Anda di halaman 1dari 13

Analisis Bottlenecking dalam Jaringan Perpipaan Lapangan

Minyak Di PT. Chevron Pasific Indonesia

Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Tugas mata kuliah Metode


Penulisan Ilmiah
Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas
Politeknik Akamigas Palembang 2016/2017

Disusun Oleh :
Andre Anugerah Erinda
NPM : 1603056

Dosen Pembimbing :
Armi Antasari S.Pd.,M.Pd

Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas


Politeknik Akamigas Palembang 2016/2017
ABSTRAK

Lapangan X memiliki lima sumur produksi minyak jenis berat dari sebuah
reservoir yang sama. Minyak yang diproduksikan dari tiap sumur dialirkan
menuju sebuah gathering station (GS) melalui pipa-pipa produksi. Permasalahan
yang umum terjadi pada salah satu fasilitas produksi ini adalah turunnya laju
produksi di sumur maupun di gathering station akibat adanya hambatan aliran
pada bagian-bagian pipa. Hambatan aliran ini terjadi akibat desain jaringan pipa
yang kurang baik. Saat ini belum ada parameter yang dapat menjelaskan besarnya
hambatan aliran yang terjadi pada suatu jaringan pipa. Tulisan ini bertujuan untuk
menganalisis hambatan aliran yang terjadi, mencakup pengaruh flow index
terhadap hambatan aliran, optimalisasi desain jaringan pipa, dan menentukan
parameter hambatan aliran. Metode simulasi dilakukan pada model lapangan X.
Simulasi diawali dengan melihat pengaruh ukuran diameter dan panjang pipa
produksi mulai dari kepala sumur sampai ke GS untuk mendapatkan desain
jaringan pipa yang optimal. Selain itu, juga dilakukan analisis pengaruh
penurunan tekanan terhadap hambatan aliran, dan menentukan parameter besarnya
hambatan aliran (bottleneck index). Hasil simulasi menunjukkan bahwa flow
index mempengaruhi desain jaringan pipa yang optimal. Harga flow index pipa
yang semakin membesar ke arah GS akan memberikan kemudahan bagi fluida
untuk mengalir sehingga meningkatkan harga bottleneck index. Bottleneck index
(BNI) merupakan parameter yang dapat mengidentifikasi besarnya bottlenecking
pada jaringan pipa. Pada studi ini, BNI yang terbaik sebesar 0.968. Pada lapangan
X, semakin lama jaringan pipa berproduksi, harga bottleneck index akan semakin
kecil. Hal ini terlihat dalam grafik penurunan tekanan terhadap BNI.

Kata kunci : hambatan aliran, diameter pipa, panjang pipa, laju alir, flow index,
bottleneck index
ABSTRACT

Field X has five production wells which produce heavy oil from the same
reservoir. The produced oil from each wells are flowed to the gathering station
(GS) by production pipes. A common problem in this surface facilities is the
decreasing of flow rate in the wells and gathering station, it is caused by the
obstacles in transmission pipe called bottlenecking. Bottlenecking appears
because of the worse production pipe design. Nowadays, there is no parameter
index that explain the measurement of bottlenecking in a piping network. The
objective of this paper is to analyze bottlenecking problem, among influence of
flow index to bottlenecking problem, to optimize the piping network design, and
to determine the bottlenecking parameter. The simulation method is used at field
X model. The simulation begins by observe the effects of diameter size and pipe
length from the wellhead to GS, it is use to have the optimal pipe design. Beside
that, to analyze the relationship between decreasing of pressure and bottlenecking,
and to determine the bottleneck index is also done. The result from simulation
showed that the optimal piping network design is influence by flow index. The
biggest value of flow index nearest to GS makes the fluids flow easier and
increasing bottleneck index value. Bottleneck index is a value that explain the
measurement of bottlenecking in a piping network. In this study, the best BNI
value is 0.968. In Field X, bottleneck index will decrease by the increasing of
production time. It is showed in decreasing of pressure versus BNI plot.

Keywords : bottlenecking, pipe diameter, pipe length, flow rate, flow index,
bottleneck index
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Palembang, 16 Juni 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Cover............. i

Abstrak .................. ii

Abstract ............................. iii

Daftar Isi ............... iv

Kata Pengantar .................. 1

BAB I Pendahuluan .............................. 2

BAB II Deskripsi Masalah.................................... 2

BAB III Tinjauan Pustaka......................... 3

BAB IV Deskripsi Sistem..................................... 6

BAB V Kesimpulan dan Saran............................ 7

BAB VI Penutup.................. 8

Daftar Pustaka...................... 9
BAB I
PENDAHULUAN

Saat ini, minyak bumi masih menjadi sumber utama energi dunia. Oleh
sebab itu, produksi minyak bumi harus dioptimalkan sebaik mungkin untuk
memenuhi kebutuhan energi tersebut. Salah satu cara untuk mengoptimalkan
produksi minyak bumi adalah dengan melakukan optimasi pada fasilitas
permukaan seperti pada jaringan pipa. Masalah yang umum terjadi pada jaringan
perpipaan adalah terjadinya hambatan aliran (bottlenecking) di sepanjang pipa.
Untuk menganalisis masalah aliran dalam pipa secara tepat diperlukan suatu
model yang tepat. Model ini nantinya dibangun dengan bantuan software
PIPESIMTM dl dP . Software tersebut juga digunakan dalam simulasi kinerja
sistem jaringan perpipaan dengan lebih cepat dan konsisten. Hasil simulasi
tergantung pada penentuan parameter masukan model dan penggunaan data yang
representatif. Parameter tersebut meliputi data fluida reservoir, sumur, dan pipa
seperti tekanan, temperatur, productivity index (PI), gas oil ratio (GOR), spesific
gravity, panjang pipa, inner diameter (ID) pipa, ketebalan, elevasi, dan kekasaran
pipa

BAB II
DESKRIPSI MASALAH

Tulisan ini membahas masalah bottlenecking yang terjadi pada jaringan


pipa produksi minyak. Akibat adanya bottlenecking, produksi minyak di gathering
station akan menurun. Oleh sebab itu, perlu dibuat desain jaringan pipa yang
optimal dengan melihat aspek keekonomian. Desain jaringan pipa dibuat dengan
melakukan sensitivitas pada diameter dan panjang pipa. Parameter berapa
besarnya nilai hambatan aliran (bottleneck index) juga menjadi salah satu aspek
yang dibahas. Saat ini belum ada parameter yang dapat menjelaskan berapa
besarnya nilai bottlenecking yang terjadi dalam suatu jaringan perpipaan.
Pengaruh waktu terhadap besarnya nilai bottleneck index tersebut juga akan
menjadi bagian penting dalam tulisan ini.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Flow Index
Flow index adalah sebuah parameter yang menunjukkan kemampuan suatu
pipa untuk mengalirkan fluida. Semakin besar harga flow index suatu pipa, maka
fluida dalam pipa tersebut akan semakin mudah untuk mengalir. Persamaan
gradien tekanan total aliran fluida dalam pipa secara umum dapat dituliskan
sebagai berikut:
Pada paper ini, diameter pipa menggunakan satuan inch dan panjang
menggunakan satuan ft, sehingga satuan FI adalah in5 /ft
3.2 Laju Alir Maksimum
Total Setiap sumur yang berproduksi memiliki laju alir masing-masing.
Pada paper ini, laju alir maksimum (qmax) diperoleh melalui kurva Inflow
Performance Relationship (IPR) sumur dimana input berupa harga productivity
index (PI, stb/d/psi) dan output berupa tekanan atmosfer (Patm) sebesar 14.7 psia.
Tekanan atmosfer dipilih dengan anggapan fluida yang keluar dari sumur
langsung menuju gathering station.

3.3 Bottleneck Index


Bottleneck index (BNI) adalah suatu parameter harga yang menunjukkan
besarnya hambatan aliran yang terjadi pada jaringan pipa. Fluida produksi dari
masing-masing sumur mengalir menuju GS melalui jaringan pipa produksi,
sehingga laju alir total semua sumur akan tercatat di GS tersebut. Bottleneck
index adalah perbandingan laju alir maksimum total yang tercatat di GS (qGS)
dengan laju alir maksimum total (qmax)T max T GS (q ) q = . Secara matematis
dapat ditulis:

BNI berharga maksimum pada nilai 1. Jika hal ini terjadi, maka laju alir
maksimum total yang tercatat di GS sama dengan laju alir maksimum total.
Semakin besar harga BNI, maka bottlenecking yang terjadi semakin kecil. Begitu
juga sebaliknya, semakin kecil harga BNI, maka bottlenecking yang terjadi
semakin besar.

3.4 Penghitungan Keekonomian


Aspek keekonomian dalam membuat desain jaringan pipa ini, yaitu: 1.
Menghitung cost yang dibutuhkan untuk pembelian material, coating, dan
instalasi pipa. 2. Menghitung revenue yang didapatkan dari produksi minyak di
GS yang dikalikan dengan harga minyak bumi saat ini. Perbandingan kedua aspek
di atas disebut dengan ratio. Ratio adalah perbandingan revenue terhadap cost.
Secara matematis ditulis:

BAB IV
DESKRIPSI SISTEM
4.1 Pemodelan Sistem
Jaringan Pipa Model sistem jaringan pipa dibuat menggunakan software
PIPESIMTM. Jaringan pipa ini terdapat pada suatu lapangan X yang mempunyai
lima sumur produksi minyak, yakni sumur 1, 2, 3, 4, dan 5. Fluida produksi dari
masing-masing sumur akan dialirkan melalui setiap flowline (segmen pipa b, d, f,
h, dan i) menuju pipa utama (mainline segmen pipa a, c, e, dan g) sepanjang 5 km
dan kemudian dialirkan menuju GS yang bertekanan 40 psia. Skema jaringan pipa
ini terdapat pada gambar 2.

4.2 Data Properti Sumur


Input data sumur yang dibutuhkan adalah tekanan, temperatur, PI,
kedalaman, dan ukuran tubing. Pada studi ini semua harga properti sumur bernilai
sama. Tabel 1 menunjukkan harga-harga properti sumur.
4.3 Data Properti Fluida
Produksi Model fluida yang digunakan dalam studi ini adalah black oil. Adapun
input data yang dimasukkan adalah water cut (WC), GOR, spesific gravity (SG),
dan API. Tabel 2 menunjukkan harga-harga properti fluida produksi

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Harga flow index (FI) segmen pipa yang semakin membesar ke arah Gathering
Station (GS) akan meningkatkan laju alir fluida produksi total dan mengurangi
masalah bottlenecking.
2. Adanya bottlenecking yang terdapat dalam suatu sistem jaringan pipa
diidentifikasi melalui harga bottleneck index (BNI).
3. Harga BNI yang semakin besar mengindikasikan minimnya masalah
bottlenecking pada jaringan pipa.
4. Laju produksi minyak di GS suatu jaringan pipa berbanding lurus dengan BNI
sistem jaringan pipa tersebut.
5. Skenario 10 yang memiliki harga BNI tertinggi dapat meningkatkan laju
produksi minyak menjadi 23272 stb/d dari 15673 stb/d pada desain awal.
6. Pada sebuah reservoir yang sama, semakin lama lapangan berproduksi maka
harga BNI jaringan pipa akan semakin kecil.
7. FIaverage

6.2 Saran
1. Pengubahan diameter pipa lebih baik diutamakan pada pipa utama karena
berdampak pada sistem jaringan secara keseluruhan.
2. Penempatan GS sebaiknya diletakkan sedekat mungkin dengan jaringan pipa
produksi.
3. Desain sistem jaringan pipa sebaiknya memperhatikan besar flow index setiap
segmen pipa.
4. Diperlukan model yang lebih kompleks dalam menganalisis masalah
bottlenecking secara detail
BAB VI
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi


pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan


kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mucharam, L. 2006. Slide Kuliah Pengolahan Lapangan dan Transportasi


TM ITB. Bandung

Beggs, D.H. 1991. Production Optimization Using Nodal Analysis,


OGCI Publications, Tulsa

Paramita, D. 2005. Metodologi Untuk Mengidentifikasi dan Menyelesaikan


Masalah Hambatan Aliran dalam Jaringan Perpipaan Produksi Minyak. Tesis
TM ITB. Bandung

Noviansyah, M. 2008. Identifikasi dan Solusi Masalah Bottlenecking


dalam Jaringan Perpipaan Produksi Gas. Tugas Akhir TM ITB. Bandung

Anda mungkin juga menyukai