SKRIPSI
COVER
Oleh:
FINDA ISTIQOMAH
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI GIZI
SURABAYA
2020
SKRIPSI
COVER
Oleh:
FINDA ISTIQOMAH
NIM. 101611233028
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI GIZI
SURABAYA
2020
PENGESAHAN
HALAMAN PENGESAHAN
Mengesahkan
Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan,
Tim Penguji:
a) Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si.
b) Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si.
c) Dr. Rita Ismawati, S.Pd., M.Kes.
ii
SKRIPSI
HALAMAN PERSETUJUAN
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Gizi (S.Gz.)
Program Studi Gizi
Departemen Gizi Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Oleh:
FINDA ISTIQOMAH
NIM. 101611233028
\
Menyetujui,
Pembimbing,
Mengetahui,
Lailatul Muniroh, S.KM., M.Kes. Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si.
NIP 198005252005012004 NIP 196903011994121001
iii
Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Finda Istiqomah
NIM 101611233028
iv
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi dengan judul
“PENGARUH SUBSTITUSI WIJEN GILING (Sesamum Indicum),
PUTIH TELUR DAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU
ORGANOLEPTIK, DAYA TERIMA, KANDUNGAN GIZI DAN
NILAI EKONOMI GIZI PADA ES KRIM”, sebagai salah satu
persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga.
Dalam skripsi ini dijabarkan tentang substitusi tiga bahan yaitu putih
telur ayam, wijen giling dan susu skim bubuk pada bahan es krim, yaitu
susu fullcream untuk mengetahui perbedaan daya terima, nilai ekonomi
serta kandungan protein, albumin, seng, dan kalsium pada es krim kontrol
dan modifikasi. Produk tersebut ditujukan terutama untuk anak-anak atau
balita mulai usia 2-5 tahun yang mengalami stunting atau yang sangat
membutuhkan zat gizi protein, albumin, seng, dan kalsium untuk fungsi
pertumbuhan.
Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si. selaku dosen
pembimbing dan Mahmud Aditya Rifqi, S.Gz., M.Si. selaku instruktur
skripsi yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga
terwujudnya skripsi ini.
Terima kasih dan penghargaan juga disampaikan pula kepada yang
terhormat:
1. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga
2. Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi
Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
3. Lailatul Muniroh, S.KM., M.Kes., selaku Koordinator Program Studi
Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
4. Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si. dan Dr. Rita Ismawati, S.Pd.,
M.Kes., selaku penguji pada ujian skripsi
5. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan
6. Melly, Dhifa, Afifah, Ichus, Pamela, Silmi, Fahmi, Ridho, Khemal,
Firda, Ali, Ivan, Lutfi, Kirana, Maryam, Irfin, Aan, Burhan serta rekan-
rekan seperjuangan lainnya yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna baik bagi diri kami sendiri
maupun pihak lain yang memanfaatkan.
Surabaya, 6 November 2020
ABSTRACT
ABSTRACT
Stunting in under-five years children are caused by some factors, that
are low economic status, and inadequate intake of protein, albumin, zinc,
and calcium which are important for the growth of under-five years
children. Egg white is a food ingredient with high protein digestibility,
while sesame seed and skim milk are high in protein, zinc, and calcium with
a cheaper price. The substitution of these three ingredients was expecting to
improve organoleptic quality, acceptability, and nutrients content, and
would make nutrients economic value of ice cream cheaper.
This study was a true experimental design with completely
randomized design. The organoleptic quality test conducted on 3 limited
panelists with 5 ice cream formulas. The hedonic test conducted on 25
untrained panelist (the mothers) and children panelists (aged 2-5 years old)
with 3 ice cream formulas. The analysis technique used descriptive and
statistical analysis (Friedmann and Wilcoxon test)..
The hedonic test showed that the most preferred formula was ice
cream F2 (8% egg white; 3% ground sesame; 6% skim milk) with an
average of 3.22. The results of the Friedmann statistical test showed
differences in the characteristics of taste (p = 0.044), aroma (p = 0.002), and
overall (p = 0.043). The content of protein, albumin, zinc, calcium per 100 g
of F2 ice cream based on laboratory tests were 9.17 g, 1.33 g, 0.98 mg,
127.19 mg. The seliing price of F2 ice cream per serving (60 g) was IDR
6,500.00.
The best formula based on organoleptic quality, acceptability,
nutrients content and economic value of nutrients was F2 ice cream. F2 ice
cream was a product with high protein and zinc, and source of albumin and
calcium. F2 ice cream had a higher protein content and cheaper protein
price than chocolate ice cream in general.
Keywords : Ice cream, white egg, sesame seed, skim milk, stunting
vi
ABSTRAK
ABSTRAK
Stunting pada balita disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu status
ekonomi rendah, serta kurangnya asupan protein, albumin, seng, dan
kalsium yang diperlukan untuk pertumbuhan balita. Putih telur merupakan
bahan makanan yang daya cerna protein yang tinggi, wijen dan susu skim
memiliki kandungan protein, seng, dan kalsium yang tinggi dengan harga
yang lebih murah. Substitusi ketiga bahan tersebut diharapkan mampu
meningkatkan mutu organoleptik, daya terima dan kandungan gizi, serta
dapat membuat nilai ekonomi gizi es krim lebih murah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap. Uji mutu organoleptik dilakukan pada 3 panelis
terbatas dengan 5 formula es krim. Uji hedonik dilakukan pada 25 panelis
tak terlatih (ibu balita) dan panelis anak-anak (balita usia 2-5 tahun) dengan
3 formula es krim. Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif dan
analisis statistik (uji Friedmann dan Wilcoxon).
Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa formula yang paling disukai
adalah es krim F2 (Putih telur 8%; wijen giling 3%; susu skim 6%) dengan
rata-rata 3,22. Hasil uji statistik Friedmann menunjukkan adanya perbedaan
pada karakteristik rasa (p = 0,044), aroma (p = 0,002), keseluruhan (p =
0,043). Kandungan protein, albumin, seng, kalsium per 100 g es krim F2
berdasarkan uji laboratorium adalah 9,17 g, 1,33 g, 0,98 mg, 127,19 mg.
Harga jual es krim F2 per porsi adalah Rp 6.500,00.
Formula terbaik berdasarkan mutu organoleptik, daya terima,
kandungan gizi dan nilai ekonomi gizi adalah es krim F2. Es krim F2
merupakan produk tinggi protein dan seng, serta sumber albumin dan
kalsium. Es krim F2 juga memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dan
harga protein yang lebih murah dibandingkan dengan es krim cokelat di
pasaran.
Kata Kunci : Es krim, putih telur, wijen giling, susu skim, stunting
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……….............. iv
KATA PENGANTAR ................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH … xiv
viii
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
2.1 Angka Kecukupan Gizi Balita Usia 2-5 Tahun …….. 16
2.2 Kandungan Gizi Berbagai Jenis Susu Bubuk ……..... 20
2.3 Kandungan Seng Pangan Nabati dan Hewani per 100
gram ………………………………………………… 28
2.4 Syarat Mutu Es Krim ……………………………….. 34
4.1 Kebutuhan Protein, Albumin, Ca dan Zn Makanan
Selingan Balita 2 - 5 Tahun ………………………… 47
4.2 Kandungan Gizi Bahan Es Krim per 100 gram
Berdasarkan Referensi …………………………….... 47
4.3 Formula Es Krim Kontrol dan Modifikasi ……......... 48
4.4 Kandungan Gizi Formula Es Krim Kontrol dan
Modifikasi Berdasarkan Referensi …….................... 51
4.5 Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala
Data Variabel …….........…….........…….........……... 58
4.6 Bahan Pembuatan Es Krim Standar Percobaan
Pertama …….........…….........…….........……............ 64
4.7 Bahan Pembuatan Es Krim Standar Percobaan
Kedua …….........…….........…….........…….............. 64
5.1 Resep Es Krim Coklat Modifikasi Pada Penelitian
Pendahuluan …….........…….........…….........…….... 70
5.2 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap Warna
Es Krim …….........…….........…….........……........... 71
5.3 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap
Tekstur Es Krim …….........…….........……............... 72
5.4 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap
Aroma Es Krim …….........…….........……................ 72
5.5 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap Rasa
Es Krim …….........…….........…….........……........... 73
5.6 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap
Keseluruhan Komponen Es Krim …….........……..... 74
5.7 Distribusi Penilaian Panelis Terbatas terhadap
Warna, Tekstur, Aroma, Rasa, serta Keseluruhan
Komponen Es Krim …….........…….........…….......... 75
5.8 Distribusi Kandungan Gizi dan Nilai Ekonomi Es
Krim …….........…….........…….........……................ 76
5.9 Distribusi Skoring Kandungan Zat Gizi, Nilai
Ekonomi, dan Mutu Organoleptik …….........……..... 77
5.10 Distribusi Skoring Seluruh Variabel untuk
Menentukan Formula Optimum …….........……........ 77
xi
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
3.1 Kerangka Konseptual Pengembangan Makanan …… 41
4.1 Kerangka Operasional Penelitian …….........……...... 62
4.2 Diagram Alir Pembuatan Wijen giling ……............... 66
4.3 Diagram Alir Pembuatan Adonan Es Krim ……........ 66
4.4 Diagram Alir Homogenisasi Es Krim ……................ 67
5.1 Grafik radar tingkat kesukaan panelis tak terlatih
pada es krim …….........…….........……..................... 85
xii
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman
1. Keterangan Lolos Kaji Etik …….........……............... 121
2. Penjelasan Sebelum Persetujuan untuk Panelis ……. 122
3. Pernyataan Persetujuan Penelitian untuk Panelis …... 124
4 Kuesioner Uji Mutu Organoleptik untuk Panelis
Terbatas …….........…….........…….........……........... 125
5. Kuesioner Uji Hedonik untuk Panelis Tidak Terlatih. 127
6. Kuesioner Uji Hedonik untuk Panelis Anak-Anak … 128
7. Hasil Uji Statistik …….........…….........……............. 129
8. Hasil Uji Laboratorium Es Krim Modifikasi Terbaik. 134
9. Dokumentasi Penelitian …….........…….........…….... 135
10 Kemasan Es Krim …….........…….........……............. 137
xiii
Daftar Singkatan
g : gram
mg : milligram
ml : milliliter
kkal : kilokalori
0
C : derajat celcius
SD : Standar Deviasi
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
FAO : Food Agriculture and Organization
PMT : Pemberian Makanan Tambahan
KEP : Kekurangan Energi dan Protein
AKG : Angka Kecukupan Gizi
TKPI : Tabel Komposisi Pangan Indonesia
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
AOAC : Association of Official Analytical Chemist
BSN : Badan Standarisasi Nasional
SNI : Standar Nasional Indonesia
PerKaBPOM : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stunting adalah kondisi saat balita memiliki panjang badan atau tinggi
Menurut WHO (2010), balita dikatakan stunting jika TB/U berada di bawah
minus dua standar deviasi (< -2 SD). Prevalensi stunting pada tahun 2018
(1995), karena berada pada rentang 30-39%. Pada tahun 2018, balita yang
yaitu dari 22,8% menjadi 29%. Meskipun prevalensi tersebut tidak tegolong
(Kemenkes, 2018).
