Pengendalian risiko merupakan suatu proses yang dilakukan manajer setelah mengidentifikasi,
pengukuran dan koreksi atas semua kegiatan yang bepotensi menghasilkan risiko/kerugian
dalam rangka memastikan bahwa tujuan-tujuan dan rencana-rencana organisasi/perusahaan
dapat terlaksana dengan baik. Dengan kata lain, pengendalian risiko adalah suatu tindakan atau
usaha untuk menyelamatkan perusahaan dari kerugian.
Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai dengan tingkat
resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman). Hierarki pengendalian tersebut antara lain
ialah eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD)
1. Eliminasi (elimination )
Eliminasi berarti menghilangkan bahaya. Contoh tindakan eliminasi adalah
berhenti menggunakan zat kimia beracun, menerapkan pendekatan
ergonomic ketika merencanakan tempat kerja baru, mengeliminasi pekerjaan
yang monoton yang bisa menghilangkan stress negatif, dan menghilangkan
aktifitas forklift dari sebuah area.
2. Substitusi (subtitasion)
Substitusi berarti mengganti sesuatu yang berbahaya dengan sesuatu yang
memiliki bahaya lebih sedikit. Contoh tindakan substitusi adalah mengganti
aduan konsumen dari telepon ke on line, , menggnti cat dari berbasis solven
ke berbasis air, mengganti lantai yang berbahan licin ke yang tidak licin, dan
menurunkan voltase dari sebuah peralatan..
Kontrol teknik adalah yang ketiga dari lima anggota hierarki pengendalian
bahaya, yang memerintahkan strategi kontrol berdasarkan kelayakan dan
efektivitasnya. Kontrol teknik lebih disukai daripada kontrol administratif
dan alat pelindung diri (APD) karena mereka dirancang untuk menghilangkan
bahaya di sumbernya, sebelum terjadi kontak dengan pekerja.
Kontrol rekayasa yang dirancang dengan baik dapat sangat efektif dalam
melindungi pekerja dan biasanya akan independen dari interaksi pekerja
untuk memberikan perlindungan tingkat tinggi ini. Contohnya Langkah
pengendalian setelah itu yaitu dengan membikinkan referensi kerja, hingga
pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan cara benar. Referensi kerja dapat
berbentuk SOP maupun JSA.
Contoh pengendalian administrasi yaitu penyusunan pola gilir kerja (shift), hal
semacam ini mempunyai tujuan untuk kurangi lamanya paparan pada pekerja.
Diluar itu, contoh yang lain yaitu pemasangan rambu-rambu yang memberi info
baik larangan, keharusan, maupun info yang lain