Anda di halaman 1dari 7

Piramida Kecelakaan Kerja

Written By safety K3 on Rabu, 01 Oktober 2014 | 02.10

Piramida Kecelakaan Kerja menggambarkan statistik urutan (rangkaian) kejadian


yang terjadi menuju 1 (satu) kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen). Lebih
jelasnya dapat dijabarkan dalam teori piramida kecelakaan kerja sebagai berikut :
Setiap terdapat 1 (satu) kejadian kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen) maka
di dalam 1 (satu) kejadian fatal tersebut terdapat 10 (sepuluh) kejadian kecelakaan
ringan dan 30 (tiga puluh) kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan
aset/properti/alat/bahan serta 600 (enam ratus) kejadian nearmiss (hampir celaka)
sebelum terjadi 1 (satu) kejadian kecelakaan fatal tersebut. Piramida kecelakaan
kerja tersebut menggambarkan bahwa untuk (guna) mencegah kecelakaan fatal di
tempat kerja, maka harus terdapat upaya untuk menghilangkan (mengurangi)
kejadian-kejadian nearmiss di tempat kerja sehingga probabilitas menuju kejadian
kecelakaan fatal dan kejadian-kejadian lain sebelum menuju adanya 1 (satu)
kejadian fatal dapat dikurangi (tidak ada). Ilustrasi piramida kecelakaan kerja
sebagaimana gambar di bawah :

ARTI PENTING KESELAMATAN KERJA BAGI PERUSAHAAN


August 1, 2014 by katigaku.com in Dasar K3.

Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia sangat mengkhawatirkan.


Menurut Jamsostek pada tahun 2012, kecelakaan kerja di Indonesia telah menyentuh
angka 103.000 kasus hanya dalam 1 tahun. Jika dirata-rata, 9 pekerja Jamsostek
meninggal akibat kecelakaan kerja setiap harinya. Hal tersebut tentunya tidak
mengherankan apabila kita melihat jumlah perusahaan skala besar yang
menerapkan Sistem Manajemen K3 yang hanya 2.1% saja dari 15.000 perusahaan.

Penerapan K3 sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari perusahaan yang


memperkerjakan atau bahasa kasarnya- yang mempertemukan para pekerja
dengan bahaya-bahaya kerja. Namun, tak semua perusahaan memiliki Sistem
Manajemen K3 yang baik karena beberapa alasan, salah satu alasan paling klasik
adalah program K3 hanya menambah beban biaya bagi perusahaan.
Padahal, program-program K3 banyak memiliki arti penting bagi perusahaan itu
sendiri jika perusahaan tersebut mau untuk menganalisis arti penting keselamatan
kerja lebih dalam. Arti penting keselamatan kerja bagi perusahaan antara lain
adalah:
Pemenuhan terhadap persyaratan (compliance)
Nilai pemenuhan persyaratan ini boleh dibilang adalah nilai paling bawah dalam
pentingnya K3 karena apabila perusahaan hanya terpaku pada pemenuhan
persyaratan saja dalam K3, itu berarti perusahaan hanya mengambil sifat reaktif
bukan proaktif dalam mencegah kecelakaan kerja. Akibatnya, perusahaan tidak
begitu peduli tentang peningkatan-peningkatan K3 dan cenderung menabrakannya
dengan produktifitas.

Pemenuhan persyaratan ini tidak melulu dari regulasi nasional saja, pemenuhan
persyaratan ini juga bisa persyaratan dari perusahaan pemilik kontrak kerja (owner
dalam posisi kita sebagai kontraktor atau subcont), Kantor pusat (head quarter/
General Office/ Group Policy), dan auditor.

Perusahaan yang memandang K3 hanya sebagai compliance, hanya akan


menunjukkan aspek K3 nya ketika ada audit atau inspeksi dari atasannya. Mereka
akan menampakkan kondisi sebenarnya jika auditor atau atasannya sudah pergi
Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate social responsibility)
K3 juga dapat menjadi bentuk tanggung jawab sosial perusahaan karena apabila ada
kecelakaan kerja yang fatal, lingkungan sekitar perusahaan dapat langsung terkena
imbas dari kecelakaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan wajib menjaga proses
produksinya agar tidak mengganggu lingkungan sekitar.
Contoh nyata dampak langsung kecelakaan kerja untuk lingkungan adalah kasus
kebakaran pabrik kertas PT Fajar Paper di Kabupaten Bekasi yang debu dari asap
kebakarannya menyebar hingga radius 12 km. Ada juga kasus ledakan kilang minyak
milik BP yang menewaskan 11 orang dan membuat Teluk Meksiko tercemar parah.
Menjaga asset

Banyak kasus-kasus kecelakaan kerja yang langsung membuat perusahaan


bangkrut. Kasus tenggelamnya Titanic dan jatuhnya Pesawat Mandala Air adalah
sebagai contoh.Bahkan, ada beberapa kasus Kecelakaan Kerja yang sempat
menggoyang pemerintahan suatu Negara, misalnya kasus tertimbunnya pekerja
tambang di Turki dan kasus tenggelamnya kapal wisata di Korea Selatan. Maka
benarlah kata para professional keselamatan kerja bahwa safety is not everything,
but everything will be nothing without safety (keselamatan kerja bukanlah
segalanya, namun segalanya tak akan berarti tanpa keselamatan)

Gambar Presiden Korea Selatan Menangis ketika meminta maaf atas tenggelamnya
Kapal
Karyawan, gedung pabrik dan fasilitas pabrik adalah asset perusahaan yang harus
perusahaan jaga. Aset-aset tersebut harus perusahaan pastikan dapat berfungsi
hingga jangka waktu yang panjang (sustain). Perusahaan tentunya akan mengalami
kerugian yang besar jika suatu saat aset tersebut mengalami gangguan sehingga
berdampak negatif pada proses produksinya. Oleh karena itu, melalui Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Perusahaan dapat memastikan aset-aset tersebut
berfungsi hingga jangka waktu yang lama.
Meningkatkan produktifitas

Kadang perusahaan-perusahaan membenturkan adalah keselamatan kerja dengan


produktifitas. Mereka menganggap keselamatan kerja sebagai biaya (cost) dan juga
membuat mereka mengeluarkan waktu ekstra untuk mematuhi prosedur-prosedur
keselamatan kerja yang kadang terlalu rumit untuk mereka.
Padahal,program Keselamatan Kerja tak selamanya berbanding terbalik dengan
produktifitas. Program ergonomik misalnya, seperti tulisan saya sebelumnya, bisa
meningkatkan produktifitas karyawan karena dan memotong waktu dari aktifitas
pekerjaan serta menurunkan tingkat keletihan operator. Contoh lagi pada program
penutupan (covering) konveyor untuk melindungi pekerja dari bahaya tersangkut di
konveyor dapat melindungi konveyor dari debu sehingga akan lebih tahan lama.
Bagi saya, apalah artinya 1-2 menit ekstra untuk prosedur keselamatan kerja untuk
menyelamatkan seluruh kehidupan pekerja daripada 1-2 menit lebih cepat yang
justru dapat membuat seluruh kehidupan pekerja hilang dalam sekejap karena
kecelakaan kerja.
Menjadi perusahaan yang memanusiakan pekerjanya (Humanized
company)
Semua perusahaan, kecil atau besar, selalu menginginkan keuntungan yang selalu
meningkat tapi tak semua perusahaan menginginkan peningkatan performa
keselamatan kerja. Padahal mereka memperkerjakan para karyawan yang sebagian
besar di antara mereka adalah kepala keluarga atau tulang punggung dari sebuah
keluarga.
Itu berarti, ketika ada salah seorang pekerja dari sebuah perusahaan tewas karena
kecelakaan kerja, maka keluarga yang ditinggal pekerja tersebut akan mengalami
kesulitan ekonomi. Dari kesulitan ekonomi tersebut, tidak mengherankan , apabila
dari keluarga tersebut lahir pengemis, pencuri atau bahkan perampok demi sesuap
nasi. Dengan demikian, setiap perusahaan yang membiarkan karyawannya
meninggal sama saja telah menciptakan pengemis,pencuri dan perampok secara
tidak langsung.

Setiap perusahaan wajib menjadi perusahaan yang memanusiakan pekerjanya


dalam arti semua pekerjaan yang dibebankan kepada para pekerja harus dalam
lingkup kemampuan manusia dan tidak membahayakan pekerja mereka sendiri.

Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja :


Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat
diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa
keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat
didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah
keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi
kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan
atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu
kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau
tidak.

Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan


kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Anda mungkin juga menyukai