asupan dan faktor non asupan. Beberapa faktor non asupan yang dapat
panjang lahir dan pendidikan ibu. Dari faktor asupan, beberapa peneliti
dan Adhi (2016) menunjukkan bahwa balita yang memiliki riwayat penyakit
infeksi 3 bulan terakhir dan memiliki rata-rata konsumsi protein dan seng
stunting. Selain konsumsi protein dan seng yang rendah, menurut penelitian
stunting 5 kali lebih besar daripada yang tidak (Astutik, 2018). Jika
beberapa faktor, seperti asupan balita, terus dibiarkan tanpa diperbaiki akan
untuk balita stunting. Contoh produk tersebut adalah gyoza dengan tujuan
meningkatkan konsumsi kalsium (Hana, 2017), serta pie mini dengan tujuan
rusak. Seng juga sangat dibutuhkan pada masa balita karena seng memiliki
peran biokemis yang sangat penting dalam proses metabolisme (Adriani &
dalam air melewati plasma darah dan cairan sel, bahan tersebut seperti seng
jaringan tubuh yang baru, yang sangat dibutuhkan saat masa balita
(Harianti, 2011).
dengan nilai biologis yang tinggi dengan harga yang tidak terlalu mahal dan
mudah dicari. Putih telur juga merupakan bahan yang cocok untuk dijadikan
(2017). Putih telur ayam ras sebanyak 100 gram mengandung 10,5 gram
Siswati, 2015).
sumber seng lainnya, wijen memiliki harga yang paling terjangkau dan
memiliki cita rasa yang cocok jika dicampurkan dengan es krim, seperti
contoh pada es krim wijen hasil formulasi Oktafa dan Suharsono (2019).
Dalam 100 g biji wijen, terkandung protein 19,3 g, kalsium 1125 mg, dan
sebesar 15% dari total protein (Mustafa et al., 2012). Beberapa penelitian
telah menjadikan biji wijen menjadi wijen giling untuk mengunggulkan zat
mengandung protein, kalsium dan seng yang cukup rendah, bahkan jarang
gizinya.
es krim adalah susu sterilisasi, susu pasteurisasi, dan susu bubuk. Susu skim
bubuk memiliki kandungan gizi berupa protein, kalsium dan seng yang
paling tinggi namun harga yang lebih murah dibandingkan susu fullcream
bubuk (Kemenkes, 2018). Oleh karena itu, susu skim bubuk dapat dijadikan
produk es krim.
Substitusi putih telur ayam, wijen giling dan susu skim bubuk pada
sangat dibutuhkan oleh balita stunting usia 2 – 5 tahun namun tetap dengan
menurun setiap tahunnya, akan tetapi pemerintah dan tenaga kesehatan tetap
pertumbuhan, juga untuk absorbsi seng dan kalsium yang sangat dibutuhkan
balita stunting usia 2 – 5 tahun. Putih telur ayam merupakan bahan makanan
yang tinggi kandungan albumin dengan harga yang terjangkau dan akses
lain seperti ikan kutuk. Penelitian Hunt, et al. (1990) menunjukkan bahwa
Putih telur juga sering digunakan di rumah sakit untuk makanan pasien yang
usia 2 -5 tahun agar balita dapat meningkatkan asupan protein albumin serta
mengandung tinggi karbohidrat dan rendah zat gizi lainnya, sehingga tidak
zat gizi protein, seng dan kalsium. Namun es krim merupakan salah satu
pembuatnya agar dapat menjadi makanan selingan tinggi zat gizi protein,
pasteurisasi, dan susu bubuk. Susu skim bubuk memiliki kandungan gizi
berupa protein, kalsium dan seng yang paling tinggi namun harga yang
susu skim, biji wijen juga tinggi akan kandungan protein, kalsium, dan seng.
2012). Wijen juga memiliki cita rasa yang cocok jika dicampurkan dengan
es krim, seperti contoh pada es krim wijen hasil formulasi Oktafa dan
karena itu, putih telur ayam, susu bubuk skim dan wijen giling dapat
Substitusi putih telur (PT), wijen giling (WG) dan susu skim bubuk
gizi untuk makanan selingan balita usia 2-5 tahun, yaitu minimal 10%
SSB 6%), Formula III disubstitusi 20% (PT 9% + WG 4% + SSB 7%), dan
formula tersebut akan diuji mutu organoleptik oleh panelis terbatas dan
dipilih 2 terbaik. Dua formula modifikasi es krim putih telur, susu skim
bubuk, dan wijen giling terbaik akan diujikan ke panelis tidak terlatih untuk
formula modifikasi.
“Bagaimana pengaruh substitusi putih telur ayam, wijen giling dan susu
(protein, albumin, seng, dan kalsium), dan nilai ekonomi gizi pada es krim
1. Kandungan gizi yang dilihat adalah protein, albumin, seng dan kalsium.
2. Uji mutu organoleptik dan daya terima yang dilihat adalah warna,
3. Bahan yang digunakan adalah putih telur ayam ras, susu fullcream cair
putih telur, wijen giling dan susu skim bubuk terhadap mutu organoleptik,
daya terima, kandunga gizi dan nilai ekonomi gizi pada es krim sebagai
telur, wijen giling dan susu skim bubuk dengan berbagai presentase.
2. Menilai mutu es krim yang disubstitusi putih telur, wijen giling dan susu
skim bubuk dengan uji mutu organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur
3. Menilai daya terima produk es krim yang disubstitusi putih telur, wijen
giling dan susu skim bubuk dengan uji hedonik (warna, aroma, tekstur,
es krim yang disubstitusi putih telur, wijen giling dan susu skim bubuk.
1.4.3 Manfaat
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Masyarakat
b. Meningkatkan daya guna putih telur, wijen giling dan susu skim
3. Bagi Institusi
putih telur, wijen giling dan susu skim bubuk yang diolah menjadi es
4. Peneliti Lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
atau tinggi badan balita dengan standar yang telah ditetapkan oleh WHO.
Menurut WHO (2010), balita dikatakan stunting jika TB/U berada di bawah
karena tingginya yang tidak berbeda jauh dengan tinggi anak normal
seusianya. Stunting baru disadari saat berada pada usia pubertas atau remaja
anak.
stunting pada tahun 2018 masih dikatakan tinggi jika berdasarkan standar
prevalensi dari WHO (1995), karena berada pada rentang 30-39%. Pada
12
tersebut menurun dari saat tahun 2013 yang memiliki balita stunting
atau hasil dari kekurangan nutrisi jangka panjang (WHO, 2010). Stunting
kalsium pada balita yang stunting dan tidak. Balita yang tidak stunting
energi, protein dan zat gizi lain karena menurunnya nafsu makan
5 kali lebih besar daripada yang tidak. Tingkat sosial ekonomi atau
untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita, disamping itu keadaan sosial
yang lama, maka akan mengakibatkan dampak yang buruk untuk anak-anak
1. Keterlambatan pertumbuhan
infeksi berulang
AKG); dan lebih (>110% AKG). Kecukupan zat gizi mikro seperti vitamin
dan mineral dikategorikan menjadi dua, yaitu kurang (<77% AKG) dan
cukup (≥77% AKG) (Gibson, 2005). Meskipun mineral dan vitamin tidak
ada kategori “berlebih”, akan tetapi setiap mineral dan vitamin memiliki
batas atas konsumsi yang telah ditetapkan agar tidak sampai menyebabkan
toksisitas. Batas atas konsumsi kalsium untuk balita 2-5 tahun adalah 2500
mg/hari (IOM, 2011), sedangkan batas atas konsumsi seng perhari adalah 7
mg untuk usia 2-3 tahun dan 12 mg untuk usia 4-5 tahun (IOM, 2001).
2.2.1 Definisi
terutama protein albumin. Mayoritas rumah sakit, salah satunya RSUP Dr.
Siswati, 2015).
Putih telur lebih mudah dicerna oleh tubuh dan lebih aman untuk
dipanaskan. Putih telur yang mentah merupakan zat yang tidak dapat
dicerna oleh tubuh dengan mudah, selain itu, putih telur mentah yang
1916).
Putih telur ayam ras seberat 100 gram mengandung energi 50 kkal,
protein 10,8 g, lemak 0 g, karbohidrat 0,8 g, kalsium 6 mg, dan seng 0,4 mg
(Kemenkes, 2018). Dari 10,5 gram protein putih telur ayam ras, 95%
2.3.1 Definisi
Wijen (Sesamum indicum) merupakan tanaman semak semusim
yang asalnya diduga dari Afrika Selatan, lalu tersebar ke timur tengah
hingga ke India dan Tiongkok. Biji wijen terbentuk di dalam bakal buah
yang tersebut menjadi dua ruang dan terbagi lagi menjadi dua polong
(Schuster, 1992).
diekstrak karena minyak biji wijen kaya akan asam lemak tak jenuh,
khususnya asam oleat dan asam linoleat, dan 8-10% asam lemak jenuh,
serta kaya akan vitamin E (Schuster, 1992). Namun ternyata selain memiliki
kandungan lemak yang baik, biji wijen memiliki kandungan seng, kalsium
dan protein yang tinggi. Beberapa penelitian telah memanfaatkan biji wijen
Dara, 2017), selain itu juga dijadikan cake untuk anak-anak KEP (Wani et
al., 2015).
Biji wijen seberat 100 gram mengandung energi 568 kkal, protein
19,3 g, lemak 51,1 g, karbohidrat 18,1 g, kalsium 1125 mg, dan seng 7,9 mg
(Kemenkes, 2018). Biji wijen juga mengandung albumin sebesar 15% dari
2. Wijen 100 gram dituangkan di wajan sambil terus diaduk agar tidak
2.4.1 Definisi
kimiawi berupa serbuk yang tertinggal (Chan, 2008). Sifat fisik air susu
1) Warna
Warna air susu berkisar putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna
putih merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak
dan partikel koloid dari kasein dan kalsium fosfat. Warna kuning karena
lemak dan karoten yang dapat larut. Bila lemak diambil maka akan
Air susu terasa sedikit manis karena adanya laktosa, sedangkan rasa asin
berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam lainnya. Rasa dan bau
protein, serta mineral kalsium dan seng yang lebih tinggi daripada susu jenis
susu bubuk lain. Susu skim bubuk seberat 100 gram mengandung energi
359 kkal, protein 35,6 g, lemak 1 g, karbohidrat 52 g, kalsium 1300 mg, dan
2.5.1 Protein
molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino dengan susunan tertentu
dan bersifat turunan. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen,
oksigen, dan nitrogen. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein sebanyak
16% dari berat protein. Asam amino bertindak sebagai prekursor sebagian
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh setelah air. Sebagian besar protein terdapat pada otot, sisanya
terdapat di tulang dan tulang rawan, kulit, jaringan lain, serta cairan tubuh.
1. Protein Serabut
protein total manusia adalah kolagen. Kolagen tidak larut air, mudah
berubah menjadi gelatin bila direbus dalam air, asam encer atau
alkali.
14% sistein.
2. Protein Globular
Protein ini larut dalam larutan garam dan asam encer, mudah berubah di
denaturasi.
b. Globulin terdapat dalam otot, serum, kuning telur, dan biji tumbuh-
tumbuhan. Globulin tidak larut dalam air tapi larut dalam larutan
garam encer dan garam dapur dan mengendap dalam larutan garam
nukleat.
3. Protein Konjugasi
bahan-bahan non asam amino. Gugus non asam amino ini dinamakan
gugus prostetik.
mengandung 9-10% asam fosfat yang terdapat dalam inti sel dan
jumlah besar.
dalam plasma manusia, yaitu terdapat 3,4 - 4,7 g/dL. Struktur albumin
susunan asam amino. Albumin dihasilkan oleh hati sekitar 12 gram perhari.
Produksi albumin sekitar 25% dari semua jenis sintesa protein oleh hati dan
kompleks dari asam amino. Asam amino seperti triptofan, lisin, ortinin,
al, 2009).
jaringan yang rusak atau mati. Pada balita, albumin sangat dibutuhkan untuk
hubungan linear positif yang artinya semakin rendah kadar albumin serum,
terbentuk diuraikan dan larutan dijadikan basa dengan NaOH. Amonia yang
diuapkan akan diikat dengan asam borat. Nitrogen yang terkandung dalam
metil merah 0,1% dalam alkohol 95% secara terpisah dan dicampurkan
berikut.
Keterangan :
VA : mL HCl untuk titrasi sampel
VB : mL HCl untuk titrasi blangko
N : normalitas HCl standar yang digunakan 14,007 : berat atom Nitrogen
6,25 : faktor konversi protein untuk ikan
W : berat sampel (g) Kadar protein dinyatakan dalam satuan g/100 g sampel
sisa HCl diuapkan dengan distilasi hampa pada suhu 60C sampai kering.
campuran n-butanol-HCl (1:1) pada suhu 100C selama 2,5 jam. Setelah
dingin sisa butanol diuapkan dengan distilasi hampa seperti di atas sampai
campuran TFA (triklor asam asetat) dalam benzen (1:1), digojok kuat dan
dipanaskan pada suhu = 60C selama 5 menit dan segera diambil 1 l untuk
2.5.2 Seng
Seng berperan sebagai bagian dari 70 sampai 200 enzim (Lutz et al.,
berperan dalam fungsi imunitas, yaitu untuk fungsi sel T dan pembentukan
2000).
Tabel 2.3 Kandungan Seng Pangan Nabati dan Hewani per 100 gram
(Adams et al., 2002). Efek inhibitor asam fitat dapat diatasi dengan teknik
tetapi kehadiran zat besi pada makanan yang juga mengandung seng tidak
dan serat pangan juga dapat menghambat penyerapan seng, akan tetapi
dalam penyerapan seng pada bayi yang diberikan susu formula dengan
(Lonnerdal, 2000). Begitu juga dengan makanan tinggi serat, serat tersebut
penyerapan seng lebih besar dibanding dengan protein nabati, hal ini
seng. Nilai albumin dalam plasma merupakan penentu utama absorbsi seng
suhu 105°C kurang lebih 2 jam, lalu didinginkan dalam desikator. Sampel
2.5.3 Kalsium
tubuh, 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi. Di dalam
2010).
pada masa anak-anak dan bila kekurangan tingkat berat dapat menyebabkan
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju. Susu
yang tinggi. Ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan
kacangan, tahu dan tempe, serta sayuran hijau juga merupakan sumber
air, kemudian dilarutkan kembali dengan asam klorida 10% lalu disaring.
Filtrate yang diperoleh dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml, lalu
2.6 Es Krim
2.6.1 Definisi
bahan baku secara bersama-sama (Sinurat et al., 2006). Saat ini, industri es
Bahan dasar pembuat es krim adalah susu sapi dan krim tinggi
yang menerapkan vegetarian tidak dapat memakannya. Selain itu, krim juga
pewarna diatur juga oleh BSN dalam SNI mengenai bahan tambahan
1) Timbangan 4) Termometer
2) Baskom plastik dan stainless 5) Hand mixer
3) Ballon wisk 6) Kulkas dan Freezer
1) Persiapan
memperhatikan resep.
2) Pengocokan
Gula dan telur dikocok dengan ballon wisk hingga gula larut dan adonan
3) Penambahan rasa
Kocokan telur dan gula diberi pencita rasa berbentuk bubuk sesuai yang
diinginkan.
4) Pasteurisasi
Bahan cair seperti susu dan krim dimasak hingga suhu mencapai 80 0C
5) Homogenisasi
Susu dan krim yang sudah dimasak lalu dicampurkan dengan kocokan
6) Pengetiman
hingga mengental.
7) Pendinginan
karena akan mewakli cita rasa kesukaan atau selera konsumen, namun
metode yang cukup dan mudah dilakukan, serta hasil dan pengukuran dan
2.7.1 Panelis
(Meilgaard et al., 1999). Panel bertindak sebagai instrument atau alat, yang
berikut :
1. Panel Perseorangan
mengenal sifat, peranan, dan cara pengolahan bahan yang akan dinilai
2. Panel Terbatas
bias lebih dapat dihindari. Pada umumnya panel terbatas terdiri dari 3-5
orang. Panelis jenis ini mengenal dengan baik berbagai faktor dalam
3. Panel Terlatih
Panel terlatih adalah orang yang mempunyai kepekaan cukup baik serta
Panel agak terlatih adalah orang yang sebelumnya sengaja dilatih untuk
terdiri dari 15-25 orang. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
Panel tak terlatih adalah orang awam yang dapat dipilih berdasarkan
jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial, dan pendidikan tertentu. Pada
umumnya panel tak terlatih berjumlah 25 orang yang terdiri dari orang
uji pembedaan.
6. Panel Anak-Anak
Panel Anak adalah panel yang paling khas dengan menggunakan anak-
7. Panel Konsumen
Panel konsumen adalah orang yang paling umum dan dapat ditentukan
umumnya jenis ini melibatkan penggunaan grup fokus dan panel perasa
(Shewfelt, 2014).
Nilai ekonomi suatu makanan dapat dilihat dari harga jual atau dari
operasional tak langsung dan laba. Biaya operasional langsung atau food
cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan agar menghasilkan suatu produk
dengan standar resep tertentu (Justisia, 2016). Harga jual didapatkan dari
Harga gizi pangan adalah harga yang didapatkan dari harga jual yang
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual Pengembangan Makanan
Masalah gizi
Stunting
Formulasi makanan
selingan :
Es krim
41
atau hasil dari kekurangan nutrisi jangka panjang (WHO, 2010). Faktor
lebih besar daripada yang tidak (Astutik, 2018). Tingkat ekonomi yang
pangan, sehingga risiko untuk kekurangan zat gizi tertentu akan meningkat.
antara lain seperti kurangnya asupan zat gizi protein, seng, dan kalsium.
stunting, karena albumin memiliki fungsi penting, yaitu untuk absorbsi seng
dan kalsium serta untuk pembentukan jaringan tubuh yang baru. Jika
albumin dalam tubuh rendah, penyerapan seng dan kalsium juga menjadi
lebih rendah. Selain dari asupan, tingginya frekuensi balita terkena penyakit
infeksi juga menjadi salah satu penyebab stunting, karena akan berdampak
menyebabkan defisiensi energi, protein dan zat gizi lain karena menurunnya
dengan pemberi rasa dan pemanis (Simatupang et al., 2015). Menurut Chan
susu sterilisasi, susu pasteurisasi, dan susu bubuk. Dari berbagai jenis susu,
susu skim bubuk memiliki kandungan protein, serta mineral kalsium dan
seng yang lebih tinggi daripada susu jenis susu bubuk lain (Kemenkes,
2018). Oleh karena itu, susu skim bubuk dapat dijadikan pilihan dalam
Biji wijen merupakan bahan lain yang tinggi kandungan zat gizi,
terutama seng, kalsium, dan protein. Biji wijen juga memiliki harga paling
meningkatkan ketiga kandungan zat gizi tersebut pada es krim dengan tetap
Susu skim dan biji wijen memiliki kandungan protein, kalsium, dan
seng yang tinggi, akan tetapi kandungan albumin pada keduanya sangat
rendah, sehingga diperlukan bahan lain yang tinggi albumin yang dapat
makanan yang memiliki nilai biologis protein yang tinggi, 95% dari protein
memiliki harga yang tidak mahal, sehingga putih telur ayam juga perlu
Substitusi susu skim, wijen giling dan putih telur ayam pada es krim
terlalu mengubah rasa dari es krim itu sendiri. Maka dari itu, setelah
yaitu balita usia 2 - 5 tahun dan ibu balita untuk mengetahui daya terima
formula es krim sus skim dan wijen giling pada mereka. Selain itu,
albumin, seng, dan kalsium yang sangat dibutuhkan oleh balita, sehingga
serta akan dihitung nilai harga gizi pangannya untuk dibandingkan dengan
Terdapat pengaruh dari substitusi putih telur, susu skim dan wijen giling
albumin, seng, dan kalsium) serta nilai ekonomi gizi pada es krim sebagai
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian
perlakuan berupa substitusi putih telur, susu skim dan wijen giling pada tiap
dan kalsium, serta nilai ekonomi gizi es krim. Penelitian telah lulus uji etik
susu skim dan wijen giling pada salah satu bahan es krim, yaitu susu
zat gizi protein, albumin, kalsium, dan seng pada makanan selingan balita
46
Putih telur, susu skim bubuk dan wijen giling disubstitusikan pada
tinggi.
Tabel 4.2 Kandungan Gizi Bahan Es Krim per 100 gram Berdasarkan
Referensi
Formula F0 F1 F2 F3 F4
Bahan g % g % g % g % g %
Putih telur 0 0.0 35 7.0 40 8.0 45 9.0 50 10.0
Biji wijen 0 0.0 10 2.0 15 3.0 20 4.0 25 5.0
Susu skim bubuk 0 0.0 25 5.0 30 6.0 35 7.0 40 8.0
Susu fullcream 300 60.0 230 46.0 215 43.0 200 40.0 185 37.0
Gula pasir 80 16.0 80 16.0 80 16.0 80 16.0 80 16.0
Whipping cream 80 16.0 80 16.0 80 16.0 80 16.0 80 16.0
Kuning telur 30 6.0 30 6.0 30 6.0 30 6.0 30 6.0
Emulsifier 3 0.6 3 0.6 3 0.6 3 0.6 3 0.6
Coklat bubuk 7 1.4 7 1.4 7 1.4 7 1.4 7 1.4
Total 500 100 500 100 500 100 500 100 500 100
Keterangan :
Resep es krim kontrol merupakan hasil modifikasi resep es krim vanilla dari Chan Tahun 2008
dengan jumlah proporsi putih telur, susu skim bubuk dan wijen giling yang
untuk makanan selingan balita usia 2-5 tahun, yaitu minimal 10%
mutu es krim yang diatur oleh Badan Standarisasi Nasional (1995) dan
Peraturan Kepala BPOM no 13 tahun 2016 mengenai klaim gizi pada label
F0 : Es krim kontrol tanpa substitusi putih telur, wijen giling dan susu skim
(R-1) (T-1) ≥ 15
(R-1) (5-1) ≥ 15
4R ≥ 19
R ≥ 4,75 ≈ 5
Keterangan
R = Jumlah pengulangan (replikasi)
T = Jumlah perlakuan (treatment)
25 sampel.
Pada tabel 4.3 terdapat 5 formula yang dibuat untuk diujikan mutu
panelis tidak terlatih, yaitu balita usia 2 – 5 tahun dan ibu balita. Jumlah
mengatakan bahwa jumlah sampel es krim tidak boleh lebih dari 6 karena
apabila lebih dari jumlah tersebut, es krim akan meleleh sebelum pengujian.
kesukaan pada balita usia 2 – 5 tahun serta terkait rasa, tekstur, aroma,
perhitungan zat gizi per bahan yang digunakan. Zat gizi setiap bahan
diambil dari Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI), informasi nilai gizi
bahan, serta jurnal yang didapatkan dari mesin pencarian google scholar.
merupakan hasil perhitungan zat gizi yang ditampilkan pada tabel 4.4,
Tabel 4.4 Kandungan Gizi Formula Es Krim Kontrol dan Modifikasi Berdasarkan Referensi
Zat Gizi F0 F1 F2 F3 F4
P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1
Bahan (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg)
Putih telur
0 0 0 0 3.78 3.42 0.14 2.1 4.32 3.92 0.16 2.4 4.86 4.42 0.18 2.7 5.4 4.92 0.2 3
ayam
3 3 3 3
wijen giling 0 0 0 0 1.93 0.3 0.79 112 2.89 0.4 1.18 168.7 3.86 0.6 1.58 225 4.82 0.7 1.97 281.2
susu skim
0 0 0 0 9.25 0 1.02 200 11.1 0 1.23 240 12.9 0 1.43 280 14.8 0 1.64 320
bubuk
susu
9.6 1.5 2.4 1050 7.36 1.14 1.84 805 6.88 1.14 1.72 752.5 6.4 14 1.6 700 5.92 0.94 1.48 647.5
fullcream
gula pasir 0 0 0 4 0 0 0 4 0 0 0 4 0 0 0 4 0 0 0 4
whip cream 2.08 0 0.19 52.8 2.08 0 0.19 52.8 2.08 0 0.19 52.8 2.08 0 0.19 52.8 2.08 0 0.19 52.8
kuning telur 4.89 0 0.69 44.1 4.89 0 0.69 44.1 4.89 0 0.69 44.1 4.89 0 0.69 44.1 4.89 0 0.69 44.1
Pengemulsi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Coklat
0.56 0 0 8.75 0.56 0 0 8.75 0.56 0 0 8.75 0.56 0 0 8.75 0.56 0 0 8.75
bubuk
Total (500
17.1 1.5 3.28 1159.6 29.8 4.88 4.68 1229 32.7 5.44 5.18 1273 35.6 6.00 5.68 1317 38.5 6.56 6.18 1361
ml)
Sumber :
1. Kemenkes, Tahun 2018 3. Mustafa, Tahun 2012
2. Syamsiatun, Tahun 2015 4. Saleh, Tahun 2004
Lanjutan
Tabel 4.4 Kandungan Gizi Formula Es Krim Kontrol dan Modifikasi
Zat Gizi F0 F1 F2 F3 F4
P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1 P1 Alb Zn1 Ca1
Bahan (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg) (g) (g) (mg) (mg)
Kandungan/
2.06 0.18 0.39 139.16 3.58 0.59 0.56 147 3.93 0.65 0.62 152.8 4.27 0.72 0.68 158 4.62 0.79 0.74 163.3
porsi (60 ml)
% kebutuhan
perhari usia 10.3 4.5 13.1 21.4 17.9 14.6 18.7 22.7 19.6 16.3 20.7 23.5 21.4 18.0 22.7 24.3 23.1 19.7 24.7 25.1
2-3 th (%)
% kebutuhan
perhari usia 8.2 4.5 7.9 13.9 14.3 14.6 11.2 14.8 15.7 16.3 12.4 15.3 17.1 18.0 13.6 15.8 18.5 19.7 14.8 16.3
4-5 th (%)
Sumber :
1. Kemenkes, Tahun 2018 3. Mustafa, Tahun 2012
2. Syamsiatun, Tahun 2015 4. Saleh, Tahun 2004
4.2 Panelis
Panelis yang menilai tidak memiliki alergi makanan terhadap susu, putih
telur, biji wijen dan coklat, serta memiliki indra pengecap yang normal yang
subjektif dari panelis bahwa panelis sedang dalam kondisi sehat dan tidak
pengujian dengan disertai saksi yang netral. Penelitian telah lulus uji etik
sejumlah 25, dan panelis anak-anak yaitu balita berusia 2 sampai 5 tahun
Panelis yang menilai tidak memiliki alergi makanan terhadap telur, susu,
coklat, dan biji wijen, serta memiliki indra pengecap yang normal yang
subjektif dari panelis bahwa panelis sedang dalam kondisi sehat dan tidak
juga normal.
krim yang akan dituliskan pada kuesioner yang telah disediakan. Panelis
anak-anak hanya akan memberi penilaian berupa suka, netral atau tidak
adalah saat waktu makan selingan pagi Pengujian organoleptik pada anak
disesuaikan dengan jenis makanan yang akan diujikan (makanan utama atau
wijen giling dan susu skim bubuk dengan proporsi yang telah ditentukan.
berikut:
1. Takaran Sampel
Sampel es krim yang dinilai oleh panelis disajikan dalam jumlah yang
2. Suhu Sampel
3. Jumlah sampel
formula modifikasi terbaik yang diujikan pada panelis tidak terlatih dan
panelis anak-anak.
Sampel disajikan pada cup kecil dan diberikan kode yang berbeda pada
setiap sampel.
tekstur, dan keseluruhan dengan mengisi angket uji mutu organoleptik serta
memberikan alasan pemberian nilai dan masukan untuk produk pada setiap
aspek. Panelis tidak terlatih mengisi angkat uji hedonik berupa kategori
tingkat kesukaan pada rasa, warna, aroma, tekstur, dan keseluruhan serta
sedangkan pada panelis tidak terlatih dan panelis anak-anak di wilayah Kota
Surabaya. Hasil produk es krim akan diuji kandungan zat gizi protein,
September 2020.
F3, F4)
yaitu:
Tabel 4.5 Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala Data Variabel
Lanjutan
Tabel 4.5 Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala Data Variabel
Lanjutan
Tabel 4.5 Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala Data Variabel
Lanjutan
Tabel 4.5 Definisi Operasional, Cara Pengukuran, dan Skala Data Variabel
yang telah dimodifikasi dalam buku “Membuat Es Krim” oleh Chan (2008).
1. Gula pasir dan kuning telur dikocok dengan balloon wisk hingga
2. Susu segar dan krim segar dipanaskan di atas api hingga hampir
terus diaduk.
4. Adonan dimasak kembali dengan cara ditim sambil terus diaduk dengan
±5 menit.
7. Es krim dikemas lalu disimpan dalam freezer hingga mengeras dan siap
dihidangkan.
Penelitian Lanjutan
Resep pertama yang dicoba adalah resep es krim coklat dari Chan (2008),
namun setelah dicoba, resep es krim tersebut memiliki rasa coklat yang
terlalu berlebihan, selain itu juga memiliki bahan yang banyak dan harga
yang mahal sehingga tidak cocok untuk dijadikan es krim dengan harga
yang terjangkau. Resep kedua yang dicoba tetap dari buku “Membuat Es
Krim” oleh Chan (2008), namun memiliki varian rasa yang berbeda, yaitu
gula dan krim karena memiliki rasa yang terlalu manis dan terlalu susu,
untuk membuat tekstur es krim lebih lembut dan tidak pecah, serta
mengganti perisa buatan dengan coklat bubuk sehingga lebih aman untuk
skala, dari mutu yang terburuk dengan skor 1 sampai yang terbaik dengan
penelitian produk formulasi yang menggunakan wijen, putih telur, dan susu
modifikasi terbaik yang diujikan pada panelis tak terlatih dan panelis anak-
terimanya pada panelis tak terlatih dan panelis anak-anak, serta dihitung
terima es krim dengan 3 skala, yaitu tidak suka, netral, dan suka. Panelis tak
terlatih (ibu balita) menilai daya terima es krim dengan 5 skala kesukaan,
yaitu sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka, dan sangat suka (Yusasrini
et al., 2015). Dari penilaian tersebut, dilakukan skoring daya terima panelis
tak terlatih dan panelis anak-anak, nilai ekonomi dan nilai ekonomi gizi,
empiris.
krim.
Wijen giling
3. Homogenisasi Es Krim
Adonan yang telah didinginkan dimasukkan dalam freezer selama minimum 3 jam
es krim substitusi wijen giling, susu bubuk skim berdasarkan hasil uji
organoleptik yang dilakukan oleh panelis terbatas. Teknis analisis data hasil
uji mutu organoleptik oleh panelis terbatas dilakukan dengan cara skoring 3
variabel, yaitu mutu organoleptik, kandungan gizi dan nilai ekonomi. Selain
gizi protein, albumin, seng dan kalsium yang didapatkan dari hasil uji
laboratorium dan hasil perhitungan nilai ekonomi gizi es krim. Data yang
dari panelis anak-anak. Perlu diketahui, hasil penilaian oleh panelis anak-
sebagai tambahan relevansi terhadap data utama, yaitu yang diujikan dari
bubuk skim dan wijen giling terhadap daya terima es krim dianalisis
Hipotesis Statistik :
Ho : Substitusi susu fullcream dengan putih telur, susu bubuk skim dan
wijen giling tidak menyebabkan adanya perbedaan daya terima (rasa, warna,
Hi : Substitusi susu fullcream dengan putih telur, susu bubuk skim dan
Penarikan Kesimpulan :
Ho ditolak apabila Sig ˂ 0,05 yang substitusi susu fullcream dengan putih
telur, susu bubuk skim dan wijen giling menyebabkan adanya perbedaan
dengan putih telur, susu bubuk skim dan wijen giling tidak menyebabkan
krim.
signifikan. Angka Sig < 0,05 menunjukkan perbedaan signifikan antara satu
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Mutu Organoleptik
es krim kontrol dan es krim modifikasi yang telah disesuaikan dengan syarat
mutu es krim dan kebutuhan makanan selingan balita usia 2-5 tahun.
Formula F0 F1 F2 F3 F4
Bahan g g g g g
Putih telur 0 35 40 45 50
Biji wijen 0 10 15 20 25
Susu skim bubuk 0 25 30 35 40
Susu fullcream 300 230 215 200 185
Gula pasir 80 80 80 80 80
Whipping cream 80 80 80 80 80
Kuning telur 30 30 30 30 30
Emulsifier 3 3 3 3 3
Coklat bubuk 7 7 7 7 7
Total 500 500 500 500 500
memiliki pengetahuan tentang pangan dan gizi yang baik. Panelis terbatas
70
panelis terbatas.
Hasil uji mutu organoleptik terhadap warna es krim oleh panelis terbatas
perbedaan warna antar satu dengan yang lain, namun jika dibandingkan
dengan formula standar, warna coklat pada formula modifikasi lebih muda.
Hasil uji mutu organoleptik terhadap aroma es krim oleh panelis terbatas
Keterangan :
1 = Tidak harum coklat, 2 = sedikit harum coklat, 3 = harum coklat moderat, 4 = sangat
harum coklat, 5 = amat sangat harum coklat
F0: susu fullcream = 300 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 230 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 215 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g
F3: susu fullcream = 200 g, putih telur = 45 g, wijen giling = 20 g, susu skim = 35 g
F4: susu fullcream = 185 g, putih telur = 50 g, wijen giling = 25 g, susu skim = 40 g
harum coklat yang tidak terlalu kuat tetapi masih cukup harum.
Hasil uji mutu organoleptik terhadap rasa es krim oleh panelis terbatas
tiap formulanya. Formula 3 dan 4 memiliki rasa wijen yang amat sangat
tidak berlebihan dan tidak kurang. Selain itu, seluruh panelis terbatas
memberikan kritik bahwa semua es krim memiliki rasa yang terlalu manis,
modus penilaian panelis untuk mutu es krim yang disajikan pada tabel 5.7.
adalah F0 dan mean dari formula modifikasi tertinggi adalah F1 dan F2. F1
dan F2 memiliki mean terbaik karena memiliki tekstur dan rasa yang lebih
mean terendah karena memiliki tekstur dan rasa yang paling tidak baik
skoring tiga variabel es krim, yaitu mutu organoleptik oleh panelis terbatas,
nilai gizi serta nilai ekonomi es krim. Setelah itu dipilih dua formula
modifikasi dengan nilai tertinggi. Kandungan gizi dan nilai ekonomi es krim
Kandungan Gizi
Formula Food Cost (Rp)
Protein (g) Albumin (g) Seng (mg) Kalsium (mg)
F0 2.06 0.18 0.39 139.16 1.864
F1 3.58 0.59 0.56 147.51 2.218
F2 3.93 0.65 0.62 152.80 2.302
F3 4.27 0.72 0.68 158.08 2.386
F4 4.62 0.79 0.74 163.37 2.470
Keterangan :
F0: susu fullcream = 300 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 230 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 215 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g
F3: susu fullcream = 200 g, putih telur = 45 g, wijen giling = 20 g, susu skim = 35 g
F4: susu fullcream = 185 g, putih telur = 50 g, wijen giling = 25 g, susu skim = 40 g
yaitu informasi nilai gizi produk, tabel komposisi pangan Indonesia, dan
jurnal penelitian. Data kandungan gizi dan nilai ekonomi es krim tersebut
kemudian diberi skor mulai dari 1 sampai 5. Kandungan gizi terendah diberi
skor 1 dan tertinggi diberi skor 5, sedangkan Food Cost termurah diberi
skor 5 dan termahal diberi skor 1. Kandungan gizi yang telah diberi skor
Tabel 5.9 Distribusi Skoring Kandungan Zat Gizi, Nilai Ekonomi, dan Mutu
Organoleptik
Formula Es Krim
Parameter Penilaian
F1 F2 F3 F4
Mutu Organoleptik 4 3 2 1
Kandungan Gizi 2 3 4 5
Nilai Ekonomi 4 3 2 1
Total 10 9 8 7
Rata-rata 3,3 3 2,7 2,3
Ranking 1 2 3 4
tertinggi sampai terendah secara berurutan yaitu F1, F2, F3, dan F4. Dua
lanjutan.
Organoleptik Rekomendasi/Kritik
Rasa Semua formula terlalu manis
Tekstur Tekstur wijen masih terlalu kasar
Warna Tidak terlihat berbeda, tapi masih bisa diterima
Aroma Tidak terlalu beraroma, tapi masih bisa diterima
manis yang tepat. Selain itu, pada proses penggilingan wijen sangrai lebih
usia 2-5 tahun. Formula hasil rekomendasi panelis terbatas disajikan pada
Formula F0 F1 F2
Bahan g g g
Putih telur 0 35 40
Biji wijen 0 10 15
Susu skim bubuk 0 25 30
Susu fullcream 320 250 235
Gula pasir 60 60 60
Whipping cream 80 80 80
Kuning telur 30 30 30
Emulsifier 3 3 3
Coklat bubuk 7 7 7
Total 500 500 500
kembali untuk diujikan daya terimanya pada panelis tak terlatih (ibu balita)
Setelah itu, panelis tak terlatih melakukan uji hedonik terhadap sifat
organoleptik rasa, tekstur, warna dan aroma dengan 5 skala penilaian, yaitu
sangat tidak suka sampai sangat suka. Panelis anak-anak melakukan uji
ekspresi wajah anak, seperti yang ditampilkan pada lampiran form uji daya
terima panelis anak, jika anak belum bisa merespon pertanyaan ibu. Jika
ditanyakan oleh ibu atau peneliti. Hasil uji daya terima es krim oleh panelis
Berdasarkan uji daya terima pada panelis anak, daya terima es krim
Hasil uji daya terima terhadap rasa es krim oleh panelis tak terlatih
Tabel 5.14 Distribusi Tingkat Kesukaan Rasa oleh Panelis Tak Terlatih
Keterangan :
1 = Sangat tidak suka, 2 = Tidak suka, 3 = Netral, 4 = Suka, 5 = Sangat Suka
F0: susu fullcream = 320 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 250 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 235 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g
Pada penilaian rasa es krim oleh panelis tak terlatih menunjukkan bahwa
panelis paling menyukai rasa dari F0 (4,44), dan rasa dari formula
modifikasi yang paling disukai oleh panelis tak terlatih adalah F2 (3,92).
Hasil uji daya terima terhadap tekstur es krim oleh panelis tak terlatih
Tabel 5.15 Distribusi Tingkat Kesukaan Tekstur oleh Panelis Tak Terlatih
Hasil uji daya terima terhadap warna es krim oleh panelis tak terlatih
Tabel 5.16 Distribusi Tingkat Kesukaan Warna oleh Panelis Tak Terlatih
bahwa panelis paling menyukai warna dari F0 (4), dan warna dari formula
modifikasi yang paling disukai oleh panelis tak terlatih adalah F2 (3,92).
Hasil uji daya terima terhadap aroma es krim oleh panelis tak terlatih
Tabel 5.17 Distribusi Tingkat Kesukaan Aroma oleh Panelis Tak Terlatih
bahwa panelis paling menyukai aroma dari F0 (4,12), dan aroma dari
formula modifikasi yang paling disukai oleh panelis tak terlatih adalah F2
(3,72).
Hasil uji daya terima terhadap keseluruhan es krim oleh panelis tak
formula es krim modifikasi yang paling disukai oleh panelis tak terlatih
adalah F2 (4,12).
Penelitian ini menggunakan uji statistik Friedmann, karena data daya terima
lanjutan pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon. Hasil uji daya
terima rasa, tekstur, warna, aroma dan keseluruhan es krim oleh panelis tak
terlatih, serta hasil uji statistik ditampilkan pada tabel 5.19 berikut,
Formula
Karakteristik p-value
F0 F1 F2
Rasa 4,44a 3,84b 3,92a,b 0,044
Tekstur 3,92 3,72 3,92 0,581
Warna 4,00 3,84 3,92 0,368
Aroma 4,12a 3,60b 3,72b 0,002
Keseluruhan 4,44a 3,92b 4,12a,b 0,043
Rata-Rata 4,18 3,78 3,92
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang berada pada baris yang sama
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan.
pengaruh substitusi putih telur, wijen giling dan susu skim bubuk terhadap
memiliki aroma berbeda adalah F0-F1 (p = 0,001) dan F0-F2 (0,026). Hasil
Rasa
5
4
3
Mean Tekstur
2
1 F0
0
F1
F2
Keseluruhan Warna
Aroma
Gambar 5.1 Grafik radar tingkat kesukaan panelis tak terlatih pada es krim
Gambar 5.1 menunjukkan bahwa dari segi rasa, warna, aroma, dan
keseluruhan es krim F0 (warna garis biru) lebih disukai oleh panelis tak
dengan F2. Garis formula modifikasi yang paling banyak mendekati garis
rata-rata kesukaan panelis tak terlatih, yaitu F2 memiliki nilai mean paling
Komposisi Pangan Indonesia tahun 2017, informasi nilai gizi bahan, serta
Tabel 5.20 Hasil Perbandingan Nilai Gizi per Porsi Es Krim dengan AKG
Zat Gizi F0 F1 F2
Protein
Per Porsi (g) 2,13 3,66 4,00
% AKG usia 2-3 tahun (%) 10,7 18,3 20,0
% AKG usia 4-5 tahun (%) 8,5 14,6 16,0
Albumin
Per Porsi (g) 0,19 0,60 0,66
% AKG usia 2-3 tahun (%) 4,8 14,9 16,6
% AKG usia 4-5 tahun (%) 4,8 14,9 16,6
Seng
Per Porsi (mg) 0,41 0,58 0,64
% AKG usia 2-3 tahun (%) 13,8 19,3 21,3
% AKG usia 4-5 tahun (%) 8,3 11,6 12,8
Kalsium
Per Porsi (mg) 147,44 155,79 161,08
% AKG usia 2-3 tahun (%) 22,7 24,0 24,8
% AKG usia 4-5 tahun (%) 14,7 15,6 16,1
Keterangan :
F0: susu fullcream = 320 g, putih telur = 0 g, wijen giling = 0 g, susu skim = 0 g
F1: susu fullcream = 250 g, putih telur = 35 g, wijen giling = 10 g, susu skim = 25 g
F2: susu fullcream = 235 g, putih telur = 40 g, wijen giling = 15 g, susu skim = 30 g
makanan selingan untuk anak usia 2-5 tahun, yaitu minimal 10% kebutuhan
selingan balita usia 2-5 tahun, yaitu 10-15% dari kebutuhan harian.
Hasil uji laboratorium zat gizi protein dan albumin lebih tinggi
laboratorium menunjukkan bahwa %AKG seng untuk usia 2-3 tahun lebih
dari 30%, sedangkan untuk usia 4-5 tahun kurang dari 30%. Kandungan
sedangkan kandungan zat gizi kalsium hasil uji laboratorium untuk usia 4-5
gizi minimal dalam es krim, antara lain kandungan lemak, karbohidrat, dan
Tabel 5.23 Hasil Perbandingan Nilai Gizi Es Krim dengan Syarat Mutu
telah memenuhi syarat mutu es krim dari BSN. Kandungan lemak dan
langsung, dan laba sebesar 20%. Asumsi usaha ditentukan sebagai berikut :
– alat penunjang prduksi dan pengiriman es krim. Total harga seluruh alat
yang ditambahkan dengan laba sebesar 20%. Harga jual es krim paling
formula dengan harga jual paling mahal adalah F2 yaitu Rp 6.500,00 per 60
g.
Nilai ekonomi gizi didapatkan dari harga per porsi yang dibagi
dengan kandungan gizi per porsi, sehingga didapatkan harga gizi per satuan
zat gizi. Nilai ekonomi gizi es krim ditampilkan pada tabel 5.27 berikut,
Tabel 5.27 Distribusi Nilai Ekonomi per Satuan Zat Gizi Es Krim
krim modifikasi.
(rasa, tekstur, warna, aroma, keseluruhan) oleh panelis tak terlatih; (2)
preferensi kesukaan oleh anak-anak; (3) nilai ekonomi dan nilai ekonomi
gizi (protein, albumin, seng, kalsium), (4) serta kandungan gizi (protein,
rata-rata 1,87. F2 memiliki bobot penilaian tertinggi pada daya terima oleh
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Mutu Organoleptik
dengan putih telur, wijen giling dan susu skim. Pada penelitian
setiap formulanya, sehingga didapatkan formula modifikasi F1, F2, F3, dan
gula, susu, wijen, dan coklat. Formula es krim F0 tidak memiliki rasa wijen,
wijen. Formula dengan rasa wijen paling kuat memiliki skor terendah,
karena penambahan wijen yang terlalu banyak pada suatu produk dapat
memberikan rasa pahit (Zouari et al, 2016). Kandungan tannin pada wijen
menyebabkan timbulnya rasa pahit pada es krim (Awika & Rooney, 2004).
formula.
94
gumpalan lemak, kristal es, serta perbandingan cairan dan air beku dalam es
krim yang lembut serta tidak terdapat tekstur kasar di dalamnya, sedangkan
wijen. Tekstur kasar didapatkan dari gilingan wijen yang kurang halus,
Warna dasar dari es krim rasa coklat adalah berwarna coklat. Intensitas
warna coklat pada es krim dipengaruhi oleh jenis dan jumlah coklat, serta
krim F0 memiliki warna coklat moderat, yaitu coklat yang tidak terlalu tua
oleh bahan-bahan substitusi, yaitu putih telur, wijen giling, dan susu skim.
telur kocok yang digunakan dalam es krim, semakin putih warna yang
semakin lebih putih (Roland et al, 1999). Selain itu, warna putih
tersebut terjadi karena wijen mempunyai sifat yang dapat mengikat aroma,
memiliki mutu baik. Rasa dan tekstur dari wijen merupakan karakteristik
masukan dari panelis terbatas, F0, F1, dan F2 sedikit diperbaiki dan
diproduksi untuk diujikan ke panelis tak terlatih (ibu balita) dan balita (usia
2 – 5 tahun).
al., 1999). Daya terima produk bisa didapatkan dengan melakukan uji
Oleh karena itu, panelis yang tepat untuk digunakan dalam penilaian daya
sasaran produk yang dibuat. Produk es krim substitusi putih telur, wijen
giling, dan susu skim bubuk ditujukan untuk balita usia 2-5 tahun dengan
pada balita usia 2-5 tahun. Uji daya terima es krim juga dilakukan pada
panelis tak terlatih, yaitu ibu balita untuk dapat mengetahui daya terima es
sasaran. Penilaian daya terima pada balita mayoritas dipengaruhi oleh rasa
produk, karena balita mulai usia 2 tahun sudah dapat membedakan enak
atau tidaknya rasa suatu produk makanan atau minuman (Fajria & Rika,
2013). Pada penelitian ini, balita lebih menyukai es krim tanpa substitusi
wijen, putih telur, dan susu skim (F0 dengan nilai mean 2,92), sedangkan
substitusi wijen, putih telur dan susu skim paling sedikit (F1 dengan nilai
mean 2,56).
makanan yang memiliki rasa manis (Ernawati et al., 2011). Formula es krim
kontrol (tanpa substitusi) hanya memiliki rasa coklat yang manis, sedangkan
pada formula es krim modifikasi memiliki rasa dominan manis disertai rasa
wijen yang semakin kuat pada F2. Penambahan wijen pada es krim
menyebabkan adanya variasi rasa gurih pada es krim, yang dipengaruhi oleh
adanya lemak dan protein yang terkandung dalam biji wijen (Peter, 2012).
wijen semakin menonjol dan mengurangi rasa dasar es krim, sehingga dapat
2015). Rasa formula es krim yang paling disukai oleh panelis tak terlatih
adalah formula kontrol (F0 dengan nilai mean 4,44), sedangkan untuk rasa
bahan substitusi terbanyak (F2 dengan nilai mean 3,92). Hasil penelitian ini
tingkat kesukaan rasa tertinggi adalah formula dengan substitusi wijen yang
bukan paling sedikit namun juga bukan yang paling banyak. Hal tersebut
karena jumlah penambahan wijen yang tepat dapat memberikan rasa gurih
Menurut hasil uji statistik, substitusi putih telur, wijen giling, susu
dengan nilai signifikansi ˂ 0,05 pada uji Friedmann. Hasil uji lanjutan
Panelis tak terlatih paling menyukai tekstur dari F0 (nilai mean 3,92)
dan F2 (nilai mean 3,92), sedangkan tekstur es krim yang paling tidak
disukai adalah F1 (nilai mean 3,72). Hasil tersebut sejalan dengan penelitian
putih telur paling banyak, sehingga memberikan sifat yang lebih lembut,
karena putih telur memiliki sifat daya buih yang tinggi (Arbuckle, 1986).
Menurut hasil uji statistik, substitusi putih telur, wijen giling dan susu skim
Warna formula es krim yang paling disukai oleh panelis tak terlatih
adalah F0 (nilai mean 4), sedangkan warna formula modifikasi yang paling
disukai adalah F2 (nilai mean 3,92). Substitusi putih telur, wijen giling, dan
susu skim tidak menyebabkan adanya perbedaan daya terima warna es krim,
˃ 0,05.
Aroma formula es krim yang paling disukai oleh panelis tak terlatih
adalah formula kontrol (F0 dengan nilai mean 4,12), sedangkan untuk
jumlah bahan substitusi terbanyak (F2 dengan nilai mean 3,72). Wijen
2017). Substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim menyebabkan
adanya perbedaan daya terima aroma es krim, ditunjukkan dengan hasil uji
Terlatih
panelis tak terlatih secara keseluruhan adalah formula kontrol (F0 dengan
nilai mean 4,44), sedangkan untuk formula modifikasi yang paling disukai
adalah formula dengan jumlah bahan substitusi terbanyak (F2 dengan nilai
putih telur, wijen giling dan susu skim menyebabkan adanya perbedaan
dengan F1 (p = 0,009). Hal ini berarti bahwa substitusi putih telur, wijen
giling, dan susu skim yang terlalu sedikit menyebabkan kurangnya tingkat
(rasa, tekstur, warna, aroma, keseluruhan) oleh panelis tak terlatih dan
daya terima tertinggi adalah formula kontrol (F0 dengan nilai mean 3,55).
Komposisi Pangan Indonesia tahun 2017, informasi nilai gizi bahan, serta
oleh balita sebagai zat pembangun, yaitu untuk pembentukan protein dalam
2009).
protein sebesar 9,17 g dan albumin 1,33 g, jumlah tersebut lebih tinggi
penguapan zat cair pada adonan es krim, sehingga terjadi susut masak. Suhu
yang semakin tinggi, luas permukaan terbuka yang semakin luas, serta
kandungan air pada es krim yang menguap (Almatsier, 2010). Hal tersebut
memenuhi 27,5% kebutuhan harian balita usia 2-3 tahun dan 22%
kebutuhan harian balita usia 4-5 tahun, serta kandungan albumin mampu
memenuhi 20% kebutuhan harian balita usia 2-5 tahun, sehingga protein
cokelat di pasaran. Protein per 100 g es krim F2 hasil uji laboratorium dapat
memenuhi 35% AKG protein untuk balita usia 2-5 tahun, sehingga es krim
F2 dapat dikatakan produk tinggi protein (BPOM RI, 2016). Albumin per
kebutuhan albumin untuk balita usia 2-5 tahun, sehingga F2 dapat dikatakan
6.3.2 Seng
Seng berperan sebagai bagian dari enzim yang dibutuhkan antara lain
berperan dalam fungsi imunitas, yaitu untuk fungsi sel T dan pembentukan
seng sebesar 0,98 mg. Kandungan seng per porsi es krim F2 hasil uji
laboratorium mampu memenuhi 20% kebutuhan harian balita usia 2-3 tahun
dan 12% kebutuhan harian balita usia 4-5 tahun, sehingga mampu
laboratorium dapat memenuhi 30% AKG seng untuk balita usia 2-3 tahun,
namun tidak untuk balita usia 4-5 tahun, sehingga es krim F2 dapat
dikatakan produk tinggi seng untuk usia 2-3 tahun, produk sumber seng
6.3.3 Kalsium
sebesar 127,19 mg, jumlah tersebut lebih rendah daripada kalsium hasil
2013).
mampu memenuhi kebutuhan kalsium selingan balita usia 2-3 tahun (yaitu
11,7% kebutuhan harian), sedangkan untuk balita usia 4-5 tahun tidak
hasil uji laboratorium tidak dapat memenuhi 30% AKG kalsium untuk
balita usia 2-5 tahun, sehingga es krim F2 dapat dikatakan produk sumber
Salah satu faktor tidak langsung adalah tingkat ekonomi atau kesejahteraan
risiko stunting 5 kali lebih besar daripada yang tidak (Astutik, 2018).
sehat. Oleh karena itu, perlu adanya produk pangan kaya akan zat gizi yang
Nilai ekonomi suatu makanan dapat dilihat dari harga jual atau dari
operasional tak langsung dan laba. Harga jual didapatkan dari BEP (Break
(putih telur, wijen giling, dan susu skim) memiliki harga yang lebih mahal
penelitian ini lebih mahal daripada harga es krim cokelat di pasaran. Harga
harga per porsi yang dibagi dengan kandungan gizi per porsi, sehingga
didapatkan harga gizi per satuan zat gizi. Formula es krim F2 memiliki
bahan substitusi, semakin murah nilai ekonomi gizinya. Harga protein pada
es krim F2 lebih murah daripada harga protein salah satu merk es krim
(1) penilaian daya terima sifat organoleptik (rasa, tekstur, warna, aroma,
keseluruhan) oleh panelis tak terlatih; (2) preferensi kesukaan oleh anak-
anak; (3) nilai ekonomi dan nilai ekonomi gizi (protein, albumin, seng,
kalsium), (4) serta kandungan gizi (protein, albumin, seng, kalsium). Hasil
wijen giling, dan susu skim tertinggi. F2 memiliki skor penilaian tertinggi
pada daya terima oleh panelis tak terlatih, nilai ekonomi gizi, dan
kalsium yang memiliki nilai ekonomi terjangkau untuk balita stunting usia
2-5 tahun.
adalah balita usia 2-5 tahun yang tidak mengalami stunting, sedangkan
panelis ada yang mencoba es krim saat sudah cair karena waktu leleh es
krim yang cukup cepat. Selain itu, pada perhitungan kandungan gizi, yang
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Es krim substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim dengan mutu
organoleptik terbaik adalah F1 (Putih telur 7%; wijen giling 2%; susu
skim bubuk 5%) dan F2 (Putih telur 8%; wijen giling 3%; susu skim
harum cokelat, berwarna cokelat muda, terasa wijen, dan memiliki mutu
2. Es krim substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim dengan daya
jumlah substitusi bahan terbanyak (Putih telur 8%; wijen giling 3%;
susu skim bubuk 6%). Daya terima es krim F2 unggul pada karakteristik
3. Es krim substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim F2 per porsi
telah memenuhi kebutuhan protein (5,5 g), albumin (0,8 g), dan seng
(0,6 mg) makanan selingan balita usia 2-5 tahun, namun belum
111
produk tinggi protein dan seng, serta sumber albumin dan kalsium.
Protein pada es krim F2 9,17 kali lebih tinggi daripada protein es krim
cokelat di pasaran.
4. Es krim substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim F2 memiliki
kalsium) termurah. Harga protein pada es krim F2 lebih murah 1/3 kali
7.2 Saran
lemak) sehingga produk es krim dapat menjadi produk yang lebih sehat.
Penggantian rasa cokelat dengan rasa lain juga bisa dilakukan sebagai
usaha untuk mengurangi rasa yang terlalu manis, karena cokelat bubuk
2. Es krim dengan substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim dapat
stunting usia 2-5 tahun. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai cara
mengolah wijen agar lebih disukai dan diterima oleh balita karena
3. Es krim dengan substitusi putih telur, wijen giling, dan susu skim dapat
tanpa substitusi.
DAFTAR PUSTAKA
Arbuckle, WS. 1986. Ice Cream : Second Edition. Westport : The AVI
Publishing Company.
Astutik, A., Rahfiludin, M. Z., and Aruben, R., 2018. Faktor Risiko
Kejadian Stunting Pada Anak Balita Usia 24-59 Bulan (Studi Kasus di
Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati Tahun 2017).
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), Vol. 6(1) : 409-418.
Awika, J.M. dan L.W. Rooney. 2004. Review: sorghum phytochemical and
their potential impact on human health. Journal Phytochemistry, 65:
1199-1221.
Chiplonkar SA, Agte VV. 2006. Predicting Bioavailable Zinc from Lower
Phytate Forms, Folic Acid and Their Interactions with Zinc in
Vegetarian Meals. J Am Coll Nutr, 25 : 26-33.
Dewi, C.M., Dewi M.M., Youngky S., Evy S. 2007. Prarencana Pabrik
Susu Bubuk Skim Kapasitas 9 ton/hari. Skripsi. Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya.
Dewi, I. A. dan K.T. Adhi. 2016. Pengaruh Konsumsi Protein Dan Seng
Serta Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Pendek Pada Anak
Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida
III. Arc. Com. Health, Vol. 3(1), 36–46.
Lutz CA, Przytulski KR. 1994. Nutrition and Diet Therapy. Philadelphia:
F.A. Davis Company.
Meilgaard M., Civille GV., and Carr BT. 1999. Sensory Evaluation
Techniques 3rd Edition. USA : CRC Press.
Roland, AM., Phillips, LG., Boor, KJ. 1999. Effects of Fat Content on The
Sensory Properties, Melting, Color, and Hardness of Ice Cream.
Journal Dairy Science, 82 : 32-38.
Zouari, R., Besbes, S., Chaabouni, SE., dan DG. Aydi. 2016. Cookies from
composite wheat–sesame peels flours: Dough quality and effect of
Bacillus subtilis SPB1 biosurfactant addition. Food Chemistry, 194 :
758-769.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Keterangan Lolos Kaji Etik
121
Judul Penelitian
Daya terima, nilai ekonomi dan kandungan protein, albumin, seng, serta
kalsium es krim dengan substitusi putih telur, wijen giling dan susu skim
bubuk.
Tujuan Umum:
Menganalisa pengaruh substitusi putih telur, susu skim bubuk, dan wijen
giling terhadap daya terima (warna, rasa, tekstur, aroma, keseluruhan), nilai
ekonomi, kandungan protein, albumin, seng, dan kalsium pada es krim
coklat sebagai alternatif makanan selingan untuk balita stunting usia 2 – 5
tahun.
Perlakuan:
Manfaat:
Bahaya Potensial:
Tidak ada bahaya yang timbul pada produk maupun panelis selama
mengikuti atau setelah penelitian; potensi bahaya seperti adanya pemberian
formalin, pestisida, maupun bahaya lain telah dapat dicegah dan
Nama panelis dan hasil pengisian angket uji kesukaan akan disimpan pada
lokasi yang aman dan disimpan selama 1 tahun setelah penelitian.
Panelis dalam penelitian ini akan mendapatkan produk es krim dan alat
makan. Apabila di kemudian hari terdapat perubahan teknis tempat yang
cukup sulit dijangkau oleh panelis, maka akan diberi biaya transportasi
kepada panelis.
INFORMED CONSENT
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
( ) ( )
Saksi,
( )
Kode Sampel
Intensitas
ABC ACB BAC BCA CAB
Tidak harum
Sedikit harum
Harum moderat
Sangat harum
Amat sangat harum
Komentar :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………….
4. Rasa manis dengan cara mencicipi. Berilah tanda checklist (v) pada
intensitas kemanisan sampel.
Kode Sampel
Intensitas
ABC ACB BAC BCA CAB
Amat sangat terasa wijen
Sangat terasa wijen
Terasa wijen
Agak terasa wijen
Tidak terasa wijen
Komentar :
………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Komentar :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……….......
Test Statisticsa
Ranks
N 25
Mean Rank
Chi-Square 1.087
F0_tekstur 2.10
Df 2
F1_tekstur 1.90
Asymp. Sig. .581
F2_tekstur 2.00
a. Friedman Test
C. Warna
Descriptive Statistics
Percentiles
Std.
N Mean Deviation Min Max 25th 50th (Median) 75th
F0_warna 25 4.00 .764 2 5 4.00 4.00 4.50
F1_warna 25 3.84 .850 2 5 3.00 4.00 4.00
F2_warna 25 3.92 .759 2 5 3.50 4.00 4.00
D. Aroma
Descriptive Statistics
Percentiles
Std.
N Mean Deviation Min Max 25th 50th (Median) 75th
F0_aroma 25 4.12 .726 3 5 4.00 4.00 5.00
F1_aroma 25 3.60 .816 2 5 3.00 4.00 4.00
F2_aroma 25 3.72 .843 2 5 3.00 4.00 4.00
E. Keseluruhan
Descriptive Statistics
Percentiles
Std.
N Mean Deviation Min Max 25th 50th (Median) 75th
F0_keseluruhan 25 4.44 .712 3 5 4.00 5.00 5.00
F1_keseluruhan 25 3.92 .702 2 5 4.00 4.00 4.00
F2_keseluruhan 25 4.12 .881 2 5 3.50 4.00 5.00
b. Aroma
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
F0_aroma - Negative Ranks 0 .00 .00
F1_aroma Positive Ranks 12b 6.50 78.00
Ties 13c
Total 25
F0_aroma - Negative Ranks 2d 4.50 9.00
F2_aroma Positive Ranks 9 e
6.33 57.00
f
Ties 14
Total 25
F1_aroma - Negative Ranks 6g 5.83 35.00
F2_aroma Positive Ranks 4 h
5.00 20.00
i
Ties 15
Total 25
a. F0_aroma < F1_aroma
b. F0_aroma > F1_aroma
c. F0_aroma = F1_aroma
d. F0_aroma < F2_aroma
e. F0_aroma > F2_aroma
f. F0_aroma = F2_aroma
g. F1_aroma < F2_aroma
h. F1_aroma > F2_aroma
i. F1_aroma = F2_aroma
Test Statisticsc
F0_aroma - F0_aroma - F1_aroma -
F1_aroma F2_aroma F2_aroma
Z -3.357a -2.233a -.832b
Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .026 .405
a. Based on negative ranks.
b. Based on positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test
c. Keseluruhan
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
F0_keseluruhan - Negative Ranks 3a 7.00 21.00
F1_keseluruhan Positive Ranks 13 b
8.85 115.00
c
Ties 9
Total 25
F0_keseluruhan - Negative Ranks 5d 7.80 39.00
F2_keseluruhan Positive Ranks 10e 8.10 81.00
Ties 10f
Total 25
F1_keseluruhan - Negative Ranks 10g 8.60 86.00
F2_keseluruhan Positive Ranks 6h 8.33 50.00
Ties 9i
Total 25
a. F0_keseluruhan < F1_keseluruhan
b. F0_keseluruhan > F1_keseluruhan
c. F0_keseluruhan = F1_keseluruhan
d. F0_keseluruhan < F2_keseluruhan
e. F0_keseluruhan > F2_keseluruhan
f. F0_keseluruhan = F2_keseluruhan
g. F1_keseluruhan < F2_keseluruhan
h. F1_keseluruhan > F2_keseluruhan
i. F1_keseluruhan = F2_keseluruhan
Test Statisticsc
F0_keseluruhan - F0_keseluruhan - F1_keseluruhan -
F1_keseluruhan F2_keseluruhan F2_keseluruhan
Z -2.595a -1.228a -.994b
Asymp. Sig. (2-tailed) .009 .219 .320
a. Based on negative ranks.
b. Based on positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test
Pencampuran susu, krim, bubuk cokelat, putih telur pada adonan es krim
3. Homogenisasi Es Krim
4. Produk Es Krim
Uji Organoleptik
Panelis tak terlatih dan panelis anak Panelis tak terlatih dan panelis anak
Stiker tutup
cup