Perencanaan sumur sangat penting dalam persiapan program pemboran. Untuk itu,
diperlukan berbagai macam prinsip-prinsip teknik disamping faktor pelaksanaan dan
pengalaman. Walaupun suatu metode perencanaan sumur sudah dipraktekan, tetapi masih
memungkinkan terjadinya perubahan sejalan dengan pelaksanaan pemboran itu sendri,
dan pada akhirnya semuanya harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu : keamanan,
minimisasi biaya pemboran, dan metoda produksi yang digunakan.
Dalam suatu perencanaan sumur akan melibatkan para ahli yang berpengalaman dalam
bidang pemboran yang dapat memadukan semua aspek pemboran secara baik. Mereka
menggunakan perlengkapan maupun piranti teknik, seperti komputer dan beberapa alat
bantu lainya dalam merencanakan sumur. Seorang drilling engineer harus mampu melihat
karakter dan aspek perencanaan dalam usaha untuk menemukan tempat atau area yang
terdapat masalah.
1. Perencanaan Sumur
Pada kenyataannya tidak selalu faktor-faktor di atas terdapat pada setiap sumur, karena
adanya kendala-kendala yang terkait dengan masalah geologi dan peralatan pemboran,
seperti tekanan, temperatur, keterbatasan ukuran casing, ukuran lubang bor, mapun
anggaran. Perencanaan sumur meliputi :
1.1 Keamanan (Safety)
Faktor keamanan harus mendapat prioritas yang paling tinggi dalam perencanaan program
pemboran. Pertimbangan manusia harus ditempatkan diatas seluruh aspek. Dalam
pelaksaanaan pemboran, perencanaan sumur dapat dirubah, jika sampai terjadi problem
pemboran yang akan membahayakan para pekerja. Kegagalan faktor keamanan ini dapat
mengakibatkan kematian, kebakaran, dan cacat pada individu. Prioritas selanjutnya dalam
segi keamanan yang harus selalu diperhatikan adalah perencanaan pemboran harus
didesain agar dapat meminimalkan resiko terjadinya semburan liar (blow-out) dan faktor
kemungkinan terjadi problem pemboran (hole problems). Desain ini harus berdasarkan
pada sumber data yang terkait dalam perencanaan sumur.
.2 Biaya Minimum.
Dalam perencanaan sumur diusahakan untuk menekan biaya sekecil mungkin, tanpa
mengabaikan aspek keamanan. Pada banyak kasus, biaya dapat di sesuaikan pada batas-
batas tertentu dalam usaha perencanaan (Gambar-1). Hal Ini bukan berarti membangun
“Monumen baja” untuk faktor keamanan jika biaya tambahan tidak diperlukan. Pada sisi
lain,uang harus di keluarkan untuk membangun sistem keamanan.
.3 Usable Hole (Lubang Bor Terpakai)
Lubang bor yang mencapai target kedalaman tidak selalu sesuai seperti yang diharapkan.
Jika sumur yang dihasilkan pada akhirnya tidak sesuai dengan konfigurasi, maka sumur
tersebut tidak dapat dilakukan komplesi dan akibatnya sumur tersebut tidak dapat
diproduksikan (gagal). Untuk itu, istilah “usable” tersebut harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut: Ukuran diameter lubang bor sesuai dengan komplesi sumur yang akan
dilakukan .Formasi produksi tidak mengalami kerusakan yang tidak dapat di perbaiki. Biaya
pemboran vs perencanaan sumur yang baik. Perencanaan sumur akan sukar dicapai, jika
dijumpai adanya tekanan abnormal, sumur dalam yang mengalami problem geometri sumur
ataupun lumpur .
.4 Klasifikasi Tipe Sumur.
Pada umumnya untuk sumur wildcat memerlukan perencanaan yang lebih rumit
dibandingkan dengan tipe lainnya. Sedangkan untuk sumur infill dan reentry memerlukan
perencanaan yang lebih sederhana. Perencanaan pemboran sumur wildcat hanya dengan
menggunakan sedikit data geologi. Sumur wildcat adalah merupakan sumur yang sangat
mahal, karena bersifat “gambling” dalam penentuan titik sumur. Sedangkan untuk berbagai
pemboran untuk sumur-sumur pengembangan dapat di gunakan data dari beberapa
sumber yang tersedia. Sumur bor perminyakan umumnya dikenal tiga macam jenis sumur :
1) Sumur Eksplorasi (Wildcat)
Wildcat yang dibor untuk menentukan apakah terdapat minyak atau gas di suatu tempat
yang sama sekali baru.
2) Sumur Konfirmasi (Confirmation Well)
Confirmation Well akan dibor di beberapa tempat yang berbeda di sekitarnya untuk
memastikan apakah kandungan hidrokarbonnya cukup untuk dikembangkan.
3) Sumur Pengembangan (Development Well)
Development Well yang dibor di suatu lapangan minyak yang telah eksis. Tujuannya
untuk mengambil hidrokarbon semaksimal mungkin dari lapangan tersebut. Jenis
sumur pengembangan yaitu :
Sumur Produksi :
Menghasilkan hidrokarbon, baik minyak, gas ataupun keduanya. Aliran fluida dari
bawah ke atas.
Sumur Injeksi :
Menginjeksikan fluida tertentu ke dalam formasi (lihat Enhanced Oil Recovery di
bagian akhir). Aliran fluida dari atas ke bawah.
Sumur Vertikal :
Bentuknya lurus dan vertikal.
Sumur Berarah (Deviated Well, Directional Well) :
Bentuk geometrinya tidak lurus vertikal, bisa berbentuk huruf S, J atau L.
Sumur Horisontal :
Bagiannya yang berbentuk horisontal. Merupakan bagian dari sumur berarah.
Besarnya bulk density dari suatu batuan ditentukan oleh matriks dan air yang mengisi
ruang pori.
atau
..........................................(2)
dimana ;
b = bulk density batuan berpori
m = densitas matriks
f = densitas fluida dalam ruang pori
= porositas
Karena litologi dan kadar fluida tidak konstan, maka bulk density nilainya akan
bervariasi terhadap kedalaman. Gradien overburden diturunkan dari tekanan yang
dikenakan pada batuan diatas kedalaman tertentu. Hal ini dapat dihitung dari spesific
gravity yang bervariasi antara 2.1 (batupasir) sampai 2,4 (batugamping).
Dengan menggunakan spesific gravity rata-rata = 2,3, maka gradien overburden dapat
dihitung :
Pada umumnya untuk perhitungan nilai gradien overburden dibulatkan menjadi 1 psi/ft,
dan gradien overburden juga sering disebut sebagai gradien geostatik. Harus diingat
bahwa gradien overburden nilainya bervariasi terhadap kedalaman karena kompaksi
dan perubahan litologi, sehingga nilainya tidak dapat dianggap konstan.
2) Tekanan Formasi Abnormal
Tekanan abnormal didifinisikan sebagai tekanan yang menyimpang dari gradien
tekanan normal. Penyimpangan tersebut dapat Subnormal (kurang dari 0,465 psi/ft)
atau Overpressured/Tekanan Abnormal (lebih besar dari 0,465 psi/ft). Secara umum
tekanan subnormal jarang sekali dijumpai dan dapat menyebabkan masalah yang lebih
sedikit jika dibandingkan dengan overpressure. Tekanan abnormal terjadinya sangat
berkaitan erat dengan adanya sealing mechanism. Penyekatan (sealing) mencegah
adanya ketetimbangan tekanan yang terjadi dalam urutan proses geologi. Sekat (seal)
terbentuk oleh adanya penghalang permeabilitas (permeability barrier) yang dihasilkan
dari proses fisik maupun kimiawi.
Penyekat fisik (physical seal) dapat terbentuk dari efek gravitasi patahan selama proses
pengendapan atau pengendapan dari bahan dengan ukuran butir yang lebih halus.
Penyekat kimiawi (chemical seal) terbentuk karena adanya pengendapan kalsium
karbonat, sehingga akan mengakibatkan terjadinya penghalang permeabilitas rata-rata.
Contoh lain dari adanya diagenesa kimia selama proses kompaksi adalah bahan
organik. Baik proses fisika maupun kimia kemuanya akan menyebabkan terbentuknya
penyekat, seperti proses pelarutan gypsum.
Gulf Coast 0,8 - 0,9 psi/ft.
Iran 0,71- 0,98 psi/ft
North Sea 0,5 - 0,9 psi/ft
Carpathian Basin 0,8 - 1,1 psi/ft.
Dari data tersebut diatas terlihat bahwa tekanan abnormal dapat dijumpai di seluruh
dunia. Mekanisme terbentuknya tekanan abnormal ada berbagai faktor, diantaranya
adalah permukaan potensiometris dan penyusutan formasi (formation foreshortening).
Selain itu, mekanisme terbentuknya tekanan abnormal juga dapat disebabkan oleh :
a) Kompaksi Sedimen Tidak Sempurna
Pada proses pengendapan clay atau shale yang sangat cepat, maka air yang
terbebaskan sangat kecil. Pada kondisi normal porositas awal yang tinggi (+/-50%)
akan berkurang karena air terperas keluar melaui struktur pasir yang permeabel atau
melalui penyaringan dari clay/shale itu sendiri. Jika proses sedimentasi terlalu cepat,
sehingga tidak terjadi proses pembebasan air, akibatnya air akan terperangkap dan
selanjutnya menahan tekanan overburden.
b) Patahan
Patahan dapat merubah struktur batuan sedimen, sehingga zona permeabel
berhadapan dengan zona impermeabel. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
penghalang bagi aliran fluida, akibatnya air tidak dapat keluar dari shale dan
selanjutnya akan menghasilkan tekanan abnormal.
c) Perubahan Fasa Selama Proses Kompaksi
Mineral dapat mengalami perubahan fasa dengan naiknya tekanan, seperti gypsum
+ anhydrite + air bebas. Diperkirakan bahwa lapisan gypsum setebal 50 ft akan
menghasilkan kolom air setinggi 24 ft. Sebaliknya anhydrite dapat terhidrasi pada
kedalaman untuk menghasilkan gypsum dengan peningkatan volume sampai 40%.
Transformasi montmorillonite menjadi illite juga akan melepaskan sejumlah air.
d) Deposisi Batu Garam Masif
Deposisi batu garam dapat terjadi karena batu garam bersifat impermeabel,
sehingga fluida dalam formasi yang berada dibawahnya akan menghasilkan tekanan
abnormal. Tekanan abnormal biasanya dijumpai pada zona-zona dibawah
perlapisan batu garam.
e) Salt Diaperism
Gerakan keatas dari kubah garam yang berdensitas rendah karena adanya efek
apung (bouyancy) yang mengganggu perlapisan sedimen akan menghasilkan
anoma;i tekanan. Garam juga dapat berfungsi sebagai penghalang (impermeable
seal) terhadap pembebasan air dari clay secara lateral.
f) Kompresi Tektonik
Kompresi lateral sedimen dapat menghasilkan pengangkatan sedimen lapuk atau
perlipatan sedimen yang lebih kuat, sehingga formasi yang secara normal
terkompaksi akan naik ke bagian yang lebih tinggi. Jika tekanan mula tetap, maka
pengangkatan formasi tersebut dapat menghasilkan tekanan abnormal.
g) Migrasi Fluida
Migrasi fluida dari zona tekanan tinggi ke zona yang lebih dangkal yaitu dengan
melalui patahan atau dari casing/semen yang buruk akan dapat menyebabkan
terjadinya kick, karena perubahan litologi tidak dapat mendeteksi adanya tekanan
yang tinggi. Dengan kata lain, bahwa tekanan abnormal dapat terjadi pada formasi-
formasi dangkal jika terjadi migrasi gas dari formasi-formasi dibawahnya.
h) Pembentukan Hidrokarbon
Shale yang terendapkan dengan sejumlah bahan-bahan organik akan menghasilkan
gas, karena bahan organik akan terdegradasi pada saat proses kompaksi. Jika gas
tersebut tidak terbebaskan, maka akan berkembang menjadi tekanan abnormal.
Produk organik juga membentuk garam yang akan terendapkan dalam ruang pori,
sehingga akan menurunkan porositas dan menghasilkan suatu penghalang (seal).
3) Tekanan Subnormal
Mekanisme terbentuknya tekanan subnormal (lebih kecil dari tekanan hidrostatik) dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Ekspansi Panas (Thermal Expansion)
Karena batuan sedimen dan fluida yang mengisi pori berada pada lingkungan yang
dalam, dimana temperatur juga mengalami kenaikan, maka fluida akan
mengembang. Hal ini akan menyebabkan penurunan densitas, dan akibatnya
tekanan akan berkurang.
b) Formation Shortening
Selama proses kompresi berlangsung akan menyebabkan perlapisan batuan terlipat
(bagian atas terlipat ke atas, sedangkan bagian bawah terlipat ke bawah), sehingga
perlapisan bagian tengah akan mengembang, sehingga mengakibatkan terjadinya
tekanan subnormal
c) Deplesi
Jika hidrokarbon atau air diproduksikan dari formasi yang tidak mengalami efek
subsidence, maka akan menyebabkan terjadinya tekanan subnormal. Hal ini sangat
penting jika pemboran sumur dikembangkan pada reservoir yang telah lama
diproduksikan. Sebagai contoh, gradien tekanan akuifer di salah satu lapangan
minyak di Texas besarnya hanya 0,36 psi/ft.
d) Penguapan
Pada daerah kering, seperti di Timur Tengah batas water table dapat berada pada
kedalaman ratusan meter dari permukaan, hal ini akan menurunkan tekanan
hidrostatik
e) Permukaan Potensiometrik
Permukaan potensiometris ini mengikuti relief formasi dan dapat menghasilkan baik
tekanan subnormal maupun tekanan tinggi (overpressure). Permukaan
potensiometris didefinisikan sebagaibatas ketinggian kenaikan air yang dibor dari
aquifer yang sama. Permukaan potensiometris dapat berada ribuan foot diatas atau
dibawah permukaan tanah
f) Pergeseran Epirogenik
Perubahan elevasi dapat menyebabkan terjadinya tekanan abnormal pada formasi
yang terbuka secara lateral, tetapi dibagian lainnya tersekat. Jika singkapan arahnya
naik akan menghasilkan tekanan tinggi, dan jika arahnya ke bawah akan
menghasilkan tekanan subnormal. Perubahan tekanan jarang disebabkan oleh
adanya perubahan elevasi saja, tetapi juga karena adanya proses erosi dan
pengendapan. Adanya kehilangan atau pertambahan saturasi air pada batuan
sedimen juga penting. Batas besarnya tekanan subnormal kurang diperhatikan
dalam praktek di lapangan.
g) Zona Transisi
Perubahan tekanan fluida dari normal menjadi abnormal pada suatu interval zona
impermeabel disebut sebagai zona transisi, yaitu akibat adanya air konat yang
terperangkap pada saat proses sedimentasi. Jika zona transisi berupa lapisan shale
yang tebal, maka tekanan formasi secara gradual bertambah besar. Zona transisi ini
dicirikan oleh adanya perubahan gradien tekanan secara menyolok. Dibawah zona
transisi abnormal gradien tekanan mengecil lagi. Variasi tekanan formasi pada
sumur yang bertekanan abnormal. Zona transisi memberikan indikasi kepada kru
pemboran supaya menyadari bahwa mereka akan menembus zona tekanan
abnormal.
Ploting Pressure Gradient
. Perencanaan Biaya
Biaya yang diperlukan untuk perencanaan sumur disesuaikan sebagai perbandingan dari
biaya pemboran sebenarnya. Pada banyak kasus, kurang dari US$1.000 dikeluarkan untuk
perencanaan sebuah sumur yang bernilai US$1 juta, hal ini berarti merepresentasikan 1/10
dari 1% biaya pemboran.Sering kali hasil akhirnya adalah merupakan biaya pemboran yang
melebihi jumlah yang diperlukan. Untuk itu, diusahakan mengurangi data-data yang tidak
terlalu penting. Meskipun data yang baik biasanya dapat diperoleh dengan biaya kurang
dari US$ 2,000 – US$ 3,000 per prospek, beberapa perencanaan sumur tanpa
pengetahuan tentang kemungkinan terjadinya problem pemboran. Kurangnya pengeluaran
biaya pada tahap awal dalam proses perencanaan sumur hampir selalu menimbulkan biaya
pemboran menjadi lebih tinggi dari perkiraan.
. Proses Perencanaan Sumur
Merupakan suatu proses pekerjaan yang sistematis dan urut. Hal ini memerlukan banyak
aspek perencanaan yang dikembangkan sebelum mendisain item-item lainnya. Sebagai
contoh, perencanaan densitas lumpur harus dilakukan sebelum pembuatan program casing
karena densitas lumpur akan berpengaruh terhadap pembebanan pada pipa. Program bit
dapat dilakukan kapan saja dalam perencanaan sumur setelah historical data dievaluasi.
Program bit biasanya berdasarkan pada parameter pemboran dari sumur-sumur
sebelumnya. Tetapi, pemilihan bit dapat dipengaruhi oleh perencanaan lumpur, seperti
performance PDC dalam oil based mud. Selain itu ukuran bit juga ditentukan berdasarkan
ukuran diameter casing yang diperlukan.
Penyediaan Air
e) Drilling Engineer :
Engineer yang membuat well plan berdasarkan data seismic, geology dan data dari
offset wells. Productnya adalah berupa well plan, drilling program dan prosedur, yang
nantinya (setelah di approved oleh management atau pihak yang berwenang) akan
digunakan oleh Company Man (Drilling Supervisor) di rig untuk melaksanakan drilling
project tsb. Drilling engineer merupakan penasehat Company Man terutama dalam hal
yang berhubungan dengan perhitungan engineering, apalagi kalau well plan tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Drilling engineer umumnya memiliki
latar belakang engineering (akademis), seperti teknik mesin, perminyakan, elektro,
teknik kimia, teknik sipil, dsb. Drilling engineer umumnya di kantor, dan berkunjung ke
rig.
Basic Drilling Engineering :
Memahami prinsip-prinsip dasar dan berbagai perhitungan sederhana untuk
pelaksanaan pemboran sumur-sumur minyak, gas dan reservoir panas bumi,
pengembangan pelaksanaan perhitungan ini untuk meningkatkan kinerja
pemboran sumur-sumur di lapangan.
Peserta mampu melakukan diagnosis sederhana dan memengerti penyelesaian
dan membuat suatu sumur minyak, gas atau panas bumi.
Peserta mampu membuat analisis sederhana terhadap data eksplorasi sumuran
minyak, gas dan panas bumi , kemudian mampu melakukan perancangan
global pemboran kinerja dan merencanakan pengembangannya.
Peserta mampu melakukan perhitungan-perhitungan kuantitatip sederhana
untuk perencanaan lumpur pemboran, semen, hidrolika, well control.
Peserta memahami perancangan pemboran tegak, untuk keperluan
perancangan pemboran sumur miring, sumur horizontal baik dengan teknologi
overbalance maupun underbalance.
Drilling Well Completion & Work Over :
Memahami prinsip-prinsip dasar drilling dan penyelesaian sumur produksi
minyak dan gas bumi (oil and gas well completion) .
Melakukan diagnosis sederhana dalam menagani problema pada sumur
produksi di lapangan yang disebabkan oleh reservoir atau fasilitas produksinya.
Melakukan perhitungan-perhitungan kuantitatip sederhana untuk sumur-sumur
minyak yang diproduksikan dengan cara gas lift, ESP, Hydraulic/Jet Pump,
Sucker Rod Pump dan PCP.
Melakukan perhitungan-perhitungan kuantitatip sederhana untuk perancangan
dan perancangan ulang penangan problema kepasiran di sumur produksi.
Mud Design & Problem Solving :
Memahami karakteristik dan fungsi lumpur pemboran
Memahami karakteristik clay
Memahami bahan-bahan kimia lumpur pemboran
Memahami prinsip-prinsip uji laboratorium
Memahami jenis-jenis lumpur pemboran dan aplikasi di lapangan
Memahami dasar-dasar perencanaan lumpur pemboran
Memahami cara-cara mengatasi problem lumpur yang terjadi di lapangan
secara praktis.
Material Knoewledge For drilling & Production Operation :
Memahami material apa yang digunakan dalam operasi pemboran, misalnya :
Casing, Cement, Drilling Fluid.
Memahami material yang umum digunakan pada fasillitas produksi di sumur,
misalnya : Tubing, Packer, Well head dan X-Mas tree. Serta valve yang umum
digunakan.
Memahami material yang diperlukan pada fasilitas transportasi migas dan
proses di lapangan.
Oil and Gas Wells Stimulation by Acidizing and Hydraulic Fracturing :
Memahami latar belakang perlunya stimulasi sumur dengan cara Pengasaman
(Acidizing) dan Perekahan Hidrolik (Hydraulic Fracturing)
Memahami prinsip dasar dan teori penunjang stimulasi sumur dengan cara
Pengasaman (Acidizing) dan Perekahan Hidrolik (Hydraulic Fracturing)
Bisa Melakukan Perancangan dan Perencanaan Acidizing dan Fracturing
Mempergunakan Grafik-Grafik dan Chart-Chart yang terdapat pada pustaka yang
berkaitan dengan pelaksanaan Acidizing dan Fracturing
). Mendirikan Rig
Pengiriman unit rig ke lokasi pemboran biasanya berupa bagian-bagian (modul-modul).
Kontraktor pemboran dan kru-nya dengan menggunakan mesin derek segera memulai
pemasangan dan pendirian menara bor atau rig (“rigging up”).
Rig adalah serangkaian peralatan khusus yang digunakan untuk membor sumur atau
mengakses sumur. Ciri utama rig adalah adanya menara yang terbuat dari baja yang
digunakan untuk menaik-turunkan pipa-pipa tubular sumur. Rig pengeboran minyak dan
gas bumi dapat digunakan tidak hanya untuk mengidentifikasi sifat geologis dari
reservoir tetapi juga untuk membuat lubang yang memungkinkan pengambilan
kandungan minyak atau gas bumi dari reservoir tersebut. Rig pengeboran dapat
berukuran : Kecil dan Besar
Rig dikategorikan menjadi dua macam menurut tempat beroperasinya:
1. Rig darat (onshore-rig).
Beroperasi di darat adalah suatu bangunan dengan peralatan untuk melakukan
pengeboran ke dalam reservoir bawah tanah untuk memperoleh air, minyak, atau
gas bumi, atau deposit mineral bawah tanah.
2. Rig laut (offshore-rig).
Beroperasi di atas permukaan air (laut, sungai, rawa-rawa, danau atau delta
sungai). Offshore-rig yang digolongkan berdasarkan kedalaman air:
a) Swamp Barge.
Pada kedalaman air maksimal 7m saja. Sangat umum dipakai di daerah rawa-
rawa atau delta sungai.
b) Tender Barge.
Mirip swamp barge tetapi di pakai di perairan yang lebih dalam.
c) Jackup Rig.
Platform yang dapat mengapung dan mempunyai tiga atau empat “kaki” yang
dapat dinaik-turunkan. Untuk dapat dioperasikan, semua kakinya harus
diturunkan sampai menginjak dasar laut. Terus badan rig akan diangkat sampai
di atas permukaan air sehingga bentuknya menjadi semacam platform tetap.
Untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, semua kakinya haruslah
dinaikan terlebih dahulu sehingga badan rig mengapung di atas permukaan air.
Lalu rig ini ditarik menggunakan beberapa kapal tarik ke lokasi yang dituju.
Kedalaman operasi rig jackup adalah dari 5m sampai 200m.
d) Drilling Jacket.
Platform struktur baja, umumnya berukuran kecil dan cocok dipakai di laut
tenang dan dangkal. Sering dikombinasikan dengan rig jackup atau tender
barge.
e) Semi-submersible Rig.
Merupakan rig jenis mengapung. Rig ini “diikat” ke dasar laut menggunakan
tali mooring dan jangkar agar posisinya tetap di permukaan. Dengan
menggunakan thruster, yaitu semacam baling-baling di sekelilingnya,
rig semis mampu mengatur posisinya secara dinamis. Rig semis sering
digunakan jika lautnya terlalu dalam untuk rig jackup. Karena karakternya yang
sangat stabil, rig ini juga popular dipakai di daerah laut berombak besar dan
bercuaca buruk.
f) Drill Ship.
Prinsipnya menaruh rig di atas sebuah kapal laut. Sangat cocok dipakai di
daerah laut dalam. Posisi kapal dikontrol oleh sistem thruster berpengendali
komputer. Dapat bergerak sendiri dan daya muatnya yang paling banyak
membuatnya sering dipakai di daerah terpencil atau jauh dari darat.
Dari fungsinya, Rig dapat digolongkan menjadi dua macam:
a. Drilling Rig.
Rig yang dipakai untuk membor sumur, baik sumur baru, cabang sumur baru
maupun memperdalam sumur lama.
b. Workover Rig
Fungsinya untuk melakukan sesuatu terhadap sumur yang telah ada,
misalnya untuk perawatan, perbaikan, penutupan, dsb.
). Peralatan Penunjang dan Pemasangannya
Dengan selesainya pendirian rig, tahap berikutnya adalah mulai memasang peralatan-
peralatan penunjang. Peralatan penunjang ini biasanya dikirim dengan truck, tetapi
untuk bebarapa komponen yang besar, seperti mud pump biasanya dikirim dengan
truck yang dilengkapi dengan mesin derek atau dengan menggunakan flat bed truck.
Dengan telah siapnya peralatan penunjang, kru pemboran dengan tugasnya masing-
masing mulai menyambung bagian-bagian dari berbagai peralatan yang terangkai
menjadi suatu sistem dari rotary drilling yang siap untuk melaksanakan operasi
pemboran. Material pemboran, seperti bahan-bahan lumpur pemboran, dan peralatan-
pelatan lainnya seperti drill pipe, drill collar, tool joint juga diatur pada tempat yang telah
tersedia. Pada dasarnya persiapan tahap “rigging up” ini dapat dikatakan mendekati
penyelesaian, sehingga lokasi pemboran tersebut telah berubah menjadi suatu komplek
rotary drilling yang modern.
Mendirikan Menara
). Persiapan Akhir
). Persiapan Lumpur Pemboran.
Kru pemboran mulai mempersiapkan lumpur pemboran untuk circulating system.
Pada umumnya pada saat pelaksanaan pemboran surface hole, tekanan formasi
pada trayek ini relatif kecil, sehingga cukup digunakan air tawar.
) Pengecekan Komponen-komponen Sistem Pemboran.
Persiapan akhir untuk memulai pemboran kini sudah hampir mendekati
penyelesaian. Persiapan akhir ini termasuk pengecekan untuk kedua kalinya dari
setiap komponen sistem pemboran yang ada pada sistem rotary drilling.
. Pengecekan sistem pemboran tersebut meliputi :
.1 Sistem Pengangkatan ( Hoisting System )
Fungsi utama dari sistem ini adalah memberikan ruang kerja yang cukup untuk
pengangkatan dan penurunan rangkaian pipa bor dan peralatan lainnya. Sistem angkat
terdiri dari dua bagian utama, yaitu :
1) Supporting Structure ( Rig )
Merupakan konstruksi menara yang ditempatkan di atas titik bor. Fungsi utamanya
sebagai penyangga peralatan – peralatan pengeboran dan memberi ruang yang cukup
untuk operasi pengeboran. Terdiri dari:
a) Drilling tower
Berfungsi untuk mendapatkan ruang vertikal yang cukup untuk menaikkan dan
menurunkan rangkaian pipa bor dan casing ke dalam lubang bor selama operasi
pengeboran berlangsung.
b) Substructure
Konstruksi kerangka baja sebagai platform yang dipasang langsung diatas titik bor.
Tinggi substructure ditentukan oleh jenis rig dan ketinggian blow out preventer
(BOP) stack.
c) Rig Floor
Ditempatkan diatas substructure. Berfungsi untuk menampung peralatan pemboran
yang kecil, tempat berdirinya menara, mendudukkan drawwork, tempat kerja driller,
dan rotary helper.
Supporting Structure.
2) Hoisting Equipments
Terdiri dari :
a) Drawwork
Merupakan otak dari unit pengeboran, dimana seorang driller melakukan dan
mengatur operasi pengeboran. Drawwork biasanya dihubungkan dengan prime
mover dan diletakkan didekat meja putar.
b) Overhead Tools
Merupakan rangkaian sekumpulan peralatan yang terdiri dari :
Crown Block,
Traveling Block,
Hook,
Elevator
Drawwork.
BOP Stack.
2) Accumulator
Ditempatkan pada jarak sekitar seratus meter dari rig, bekerja pada BOP stack dengan
high pressure hydraulis. Pada saat terjadi kick, crew dapat dengan cepat menutup blow
out preventer dengan menghidupkan kontrol pada accumulator atau remote pada panel
yang terletak di lantai bor. Unit ini dijalankan pada saat crew sudah meninggalkan lantai
bor.
3) Supporting System
Supporting system untuk blow out, yaitu :
a) Choke Manifold
Bekerja pada BOP stack dengan high pressure line disebut choke line. Membantu
menjaga back pressure dalam lubang bor untuk mencegah terjadinya intrusi fluida
formasi.
b) Kill Line
Bekerja dengan BOP stack, lumpur berat dipompakan melalui kill line kedalam
lumpur bor sampai tekanan hidrostatik lumpur dapat mengimbangi formasi.
Accumulator
Casing Coupling
Selama bertahun-tahun pemboran putar konvensional (pahat pada ujung rangkaian pipa
pemboran) telah mendominasi dunia pemboran minyak dan gas di seluruh dunia, terutama
semenjak rotary rock bit muncul pada tahun 1909. Dengan metode pemboran ini dapat
terjadi beberapa kali cabut-masuk rangkaian pemboran pada suatu sumur.
Pemboran dengan casing merubah dasar tersebut. Pemboran ini menawarkan kinerja yang
sama dengan pemboran menggunakan pipa bor konvensional. Pekerjaan memasukkan
casing dan membor formasi yang dilakukan bersamaan dapat menghilangkan sejumlah
langkah dalam pemboran konvensional dan menyediakan beberapa keuntungan tambahan.
Teknik pemboran casing pertama kali di lakukan di Canada. Pemboran dilakukan dengan
menggunakan casing 7” dan berhasil mencapai kedalaman 1000 m. Konsep dari Casing
drilling adalah sederhana :
Daripada menggunakan drill pipe, bor lubang dengan menggunakan casing yang
kemudian juga akan secara permanen disemen.
Ketika casing point dicapai, posisi casing langsung telah ada di dasar sumur, sehingga
akan mengurangi waktu untuk trip rangkaian yang biasa dilakukan dengan pemboran
konvensional. Jika sumur tidak bagus, rangkaian casing bisa di recover kembali.
Hasilnya adalah lebih sedikit kendala yang tidak diinginkan terjadi, operasi lebih aman,
dan penyelesaian sumur yang lebih cepat.
Pengalaman lapangan sebelumnya menunjukkan bahwa pemboran dengan casing adalah
suatu pilihan yang menguntungkan. Pengembangan yang berkelanjutan terhadap peralatan
dan prosedur telah meningkatkan potensi penerapannya baik untuk formasi keras maupun
lunak, baik di darat maupun di laut (off shore).
Dengan mengurangi waktu untuk trip, pemboran dengan casing dapat memotong waktu
yang dibutuhkan untuk membor sumur 20 – 30 %. Tanpa trips, unscheduled event yang
dapat terjadi karena cabut-masuk rangkaian dapat dihilangkan seperti kicks, sidetrack yang
tidak disengaja, swab, surge, dan reaming.
Pada dasarnya ada dua metoda untuk membor dengan casing yaitu :
a) Pemboran casing dengan retrieveable BHA
Digunakan suatu BHA tambahan di dalam casing yang dapat di”retrieve”. BHA ini
biasanya terdiri dari mud motor, under reamer dan bit konvensional.
b) Pemboran casing tanpa retrieveable BHA
Dengan menggunakan casing itu sendiri sebagai BHA yang diputar langsung dan
disemen di dasar.
Elevator Spider
Dalam penggunaanya, Casing Drilling harus menggunakan Top Drive System, karena
membutuhkan tenaga yang cukup besar. Komponen ini dapat menghemat waktu dalam
proses. Harga casing sekitar sepertiga biaya pengeboran, tak heran beberapa operator
mencoba menghemat pemakaiannya. Maka pada kedalaman tertentu sumur yang
berdinding tanah ini harus di lindungi oleh selubung agar tidak rontok. Begitu juga sumur
diperminyakan.
Bedanya casing ini harus kuat dipuntir, ditarik, ditekan dan diplembungkan . Tidak boleh
ada bagian casing yang bocor . Sebagai ilustrasi dengan perhitungan sederhana. Sebatang
casing rata-rata 12 meter, dan berukuran (diameter) 13.4 inci atau 24,4 cm. Kalau
pengeboran sudah mencapai 2000 meter maka paling tidak dibutuhkan 170 batang casing.
Maka menara bor harus mampu menahan berat 200 ton berat pipa.
Bahan casing harus dipilih dari baja yang paling kuat ulirnya karena casing nomor terakhir
akan menahan berat casing dari nomor dua sampai seratus tujuh puluh dengan berat lebih
dari 200 ton.
Teknologi membuat casing dibentuk saat baja masih panas, lalu ditusuk sehingga
berlubang. Dan yang terakhir adalah casing saat diangkut dari tumpukannya untuk dibawa
ke lantai bor. Setiap batang diberi dop pelindung agar tidak ketempelan pasir atau tanah.
Dan yang lebih penting lagi tidak kepentok benda keras sehingga merusak ulir.