Anda di halaman 1dari 74

PEMERIKSAAN dan RESERTIFIKASI TANGKI

TIMBUN
RUANG LINGKUP :
Pemeriksaan tangki penimbun dari carbon dan low
alloy steel yang dibuat sesuai dengan API 650,
sambungan las, tekanan atmospheric dan
aboveground.
REFERENSI :
API
Std 650 Welded Steel Tanks for Oil Storage
Std 620 Design and Costructed of Large, Welded,
Low Pressure Storage Tank
Std 653 Tank Inspection, Repair, Alteration and
Reconstruction
RP 575 Inspection of Atmospheric and Low-
Pressure Storage Tank
RP 652 Lining of Aboveground Petroleum
Storage Tank Bottoms
TUJUAN INSPEKSI :
o Mengurangi potensi kegagalan dan kebocoran
produksi yang ditimbun.
o Menjaga kondisi operasi yang aman.
o Melakukan repair atau menentukan kapan repair
bila diperlukan.
o Menentukan apakah telah terjadi deteriorasi dan
mencegah atau memperlambat deteriorasi lebih
lanjut.
o Untuk mendapatkan SKPP dari Migas.
METHODE INSPEKSI :
o Review Dokumen Lama
o Evaluasi Roof, Shell, Bottom, Foundation
o Visual & Measurement
o NDT
o Laporan
REVIEW DOKUMEN LAMA
 SKPP Lama.
 Manufakturing Data Report.
 Maintenance Record
 Inspection Record
 dll
PEMERIKSAAN & PENGUKURAN

ROOF
 Pemeriksaan visual meliputi kondisi roof dari
kemungkinan karat, bulging atau berlubang. Non –sparking
hammer dapat digunakan untuk pemeriksaan ini.
Roof support (girder, colomns dan base) periksa
terhadap kemulusan, koroded, dan kemungkinan
adanya kerusakan. Untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya internal korosi pada pipa column bisa dilakukan
dengan mengukur thicknessnya.

 Pengukuran thickness pada roof :


Sebelum melakukan pengukuran, siapkan sketsa atau map dari roof
plate termasuk titik referensinya. (misal 0o = North. 90o = Clock wise )
 Beri tanda pada roof plate pada sket secara alphabet
dan mulai dari titk referensi.
 Gunakan standar format thickness untuk mencatat.

TANK SHELL
Distorsi
Periksa terhadap kemungkinan terjadinya distorsi

termasuk bukling, flat spot, peaking, banding.


Pemeriksaan terhadap distorsi settlement dari pondasi.

Cacat
Pemeriksaan terhadap cacat, seperti crack atau laminasi
Pengukuran Thickness
Pengukuran thickness dilakukan untuk mendapatkan

actual thickness, diukur pada lokasi yang


diprediksi terjadi penipisan berlebih atau diambil spot
searah jarum jam.
Apabila ada area yang koroded maka harus dievaluasi

untuk menetukan jumlah titik yang diukur dan rata – rata


thicknessnya apakah masih sesuai dengan thickness
minimum yang disyaratkan (tmin).
Shell Stiffeners
Periksa dari kemungkinan terjadinya korosi
pada struktur atau attachment welding .

Shell Welds
Kondisi dari lasan dari kemungkinan adanya
cacat, korosi atau fitting.
Shell Penetrasi (Nozzle, Mainways)
Pemeriksaan kondisi visual nozzle dan
pengukuran thickness.

TANK BOTTOM
 Tank bottom harus diperiksa secara visual
menyeluruh ke semua area.
 Periksa kemungkinan terjadinya depresi pada
area sekeliling roof support.
 Ultrasonic Flow Detector (B Scan) dapat
digunakan untuk mendeteksi bagian bawah
dari bottom plate
 Maping dan pengukuran thickness untuk
menentukan perhitungan thickness bottom
plate pada pemeriksaan berikut.
o PONDASI / FOUNDATION
Secara prinsip penyebab dari kerusakan
pondasi adalah settlement, erosi dan retak.
Sambungan antara tank bottom dan concrete
pad atau base ring harus disealed untuk
mencegah adanya aliran air dibawah tank
bottom. Periksa secara visual kondisi dari seal.
Harus diperiksa juga kondisi dari ankor bolt
secara visual dan gunakan hammer untuk
memastikan kekencangan bautnya.
o LADDER / STAIRWAYS
Harus diperiksa terhadap korosi, patah serta
kelengkapannya.

o PLATFORM DAN WALKAWAY


Diperiksa dari kemungkinan korosi, bukling
dan kelengkapannya.
o GROUNDING CONNECTION
Grounding connection harus diperiksa dari
kemungkinan putus atau korosi pada titik
dimana dia mulai masuk ke dalam tanah.
Selain itu hambatannya juga harus diukur,
tidak melebihi 25 ohm.

o PIPE CONNECTION
Pipe connection diperiksa kondisi baut flange
dari kemungkinan korosi dan kekencangannya.
Serta kondisi pipa dari korosi.
o AUXILIARY EQUIPMENT
Pressure vacum vents dan breather valve
harus diperiksa dari kemungkinan tersumbat
dan terkorosi.

Pemeriksaan secara visual dilakukan sesuai


dengan Checklist Inspection pada API Std 653.
NDT
METHODE NDT :
1. Ultrasonic Thickness Measurement.
2. Ultrasonic Flaw Detector dan B-Scan.
3. Magnetic Particle Inspection.
4. Vacuum Test
NDT
1. Ultrasonic Thickness Measurement.
Dilakukan untuk mengukur ketebalan dari roof,
shell, bottom plate, piping dan columns
(struktural)

2. Ultrasonic Flaw Detector dan B-Scan.


Ultrasonic flaw detector dilakukan untuk
mengetahui kondisi bagian dalam dari las atau
material yang kita curigai ada cacat internal.
Dilakukan terhadap shell joint , bottom joint
dan sekitar dari area deformasi.
B-Scan adalah scanner dengan hasil profile
melintang untuk mengetahui kondisi
permukaan yang lain yang tidak bisa
dilakukan pemeriksaan secara visual. Misal
kondisi dari bottom plate bagian bawah.
3. Magnetic Particle Inspection.
Dilakukan untuk memeriksa cacat cacat
dipermukaan, sangat efektif untuk mengetahui
adanya crack. Dilakukan pada lasan bottom
joint, penetrasi join (sekitar nozzle pad) dan
pada area yang terdeformasi.
4. Vacuum Test
Dilakukan untuk mendeteksi kebocoran yang
sangat kecil menggunakan testing box dengan
jendela kaca pada bagian atas untuk
mengamati adanya gelembung pada material
yang diperiksa. Bagian bawah terbuka dan
diberi seal /gasket untuk menempel ke
permukaan tangki. Dilakukan pada tekanan 3 –
5 Psi. Dilakukan terhadap bottom joint.
EVALUASI TANGKI
1. Evaluasi Roof
2. Evaluasi Shell
3. Evaluasi Bottom Plate
4. Evaluasi Settlement.
1. EVALUASI ROOF :
Koroded yang menyebabkan thickness rata – rata dari roof
plate kurang dar 0.09 in ( 2.3 mm ) dalam tiap luasan 100
in2 ( 645 cm2 ) atau berlubang sampai tembus, harus
direpair.

2. EVALUASI SHELL :
o Menentukan aktual thickness.
Untuk menentukan thickness pada tiap – tiap
shell bila terdapat area yang terkoroded,
pengukuran harus dirata – rata mengikuti prosedur
berikut :
Pada tiap – tiap area harus ditentukan thickness
minimum, t2 pada sembarang titik pada area
yang koroded .

Hitung panjang kritikal, L :

L = 3.7√(D*t2), tapi tidak melebihi 40 in.

L = maksimum panjang vertikal, dalam inchi.


D = diameter tangki, dalam feet
t2 = thickness terkecil, dalam inch ( tidak termasuk
pits )
Profil pengukuran harus diambil memanjang
ke arah vertikal untuk mendapatkan jarak
sepanjang L, tentukan thickness rata – rata
paling kecil, t1. Pengukuran thickness
sepanjang garis L minimal lima titik dengan
jarak yang sama.
Nilai t1 harus sama atau lebih besar dari tmin
dari hasil perhitungan.
Nilai t2 harus lebih besar atau sama dengan
60% dari tmin
Skets Inspeksi pada Area Terkorosi
o Scatter Pits
Scatter pits boleh diabaikan bila :
 Pit dengan kedalam tertentu yang tidak menyebabkan
remaining shell thickness kurang dari ½ dari tmin.
 Penjumlahan dari dimensi panjang vertikalnya tidak

melebihi 2 in ( 50.8 mm ) dalam panjang 8 in (203 mm )


Sket Pengukuran Pit
3. EVALUASI BOTTOM PLATE :
Penentuan minimum thickness dari bottom
plate didasarkan pada hasil pengukuran dapat
dilakukan dengan metode sebagai berikut :

MRT1 = To – Gca-StPa-Upm-Or(Stpr+Upr+GCr)
MRT2 = To – Gca-StPm-Upa-Or(Stpr+Upr+GCr)

Dimana :
MRT = minimum remaining thickness pada
akhir dari interval Or.
Dimana :

MRT1 = minimum remaining thickness pada akhir dari


interval Or.
MRT2 = periode operasi.
MRT1 : Menunjukkan minimum remaining
thickness mengacu pada rata – rata
internal pitting dan maximum external
pitting.
MRT2 : Menunjukkan minimum remaining
thickness mengacu pada maximum
internal pitting dan rata – rata external
pitting.
Or = in service interval operasi
(tahun menuju pemeriksaan internal
berikut,10 tahun)
To = Original plate thickness., inch
Gca = Rata – rata kedalaman general
korosi , inch
StPa = Rata – rata kedalaman dari internal
pitting diukur dari original thickness ,
inch
StPm = Maksimum kedalaman dari internal pitting tersisa
pada bottom plate setelah
repair, diukur dari original thickness.
Upm = maksimum kedalaman dari underside pitting, inch.
Upa = Rata – rata kedalaman dari underside pitting, inch.
StPr = Maximum internal pitting rate (inch/year),
StPr = 0 bila intenal dilining.
Upr = Maksimum underside pitting rate (inch/year),
Upr = 0 bila cathodic protection efecive
GCr = Maksimum rate dari general korosi (inch/year)
Bottom Plate Minimum Thickness
Min. Bottom Tank Bottom/
Plate Thk at Next Foundation Design
Insp. (inch)

0.01 Tank bottom/foundation design tidak


menggunakan sesuatu untuk mendeteksi
kebocoran (leak)

0.05 Tank bottom/foundation design


menggunakan sesuatu untuk mendeteksi
kebocoran (leak)

0.05 Tank bottom dilining > 0.05 in.


Annular Plate
 Minimum Thickness untuk Annular Plate.
Untuk tangki in service dengan product specific
gravity kurang dari 1.0, thickness harus tidak
boleh kurang dari table berikut :
 
 
4. EVALUASI BOTTOM TANK SETTLEMENT

Dalam penentuan akibat - akibat dari


setlement tanah pada tangki, cara yang umum
adalah dengan memonitor settlement dari
bottom. Selama operasi, pengukuran
settlement harus dilakukan terencana secara
periodik.
PENGUKURAN SETTLEMENT
Settlement dapat dicatat dengan
melakukan pengukuran elevasi melingkar
tangki dan melintang searah diameter tangki.
Sketsa berikut adalah rekomendasi API dalam
menentukan lokasi pengukuran settlement
pada tank shell dan bottom plate.
Minimum Jumlah titik pengukuran setlement
adalah :

N = D/10

N = Minimum jumlah titk pengukuran


settlement (minimal 8 titik). Jarak
maksimum atar titik adalah 32 ft.
D = Tank diameter, ft
Sketsa Pengukuran Settlement Shell (External)
Sketsa Pengukuran Settlement Bottom
(Internal)
EVALUASI SHELL SETTLEMENT
 Uniform Settlement.
Tidak mempengaruhi stress pada struktur tangki,
yang perlu diperhatikan adalah system perpipaan
yang tersambung dengan tangki. Disebabkan oleh
pengaruh dari daya dukung tanah.

 Rigid Body Tilting (plannar tilt).


Pergerakan tangki pada bidang miring horisontal.
Disebabkan karena penambahan liquid level
sehingga terjadi penembahan hoop stress pada
shell.
Maksimum defleksi yang diijinkan adalah
S = (L2 x Y x 11)/ 2(E x H)
S = defleksi, feet
L = Panjang antar titik pengukuran, inch
Y = yield strength, lbf/in2
E = young modulus, lbf/in2
H = tinggi tangki, feet
Representasi Tank Shell Settlement
 Defferential Settlement (nonplannar tilt).
Karena fleksibelitas dari tangki sehingga shell akan
settle nonplannar konfigurasi, sehingga akan
menambah tegangan pada shell. Defferential
settlement pada pinggiran bottom akan mengurangi
ovality pada top tank dan apabila roof yang
digunakan adalah type floating maka akan
berpengaruh pada fungsi floating.
Maksimal settlement yang diijinkan sama dengan
pada plannar tilt.
 Edge Settlement
Terjadi bila shell settle secara tajam
pada pinggir sekeliling tangki,
sehingga mengakibatkan diformasi
pada bottom plate dekat dengan
sambungan shell ke bottom.
Edge Settlement
Maksimum yang Diijinkan Edge Settlement untuk
Area Bottom Lap weld Paralel ke Shell
o LOCALIZED BOTTOM SETTLEMENT
Localized bottom settlement jauh dari shell atau
bulging terjadi karena lokalized stress pada bottom
plate karena ada void dibawah bottom plate. Bulging
yang diijinkan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
B = 0.37R
Dimana :
B = Tinggi atau dalam maksimum dari
bulging, inch
R = Radius area bulging, feet
Localized Bottom
Depressions atau
Bulging
KALKULASI MINIMUM THICKNESS

DATA . ( Dalam SI Units)


Specific gravity of liquid, G
Corrosion allowance, CA ( mm )
Tank diameter, D ( m )
Total height of tank, H ( m )
Number of course,
Allowable Stress for design, Sd ( Mpa )
Height of bottom course, h1 ( m )
Nominal tank radius, r ( mm )
KALKULASI MINIMUM THICKNESS

KALKULASI ( SI Units )
1. Course 1 ( t1 )
Untuk Design Condition

t pd = {(4.9 D ( H – 0.3 ) G) / Sd } + CA

t 1d = { 1.06 – (0.0696 D/H) (HG/Sd)1/2 } {(4.9 HDG)/Sd } + CA


2. Course 2 ( t2 )

h 1 / (r t 1 )0.5
Jika, h 1 / (r t 1 )0.5 < 1.375, t2 = t1

Jika, h 1 / (r t 1 )0.5 >2.625, t2 = t2a

Jika nilai dari ratio lebih besar dari 1.375 tapi kurang
dari 2.65 maka rumus yang digunakan adalah :
t2 = t2a + ( t1 - t2a ) { 2.1 – ( h / 1.25 ( r t )0.5 }
Dimana,
t2 = minumum design thickness shell course kedua
( mm ) termasuk corrosion allowance.
t2a = thickness shell course kedua ( mm ) seperti
perhitungan untuk shell course bagian atas.

3. Upper Course ( tdx )

tdx = {{4.9D { H – (x/1000)} G }/Sd + CA


Dimana,
x = min dari x1, x2, x3
x1 = 0.61 (r tu )0.5 + 320 CH
x2 = 1000 CH
x3 = 1.22 (r tu )0.5

C = {K0.5 (K-1)} / (1+K1.5)


K = tL / tu
tu = thickness dari course bagian atas
tu = {4.9 D ( H – 0.3 )} / Sd
tL = thickness dari course bagian bawah
tL = {4.9 D ( H – 0.3 )} / Sd
REPAIR DAN ALTERASI
o MATERIAL

 Material yang digunakan untuk repair, alterasi


harus sesuai / conform terhadap tank
standard.
 Material yang tidak teridentifikasi harus dites dan
diidentifikasi dengan melakukan chemical analisis
dan mechanical test seperti ang disyaratkan oleh
ASTM A6 dan 370 termasuk Charp V-Notch.
o SHELL PLATE

 Thickness minimum plate pengganti tidak


boleh kurang dari nominal thickness yang
palingbesar pada coarse yang yang akan
dilakukan repair.
 Dimensi minimum untuk penggantian shell
plate adalah 12 inch atau 12 kali thickness
plate pengganti, pilih yang terbesar.
 Untuk penggantian satu atau lebih
keseluruhan dari shell plate , minimum jarak
yang disyaratkan seperti gambar 7.1 API 653 .
 Weld Joint Design
Penggantian shell plate harus dilas butt joint
dengan complete penetrasi dan complete fusi,
kecuali diijinkan untuk repair lap pacth.
 Untuk existing shell plate dengan tebal lebih
dari ½ inch, pinggir terluar dari butt weld
minimal 8 kali tebal las atau10 inch, (pilih
yang terbesar) dari pinggir terluar las lama.
 Untuk existing shell plate dengan tebal lebih
dari ½ inch, pinggir terluar dari butt weld
minimal 8 kali tebal las atau10 inch, (pilih
yang terbesar) dari pinggir dari lasan fillet
bottom shell dan bottom plate.

REPAIR SHELL DENGAN LAP-WELDED


PATCH PLATE
 Material yang digunakan harus comply dengan
standard pembuatan yang digunakan dan API
Std 653.
 Lapped repair tidak boleh digunakan pada shell
dengan thickness (original konstruksi)
melebihi ½ inch.
 Tebal material repair harus kurang dari ½ inch
dan tidak kurang dari 3/16 inch.
 Maksimum dimensi vertical dan horisontal
repair plate adalah 48 inch dan 72 inch.
Minimum repair plate dimensi 4 inch.
REPAIR CACAT PADA SHELL
 Untuk repair area yang terkorosi, gerinda
sampai permukaannya halus. Bila
penggerindaan menyebabkan berkurangnya
thickness minimum, shell plate boleh dioverlay.
 Crack, lack of fusion, slag dan porosity harus
dihilangkan dengan gouging atau gerinda
kemudian dilas lagi.
REPAIR TANK BOTTOM
 Dimensi minimum untuk repair plate yang
mengoverlap bottom seam/existing patch
adalah 12 inch.
 Dimensi repair plate boleh kurang dari 12 inch
bila mempunyai diameter sama atau lebih dari
6 inch dan tidak mengverlap bottom
seam/existing patch.
 Minimum thickness sama dengan existing
bottom plate.
 Void pada podasi dibawah bottom harus diisi
dengan pasir, gamping halus atau beton.
HYDROSTATIC TESTING
1.Hydrostatic test disyaratkan bila :

A. Full hydrostatic test hold 24 jam, diwajibkan bila :


 Setelah rekonstruksi.
 Setelah mengalami major repair dan major
alterasi.
 Bila ada pergantian store product ke specific
gravity yang lebih tinggi.
B. Lingkup dari major repair dan major alterasi
adalah :

a. Penambahan penetrasi dengan diameter lebih


besar dari 12 inch dibawah design liquid level
atau pada bottom plate dalam jarak 12 inch
dari shell.
b. Penggantian shell plate dibawah design liquid
level atau annular plate ring lebih dari 12 inch.
c. Penggantian lasan vertical atau radial weld
joint pada annular plate sepenuhnya atau
sebagian (setengah dari weld thickness)
d. Jacking dari tank shell.

2. Hydrostatic test tidak disyaratkan bila :

A. Umum

Repair yang dilakukan direview dan disetujui


oleh engineer storage tank design mengacu
pada API Std 650.
 Keputusan tertulis dari owner/operator tank .
B. Repair Shell
 Pengelasan menggunakan prosedur las
yang sudah terqualifikasi termasuk impact
test.
 Material baru untuk repair yang digunakan
harus sesuai dengan API Std 60
 Existing material tanki yang direpair harus
memenuhi salah satu dari persyaratan
berikut :
o Persyaratan API Std 650.
o Berada pada posisi “safe for operation” pada
grafik berikut :
o Tegangan /stress pada lokasi repair tidak
melebihi 7000 lbf/in2. Batasan tegangan
harus dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
S = (2.6 H D G) / t
dimana : S = shell stess, lbf/in2.
H = tinggi pengisian tanki diatas
bagian yang direpair, ft.
t = shell thickness, in.
D = tank diameter, ft.
G = specific gravity.
o Vertical & horisontal shell butt-weld baru
harus complete penetrasi dan fusi.
o Dilakukan radiography setelah repair.

C. Repair Bottom Pada Critical Zone


Repair terhadap annular ring or bottom plate
pada critical zone harus comply dengan berikut :

 Pengelasan menggunakan prosedur las


yang sudah terqualifikasi termasuk impact
test.
 Dilakukan pemeriksaan visual dan NDT
( MPI, PT dan UT )
D. Repair Shell To Bottom Weld Repair
Repair dari lasan shell ke annular ring atau
shell ke bottom plate harus sesuai dengan :
 Ukuran minimum dari fillet weld sesuai
dengan table berikut :
 Lasan pada satu sisi dari shell
diperbolehkan untuk dihilangkan atau
diganti untuk panjang tidak lebih dari
12 inch.

 Dilakukan pemeriksaan visual dan NDT.


E. Minor Shell Jacking
 Material shell dan criticak zone harus
sesuai dengan API Std 650.
 Dilakukan inspeksi sebelum dan
sesudah repair.
REPORTING
Laporan pemeriksaan meliputi :
1. Visual Inspection Report.
2. Thickness Measurement Report.
3. Settlement Measurement Report.
4. NDT Report.
5. Drawing.
6. Calculation Report.
7. Sertificate of Inspection.

Anda mungkin juga menyukai