Anda di halaman 1dari 22

Makalah Tentang JSA ( Job Safety Analysis )

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah K3

Disusun Oleh :

Andre Anugerah Erinda NPM : 1603056

PROGRAM STUDI TEKNIK EKSPLORASI PRODUKSI MIGAS


POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2017

ABSTRAK

Dengan semakin berkembangnya zaman, pengaruh industrialisasi yang ada di


Indonesia juga ikut berkembang. Pengaruh industrialisasi ini terlihat dengan penggunaan
sarana dan fasilitas seperti mesin, instalasi dan juga bahan-bahan yang digunakan dalam
proses industrialisasi tersebut. Semakin banyaknya penggunaan sarana dan fasilitas industri,
maka semakin banyak pula potensi jumlah, jenis dan ragam sumber bahaya yang terjadi di
tempat kerja dan akan menumbuhkan kemugnkinan semakin banyaknya jumlah kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan yang ada di sekitar wilayah kerja.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
mengimplementasikan job safety analysis untuk mengenali, mengurangi dan mencegah
potensi kecelakaan kerja yang akan didapati. Setelah mengenali apa itu job safety analysis,
kita dapat mengidentifikasi potensi bahaya yang akan muncul saat pekerjaan berlangsung di
tempat kerja tersebut. Pengendalian potensi bahaya dengan eliminasi, substitusi, tanda
peringatan serta penyediaan alat pelindung diri (APD) adalah beberapa factor yang dapat
diperhatikan. Memonitoring bahaya yang sudah dikendaliakan tersebut untuk mengetahui
apakah resiko bahaya sudah terkendali atau belum juga perlu dilakukan.

Job safety analysis (JSA) atau yang dikenal sebagai job hazard analysis (JHA)
memiliki pengertian sebuah metode yang sering digunakan oleh berbagai pekerja untuk
menentukan bahaya yang ada dalam setiap tahapan pekerjaan dan pengendalian terhadap
bahaya tersebut. Dengan dijelaskannya pengertian tentang job safety analysis diharapkan
pengertian tersebut dapat lebih menyadarkan kita tentang potensi bahaya yang akan muncul
dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.

Menurut penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa seluruh
aktifitas pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan prosedur kerja atau system operational
procedure (SOP) dan job safety analysis (JSA) dapat menurunkan potensi angka kecelakaan
kerja. Hal tersebut sesuai dengan Permenake No. PER.05/MEN/1996 tentang Pedoman
Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Kata kunci : Job Safaty Analysis (JSA)


PENDAHULUAN

Keselamatan dan kesehatan kerja atau yang lebih dikenal dengan K3 merupakan
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebass dari
pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi potensi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.
Keselamatan kerja juga dapat diartikan sebagi upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi
pekerja, menjaga keselamatan orang lain, melindungi peralatan, tempat kerja, bahan
produksi, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. Pada
intinya keselamatan dan kesehatan kerja merupakan seperangkat kesatuan yang melindungi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan
kerja.

Menurut Sumamur (2001: 245), keselamatan kerja merupakan serangkaian usaha


untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang tersebut.

Menurut Mangkunegara (2002: 163), keselamatan dan kesehatan kerja memiliki


arti suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin kekutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, manusisa pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur. Hal-hal penyebab keselamatan
kerja adalah :

a. Keadaan tempat lingkungan kerja

1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya dan kurang


diperhitungkan keselamatannya.

2. Ruang kerja yang terlalu penuh.

3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak sesuai dengan tempatnya.

4. Penerangan yang kurang memadai.

b. Pemakaian peralatan kerja

1. Pengaman peralatan kerja yang sudah tua dan using.

2. Penggunaan alat berat maupun alat ringan tanpa pengaman yang baik.

Selain itu, keselamatan dan kesehatan kerja memiliki tujuan sebagai berikut
(Mangkunegara, 2002: 165):
1. Setiap pekerja diharapkan mendapatkan jaminan kesehatan dan keselamatan
kerja dalam ssegi fisik, social mauun psikologis dalam melakukan pekerjaannya.

2. Supaya penggunaan peralatan kerja dan perlengkapannya dapat digunakan


seefisien mungkin dan mampu menyelektif peralatan yang digunakan.

3. Agar hasil produksi yang dihasilkan dapat semaksimal mungkin dan juga
terjaga kualitasnya.

4. Setiap pekerja akan mendapatkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan gizi


yang memadai.

5. Agar meningkatakan semangat kerja, partisipasi kerja dan juga keserasian kerja.

6. Terjaganya lingkungan tempat kerrja dan atau kondisi tempat erja agar pekerja
dapat terrhindat dari gangguan kesehatan kerja.

7. Timbulnya rasa aman, nyaman dan terlindungi yang dirasakan oleh setiap
pekerja.

Di dalam pembahasan makalah ini akan sijelaskan apa ituyang dimaksud dari job
safety analysis (JSA). Yang akan dijelaskan mengenai job safety analysis meliputi
pengertian, tujuan, dan lain sebagainya.
PEMBAHASAN

1. Job Safety Analysis (JSA)

a. Pengertian Job Safety Analysis (JSA)

Job Safety Analysis (JSA) merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk
membahas ulang metode atau cara dan melakukan identifikasi pekerjaan yang memiliki
potensi terjadinya kecelakaan kerja dan dilakukan koreksi sebelum kecelakaan kerja terjadi.
Dengan identifikasi potensi kecelakaan kerja, merupakan langkah awal dalam menganalisa
bahaya (hazard) dan kecelakaan (accident) dalam usaha menciptakan keselamatan kerja di
tempat kerja. Job safety analysis (JSA) atau job hazard analysis (JHA) atau yang sering
disebut pula sebagai analisa keselamatan pekerjaan memiliki arti salah satu sistem atau proses
dimana penilaian resiko dan identifikasi bahaya (hazard) yang dalam pelaksanaannya
ditekankan pada identifikasi bahaya (hazard) yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan
atau tugas yang dilakukan pekerja. Secara sederhananya job safety analysis atau analisa
keselamatan pekerjaan adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk memeriksa
kembali dan menemukan bahaya-bahaya sebelum diabaikannya dalam merancang tempat
kerja, fasilitas atau alat kerja, peralatan mesin yang digunakan maupun proses kerja.

Menurut NOSA (1999), job safety analysis adalah salah satu usaha dalam
menganalisa tugas-tugas dan prosedur yang ada di dalam perusahaan. Job safety analysis
diartikan sebagai metode atau cara untuk mempelajari suatu pekerjaan dan mengidentifikasi
potensi bahaya (hazard) dan potensi insiden yang berhubungan dengan setiap pekerjaan,
pengembangan solusi juga diperlukan agar dapat menghilangkan atau mengurangi dan
mengkontrol bahaya (hazard) serta kecelakaan (incident) dalam setiap pekerjaan. Apabila
bahaya (hazard) telah diidentifikasi, maka dapat dilakukan tindakan pengendalian dan
pengontrolan yang berupa pengendalian fisik atau pengontrolan prosedur kerja yang dapat
mengurangi potensi bahaya (hazard) pada pekerjaan. Dalam menjalankannya, pengontrolan
prosedur job safety analysis memerlukan pelatihan, pengawasan dan pengontrolan jalannya
kerja yang dikenal sebagai job safety analysis untuk mempermudah pemahaman prosedur
kerja kepada pekerja.

Kelebihan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan job safety analysis adalah sebagai
berikut:

1. Sebagai upaya pencegahan kecelakaan (accident) pada saat proses bekerja.

2. Sebagai alat penunjang keselamatan atau safety training terhadap tenaga kerja
baru di dalam perusahaan.
3. Melakukan kajian ulang (review) pada prosedur pekerjaan setelah terjadi
kecelakaan kerja (working accident).

4. Memberikan instruksi kerja (pre job instruction) pada pekerjan yang baru
didapatkan.

5. Memberikan pelatihan kerja secara pribadi kepada pekerja agar dpat bekerja
secara maksimal.

6. Dapat Meninjau ulang SOP

Dalam pembuatan job safety analysis (JSA) terdapat cara ataupun teknik yang
dapat mempermudah dalam pengerjaannya adalah sebagai berikut :

1. Memilih pekerja yang tepat untuk melakukan observasi atau pengamatan,


contohnya pada pekerja yang berpengalaman dalam pengerjaan suatu pekerjaan,
mampu dan mau bekerja sama sekaligus dapat saling bertukar pikiran dan
gagasan pada sesama pekerja.

2. Apabila pekerja tersebut tidak faham akan peranannya dalam pembuatan job
safety analysis, maka pekerja tersebut akan diberi pengarahan terlebih dahulu
tentang maksud dan tujuan dari pembuatan job safety analisis itu sendiri.

3. Bersama pekerja tersebut melakukan pengamatan ataupun pengawasan terhadap


pekerjaan dan mencoba untuk membagi atau memilah pekerjaan tersebut menjadi
beberapa langkah dasar untuk mengerjaannya.

4. Mencatat pekerjaan yang telah dilakukan setelah membagi beberapa pekerjaan


tersebut.

5. Memeriksa dengan seksama maupun mendetail dan mendiskusikan hasil catatan


tersebut ke bagian pemimpin atau section head atas pekerjaan yang telah diamati.

b. Tujuan Pembuatan Job Safety Analysis (JSA)

Tujuan dari pelaksanaan Job safety analysis (JSA) secara umum adalah bertujuan
untuk mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) disetiap aktivitas pekerjaan sehingga tenaga
kerja diharapkan dapat mengenali bahaya yang akan didapat sebelum terjadi kecelakaan
(accident) atau penyakit akibat kerja. Tujuan jangka panjang yang dimiliki oleh program job
safety analysis (JSA) ini diharapkan pekerja dapat ikut serta berperan aktif dalam pelaksanan
job safety analysis (JSA) sehingga dapat menanamkan kepedulian pekerja terhadap kondisi
wilayah kerjanya guna menciptakan keadaan lingkungan kerja yang nyaman, aman dan dapat
meminimalkan kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan perilaku yang tidak aman
(unsafe action) untuk pekerja itu sendiri.

c. Manfaat Pembuatan dan Penggunaan Job Safety Analysis (JSA)

Pelaksanaan dari job safety analysis (JSA) mempunyai beberapa manfaat dan
keuntungan sebagai berikut :

1. Memberikan penjelasan yang sama kepada setiap pekerja tentang apa yang
harus dilakukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan efisien dan aman.

2. Suatu alat pelatihan (training tools) yang efektif dan efisien untuk para pekerja
baru.

3. Point utama yang dapat dimasukkan dalam daftar keselamatan, pengarahan


sebelum memulai pekerjaan, observasi keselamatan, dan sebagai topic pada rapat
keselamatan kerja.

4. Membantu dalam penulisan tata cara atau prosedur keselamatan kerja untuk
jenis pekerjaan yang baru maupun pekerjaan yang mendapatkan modifikasi.

5. Sebgai alat (tools) pembantu yang efektif untuk mengendalikan potensi


bahya kecelakaan kerja pada pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dan rutin.

d. Tahapan-Tahapan Penyusunan Job Safety Analysis (JSA)

Analisa keselamatan kerja terdiri dari 5 fase sebagai berikut:

1. Memilih Jenis Pekerjaan yang Akan Dikerjakan

Ketika menyusun suatu job safety analysis atau analisa keselamatan pekerjaan,
suatu pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi urutan langkah-langkah kerja atau
aktifitas kerja untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang dianalisa
biasanya dipilih berdasarkan prioritas mulai dari yang utama sampai yang
terakhir. Pekerjaan dengan pengalaman kecelakaan (accident) terburuk atau
potensi bahaya (hazard) yang tertinggi harus lebih dahulu dilakukannya analisa.
Ketika memilih pekerjaan, pertimbangkanlah terlebih dahulu faktor-
faktor sebagai berikut ini :

1. Frekuensi potensi dari kecelakaan kerja (accident working) atau yang


berpotensi memiliki bahaya (hazard).
2. Potensi keparahan penyakit akibat kerja dalam beberapa kondisi harus
ditinjau ulang dan diberikannya prioritas dari yang tertinggi sampai
terendah jika terdapat potensi untuk terjadinya luka-luka yang lebih parah.
Hal ini antara lain :

a. Pekerjaan yang tidak biasa atau tidak rutin dikerjakan

b. Sumber-sumber energy yang tinggi (listrik dan tekanan)

c. Beberapa kondisi konstruksi (tempat kerja tinggi, alat berat yang


dijalankan, tingkat aktivitas pekerja yang tinggi dalam daerah yang
sempit atau kecil)

3. Jenis-jenis pekerjaan yang berulang-ulang karena pekerja sering


dihadapkan kepada bahaya (hazard) apa saja yang dimungkinkan untuk
terjadi.

4. Hasil masukan-masukan dari pekerja dimana pekerjaan yang menurut


mereka mempunyai potensi bahaya (hazard) pada pekerjaan yang baru
atau pekerjaan yang tidak rutin dilakukan sebelumnya.

Proses job safety analysis atau analisa keselamatan pekerjaan harus


dimasukkan kedalam suatu cara untuk mengevaluasi pekerjaan yang baru dan
pekerjaan yang tidak sering dilakukan oleh pekerja, contohnya seperti :
mematikan unit yang sudah tidak terpakai.

2. Membentuk Suatu Tim Job Safety Analysis (JSA) atau Analisa Keselamatan
Pekerjaan

Pekerjaan yang membuat job safety analysis (JSA) harus memiliki


pengalaman dan juga pengetahuan tentang pekerjaan yang akan dikerjakan,
mempunyai kredibilitas atau kepercayaan dalam group kerja dan dapat
memahami proses pada analisa keselamatan kerja. Syarat penting yang diperlukan
lainnya adalah supportif, tidak menghakimi satu sama lain, mau mendengarkan
ide-ide maupun gagasan dari teman kerja dan akan menemukan jawaban dari
masalah bahaya (hazard) yang akan muncul untuk membuat suatu tempat kerja
yang aman, nyaman dan tentunya selamat.

Tim yang dibentuk bergantung pada organisasi dan banyaknya orang dalam
grup kerja. Sebagai tambahan terhadap pekerja yang mengerjakan pekerjaan
tersebut, anggota tim harus dipilih dari pekerja dari jenis pekerjaan yang lainnya
seperti supervisor dan spesialis keselamatan.
3. Mengidentifikasikan Suatu Pekerjaan Terlebih Dahulu

Sebelum memulai pencarian bahaya (hazard) yang yang memiliki potensi


menimbulkan kecelakaan kerja, pekerjaan harus dijelaskan dalam urutan langkah-
langkah proses kerja dimana setiap langkah tersebut menjelaskan apa yang
sedang terjadi pada pekerjaan yang bersangkutan. Sebuah keseimbangan yang
terlalu terperinci akan memiliki akibat terlalu banyaknya langkah yang akan
diambil dan penjelasan yang cenderung bersifat umum akan mengakibatkan
langkah-langkah yang penting akan terlewatkan karena tidak tertulis atau tertuang
di dalam daftarnya.

4. Mengidentifikasi Bahaya (Hazard) yang Memiliki Potensi Kerusakan

Dari proses penyusunan dan pembuatan tahapan kerja, secara tidak langsung
juga dapat menganalisa atau mengidentifikasi dampak dan bahaya (hazard) apa
saja yang akan muncul atau disebabkan dari setiap langkah kerja yang telah
disusun sebelumnya. Dari hasil proses yang dilakukan, diharapkan kondisi akibat
atau resiko apapun yang akan terjadi diharapkan dapat menghilangkan ataupun
meminimalkannya sampai batas terkecil yang dapat diterima dan ditoleransi
dengan baik menurut kaidah keilmuan maupun tuntutan standart dalam hukum.
Bahaya (hazard) disini dapat memiliki definisi sebagai suatu benda, bahan
ataupun kondisi yang bisa menyebabkan cidera, kerusakan dan atau kerugian dari
pihak pekerja (misalnya : kecelakaan kerja).

Identifikasi potensi bahaya (hazard) merupakan alat manajemen untuk


mengatur dan mengendalikan kerugian yang memiliki sifat proaktif dalam upaya
pengaturan dan pengendalian bahaya (hazard) yang akan terjadi di lapangan atau
tempat kerja. Dalam hal ini tidak ada seorang pekerja yang dapat meramalkan
seberapa parah atau seberapa besar akibat atau dampak kerugian yang akan
terjadi apabila suatu kecelakaan (incident or accident) telah terjadi, namun
pengidentifikasian bahaya (hazard) ini ditujukan untuk mencegah maupun
mengurangi terjadinya kecelakaan (incident atau accident) dengan melakukan
usaha-usaha yang telah ditentukan.

5. Membuat Penyelesaian atau Solusi dari Bahaya (Hazard) yang Akan


Ditimbulkan

Langkah terakhir dari penyusunan suatu job safety analysis (JSA) atau analisa
keselamatan pekerjaan adalah membuat saran ataupun rekomendasi perubahan
untuk meminimalisir dan menghilangkan bahaya-bahaya (hazard) yang akan
menimbulkan berpotensi kecelakaan kerja. Selama langkah ini dilakukan,
biasanya akan memiliki hasil yang lebih maksimal dan lebih baik apabila dimulai
dari langkah pertama, kedua dan langkah-langkah yang telah ditentukan
selanjutnya untuk dijalankan. Mengerjakan pekerjaan dengan merujuk pada
langkah berikutnya hanya setelah seluruh bahaya-bahaya (hazard) yang memiliki
potensi kerusakan dapat diminimalisir atau dapat dihilangkan dan semua kondisi
kerja dalam keadaan aman dan nyaman dari langkah-langkah yang telah
dilakukan sebelumnya karena adanya beberapa perubahan yang akan
mengakibatkan perubahan pada langkah-langkah berikutnya. Jika dibutuhkan,
mulailah proses pembuatan dan penyusunan job safety analysis dari pembuatan
formulir analisa keselamatan pekerjaan baru yang menjelaskan tentang langkah-
langkah proses pekerjaan yang telah dilakukannya modifikasi. Prinsip-prinsip
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikannya adalah sebagai berikut :

a. Mengubah kondisi kerja yang dapat menimbulkan bahaya (hazard),


meperbaharui perkakas yang digunakan, material atau bahan yang
diperlukan, peralatan (tools) dan tata letak atau lokasi penempatan barang-
barang kerja. Hal ini adalah proses pendekatan yang lebih digunakan dan
disukai sehingga adanya persetujuan umum bahwa kondisi kerja memiliki
arti selamat (safe).

b. Mengubah proses langkah-langkah atau prosedur kerja. Menanyakan apa


yang seharusnya pekerja lakukan atau tidak dilakukannya agar dapat
menghilangkan bahaya-bahaya (hazard) tertentu yang dapat terjadi atau
mencegah potensi terjadinya kecelakaan kerja.

c. Temukanlah metode atau cara lain yang baru untuk mengerjakan


pekerjaan agar lebih efisien dan maksimal. Apabila langkah sebelumnya
tidak menghasilkan kondisi yang aman dan selamat dengan cara yang
efisien untuk menyelesaikan pekerjaan, maka tim harus melihat kembali
terhadap proses pekerjaan kerja itu sendiri. Selanjutnya tentukan tujuan
dari pekerjaan tersebut dan kemudian analisalah proses kerja tersebut
untuk mendapatkan cara lain agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan
tersebut untuk menentukan mana yang paling tapat penggunaannya dalam
proses kerja.

2. Tempat Kerja (Working Area)

Merupakan tiap tempat, ruangan ataupun lapangan kerja yang tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap (konstan) dimana tenaga kerja bekerja dan sering ditugaskan
melakukan suatu pekerjaan untuk keperluan usaha dimana terdapat sumber bahaya
(hazard) sebagaimana sudah terperinci dalam pasal 2, Termasuk tempat kerja adalah
semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

a. Bahaya (Hazard)

Bahaya atau yang sering disebut dengan hazard merupakan sumber atau suatu
kondisi dimana memungkinkan untuk dapat menimbulkan kerugian berupa cidera
kerja, penyakit kerja, kerusakan kerja maupun kemampuan melakukan fungsi kerja
yang telah ditetapkan.

Sumber-sumber bahaya (hazard) dapat berasal dari :

1. Manusia

Kesalahan utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja,


kerugian kerja ataupun kerusakan kerja dapat terletak pada pekerja yang
kurang ahli, kurang terampil dalam bekerja, kurang pengetahuan, kurang
semangat, kurang tepat dan terganggunya fikiran pada umumnya dapat
menyebabkan kecelakaan kerja (work accident) dan kerugian (Bennet N.B
Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, kecelakaan disebabkan oleh


kelalaian manusia itu sendiri. Bahkan ada suatu pendapat yang pada
akhirnya menyatakan bahwa secara langsung atau tidak langsung semua
kecelakaan kerja (working accident) adalah dikarenakan faktor manusia itu
sendiri. Kecelakaan kerja tersebut dimungkinkan saja disebabkan oleh
perencanaan perencanaan tempat kerja atau perusahaan, kontraktor yang
membangun tempat kerja tersebut, pembuat alat-alat dan mesin-mesin
yang digunakan, pengusaha, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok,
pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin atau peralatan
yang digunakan .(Sumamur, 1996)

2. Bangunan Tempat Kerja, Peralatan dan Instalasi Kerja

Bahaya dari bangunan tempat kerja, peralatan dan instansi kerja perlu
mendapatkan perhatian yang lebih. Konstruksi bangunan kerja harus
kokoh dan memenuhi syarat agar dapat menimbulkan rasa nyaman oleh
para pekerja. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja. Pencahayaan ruangan yang cukup dan
produksi bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku dan bahan
sekunder harus termanajemen. Ada bahan kimia yang merupakan hasil dari
bahan tersebut utamanya, termasuk bahan kimia berbahaya yang memiliki
sifat mudah meledak, menyebabkan iritan maupun beracun. (Syukri Sahab,
1997)

3. Bahan atau Material Kerja

Bahan atau material kerja memiliki tingkat bahaya (hazard) dan


pengaruh terhadap lingkungan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki
tingkat bahaya sangat tinggi dan ada ppula yang rendah. Pengaruh yang
ditimbulkan juga ada yang dapat segera dilihat dan ada yang
membutuhkan waktu bertahun-tahun baru dapat diketahui. Oleh sebab itu
maka setiap pimpinan perusahaan harus tahu sifat dari bahan yang
digunakan sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang bisa
merugikan perusahaan. Untuk setiap bahan kimia yang berbahaya harus
dilengkapi dengan Material Safety Data Sheet (MSDS) yang dapat
diminta pada pemasok dengan memasukkannya pada kontak pemelian
bahan. (Syukri Sahab, 1997)

Bahaya (hazard) yang dapat ditimbulkan dari bahan atau material kerja
meliputi berbagai resiko yang sesuai dengan sifat bahan, antara lain
sebahgai berikut (Syukri Sahab, 1997) :

a. Mudah terbakar

b. Mudah meledak

c. Menimbulkan alergi

d. Menimbulkan kerusakan pada kulit atau jaringan

e. Bersifat racun

f. Menyebabkan racun

g. Radioaktif

4. Cara Kerja

Cara kerja yang salah dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun
pekerja lain disekitarnya. Cara kerja yang dimaksudkan antara lain seperti
:
a. Cara mengangkat dan mengangkut barang, apabila dilakukan
dengan cara yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan dan cidera
pada daerah tulang punggung, lengan maupun daerah yang berpotensi
mendapatkan cidera.

b. Cara kerja yang menyebabkan kecelakaan dan cidera terutama yang


sering terjadi adalah pada tulang punggung dan tangan.

c. Pemakaian APD yang tidak semestinya dan cara pemakaian yang


kurang tepat.

d. SOP yang dijalankan tidak sesuai.

5. Lingkungan Kerja

Bahaya dari lingkungan kerja yang ditimbulkan dapat digolongkan atas


berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan
kesehatan kerja dan penyakit akibat kerja. Bahaya tersebut misalnya
seperti :

a. Faktor lingkungan fisik

Bahaya (hazard) yang ditimbulkan karena bersifat fisik seperti


ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu bising, penerangan yang
kurang, getaran yang dihasilkan berlebihan dan juga radiasi dari alat yang
digunakan.

b. Faktor lingkungan kimia

Bahaya (hazard) yang ditimbulkan karena bersifat kimia berasal dari


bahan-bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan dalam proses
produksi. Bahan ini dapat menyebar ke lingkungan karena cara kerja yang
yang diterapkan salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau
instalasi yang digunakan dalam proses kerja.

c. Faktor lingkungan biologi

Bahaya (hazard) yang ditimbuulkan karenabersifat biologi disebabkan


oleh jasad renik yang ada, gangguan dari serangga maupun dari binatang
lainnya yang dapat ditemukan di tempat kerja.

d. Faktor ergonomic
Gangguan yang disebabkan oleh fakotr ergonomic ini dapat berupa
beban kerja yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi
dengan pekerja atau tidak sesuai dengan antropometri tubuh para pekerja.

e. Faktor psikologi

Gangguan yang dapat terjadi karena factor psikologi dapat terjadi


karena keadaan lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dengan
pekerja dan menimbulkan ketegangan jiwa pada pekerja, misalnya saja
hubungan atasan dan bawahan yang tidak harmonis.

b. Kecelakaan Kerja

Pengertian kecelakaan menurut pendapat Hammer (2001) kecelakaan adalah


kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Maksud dari pengertian
tersebut disebut tak terduga dikarenakan di belakang peristiwa itu tidak terdapat
unsur kesengajaan dan juga unsur perencanaan. Maksud kejadian yang tidak di
harapkan karena di belakang semua kejadian terlebih tidak ada unsur kesengajaan.
Kecelakaan akibat kerja diartikan sebagai kecelakaan yang berkaitan dengan
hubungan kerja pada perusahaan. Kecelakaan dapat terjadi karena tindakan yang
berbahaya (unsafe action) dan keadaan yang berbahaya (Unsafe condition).
Unsafe condition merupakan suatu keadaan atau kondisi fisik yang dapat secara
langsung memungkinkan atau membiarkan terjadinya suatu kecelakaan atau
insiden kerja. Yang termasuk dalam keadaan yang berbahaya (unsafe condition)
addalah sebgai berikut :

1. Penutup atau pelindung keselamatan yang tidak tepat.

2. Perkakas, alat atau bahan yang sudah using.

3. Kemacetan

4. Sistem pemberian peringatan yang tidak tepat

5. Bahaya peledakan dan kebakaran

6. Tata anak tangga yang tidak standar

7. Keadaan atmosfer yang membahayakan (debu, uap, fume, kabut serta


gas)

8. Bahaya listrik
Kecelakaan dapat terjadi karena tindakan yang tidak aman (unsafe action)
merupakan suatu pelanggaran dari setiap prosedur K3 yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan atau insiden. Tindakan-tindakan yang berbahaya (unsafe
action) seperti :

1. Mengoperasikan tanpa wewenang.

2. Gagal memberikan dan memastikan tanda peringatan.

3. Mengoperasikan dengan kecepatan berlebih.

4. Menggunakan perkakas yang salah.

5. Gagal menggunakan alat pelindung diri.

6. Memuat atau menempatkan secara tidak benar.

7. Mengambil posisi yang salah.

8. Mengangkat dengan cara yang tidak benar.

9. Mengabaikan standar yang diharuskan.

10. Bersenda gurau.

11. Minum minuman keras.

Teori penyebab terjadinya kecelakaan kerja salah satunya adalah teori domino
yang diungkapkan oleh Heinrich dan disempurnakan oleh Bird. Teori domino
menyatakan bahwa suatu kecelakaan tidak datang dengan sendirinya. Kecelakaan
dapat terjadi dikarenakan hasil dari tindakan dan kondisi yang tidak aman dan
kedua hal tersebut akan bergantung pada seluruh macam factor yang
mempengaruhi. Gabungan dari faktor-faktor inilah yang akan menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja (accident working). Hal tersebut seperti rangkaian
kartu domino. Teori domino itu menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan
(accident) yang menimbulkan cidera, terdapat lima faktor secara berurutan yang
yang digambarkan sebagai lima domino yang berdiri sejajar. (Rudi Suardi, 2005)

Rangkaian teori domino menurut Birds (1967) dapat diuraikan sebagai berikut
:

1. Lack of control (kurangnya pengontrolan)

Kurangnya pengontrolan atau pengendalian merupakan urutan paling


awal menuju suatu kejadian yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol
atau pengendaian termasuk dalam salah satu tempat fungsi manajemen
yaitu planning, organisazing, actuating serta controlling. Tanpa
menggunakan manajemen pengendalian atau kontrol yang kuat dapat
menyebabkan kecelakaan kerja dan rangkaian efek akan mulai terjadi dan
memicu berlanjutnya faktor kerugian. Kurangnya kontrol atau
pengendalian dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Tidak memadainya program kerja yang dijalankan. Hal ini


tentunya dapat menyebabkan terlalu sedikitnya program kerja yang
sudah diterapkan.

b. Standar program kerja yang belum memadai.

c. Kurangnya kepatuhan terhadap standar program.

Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen kerja yang tidak
mampu mengoordinasi, memimpin, dan mengontrol pekerja dalam
memenuhi standar kerja yang telah ditentukan di awal.

2. Basic Cause (Penyebab dasar)

Pengontrolan atau pengendalian yang tidak mencukupi akan


memberikan peluang potensi pada penyebab dasar dari kejadian yang
menyebabkan kerugian. Penyebab dasar atau yang lebiih sering disebut
dengan basic cause ini terbagi menjadi dua hal yaitu :

a. Faktor manusia

Factor manusia memiliki kekurangan pada kemampuan fisik


dan mental, kurangnya keterampilan dasar dan juga kurangnya
pengetahuan.

b. Faktor pekerjaan

Factor pekerjaan yang memiliki standar kerja yang tidak cukup


dan standar pembelian produk yang masih kurang.

3. Immediate Cause (penyebab langsung)

Immediate cause atau penyebab langsung dapat diartikan sebagai


tindakan yang tidak aman (unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe
condition). Menurut Heinrich (Adi Mulya, 2008), menyebutkan bahwa
kecelakaan kerja diakibatkan oleh tindakan yang tidak aman, kondisi yang
tidak aman dan juga disebabkan oleh factor yang tidak disebutkan.

4. Incident or Accident (kejadian atau kecelakaan)


Incident atau kejadian adalah suatu kejadian dimana kejadian tersebut
tidak diinginkan yang apabila keadaannya memiliki perbedaan yang
sedikit saja dapat mengakibatkan luka (injury), kerusakan ataupun
kerugian pada proses kerja. Accident atau kecelakaaan adalah suatu
kondisi yang tidak diinginkan dan dapat mengakibatkan luka pada
manusia, kerusakan properti ataupun kerugian pada proses kerja.

5. Loss (kerugian)

Loss atau kerugian akan terjadi apabila seluruh tahapan diatas telah
terjadi. Kerugian akan memiliki pengaruh pada produktifitas kerja,
keselamatan kerja, kesehatan kerja serta keamanan di tempat kerja.
POtensi kecelakaan kerja dapat dihindari dengan cara sebagai berikut :

a. Menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak nyaman (unsafe


act) dari semua pekerja yang terlibat, maksud penjelasan tersebut
adalah semua pekerja yang terlibat harus memperhatikan betapa
pentingnya mengurangi pelanggaran disetiap prosedur K3 yang
dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.

b. Menghilangkan atau mengurangi keadaan yang tidak nyaman


(unsafe condition) disemua wilayah tempat kerja. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah semua pencegahan pada kondisi atau
keadaan fisik yang dapat secara langsung memungkinkan atau
mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan atau insiden sehingga
dapat mengurangi suatu keadaan atau kondisi yang tidak aman
(unsafe condition).

c. Menerapkan standart operational procedure (SOP) sebagai


panduan utama dalam prosedur pelaksanaan kerja.

d. Menyediakan peralatan kerja, alat pelindung diri (APD) maupun


bahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan, maksudnya
adalah sebagai pilihan terakhir yang dapat di lakukan untuk
mencegah bahaya terhadap para pekerja.

e. Memberikan hukuman atau sanksi yang tegas kepada setiap


pelanggar safety procedure yang telah ditetapkan. Maksudnya
adalah pelanggaran dapat terjadi akibat kelalaian setiap pekerja
dalam memenuhi semua peraturan dalam keselamatan kerja, maka
oleh karena itu perusahaan berusaha untuk memberikan hukuman
atau sanksi terhadap setiap pelanggar karena diharapkan dapat
mengurangi resiko bahaya (hazard) yang terjadi dan meningkatkan
pentingnya kesadaran diri untuk mematuhi peraturan keselamatan
yang telah dibuat.

c. Pengendalian (Control) Bahaya Kerja

Pengendalian bahaya (hazard) memiliki hierarki pengendalian bahaya yang


meliputi :

1. Eliminasi

Eliminasi adalh langkah mengurangi atau menghilangkan metode atau


cara, bahan ataupun proses kerja untuk mengurangi bahaya (hazard) secara
menyeluruh. Efektifitas dari penggumnaan metode eliminasi ini digunakan
karena dapat menghilangkan bahaya (hazard) sampai pada titik nol.

2. Substitusi

Subtitusi merupakan pengganti dari bahan atau material. Bahan


memiliki proses yang mempunyai nilai resiko dari yang tinggi sampai
dengan yang mempunyai nilai resiko yang kecil.

3. Administrasi

Administratif memiliki beberapa jenis pengendalian yang dapat


dilakukan antara lain :

a. Seleksi karyawan dan pengaturan jam kerja

b. Pelatihan dan penyamppaian kompetensi K3

c. Pembentukan K3 Representatif (Sub P3K3)

d. Pembuatan kebijakan K3 yang dibuat berdasarkan undang-undang


K3 No. 1 tahun 1970.

e. Peraturan, prosedur dan instruksi kerja

f. Komunikasi potensi bahay

g. Promosi K3

4. Prosedur dan Tanda Peringatan

Prosedur dan tanda peringatan terhadap bahan kimia atau wilayah yang
berpotensi menimbulkan bahaya (hazard) yang ada di tempat kerja diberi
tanda peringatan ataupun tanda lainnya agar pekerja mengetahui bahwa
bahan atau wilayah tersebut dapat menimbulkan potensi bahaya. Selain itu
starndard operational procedure (SOP) ditujukan agar para pekerja
mengetahui langkah-langkah yang harus sigunakan dalam pemakaiannya.

5. Alat Pelindung Diri (APD)

Pelindungan diri pada pekerja yang dilakukan di tempat kerja adalah


dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan jenis
pekerjaan yang akan dilakukan. Adapun APD yang perlu disediakan pada
tempat kerja adalah sebagai berikut :

a. Pelindung kepala (safety helmet).

b. Pelindung pendengaran (ear plug, ear muff).

c. Pelindung mata dan muka (safety goggle, face shield).

d. Pelindung pernafasan (cotton mask, gas mask, airline respirator,


Self Contained Breathing Apparatus / SCBA).

e. Pelindung tangan (cotton glove, chemical gloves, welding gloves,


asbes gloves).

f. Pelindung kaki (safety shoes)

g. Pelindung tubuh (coverall, chemical suit, fireman suit).

h. Pelindung jatuh dari ketinggian (safety belt, safety body


hardness)

d. Monitoring

1. Audit

Audit merupakan pemeriksaan secara sistematik dan independen untuk


menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan dengan pengaturan
yang telah direncanakan dan dilaksanakan secara efektif dan tepat untuk
mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan (Pungky W,002). Audit Sistem
Manajemen K3 harus dilaksanakan secara berkala agar mengetahui
keefektifan dari penerapan Sistem Manajemen K3. Audit harus dilakukan
secara sistematik dan independen oleh pekerja yang memiliki kompetensi
kerja yang baik dengan menggunakan metode atau cara yang telah ditetapkan.

Frekuensi audit harus ditentukan terlebih dahulu berdasarkan tinjauan


kembali hasil audit yang sebelumnya dan bukti-bukti sumber bahaya (hazard)
yang akan didapatkan di tempat kerja. Hasil audit harus digunakan oleh
pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen (Pungky W,2002).
2. Inspeksi

Program inspeksi K3 dilakukan agar mengetahui sumber potensi


bahaya di tempat kerja baik yang berasal dari keadaan tidak aman (unsafe
condition), tindakan yang tidak aman (unsafe action) maupun house keeping
yang kurang baik di tempat kerja. Setelah data hasil inspeksi didapatkan, data
tersebut dapat dipelajari dan dianalisa untuk menentukan dan merencanakan
tindakan pencegaham serta perbaikan yang akan dilakukan. Inspeksi K3 yang
dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :

a. Inspeksi peralatan keselamatan kerja

b. Inspeksi PPE (Personal Protected Equipment)

c. Inspeksi Sistem

d. Inspeksi Umum
KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keselamatan dan kesehatan
kerja atau K3 merupakan seperangkat kesatuan yang melindungi pekerja, perusahaan,
lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Setelah
mengetahuai apa itu K3, kita juga harus mengenal apa itu yang dimaksud dengan JSA atau
Job Safety Analysis. Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
membahas ulang metode atau cara dan melakukan identifikasi pekerjaan yang memiliki
potensi terjadinya kecelakaan kerja dan dilakukan koreksi sebelum kecelakaan kerja terjadi.
Dengan mempelajari apa itu K3 dan juga Job Safety Analysis, diharapkan pekerja dapat
meminimalisir bahkan menghilangkan potensi bahaya (hazard) yang akan terjadi dalam
proses bekerja.
REFERENSI

IHSA.ca. 2016. Safety Talks. Infrastructure Health and Safety Assocition

OSHA. 2002. Job Hazard Analysis. Occupational safety and Health Administration

Imamkhasani, Scemanto. 1990. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia. Jakarta: P.


T. Gramedia

S.A, dalih dan Sutiarno, Oja. 1982. Keselamatan Kerja dalam Tatalaksana Bengkel. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

White, Kevin. 2011. Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit: edisi ketiga. Jakarta: P. T.
RajaGrafindo Persada

Dzikri, Ilham. 2015. Tugas JSA. Yang diperoleh dari : http://dokumen.tips/documents/tugas-


jsa.html

Ridley, John. 2003. Kesehatan dan Keselamatan Kerja: edisi ketiga. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai