 orang bergantung pada target pemasaran suatu komoditas

yang merupakan konsep produk baru sebelum dikembangkan. Pada

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

umumnya jenis ini melibatkan penggunaan grup fokus dan panel perasa

konsumen besar aktual. Grup fokus digunakan oleh spesialis pemasaran

untuk menguji konsep produk baru pada konsumen sebelum

dikembangkan lebih lanjut; grup ini dapat membantu panelis

organoleptik memutuskan konsep yang akan dilanjutkan dan

dikembangkan lebih lanjut. Panel sensori besar digunakan pada tahap

pengembangan akhir; grup ini dapat memberitahu apa yang konsumen

suka dan tidak suka, tetapi tidak dapat memaparkan alasannya

(Shewfelt, 2014).

2.8 Nilai Ekonomi Gizi

Nilai ekonomi suatu makanan dapat dilihat dari harga jual atau dari

harga gizi pangan. Harga jual ditentukan oleh beberapa komponen

pengeluaran seperti biaya investasi, biaya operasional langsung, biaya

operasional tak langsung dan laba. Biaya operasional langsung atau food

cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan agar menghasilkan suatu produk

dengan standar resep tertentu (Justisia, 2016). Harga jual didapatkan dari

BEP (Break Event Point) ditambah dengan laba).

BEP = Biaya investasi + operasional langsung + operasional tak langsung


Volume Produksi

Harga gizi pangan adalah harga yang didapatkan dari harga jual yang

dibagi dengan masing – masing kandungan gizinya (rupiah/satuan zat gizi

tertentu) (Sutyawan et al., 2019).

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual Pengembangan Makanan

Tingkat ekonomi Riwayat asupan protein, Sering mengalami


rendah seng, dan kalsium rendah penyakit infeksi

Masalah gizi
Stunting

Makanan selingan balita stunting usia 2 – 5 tahun


(mengandung protein, albumin, seng, kalsium)

Putih Telur Ayam Biji Wijen Putih Susu Skim Bubuk


1. Tinggi protein, (Sesamum indicum) 1. Mengandung
terutama albumin 1. Tinggi kandungan seng, protein, kalsium
2. Harga lebih murah kalsium dan protein dan seng lebih
dibanding sumber 2. Harga lebih murah tinggi dibanding
albumin lain daripada sumber seng lain susu bubuk lain

Formulasi makanan
selingan :
Es krim

Kandungan gizi Mutu organoleptik dan Daya terima Nilai ekonomi


(protein, albumin, (rasa, aroma, warna, tekstur, gizi
kalsium, seng) keseluruhan)
Keterangan
Diteliti :
Tidak diteliti :

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengembangan Makanan

41

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

Stunting termasuk dalam masalah gizi kronik (Kemenkes, 2018)

atau hasil dari kekurangan nutrisi jangka panjang (WHO, 2010). Faktor

tidak langsung, seperti tingkat ekonomi atau kesejahteraan keluarga yang

rendah pada balita dapat menyebabkan peningkatan risiko stunting 5 kali

lebih besar daripada yang tidak (Astutik, 2018). Tingkat ekonomi yang

rendah dapat mempengaruhi daya beli keluarga terhadap suatu bahan

pangan, sehingga risiko untuk kekurangan zat gizi tertentu akan meningkat.

Kekurangan zat gizi jangka panjang yang dapat menyebabkan stunting

antara lain seperti kurangnya asupan zat gizi protein, seng, dan kalsium.

Protein, khususnya albumin juga menjadi indikator penting pada balita

stunting, karena albumin memiliki fungsi penting, yaitu untuk absorbsi seng

dan kalsium serta untuk pembentukan jaringan tubuh yang baru. Jika

albumin dalam tubuh rendah, penyerapan seng dan kalsium juga menjadi

lebih rendah. Selain dari asupan, tingginya frekuensi balita terkena penyakit

infeksi juga menjadi salah satu penyebab stunting, karena akan berdampak

pada penurunan berat badan, menghambat pertumbuhan linier, serta

menyebabkan defisiensi energi, protein dan zat gizi lain karena menurunnya

nafsu makan sehingga asupan berkurang (Dwi dan Wirjatmadi, 2016).

Faktor risiko di atas menyebabkan perlunya memberikan makanan

tinggi protein, albumin, kalsium, dan seng untuk mengejar keterlambatan

pertumbuhan selama anak masih dalam masa pertumbuhan. Makanan yang

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

diberikan harus merupakan makanan kesukaan anak-anak, agar

meningkatkan efektifitas pemberian makanan. Pada umumnya, anak-anak

terutama anak usia prasekolah sangat menyukai makanan yang manis-manis

atau yang mengandung gula (Ernawati et al., 2011). Es krim merupakan

salah satu makanan manis berbahan dasar susu yang dikombinasikan

dengan pemberi rasa dan pemanis (Simatupang et al., 2015). Menurut Chan

(2008), susu yang biasanya digunakan dalam pembuatan es krim adalah

susu sterilisasi, susu pasteurisasi, dan susu bubuk. Dari berbagai jenis susu,

susu skim bubuk memiliki kandungan protein, serta mineral kalsium dan

seng yang lebih tinggi daripada susu jenis susu bubuk lain (Kemenkes,

2018). Oleh karena itu, susu skim bubuk dapat dijadikan pilihan dalam

meningkatkan kandungan protein, kalsium dan seng pada produk es krim.

Biji wijen merupakan bahan lain yang tinggi kandungan zat gizi,

terutama seng, kalsium, dan protein. Biji wijen juga memiliki harga paling

murah dibandingkan sumber seng lainnya. Biji wijen dapat dijadikan

alternatif substitusi lain yang dapat ditambahkan di es krim untuk

meningkatkan ketiga kandungan zat gizi tersebut pada es krim dengan tetap

memperhatikan nilai ekonomi.

Susu skim dan biji wijen memiliki kandungan protein, kalsium, dan

seng yang tinggi, akan tetapi kandungan albumin pada keduanya sangat

rendah, sehingga diperlukan bahan lain yang tinggi albumin yang dapat

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

disubstitusikan pada bahan es krim. Putih telur ayam merupakan bahan

makanan yang memiliki nilai biologis protein yang tinggi, 95% dari protein

putih telur merupakan albumin. Meskipun tinggi albumin, putih telur

memiliki harga yang tidak mahal, sehingga putih telur ayam juga perlu

disubstitusikan pada es krim untuk meningkatkan kandungan protein,

khususnya protein albumin.

Substitusi susu skim, wijen giling dan putih telur ayam pada es krim

diharapkan mampu meningkatkan mutu organoleptik, daya terima dan

kandungan gizi es krim tersebut pada konsumen, dan diharapkan tidak

terlalu mengubah rasa dari es krim itu sendiri. Maka dari itu, setelah

dilakukan pengembangan formula, es krim akan diujikan kepada sasaran,

yaitu balita usia 2 - 5 tahun dan ibu balita untuk mengetahui daya terima

formula es krim sus skim dan wijen giling pada mereka. Selain itu,

substitusi ketiga bahan tersebut pada susu fullcream diharapkan dapat

menjadi alternatif untuk meningkatkan daya cerna serta kandungan protein,

albumin, seng, dan kalsium yang sangat dibutuhkan oleh balita, sehingga

dapat menjadi pilihan makanan selingan untuk mengoptimalkan

pertumbuhan balita. Formula es krim modifikasi dengan daya terima

tertinggi akan diujikan di laboratorium untuk mengetahui signifikansi

perbedaan kandungan gizi dari formula standar dengan formula modifikasi,

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

serta akan dihitung nilai harga gizi pangannya untuk dibandingkan dengan

produk es krim di pasaran.

3.2 Hipotesis Penelitian

Terdapat pengaruh dari substitusi putih telur, susu skim dan wijen giling

terhadap mutu organoleptik, daya terima es krim, kandungan gizi (protein,

albumin, seng, dan kalsium) serta nilai ekonomi gizi pada es krim sebagai

alternatif makanan selingan untuk balita stunting usia 2 – 5 tahun.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

4.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental murni

berupa formulasi atau pengembangan formula dengan memberikan

perlakuan berupa substitusi putih telur, susu skim dan wijen giling pada tiap

adonan es krim secara acak untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan

terhadap mutu organoleptik, daya terima, kandungan protein, albumin, seng,

dan kalsium, serta nilai ekonomi gizi es krim. Penelitian telah lulus uji etik

dengan nomor 384/HRECC.FODM/VIII/2020.

4.1.2 Rancang Bangun Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL). Percobaan yang dilakukan adalah substitusi putih telur,

susu skim dan wijen giling pada salah satu bahan es krim, yaitu susu

fullcream. Substitusi pada es krim diharapkan mampu memenuhi kebutuhan

zat gizi protein, albumin, kalsium, dan seng pada makanan selingan balita

usia 2 – 5 tahun, yaitu 10% sampai 15% kebutuhan sehari. Kebutuhan

protein, seng dan kalsium balita menggunakan standar Angka Kecukupan

Gizi (Kemenkes, 2019), sedangkan kebutuhan albumin berdasarkan

penelitian oleh Gaw, et al. (2011).

46

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

Tabel 4.1 Kebutuhan Protein, Albumin, Ca dan Zn Makanan Selingan


Balita 2 - 5 Tahun

Zat Gizi Usia (tahun) Kebutuhan Makanan Selingan


2–3 2,0 – 3,0
Protein1
4–5 2,5 – 3,75
2–3 0,4 – 0,6
Albumin2
4-5 0,4 – 0,6
2 –3 65,0 - 97,5
Seng1
4-5 100 - 150
2 –3 0,3 - 0,45
Kalsium1
4–5 0,5 – 0,75
Sumber : 1. Kemenkes, Tahun 2019
2. Gaw et al., Tahun 2011

Putih telur, susu skim bubuk dan wijen giling disubstitusikan pada

susu fullcream, karena kandungan protein, albumin, Zn dan Ca yang lebih

tinggi.

Tabel 4.2 Kandungan Gizi Bahan Es Krim per 100 gram Berdasarkan
Referensi

Bahan Energi (kkal)1 Protein (g)1 Albumin (g) Zn (mg)1 Ca (mg)1


Putih telur
46.4 10.8 9.832 0.4 6
ayam
Biji wijen 609.5 19.3 2.8953 7.9 1125
Susu skim 376 37 0 4.1 800
Susu
154.3 3.2 0.54 0.8 143
fullcream
Gula pasir 376 0 0 0 5
Whipping
206 2.6 0 0.24 66
cream
Kuning
355 16.3 0 2.3 147
telur
Emulsifier 0 0 0 0 0
Coklat
263.6 8 0 0 125
bubuk
Sumber :
1. Kemenkes, Tahun 2018 3. Mustafa, Tahun 2012
2. Syamsiatun, Tahun 2015 4. Saleh, Tahun 2004

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

Tabel 4.3 Formula Es Krim Kontrol dan Modifikasi

Formula F0 F1 F2 F3 F4
Bahan g % g % g % g % g %
Putih telur 0 0.0 35 7.0 40 8.0 45 9.0 50 10.0
Biji wijen 0 0.0 10 2.0 15 3.0 20 4.0 25 5.0
Susu skim bubuk 0 0.0 25 5.0 30 6.0 35 7.0 40 8.0
Susu fullcream 300 60.0 230 46.0 215 43.0 200 40.0 185 37.0
Gula pasir 80 16.0 80 16.0 80 16.0 80 16.0 80 16.0
Whipping cream 80 16.0 80 16.0 80 16.0 80 16.0 80 16.0
Kuning telur 30 6.0 30 6.0 30 6.0 30 6.0 30 6.0
Emulsifier 3 0.6 3 0.6 3 0.6 3 0.6 3 0.6
Coklat bubuk 7 1.4 7 1.4 7 1.4 7 1.4 7 1.4
Total 500 100 500 100 500 100 500 100 500 100
Keterangan :
Resep es krim kontrol merupakan hasil modifikasi resep es krim vanilla dari Chan Tahun 2008

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

Pada penelitian ini terdapat 5 formula (1 kontrol dan 4 modifikasi)

dengan jumlah proporsi putih telur, susu skim bubuk dan wijen giling yang

berbeda-beda. Proporsi minimal substitusi didasari oleh kebutuhan zat gizi

untuk makanan selingan balita usia 2-5 tahun, yaitu minimal 10%

kebutuhan harian. Penambahan komposisi substitusi didasari oleh syarat

mutu es krim yang diatur oleh Badan Standarisasi Nasional (1995) dan

Peraturan Kepala BPOM no 13 tahun 2016 mengenai klaim gizi pada label

pangan. Proporsi yang digunakan pada setiap formula seperti berikut :

F0 : Es krim kontrol tanpa substitusi putih telur, wijen giling dan susu skim

F1 : Es krim substitusi putih telur 7% + wijen giling 2% + susu skim 5%

F2 : Es krim substitusi putih telur 8% + wijen giling 3% + susu skim 6%

F3 : Es krim substitusi putih telur 9% + wijen giling 4% + susu skim 7%

F4 : Es krim substitusi putih telur 10% + wijen giling 5% + susu skim 8%

Pada penelitian, perlu dilakukan pengulangan pembuatan es krim

seluruh formula dengan tujuan untuk menilai konsistensi produk tiap

perlakukan. Jumlah pengulangan yang dilakukan setiap taraf perlakuan

berdasarkan perhitungan menggunakan rumus berdasarkan Federer (1977) :

(R-1) (T-1) ≥ 15
(R-1) (5-1) ≥ 15
4R ≥ 19
R ≥ 4,75 ≈ 5

Keterangan
R = Jumlah pengulangan (replikasi)
T = Jumlah perlakuan (treatment)

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui pengulangan yang perlu

dilakukan sebanyak 5 kali, sehingga jumlah sampel yang didapat sebanyak

25 sampel.

Pada tabel 4.3 terdapat 5 formula yang dibuat untuk diujikan mutu

organoleptiknya pada panelis terbatas, yaitu dosen Program Studi Gizi

Unair yang dipilih 2 formula modifikasi terbaik untuk dicobakan kepada

panelis tidak terlatih, yaitu balita usia 2 – 5 tahun dan ibu balita. Jumlah

formula disesuaikan dengan referensi dari Meilgaard et al. (1999) yang

mengatakan bahwa jumlah sampel es krim tidak boleh lebih dari 6 karena

apabila lebih dari jumlah tersebut, es krim akan meleleh sebelum pengujian.

Dua formula modifikasi terbaik diuji daya terima terkait preferensi

kesukaan pada balita usia 2 – 5 tahun serta terkait rasa, tekstur, aroma,

warna, dan keseluruhan pada ibu balita.

Perhitungan zat gizi sementara menggunakan pendekatan

perhitungan zat gizi per bahan yang digunakan. Zat gizi setiap bahan

diambil dari Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI), informasi nilai gizi

bahan, serta jurnal yang didapatkan dari mesin pencarian google scholar.

Perhitungan nilai gizi menggunakan aplikasi Microsoft Office Excel. Berikut

merupakan hasil perhitungan zat gizi yang ditampilkan pada tabel 4.4,

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FIND


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51

Tabel 4.4 Kandungan Gizi Formula Es Krim Kontrol dan Modifikasi Berdasarkan Referensi

Zat Gizi F0 F1 F2 F3 F4
P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1
Bahan (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg)
Putih telur
0 0 0 0 3.78 3.42 0.14 2.1 4.32 3.92 0.16 2.4 4.86 4.42 0.18 2.7 5.4 4.92 0.2 3
ayam
3 3 3 3
wijen giling 0 0 0 0 1.93 0.3 0.79 112 2.89 0.4 1.18 168.7 3.86 0.6 1.58 225 4.82 0.7 1.97 281.2
susu skim
0 0 0 0 9.25 0 1.02 200 11.1 0 1.23 240 12.9 0 1.43 280 14.8 0 1.64 320
bubuk
susu
9.6 1.5 2.4 1050 7.36 1.14 1.84 805 6.88 1.14 1.72 752.5 6.4 14 1.6 700 5.92 0.94 1.48 647.5
fullcream
gula pasir 0 0 0 4 0 0 0 4 0 0 0 4 0 0 0 4 0 0 0 4
whip cream 2.08 0 0.19 52.8 2.08 0 0.19 52.8 2.08 0 0.19 52.8 2.08 0 0.19 52.8 2.08 0 0.19 52.8
kuning telur 4.89 0 0.69 44.1 4.89 0 0.69 44.1 4.89 0 0.69 44.1 4.89 0 0.69 44.1 4.89 0 0.69 44.1
Pengemulsi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Coklat
0.56 0 0 8.75 0.56 0 0 8.75 0.56 0 0 8.75 0.56 0 0 8.75 0.56 0 0 8.75
bubuk
Total (500
17.1 1.5 3.28 1159.6 29.8 4.88 4.68 1229 32.7 5.44 5.18 1273 35.6 6.00 5.68 1317 38.5 6.56 6.18 1361
ml)
Sumber :
1. Kemenkes, Tahun 2018 3. Mustafa, Tahun 2012
2. Syamsiatun, Tahun 2015 4. Saleh, Tahun 2004

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

Lanjutan
Tabel 4.4 Kandungan Gizi Formula Es Krim Kontrol dan Modifikasi

Zat Gizi F0 F1 F2 F3 F4
P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1
Bahan (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg)
Kandungan/
2.06 0.18 0.39 139.16 3.58 0.59 0.56 147 3.93 0.65 0.62 152.8 4.27 0.72 0.68 158 4.62 0.79 0.74 163.3
porsi (60 ml)
% kebutuhan
perhari usia 10.3 4.5 13.1 21.4 17.9 14.6 18.7 22.7 19.6 16.3 20.7 23.5 21.4 18.0 22.7 24.3 23.1 19.7 24.7 25.1
2-3 th (%)
% kebutuhan
perhari usia 8.2 4.5 7.9 13.9 14.3 14.6 11.2 14.8 15.7 16.3 12.4 15.3 17.1 18.0 13.6 15.8 18.5 19.7 14.8 16.3
4-5 th (%)
Sumber :
1. Kemenkes, Tahun 2018 3. Mustafa, Tahun 2012
2. Syamsiatun, Tahun 2015 4. Saleh, Tahun 2004

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53

4.2 Panelis

4.2.1 Penelitian Pendahuluan

Panelis pada penelitian pendahuluan adalah panelis terbatas yaitu

dosen atau alumni Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Airlangga yang memahami tentang uji organoleptik dan

memiliki pengetahuan pangan dan gizi yang memadai, berjumlah 3 orang.

Panelis yang menilai tidak memiliki alergi makanan terhadap susu, putih

telur, biji wijen dan coklat, serta memiliki indra pengecap yang normal yang

dapat diketahui dengan cara diwawancara untuk mengetahui persepsi

subjektif dari panelis bahwa panelis sedang dalam kondisi sehat dan tidak

memiliki alergi sehingga dapat disimpulkan bahwa indra pengecap panelis

juga normal. Panelis membaca lembar Penjelasan Sebelum Penelitian (PSP)

dan mengisi Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian sebelum melakukan

pengujian dengan disertai saksi yang netral. Penelitian telah lulus uji etik

dengan nomor 384/HRECC.FODM/VIII/2020.

4.2.2 Penelitian Lanjutan

Panelis pada penelitian lanjutan adalah panelis tidak terlatih dan

panelis anak-anak di Surabaya. Panelis tidak terlatih yaitu ibu balita

sejumlah 25, dan panelis anak-anak yaitu balita berusia 2 sampai 5 tahun

sejumlah 25 anak, sesuai dengan referensi pada Meilgaard et al. (1999).

Panelis yang menilai tidak memiliki alergi makanan terhadap telur, susu,

coklat, dan biji wijen, serta memiliki indra pengecap yang normal yang

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54

dapat diketahui dengan cara diwawancara untuk mengetahui persepsi

subjektif dari panelis bahwa panelis sedang dalam kondisi sehat dan tidak

memiliki alergi sehingga dapat disimpulkan bahwa indra pengecap panelis

juga normal.

Panelis tidak terlatih akan menilai kesukaan terhadap sifat

organoleptik, seperti rasa, warna, aroma, tekstur, dan keseluruhan dari es

krim yang akan dituliskan pada kuesioner yang telah disediakan. Panelis

anak-anak hanya akan memberi penilaian berupa suka, netral atau tidak

suka dengan cara ditanyakan oleh ibunya. Waktu pengujian organoleptik

adalah saat waktu makan selingan pagi Pengujian organoleptik pada anak

sebaiknya dilakukan di pagi hari (tidak setelah jam sekolah) atau

disesuaikan dengan jenis makanan yang akan diujikan (makanan utama atau

selingan) (Meilgaard et al, 1999). Panelis harus membaca lembar Penjelasan

Sebelum Penelitian (PSP) dan mengisi Lembar Persetujuan Mengikuti

Penelitian sebelum melakukan pengujian dengan disertai saksi yang netral.

4.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

4.3.1 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah es krim yang telah disubstitusi putih telur,

wijen giling dan susu skim bubuk dengan proporsi yang telah ditentukan.

Penyajian sampel terhadap panelis diberikan secara homogen sebagai

berikut:

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55

1. Takaran Sampel

Sampel es krim yang dinilai oleh panelis disajikan dalam jumlah yang

sama untuk masing-masing formula sebanyak 1 scoop es krim (20 ml).

2. Suhu Sampel

Sampel es krim yang telah dibekukan disajikan dengan suhu di bawah

00C karena mempertimbangkan karakteristik es krim yang seharusnya

disajikan pada suhu beku.

3. Jumlah sampel

Sampel es krim yang disajikan berjumlah 1 formula kontrol (tanpa

modifikasi), 4 formula modifikasi yang diujikan pada panelis terbatas dan 2

formula modifikasi terbaik yang diujikan pada panelis tidak terlatih dan

panelis anak-anak.

4. Cara Penyajian Sampel

Sampel disajikan pada cup kecil dan diberikan kode yang berbeda pada

setiap sampel.

5. Angket Uji Mutu Organoleptik dan Uji Hedonik

Panelis terbatas menilai mutu oraganoleptik yaitu rasa, aroma, warna,

tekstur, dan keseluruhan dengan mengisi angket uji mutu organoleptik serta

memberikan alasan pemberian nilai dan masukan untuk produk pada setiap

aspek. Panelis tidak terlatih mengisi angkat uji hedonik berupa kategori

tingkat kesukaan pada rasa, warna, aroma, tekstur, dan keseluruhan serta

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56

memberi saran terhadap produk. Panelis anak-anak menilai es krim dengan

cara ditanya oleh ibunya atau dibaca melalui ekspresi wajahnya.

4.3.2 Besar Sampel

Sampel produk yang dibutuhkan untuk uji organoleptik sebanyak 20

ml setiap formulanya. Jumlah sampel yang dibutuhkan untuk uji

laboratorium kandungan zat gizi protein, albumin, seng, dan kalsium

sebanyak 100 ml pada setiap formula.

4.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara randomisasi, yaitu

dengan cara mengacak semua sampel sehingga mendapatkan kesempatan

atau peluang yang sama untuk diujikan.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan digunakan untuk pengembangan

formula es krim dilakukan di Laboratorium Pengolahan, Program Studi

Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga. Uji mutu

organoleptik dilakukan pada panelis terbatas di Laboratorium Organoleptik,

Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga,

sedangkan pada panelis tidak terlatih dan panelis anak-anak di wilayah Kota

Surabaya. Hasil produk es krim akan diuji kandungan zat gizi protein,

albumin, kalsium dan seng di Laboratorium Gizi, Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Airlangga.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57

4.4.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu penelitian

pendahuluan dan penelitian lanjutan yang dilaksanakan bulan Februari -

September 2020.

4.5 Variabel, Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala Data

4.5.1 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Komposisi jumlah substitusi putih telur, wijen giling,

susu skim bubuk dan susu fullcream pada perlakuan

es krim kontrol (F0) dan es krim modifikasi (F1, F2,

F3, F4)

2. Variebel terikat : Mutu organoleptik, daya terima, kandungan gizi

(protein, albumin, seng, dan kalsium), serta nilai

ekonomi gizi es krim modifikasi

4.5.2 Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala Data Variabel

Definisi operasional variabel dan cara pengukuran pada penelitian

yaitu:

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58

Tabel 4.5 Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala Data Variabel

Cara Pengukuran dan Skala


No Variabel Definisi Operasional
Klasifikasi Data
1 Substitusi Jumlah putih telur Ditimbang dengan timbangan Rasio
putih telur yang disubstitusikan digital
pada bahan es krim, F0 : 0%
yaitu susu fullcream F1 : 7%
dengan satuan persen F2 : 8%
(%) F3 : 9%
F4 : 10%
2 Substitusi Jumlah wijen giling Ditimbang dengan timbangan Rasio
wijen giling yang disubstitusikan digital
pada bahan es krim, F0 : 0%
yaitu susu fullcream F1 : 2%
dengan satuan persen F2 : 3%
(%) F3 : 4%
F4 : 5%
3 Substitusi Jumlah susu skim Ditimbang dengan timbangan Rasio
susu skim bubuk yang digital
bubuk disubstitusikan pada F0 : 0%
bahan es krim, yaitu F1 : 5%
susu fullcream F2 : 6%
dengan satuan persen F3 : 7%
(%) F4 : 8%
4 Mutu Penilaian - -
Organoleptik karakteristik es krim
substitusi putih telur,
wijen giling dan susu
skim bubuk oleh
panelis terlatih, yang
ditentukan dengan uji
karakteristik meliputi
intensitas rasa, warna,
aroma, tekstur, dan
keseluruhan es krim.
Warna Penilaian oleh panelis Angket uji mutu organoleptik Ordinal
terbatas dengan skala intensitas :
menggunakan indera 1 = kuning
penglihatan untuk 2 = coklat sangat muda
menilai tingkat 3 = coklat muda
kesukaan terhadap 4 = coklat moderat
warna es krim 5 = coklat tua

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59

Lanjutan
Tabel 4.5 Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala Data Variabel

Cara Pengukuran dan Skala


No Variabel Definisi Operasional
Klasifikasi Data
Tekstur Penilaian oleh panelis Angket uji mutu organoleptik Ordinal
terbatas dengan skala intensitas :
menggunakan indera 1 = Amat sangat bertekstur
peraba untuk menilai kasar
tingkat kesukaan 2 = Sangat bertekstur kasar
panelis terhadap 3 = Bertekstur kasar
tekstur es krim 4 = Agak bertekstur kasar
5 = Tidak bertekstur kasar
Aroma Penilaian oleh panelis Angket uji mutu organoleptik Ordinal
terbatas dengan skala intensitas :
menggunakan indera 1 = tidak harum
penciuman untuk 2 = sedikit harum
menilai tingkat 3 = harum moderat
kesukaan panelis 4 = sangat harum
terhadap aroma es 5 = amat sangat harum
krim
Rasa Penilaian oleh panelis Angket uji mutu organoleptik Ordinal
terbatas dengan skala intensitas :
menggunakan indera 1 = amat sangat terasa wijen
perasa untuk 2 = sangat terasa wijen
mengetahui tingkat 3 = terasa wijen
kesukaan panelis 4 = agak terasa wijen
terhadap rasa es krim 5 = tidak terasa wijen
Keseluruhan Penilaian oleh panelis Angket uji mutu organoleptik Ordinal
terbatas untuk dengan skala intensitas :
menilai keseluruhan 1 = sangat buruk
sifat es krim untuk 2 = buruk
mengetahui tingkat 3 = baik
kesukaannya 4 = sangat baik
5 = amat sangat baik
5 Daya Terima Tingkat daya terima - -
panelis terhadap
produk
Daya Terima Uji kesukaan oleh Angket uji skala kesukaan Ordinal
Oleh Panelis panelis tak terlatih dengan skala :
Tak Terlatih (ibu balita) 1 = sangat tidak suka
menggunakan indera 2 = tidak suka
untuk menilai tingkat 3 = netral
kesukaan terhadap 4 = suka
rasa, tekstur, warna, 5 = sangat suka
aroma, dan
keseluruhan es krim.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60

Lanjutan
Tabel 4.5 Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala Data Variabel

Cara Pengukuran dan Skala


No Variabel Definisi Operasional
Klasifikasi Data
Daya Terima Uji kesukaan oleh Angket uji skala kesukaan Ordinal
Oleh Panelis panelis anak-anak dengan skala :
Anak-Anak (balita usia 2-5 tahun) 1 = tidak suka
menggunakan indera 2 = netral
perasa untuk menilai 3 = suka
tingkat kesukaan es
krim.
6 Kadar Jumlah protein es 1. Perhitungan secara Rasio
Protein krim modifikasi per empiris menggunakan
100 ml es krim TKPI dan informasi nilai
gizi yang dinyatakan
dalam gram
2. Uji laboratorium
menggunakan metode
kjheldal
7 Kadar Jumlah albumin es 1. Perhitungan secara Rasio
Albumin krim modifikasi per empiris menggunakan
100 ml es krim jurnal penelitian yang
dinyatakan dalam gram
2. Uji laboratorium
menggunakan metode GC
(Gas Cromatography)
8 Kadar Seng Jumlah seng es krim 1. Perhitungan secara Rasio
modifikasi per 100 empiris menggunakan
ml es krim TKPI dan informasi nilai
gizi yang dinyatakan
dalam miligram
2. Uji laboratorium
menggunakan metode
Flame Atomic Absorbs
Spectrometry (FAAS)
9 Kadar Jumlah kalsium es 1. Perhitungan secara Rasio
Kalsium krim modifikasi per empiris menggunakan
100 ml es krim TKPI dan informasi nilai
gizi yang dinyatakan
dalam miligram
2. Uji laboratorium
menggunakan metode
Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA)

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61

Lanjutan
Tabel 4.5 Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala Data Variabel

Cara Pengukuran dan Skala


No Variabel Definisi Operasional
Klasifikasi Data
10 Nilai Biaya yang Jumlah total biaya produksi Rasio
Ekonomi dibutuhkan untuk dihitung dengan Food Cost
Gizi membuat satu porsi sebesar 50% dan dinyatakan
es krim dan es krim dalam rupiah sebagai harga
modifikasi serta biaya per porsi.
yang dibutuhkan Nilai ekonomi gizi diketahui
untuk mendapatkan dengan menghitung harga
nilai gizi yang pangan per satuan kandungan
dibutuhkan gizi.

4.6 Prosedur Penelitian Operasional

4.6.1 Cara Pembuatan Produk

Cara pembuatan produk mengacu pada resep pembuatan es krim

yang telah dimodifikasi dalam buku “Membuat Es Krim” oleh Chan (2008).

Adapun cara pembuatannya, yaitu :

1. Gula pasir dan kuning telur dikocok dengan balloon wisk hingga

mengental, lalu ditambahkan susu skim dan wijen sangrai giling.

2. Susu segar dan krim segar dipanaskan di atas api hingga hampir

mendidih (± 800C), lalu diangkat. Coklat bubuk dilarutkan dalam susu

yang sudah dimasak.

3. Susu yang sudah dimasak dimasukkan ke dalam adonan telur sambil

terus diaduk.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62

4. Adonan dimasak kembali dengan cara ditim sambil terus diaduk dengan

spatula kayu. Jika sudah mengental (menempel tipis di spatula kayu),

adonan diangkat lalu didiamkan sampai dingin.

5. Adonan dimasukkan ke dalam freezer selama minimum 3 jam.

6. Adonan dikeluarkan, lalu ditambahkan pengemulsi, dan dimixer selama

±5 menit.

7. Es krim dikemas lalu disimpan dalam freezer hingga mengeras dan siap

dihidangkan.

4.6.2 Kerangka Operasional

Penelitian dilaksanakan berdasarkan kerangka operasional berikut:


Penelitian pendahuluan :

1. Pemilihan standar resep


2. Penentuan 4 formula es krim (F1, F2, F3, F4)
3. Pembuatan es krim kontrol dan es krim modifikasi

Uji Mutu Organoleptik es krim oleh panelis terbatas

Pemilihan 2 formula terbaik

Penelitian Lanjutan

Perhitungan nilai Perhitungan Uji hedonik pada


ekonomi gizi kandungan gizi panelis tak terlatih
dan panelis anak-anak

Uji Laboratorium kadar protein, albumin, seng, kalsium

Gambar 4.1. Kerangka Operasional Penelitian

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63

Berdasarkan Gambar 4.1 penelitian dilakukan melalui dua tahap

yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Pada penelitian

pendahuluan dilakukan pemilihan standar resep yang dicobakan ke dosen

pembimbing skripsi dan instruktur skripsi untuk menilai cocok tidaknya.

Resep pertama yang dicoba adalah resep es krim coklat dari Chan (2008),

namun setelah dicoba, resep es krim tersebut memiliki rasa coklat yang

terlalu berlebihan, selain itu juga memiliki bahan yang banyak dan harga

yang mahal sehingga tidak cocok untuk dijadikan es krim dengan harga

yang terjangkau. Resep kedua yang dicoba tetap dari buku “Membuat Es

Krim” oleh Chan (2008), namun memiliki varian rasa yang berbeda, yaitu

resep es krim vanilla. Resep ini dimodifikasi dengan mengurangi jumlah

gula dan krim karena memiliki rasa yang terlalu manis dan terlalu susu,

selain itu juga dimodifikasi dengan ditambahkan emulsi buatan, yaitu SP

untuk membuat tekstur es krim lebih lembut dan tidak pecah, serta

mengganti perisa buatan dengan coklat bubuk sehingga lebih aman untuk

dikonsumsi balita. Setelah dicoba oleh dosen pembimbing dan instruktur

skripsi, resep modifikasi ini memiliki komentar yang positif, sehingga

dipilih sebagai resep standar yang digunakan. Berikut merupakan bahan

pada kedua percobaan pembuatan es krim standar,

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64

Tabel 4.6 Bahan Pembuatan Es Krim Standar Percobaan Pertama

No. Bahan Ukuran


1 Gula palem 130 g
2 Kuning telur 60 g
3 Susu segar 300 g
4 Krim segar 200 g
5 Coklat bubuk 20 g
6 Coklat blok 75 g
7 Esens coklat 10 g
8 Coklat chip 100 g
Sumber : Chan, Tahun 2008

Tabel 4.7 Bahan Pembuatan Es Krim Standar Percobaan Kedua

No. Bahan Ukuran


1 Gula pasir 100 g
2 Kuning telur 60 g
3 Susu segar 250 g
4 Krim segar 250 g
5 Esens coklat 30 g
Sumber : Modifikasi resep Chan, Tahun 2008

Setelah didapatkan es krim standar, dilakukan penentuan 4 formula

modifikasi es krim yang dicobakan kepada panelis terbatas untuk diketahui

mutu karakteristik es krimnya. Kategori mutu organoleptik menggunakan 5

skala, dari mutu yang terburuk dengan skor 1 sampai yang terbaik dengan

skor 5. Kategori mutu organoleptik disesuaikan dengan penelitian dari

Yusasrini et al. (2015), Dewi et al. (2017), Ambarwani (2013) mengenai

penelitian produk formulasi yang menggunakan wijen, putih telur, dan susu

skim. Dari penilaian tersebut, dilakukan skoring mutu organoelptik, nilai

ekonomi dan kandungan gizi untuk menentukan 2 formula es krim

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65

modifikasi terbaik yang diujikan pada panelis tak terlatih dan panelis anak-

anak. Seluruh variabel tersebut diskoring tanpa dilakukan pembobotan,

karena seluruh variabel tersebut merupakan aspek penting dalam pemilihan

makanan selingan untuk balita stunting, sesuai dengan faktor risiko

terjadinya stunting pada balita yang telah dipaparkan.

Es krim kontrol, serta 2 es krim terbaik kemudian diujikan daya

terimanya pada panelis tak terlatih dan panelis anak-anak, serta dihitung

nilai ekonomi dan kandungan gizinya. Panelis anak-anak menilai daya

terima es krim dengan 3 skala, yaitu tidak suka, netral, dan suka. Panelis tak

terlatih (ibu balita) menilai daya terima es krim dengan 5 skala kesukaan,

yaitu sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka, dan sangat suka (Yusasrini

et al., 2015). Dari penilaian tersebut, dilakukan skoring daya terima panelis

tak terlatih dan panelis anak-anak, nilai ekonomi dan nilai ekonomi gizi,

serta kandungan gizi untuk menentukan formula optimum dari penelitian

ini. Formula optimum kemudian diujikan kandungan zat gizinya di

laboratorium untuk dibandingkan dengan kandungan gizi hasil perhitungan

empiris.

4.6.3 Alur Pembuatan Es Krim Modifikasi

Proses pembuatan es krim diawali dengan pembuatan wijen giling,

lalu pembuatan adonan es krim, dan diakhiri dengan proses homogenisasi es

krim.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

1. Pembuatan Wijen giling


Biji wijen disangrai dengan suhu ± 900C selama 5 menit dengan terus diaduk

Biji wijen diangkat dan disimpan dalam toples

Biji wijen diblender saat akan digunakan

Wijen giling

Gambar 4.2 Diagram Alir Pembuatan Wijen giling

2. Pembuatan Adonan Es Krim

Gula dan kuning telur, Susu dan krim


susu bubuk skim dan dimasak hingga
wijen giling dikocok hampir mendidih
hingga mengental (±800C)

Putih telur dimixer dengan Susu yang sudah dimasak


kecepatan rendah sampai dimasukkan ke dalam adonan
menjadi lebih padat telur sambil terus diaduk

Adonan dimasak kembali


dengan cara ditim sambil terus
diaduk sampai mengental.

Adonan diangkat dan didiamkan


sampai dingin

Gambar 4.3 Diagram Alir Pembuatan Adonan Es Krim

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67

3. Homogenisasi Es Krim

Adonan yang telah didinginkan dimasukkan dalam freezer selama minimum 3 jam

Adonan dikeluarkan dan ditambahkan emulsi, lalu dimixer selama ± 5 menit

Adonan dikemas dalam cup es krim

Es krim disimpan di dalam freezer sampai mengeras

Gambar 4.4 Diagram Alir Homogenisasi Es Krim

4.7 Teknik Analisis Data

4.7.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui mutu organoleptik

es krim substitusi wijen giling, susu bubuk skim berdasarkan hasil uji

organoleptik yang dilakukan oleh panelis terbatas. Teknis analisis data hasil

uji mutu organoleptik oleh panelis terbatas dilakukan dengan cara skoring 3

variabel, yaitu mutu organoleptik, kandungan gizi dan nilai ekonomi. Selain

itu, analisis deskriptif juga digunakan untuk menganalisis hasil kandungan

gizi protein, albumin, seng dan kalsium yang didapatkan dari hasil uji

laboratorium dan hasil perhitungan nilai ekonomi gizi es krim. Data yang

didapat disajikan dalam tabel dan dianalisis secara deskriptif.

Analisis deskriptif juga digunakan untuk menganalisis data uji hedonik

dari panelis anak-anak. Perlu diketahui, hasil penilaian oleh panelis anak-

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68

anak bukan menjadi pertimbangan utama penyimpulan data, melainkan

sebagai tambahan relevansi terhadap data utama, yaitu yang diujikan dari

panelis terbatas sampai panelis tidak terlatih.

4.7.2 Analisis Statistik

Data pengaruh substitusi susu fullcream dengan putih telur, susu

bubuk skim dan wijen giling terhadap daya terima es krim dianalisis

menggunakan uji statistik Friedmann, dengan hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis Statistik :

Ho : Substitusi susu fullcream dengan putih telur, susu bubuk skim dan

wijen giling tidak menyebabkan adanya perbedaan daya terima (rasa, warna,

aroma, tekstur, keseluruhan) es krim.

Hi : Substitusi susu fullcream dengan putih telur, susu bubuk skim dan

wijen giling menyebabkan adanya perbedaan daya terima (rasa, warna,

aroma, tekstur, keseluruhan) es krim.

Penarikan Kesimpulan :

Ho ditolak apabila Sig ˂ 0,05 yang substitusi susu fullcream dengan putih

telur, susu bubuk skim dan wijen giling menyebabkan adanya perbedaan

daya terima (rasa, warna, aroma, tekstur, keseluruhan) es krim.

Ho diterima apabila Sig ≥ 0.05, yang artinya substitusi susu fullcream

dengan putih telur, susu bubuk skim dan wijen giling tidak menyebabkan

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69

adanya perbedaan daya terima (rasa, warna, aroma, tekstur, keseluruhan) es

krim.

Jika Ho ditolak, maka dilanjutkan dengan uji statistik perbandingan

ganda Wilcoxon untuk menentukan pasangan perlakuan yang berbeda secara

signifikan. Angka Sig < 0,05 menunjukkan perbedaan signifikan antara satu

perlakuan dengan perlakuan lainnya.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Mutu Organoleptik

Pada penelitian pendahuluan, dilakukan uji mutu organoleptik dari

es krim kontrol dan es krim modifikasi yang telah disesuaikan dengan syarat

mutu es krim dan kebutuhan makanan selingan balita usia 2-5 tahun.

Penelitian pendahuluan menghasilkan 2 es krim modifikasi terbaik yang

kemudian diujikan di penelitian lanjutan.

Tabel 5.1 Resep Es Krim Coklat Modifikasi Pada Penelitian Pendahuluan

Formula F0 F1 F2 F3 F4
Bahan g g g g g
Putih telur 0 35 40 45 50
Biji wijen 0 10 15 20 25
Susu skim bubuk 0 25 30 35 40
Susu fullcream 300 230 215 200 185
Gula pasir 80 80 80 80 80
Whipping cream 80 80 80 80 80
Kuning telur 30 30 30 30 30
Emulsifier 3 3 3 3 3
Coklat bubuk 7 7 7 7 7
Total 500 500 500 500 500

Keempat es krim modifikasi dan satu es krim kontrol tersebut diujikan

pada 3 panelis terbatas yang sangat memahami uji organoleptik dan

memiliki pengetahuan tentang pangan dan gizi yang baik. Panelis terbatas

menilai mutu organoleptik es krim dengan skala ordinal yang meningkat

dari 1 (mutu terburuk) hingga 5 (mutu terbaik). Formula kontrol dijadikan

standar atau kontrol oleh panelis untuk membandingkan sifat organoleptik

70

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71

es krim modifikasi. Berikut merupakan hasil uji mutu organoleptik pada

panelis terbatas.

5.1.1 Tingkat Mutu Warna

Hasil uji mutu organoleptik terhadap warna es krim oleh panelis terbatas

disajikan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap Warna Es Krim

Penilaian Warna Es Krim


N
Formula 1 2 3 4 5 Mean
n % n % n % n % n % N %
F0 0 0 0 0 1 33 2 67 0 0 3 100 3,7
F1 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 3 100 3
F2 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 3 100 3
F3 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 3 100 3
F4 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 3 100 3
Keterangan :
1 = Kuning, 2 = coklat sangat muda, 3 = coklat muda, 4 = coklat moderat, 5 = coklat tua
F0: susu fullcream = 300 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 230 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 215 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g
F3: susu fullcream = 200 g, putih telur = 45 g, wijen giling = 20 g, susu skim = 35 g
F4: susu fullcream = 185 g, putih telur = 50 g, wijen giling = 25 g, susu skim = 40 g

Distribusi penilaian panelis terhadap mutu warna es krim sebagian besar

adalah cokelat muda. Seluruh formula modifikasi tidak terlalu memiliki

perbedaan warna antar satu dengan yang lain, namun jika dibandingkan

dengan formula standar, warna coklat pada formula modifikasi lebih muda.

5.1.2 Tingkat Mutu Tekstur

Hasil uji mutu organoleptik terhadap tekstur es krim oleh panelis

terbatas disajikan pada tabel 5.3.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72

Tabel 5.3 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap Tekstur Es Krim

Penilaian Tekstur Es Krim


N
Formula 1 2 3 4 5 Mean
n % N % N % n % n % N %
F0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 3 100 5
F1 0 0 0 0 1 33 0 0 2 67 3 100 4,3
F2 0 0 0 0 2 67 1 33 0 0 3 100 3,3
F3 0 0 2 67 1 33 0 0 0 0 3 100 2,3
F4 3 100 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 1
Keterangan :
1 = Amat sangat bertekstur kasar, 2 = Sangat bertekstur kasar, 3 = Bertekstur kasar, 4 =
Agak bertekstur kasar, 5 = Tidak bertekstur kasar
F0: susu fullcream = 300 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 230 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 215 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g
F3: susu fullcream = 200 g, putih telur = 45 g, wijen giling = 20 g, susu skim = 35 g
F4: susu fullcream = 185 g, putih telur = 50 g, wijen giling = 25 g, susu skim = 40 g

Distribusi penilaian panelis terbatas terhadap mutu tekstur es krim

berbeda tiap formulanya. Semakin menuju F4, es krim memiliki tekstur

yang semakin kasar di dalamnya karena semakin banyak kandungan wijen.

F0 merupakan formula dengan tekstur paling lembut dan tidak memiliki

tekstur kasar di dalamnya.

5.1.3 Tingkat Mutu Aroma

Hasil uji mutu organoleptik terhadap aroma es krim oleh panelis terbatas

disajikan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap Aroma Es Krim

Penilaian Aroma Es Krim


N
Formula 1 2 3 4 5 Mean
n % n % n % n % n % N %
F0 0 0 1 33 2 67 0 0 0 0 3 100 2,7
F1 3 100 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 1
F2 2 67 1 33 0 0 0 0 0 0 3 100 1,3
F3 2 67 1 33 0 0 0 0 0 0 3 100 1,3
F4 2 67 1 33 0 0 0 0 0 0 3 100 1,3

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73

Keterangan :
1 = Tidak harum coklat, 2 = sedikit harum coklat, 3 = harum coklat moderat, 4 = sangat
harum coklat, 5 = amat sangat harum coklat
F0: susu fullcream = 300 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 230 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 215 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g
F3: susu fullcream = 200 g, putih telur = 45 g, wijen giling = 20 g, susu skim = 35 g
F4: susu fullcream = 185 g, putih telur = 50 g, wijen giling = 25 g, susu skim = 40 g

Distribusi penilaian panelis terbatas terhadap mutu aroma adalah semua

formula modifikasi tidak memiliki harum coklat. Formula kontrol

merupakan formula yang dinilai memiliki harum coklat moderat, yaitu

harum coklat yang tidak terlalu kuat tetapi masih cukup harum.

5.1.4 Tingkat Mutu Rasa

Hasil uji mutu organoleptik terhadap rasa es krim oleh panelis terbatas

disajikan pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap Rasa Es Krim

Penilaian Rasa Es Krim


N
Formula 1 2 3 4 5 Mean
n % n % n % n % n % N %
F0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 3 100 5
F1 0 0 0 0 2 67 1 33 0 0 3 100 3,3
F2 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 3 100 3
F3 2 67 1 33 0 0 0 0 0 0 3 100 1,3
F4 3 100 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 1
Keterangan :
1 = Amat sangat terasa wijen, 2 = Sangat terasa wijen, 3 = Terasa wijen, 4 = Agak terasa
wijen, 5 = Tidak terasa wijen
F0: susu fullcream = 300 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 230 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 215 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g
F3: susu fullcream = 200 g, putih telur = 45 g, wijen giling = 20 g, susu skim = 35 g
F4: susu fullcream = 185 g, putih telur = 50 g, wijen giling = 25 g, susu skim = 40 g

Distribusi penilaian panelis terbatas terhadap mutu rasa es krim berbeda

tiap formulanya. Formula 3 dan 4 memiliki rasa wijen yang amat sangat

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74

kuat, sedangkan formula 1 dan 2 merupakan formula yang rasa wijennya

tidak berlebihan dan tidak kurang. Selain itu, seluruh panelis terbatas

memberikan kritik bahwa semua es krim memiliki rasa yang terlalu manis,

terutama formula 2 dan 3, dan formula kontrol.

5.1.5 Tingkat Mutu Keseluruhan

Hasil uji mutu organoleptik terhadap keseluruhan komponen es krim

oleh panelis terbatas disajikan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap Keseluruhan


Komponen Es Krim

Penilaian Keseluruhan Es Krim


N
Formula 1 2 3 4 5 Mean
n % n % n % n % n % N %
F0 0 0 0 0 1 33 2 67 0 0 3 100 3,7
F1 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 3 100 3
F2 0 0 1 33 1 33 0 0 1 33 3 100 3,3
F3 0 0 1 33 1 33 1 33 0 0 3 100 3
F4 0 0 2 67 0 0 1 33 0 0 3 100 2,7
Keterangan :
1 = Sangat buruk, 2 = Buruk, 3 = Baik, 4 = Sangat Baik, 5 = Amat sangat baik
F0: susu fullcream = 300 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 230 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 215 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g
F3: susu fullcream = 200 g, putih telur = 45 g, wijen giling = 20 g, susu skim = 35 g
F4: susu fullcream = 185 g, putih telur = 50 g, wijen giling = 25 g, susu skim = 40 g

Distribusi penilaian panelis terbatas terhadap mutu secara keseluruhan

komponen adalah semua es krim modifikasi memiliki mutu yang baik,

hanya terdapat perbedaan mean skor. Berdasarkan mean, F4 memiliki mean

terendah, sedangkan F2 memiliki mean tertinggi pada es krim modifikasi.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75

5.1.6 Tingkat Mutu Warna, Tekstur, Aroma, Rasa, dan Keseluruhan

Hasil penelitian pendahuluan pada panelis terbatas terhadap mutu

warna, tekstur, aroma, rasa, dan keseluruhan komponen es krim didapatkan

modus penilaian panelis untuk mutu es krim yang disajikan pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap Warna, Tekstur,


Aroma, Rasa, serta Keseluruhan Komponen Es Krim

Penilaian Formulasi Es Krim


Formula Mean
Warna Tekstur Aroma Rasa Keseluruhan
F0 3,7 5 2,7 5 3,7 4,02
F1 3 4,3 1 3,3 3 2,92
F2 3 3,3 1,3 3 3,3 2,78
F3 3 2,3 1,3 1,3 3 2,18
F4 3 1 1,3 1 2,7 1,8
Keterangan :
F0: susu fullcream = 300 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 230 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 215 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g
F3: susu fullcream = 200 g, putih telur = 45 g, wijen giling = 20 g, susu skim = 35 g
F4: susu fullcream = 185 g, putih telur = 50 g, wijen giling = 25 g, susu skim = 40 g

Penilaian panelis terbatas terhadap mutu organoleptik warna, tekstur,

aroma, rasa dan keseluruhan komponen es krim didapatkan mean tertinggi

adalah F0 dan mean dari formula modifikasi tertinggi adalah F1 dan F2. F1

dan F2 memiliki mean terbaik karena memiliki tekstur dan rasa yang lebih

baik dibandingkan formula modifikasi lainnya, sedangkan F4 memiliki

mean terendah karena memiliki tekstur dan rasa yang paling tidak baik

dibandingkan formula lainnya.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76

5.1.7 Seleksi Formula Terbaik berdasarkan Mutu Organoleptik,


Kandungan Gizi, dan Nilai Ekonomi Es Krim

Pemilihan dua formula modifikasi terbaik ditentukan dengan cara

skoring tiga variabel es krim, yaitu mutu organoleptik oleh panelis terbatas,

nilai gizi serta nilai ekonomi es krim. Setelah itu dipilih dua formula

modifikasi dengan nilai tertinggi. Kandungan gizi dan nilai ekonomi es krim

kontrol dan modifikasi disajikan pada tabel 5.8 berikut,

Tabel 5.8 Distribusi Kandungan Gizi dan Nilai Ekonomi Es Krim

Kandungan Gizi
Formula Food Cost (Rp)
Protein (g) Albumin (g) Seng (mg) Kalsium (mg)
F0 2.06 0.18 0.39 139.16 1.864
F1 3.58 0.59 0.56 147.51 2.218
F2 3.93 0.65 0.62 152.80 2.302
F3 4.27 0.72 0.68 158.08 2.386
F4 4.62 0.79 0.74 163.37 2.470
Keterangan :
F0: susu fullcream = 300 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 230 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 215 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g
F3: susu fullcream = 200 g, putih telur = 45 g, wijen giling = 20 g, susu skim = 35 g
F4: susu fullcream = 185 g, putih telur = 50 g, wijen giling = 25 g, susu skim = 40 g

Kandungan gizi dihitung menggunakan sumber literatur yang ada,

yaitu informasi nilai gizi produk, tabel komposisi pangan Indonesia, dan

jurnal penelitian. Data kandungan gizi dan nilai ekonomi es krim tersebut

kemudian diberi skor mulai dari 1 sampai 5. Kandungan gizi terendah diberi

skor 1 dan tertinggi diberi skor 5, sedangkan Food Cost termurah diberi

skor 5 dan termahal diberi skor 1. Kandungan gizi yang telah diberi skor

dirata-rata untuk mendapatkan skor kandungan zat gizi secara keseluruhan

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77

di setiap formulanya. Distribusi skoring kandungan zat gizi, nilai ekonomi,

dan mutu organoleptik disajikan pada tabel 5.9 berikut,

Tabel 5.9 Distribusi Skoring Kandungan Zat Gizi, Nilai Ekonomi, dan Mutu
Organoleptik

Kandungan Gizi Rata-Rata Nilai Mutu


Formula
Protein Albumin Zn Ca Zat Gizi Ekonomi Organoleptik
F0 1 1 1 1 1 5 5
F1 2 2 2 2 2 4 4
F2 3 3 3 3 3 3 3
F3 4 4 4 4 4 2 2
F4 5 5 5 5 5 1 1

F4 memiliki rata-rata skor zat gizi tertinggi namun skor nilai

ekonominya terendah. F1 memiliki rata-rata skor nilai gizi terendah namun

skor nilai ekonominya tertinggi dibandingkan formula modifikasi lainnya.

Tabel 5.10 Distribusi Skoring Seluruh Variabel untuk Menentukan Formula


Optimum

Formula Es Krim
Parameter Penilaian
F1 F2 F3 F4
Mutu Organoleptik 4 3 2 1
Kandungan Gizi 2 3 4 5
Nilai Ekonomi 4 3 2 1
Total 10 9 8 7
Rata-rata 3,3 3 2,7 2,3
Ranking 1 2 3 4

Berdasarkan skoring ketiga variabel, yaitu mutu organoleptik,

kandungan gizi dan nilai ekonomi didapatkan ranking formula modifikasi

tertinggi sampai terendah secara berurutan yaitu F1, F2, F3, dan F4. Dua

formula modifikasi terbaik, yaitu F1 dan F2, kemudian diujikan daya

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78

terimanya pada panelis tak terlatih dan panelis anak-anak di penelitian

lanjutan.

5.1.8 Rekomendasi Panelis Terbatas dan Perbaikan Formula

Pada saat uji mutu organoleptik, selain menilai mutu organoleptik,

panelis terbatas juga diharapkan untuk memberikan kritis atau rekomendasi

terhadap formula es krim. Beberapa rekomendasi atau kritikan yang

diberikan antara lain disebutkan pada tabel 5.11 berikut,

Tabel 5.11 Rekomendasi Panelis Terbatas

Organoleptik Rekomendasi/Kritik
Rasa Semua formula terlalu manis
Tekstur Tekstur wijen masih terlalu kasar
Warna Tidak terlihat berbeda, tapi masih bisa diterima
Aroma Tidak terlalu beraroma, tapi masih bisa diterima

Dari rekomendasi atau kritik yang diberikan oleh panelis terbatas,

dilakukan sedikit perubahan terhadap seluruh formula dan cara pengolahan

es krim. Perubahan tersebut berupa pengurangan jumlah gula dan

penambahan jumlah susu fullcream untuk membuat es krim memiliki rasa

manis yang tepat. Selain itu, pada proses penggilingan wijen sangrai lebih

diperlama, serta jumlah wijen yang digiling lebih diperbanyak, sehingga

saat proses penggilingan, wijen dapat lebih halus teksturnya.

5.2 Daya Terima

Pada penelitian lanjutan, dilakukan mofidikasi pada seluruh formula

es krim dengan menerapkan rekomendasi dari panelis terbatas, tetapi tetap

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79

menyesuaikan syarat mutu es krim dan kebutuhan makanan selingan balita

usia 2-5 tahun. Formula hasil rekomendasi panelis terbatas disajikan pada

tabel 5.12 berikut,

Tabel 5.12 Resep Es Krim Coklat Modifikasi Hasil Penelitian Pendahuluan

Formula F0 F1 F2
Bahan g g g
Putih telur 0 35 40
Biji wijen 0 10 15
Susu skim bubuk 0 25 30
Susu fullcream 320 250 235
Gula pasir 60 60 60
Whipping cream 80 80 80
Kuning telur 30 30 30
Emulsifier 3 3 3
Coklat bubuk 7 7 7
Total 500 500 500

Dari formula yang telah diubah tersebut, kemudian es krim diproduksi

kembali untuk diujikan daya terimanya pada panelis tak terlatih (ibu balita)

dan panelis anak-anak (balita usia 2 – 5 tahun) di penelitian lanjutan.

Setelah itu, panelis tak terlatih melakukan uji hedonik terhadap sifat

organoleptik rasa, tekstur, warna dan aroma dengan 5 skala penilaian, yaitu

sangat tidak suka sampai sangat suka. Panelis anak-anak melakukan uji

hedonik terhadap keseluruhan es krim dengan 3 skala penilaian, yaitu tidak

suka, netral, dan suka.

5.2.1 Daya Terima pada Panelis Anak-Anak

Daya terima es krim pada panelis anak-anak dilakukan dengan membaca

ekspresi wajah anak, seperti yang ditampilkan pada lampiran form uji daya

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80

terima panelis anak, jika anak belum bisa merespon pertanyaan ibu. Jika

anak sudah bisa merespon pertanyaan ibu, penilaian dilakukan dengan

ditanyakan oleh ibu atau peneliti. Hasil uji daya terima es krim oleh panelis

anak-anak disajikan pada tabel 5.13. berikut,

Tabel 5.13 Distribusi Daya Terima Es Krim oleh Panelis Anak-Anak

Formula 1 2 3 N Total Mean


n % N % n %
F0 0 0 2 8 23 92 25 73 2,92
F1 3 12 5 20 17 68 25 64 2,56
F2 4 16 4 16 17 68 25 63 2,52
Keterangan :
1 = Tidak suka, 2 = Netral, 3 = Suka
F0: susu fullcream = 320 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 250 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 235 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g

Berdasarkan uji daya terima pada panelis anak, daya terima es krim

tertinggi adalah es krim kontrol, sedangkan pada formula modifikasi, daya

terima F1 lebih tinggi daripada F2.

5.2.2 Daya Terima pada Panelis Tak Terlatih

a. Tingkat Kesukaan Rasa

Hasil uji daya terima terhadap rasa es krim oleh panelis tak terlatih

disajikan pada tabel 5.14. berikut,

Tabel 5.14 Distribusi Tingkat Kesukaan Rasa oleh Panelis Tak Terlatih

Penilaian Rasa Es Krim


Formula 1 2 3 4 5 N Total Mean
n % n % N % n % n %
F0 0 0 0 0 5 20 4 16 16 64 25 111 4,44
F1 0 0 2 8 3 12 17 68 3 12 25 96 3,84
F2 0 0 2 8 5 20 11 44 7 28 25 98 3,92

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81

Keterangan :
1 = Sangat tidak suka, 2 = Tidak suka, 3 = Netral, 4 = Suka, 5 = Sangat Suka
F0: susu fullcream = 320 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 250 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 235 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g

Pada penilaian rasa es krim oleh panelis tak terlatih menunjukkan bahwa

panelis paling menyukai rasa dari F0 (4,44), dan rasa dari formula

modifikasi yang paling disukai oleh panelis tak terlatih adalah F2 (3,92).

b. Tingkat Kesukaan Tekstur

Hasil uji daya terima terhadap tekstur es krim oleh panelis tak terlatih

disajikan pada tabel 5.15. berikut,

Tabel 5.15 Distribusi Tingkat Kesukaan Tekstur oleh Panelis Tak Terlatih

Penilaian Tesktur Es Krim


Formula 1 2 3 4 5 N Total Mean
n % n % n % n % n %
F0 0 0 3 12 3 12 12 48 7 28 25 98 3,92
F1 0 0 3 12 5 20 13 52 4 16 25 93 3,72
F2 0 0 1 4 4 16 16 64 4 16 25 98 3,92
Keterangan :
1 = Sangat tidak suka, 2 = Tidak suka, 3 = Netral, 4 = Suka, 5 = Sangat Suka
F0: susu fullcream = 320 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 250 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 235 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g

Pada penilaian tekstur es krim oleh panelis tak terlatih menunjukkan

bahwa panelis paling menyukai tekstur dari F0 (3,92) dan F2 (3,92),

sedangkan tekstur es krim yang paling tidak disukai adalah F1 (3,72).

c. Tingkat Kesukaan Warna

Hasil uji daya terima terhadap warna es krim oleh panelis tak terlatih

disajikan pada tabel 5.16. berikut,

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82

Tabel 5.16 Distribusi Tingkat Kesukaan Warna oleh Panelis Tak Terlatih

Penilaian Warna Es Krim


Formula 1 2 3 4 5 N Total Mean
n % n % n % n % n %
F0 0 0 1 4 4 16 14 56 6 24 25 100 4
F1 0 0 2 8 5 20 13 52 5 20 25 96 3,84
F2 0 0 1 4 5 20 14 56 5 20 25 98 3,92
Keterangan :
1 = Sangat tidak suka, 2 = Tidak suka, 3 = Netral, 4 = Suka, 5 = Sangat Suka
F0: susu fullcream = 320 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 250 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 235 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g

Pada penilaian warna es krim oleh panelis tak terlatih menunjukkan

bahwa panelis paling menyukai warna dari F0 (4), dan warna dari formula

modifikasi yang paling disukai oleh panelis tak terlatih adalah F2 (3,92).

d. Tingkat Kesukaan Aroma

Hasil uji daya terima terhadap aroma es krim oleh panelis tak terlatih

disajikan pada tabel 5.17. berikut,

Tabel 5.17 Distribusi Tingkat Kesukaan Aroma oleh Panelis Tak Terlatih

Penilaian Aroma Es Krim


Formula 1 2 3 4 5 N Total Mean
n % n % n % n % n %
F0 0 0 0 0 5 20 12 48 8 32 25 103 4,12
F1 0 0 2 8 9 36 11 44 3 12 25 90 3,6
F2 0 0 1 4 10 40 9 36 5 20 25 93 3,72
Keterangan :
1 = Sangat tidak suka, 2 = Tidak suka, 3 = Netral, 4 = Suka, 5 = Sangat Suka
F0: susu fullcream = 320 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 250 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 235 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g

Pada penilaian aroma es krim oleh panelis tak terlatih menunjukkan

bahwa panelis paling menyukai aroma dari F0 (4,12), dan aroma dari

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83

formula modifikasi yang paling disukai oleh panelis tak terlatih adalah F2

(3,72).

e. Tingkat Kesukaan Keseluruhan

Hasil uji daya terima terhadap keseluruhan es krim oleh panelis tak

terlatih disajikan pada tabel 5.18. berikut,

Tabel 5.18 Distribusi Tingkat Kesukaan Keseluruhan oleh Panelis Tak


Terlatih

Penilaian Keseluruhan Es Krim


Formula 1 2 3 4 5 N Total Mean
n % n % n % n % n %
F0 0 0 0 0 3 12 8 32 14 56 25 111 4,44
F1 0 0 1 4 4 16 16 64 4 16 25 98 3,92
F2 0 0 1 4 5 20 9 36 10 40 25 103 4,12
Keterangan :
1 = Sangat tidak suka, 2 = Tidak suka, 3 = Netral, 4 = Suka, 5 = Sangat Suka
F0: susu fullcream = 320 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 250 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 235 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g

Pada penilaian keseluruhan komponen es krim oleh panelis tak terlatih

menunjukkan bahwa panelis paling menyukai es krim F0 (4,44), dan

formula es krim modifikasi yang paling disukai oleh panelis tak terlatih

adalah F2 (4,12).

f. Rekapitulasi Tingkat Kesukaan dan Hasil Uji Statistik

Uji statistik pada penelitian digunakan untuk mengetahui perbedaan

kesukaan pada 25 panelis tak terlatih, yaitu ibu balita, terhadap

karakteristik es krim, meliputi rasa, tekstur, warna, aroma, keseluruhan.

Penelitian ini menggunakan uji statistik Friedmann, karena data daya terima

panelis tak terlatih merupakan data kategorik dan non-parametrik. Uji

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84

lanjutan pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon. Hasil uji daya

terima rasa, tekstur, warna, aroma dan keseluruhan es krim oleh panelis tak

terlatih, serta hasil uji statistik ditampilkan pada tabel 5.19 berikut,

Tabel 5.19 Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis Tak Terlatih terhadap


Karakteristik Es Krim

Formula
Karakteristik p-value
F0 F1 F2
Rasa 4,44a 3,84b 3,92a,b 0,044
Tekstur 3,92 3,72 3,92 0,581
Warna 4,00 3,84 3,92 0,368
Aroma 4,12a 3,60b 3,72b 0,002
Keseluruhan 4,44a 3,92b 4,12a,b 0,043
Rata-Rata 4,18 3,78 3,92
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang berada pada baris yang sama
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan.

Rekapitulasi hasil penilaian panelis tak terlatih tersebut menunjukkan

bahwa F0 atau formula kontrol merupakan es krim dengan tingkat kesukaan

tertinggi (4,18), sedangkan formula modifikasi dengan tingkat kesukaan

tertinggi adalah F2 (3,92) dan F1 merupakan formula dengan tingkat

kesukaan terendah (3,78). Uji Friedmann menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh substitusi putih telur, wijen giling dan susu skim bubuk terhadap

perbedaan tingkat kesukaan karakteristik rasa, aroma dan keseluruhan es

krim (p ˂ 0,05), sedangkan pada karakteristik tekstur dan warna tidak

memiliki perbedaan yang signifikan (p ˃ 0,05). Uji lanjut Wilcoxon

menunjukkan bahwa formula es krim F0-F1 memiliki perbedaan tingkat

kesukaan rasa (p = 0,011) dan keseluruhan (p = 0,009), sedangkan yang

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85

memiliki aroma berbeda adalah F0-F1 (p = 0,001) dan F0-F2 (0,026). Hasil

rekapitulasi kemudian ditampilkan pada grafik 5.1 berikut,

Rasa
5
4
3
Mean Tekstur
2
1 F0
0
F1
F2
Keseluruhan Warna

Aroma
Gambar 5.1 Grafik radar tingkat kesukaan panelis tak terlatih pada es krim

Gambar 5.1 menunjukkan bahwa dari segi rasa, warna, aroma, dan

keseluruhan es krim F0 (warna garis biru) lebih disukai oleh panelis tak

terlatih daripada es krim lainnya, sedangkan dari segi tekstur F0 sama

dengan F2. Garis formula modifikasi yang paling banyak mendekati garis

F0 adalah F2 (warna garis coklat). Hal tersebut sesuai dengan rekapitulasi

rata-rata kesukaan panelis tak terlatih, yaitu F2 memiliki nilai mean paling

tinggi dibandingkan F1.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86

5.3 Kandungan Gizi

5.3.1 Kandungan Gizi berdasarkan Literatur

Kandungan gizi es krim dihitung menggunakan literatur, yaitu Tabel

Komposisi Pangan Indonesia tahun 2017, informasi nilai gizi bahan, serta

jurnal penelitian mengenai kandungan albumin. Hasil perhitungan

kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi 2019 untuk balita

usia 2 sampai 5 tahun untuk mengetahui persentase pemenuhan

kebutuhannya. Kebutuhan yang digunakan adalah kebutuhan untuk

makanan selingan, yaitu 10–15% dari kebutuhan harian. Perhitungan

menggunakan literatur dan perbandingan dengan kebutuhan harian balita

tersebut ditampilkan pada tabel 5.20 berikut,

Tabel 5.20 Hasil Perbandingan Nilai Gizi per Porsi Es Krim dengan AKG

Zat Gizi F0 F1 F2
Protein
Per Porsi (g) 2,13 3,66 4,00
% AKG usia 2-3 tahun (%) 10,7 18,3 20,0
% AKG usia 4-5 tahun (%) 8,5 14,6 16,0
Albumin
Per Porsi (g) 0,19 0,60 0,66
% AKG usia 2-3 tahun (%) 4,8 14,9 16,6
% AKG usia 4-5 tahun (%) 4,8 14,9 16,6
Seng
Per Porsi (mg) 0,41 0,58 0,64
% AKG usia 2-3 tahun (%) 13,8 19,3 21,3
% AKG usia 4-5 tahun (%) 8,3 11,6 12,8
Kalsium
Per Porsi (mg) 147,44 155,79 161,08
% AKG usia 2-3 tahun (%) 22,7 24,0 24,8
% AKG usia 4-5 tahun (%) 14,7 15,6 16,1

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87

Keterangan :
F0: susu fullcream = 320 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 250 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 235 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g

Kandungan protein, albumin, seng dan kalsium pada F2 paling

tinggi dibandingkan formula lainnya. F1 dan F2 telah memenuhi kebutuhan

makanan selingan untuk anak usia 2-5 tahun, yaitu minimal 10% kebutuhan

harian, sedangkan F0 belum memenuhi kebutuhan albumin balita usia 2-5

tahun dan protein dan seng balita usia 4-5 tahun.

5.3.2 Kandungan Gizi Formula Terbaik Berdasarkan Uji


Laboratorium

Formula modifikasi es krim terbaik (F2) diuji kandungan protein,

albumin, seng dan kalsiumnya di laboratorium. Hasil uji laboratorium

kemudian dibandingkan dengan kandungan gizi yang dihitung

menggunakan literatur dan dibandingkan dengan kebutuhan makanan

selingan balita usia 2-5 tahun, yaitu 10-15% dari kebutuhan harian.

Tabel 5.21 Perbandingan Kandungan Gizi Hasil Perhitungan dan Pengujian


Laboratorium per 100 gram Es Krim Formula Terbaik

Kandungan Gizi per 100 g


Perhitungan Pengujian laboratorium
Zat Gizi
% AKG % AKG % AKG % AKG
Kandungan kandungan
2-3 thn 4-5 thn 2-3 thn 4-5 thn
Protein
6,7 33,4 26,7 9,17 45,85 36,68
(g)
Albumin
1,1 27,7 27,7 1,33 33,25 33,25
(g)
Zn (mg) 1,1 35,6 21,3 0,98 32,67 19,60
Ca (mg) 268,5 41,3 26,8 127,19 19,57 12,72

Hasil uji laboratorium zat gizi protein dan albumin lebih tinggi

daripada perhitungan menggunakan literatur, sedangkan kalsium lebih

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88

rendah, dan seng hampir sama. Kandungan es krim hasil pengujian

laboratorium menunjukkan bahwa %AKG protein lebih dari 35%,

sedangkan albumin kurang dari 35%. Kandungan seng hasil pengujian

laboratorium menunjukkan bahwa %AKG seng untuk usia 2-3 tahun lebih

dari 30%, sedangkan untuk usia 4-5 tahun kurang dari 30%. Kandungan

kalsium hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa %AKG kalsium

untuk usia 2-5 tahun kurang dari 30%.

Tabel 5.22 Perbandingan Kandungan Gizi Hasil Perhitungan dan Pengujian


Laboratorium per Porsi Es Krim Formula Terbaik (60 g)

Kandungan Gizi per Porsi (60 g)


Perhitungan Pengujian laboratorium
Zat Gizi
% AKG % AKG % AKG % AKG
Kandungan kandungan
2-3 thn 4-5 thn 2-3 thn 4-5 thn
Protein
4,00 20,0 16,0 5,5 27,5 22
(g)
Albumin
0,66 16,6 16,6 0,8 20 20
(g)
Zn (mg) 0,64 21,3 12,8 0,6 20 12
Ca (mg) 161,08 24,8 16,1 76,3 11,7 7,6

Semua kandungan zat gizi es krim F2 per porsi hasil uji

laboratorium memenuhi kebutuhan makanan selingan balita usia 2-3 tahun,

sedangkan kandungan zat gizi kalsium hasil uji laboratorium untuk usia 4-5

tahun masih kurang dari kebutuhan.

5.3.3 Perbandingan dengan Syarat Mutu Es Krim

Syarat mutu es krim diatur oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN)

dalam SNI No. 01-3713-1995. Beberapa diantaranya mengatur kandungan

gizi minimal dalam es krim, antara lain kandungan lemak, karbohidrat, dan

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89

protein. Berikut merupakan perbandingan nilai gizi es krim dengan syarat

mutu yang ditampilkan pada tabel 5.23 berikut,

Tabel 5.23 Hasil Perbandingan Nilai Gizi Es Krim dengan Syarat Mutu

Kandungan Gizi per 100 g


Syarat Mutu
Zat Gizi Perhitungan Uji Laboratorium
(SNI)
g Keterangan g Keterangan
Lemak Min. 5 g 8,2 Memenuhi 13,27 Memenuhi
Karbohidrat Min. 8 g 29,6 Memenuhi 12,65 Memenuhi
Protein Min. 2,7 g 6,7 memenuhi 9,17 Memenuhi

Kandungan gizi pada formula es krim modifikasi terbaik (F2)

berdasarkan perhitungan menggunakan literatur dan hasil uji laboratorium

telah memenuhi syarat mutu es krim dari BSN. Kandungan lemak dan

protein hasil uji laboratorium lebih tinggi daripada hasil perhitungan

menggunakan literatur, sedangkan hasil uji laboratorium karbohidrat lebih

rendah daripada perhitungan literatur.

5.4 Nilai Ekonomi

5.4.1 Nilai Ekonomi Es Krim

Nilai ekonomi dilihat dengan menghitung harga jual, dengan

mempertimbangkan biaya investasi, operasional langsung, operasional tidak

langsung, dan laba sebesar 20%. Asumsi usaha ditentukan sebagai berikut :

a. Penjualan dan pemasaran dilakukan secara online.

b. Setiap kali produksi menggunakan 12 resep yang dikemas dalam

kemasan 60 g, dan dilakukan sebanyak 4 kali dalam sebulan (sebulan

400 cup es krim), serta dilakukan di rumah.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90

Tabel 5.24 Biaya Investasi Produksi Es Krim

Kebutuhan Jumlah Umur alat Harga Satuan Harga Total Penyusutan


(tahun) (Rp) (Rp)
Freezer 1 5 1500000 1500000 300000
Kompor 1 5 250000 250000 50000
Mixer 1 5 270000 270000 54000
Blender 1 5 250000 250000 50000
Cool box 1 5 230000 230000 46000
besar
Panci 3 5 25000 75000 15000
Baskom 3 5 17000 51000 10200
aluminium
Baskom 3 3 15000 45000 15000
plastic
Wajan 1 5 50000 50000 10000
Termometer 1 1 25000 25000 25000
makanan
Timbangan 1 5 75000 75000 15000
makanan
Ice gel 10 1 10000 100000 100000
Total 2921000 690200

Tabel 5.24 menunjukkan biaya investasi yang digunakan untuk alat

– alat penunjang prduksi dan pengiriman es krim. Total harga seluruh alat

tersebut yaitu Rp. 2.921.000,00, sedangkan jika dihitung dengan penyusutan

alat, total harga yang dibutuhkan adalah Rp. 690.200,00.

Tabel 5.25 Biaya Operasional Tidak Langsung Produksi Es Krim dalam


Sebulan

Kebutuhan Keterangan Harga (Rp)


Listrik 1 bulan 50000
Gas 1 tabung 27000
Air 1 bulan 23000
Tenaga 1 orang 100000
Transportasi 1 bulan 25000
Pemasaran 1 bulan 25000
Total 250000

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91

Tabel 5.25 menunjukkan biaya operasional tak langsung yang

dibutuhkan untuk penunjang prduksi dan pengiriman es krim. Total harga

seluruh kebutuhan tersebut yaitu Rp. 250.000,00 dalam sebulan.

Tabel 5.26 Biaya Operasional Langsung Produksi Es Krim dalam Sebulan


dan Harga Jual Es Krim

Bahan F0 (Rp) F1 (Rp) F2 (Rp)


Putih telur 0 280 320
Biji wijen 0 480 720
Susu skim 0 3375 4050
Susu fullcream 5440 4250 3995
Gula pasir 600 600 600
Whipping cream 7200 7200 7200
Kuning telur 390 390 390
Emulsifier 750 750 750
Coklat bubuk 1295 1295 1295
Food Cost per Resep (500 ml) 15675 18620 19320
Food Cost per Porsi (60 ml) 1881 2234 2318
Total Produksi per Hari (12 resep) 188100 223440 231840
Total Produksi per Bulan (4x) 752400 893760 927360
Total Produksi per Bulan + Kemasan 1052400 1193760 1227360
Harga Jual per Porsi (60 ml) 6000 6400 6500
Keterangan :
F0: susu fullcream = 320 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 250 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 235 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g

Tabel 5.26 menunjukkan biaya operasional langsung yang

dibutuhkan untuk memproduksi es krim. Total produksi disesuaikan dengan

asumsi usaha yang telah ditentukan sebelumnya. Harga jual es krim

didapatkan dengan menghitung BEP (Break Event Point) produk es krim

yang ditambahkan dengan laba sebesar 20%. Harga jual es krim paling

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92

murah adalah formula standar (F0) yaitu Rp 6.000,00 per 60 g, sedangkan

formula dengan harga jual paling mahal adalah F2 yaitu Rp 6.500,00 per 60

g.

5.4.2 Nilai Ekonomi Gizi per Gram Zat Gizi

Nilai ekonomi gizi didapatkan dari harga per porsi yang dibagi

dengan kandungan gizi per porsi, sehingga didapatkan harga gizi per satuan

zat gizi. Nilai ekonomi gizi es krim ditampilkan pada tabel 5.27 berikut,

Tabel 5.27 Distribusi Nilai Ekonomi per Satuan Zat Gizi Es Krim

Formula Protein (Rp/g) Albumin (Rp/g) Zn (Rp/mg) Ca (Rp/mg)


F0 2814 31250 14526 41
F1 1749 10710 11026 41
F2 1623 9775 10149 40
Keterangan :
F0: susu fullcream = 320 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 250 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 235 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g

Tabel 5.27 menunjukkan bahwa F2 memiliki harga protein, albumin,

seng dan kalsium paling murah dibandingkan formula lainnya. Formula

kontrol (F0) memiliki harga gizi paling mahal dibandingkan formula es

krim modifikasi.

5.5 Formula Optimasi Es Krim

Beberapa variabel, yaitu (1) penilaian daya terima sifat organoleptik

(rasa, tekstur, warna, aroma, keseluruhan) oleh panelis tak terlatih; (2)

preferensi kesukaan oleh anak-anak; (3) nilai ekonomi dan nilai ekonomi

gizi (protein, albumin, seng, kalsium), (4) serta kandungan gizi (protein,

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93

albumin, seng, kalsium), diskoring dan dijumlah untuk diketahui formula

optimumnya. Distribusi skoring variabel penilaian formula es krim

modifikasi ditampilkan pada tabel 5.28 berikut,

Tabel 5.28 Distribusi Skoring Penilaian Formula Es Krim Modifikasi

Variabel Penilaian Formula Es Krim


F1 F2
Daya Terima Rasa 1 2
Daya Terima Tekstur 1 2
Daya Terima Warna 1 2
Daya Terima Aroma 1 2
Daya Terima Keseluruhan 1 2
Preferensi anak-anak 2 1
Food Cost 2 1
Nilai Ekonomi Protein 1 2
Nilai Ekonomi Albumin 1 2
Nilai Ekonomi Seng 1 2
Nilai Ekonomi Kalsium 1 2
Kandungan Protein 1 2
Kandungan Albumin 1 2
Kandungan Seng 1 2
Kandungan Kalsium 1 2
Jumlah 17 28
Rata-Rata 1,13 1,87

Hasil skoring daya terima, nilai ekonomi, dan kandungan gizi

menunjukkan bahwa formula modifikasi terbaik adalah F2 dengan nilai

rata-rata 1,87. F2 memiliki bobot penilaian tertinggi pada daya terima oleh

panelis tak terlatih, nilai ekonomi gizi, dan kandungan gizi.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Mutu Organoleptik

Salah satu bahan pada es krim, yaitu susu fullcream di substitusi

dengan putih telur, wijen giling dan susu skim. Pada penelitian

pendahuluan, es krim dimodifikasi sebanyak 4 kali, dengan peningkatan

jumlah bahan substitusi dan penurunan jumlah bahan yang disubstitusi di

setiap formulanya, sehingga didapatkan formula modifikasi F1, F2, F3, dan

F4. Es krim tersebut kemudian diuji mutu organoleptiknya pada 3 panelis

terbatas untuk mendapatkan kritik dan saran serta mendapatkan penilaian

untuk menentukan 2 formula modifikasi terbaik.

6.1.1 Tingkat Mutu Rasa Es Krim

Rasa yang dihasilkan oleh formula modifikasi adalah kombinasi dari

gula, susu, wijen, dan coklat. Formula es krim F0 tidak memiliki rasa wijen,

es krim F1 dan F2 terasa wijen, sedangkan F3 dan F4 amat sangat terasa

wijen. Formula dengan rasa wijen paling kuat memiliki skor terendah,

karena penambahan wijen yang terlalu banyak pada suatu produk dapat

memberikan rasa pahit (Zouari et al, 2016). Kandungan tannin pada wijen

menyebabkan timbulnya rasa pahit pada es krim (Awika & Rooney, 2004).

Panelis terbatas juga memberikan kritikan bahwa semua formula es krim

terlalu manis, sehingga perlu adanya pengurangan gula pada seluruh

formula.

94

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95

6.1.2 Tingkat Mutu Tekstur Es Krim

Tekstur es krim tergantung pada ukuran, bentuk, jumlah, dan susunan

gumpalan lemak, kristal es, serta perbandingan cairan dan air beku dalam es

krim (Kilara & Chandan, 2007). Formula es krim F0 memiliki tekstur es

krim yang lembut serta tidak terdapat tekstur kasar di dalamnya, sedangkan

F1 hingga F4 memiliki tekstur kasar di dalamnya, semakin menuju F4

semakin kasar. Hal tersebut terjadi karena peningkatan jumlah substitusi

wijen. Tekstur kasar didapatkan dari gilingan wijen yang kurang halus,

sehingga panelis terbatas memberikan masukan untuk lebih memperlama

proses penggilingan wijen untuk menghasilkan tekstur yang lebih halus,

sedangkan untuk tekstur es krim sendiri semuanya memiliki tekstur lembut.

6.1.3 Tingkat Mutu Warna Es Krim

Warna dasar dari es krim rasa coklat adalah berwarna coklat. Intensitas

warna coklat pada es krim dipengaruhi oleh jenis dan jumlah coklat, serta

adanya bahan lain yang digunakan pada pembuatan es krim. Formula es

krim F0 memiliki warna coklat moderat, yaitu coklat yang tidak terlalu tua

dan tidak terlalu muda, sedangkan es krim F1 hingga F4 memiliki warna

coklat muda. Jumlah substitusi yang semakin banyak menyebabkan warna

es krim menjadi semakin muda.

Intensitas warna yang lebih muda pada es krim modifikasi dipengaruhi

oleh bahan-bahan substitusi, yaitu putih telur, wijen giling, dan susu skim.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96

Penelitian Khoerunnisa (2017) menunjukkan bahwa semakin banyak putih

telur kocok yang digunakan dalam es krim, semakin putih warna yang

dihasilkan. Kandungan lemak yang tinggi pada wijen menyebabkan

meningkatnya kandungan lemak pada es krim modifikasi. Kandungan

lemak yang meningkat pada es krim menyebabkan warna es krim menjadi

semakin lebih putih (Roland et al, 1999). Selain itu, warna putih

kekuningan pada susu skim bubuk juga memengaruhi intensitas warna es

krim coklat menjadi semakin muda.

6.1.4 Tingkat Mutu Aroma Es Krim

Es krim coklat standar memiliki aroma dominan harum coklat. Formula

es krim F0 memiliki harum coklat moderat, sedangkan seluruh formula es

krim modifikasi F1 hingga F4 tidak memiliki harum coklat. Adanya

substitusi menyebabkan berkurangnya aroma coklat pada es krim. Hal

tersebut terjadi karena wijen mempunyai sifat yang dapat mengikat aroma,

sehingga es krim dengan substitusi wijen dapat menyebabkan berkurangnya

aroma harum coklat pada es krim (Wirnaningsih & Kurniawati, 2017).

6.1.5 Tingkat Mutu Keseluruhan Es Krim

Mutu keseluruhan es krim merupakan penilaian panelis terhadap

keseluruhan karakteristik es krim. Formula es krim F0 memiliki mutu

sangat baik, sedangkan seluruh es krim formula modifikasi F1 hingga F4

memiliki mutu baik. Rasa dan tekstur dari wijen merupakan karakteristik

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97

yang paling memengaruhi penilaian mutu keseluruhan es krim menurut

panelis terbatas, karena kedua karakteristik tersebut yang paling dominan di

antara karakteristik dan bahan substitusi lainnya.

6.1.6 Formula Terbaik berdasarkan Mutu Organoleptik, Kandungan

Gizi, dan Nilai Ekonomi Es Krim

Dari penelitian pendahuluan, didapatkan 2 formula modifikasi terbaik,

yaitu F1 dan F2. Kedua formula modifikasi tersebut memiliki mutu

organoleptik terbaik diantara formula modifikasi lainnya. Dengan berbagai

masukan dari panelis terbatas, F0, F1, dan F2 sedikit diperbaiki dan

diproduksi untuk diujikan ke panelis tak terlatih (ibu balita) dan balita (usia

2 – 5 tahun).

6.2 Daya Terima

Uji organoleptik merupakan suatu cara penilaian yang

memanfaatkan indera manusia untuk mengamati tekstur, warna, bentuk,

aroma, rasa suatu produk makanan, minuman ataupun obat (Meilgaard et

al., 1999). Daya terima produk bisa didapatkan dengan melakukan uji

organoleptik, khususnya uji hedonik. Uji hedonik merupakan jenis uji

organoleptik yang menilai tingkat kesukaan panelis terhadap produk yang

diujikan, sehingga uji hedonik digunakan untuk mengetahui daya terima es

krim modifikasi pada penelitian ini.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98

Es krim merupakan salah satu makanan yang sangat popular di

dunia dan digemari berbagai kalangan, terutama anak-anak (Chan, 2008).

Oleh karena itu, panelis yang tepat untuk digunakan dalam penilaian daya

terima adalah anak-anak, khususnya yang memiliki usia sama dengan

sasaran produk yang dibuat. Produk es krim substitusi putih telur, wijen

giling, dan susu skim bubuk ditujukan untuk balita usia 2-5 tahun dengan

tujuan mengatasi masalah gizi stunting, sehingga uji hedonik dilakukan

pada balita usia 2-5 tahun. Uji daya terima es krim juga dilakukan pada

panelis tak terlatih, yaitu ibu balita untuk dapat mengetahui daya terima es

krim lebih spesifik daripada penilaian dari balita.

6.2.1 Tingkat Kesukaan Es Krim Oleh Balita

Penilaian terhadap kesukaan es krim dilakukan ke balita usia 2 – 5

tahun di Surabaya sebagai gambaran penerimaan produk oleh kelompok

sasaran. Penilaian daya terima pada balita mayoritas dipengaruhi oleh rasa

produk, karena balita mulai usia 2 tahun sudah dapat membedakan enak

atau tidaknya rasa suatu produk makanan atau minuman (Fajria & Rika,

2013). Pada penelitian ini, balita lebih menyukai es krim tanpa substitusi

wijen, putih telur, dan susu skim (F0 dengan nilai mean 2,92), sedangkan

formula modifikasi yang lebih disukai balita adalah formula dengan

substitusi wijen, putih telur dan susu skim paling sedikit (F1 dengan nilai

mean 2,56).

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99

Pada umumnya, balita atau anak usia prasekolah sangat menyukai

makanan yang memiliki rasa manis (Ernawati et al., 2011). Formula es krim

kontrol (tanpa substitusi) hanya memiliki rasa coklat yang manis, sedangkan

pada formula es krim modifikasi memiliki rasa dominan manis disertai rasa

wijen yang semakin kuat pada F2. Penambahan wijen pada es krim

menyebabkan adanya variasi rasa gurih pada es krim, yang dipengaruhi oleh

adanya lemak dan protein yang terkandung dalam biji wijen (Peter, 2012).

F2 dengan jumlah substitusi wijen yang semakin banyak menyebabkan rasa

wijen semakin menonjol dan mengurangi rasa dasar es krim, sehingga dapat

menyebabkan anak merasa asing ketika memakannya (Wani et al, 2015).

6.2.2 Tingkat Kesukaan Rasa Es Krim oleh Panelis Tak Terlatih

Es krim merupakan salah satu produk olahan susu yang

dikombinasikan dengan pemberi rasa dan pemanis (Simatupang et al.,

2015). Rasa formula es krim yang paling disukai oleh panelis tak terlatih

adalah formula kontrol (F0 dengan nilai mean 4,44), sedangkan untuk rasa

formula modifikasi yang paling disukai adalah formula dengan jumlah

bahan substitusi terbanyak (F2 dengan nilai mean 3,92). Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Wani et al (2015) yang menunjukkan bahwa

tingkat kesukaan rasa tertinggi adalah formula dengan substitusi wijen yang

bukan paling sedikit namun juga bukan yang paling banyak. Hal tersebut

karena jumlah penambahan wijen yang tepat dapat memberikan rasa gurih

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100

yang disukai panelis. Penambahan wijen yang terlalu banyak akan

menyebabkan es krim memiliki rasa pahit (Zouari et al, 2016).

Menurut hasil uji statistik, substitusi putih telur, wijen giling, susu

skim menyebabkan adanya perbedaan daya terima rasa es krim, dibuktikan

dengan nilai signifikansi ˂ 0,05 pada uji Friedmann. Hasil uji lanjutan

dengan Wilcoxon menunjukkan bahwa formula yang memiliki rasa berbeda

signifikan adalah F0 dengan F1 (p = 0,011).

6.2.3 Tingkat Kesukaan Tekstur Es Krim oleh Panelis Tak Terlatih

Panelis tak terlatih paling menyukai tekstur dari F0 (nilai mean 3,92)

dan F2 (nilai mean 3,92), sedangkan tekstur es krim yang paling tidak

disukai adalah F1 (nilai mean 3,72). Hasil tersebut sejalan dengan penelitian

Khoerunnisa (2017), yaitu es krim dengan penambahan putih telur semakin

banyak menyebabkan tekstur lebih disukai. F2 memiliki jumlah substitusi

putih telur paling banyak, sehingga memberikan sifat yang lebih lembut,

memperbaiki sifat pengembangan dan memperlambat kecepatan pelelehan

karena putih telur memiliki sifat daya buih yang tinggi (Arbuckle, 1986).

Menurut hasil uji statistik, substitusi putih telur, wijen giling dan susu skim

tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan daya terima tekstur wijen,

karena memiliki nilai signifikansi ˃ 0,05 pada uji Friedmann.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101

6.2.4 Tingkat Kesukaan Warna Es Krim oleh Panelis Tak Terlatih

Warna formula es krim yang paling disukai oleh panelis tak terlatih

adalah F0 (nilai mean 4), sedangkan warna formula modifikasi yang paling

disukai adalah F2 (nilai mean 3,92). Substitusi putih telur, wijen giling, dan

susu skim tidak menyebabkan adanya perbedaan daya terima warna es krim,

ditunjukkan dengan hasil uji statistitik Friedmann dengan nilai signifikansi

˃ 0,05.

6.2.5 Tingkat Kesukaan Aroma Es Krim oleh Panelis Tak Terlatih

Aroma formula es krim yang paling disukai oleh panelis tak terlatih

adalah formula kontrol (F0 dengan nilai mean 4,12), sedangkan untuk

aroma formula modifikasi yang paling disukai adalah formula dengan

jumlah bahan substitusi terbanyak (F2 dengan nilai mean 3,72). Wijen

mempunyai sifat yang dapat mengikat aroma, sehingga dapat menyebabkan

aroma harum coklat pada es krim berkurang (Wirnaningsih & Kurniawati,

2017). Substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim menyebabkan

adanya perbedaan daya terima aroma es krim, ditunjukkan dengan hasil uji

statistitik Friedmann dengan nilai signifikansi ˂ 0,05. Uji lanjut Wilcoxon

menunjukkan bahwa formula yang memiliki aroma berbeda signifikan

adalah F0 dengan F1 (p = 0,001) dan F0 dengan F2 (p = 0,026).

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
102

6.2.6 Tingkat Kesukaan Keseluruhan Es Krim oleh Panelis Tak

Terlatih

Kesukaan keseluruhan es krim merupakan persepsi panelis terhadap

keseluruhan karakteristik es krim. Formula es krim yang paling disukai oleh

panelis tak terlatih secara keseluruhan adalah formula kontrol (F0 dengan

nilai mean 4,44), sedangkan untuk formula modifikasi yang paling disukai

adalah formula dengan jumlah bahan substitusi terbanyak (F2 dengan nilai

mean 4,12). Hasil uji statistik Friedmann menunjukkan bahwa substitusi

putih telur, wijen giling dan susu skim menyebabkan adanya perbedaan

daya terima keseluruhan es krim (nilai signifikansi ˂ 0,05). Uji lanjutan

Wilcoxon menunjukkan bahwa formula yang berbeda signifikan adalah F0

dengan F1 (p = 0,009). Hal ini berarti bahwa substitusi putih telur, wijen

giling, dan susu skim yang terlalu sedikit menyebabkan kurangnya tingkat

kesukaan es krim secara keseluruhan.

6.2.7 Daya Terima Es Krim Secara Umum

Daya terima es krim secara umum merupakan daya terima es krim

yang paling baik menurut penilaian kesukaan seluruh karakteristik es krim

(rasa, tekstur, warna, aroma, keseluruhan) oleh panelis tak terlatih dan

penilaian kesukaan keseluruhan oleh panelis anak-anak. Es krim dengan

daya terima tertinggi adalah formula kontrol (F0 dengan nilai mean 3,55).

Daya terima es krim modifikasi tertinggi adalah F2 (nilai mean 3,22),

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
103

sedangkan terendah adalah F1 (nilai mean 3,17). Es krim F2 unggul pada

penilaian kesukaan karakteristik rasa, tekstur, warna, aroma dan

keseluruhan oleh panelis tak terlatih, sedangkan F1 unggul pada penilaian

kesukaan oleh panelis anak-anak. Penilaian panelis terhadap es krim F2

yang melebihi setengah dari skor maksimal menunjukkan bahwa es krim F2

layak untuk ditawarkan menjadi alternatif makanan selingan untuk balita

stunting usia 2-5 tahun.

6.3 Kandungan Gizi

Kebutuhan gizi balita usia 2 – 5 tahun yang digunakan adalah

kebutuhan untuk makanan selingan, yaitu 10–15% dari kebutuhan harian.

Kebutuhan harian didapatkan dari Angka Kecukupan Gizi 2019. Kandungan

gizi seluruh formula es krim dihitung menggunakan literatur, yaitu Tabel

Komposisi Pangan Indonesia tahun 2017, informasi nilai gizi bahan, serta

jurnal penelitian mengenai kandungan albumin. Formula es krim modifikasi

terbaik kemudian diuji kandungan zat gizinya di laboratorium dan

dibandingkan dengan perhitungan menggunakan literatur.

6.3.1 Protein dan Albumin

Protein merupakan sumber asam amino esensial sangat diperlukan

oleh balita sebagai zat pembangun, yaitu untuk pembentukan protein dalam

serum, hemoglobin, enzim, hormon, antibodi, serta untuk mengganti sel-sel

yang rusak (Harianti, 2011). Protein albumin sangat dibutuhkan untuk

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104

pembentukan jaringan yang baru (Harianti, 2011). Albumin juga berperan

untuk mengangkut beberapa komponen darah seperti ion, bilirubin, hormon,

enzim, obat-obatan, asam lemak bebas, vitamin, kalsium, hormon steroid

tertentu, bilirubin, tembaga, zink, dan triptofan plasma (Murray et al.,

2009).

Formula es krim F2 memiliki kandungan protein dan albumin paling

tinggi jika dibandingkan formula es krim lainnya. F2 per 100 g mengandung

protein 6,7 g dan albumin 1,1 g pada perhitungan empiris menggunakan

literatur. Pada perhitungan hasil uji laboratorium, F2 per 100 g mengandung

protein sebesar 9,17 g dan albumin 1,33 g, jumlah tersebut lebih tinggi

daripada protein dan albumin hasil perhitungan empiris.

Proses pengolahan menggunakan panas dapat memengaruhi berat

adonan es krim. Proses pemanasan dapat menyebabkan terjadinya

penguapan zat cair pada adonan es krim, sehingga terjadi susut masak. Suhu

yang semakin tinggi, luas permukaan terbuka yang semakin luas, serta

waktu pemanasan yang semakin lama menyebabkan semakin banyak

kandungan air pada es krim yang menguap (Almatsier, 2010). Hal tersebut

menyebabkan konsentrasi protein dan albumin persatuan berat es krim

menjadi lebih besar (Sundari et al., 2015).

Kandungan protein per porsi es krim F2 hasil uji laboratorium mampu

memenuhi 27,5% kebutuhan harian balita usia 2-3 tahun dan 22%

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105

kebutuhan harian balita usia 4-5 tahun, serta kandungan albumin mampu

memenuhi 20% kebutuhan harian balita usia 2-5 tahun, sehingga protein

dan albumin es krim F2 per porsi mampu memenuhi kebutuhan selingan

balita. Kandungan protein pada F2 juga mampu memenuhi syarat mutu es

krim tentang kandungan protein minimal yang diatur oleh Badan

Standarisasi Nasional dalam SNI No. 01-3713-1995, yaitu minimal 2,7%.

Kandungan protein es krim F2 9,17 kali lebih tinggi daripada es krim

cokelat di pasaran. Protein per 100 g es krim F2 hasil uji laboratorium dapat

memenuhi 35% AKG protein untuk balita usia 2-5 tahun, sehingga es krim

F2 dapat dikatakan produk tinggi protein (BPOM RI, 2016). Albumin per

100 g es krim F2 hasil uji laboratorium tidak dapat memenuhi 35%

kebutuhan albumin untuk balita usia 2-5 tahun, sehingga F2 dapat dikatakan

produk sumber albumin.

6.3.2 Seng

Seng berperan sebagai bagian dari enzim yang dibutuhkan antara lain

untuk proses glikolisis, proses metabolism protein, metabolisme tulang, dan

lainnya (Robinson et al., 1986). Seng juga dibutuhkan untuk mengaktifkan

dan memulai sintesis hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH) serta

berperan dalam fungsi imunitas, yaitu untuk fungsi sel T dan pembentukan

antibodi oleh sel B (Almatsier, 2010). Formula es krim F2 memiliki

kandungan seng paling tinggi jika dibandingkan formula es krim lainnya. F2

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
106

per 100 g mengandung seng 1,1 mg pada perhitungan empiris menggunakan

literatur. Pada perhitungan hasil uji laboratorium, F2 per porsi mengandung

seng sebesar 0,98 mg. Kandungan seng per porsi es krim F2 hasil uji

laboratorium mampu memenuhi 20% kebutuhan harian balita usia 2-3 tahun

dan 12% kebutuhan harian balita usia 4-5 tahun, sehingga mampu

memenuhi kebutuhan balita. Seng per 100 g es krim F2 hasil uji

laboratorium dapat memenuhi 30% AKG seng untuk balita usia 2-3 tahun,

namun tidak untuk balita usia 4-5 tahun, sehingga es krim F2 dapat

dikatakan produk tinggi seng untuk usia 2-3 tahun, produk sumber seng

untuk usia 4-5 tahun (BPOM RI, 2016).

6.3.3 Kalsium

Kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel,

seperti transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga

permeabilitas membran sel. Kalsium mengatur pekerjaan hormon-hormon

dan faktor pertumbuhan (Almatsier, 2010).

Formula es krim F2 memiliki kandungan kalsium paling tinggi jika

dibandingkan formula es krim lainnya. F2 per 100 g mengandung kalsium

268,5 mg pada perhitungan empiris menggunakan literatur. Pada

perhitungan hasil uji laboratorium, F2 per 100 g mengandung kalsium

sebesar 127,19 mg, jumlah tersebut lebih rendah daripada kalsium hasil

perhitungan empiris. Kandungan kalsium dipengaruhi oleh proses

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107

pengolahan. Menurut penelitian Purwaningsih, et al. (2011), proses

pengolahan berupa pengukusan dan perebusan mampu menurunkan

kandungan kalsium sebesar 30 – 48 % dari sebelum diolah. Selain itu,

perbedaan jenis uji laboratorium yang digunakan juga dapat menjadi

penyebab penurunan kandungan gizi yang cukup signifikan (Finete et al.,

2013).

Kandungan kalsium per porsi es krim F2 hasil uji laboratorium

mampu memenuhi kebutuhan kalsium selingan balita usia 2-3 tahun (yaitu

11,7% kebutuhan harian), sedangkan untuk balita usia 4-5 tahun tidak

memenuhi (yaitu 7,6% kebutuhan harian). Kalsium per 100 g es krim F2

hasil uji laboratorium tidak dapat memenuhi 30% AKG kalsium untuk

balita usia 2-5 tahun, sehingga es krim F2 dapat dikatakan produk sumber

kalsium (BPOM RI, 2016).

6.4 Nilai Ekonomi

Stunting disebabkan oleh beberapa faktor, langsung dan tidak langsung.

Salah satu faktor tidak langsung adalah tingkat ekonomi atau kesejahteraan

keluarga yang rendah pada balita yang dapat menyebabkan peningkatan

risiko stunting 5 kali lebih besar daripada yang tidak (Astutik, 2018).

Tingkat sosial ekonomi atau tingkat kemakmuran seseorang mempengaruhi

kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita, disamping

itu keadaan sosial ekonomi juga berpegaruh pada pemilihan macam

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108

makanan tambahan dan waktu pemberian makananya serta kebiasan hidup

sehat. Oleh karena itu, perlu adanya produk pangan kaya akan zat gizi yang

memiliki harga terjangkau, sehingga balita dengan status ekonomi rendah

tetap dapat mengonsumsi makanan bergizi dengan harga yang terjangkau

6.4.1 Nilai Ekonomi Es Krim Per Porsi (60 g)

Nilai ekonomi suatu makanan dapat dilihat dari harga jual atau dari

harga gizi pangan. Harga jual ditentukan oleh beberapa komponen

pengeluaran seperti biaya investasi, biaya operasional langsung, biaya

operasional tak langsung dan laba. Harga jual didapatkan dari BEP (Break

Event Point) ditambah dengan laba).

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa es krim F0 memiliki harga

termurah, yaitu Rp 6.000,00 / 60g, sedangkan F2 memiliki harga termahal,

yaitu Rp 6.500,00 / 60g. Harga es krim meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah bahan substitusi, karena total ketiga bahan substitusi

(putih telur, wijen giling, dan susu skim) memiliki harga yang lebih mahal

daripada bahan yang disubstitusi (susu fullcream). Harga es krim pada

penelitian ini lebih mahal daripada harga es krim cokelat di pasaran. Harga

salah satu merk es krim cokelat di pasaran adalah Rp 5.000,00 / 90 g.

6.4.2 Nilai Ekonomi Gizi

Nilai ekonomi protein, albumin, seng dan kalsium didapatkan dari

harga per porsi yang dibagi dengan kandungan gizi per porsi, sehingga

didapatkan harga gizi per satuan zat gizi. Formula es krim F2 memiliki

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
109

harga protein, albumin, seng, kalsium termurah yaitu Rp 1.623,00/g protein,

Rp 9.775,00/g albumin, Rp 10.149,00/mg seng, dan yaitu Rp 40,00/mg

kalsium. Berdasarkan nilai ekonomi gizi tersebut, semakin tinggi jumlah

bahan substitusi, semakin murah nilai ekonomi gizinya. Harga protein pada

es krim F2 lebih murah daripada harga protein salah satu merk es krim

cokelat di pasaran, yaitu Rp 5.000,00/g protein. Harga protein es krim F2

1/3 kali lebih murah dari es krim cokelat di pasaran.

6.5 Formula Optimasi

Formula optimasi dihitung berdasarkan skoring beberapa variabel, yaitu

(1) penilaian daya terima sifat organoleptik (rasa, tekstur, warna, aroma,

keseluruhan) oleh panelis tak terlatih; (2) preferensi kesukaan oleh anak-

anak; (3) nilai ekonomi dan nilai ekonomi gizi (protein, albumin, seng,

kalsium), (4) serta kandungan gizi (protein, albumin, seng, kalsium). Hasil

skoring daya terima, nilai ekonomi, dan kandungan gizi menunjukkan

bahwa formula modifikasi terbaik adalah F2 dengan nilai rata-rata 1,87.

F2 merupakan formula es krim dengan jumlah substitusi putih telur,

wijen giling, dan susu skim tertinggi. F2 memiliki skor penilaian tertinggi

pada daya terima oleh panelis tak terlatih, nilai ekonomi gizi, dan

kandungan gizi. Berdasarkan hasil analisis formula optimasi tersebut, dapat

disimpulkan bahwa formula es krim F2 merupakan formula modifikasi

terbaik pada penelitian ini. Formula es krim F2 layak untuk dijadikan

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110

alternatif makanan selingan yang mengandung protein, albumin, seng, dan

kalsium yang memiliki nilai ekonomi terjangkau untuk balita stunting usia

2-5 tahun.

6.6 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah pada panelis anak, yang mencoba

adalah balita usia 2-5 tahun yang tidak mengalami stunting, sedangkan

sasaran adalah yang mengalami stunting. Pada uji organoleptik, beberapa

panelis ada yang mencoba es krim saat sudah cair karena waktu leleh es

krim yang cukup cepat. Selain itu, pada perhitungan kandungan gizi, yang

diuji di laboratorium hanya formula terbaik, sedangkan formula lainnya

hanya dihitung menggunakan literatur.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan

1. Es krim substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim dengan mutu

organoleptik terbaik adalah F1 (Putih telur 7%; wijen giling 2%; susu

skim bubuk 5%) dan F2 (Putih telur 8%; wijen giling 3%; susu skim

bubuk 6%). Es krim F1 dan F2 memiliki tekstur kasar, tidak memiliki

harum cokelat, berwarna cokelat muda, terasa wijen, dan memiliki mutu

keseluruhan baik. Semua es krim pada penelitian pendahuluan memiliki

rasa yang terlalu manis.

2. Es krim substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim dengan daya

terima tertinggi adalah es krim F2. F2 merupakan es krim dengan

jumlah substitusi bahan terbanyak (Putih telur 8%; wijen giling 3%;

susu skim bubuk 6%). Daya terima es krim F2 unggul pada karakteristik

rasa, tekstur, warna, aroma, dan keseluruhan.

3. Es krim substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim F2 per porsi

telah memenuhi kebutuhan protein (5,5 g), albumin (0,8 g), dan seng

(0,6 mg) makanan selingan balita usia 2-5 tahun, namun belum

memenuhi kebutuhan kalsium (76,3 mg) makanan selingan untuk balita

usia 3-5 tahun. Kandungan protein es krim F2 telah memenuhi syarat

mutu es krim, yaitu minimal 2,7% protein. Es krim F2 merupakan

111

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112

produk tinggi protein dan seng, serta sumber albumin dan kalsium.

Protein pada es krim F2 9,17 kali lebih tinggi daripada protein es krim

cokelat di pasaran.

4. Es krim substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim F2 memiliki

harga produk termahal, yaitu Rp 6.500,00 / 60g es krim, namun

memiliki harga protein (Rp 1.623,00/g protein), albumin (Rp 9.775,00/g

albumin), seng (Rp 10.149,00/mg seng), dan kalsium (Rp 40,00/mg

kalsium) termurah. Harga protein pada es krim F2 lebih murah 1/3 kali

dari es krim cokelat di pasaran.

7.2 Saran

1. Rasa yang terlalu manis pada es krim dapat diatasi dengan

menyesuaikan kandungan gula dengan standar GGL (gula, garam,

lemak) sehingga produk es krim dapat menjadi produk yang lebih sehat.

Penggantian rasa cokelat dengan rasa lain juga bisa dilakukan sebagai

usaha untuk mengurangi rasa yang terlalu manis, karena cokelat bubuk

memiliki rasa manis.

2. Es krim dengan substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim dapat

menjadi alternatif selingan untuk mengatasi permasalahan balita

stunting usia 2-5 tahun. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai cara

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
113

mengolah wijen agar lebih disukai dan diterima oleh balita karena

kandungan pada wijen sangat penting untuk balita.

3. Es krim dengan substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim dapat

menjadi alternatif makanan selingan balita stunting usia 2-5 tahun

karena memiliki harga gizi yang lebih murah dibandingkan es krim

tanpa substitusi.

4. Es krim dapat ditambahkan dengan bahan tinggi kalsium lainnya untuk

meningkatkan kandungan kalsium es krim tanpa mengubah karakteristik

es krim, contohnya dengan menambahkan ekstrak tulang ikan.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Adams CL, Hambidge M, Raboy V. 2002. Zinc Absorption from a Low-


Phytic Acid Maize. The American Journal of Clinical Nutrition, 76 :
556-559.
Adriani, M. dan Bambang W. 2016. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Ambarwani. 2013. Pengaruh Perbandingan Kedelai Dengan Wijen Sangrai
Giling Terhadap Kadar Kalsium Dan Daya Terima Susu
Kedelai. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Anindita, P. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan
Keluarga, Kecukupan Protein & Zinc dengan Stunting (Pendek) pada
Balita Usia 6 - 35 Bulan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Vol. 1(2): 617–
626.
AOAC. 2005. Official Method of Analysis of The Association at Official
Analytical Chemist. Washington DC: Benyamin Franklin Station.

Arbuckle, WS. 1986. Ice Cream : Second Edition. Westport : The AVI
Publishing Company.
Astutik, A., Rahfiludin, M. Z., and Aruben, R., 2018. Faktor Risiko
Kejadian Stunting Pada Anak Balita Usia 24-59 Bulan (Studi Kasus di
Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati Tahun 2017).
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), Vol. 6(1) : 409-418.

Awika, J.M. dan L.W. Rooney. 2004. Review: sorghum phytochemical and
their potential impact on human health. Journal Phytochemistry, 65:
1199-1221.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Peraturan Kepala


BPOM RI No 13 Tahun 2016 tentang Pengawasan Klaim pada Label
dan Iklan Pangan Olahan.

Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-0222. Bahan Tambahan


Makanan. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3713. Es Krim. Jakarta : Dewan


Standardisasi Nasional.
114

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115

Bateman, W.G. 1916. The Digestibility and Utilization of Egg-Proteins. The


Journal of Biological Chemistry, 26 : 263-291.
Bender, D.A. 2002. Introduction To Nutrition And Metabolism. London:
Taylor & Francis e-Library.
Chairunnisa, E., Kusumastuti, A. C. dan Panunggal, B. 2018. Asupan
Vitamin D, Kalsium dan Fosfor pada Anak Stunting dan Tidak Stunting
Usia 12-24 Bulan di Kota Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Chan, L. A. 2008. Membuat Es Krim. Jakarta Selatan: PT Agromedia
Pustaka.

Chiplonkar SA, Agte VV. 2006. Predicting Bioavailable Zinc from Lower
Phytate Forms, Folic Acid and Their Interactions with Zinc in
Vegetarian Meals. J Am Coll Nutr, 25 : 26-33.
Dewi, C.M., Dewi M.M., Youngky S., Evy S. 2007. Prarencana Pabrik
Susu Bubuk Skim Kapasitas 9 ton/hari. Skripsi. Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya.
Dewi, I. A. dan K.T. Adhi. 2016. Pengaruh Konsumsi Protein Dan Seng
Serta Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Pendek Pada Anak
Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida
III. Arc. Com. Health, Vol. 3(1), 36–46.

Dewi, NDR., Kurnia, STPP., dan W. Endang Nur. 2017. Pengaruh


Perbandingan Kacang Hijau dan Wijen Giling terhadap Kadar
Kalsium dan Daya Terima Sari Kacang Hijau. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Dwi, B. W., & Wirjatmadi, R. B. 2012. Beberapa Faktor yang Berhubungan
dengan Status Gizi Balita Stunting. The Indonesian Journal of Public
Health, Vol. 8(3) : 99–104.
Ernawati, Arwani, Amin S. 2011. Hubungan antara Perilaku Mengkonsumsi
Makan Makanan Manis dan Perilaku Menggosok Gigi dengan Kejadian
Karies Gigi pada Anak TK Pertiwi 37 Gunung Pati. Jurnal
Keperawatan, Vol. 4(2) : 183-193.
Escarpa, A. dan MC. Gonzales. 2001. Approach to the content of total
extractable phenolic compounds from different food samples by
comparison of chromatographic and spectrophotometric methods.
Analytica Chimica Acta, 427 : 119-127.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116

Fairweather-Tait, S. J. dan Southon, S. 2003. Encyclopedia of Food


Sciences and Nutrition: Bioavailability of Nutrients. Norwich :
Institute of Food Research.

Fajria, L. dan M. Rika. 2013. Pengaruh Pemberian Buah Pepaya Terhadap


Nafsu Makan Anak Berumur 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Kuranji. Ners Jurnal Keperawatan, Vol. 9(1) : 68-87.
Faroj, M.N. 2019. Pengaruh Substitusi Tepung Ikan Teri (Stolephorus
Commersoni) dan Tepung Kacang Merah (Vigna Angularis) terhadap
Daya Terima dan Kandungan Protein Pie Mini. Media Gizi Indonesia,
Vol. 14(1) : 56-65.
Federer, W. T. 1977. Experimental Design Theory and Application, 3ed.
New Delhi Bombay Calcuta : Oxford and IBH Publishing Co.
Garniasih D, Julistio TB, dan Herry G. 2008. Hubungan antara kadar
albumin dan kalsium serum pada sindrom nefrotik anak. Sari Pediatrik,
Vol. 10(2) : 100-105.
Gaw, A., Murphy, M.J., Cowan, R.A., O’reilly, D.S.J., Stewaetet. 2011.
Biokimia Klinis: Edisi ke 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hana T. 2017. Daya Terima dan Peningkatan Nilai Gizi Kalsium Jajanan
Lokal (Bagea) yang Diperkaya Tepung Ikan Gabus untuk Balita
Stunting. Skripsi. Poltekkes Makassar.
Harianti. 2011. Ikan Gabus (Channa striata) dan Berbagai Manfaat Albumin
yang Terkandung di Dalamnya, Jurnal Balik Diwa, 2 : 18–25.
Haryoto. 2008. Susu dan Yoghurt Kecipir: Edisi ke 7. Yogyakarta :
Kanisius.
Hendricks & Duggan. 2005. Manual of Pediatric Nutrition 4th ed. Hamilton:
BC Decker.
Hunt, J.R. dan Larson, B.J. 1990. Meal Protein and Zinc Levels Interact to
Influence Zinc Retention by The Rat. Nutrition Research, Vol. 10 : 697
– 705.
Institute of Medicine, Food and Nutrition Board (IOM-FNB). 2001. Dietary
Reference Intakes for Vitamin A, Vitamin K, Arsenic, Boron,
Chromium, Copper, Iodine, Iron, Manganese, Molybdenum, Nickel,
Silicon, Vanadium, and Zinc. Washington : National Academy Press.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
117

Institute of Medicine, Food and Nutrition Board (IOM-FNB). 2011. Dietary


Reference Intakes for Calcium and Vitamin D. Washington : National
Academy Press.
Justisia, S.R. 2016. Mutu Organoleptik, Kadar Protein, dan Nilai Ekonomi
Nugget Substitusi Ikan Lele (Clarias Batrachus) dan Kacang Merah
(Vigna Angularis) sebagai Snack Batita. Skripsi. Universitas
Airlangga.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan : Situasi Balita Pendek (Stunting) di
Indonesia. Jakarta : Pusdatin Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Utama Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2018. Jakarta : Balitbang
Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Utama Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2018 : Provinsi Jawa Timur.
Jakarta : Balitbang Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2017.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Khoerunnisa, G.S. 2017. Pengaruh Konsentrasi Gelatin Tulang Ikan Patin


(Pangasius sp.) dan Konsentrasi Putih Telur terhadap Karakteristik
Es Krim Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.). Skripsi. Universitas
Pasundan Bandung.

Kilara, A. dan RC. Chandan. 2007. Handbook of Food Products


Manufacturing : Chapter 74 Ice Cream and Frozen Desserts. USA :
John Wiley & Sons, Inc.
Kusuma, K. E. dan Nuryanto. 2013. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada
Anak Usia 2-3 Tahun (Studi di Kecamatan Semarang Timur). Skripsi.
Universitas Diponegoro.

Lonnerdal, B. 2000. Dietary Factors Influencing Zinc Absorption. The


Journal of Nutrition, Vol. 130 (5) : 1378-1383.

Lutz CA, Przytulski KR. 1994. Nutrition and Diet Therapy. Philadelphia:
F.A. Davis Company.
Meilgaard M., Civille GV., and Carr BT. 1999. Sensory Evaluation
Techniques 3rd Edition. USA : CRC Press.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
118

Murray R.K.,Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. 2003. Harper’s


Illustrated Biochemistry. New York : McGraw-Hill Inc.
Murray R.K.,Granner D.K., Rodwell V.W. 2009. Biokimia Harper: Edisi ke
27. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Oktafa, H. dan W.W. Suharsono. 2019. Karakteristik Fisik dan Kimia Es


Krim Dari Tepung Wijen Dan Umbi Bit (Wibit) Bagi Penderita
Anemia. Prosiding Seminar Nasional INAHCO, Vol. 1 : 118-125.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta
: Kemenkes RI.
Permatasari, N. dan Annis C.A. 2018. Daya Terima dan Kandungan Gizi
(Energi, Protein) Gyoza yang Disubstitusi Keong Sawah (Pila
Ampullacea) dan Puree Kelor (Moringa Oleifera). Media Gizi
Indonesia, Vol. 13 (1) : 62-70.

Peter, KV. 2012. Handbook of Herbs and Spices Volume 2 : Second


Edition. Philadelphia : Woodhead Publishing.

Prentice A, Dibba B, Sawo Y, Cole TJ. 2012. The Effect of Prepubertal


Calcium Carbonate Supplementation on The Age of Peak Height
Velocity in Gambian Adolescents. Am J Clin Nutr, 96 : 1042-1050.

Purwaningsih, S., Salamah, E. dan N. Mirlina. 2011. Pengaruh Pengolahan


terhadap Kandungan Mineral Keong Matah Merah (Cerithidea
obtusa). Prosiding Pertemuan Ilmiah dan Seminar Nasional MPHPI.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Riyadi, Hadi. 2007. Zinc untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Prosiding Seminar Nasional Penanggulangan masalah defisiensi seng
(Zn) : From Farm to Table. Bogor : SEAFAST Center, Institut
Pertanian Bogor.
Robinson CH, Lawler MR, Chenoweth WL, Garwick AE. 1986. Normal
and Therapeutic Nutrition. Edisi ke-17. New York: Macmillan
Publishing Company.

Roland, AM., Phillips, LG., Boor, KJ. 1999. Effects of Fat Content on The
Sensory Properties, Melting, Color, and Hardness of Ice Cream.
Journal Dairy Science, 82 : 32-38.

Samman, S. 2007. Zinc. Nutrition & Dietetics, 64 : 131-134.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
119

Santika, N. dan Widia D. 2017. Pengaruh Substitusi Tepung Wijen


(Sesamum indicum) terhadap Kandungan Gizi dan Mutu Organoleptik
Biskuit Labu Kuning (Cucurbita moschata). Jurnal Kesehatan Perintis,
Vol. 4(2) : 91-97.
Saunders AV, WJ Craig, SK Baines. 2012. Zinc and Vegetarian Diets. The
Medical Journal of Australia, Vol. 1(2) : 17- 22.
Schuster, W.H. 1992. Ölpflanzen in Europa. DLG Verlag: Frankfurt-am-
Main.

Shewfelt, R. L., 2014. Pengantar Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran ECG.
Simatupang, T.P., Desmelati, N.I. Sari. 2015. Fortifikasi Tepung Ikan
Gabus (Channa striata) pada Es Krim Rumput Laut (Eucheuma
cotonii) terhadap Penerimaan Konsumen. Jurnal Online Mahasiswa,
Vol. 2(2) : 1-10.
Sinurat, E., S.B. Murdinah,U. Bagus. 2006. Sifat fungsional formula kappa
dan karaginan dengan gum. Jurnal Pasca Panen dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan, Vol. 1(1) : 1-8.

Sudarwanto, M. dan D. W. Lukman. 1993. Petunjuk Laboratorium.


Pemeriksaan Susu dan Produk Olahannya. PAU Pangan dan Gizi.
Institut Pertanian Bogor.

Sumarno, S., S. Noegrohati, Narsito, I. I. Falah. 2002. Estimasi Kadar


Protein dalam Bahan Pangan melalui Analisis Nitrogen Total dan
Analisis Asam Amino. Majalah Farmasi Indonesia, Vol. 13(1) : 34-
43.

Sundari D., Almasyhuri A., dan A. Lamid. 2015. Pengaruh Proses


Pemasakan terhadap Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber
Protein. Media Litbangkes, Vol. 25(4) : 235-242.

Sutyawan, S., A. Khomsan, D. Sukandar. 2019. Pengembangan Indeks


Ketahanan Pangan Rumah Tangga dan Kaitannya dengan Tingkat
Kecukupan Zat Gizi dan Status Gizi Anak Balita. Amerta Nutrition,
200-211.
Syamsiatun, N.H. dan Tri S. 2015. Pemberian Ekstra Jus Putih Telur
terhadap Kadar Albumin dan Hb pada Penderita Hipoalbuminemia.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 12(2) : 54-61.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
120

Wani, Y.A., Amelia F., Endang S. 2015. Peningkatan Kadar Kalsium


dengan Penambahan Tepung Wijen pada Cake Ampas Tahu.
Indonesian Journal of Human Nutrition, Vol. 2(2) : 101-107.
Wani, Y.A., Amelia F., Endang S. 2015. Peningkatan Kadar kalsium
dengan Penambahan Tepung Wijen pada Cake Ampas Tahu.
Indonesian Journal of Human Nutrition, Vol. 2(2) : 101-107.
Wapnir RA. 2000. Zinc Deficiency, Malnutrition and The Gastrointestinal
Tract. J Nutr, 130 : 1388-1392.
Widjaja NA, Siti NH, dan Roedi I. 2013. Pengaruh Penyakit Infeksi
terhadap Kadar Albumin Anak Gizi Buruk. Sari Pediatri, Vol. 15(1) :
46-50.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). 2012. Pemantapan
Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan
Kearifan Lokal. Prosiding. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.

Winarno, F.G. 2002. Telur : Komposisi, Penanganan, dan Pengolahannya.


Bogor : M-Brio Press.

Wirnaningsih, W. dan L. Kurniawati. 2017. Pembuatan Susu Kecipir


dengan Variasi Berat Wijen dan Lama Perebusan. Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan, Vol 1(1) : 9-13.
World Health Organization. 1995. Physical Status: The Use and
Interpretation of Anthropometry. Geneva : World Health Organization.
World Health Organization. 2010. Nutrition Landscape Information System
(NLIS) Country Profile Indicators: Interpretation Guide. Geneva :
World Health Organization.

Yusasrini, NLA., Pratiwi, IDPK., dan PA. Wipradnyadewi. 2015. Penuntun


Praktikum Evaluasi Sensori. Denpasar : Universitas Udayana.

Zouari, R., Besbes, S., Chaabouni, SE., dan DG. Aydi. 2016. Cookies from
composite wheat–sesame peels flours: Dough quality and effect of
Bacillus subtilis SPB1 biosurfactant addition. Food Chemistry, 194 :
758-769.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAMPIRAN
Lampiran 1. Keterangan Lolos Kaji Etik

121

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
122

Lampiran 2. Penjelasan Sebelum Persetujuan untuk Panelis

PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN (PSP) PENELITIAN

Judul Penelitian

Daya terima, nilai ekonomi dan kandungan protein, albumin, seng, serta
kalsium es krim dengan substitusi putih telur, wijen giling dan susu skim
bubuk.

Tujuan Umum:

Menganalisa pengaruh substitusi putih telur, susu skim bubuk, dan wijen
giling terhadap daya terima (warna, rasa, tekstur, aroma, keseluruhan), nilai
ekonomi, kandungan protein, albumin, seng, dan kalsium pada es krim
coklat sebagai alternatif makanan selingan untuk balita stunting usia 2 – 5
tahun.

Perlakuan:

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk pengujian


organoleptik / daya terima. Panelis diminta mencicipi beberapa sampel es
krim coklat dengan substitusi (penukaran) putih telur, wijen giling, dan susu
skim bubuk untuk menilai daya terima berdasarkan warna, aroma, rasa,
tekstur, keseluruhan pada masing-masing sampel yang telah diberi kode.
Panelis akan menilai sampel es krim dengan perlakuan yang berbeda
dengan penetralisir rasa berupa air mineral untuk diminum setiap kali telah
menilai satu sampel ke sampel berikutnya. Penilaian daya terima (warna,
aroma, rasa, tekstur, keseluruhan) dilaksanakan maksimal 15 menit.

Manfaat:

Manfaat yang akan didapat panelis terbatas adalah mendapatkan


pengetahuan baru tentang substitusi atau penggantian bahan pangan yang
tinggi protein, albumin, kalsium, dan seng dalam pembuatan es krim
maupun makanan selingan untuk balita usia 2 – 5 tahun.

Bahaya Potensial:

Tidak ada bahaya yang timbul pada produk maupun panelis selama
mengikuti atau setelah penelitian; potensi bahaya seperti adanya pemberian
formalin, pestisida, maupun bahaya lain telah dapat dicegah dan

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
123

ditanggulangi dengan upaya semaksimal mungkin pada saat pembuatan


sampel. Panelis hanya mencicipi sampel untuk menilai es krim berdasarkan
kesukaan. Apabila terdapat efek samping yang terjadi selama atau setelah
penelitian, panelis akan dirujuk ke pelayanan kesehatan terdekat sesuai
dengan kondisi. Adapun bahaya yang mungkin ditimbulkan disebabkan oleh
karena adanya kondisi alergi pada panelis terhadap protein pada susu, telur,
biji-bijian dan coklat; sehingga calon panelis dengan kondisi tersebut tidak
disarankan untuk mengikuti penelitian.

Kerahasiaan Subjek dan Data:

Nama panelis dan hasil pengisian angket uji kesukaan akan disimpan pada
lokasi yang aman dan disimpan selama 1 tahun setelah penelitian.

Hak untuk undur diri:

Keikutsertaan panelis dalam penelitian ini bersifat sukarela. Panelis berhak


untuk mengundurkan diri.

Adanya Insentif untuk Subyek:

Panelis dalam penelitian ini akan mendapatkan produk es krim dan alat
makan. Apabila di kemudian hari terdapat perubahan teknis tempat yang
cukup sulit dijangkau oleh panelis, maka akan diberi biaya transportasi
kepada panelis.

Nama Peneliti : Finda Istiqomah

Alamat : Mulyorejo I/16 Surabaya

Nomor Kontak : 087762471946

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
124

Lampiran 3. Pernyataan Persetujuan Penelitian untuk Panelis

INFORMED CONSENT
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Telah mendapat keterangan secara rinci dan jelas mengenai:
1. Penelitian yang berjudul “Daya terima, nilai ekonomi dan
kandungan protein, albumin, seng, serta kalsium es krim dengan
substitusi putih telur, wijen giling dan susu skim bubuk”.
2. Potensi bahaya yang ditimbulkan produk telah dicegah dan
dihilangkan dengan berbagai perlakuan
3. Manfaat sebagai subjek penelitian
4. Waktu pengisian angket maksimal 10 menit
5. Kerahasiaan identitas dan data
6. Hak untuk mengundurkan diri sebagai subjek penelitian
7. Insentif untuk subjek berupa produk es krim coklat dan alat makan
Setelah mendapat kesempatan untuk bertanya dan kecukupan waktu
berpikir, dengan ini secara sukarela dan dengan penuh kesadaran serta tanpa
keterpaksaan menyatakan bersedia / tidak bersedia*) ikut serta dalam
penelitian.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan
dari pihak manapun.
____________, ______________ 2020
Peneliti, Panelis,

( ) ( )

Saksi,

( )

Keterangan: *) coret yang tidak perlu

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
125

Lampiran 4. Kuesioner Uji Mutu Organoleptik untuk Panelis Terbatas

Uji Mutu Organoleptik Es Krim Coklat pada Panelis Terbatas


Nama Panelis :
Tanggal :
Produk : Es Krim
Instruksi :
Di hadapan anda disajikan 5 sampel es krim coklat yang telah diberi kode.
Saudara diminta untuk memberikan penilaian beberapa sifat, yaitu warna,
aroma,tekstur, rasa, dan keseluruhan, sebagai berikut:
1. Warna dengan cara melihat. Berilah tanda checklist (v) pada intensitas
warna sampel.
Kode Sampel
Intensitas
ABC ACB BAC BCA CAB
Kuning
Coklat sangat muda
Coklat muda
Coklat moderat
Coklat tua
Komentar :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………….

2. Tekstur dengan cara mengunyah. Berilah tanda checklist (v) pada


intensitas tekstur sampel.
Kode Sampel
Intensitas
ABC ACB BAC BCA CAB
Amat sangat bertekstur kasar
Sangat bertekstur kasar
Bertekstur kasar
Agak bertekstur kasar
Tidak bertekstur kasar
Komentar :
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………......
..........................................................................................................................
...........................
3. Aroma dengan cara mencium. Aroma yang terdapat pada es krim lebih
mengarah ke harum coklat sampai menuju ke sangat tidak harum.
Berilah tanda checklist (v) pada intensitas aroma harum coklat sampel.

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
126

Kode Sampel
Intensitas
ABC ACB BAC BCA CAB
Tidak harum
Sedikit harum
Harum moderat
Sangat harum
Amat sangat harum
Komentar :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………….

4. Rasa manis dengan cara mencicipi. Berilah tanda checklist (v) pada
intensitas kemanisan sampel.
Kode Sampel
Intensitas
ABC ACB BAC BCA CAB
Amat sangat terasa wijen
Sangat terasa wijen
Terasa wijen
Agak terasa wijen
Tidak terasa wijen
Komentar :
………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

5. Penilaian kesukaan secara keseluruhan. Berilah tanda checklist (v) pada


intensitas tingkat kesukaan sampel.
Kode Sampel
Intensitas
ABC ACB BAC BCA CAB
Sangat buruk
Buruk
Baik
Sangat baik
Amat sangat baik

Komentar :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……….......

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
127

Lampiran 5. Kuesioner Uji Kesukaan untuk Panelis Tidak Terlatih

Uji Daya Terima Es Krim Coklat pada Panelis Tidak Terlatih


Nama Panelis :
Usia Panelis :
Tanggal :
Produk : Es Krim
Instruksi :
Di hadapan saudara disajikan 3 es krim coklat yang telah diberi
kode. Saudara diminta untuk memberikan penilaian dengan cara melihat
penilaian warna, mencium untuk penilaian aroma, mengunyah untuk
tekstur, dan mencicipi untuk penilaian rasa. Saudara dimohon memberi
penilaian dengan menggunakan skala sebagai berikut:
1 = Sangat Tidak Suka
2 = Tidak Suka
3 = Netral
4 = Suka
5 = Sangat Suka
Setelah saudara mencicipi salah satu sampel saudara diminta
membersihkan sisa makanan dengan air mineral yang telah disediakan
sebelum mencicipi sampel yang lain. Selain itu saudara juga diminta
memberikan kritik dan saran.
Kode Kriteria Penilaian
Sampel Warna Aroma Tekstur Rasa Keseluruhan
ABC
ACB
BAC

Kritik dan Saran:


………………………………………………………………………………
….……………………………………………………………………………
…………………………………..

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
128

Lampiran 6. Kuesioner Uji Kesukaan untuk Panelis Anak-Anak

Uji Daya Terima Es Krim Coklat pada Panelis Anak-Anak


Nama Pendamping :
Nama Panelis Anak :
Umur Panelis Anak :
BB dan TB :
Tanggal :
Produk : Es Krim
Instruksi :
Di hadapan saudara disajikan 3 es krim coklat yang telah diberi
kode. Saudara diminta untuk mendampingi anak dalam memberikan
penilaian dengan cara memilih antara suka, netral atau tidak suka terhadap
produk yang disajikan dengan cara mengamati ekspresi wajah anak.
Saudara diminta membantu memberikan tanda contreng pada kolom yang
telah disediakan berdasarkan dengan ekspresi wajah berikut,

Tidak Netral Suka


Suka
Setelah anak yang saudara damping mencicipi salah satu sampel
saudara diminta memberikan air mineral yang telah disediakan guna
membersihkan sisa makanan sebelum mencicipi sampel yang lain. Selain itu
saudara juga diminta memberikan kritik dan saran.

Kode Kriteria Penilaian


Sampel Tidak suka Netral Suka
ABC
ACB
BAC

Kritik dan Saran:


………………………………………………………………………………
….……………………………………………………………………………
…………………………………..

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
129

Lampiran 7. Hasil Uji Statistik


Uji Beda (Friedmann)
A. Rasa
Descriptive Statistics
Percentiles
Std.
N Mean Deviation Min Max 25th 50th (Median) 75th
F0_rasa 25 4.44 .821 3 5 4.00 5.00 5.00
F1_rasa 25 3.84 .746 2 5 4.00 4.00 4.00
F2_rasa 25 3.92 .909 2 5 3.00 4.00 5.00

Ranks Test Statisticsa


Mean Rank N 25
F0_rasa 2.36 Chi-Square 6.256
F1_rasa 1.80 df 2
F2_rasa 1.84 Asymp. Sig. .044
a. Friedman Test
B. Tekstur
Descriptive Statistics
Percentiles
Std.
N Mean Deviation Min Max 25th 50th (Median) 75th
F0_tekstur 25 3.92 .954 2 5 3.50 4.00 5.00
F1_tekstur 25 3.72 .891 2 5 3.00 4.00 4.00
F2_tekstur 25 3.92 .702 2 5 4.00 4.00 4.00

Test Statisticsa
Ranks
N 25
Mean Rank
Chi-Square 1.087
F0_tekstur 2.10
Df 2
F1_tekstur 1.90
Asymp. Sig. .581
F2_tekstur 2.00
a. Friedman Test

C. Warna
Descriptive Statistics
Percentiles
Std.
N Mean Deviation Min Max 25th 50th (Median) 75th
F0_warna 25 4.00 .764 2 5 4.00 4.00 4.50
F1_warna 25 3.84 .850 2 5 3.00 4.00 4.00
F2_warna 25 3.92 .759 2 5 3.50 4.00 4.00

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
130

Ranks Test Statisticsa


Mean Rank N 25
F0_warna 2.12 Chi-Square 2.000
F1_warna 1.90 df 2
F2_warna 1.98 Asymp. Sig. .368
a. Friedman Test

D. Aroma
Descriptive Statistics
Percentiles
Std.
N Mean Deviation Min Max 25th 50th (Median) 75th
F0_aroma 25 4.12 .726 3 5 4.00 4.00 5.00
F1_aroma 25 3.60 .816 2 5 3.00 4.00 4.00
F2_aroma 25 3.72 .843 2 5 3.00 4.00 4.00

Ranks Test Statisticsa


Mean Rank N 25
F0_aroma 2.38 Chi-Square 12.383
F1_aroma 1.72 df 2
F2_aroma 1.90 Asymp. Sig. .002
a. Friedman Test

E. Keseluruhan
Descriptive Statistics
Percentiles
Std.
N Mean Deviation Min Max 25th 50th (Median) 75th
F0_keseluruhan 25 4.44 .712 3 5 4.00 5.00 5.00
F1_keseluruhan 25 3.92 .702 2 5 4.00 4.00 4.00
F2_keseluruhan 25 4.12 .881 2 5 3.50 4.00 5.00

Ranks Test Statisticsa


Mean Rank N 25
F0_keseluruhan 2.30 Chi-Square 6.299
F1_keseluruhan 1.72 df 2
F2_keseluruhan 1.98 Asymp. Sig. .043
a. Friedman Test

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
131

Uji Lanjut (Wilcoxon)


a. Rasa
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
F0_rasa - F1_rasa Negative Ranks 5 9.50 47.50
b
Positive Ranks 16 11.47 183.50
Ties 4c
Total 25
F0_rasa - F2_rasa Negative Ranks 5d 8.50 42.50
Positive Ranks 12e 9.21 110.50
Ties 8f
Total 25
F1_rasa - F2_rasa Negative Ranks 8g 10.25 82.00
Positive Ranks 9h 7.89 71.00
Ties 8i
Total 25
a. F0_rasa < F1_rasa
b. F0_rasa > F1_rasa
c. F0_rasa = F1_rasa
d. F0_rasa < F2_rasa
e. F0_rasa > F2_rasa
f. F0_rasa = F2_rasa
g. F1_rasa < F2_rasa
h. F1_rasa > F2_rasa
i. F1_rasa = F2_rasa
Test Statisticsc
F0_rasa - F1_rasa F0_rasa - F2_rasa F1_rasa - F2_rasa
a a
Z -2.558 -1.642 -.275b
Asymp. Sig. (2-tailed) .011 .101 .783
a. Based on negative ranks.
b. Based on positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
132

b. Aroma
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
F0_aroma - Negative Ranks 0 .00 .00
F1_aroma Positive Ranks 12b 6.50 78.00
Ties 13c
Total 25
F0_aroma - Negative Ranks 2d 4.50 9.00
F2_aroma Positive Ranks 9 e
6.33 57.00
f
Ties 14
Total 25
F1_aroma - Negative Ranks 6g 5.83 35.00
F2_aroma Positive Ranks 4 h
5.00 20.00
i
Ties 15
Total 25
a. F0_aroma < F1_aroma
b. F0_aroma > F1_aroma
c. F0_aroma = F1_aroma
d. F0_aroma < F2_aroma
e. F0_aroma > F2_aroma
f. F0_aroma = F2_aroma
g. F1_aroma < F2_aroma
h. F1_aroma > F2_aroma
i. F1_aroma = F2_aroma
Test Statisticsc
F0_aroma - F0_aroma - F1_aroma -
F1_aroma F2_aroma F2_aroma
Z -3.357a -2.233a -.832b
Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .026 .405
a. Based on negative ranks.
b. Based on positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
133

c. Keseluruhan
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
F0_keseluruhan - Negative Ranks 3a 7.00 21.00
F1_keseluruhan Positive Ranks 13 b
8.85 115.00
c
Ties 9
Total 25
F0_keseluruhan - Negative Ranks 5d 7.80 39.00
F2_keseluruhan Positive Ranks 10e 8.10 81.00
Ties 10f
Total 25
F1_keseluruhan - Negative Ranks 10g 8.60 86.00
F2_keseluruhan Positive Ranks 6h 8.33 50.00
Ties 9i
Total 25
a. F0_keseluruhan < F1_keseluruhan
b. F0_keseluruhan > F1_keseluruhan
c. F0_keseluruhan = F1_keseluruhan
d. F0_keseluruhan < F2_keseluruhan
e. F0_keseluruhan > F2_keseluruhan
f. F0_keseluruhan = F2_keseluruhan
g. F1_keseluruhan < F2_keseluruhan
h. F1_keseluruhan > F2_keseluruhan
i. F1_keseluruhan = F2_keseluruhan

Test Statisticsc
F0_keseluruhan - F0_keseluruhan - F1_keseluruhan -
F1_keseluruhan F2_keseluruhan F2_keseluruhan
Z -2.595a -1.228a -.994b
Asymp. Sig. (2-tailed) .009 .219 .320
a. Based on negative ranks.
b. Based on positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
134

Lampiran 8. Hasil Uji Laboratorium Es Krim Modifikasi Terbaik

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
135

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian


Proses Pembuatan Es Krim
1. Pembuatan Wijen Giling

Penyangraian wijen Penggilingan wijen

2. Pembuatan Adonan Es Krim

Pencampuran kuning telur, gula, susu skim, dan wijen giling

Perebusan susu cair dan krim Pengocokan putih telur

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
136

Pencampuran susu, krim, bubuk cokelat, putih telur pada adonan es krim

Pengetiman adonan es krim

3. Homogenisasi Es Krim

Pemixeran adonan es krim yang telah dibekukan sebelumnya

4. Produk Es Krim

Es Krim F0, F1, dan F2

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
137

Uji Organoleptik

1. Uji Mutu Organoleptik Panelis Terbatas

Panelis Terbatas (Dosen Gizi) Panelis Terbatas (Alumni Gizi)

2. Uji Hedonik Panelis Tak Terlatih dan Panelis Anak-Anak

Panelis tak terlatih dan panelis anak Panelis tak terlatih dan panelis anak

Panelis anak Panelis anak

Panelis anak Panelis anak

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
138

Lampiran 10. Kemasan Es Krim

Bagian Tutup Cup

Bagian Badan Cup

Stiker tutup
cup

Stiker Badan Cup

Bentuk Cup Es Krim

SKRIPSI PENGARUH SUBTITUSI WIJEN… FINDA ISTIQOMAH

Anda mungkin juga menyukai