DFKI TANGKI

& PIPA

607312 A

Semester 6
3 SKS

Program Studi D4 Teknik Pengelasan

Jurusan Teknik Bangunan Kapal
 MODUL AJAR

DFKI TANGKI
DESAIN FABRIKASI KONSTRUKSI & INSPEKSI
Muhamad Ari

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGELASAN

JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2
 DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A.Kompetensi
B. Gambaran umum materi
C. Waktu
D. Prasyarat
E. Petunjuk penggunaan modul ajar
Modul 1 Desain sambungan
1.1 Sub Kompetensi
1.2 Uraian Materi
1.2.1 Sambungan shell vertikal (Vertical shell joint)
1.2.2 Sambungan shell horizontal (Horisontal shell joint)
1.2.3 Sambungan roof plate
1.2.4 Sambungan pelat dasar tangki (bottom joint)
1.2.5 Sambungan shell to bottom
1.3 Rangkuman
1.4 Referensi

PENDAHULUAN

KOMPETENSI
Mata kuliah DFKI Tangki dan Pipa memberikan pengetahuan dan kemampuan kepada
mahasiswa bagaimana merancang konstruksi serta inspeksi pada tangki dan system
perpipaan.

GAMBARAN UMUM MATERI

Gambaran umum mata kuliah DFKI Tangki dan Pipa ini adalah melakukan perancangan
beberapa komponen tangki dan system perpipaan. Materi yang akan dibahas dalam
perkuliahan ini antara lain:
 Standar pembuatan tangki timbun
 Desain sambungan pada tangki timbun
 Perhitungan tebal mínimum shell

3
  Penentuan tebal mínimum dan konfigurasi bottom plate
 Penentuan jenis dan ukuran wind girder
 Perhitungan wind dan seismic load
 Marking dan Inspeksi pada pabrikasi tangki timbun
Pengujian dan inspeksi tangki timbun
 pengujian dan inspeksi pada pembangunan tangki timbun
 isometric pipa beserta simbolnya
 standar dan istilah-istilah perpipaan
 prosedur penggunaan material
 prosedur pengelasan dan proses laku panas
 komponen, ekspansi dan fleksibilitas pada sistem perpipaan
 desain lokasi, instalasi dan pengetesan system perpipaan
kegagalan pipa dan pencegahannya

WAKTU
Mata kuliah ini berbobot 3 sks atau 6 jam tatap muka setiap minggunya. Sehingga untuk bisa
mencapai kompetensi yang telah ditentukan, mahasiswa harus mengikuti kegiatan tatap muka
sebanyak 6 jam x 16 kali tatap muka.

PRASYARAT
Untuk mempermudah pencapaian kompetensi yang diharapkan, mahasiswa harus mempunyai
pemahaman dengan baik tentang teknologi pengelasan dan pengujia material (DT – NDT).

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL AJAR

Modul ajar DFKI Tangki dan Pipa ini disusun secara sistematis dengan mengacu pada RPS
yang berlaku. Untuk itu mahasiswa dalam menggunakan modul ajar ini harus memperhatikan
beberapa hal berikut :
Membawa modul ajar ini setiap mengikuti perkuliahan.
Membaca dengan baik setiap isi yang ada di dalam modul ajar.
Membuat daftar catatan kecil untuk sesuatu hal yang belum dimengerti. Untuk
kemudian ditanyakan kepada dosen.
Mengerjakan semua latihan soal yang terdapat di dalam modul.

4
 MODUL 1
DESAIN SAMBUNGAN

Penyusun:
Muhamad Ari, ST., MT
NIP 1974 0828 200312 1001

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGELASAN

JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2012

5
Modul 1 Standar Pembuatan tangki timbun

1.1 Sub Kompetensi

Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini
adalah mampu memahami ketentuan dan standar dalam pembuatan tangki timbun.

1.2 Uraian Materi

Tangki timbun adalah sebuah wadah, biasanya untuk menampung cairan dan terkadang
gas bertekanan (tangki gas). Istilah ini bisa digunakan untuk reservoir (danau buatan dan
kolam) dan untuk kontainer hasil produksi. Penggunaan kata tank untuk reservoir adalah
umum atau universal dalam bahasa umum.
Tangki timbun beroperasi di bawah tekanan internal (atau sangat sedikit), yang
membedakannya dari bejana tekan. Tangki timbun seringkali berbentuk silindris, tegak lurus
terhadap tanah dengan dasar rata, dan memiliki atap tetap atau atap mengambang. Biasanya
ada banyak peraturan lingkungan yang diterapkan pada perancangan dan pengoperasian
tangki timbun, seringkali bergantung pada sifat cairan yang terkandung di dalamnya. Tangki
timbun di atas tanah (AST) berbeda dari tangki timbun bawah tanah (UST) sehubungan
dengan pertimbangan desain maka peraturan yang berlaku juga berbeda.

1.2.1 Klasifikasi tangki

Salah satu klasifikasi mendasar yang digunakan dalam tangki didasarkan pada lokasi
tangki apakah berada di atas tanah atau di bawahnya, yang desain dan fiturnya beragam
berbeda drastis. Jumlah tangki di atas jauh lebih banyak daripada di bawah tanah, dan bagian
dasarnya langsung bertumpu pada pondasi tanah atau beton. Dalam beberapa kasus tertentu,
tank ditempatkan pada grillage, yang memfasilitasi pemeriksaan berkala pelat dasar tangki.
Ketika pertanyaan tentang penyediaan fasilitas penyimpanan muncul, maka pilihannya
adalah penyimpanan di atas tanah karena alasan berikut:
Tangki di atas tanah mudah dibuat.
Biaya lebih murah.
Memungkinkan kapasitas penyimpanan yang lebih besar

6
Gambar 1.1 Klasifikasi Tangki

7
Modul 2 Desain Sambungan

1.1 Sub Kompetensi

Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini
adalah mampu menentukan sambungan antar komponen pada tangki timbun.

1.2 Uraian Materi

Sambungan pengalasan merupakan salah satu proses sangat penting dalam

pembangunan strukutur baja. Tangki timbu bias bibuat dengan berbagai macam cara
diantaranya: dibaut, dicetak dan dilas. Pembuatan tangki timbun dengan melibatkan proses
pengelasan memerlukan pengetahuan yang cukup komplek, mulai dari material, proses las,
kekuatan hasil las, proses inspeksinya dan desain sambungan antar komponennya.

Desain sambungan memegang peranan penting, karena dia merupakan salah satu
komponen yang akan menentukan kekuatan konstruksi las. Secara garis besar desain
sambungan las pada konstruksi tangki timbun terdiri dari sambungan tumpul (butt joint),
sambungan tumpang (fillet joint), sambungan T (T joint) dan sambungan tack (tack weld).

1.2.1 Sambungan shell vertikal (Vertical shell joint)

Sambungan shell vertikal harus berupa sambungan tumpul (butt joint) yang memiliki
penetrasi dan fusi yang sempurna (complete penetration) yang bisa didapatkan dengan
pengelasan 2 sisi atau dengan cara lain dimana kualitas logam lasnya sama antara didalam
dan diluar permukaan. Sambungan vertikal antara course dengan course selanjutnya tidak
boleh segaris, minimal berjarak 5t, dimana t adalah tebal pelat paling tebal.

Bentuk sambungan tumpul pada shell bisa berbentuk seperti gambar 1.1.

8
 Gambar 1.1 Tipe sambungan shell vertical [1]

1.2.2 Sambungan shell horizontal (Horisontal shell joint)

Sama seperti vertical shell joint, sambungan horizontal harus mempunyai penetrasi dan fusi
yang sempurna (complete penetration), namun untuk sambungan top angle ke shell bisa
dilakukan dengan cara sambungan double welded lap. Kecuali ditentukan. plate shell yang
berbatasan pada sambungan horizontal harus mempunyai centreline vertical (garis tengah di
pelat shell). Bentuk sambungan pada horizontal shell joint sebagaimana terlihat pada Gambar
1.2.

9
 Gambar 1.2 Tipe sambungan shell horizontal. [1]

1.2.3 Sambungan roof plate

Sambungan las pada roof plate tangki timbun terdiri dari 2 macam, yaitu:

Sambungan las plate pada roof

Berupa sambungan lap joint yang dilakukan hanya pada satu sisi saja dan memiliki
sifat water tight (kedap).

Sambungan roof ke shell

Seperti halnya pada roof plate, roof ke shell juga disambung secara kedap dengan
metode penyambungan fillet joint.
Sambungan pada roof dan roof ke plate ditunjukkan pada Gambar 1.3.

10
 (a)

(b)

Gambar 1.3. Sambungan (a) roof plate, (b) roof to shell. [1]

1.2.4 Sambungan pelat dasar tangki (bottom joint)

Pelat dasar pada tangki terdiri atas pelat dasar dan annular plate. Sambungan las pada pelat
dasar tangki berupa lap joint dan butt joint. Sedangkan pada annular plate berupa butt joint.
Namun untuk lap joint pada bottom plate dimana akan dipasang shell, maka perlu dilakukan
perlakuan khusus. Perlakuan ini perlu dilakukan agar tidak ada celah anatara sambungan shell

11
ke bottom. Sambungan butt joint yang dilakukan pada bottom perlu diberi backing plate
seperti pada Gamabr 1.4.

Gambar. 1.4 Sambungan pada bottom plate. [1]

1.2.5 Sambungan shell to bottom

Sambungan pelat dasar dengan shell tangki berupa sambungan fillet dan dilas pada dua sisi
pelat shell luar dan dalam. Ukuran kaki fillet pada sambungan ini diatur sebagaimana pada
standard API 650 seperti tertera pada Tabel 1. Sedangkan konfigurasi sambungan shell ke
bottom seperti ditunjukkan pada gambar 1.5.

Tabel 1 Ukuran fillet leg. [1]

Nominal thickness of shell plate Minimum size of fillet weld

(mm) (in) (mm) (in)
5 0.1875 5 3/16
>5 to 20 >0.1875 to 0.75 6 ¼
>20 to 32 >0.75 to 1.25 8 5/16
>32 to 45 >1.25 to 1.75 10 3/8

12
 Gambar 1.5 Sambungan shell ke bottom. [1]

Sedangkan metode perlakuan yang dilakukan pada sambungan lap joint pada dasar tangki
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.6. Pada sambungan lap joint dibawah shell
dilakukan ground flush, sehingga didapatkan permukaan yang rata.

Gambar 1.6. Sambungan shell ke bottom yang terdapat lap joint. [1]

1.2.5 Sambungan wind girder

Pada

1.3 Rangkuman

13
 Sambungan las pada konstruksi tangki timbun terdiri dari butt joint, lap joint dan fillet
joint. Penetrasi dan fusi yang sempurna merupakan persyaratn utama untuk
sambungan vertical dan horizontal. Sedangkan sifat water tight (kedap) dibutuhkan
untuk sambungan shell ke bottom, roof ke shell.

1.4 Referensi

API 650 12TH 2013, Welded Oil Storage Tank

14
 12/21/2017

MATERIALS

Plate maximum thickness of 45 mm

Pipe
Material
Flange

Gasket

Welding electrode

Baut

1
 12/21/2017

Requirement material for storage tank

4.1.1.1 See the Data Sheet for material specifications.

4.1.1.2 Rimmed or capped steels are not permitted.
4.1.1.3 Use of cast iron for any pressure part or any part
attached to the tank by welding is prohibited.
4.1.1.4 Because of hydrogen embrittlement and toxicity
concerns, cadmium-plated components shall not be used
without the expressed consent of the Purchaser.

2
 12/21/2017

All plates shall be manufactured by

• Open-hearth
• Electric-furnace
• Basic oxygen process

3
 12/21/2017

Open Hearth Furnace

Basic
Oxigen
Furnace

4
 12/21/2017

Electric Arc Furnace

TMCP (Thermo-Mechanical Control Process)

TMR = Thermo Mechanical Rolling

AcC = Accelearate Cooling

5
 12/21/2017

Proses penyambungan material

• Material yang digunakan pada pembuatan tangki

harus cocok untuk proses fusion welding
• Teknik pengelasan dan WPS harus bisa menunjukkan
bahwa sambungan las mempunyai kekuatan dan
ketangguhan sesuai dengan plate yang disambung.
• Elektroda yang digunakan untuk penyambungan
material dengan kuat tarik
• 550 MPa (80 ksi)  E 60 atau E 70
• 550 MPa to 585 MPa (80 ksi to 85 ksi)  E 80xx

6
 12/21/2017

Impact Testing of Plates

4.2.9.3 An impact test shall be performed on three specimens taken from a single
test coupon or test location. The average value of the specimens (with no more
than one specimen value being less than the specified minimum value) shall
comply with the specified minimum value. If more than one value is less than the
specified minimum value, or if one value is less than two-thirds the specified
minimum value, three additional specimens shall be tested, and each of these
must have a value greater than or equal to the specified minimum value.

4.2.9.4 The test specimens shall be Charpy V-notch Type A specimens (see ASTM
A370), with the notch
perpendicular to the surface of the plate being tested.

4.2.9.5 For a plate whose thickness is insufficient to permit preparation of full-size

specimens [10 mm × 10 mm (0.394 in. × 0.394 in.], tests shall be made on the
largest sub size specimens that can be prepared from the plate.
Sub size specimens shall have a width along the notch of at least 80 % of the
material thickness.

7
 12/21/2017

Annular bottom
• Annular bottom plates shall have a radial
width that provides at least 600 mm (24 in.)
between the inside of the shell and any lap-
welded joint in the remainder of the bottom

Penentuan tebal annular

untuk H x G ≤ 23 m

1
 12/21/2017

Pengelasan pada annular

• When the bottom shell course is designed using the
allowable stress for materials in Group IV, IVA, V, or VI,
butt-welded annular bottom plates shall be used (see
5.1.5.6). When the bottom shell course is of a material
in Group IV, IVA, V, or VI and the maximum product
stress (see 5.6.2.1) for the first shell course is less than
or equal to 160 MPa (23,200 lbf/in.2) or the maximum
hydrostatic test stress (see 5.6.2.2) for the first shell
course is less than or equal to 171 MPa (24,900
lbf/in.2), lap-welded bottom plates (see 5.1.5.4) may
be used in lieu of butt-welded annular bottom plates.

2
 12/21/2017

Bottom plate

Persyaratan
• Tebal minimal corroded = 6 mm
• Lebar minimal = 1800 mm (bila tanpa persetujuan dr
purchaser/ defaultnya)
• Bentuk : 1. rectangular
2. Sketch
• Plate projected outside shell = 50 mm atau minimum
13 mm setelah toe dari fillet weld, mana yg lebih besar.
• Pengelasan butt joint or lap joint.
• tank bottoms requiring sloping shall have a minimum
slope of 1:120 upwards toward center of the tank

3
 12/21/2017

Tebal 3 mm

75 mm

Bottom Plate Lay up

Arrangement

4
12/21/2017

5
12/21/2017

6
 The choice of roof

• that up to 5 m cone self support roof ( without any

structure and just plate)
• 5 < D < 15-17 meter, self supporting cone roof (with
rafter & girder)
• 15 < D < 50 m self supporting dome roof (with rafter &
girder)
• D > 50 m , column supported cone roof

The cone roof tank is the most popular for storing less volatile liquids such as
heavy or light oil. Dome roof tank is usually used for storing volatile liquid.
Supported cone roof
Self Supported cone roof
 Dome roof

back
 12/21/2017

ERECTION OF STORAGE TANK

The foundation is excavated and a mud coat is applied before

rebar for the ring wall is laid

1
 12/21/2017

Rebar being laid to form the tank foundation ring wall

More rebar being added with the start of the formwork.

2
 12/21/2017

Rebar and formwork completed.

Concrete being poured into formwork

3
 12/21/2017

Formwork has been stripped away revealing foundation

ring wall. Interior of ring wall being backfilled

Backfill, compacting and leveling of base complete

4
 12/21/2017

Impervious liner applied over compacted base. The liner

will direct and liquid towards the edge of the foundation

Sealing between the sections of liner.

5
 12/21/2017

Sealing between the sections of liner.

The floor plates are welded and placed onto the foundation.

6
 12/21/2017

The tank wall arrives as rolled plate.

Plates are positioned

ready to be lifted and
welded to form the wall of
the tank.

7
 12/21/2017

First course of tank wall is completed.

Plate being lifted into position to form the next course.

8
 12/21/2017

Plate being positioned for welding.

Second course of tank wall complete.

9
 12/21/2017

Roof sections as delivered to site.

Welding of roof sections into large sections.

10
 12/21/2017

Jig designed to aid in the fabrication of the roof. Center structure

support middle of the roof while outer ring hold outer edge of roof.

View of roof jig from above.

11
 12/21/2017

Partially completed roof section still on jig.

Lifting of roof section.

12
 12/21/2017

Lifting of roof section.

Placement of roof section on top of tank.

13
 12/21/2017

Roof section on top of tank

Once the roof is complete, platforms, ladders and other attachments are added.

14
 12/21/2017

Installation of access stairs and platforms

Completed tank farm.

15
 4/13/2017

FABRIKASI

WORKMANSHIP

Proses straightening harus dilakukan dengan pressing atau

metode lain yang tidak menimbulkan cacat. Pemanasan dan
hammering tidak boleh dilakukan kecuali selama proses
startening suhu material dijaga pada suhu forging

Tidak menggunakan material yang mengandung bahan yang

bisa merusak, misal senyawa sulfur and chloride untuk
stainless steel

1
 4/13/2017

Finish of Plate Edges

The edges of plates may be sheared, machined,

chipped, or machine gas cut.

Shearing shall be limited to plates

• T ≤ 10 mm (3/8 in) untuk butt joint

• T ≤ 16 mm (5/8 in) untuk lap joint

Shaping of Shell Plates

Proses pelengkungan plate sebelum diinstall/dipasang pada tangki

2
 4/13/2017

Shop Inspection
1 Material Receiving Inspection Report
• Check visual (free of lamination & damage).
• Check certificate (keaslian, Heat No & Plate No).
• Check dimensional (Length, Thickness, Width & Diameter).
2 Marking
• Check dimensional marking.
• Check transfer heat no.
3 After Cutting
• Check dimensional.
• Check traceability (Heat No & Plate No).
• Check Stamp Marking.
4 Rolling
• Check visual (free of damage).
• Check edge preparation.
• Check Rolling radius.
5 Painting
• Check material painting (batch no, self life, brand).
• Check Ambient Condition (surface & whether).
• Check DFT (Dry Film Thickness)

FABRIKASI
CARA MENYUSUN DAN
MENGANGKUT PELAT
YANG TELAH DIROL

EAGLE
CLAW

BALOK YANG MEMEILIKI

RADIUS TANGKI UNTUK
TATAKAN PELAT LENGKUNG

CARA MENGANGKAT
PELAT LENGKUNG YANG
BENAR

3
 4/13/2017

FABRIKASI
PEMERIKSAAN SEWAKTU EDGE
PREPARATION PELAT TEBAL

LAMINASI

R
R
MAA
1.5 M
L

CARA MENGECEK TINGKAT LENGKUNGAN

PELAT

Cacat Laminasi

For laminations found not exceeding 75 mm (3 in.) in length or 25 mm (1 in.)

in depth, repairs may be made by edge gouging and rewelding to seal the
lamination

For laminations exceeding these limits, the Manufacturer shall either reject
the plate or repair the plate by entirely removing the lamination.

The Manufacturer shall submit the edge repair procedure for Purchaser
acceptance prior to the start of fabrication

4
 4/13/2017

INSPECTION & TEST

( LANJUTAN - 1 )

• BOTTOM LEAK TEST

UDARA BER CARA PENGUJIAN

TEKANAN BOTTOM PLATE
TANGKI YANG PA
LING MURAH DAN
BOCOR PRAKTIS

CARA PENGU
JIAN YANG BER
AIR RISIKO TERJA
DI KARAT CE
LAH AKIBAT
KE BERADAAN
AIR DIBAWAH
BOTTOM PLATE

INSPECTION & TEST

( LANJUTAN - 2 )
• TANK HYDROSTATIC DAN PNEUMATIC TEST

UDARA BERTEKANAN
AIR SABUN
BUIH BERARTI
BOCOR.
TEKANAN DIBAWAH
BERAT TUTUP TANGKI

BOCOR

1 KAKI

AIR DITURUN
KAN HINGGA
1 KAKI DIBAWAH
KEBOCORAN
UNTUK REPAIR

KOMPRESOR

5
 4/13/2017

INSPECTION & TEST( LANJUTAN - 4)

PENGUKURAN KEBUNDARAN TANGKI
JARI JARI TANGKI

SUMBU TANGKI
0.3 m

PENGUKUARN KEBUNDARAN TANGKI DIMULAI DARI SEKITAR 0.3 M DARI DASAR TANGKI , DAN INI
MERUPAKAN DASAR PENGUKURAN KEBUNDARAN TANGKI SELANJUTNYA . DISARANKAN UNTUK
MEMBUAT MAAL ( CETAKAN ) KEBUNDARAN YANG TERBUAT DARI BAJA SIKU YANG DILENGKUNG
KAN UNTUK DIGUNAKAN SEBAGAI REFERENSI PEMASANGAN PELAT PELAT RING BERIKUTNYA.

TOLERANSI UKURAN DIAMETER TANGKI

DIAMETER TANGKI TOLERANSI JARI JARI
m ( kaki ) mm ( in.)
 12 ( 40 ) + 13 ( ½ )

12 ( 40 ) ~  45 ( 150 ) + 19 ( ¾ )

45 ( 150 ) ~ < 75 ( 250 ) + 25 ( 1 )

≥ 74 ( 250 ) + 32 ( 1 ¼ )

Inspeksi & pengujian

• KETENTUAN INSPEKSI DAN PENGUJIAN
1) INSPEKSI DILAKSANAKAN SELAMA PERSIAPAN , PELAKANAAN DAN PASKA
KONSTRUKSI ( ERRECTION )
2) INSPEKTOR HARUS QUALIFIED SEBAGAI TANK DAN WELDING INSPECTOR
3) INSPECTOR HARUS DILENGKAPI DENGAN PERALATAN KESELAMATAN
PERSONIL , INSPECTION EQUIPMENT , INSPECTION TOOL , GAGES , DAN
PRECISSION METER .
4) INSPEKSI HARUS DILENGKAPI DENGAN GAMBAR TEHNIK , MATERIAL
DOCUMENT , WPS , HASIL PENGUJIAN SOIL , DLL.
5) INSPEKSI HARUS BEBAS UNTUK MENGAKSES KEMANAPUN S EHUBUNGAN
DENGAN PEKERJAANNYA MEMERIKSA DAN MENGUJI TANGKI YANG TELAH
SIAP DIKONSTRUKSI .
6) KHUSUSNYA UNTUK SETTLEMENT TEST DAN STRAPPING , INSPEKSI
DIBANTU OLEH PIHAK CIVIL ENGINEER ( TOPOGRAFI ) DAN PIHAK
METEROLOGI.
7) DALAM HAL KESELAMATAN KERJA INSPEKSI DIBANTU OLEH PIHAK LK3
ATAU SAFETY OFFICER.

6
 4/13/2017

INSPEKSI DAN PENGUJIAN

( LANJUTAN -1 )
• KETIDAK BUNDARAN

• UNDER TOLERANCE

• TANK DIAMETER ( ft ) RADIUS TOLERANCE (In)

< 40 ± 1/2
40 ~ < 150 ± 3/4
150 ~ < 250 ± 1
> 250 ± 1 1/4

• OVER TOLERANCE

INSPEKSI & TEST ( LANJUTAN -2 )

• PLUMBNESS

MAKS . h / 200

7
 Hydrostatic test pada tangki timbun (API 650)

Pengetesan tangki timbun dengan hydrotest ada 2 kemungkinan ditinjau dari ketersediaan air.

1. Jika ada air yang cukup, maka;

a. Tangki diisi sesuai dengan level liquid, H
b. Tangki dengan tipe sambungan roof – shell yang kedap, diisi dengan level 50 mm
diatas sambungan tersebut.
c. Diisi tidak penuh, jika ada keterbatasan misalnya overflow, internal floating roof
atau freeboard, namun harus atas persetujuan dari pembeli (purchaser).
d. Diisi dengan air laut sehingga menghasilkan hoop stress pada bottom shell sama
ketika diisi dengan air tawar dengan ketinggian penuh.
2. Jika air yang dibutuhkan tidak tersedia, maka tangki dites dengan:
a. Mengecat semua sambungan dengan cairan yang memiliki daya penetrasi yang
tinggi, misalnya automobile spring oil, dan diamati dengan teliti jika ada sambungan
yang bocor.
b. Memberikan tekanan udara pada sambungan (vacuum)
c. Kombinasi dari kedua metode diatas a dan b.

Hydrotest dilakukan sebelum pipa tetap eksternal disambung pada tangki. Segala sambungan las
yang berada diatas level air pada saat pengetesan harus diuji kebocoran seperti pada item no.2.

Pada saat hydrotest manufaktur harus bertanggung jawab terhadap beberapa hal, yaitu:

1. Menyiapkan tangki untuk pengetesan. Hal ini meliputi pembersihan semua kotoran, debris,
grease, oil, weld scale, weld spatter, dan semua material asing dari dalam dan atap tangki.
2. Menyiapkan, meletakkan dan membongkar semua saluran air ke lokasi pengetesan dan ke
lokasi pembuangan.
3. Mengisi dan mengosongkan tangki. (See 1.3 for Purchaser responsibility to obtain any
required permits for disposal of water.)
4. Membersihkan, membilas, mengeringkan, atau aktivitas or other prescribed activity, if
specified on Data Sheet, Line 14, following the hydrotest to make the tank ready for
operation.
5. Taking settlement measurements (unless explicitly waived by the Purchaser on the Data
Sheet, Line 14).
6. Furnishing all other test materials and facilities, including blinds, bolting, and gaskets (see
4.9).
7. Checking the wind girders for proper drainage during or following the hydro-test. If water is
retained, additional drainage shall be provided subject to the Purchaser’s approval.

Sedangkan purchaser (pembeli) bertanggung jawab pada beberapa hal:

1. Furnishing and disposing of the water for hydro-testing the tank from the water source tie-in
location as designated on the Data Sheet, Line 14. If biocide or caustic additions are specified
to the Manufacturer, the Purchaser is responsible for determining or identifying disposal
restrictions on the treated water.
 2. Specifying the test water quality. Potable water is preferred for hydro-testing. This does not
preclude the use of condensate, reverse osmosis water, well water, river water, or sea
water. The Purchaser shall consider issues such as low temperature brittle fracture, freeze
damage, amount of suspended solids, sanitation issues, animal/plant incubation and/or
growth, acidity, general corrosion, pitting, protecting against cathodic cells,microbiologically-
induced corrosion, material dependent sensitivity to trace chemical attack, disposal, rinsing,
and residuals left in the tank after emptying. If the Purchaser-supplied test water causes
corrosion, the Purchaser is responsible for the required repairs.

3. For the following metallurgies, describe on the Data Sheet, Line 14, (using a Supplemental
Specification) any additional restrictions on the water quality.
a. Carbon Steel—For carbon steel equipment where water contact exceeds 14 days,
including filling and draining (e.g. consider adding an oxygen scavenger and a biocide,
and raise the pH by the addition of caustic).
b. Stainless Steel—See Annex S.
c. Aluminum Components—See Annex H.

Pengisian tangki
Maksimum laju pengisian air pada tangki timbun diatur sebagai berikut:

Jika tebal bottom course < 22 mm, maka dibagi menjadi 2 bagian

Laju pengisian :

Top course 300 mm/jam

460 mm/jam
Jika tebal bottom course ≥ 22 mm, maka dibagi menjadi 3 bagian

Laju pengisian :
Top
230 mm/jam
middle
300 mm/jam

Bottom
460 mm/jam

Tekanan pada saat hydrotest sebesar 125% dari desain pressure.

Pengukuran yang dilakukan pada saat hydrotest

a. Pengukuran shell elevation.

Pengukuran ini bisa dilakukan ketika dalam proses pengisian air, asalkan level air
tidak berubah melebihi 300 mm pada saat dilakukan pengukuran.
Pengaturan jumlah point yang diukur minimum 8 buah dengan jarak antara point
tidak lebih dari 10 m.

B
A
Gambar peletakkan point yang akan diamati pada shell
Jarak A-B maksimum 10 meter
Pengamatan dilakukan pada saat:
1. Before start of the hydrostatic test;
2. With tank filled to 1/4 test height (±600 mm [2 ft]);
3. With tank filled to 1/2 test height (±600 mm [2 ft]);
4. With tank filled to 3/4 test height (±600 mm [2 ft]);
5. At least 24 hours after the tank has been filled to the maximum test height. This 24-hour
period may be increased to duration specified on the data sheet if the Purchaser so requires
for conditions such as:
i. The tank is the first one in the area,
ii. The tank has a larger capacity than any other existing tank in the area,
iii. The tank has a higher unit bearing load than any other existing tank in the area,
iv. There is a question regarding the rate or magnitude of settlement that will take
place;
6. After tank has been emptied of test water.

b. Pengukuran settlemen (level pondasi)

Pengeseran yang terjadi pada pondasi harus dilaporkan pada purchaser (pembeli), jika
terdapat perbedaan lebih dari 13 mm per 10 m dari keliling tangki atau penurunan yang
seragam lebih dari 50 mm. pengisian air harus dihentikan menunggu keputusan dari
pembeli.

c. Pengukuran internal bottom elevation

Bertujuan untuk mengetahui adanya penurunan pada pondasi dengan melakukan
pengukuran pada bagian dasar tangki yang dilakukan sebelum dan sesudah hydrotest.
Pengaturan titik – titik yang diamati sebagai berikut:

Jarak antara titik maksimum 3 meter

Minimum terdiri dari 4 garis diameter, dengan jarak maksimum 10 meter pada keliling
lingkaran.

d. Pengetesan roof
Besar tekanan udara yang digunakan dalam pengujian ini tidak boleh melebihi berat dari
roof tersebut. Pada sambungan las diberikan larutan bubble untuk mendeteksi adanya
kebocoran.
Cara lain untuk mengetes sambungan las dilakukan dengan vacuum test.
Kualitas air
Jenis air yang digunakan dalam melakukan hydrostatic test bisa berupa:
 Potable water (PDAM)  preferred
 air condensate
 reverse osmosis water
 well water
 river water
 sea water

Toleransi dimensi
a. Plumbness
Plumbness diukur dari ujung atas tangki, H, secara vertikal ke bottom. Maksimum
plumbness yang diijinkan adalah 1/200 kali H.

b. Roundness (kebundaran)
Diukur dengan jarak 30 cm dari bottom corner lasan
 over tolerance
Under tolerance

30 cm

Deviasi lokal
Peaking  deviasi yang terjadi pada sambungan las vertikal shell, maksimum 13 mm diukur
dengan menggunakan mal berbentuk horisontal sepanjang 900 mm

Banding  deviasi yang terjadi pada sambungan las horisontal shell, maksimum 13 mm
diukur dengan menggunakan mal berbentuk lurus sepanjang 900 mm.
Flat spot pada bidang vertikal tidak boleh lebih dari standar material yang dinyatakan pada
ASTM A6, A20 atau A480
 4/13/2017

INSPECTION & TEST ( LANJUTAN – 3 )

PEAKING & BANDING

BANDING
MAKS. 1/2"
DILIHAT PADA
BIDANG HORISONTAL

PEAKING MAKS. 1/2”

DILIHAT PADA BIDANG VERTIKAL

Radiography Test
• 1. Vertical spot radiograph in accordance with API 650 one
in the first 3 m (10 ft) and one in each 30 m (100 ft)
thereafter, 25% of which shall be at intersections.
2. Horizontal spot radiograph in accordance with API 650
one in the first 3 m (10 ft) and one in each 60 m (200 ft)
thereafter.
3. Vertical spot radiograph in each vertical seam in the
lowest course. Spot radiographs that satisfy the
requirements of Note 1 for the lowest course may be used
to satisfy this requirement.

8
 4/13/2017

Radiography Test

Radiography Test
• 1. Vertical spot radiograph in accordance with API 650 one in the
first 3 m (10 ft) and one in each 30 m (100 ft) thereafter, 25% of
which shall be at intersections.
2. Horizontal spot radiograph in accordance with API 650 one in
the first 3 m (10 ft) and one in each 60 m (200 ft) thereafter.
3. Vertical spot radiograph in each vertical seam in the lowest
course. Spot radiographs that satisfy the requirements of Note 1
for the lowest course may be used to satisfy this requirement.
4. Spot radiographs of all intersections over 10 mm (3/8 in.)
5. Spot radiograph of bottom of each vertical seam in lowest shell
course over 10 mm (3/8 in.)

9
 4/13/2017

Radiography Test

Radiography Test
• 1. Vertical spot radiograph in accordance with API 650 one in the first 3 m (10 ft)
and one in each 30 m (100 ft) thereafter, 25% of which shall be at intersections.
2. Horizontal spot radiograph in accordance with API 650 one in the first 3 m (10
ft) and one in each 60 m (200 ft) thereafter.
3. Vertical spot radiograph in each vertical seam in the lowest course. Spot
radiographs that satisfy the requirements of Note 1 for the lowest course may be
used to satisfy this requirement.
4. Spot radiographs of all intersections over 10 mm (3/8 in.)
5. Spot radiograph of bottom of each vertical seam in lowest shell course over 10
mm (3/8 in.)
6. Complete radiograph of each vertical seam over 25 mm (1 in.). The complete
radiograph may include the Spot radiographs of the intersections if the film has a
minimum width of 100 mm (4 in.)

10
 4/13/2017

Radiography Test

11
 12/21/2017

R = Nominal Radius of The Tank

Plane Wood, Sheet

Tool for Measuring Piking

Tool for Measuring Piking

1
 12/21/2017

Peaking
Vertical Joint

R, (as built )

Piking Tool

Piking Tool

Gap to be measured
not exceed 13 mm

sweep

Tank Shell

Tool for measuring banding

900 mm

Straight edge
Plane wood, sheet

2
 12/21/2017

Banding Horizontal Joint

Gap to be measured

Banding Tool

Tank Shell

3
12/21/2017