Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Lapangan Tambun terletak sebelah utara kota Bekasi propinsi Jawa Barat.
Lokasi dapat dicapai dengan kondisi jalan yang cukup baik. Secara geografis
lapangan Tambun berada pada 0640 Lintang Selatan dan 17513 Bujur Timur
(Gambar 1.1). Lapangan ini merupakan antiklinal yang memanjang dari arah utara
ke selatan, di bagian timur dipotong oleh patahan turun berarah timur Laut-Barat
daya dengan blok bagian timur yang turun. Sumur TBN-E1 / 33 merupakan
sumur infill yang bertujuan untuk menambah titik serap hidrokarbon di bagian
utara struktur Tambun. Usulan pemboran lokasi TBN-E1 / 33 terletak pada
Lapangan Tambun dengan lokasi di cluster TBN-E. Operasi pemboran dilakukan
mulai dari trayek lubang 26, kemudian 17 , 12 , dan 8 . Tajak sumur
dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2008 pukul 22.00 WIB dengan pahat 26 dan
penyemenan casing 20 pada selang kedalaman 0 80 m. Kemudian lanjut
dengan bor lubang 12 1/4" dan penyemenan casing 13 3/8 pada selang 0 790 m,
dimana Kick Of Point (KOP) di kedalaman 330 mku. Casing 9 5/8" (trayek lubang
12 ) pada sumur ini direncanakan dipasang mulai dari permukaan sampai
kedalaman 1882 mku yang selanjutnya dilakukan penyemenan mulai dari
permukaan sampai kedalaman 1882 mku.

Gambar 1.1
Peta Lokasi Tambun

Definisi secara umum penyemenan adalah suatu proses pendorongan


bubur semen ke dalam casing, yang kemudian keluar melalui casing shoe naik ke
annulus di luar casing dan didiamkan agar mengeras serta melekatkan casing
dengan formasi atau casing trayek sebelumnya dan bertujuan untuk menutup zona
zona yang mengganggu selama berlangsungnya operasi, seperti sloughing shale,
tekanan formasi abnormal atau mengisolasi daerah lost circulation.
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing
pada dinding lubang sumur, melindungi casing dari masalah masalah mekanis
sewaktu operasi pemboran (seperti pengeboran), melindungi casing dari fluida
formasi yang bersifat korosi, melindungi casing terhadap tekanan formasi,
melindungi formasi dari kontaminasi (pada conductor & surface casing),
mengisolasi zona abnormal (tekanan rendah dan tinggi), memisahkan / mengisolir
lapisan yang akan diproduksikan terhadap lapisan lapisan yang lain, mencegah
mengalirnya fluida (minyak, gas, air) dari satu lapisan formasi ke lapisan formasi
lain dan untuk memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain di belakang
casing.
Semen yang biasa digunakan dalam industri perminyakan adalah semen
Portland yang dikembangkan oleh JOSEPH ASPDIN tahun 1824. Penamaan
Portland karena pada awalnya bahan bahan untuk semen ini terdapat di pulau
Portland Inggris. Semen Portland ini termasuk semen hidrolis yang dalam arti
akan mengeras bila bercampur dengan air, yang terbuat dari material calcareous
(terdiri dari limestone, kapur, marl / tanah kapur dan alkali) dan material
argillaceous (terdiri dari clay, shale dan slate).
1.2 Ruang Lingkup
Pembahasan dalam KKW ini hanya dalam ruang lingkup penyemenan casing
9 5/8 yang termasuk dalam tipe penyemenan primary cementing.

1.3 Maksud dan Tujuan


Penulisan kertas kerja wajib ini bertujuan agar dapat memahami proses
persiapan dan pelaksanaan operasi penyemenan casing 9 5/8.
1.4 Metode Pendekatan
Metode yang digunakan untuk penulisan kertas kerja wajib ini adalah dengan
cara pengamatan langsung selama operasi pemboran di lapangan.
1.5 Sistematika
Sistematika dari penulisan kertas kerja wajib ini adalah sebagai berikut:
-

Bab I berisikan tentang latar belakang, ruang lingkup pekerjaan, maksud dan
tujuand dari penulisan kertas kerja wajib ini.

Bab II lebih cenderung berisikan tentang identifikasi permasalahan dengan


referensi teori dasar, persiapan dan proses penyemenan 9 5/8.

Bab III membahas tentang persiapan proses penyemenan casing 9 5/8 dan
paska penyemenan casing 9 5/8.

Bab IV penulis akan menarik kesimpulan dan memberikan saran atas


permasalahan yang terjadi.

BAB II
TEORI DASAR
Penyemenan casing 9 5/8 ini dikategorikan sebagai primary cementing
karena operasi penyemenan yang dilakukan pertama kali setelah casing
diturunkan ke dalam sumur. Sebelum membahas tentang proses penyemenan
casing 9

/8 maka terlebih dahulu harus melihat proses persiapan dan

penyemenan itu sendiri serta teori teori dasar yang berkaitan.


2.1

Teori Dasar
Pemasangan casing pada pemboran sumur migas merupakan suatu faktor

yang paling utama dan penting yang dimana casing tersebut harus disemen
sebagai media untuk memproduksi fluida dari lapisan produktif ke permukaan.
Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua, yaitu Primary
Cementing (penyemenan utama) dan Secondary Cementing atau Remedial
Cementing (penyemenan kedua atau penyemenan perbaikan). Primary Cementing,
penyemenan yang pertama kali dilakukan setelah casing di turunkan ke dalam
sumur, sedangkan

Secondary

Cementing

(Remedial

Cementing)

adalah

penyemenan ulang untuk menyempurnakan primary cementing atau memperbaiki


penyemenan yang rusak. Secondary cementing dapat dibagi lagi menjadi tiga
bagian yaitu:
-

Squeeze Cementing (biasa dilakukan pada saat komplesi sumur atau


workover), yang bertujuan untuk :
o Mengurangi water-oil-ratio, water-gas-ratio atau gas-oil-ratio
o Menutup zona yang sudah tidak produktif
o Menutup zona lost circulation
o Memperbaiki kebocoran pada casing
o Memperbaiki primary cementing yang kurang baik
Operasi Squeeze Cementing dapat dilakukan selama operasi pemboran
berlangsung, komplesi maupun pada saat workover

Re-cementing, penyemenan ini dilakukan untuk menyempurnakan primary


cementing yang gagal dan untuk memperluas perlindungan casing di atas
puncak semen

Plug back Cementing dilakukan untuk:


o Menutup / meninggalkan sumur (well abandonment)
o Menutup zona air di bawah zona minyak agar water-oil ratio
berkurang pada open hole completion
o Sebagai landasan Whipstock untuk side track dengan metode
pemboran

berarah

yang

dikarenakan

adanya

perbedaan

compressive strength antara semen dan formasi maka akan


mengakibatkan bit berubah arahnya
Primary cementing dapat dilakukan dengan 4 metode penyemenan, yaitu:
-

Perkins system

Poor boy system

Stage system

Liner system
Adapun Metode yang akan digunakan untuk penyemenan casing 9 5/8 ini

adalah metode perkins system. Prinsip dari penyemenan dengan metode perkins
system adalah menggunakan dua buah sumbat / plug (Bottom Plug dan Top Plug)
untuk memperkecil kontaminasi bubur semen dengan spacer dan mud
displacement. Penggunaan metode penyemenan ini akan menggunakan alat alat
sebagai berikut:
-

Peralatan Di Permukaan
o Cutting Bottle
o Rock Catcher
o Silo
o Water Tank
o Batch Mixer
o Displacement Tank
o Surge Can

o Slurry Tube (nama produk peralatan dari Dowell untuk mencampur


semen dengan air dan additive)
o Cementing Head
o Cementing Skid Unit (Dua buah pompa Triplex)
o Cementing Line
o Casing Hanger
o Casing Head Spool
-

Peralatan Di Dalam Permukaan


o Casing shoe 9 5/8
o Float collar 9 5/8
o Centraliser 9 5/8
o Stop Ring 9 5/8
o Top Plug 9 5/8
o Bottom Plug 9 5/8

2.2

Klasifikasi semen pemboran


Semen yang digunakan untuk penyemenan sumur migas (semen Portland)

terbagi menjadi berbagai kelas menurut standar API (American Petroleum


Institute), yaitu:
-

Kelas A, semen ini dapat digunakan sampai kedalaman 6000 feet (1830
feet) dan tidak memerlukan properties khusus. Mirip dengan type I semen
ASTM.

Kelas B, digunakan sampai kedalaman 6000 feet, dengan resistansi


sulphate sedang sampai tinggi. Mirip dengan type II semen ASTM dan
kandungan C 3 A yang lebih rendah dibanding dengan semen kelas A.

Kelas C, juga digunakan sampai kedalaman 6000 feet dan dalam kondisi
penyemenan yang memerlukan early strength. Tersedia dalam tiga tahap
sulphate resistance dan ekuivalen dengan semen type III ASTM. Untuk
mencapai early strength yang tinggi, dibutuhkan kandungan C3S dan
surface area yang relatif tinggi.

Kelas D, digunakan pada kedalaman dari 6000 feet sampai 10000 feet
(3050 m) dalam kondisi temperatur dan tekanan yang cukup tinggi.

Kelas E, digunakan pada kedalaman 10000 feet sampai 14000 feet (4270
m) dan pada kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi.

Kelas F, digunakan pada kedalaman 10000 feet sampai 16000 feet (4880
m) dan pada kondisi temperatur dan tekanan yang sangat tinggi.

Kelas G + Kelas H, digunakan sebagai basic well cement dari permukaan


sampai kedalaman 8000 feet (2440 m). Bisa ditambahkan accelerator dan
retarder untuk berbagai kondisi temperatur dan kedalaman sumur.

2.3

Thickening Time
Thickening time adalah salah satu dari sifat semen, yang definisinya adalah

tenggang waktu sejak semen diaduk (mixing) sampai tidak bisa dipompakan ke
dalam sumur. Faktor - faktor yang bisa memperpendek thickening time adalah
adanya perubahan tekanan dan suhu. Sehingga dalam proses penyemenan sumur
yang dalam (dibutuhkan thickening time yang lama), harus memperhatikan faktor
perubahan suhu dan tekanan tersebut, untuk mengatasinya bisa dengan
penambahan aditif - aditif semen. Dalam proses pemompaan bubur semen,
thickening time haruslah lebih besar dari total waktu penyemen casing 9 5/8 akhir
displacement.

2.4

Aditif semen
Aditif atau bahan campuran untuk semen memiliki berbagai macam fungsi

dan tujuan yang bisa dikelompokkan seperti berikut ini:


1. Extender
Digunakan untuk menaikkan yield bubur semen dan menurunkan berat
jenis semen.
2. Accelerator
Aditif ini berfungsi untuk memperpendek thickening time (mempercepat
pengerasan bubur semen).

3. Retarder
Digunakan

untuk

memperlambat

pengerasan

bubur

semen

(memperpanjang Thickening Time).


4. Weighting Agents
Digunakan untuk menaikkan berat jenis bubur semen
5. Loss circulation material
Berfungsi sebagai bahan penyumbat
6. Dispersants
Berfungsi untuk menaikkan kualitas mud removal dan pencampuran
(mixability), serta mengurangi water slurries dan friction pressure.
7. Fluid Loss Control
Berfungsi untuk mencegah hilangnya fasa liquid semen ke dalam formasi,
sehingga terjaga kandungan cairan pada bubur semen.
8. Defoamer
Untuk menghilangkan / mengurangi busa pada bubur semen.
2.5

Perhitungan Penyemenan
Untuk menentukan banyaknya jumlah bubuk semen yang dibutuhkan untuk

penyemenan suatu sumur pada casing 9 5/8, lubang dapat dibagi menjadi 5
bagian, yaitu antara casing 13 3/8 dengan casing 9 5/8, antara casing 9 5/8 dengan
lubang 12 pada kedalaman yang diisi oleh lead cement, antara casing 9 5/8
dengan lubang 12 pada kedalaman yang diisi tail cement Pocket (sisa lubang
12 ), dan shoe track (antara float collar dan float shoe) dengan dilakukan
perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kapasitas Annulus:

IDOpen Hole 2 ODcasing 2 Bbl


Ft
1029.4

Kapasitas Casing:

IDcasing 2 Bbl
Ft
1029.4

Jumlah semen yang dibutuhkan

Vol. Slurry (Bbl) x 5,615 Cuft


Yield Slurry Cuft

Sak

Bbl

Selain itu juga perlu diketahui differential pressure dari bubur semen dan mud
displacement dengan menggunakan rumus tekanan hidrostatis, yaitu:
Ph 1.422 x S g x Depth (m)

Tekanan Hidrostatik
dimana:

IDOpen Hole

= inside diameter lubang (inci)

ODcasing

= outside diameter casing (inci)

ID casing

= inside diameter casing (inci)

Vol. Slurry = Volume bubur semen


Yield Slurry = perbandingan
laboratorium

campuran
Cuft

semen

dari

hasil

tes

Sak

Ph

= Tekanan Hidrostatis (psi)

Sg

= Specific Gravity

Depth

= Kedalaman (Meter)

Pada pemompaan semen, bubur semen dihitung dalam satuan barrels (bbls),
dan gallon (gal). Sedangkan kebutuhan bubuk semen bisa dihitung dalam satuan
sak dimana dari hasil tes laboratorium didapat harga yield slurry semen sebagai
dasar perhitungan kebutuhan sak semen.
2.6

Proses Penyemenan Casing 9 5/8


Bubuk semen tiap sak yang telah dipotong dimasukkan ke dalam cement silo

melalui cutting Bottle, Kemudian dipompakan oleh kompresor dengan melalui


Rock Catcher terlebih dahulu untuk menangkap gumpalan semen sebelum masuk
ke dalam cement silo. Selanjutnya bubuk semen dari cement silo dipompakan
melalui surge can ke dalam Slurry Tube untuk diaduk dan dicampur dengan
campuran air dan aditif yang telah dicampur terlebih dahulu menggunakan Batch
Mixer yang kemudian di pompakan kedalam Slurry Tube (terlebih dahulu melalui
Displacement Tank sebagai alat ukur volume additive) sampai menjadi bubur
semen. Setelah itu bubur semen dihitung berat jenisnya dan dipompakan kedalam
sumur dengan menggunakan cement pump skid unit melalui cementing line 2"
seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1
Alur Pemompaan Semen
Berikut ini adalah gambar gambar peralatan di permukaan dan di bawah
permukaan ,sebagai berikut :

Gambar 2.2
Cutting Bottle dan Rock Catcher

Gambar 2.4
Surge Tank dan Slurry Tube

Gambar 2.3
Cementing Skid Unit

Gambar 2.5
Water Tank

Gambar 2.6
Penyaring Bubuk Semen

Gambar 2.7
Casing Hanger

Gambar 2.8
Cementing Head

Gambar 2.9
Cement Silo

Gambar 2.10
Top Plug & Bottom Plug

Gambar 2.11
Float Collar & Casing Shoe

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Perhitungan kebutuhan semen dan displacement


Salah satu proses penting dari keseluruhan proses pemboran adalah

penyemenan casing 9 5/8, yang direncanakan dipasang pada selang kedalaman 0 1882 mku, dengan posisi casing shoe 20" pada kedalaman 80 mku, casing shoe 13
3

/8" pada kedalaman 780 mku, casing shoe 9 5/8 pada kedalaman 1882 mku, dan

kedalaman lubang 12 1/4 pada 1882 mku. Namun pada pelaksanaan dilapangan
berubah akibat pada kedalaman 1874 mku dengan kedalaman tegak 1778.53 m
(5835.36 Ft) pemboran telah mencapai formasi Batu Raja (BRF). Maka posisi
keseluruhan casing berubah dan mengakibatkan susunan casing dan jumlahnya
tidak sesuai dengan perencanaan.
Sebelum pelaksanaan proses penyemenan casing 9

/8" dilakukan

perhitungan jumlah semen yang akan dibutuhkan. Proses penyemenan dilakukan


oleh Dowell Services dengan sistem Perkins dan dilakukan perhitungan
berdasarkan area luas permukaan, penyemenan casing 9 5/8 diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Annulus antara casing 13 3/8" dengan casing 9 5/8 (Dengan Lead Slurry)
2. Annulus antara diameter lubang 12 dengan casing 9 5/8 (Dengan lead
slurry)
3. Annulus antara diameter lubang 12 dengan casing shoe 9 5/8 (Dengan
tail slurry)
4. Diameter lubang 12 , biasa disebut pocket (Dengan tail slurry)
5. Area casing 9 5/8 sepanjang shoe track (Dengan tail slurry).
Dan lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.1. Sedangkan rumus yang
digunakan adalah volume annulus, volume casing dan tekanan hydrostatis untuk
menentukan tekanan saat top plug sampai di bottom plug. Serta dengan data
data yang diperlukan sebagai berikut:

Annulus capasity antara casing 13 3/8" (ID casing 13 3/8", 54.5 ppf = 12.615
12.6152 9.6252
inci) dengan casing 9 /8
= 0.0646 Bbl
Ft
1029.4
5

Tubular capasity antara diameter lubang 12 dengan casing 9 5/8 :

Hole Capasity 12 :

12.252 9.6252
= 0.0558 Bbl
Ft
1029.4
12.252
= 0.1458 Bbl
Ft
1029.4

Casing capasity 9 5/8 (ID casing 9 5/8", 40 ppf = 8.835 inci) :

8.8352
= 0.0758 Bbl
Ft
1029.4

Dengan asumsi excess lubang bor sebesar 50 %

Data data hasil tes laboratorium Dowell Schlumberger :

Lead cement slurry: 1.65 SG, Yield: 1.61

Tail cement slurry: 1.90 SG, Yield: 1.14

Mud push density : 1.40

Mud displacement density : 1.23

Cuft

Cuft

Sax

Sax

Gambar 3.1
Pembagian Lubang 12 Casing 9 5/8 Pada Perhitungan Semen
Dari gambar di atas volume semen yang dibutuhkan dapat dibagi menjadi :
1. Volume lead slurry pada annulus antara casing 13 3/8" dengan casing 9 5/8
0.0646 Bbl

ft

x (787 587)m x 3.281 ft

42.39 Bbl
2. Volume lead slurry pada annulus antara diameter lubang 12 dengan
casing 9 5/8
0.0558 Bbl

ft

x (1671.5 787)m x 3.281 ft

161.93 Bbl
Dengan excess lubang 50% = 161.93 Bbl x 1.50 242.895 Bbl
Sehingga total lead slurry adalah 42.39 242.895 Bbl 285.285Bbl
Kebutuhan semen untuk lead slurry sebanyak :
285.285 Bbl x 5,615 Cuft
1.61 Cuft

Bbl

Sak
994.954 sak 995 sak
3. Volume tail slurry pada annulus antara diameter lubang 12 dengan
casing shoe 9 5/8
0.0558 Bbl

ft

x (1871.5 1671.5)m x 3.281 ft

36.62 Bbl
Dengan excess lubang 50% = 36.62 Bbl x 1.50 54.93Bbl
4. Volume tail slurry pada lubang 12 , biasa disebut pocket
0.1458 Bbl

ft

x (1874 1871.5) m x 3.281 ft

1.196 Bbl
Dengan excess lubang 50% 1.196 Bbl x 1.5 1.794 Bbl
5. Volume tail slurry pada area casing 9 5/8 sepanjang shoe track
0.0758 Bbl
8.7 Bbl

ft

x (1871.5 1836.5)m x 3.281 ft

Sehingga total tail slurry adalah 54.93 1.794 8.7 Bbl 65.424 Bbl
Kebutuhan semen untuk lead slurry sebanyak :
65.424 Bbl x 5,615 Cuft
1.14 Cuft

Bbl

Sak
322.241 sak 323 sak
Total kebutuhan bubuk semen untuk lead dan tail slurry adalah

995 323 sak 1318 sak


Untuk proses mendorong semen dari permukaan hingga top plug menyentuh
bottom plug (bumping) maka dibutuhkan volume lumpur sebesar :
0.0758 Bbl

ft
456.737 Bbl

x 1836.5 m x 3.281 ft

Menyentuhnya top plug dengan bottom plug (bumping) dihitung dengan :


Ph mud push 1.422 x 1.4 x 587
1168.6 psi
Ph lead slurry 1.422 x 1.65 x (1671.5 587)m
2544.56 psi
Ph tail slurry 1.422 x 1.90 x (1874.0 1671.5)m
547.11 psi
Ph mud displacement 1.422 x 1.23 x (1836.5)m
3212.15 psi
Maka menyentuhnya top plug dengan bottom plug (bumping) ditandai dengan
kenaikan tekanan sebesar :
Differential pressure (1168.6 2544.56 547.11) 3212.15
1048.12 psi
Persiapan penyemenan casing 9 5/8

3.2

Setelah perhitungan dilakukan maka langkah - langkah proses persiapan


yang berhubungan dengan penyemenan casing 9 5/8 adalah sebagai berikut :
-

Pengukuran panjang dan drift tes (sablon) pada casing 9 5/8

Membuat casing tally, yaitu daftar urutan casing berdasarkan panjang dan
jumlah joint yang tersedia yang akan digunakan, termasuk juga
didalamnya ukuran panjang float shoe & float collar seperti yang tertera
pada lampiran.

Tes kondisi float shoe & float collar dengan menggunakan air

Periksa langsung secara acak panjang casing dan urutannya berdasarkan


casing tally serta pastikan tidak ada kesalahan.

Persiapkan casing 9 5/8 elevator, casing slip, casing spider slip & casing
accessories.

Angkat casing pertama yang telah disambung dengan float shoe dengan
elevator dan lakukan pengujian check valve dengan cara diisi lumpur.

Pengelasan dilakukan pada float shoe, shoe track dan float collar untuk
mempererat ikatan.

Setelah collar dan shoe terpasang, cek float dengan mengisikan lumpur
dan amati penurunan level lumpur dalam casing.

Lanjut masuk rangkaian casing sampai shoe di 1871.5 m dan float collar di
1836.5 m.

Bottom plug dimasukkan terlebih dahulu ke dalam cementing head dan


dilanjutkan dengan memasukkan top plug seperti pada gambar 3.2, proses
ini disaksikan oleh company man.

Sirkulasi kondisikan lumpur (turunkan Yield Point) sambil mixing additive


semen dengan komposisi sebagai berikut :
Untuk spacer :
o 36.33 gal/bbl Air lokasi
o 0.25 gal/bbl D-047
o 4.0 lbs/bbl D-182
o 182.26 lbs/bbl D-031 (Barite)
Untuk additive lead slurry :
o 490.7 lbs CaCl 2

(sebagai accelerator)

o 229.7 gallon D-075

(sebagai extender)

o 167.0 gallon D-110

(sebagai retarder)

o 10.40 gallon D-047

(sebagai antifoamer)

Untuk additive tail slurry :


o 3.40 gallon D-047

(sebagai antifoamer)

o 3.40 gallon D-80

(sebagai dispersant)

o 15.9 gallong D-110

(sebagai retarder)

Gambar 3.2
Skema Cementing Head
Proses penyemenan casing 9 5/8

3.3

Bubuk semen yang digunakan untuk penyemenan casing 9 5/8 ini adalah
semen kelas G merk Indocement, dengan thickening time 7 jam 30 menit (hasil
uji coba laboratorium Dowell Schlumberger). Setelah selesai langkah - langkah
persiapan dan perhitungan jumlah semen yang akan dibutuhkan, maka langsung
dilakukan proses penyemenan sebagai berikut:
-

Pre-job safety meeting antara Dowell Schlumberger Company Man


Rig PDSI

Pengetesan line cementing 2500 Psi selama 5 menit sambil memeriksa


adanya kebocoran

Pemompaan spacer sebanyak 20 bbls SG 1.4, dengan rate 3 BPM, jenis


chemical yang digunakan adalah Mud push dari Dowell Schlumberger.
Spacer ini berfungsi untuk mencegah kontaminasi lumpur dengan bubur
semen.

Jatuhkan bottom plug

Pompa lead slurry cement 285 bbl dengan SG 1.65, laju alir 3 BPM
(Barrels per Minute)

Pompa tail slurry cement 63.6 bbl dengan SG 1.90, laju alir 3 BPM

Jatuhkan top plug

Pompa displacement mud dengan total volume 456.9 bbls berupa 10.0 bbl
air dengan laju alir + 5 BPM dan 436.9 bbls lumpur dengan menggunakan
pompa Dowell Schlumberger dengan laju alir + 6 BPM

Pompakan tambahan displacement mud sebanyak 10 bbls oleh pompa


Dowell Schlumberger dengan laju alir + 2 BPM hingga terjadi bumping
dengan tekanan yang terbaca di cementing unit sebesar 1300 psi (masih
lebih kecil dari burst pressure casing 9 5/8 sebesar 3520 psi dan lebih
besar dari differential pressure sebesar 1027.18 psi yang dimana sudah
cukup untuk terjadinya bumping). Jadi total displace mud yang
dipompakan 456.9 bbls

Tunggu semen kering (TSK) selama 14 jam dan pengamatan contoh


semen di permukaan menjadi keras.

Jadi total waktu pemompaan bubur semen 4 jam, yang dimana masih lebih cepat
dibanding dengan batas thickening time dari hasil uji laboratorium Dowell
Schlumberger.
Dalam proses penyemenan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
yang dapat menimbulkan masalah bila persiapan kurang matang, diantaranya
adalah pengangkatan cutting pada lubang bor harus bersih, tidak ada sangkutan
pada saat cabut rangkaian, casing yang tersisa di rak sesuai dengan tally casing,

proses pencampuran bahan kimia tambahan pada semen telah bercampur menjadi
homogen dan ambil contoh bahan kimia tambahan tersebut dan ambil contoh
semen yang telah melalui proses pencampuran sebagai acuan di permukaan
bahwa semen telah kering.
3.4

Proses paska penyemenan casing 9 5/8


Setelah proses penyemenan selesai maka langkah selanjutnya adalah :
1. Lanjut tsk (lihat sample di permukaan), buka bop, pengamatan loss
statik.
2. Bongkar & gantung bop 13-5/8 x 5000 psi (setelah sample semen telah
keras).
3. Pasang casing hanger 9-5/8 c/w seal (angkat / over pull 20 - 30 klbs).
4. Potong kelebihan casing 9-5/8 (sesuaikan dengan Casing Head Spool).
5. Bongkar drilling spool 13-5/8 - 3000 psi x 13-5/8 x 5000 psi.
6. Pasang CHS 13-5/8 - 3000 x 11 - 3000 Psi (section b).
7. Pasang Double Stood Adaptor Flange (DSAF) 11 - 3000 psi x 13- 5/8 5000 psi.
8. Pasang kembali BOP 13-5/8 x 5000 psi dan saluran permukaan.
9. Lakukan pengujian BOP group 13-5/8 x 5000 psi dengan 500 psi (low
pressure) & 3000 psi (high pressure) selama 10 menit menggunakan
tester plug. Posisi wing valve di bottom flange harus dalam kondisi
terbuka (jika menggunakan tester plug) record pressure test dalam barton
chart dan buatkan berita acara.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Setelah melalui proses persiapan, proses penyemenan dan proses paska

penyemenan casing 9 5/8 pada sumur TBN-E1 / TBN-33 ini, dapat disimpulkan
bahwa sebelum dilakukannya proses penyemenan casing 9 5/8 selain seluruh
peralatan penyemenan telah siap, peralatan juga harus dalam kondisi baik dan
juga harus dipastikan lubang telah aman dari masalah yang timbul selama proses
pengeboran berlangsung dan masalah masalah lain yang mungkin timbul.
4.2

Saran
Dari hasil pengamatan langsung dilapangan maka beberapa saran yang dapat

diberikan sebagai evaluasi agar kedepannya proses penyemenan dapat dilakukan


lebih baik lagi adalah sebagai berikut :
1. Sebelum proses penyemenan berlangsung, pastikan terlebih dahulu bahwa
lubang telah aman dari masalah masalah yang timbul selama proses
pemboran.
2. Pastikan bahwa lubang telah bersih dari cutting yang dihasilkan selama
proses pemboran yaitu dengan mensirkulasikan lumpur selama waktu yang
dibutuhkan lumpur untuk mengalir dari dasar lubang kepermukaan, bila
perlu dua sampai tiga kalinya.
3. Lakukan penyapuan lubang dengan menggunakan lumpur yang memiliki
viskositas yang tinggi (Sweep Hi-Vis), bila perlu dilakukan dua kali.
4. Yakinkan bahwa bahan kimia tambahan pada semen telah tercampur
dengan baik dan homogen.
5. Sebelum proses pemboran berlangsung sebaiknya ambil beberapa contoh
bahan kimia yang akan digunakan dalam campuran semen, dan beberapa
contoh bubur semen yang telah dicampur untuk dilakukan pengujian

laboratorium dan sebagai acuan bahwa semen telah kering agar proses
pemboran selanjutnya dapat dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai