Anda di halaman 1dari 16

Nama : Lacok

Nim : N1A118013
Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Mata Kuliah : Toksikologi Industri
Dosen pengampu : drh. David Kusmawan, S.K.H., M.K.K.K

Pertanyaan Kunci

1. Sebutkan pembagian toksikologi modern dan jelaskan substansinya masing-


masing!

2. Apa kaitan antara toksikologi industri dengan bidang toksikologi lainnya !

3. Apakah yang dimaksud dengan toksikan dan berikan contohnya !

4. Apa pentingnya mempelajari toksikologi industri bagi Anda sebagai seorang calon
ahli kesehatan masyarakat khususnya bidang K3?

5. Sebutkan ilmuwan yang berkecimpung di bidang toksikologi dan apa


kontribusinya?

6. Apa saja tahapan pemantauan toksikan dan jelaskan substansinya !

7. Cari dan jelaskan istilah di bidang toksikologi selain yang terdapat dalam modul !

8. Apa yang Anda ketahui tentang “omic science”: Toxicogenomic, Transcriptomic,


dan Proteomic?

9. Cari dan Isilah terminologi di bidang toksikologi yang masih kosong (titik-titik)

Jawaban Pertanyaan Kunci

1. Dalam bidang keilmuan, toksikologi dibagi menjadi lima bidang terkait dengan
kepentingan kajian risiko. Dua bidang kajian pertama menyajikan informasi tentang
mekanisme toksisitas dan efek yang ditimbulkan oleh toksikan, tiga berikutnya
memanfaatkan dan mengevaluasi informasi yang disajikan untuk kepentingan
penggunaan dan pengendalian toksikan
a. Toksikologi Deskriptif
Toksikologi deskriptif mempelajari dan membahas mengenai efek toksik
bahan kimia dalam ruang lingkup dosis atau pajanan (exposure) yang pada
umumnya dilakukan dengan melakukan uji toksisitas pada hewan model. Hewan
model yang sering dipakai antara lain rats, mice, guinea pigs, dogs, primates,
zebrafish atau invertebrata lainnya. Toksikologi Deskriptif, mengkaji efek toksik
bahan kimia dalam ruang lingkup dosis atau pajanan yang umumnya dilakukan
dengan uji toksisitas, mencakup protokol uji toksistas akut, subakut atau kronik.
Hasil studinya merupakan data toksisitas, Data toksisitas yang dihasilkan dapat
digunakan untuk evaluasi keselamatan toksikan, sebagai komponen kunci untuk
penilaian risiko yang digunakan oleh toksikologis regulatori dalam penetapan
peraturan, dan berkontribusi dalam pengembangan toksikologi mekanik melalui
pengembangan hipotesis

b. Toksikologi Analitik
Jika bahan kimia tertentu terlibat dalam penyebab penyakit atau kesehatan
yang buruk pada populasi manusia, konfirmasi yang kuat diperlukan untuk
memastikan bahwa konsentrasi zat yang relevan secara toksikologi sebenarnya ada
di dalam tubuh atau jaringan individu yang terpapar. Pada manusia, korelasi antara
konsentrasi darah dari zat beracun dan tingkat keparahan hasil patologis tidak
ternilai harganya jika hubungan dosis-respons untuk sebab akibat akan ditetapkan.
Metode ini juga digunakan dalam bidang industri untuk mendeteksi penggunaan zat
terlarang oleh para pekerja. Kemampuan analitis seperti itu juga penting selama
proses evaluasi obat-obatan serta zat beracun oleh ahli toksikologi deskriptif pada
hewan percobaan. Data analitik yang diperoleh dari studi semacam itu dapat
mengungkapkan berapa banyak bahan kimia yang diberikan yang masuk ke dalam
aliran darah dan bersirkulasi dan jaringan hewan yang terpapar di bawah rute
paparan yang berbeda (misalnya ketika bahan kimia tersebut diberikan melalui
makanan, air minum atau udara yang dihirup (inhalasi) dari hewan laboratorium.

c. Toksikologi Mekanistik
Mengkaji mekanisme terjadinya efek toksik di dalam tubuh organism hidup,
yaitu mekanisme terjadinya reaksi atau perubahan selular, biokimia dan/atau
molekular di dalam sistem biologik yang diakibatkan oleh toksikan. Toksikologi
mekanik sangat berguna dalam penilaian risiko kesehatan. Toksikologi mekanik
telah mengalami revolusi selama beberapa dekade terakhir di bawah pengaruh
kemajuan teknologi yang bergerak cepat. Sejak penemuan Watson dan Crick
membuka kunci kode genetik pada tahun 1953, biologi modern telah berkembang
pesat dalam pengetahuannya tentang dasar molekuler untuk kehidupan. Kesadaran
bahwa jaringan hidup mewakili konglomerat kimia dan biokimia yang kompleks di
bawah kendali gen memicu upaya energik untuk memahami proses ini pada tingkat
dasar. Sementara kemajuan awalnya lambat karena kendala teknologi yang sering
memungkinkan studi biologis hanya pada satu gen, protein atau metabolit sekaligus,
dalam beberapa dekade terakhir kemajuan teknologi dalam kimia, perangkat keras
komputasi, sistem perangkat lunak, robotika dan bioinformatika mendorong
munculnya disiplin ilmu baru yang mempelajari fenomena biologis dari global atau
'perspektif mata burung'. Pendekatan 'omics' ini memungkinkan studi bersamaan
dari puluhan ribu partisipan molekuler dalam proses biologis. Karena teknologi
global dapat memberikan wawasan yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang
fenomena toksik, toksikologi modern telah menggunakan teknologi baru seperti
genomik, transkriptomik, proteomik, dan metabolomik selama studi tentang kanker,
cacat lahir, cedera organ, dan toksisitas reproduksi.

d. Toksikologi regulasi
Mengkaji data yang dikumpulkan dari toksikologi deskriptif, toksikologi
mekanik dan hasil penelitian lainnya untuk mengambil keputusan tentang
penggunaannya serta menentukan batas aman penggunaanya, walaupun dalam
penetapannya melibatkan faktor sosial, ekonomi dan faktor lainnya. Contohnya
adalah penetapan nilai ambang batas suatu bahan kimia. Ahli toksikologi regulasi
yang bekerja dalam entitas publik ini biasanya dilatih dalam evaluasi literatur ilmiah
dan uji coba komersial yang meneliti nasib dan toksisitas bahan kimia dalam kondisi
yang mendekati kemungkinan penggunaannya dalam 'dunia nyata'. Dibidang
toksikologi regulasi biasanya melibatkan latar belakang yang luas dalam toksikologi
dan ilmu kehidupan terkait seperti kesehatan masyarakat.

e. Toksikologi Infromatika
Mempunyai fokus kajian terhadap pengumpulan, kompilasi, dan
penyebarluasan informasi toksikolgi, termasuk analisa, interpretasi dan pembuatan
kesimpulan dari data yang didapat, seperti yang dicantumkan dalam lembar
keselamatan material atau yang dikenal sebagai material safety data sheet (MSDS).
Toksikologi Penilaian Risiko, mengkaji besar risiko terjadinya dampak pada populasi
yang terpajan toksikan dengan menggunakan hasil studi deskriptif dan mekanisitik
tentang toksikan, dihubungkan dengan tingkat pajanan toksik

f. Toksikologi klinis
Mempelajari efek toksikan pada organ spesifik dan kesehatan pada umumnya
serta pengelolaannya. ada lebih banyak toksikologi klinis daripada manajemen
keracunan saja karena keterampilan dokter terlatih juga penting dalam pengaturan
medikolegal di mana penting untuk menilai apakah gejala atau penyakit tertentu
yang dialami oleh pasien disebabkan oleh paparan bahan kimia terkait pekerjaan
atau apakah mereka disebabkan oleh penyakit yang sudah ada sebelumnya atau
jenis paparan lainnya.

g. Toksikologi Industri dan okupasi


Mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan dengan toksikologi pada pekerja
yang terpajan. Penggunaan bahan kimia sintetis di tempat kerja menimbulkan
masalah kritis yang menjadi perhatian khusus ahli toksikologi pekerjaan,
Menggunakan bahan kimia berbahaya secara berulang sering kali mendapat
pemeriksaan ekstra. Misalnya, selain pekerja di industri kimia, personel di industri
pertambangan dan industri primer lainnya secara teratur terpapar zat berbahaya.
Ahli toksikologi kerja bertanggung jawab untuk memantau bahaya kimiawi di tempat
kerja ini sambil terus mengikuti penelitian toksikologi yang sedang berlangsung
mengenai efek kesehatan dari zat yang relevan dengan sektor industri mereka.

h. Toksikologi Forensik
Terkadang hubungan antara pekerja dan pemberi kerja di lingkungan kerja
tertentu dapat memburuk, yang mengarah ke proses hukum di mana paparan bahan
kimia sering menjadi pusat perhatian. Dalam kasus seperti itu, pengadu mungkin
adalah anggota keluarga dari pekerja yang meninggal karena penyakit yang mereka
duga terkait dengan pekerjaan. Situasi seperti itu memerlukan masukan dari ahli
toksikologi forensik dengan pelatihan medikolegal dan analitik yang sesuai untuk
membantu pengadilan dan juri menetapkan validitas klaim tersebut. Ahli toksikologi
forensik juga memerlukan pelatihan dalam topik yang unik untuk cabang ilmu ini,
termasuk studi tentang nasib bahan kimia dengan mayat yang membusuk dan
tingkat degradasinya oleh mikroorganisme yang mengkanibal sisa-sisa tubuh
individu yang telah meninggal.

i. Toksikologi Lingkungan
Toksikologi lingkungan mengambil dan berasimilasi dari berbagai disiplin
ilmu. Ahli ekologi darat dan air, ahli kimia, ahli biologi molekuler, ahli genetika, dan
ahli matematika memainkan peran penting dalam evaluasi dampak bahan kimia
pada sistem biologi. Toksikologi lingkungan mengeksplorasi dampak lingkungan
yang lebih luas dari paparan bahan kimia, dengan perhatian khusus pada efek
bahan kimia pada spesies target bukan manusia termasuk burung, organisme darat
dan spesies laut. Alat penelitian yang digunakan oleh ahli toksikologi lingkungan
semakin canggih dan, selain penggunaan teknologi analitik untuk mengukur kadar
pestisida atau herbisida dalam sampel tanah, udara atau air, sekarang termasuk
penggunaan sidik jari genom untuk memantau efek bahan kimia pertanian. dan
polutan pada populasi mikroflora dan mikrofauna dalam sampel tanah yang
dikumpulkan dari lokasi yang terkontaminasi.

2. Toksikologi Industri merupakan salah satu cabang ilmu dari toksikologi yang
diterapkan di industri. Toksikologi mencakup multi-disiplin ilmu sebagaimana ilmu
kedokteran yang meliputi bidang-bidang terkait. Toksilogi industri memiliki kaitan
dengan cabang toksilogi lainnya karena dasar dari ilmu toksikologi itu sendiri adalah
biologi, kimia, farmakologi, fisiologi, histologi, immunologi serta patologi. Toksikologi
berperan dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain dalam industri makanan,
yaitu penggunaan zat aditif makanan (food additive), dalam dunia pertanian, yaitu
penggunaan pestisida, dalam industri kimia, yaitu berkaitan dengan pelarut dan
komponen lain dalam proses produksi suatu bahan kimia. Toksikologi digunakan
untuk mengkaji karakteristik bahan kimia dan dampak negatif yang bisa
ditimbulkannya, baik tehadap manusia maupun lingkungan.

3. Toksikan adalah segala jenis bahan yang dapat memberikan efek yang
berlawanan (merugikan). Zat toksik dapat berada dalam bentuk fisik (seperti radiasi),
kimiawi (seperti sianida) maupun biologis (bisa ular) secara sederhana, suatu
toksikan merupakan bahan yang memiliki sifat-sifat toksik. Dapat merupakan suatu
zat kimia toksik yang tunggal atau berupa campuran senyawa kimia toksik. Sebagai
contoh, timbal kromat, asbestos, dan bensin semuanya adalah bahan toksik. Berikut
beberapa contoh toksikan yang umum di tempat kerja:

• Logam, seperti Pb, Hg, Cd, Cr, Co, As, Al, Be, Ni, Mn

• Pelarut (Solvent), misalnya hidrokarbon alifatik, aromatik, bersubstitusi, benzena,


toluena, kloroform, formaldehid, alkohol, ester

• Gas, antara lain CO, ozon, HCN, fosgen, SOx, NOx

• Pestisida, yaitu organofosfat, orgaoklorin, karbamat, walfarin

• Partikel di udara, seperti silika bebas, asbes

4. Sangat penting, karena toksikologi industri sangat dibutuhkan saat ini karena
semua manusia (terutama pekerja) terpaksa hidup berdampingan dengan “racun”
(toksikan), seperti bahan kimia dasar, zat antara, produk akhir, pupuk, pestisida, cat,
sabun, parfum, obat, kosmetik, dan lain sebagainya. Kita tidak dapat
membayangkan apa yang akan terjadi apabila tidak ada TOKSIKOLOGI, sementara
kita terpaksa harus hidup berdampingan dengan toksikan. Di tempat kerja,
dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali sifat toksik bahan
kimia yang ada di tempat kerja, serta berkompetensi dalam mengkaji dan menilai
probabilitas adanya bahan kimia di lingkungan kerja serta besarnya risiko yang
ditimbulkan oleh bahan kimia tersebut. Hal tersebut tentu sangat berguna khususnya
untuk membekali calon ahli K3 di bidang toksikologi sehingga bisa melakukan risk
assessment dan risk management sebagai landasan monitoring, pengendalian dan
kontrol hazard di tempat kerja sehingga dapat meminimalisasi pekerja terhadap
paparan (eksposure) dengan bahan-bahan toksik serta tercipta produktivitas kerja,
kesehatan dan keselamatan bagi para pekerja.

5. ilmuwan yang berkecimpung di bidang toksikologi antara lain :

a. Agricola dan Paracelceus.


Toksikologi Industri mulai berkembang pada abad 16. Perkembangan itu
dipelopori oleh Agricola dan Paracelceus. Kedua tokoh dunia tersebut mencari dan
menemukan gagasan pencegahan terulangnya kembali kejadian keracunan pada
pekerja tambang. Pada akhirnya, Paracelceus (1493–1541) menyimpulkan bahwa:
“Sola dosis facet veninum” (Dosis adalah Racun). “All substances are poisons, there
is none which is not a poison. The right dose differentiates a poison from remedy. All
things are poison and nothing is without poison, only the dose permits something not
to be poison”.

b. Bernardino Ramazzini
Pada abad 17, Bernardino Ramazzini menelaah mengenai kasus-kasus
keracunan pada pekerja, seperti pekerja yang keracunan air raksa, bahaya di
pertambangan, kimia, metalurgi, dan farmasi. Oleh karena itu, Ramazzini dikenal
dunia sebagai Bapak Toksikologi Industri.

c. ORFILA
Pada abad 19, seorang toksikologi bernama ORFILA dikenal sebagai toko
TOKSIKOLOGI MODERN karena jasa-jasanya mengembangkan ilmu toksikologi
sesuai dengan kemajuan zaman dan teknologi pada masanya. Orfila menulis
sesuatu yang penting mengenai “Hubungan sistematika suatu informasi kimia dan
biologi tentang racun”.

d. Aurbach
Tahun 1946, Aurbach mengemukakan teori “Somatische Mutation”
mengenai hubungan interaksi kimia dengan terjadinya mutagen.

e. Papyrus Eber
Mungkin menulis medical record yang pertama (1500 SM), berisi sekitar 800
informasi mengenai racun misalnya opium (racun pada anak panah Cina purbakala)
dan racun tumbu-tumbuhhan lainnya.

f. Theophratus (370-286 S.M)


Seorang murid Aristoteles mencantumkan banyak sekali rujukan tentang
tumbuh-tumbuhan beracun dalam De Historia Plantarum.

g. Hippocrates (400 SM)


Menulis tentang dasar-dasar yang sederhana tentang ilmu toksikologi.
Hippokrates (460 SM - 370 SM) adalah seorang dokter dari Yunani kuno, yang kini
dikenal sebagai figur medis yang paling terkemuka sepanjang masa, maka dari itu ia
disebut "Bapak Kedokteran".

h. Mithridates VI (131-63 SM)


Mempelajari cara pencegahan dan penanggulangan keracunan secara
sistematis. Ia menggunakan dirinya dan tawanan sebagai kelinci percobaan untuk
menguji racun dan antidotnya, dengan cara mengkonsumsi racun dan campuran
racun lain yang diyakini dapat berfungsi sebagai penawar racun untuk melindungi
dirinya (mithtridatic), namun ia meninggal dalam usia muda karena keracunan.

i. Robert Christison
Mengembangkan keahlian khusus dalam mempelajari fisiologi ginjal serta
respon toksik ginjal dan karena alasan ini dia diakui sebagai pelopor dalam nefrologi
medis.

j. Moses ben Maimon atau Maimonides (1135-1204)


Menulis buku tentang racun dan antidotumnya. Buku ini berisi petunjuk
pertolongan pertama pada keracunan, baik yang disengaja maupun tidak, seperti
keracunan akibat gigitan serangga, ular dan anjing gila.

k. P.A.T.B von Hohenheim-Paracelcus (1493-1541).


Pada akhir abad pertengahan, orang yang terkenal dalam ilmu dan
kedokteran adalah P.A.T.B von Hohenheim-Paracelcus (1493-1541). Dia
menyatakan bahwa “semua substansi adalah racun; tiada yang bukan racun. Dosis
yang tepat membedakan racun dari obat”.

l. Mattieu Yoseph Bonaventura Orfilla (1787-1853)


Orfilla adalah orang pertama yang berusaha menghubungkan secara
sistematis antara informasi kimia dan efek biologis dari suatu racun. Orfilla juga
mengajukan hubungan antara ilmu kimia dan ilmu hukum, Karya besarnya telah
menghasilkan bahan otopsi yang digunakan untuk membuktikan penyebab
keracunan, baik keracunan akibat kecelakaan maupun keracunan yang disengaja.

m. Calude Bernard (1813-1878)


Berpandangan bahwa analisis fisiologik dari sistem organik dapat
dilaksanakan dengan bantuan agen-agen toksik.

n. Louis Lewin (1854-1929)


Menghasilkan literatur tentang toksikologi metil alkohol, etil alkohol, dan jenis
alkohol lain, kloroform, penggunaan opiat kronik dan bahan halusinogen yang
dikandung dalam tumbuh-tumbuhan. Di antara penerbitannya adalah : A
Toxicologist's View of World History, A Text book of Toxicology.

o. Rudolf Peter, dkk (1945)


Pada abad ke-20 toksikologi berkembang sangat cepat. Di antaranya adalah
perkembangan oleh Rudolf Peter, dkk (1945) mengenai Dimercaprol (DAL) sebagai
satu antidotum arsen yang dikandung gas-gas perang. Selanjutnya adalah
penemuan dan pemahaman DDT oleh Paul Muller dan penemuan senyawa
insektisida organofosfat oleh Willy lange dan Germard Schrader.

6. Pemantauan toksikan bisa dikategorisasikan ke dalam 3 tahapan besar yaitu :

a. Pemantauan lingkungan
Pemantauan lingkungan merupakan simpul pemantauan pertama. Pada
tahapan ini, yang dilakukan adalah pengukuran kadar toksikan di lingkungan kerja.
Simpul pemantauan ini dikembangkan oleh ahli higiene industri (higienis industri)
dan hasil pemantauan dievaluasi dengan mengacu pada Nilai Ambang Batas (NAB)
di lingkungan kerja.

b. Pemantauan Biologi
Pemantauan biologik ini merupakan simpul pemantauan yang kedua. Pada
tahapan ini, yang dilakukan adalah pengukuran dosis toksikan di dalam tubuh
pekerja. Dosis tersebut dapat diambil dari marka biologik (biomarker) pekerja yang
terpajan toksikan. Simpul pemantauan ini dikembangkan dilakukan oleh ahli
toksikologi (toksikolog) dengan mengacu pada Indeks Pajanan Biologik (IPB).

c. Surveilens Kesehatan
Surveilens kesehatan merupakan simpul pemantauan yang terakhir. Pada
tahapan ini dilakukan pemeriksaan kesehatan dan diagnosis penyakit akibat kerja
terhadap pekerja yang positif terpajan toksikan di lingkungan kerja. Simpul
pemantauan ini biasa dikembangkan dan dilakukan oleh dokter, terutama dokter
spesialis okupasi yang sangat mengetahui toksikan apa saja yang berpotensi
memajan pekerja di suatu tempat kerja. Dokter kesehatan kerja di perusahaan
melakukan surveilens kesehatan berdasarkan llmu yang telah dikembangkan.
7. Istilah lainnya
 Granuloma adalah istilah histopatologi yang mengacu pada koleksi kecil sel-
sel makrofag yang terbentuk ketika sistem imun mencoba untuk menyekat
zat-zat penyusup yang tidak dapat dihilangkan. Granuloma terbentuk sebagai
tanggapan terhadap benda asing, infeksi tertentu, dan penyakit kulit inflamasi.
 Fibrosis adalah pembentukan struktur seperti skar yang halus yang
menyebabkan jaringan mengeras dan mengurangi aliran cairan melalui
jaringan-jaringan
 Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel
yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang
jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis).
 Akut adalah gejala atau tanda-tanda yang dimulai dan memburuk dengan
cepat, bukan kronis.
 Kronis adalah suatu kondisi dengan onset (penampilan pertama dari tanda-
tanda atau gejala suatu penyakit) lambat, manifestasi ringan tetapi terus-
menerus dan tahan lama, sering berefek progresif.
 Uji toksisitas subkronis adalah uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan
dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang dari tiga
bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spectrum efek toksik senyawa
uji serta untuk memperlihatkan apakah spectrum efek toksik itu berkaitan
dengan takaran dosis
 Lethal Concentration adalah konsentrasi yang dapat membunuh populasi
organisme sejumlah tertentu yang dinyatakan dalam % (Finney 1971)
 Dosis Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat
mematikan bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang
mengkonsumsi akan over dosis (OD)
 Biokonsentrasi adalah kondisi peningkatan konsentrasi polutan di lingkungan.
 Bioakumulasi adalah penimbunan (akumulasi) suatu substansi atau senyawa
dalam jaringan makhluk hidup. Proses dimana substansi kimia mempengaruhi
makhluk hidup dan ditandai dengan peningkatan konsentrasi bahan kimia di
tubuh organisme dibandingkan dengan konsentrasi bahan kimia itu di
lingkungan.
 Biomagnifikasi adalah peningkatan konsentrasi substansi atau senyawa
dalam jaringan makhluk hidup, dengan semakin tingginya tingkatan trofik
dalam jaring makanan.
 NOEC (No Observed Effect Concentration) adalah nilai konsentrasi tertinggi
yang secara nyata tidak menyebabkan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan.
 NOAEC (No Observed Adverse Effect Concentration) adalah konsentrasi
tertinggi dimana tidak ada peningkatan signifikan secara statistik dalam
frekuensi atau keparahan efek samping antara populasi terpapar dan
kelompok kontrol yang tepat.
 NOEL (No Observed Effect Level) adalah dosis tertinggi atau tingkat paparan
racun yang tidak menghasilkan efek toksik terlihat pada hewan.
 NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) adalah dosis tertinggi suatu zat
pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis
tidak menunjukkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia
 LOEL (Lowest Observed Effect Level) adalah konsentrasi terendah atau
jumlah zat yang ditemukan oleh percobaan atau pengamatan, yang
menyebabkan perubahan apapun dalam morfologi, kapasitas fungsional,
pertumbuhan, perkembangan, atau rentang hidup organisme sasaran.
 LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) berarti dosis terendah yang
(masih) menimbulkan efek.

8. Berikut penjelesan mengenai “omic science”: Toxicogenomic, Transcriptomic, dan


Proteomic

 Kata omics mengacu pada bidang studi dalam ilmu biologi yang diakhiri
dengan omics, seperti genomik, transkriptomik, proteomik, atau metabolomik.
Akhiran ome digunakan untuk menangani objek studi dari bidang-bidang
tersebut, seperti genom, proteome, transcriptome, atau metabolome.
 Toxicogenomics adalah subdisiplin farmakologi yang berhubungan dengan
pengumpulan, interpretasi, dan penyimpanan informasi tentang aktivitas gen
dan protein dalam sel atau jaringan tertentu dari suatu organisme sebagai
respons terhadap paparan zat beracun. Toxicogenomics menggabungkan
toksikologi dengan genomik atau teknologi profil molekuler keluaran tinggi
lainnya seperti transkriptomik , proteomik , dan metabolomik. Toksikogenomik
berusaha untuk menjelaskan mekanisme molekuler yang berkembang dalam
ekspresi toksisitas, dan untuk mendapatkan pola ekspresi molekuler (yaitu,
penanda molekuler) yang memprediksi toksisitas atau kerentanan genetik
terhadapnya.
 Transcriptomics adalah himpunan semua molekul RNA messenger dalam
satu sel, jaringan, atau organisme. Ini mencakup jumlah atau konsentrasi
setiap molekul RNA selain identitas molekuler. Istilah proteome mengacu
pada jumlah semua protein dalam sel, jaringan, atau organisme, yang
mengacu pada pemindaian komprehensif dari hampir lima puluh ribu gen
yang saat ini dikenal yang ditranskripsi menjadi molekul RNA dari genom
manusia tiga miliar huruf. Setiap sel menggunakan (mengekspresikan) gen
yang berbeda di waktu yang berbeda dalam perkembangannya dan dalam
kondisi fisiologis yang berbeda. Secara umum, jaringan mengekspresikan
kumpulan gen serupa yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi jaringan
tersebut. Misalnya, otak mengungkapkan tentang 30% dari semua gen yang
diketahui; transkrip spesifik tersebut berbeda dari transkrip genom di hati.
Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan tanda tangan molekuler
berdasarkan profil ekspresi, dan profil ini kemudian dapat digunakan untuk
memisahkan secara otomatis sel atau jaringan normal ke dalam kategori yang
benar.
 Proteomic adalah studi terintegrasi tentang protein dan fungsi biologisnya
dan proses. Ini memungkinkan studi tentang struktur protein dan interaksi
protein-protein, cabang ilmu ini menjadi alat utama dalam biomedis dan obat-
obatan penelitian pengembangan. Proteomic merupakan penerapan teknologi
yang berkembang untuk menganalisis produk gen, protein, dalam skala
besar. Ini menyangkut profil ekspresi protein, modifikasi protein dan jaringan
protein dalam kaitannya dengan fungsi sel dan proses biologis misalnya
perkembangan, kesehatan dan penyakit (Macaulay et al., 2005). Dengan
pemetaan dari genom manusia, proteomik dengan cepat muncul sebagai
bidang baru yang menarik penelitian, yang melengkapi daripada
menggantikan genomik. Genom menampung semuanya dari gen organisme,
yang membawa kode untuk protein yang dibutuhkannya agar dapat berfungsi.

9. Istilah di bidang toksikologi

Mutagenesis Proses di mana informasi genetik suatu


organisme diubah, menghasilkan mutasi . Ini
mungkin terjadi secara spontan di alam, atau
sebagai akibat dari paparan mutagen
Karsinogen Hal-hal yang dapat menyebabkan kanker, bisa
dalam bentuk zat kimia, virus, atau bahkan obat-
obatan dan radiasi yang digunakan untuk
mengobati kanker itu sendiri.
Genotoksisitas Kemampuan suatu zat untuk membuat toksisitas
pada bahan genetik sel, yang terutama memicu
timbulnya kanker.
DNA Adduct Modifikasi kovalen dari DNA yang dihasilkan dari
paparan karsinogen tertentu dan dengan
demikian, tingkat DNA adduct dalam sel normal
dapat berfungsi sebagai penanda biologis untuk
paparan yang signifikan terhadap karsinogen.
Selain menjadi penanda paparan karsinogen,
DNA adduct dapat secara langsung mengubah
regulasi transkripsi penekan tumor atau onkogen.
Bioakumulasi Penumpukkan dari zat-zat kimia seperti
pestisida, metilmerkuri, dan kimia organik lainnya
di dalam atau sebagian tubuh organisme.
Biotransformasi Proses perubahan struktur kimia obat yang
terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. 
Bioaktivasi Pengaktifan atau khasiat farmakologi suatu obat
menjadi diperkuat karena reaksi-reaksi
metabolism dalam hati dan beberapa organ lain.
Biological Monitoring Salah satu sarana untuk menilai paparan dan
risiko kesehatan bagi para pekerja, yang
membutuhkan pengukuran konsentrasi bahan
kimia yang terpapar pada media biologis pekerja,
yang merupakan indikator penyerapan bahan
kimia tersebut.
Eksposure Objek yang rentan terhadap resiko dan
berdampak pada kinerja perusahaan apabila
resiko yang diprediksikan benar-benar terjadi.
In Vivo Eksperimen atau tes yang dilakukan dalam
organisme hidup atau di lingkungan alaminya
In Vitro Eksperimen yang dilakukan di luar organisme
hidup, biasanya dalam tabung reaksi atau dalam
cawan Petri.
Mutasi Perubahan struktur materi genetis pada tingkat
gen maupun kromosom, yang diwariskan kepada
generasi berikutnya (keturunannya).
Neurotransmiter Senyawa organik endogenus membawa sinyal di
antara neuron.
Mikotoksin Senyawa hasil metabolisme fungi yang
membahayakan kesehatan karena bersifat
toksik.
Antidota Sebuah substansi yang dapat melawan reaksi
peracunan.
Biomarker Respon biologis dari suatu organisme terhadap
bahan pencemar atau tekanan lingkungan.
CNS Sistem saraf pusat yang berfungsi untuk
berkoordinasi di semua bagian tubuh di kedua
tubuh (hewan telah berkembang ke fase organik
yang lebih baik daripada spons dan ubur-ubur).
Codon Deret nukleotida pada mRNA yang terdiri atas
kombinasi tiga nukleotida berurutan[1] yang
menyandi suatu asam amino tertentu[2] sehingga
sering disebut sebagai kodon triplet.[
Cytochrome P450 Keluarga besar enzim berjenis hemeprotein yang
berfungsi sebagai katalis oksidator pada lintasan
metabolisme steroid, asam lemak, xenobiotik,
termasuk obat, racun dan karsinogen.
Epigenetic Studi tentang perubahan fenotipe atau ekspresi
genetika yang disebabkan oleh mekanisme
selain perubahan sekuens DNA dasar.
Iritan Bahan yang reaksi kimia dapat menimbulkan
kerusakan atau peradangan atau sensitifitas
apabila terkena/terpapar dengan permukaan
tubuh yang lembab seperti kulit, mata dan
pernapasan.
Metastasis Penyebaran kanker dari situs awal ke tempat lain
di dalam tubuh
Proteomic Studi terintegrasi tentang protein dan fungsi
biologisnya dan proses.
Tumor Sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang
terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang
tidak semestinya, yang mirip dengan simtoma
bengkak.
Teratogen Zat yang dapat menyebabkan bayi terlahir cacat
karena terjadi kelainan perkembangan janin
dalam kandungan
Sarin Senyawa organofosfat sintetik yang sangat
beracun.
Personal sampling Metode yang digunakan untuk menentukan
keterpaparan seorang pekerja. Dalam metode ini
sampel udara dikumpulkan di dalam zona
pernapasan pekerja.
Hepatomegali Pembesaran ukuran organ hati yang melebihi
ukuran normalnya.
Ganglion Benjolan yang sering muncul di persendian,
terutama pergelangan tangan.
Immunoglobulin Protein yang disekresikan produk dari sel plasma
yang mengikat antigen dan sebagai efektor
sistem imun humoral.
Toxicogenomic Subdisiplin farmakologi yang berhubungan
dengan pengumpulan, interpretasi, dan
penyimpanan informasi tentang aktivitas gen dan
protein dalam sel atau jaringan tertentu dari
suatu organisme sebagai respons terhadap
paparan zat beracun.
Transcriptomic Himpunan semua molekul RNA messenger
dalam satu sel, jaringan, atau organisme.
DAFTAR PUSTAKA

Debnath, Mousumi et.All. 2010. Molecular Diagnostics: Promises and Possibilities.


India: Springer Science+Business Media

Kusmawan, David dkk. 2020. Buku Kerja dan Modul Ajar Mata Kuliah Toksikologi
Industri Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Jambi: Universitas
Jambi

Soedirman dan Suma’mur PK. 2014. Kesehatan Kerja dalam Persepektif Hiperkes &
Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai