2, Agustus 2017 : 21 - 26
e-mail : *agus@unlam.com
ABSTRAK
Target produksi crushing plant pada PT Binuang Mitra Bersama adalah 350 ton/jam. Namun target produktivitas yang
ditargetkan sering tidak tercapai permasalahan yang dihadapi dalam suatu pengolahan batubara adalah adanya penundaan waktu ba ik
yang dapat dihindari maupun tidak. Contoh seperti alat pengolahan batubara yang sedang breakdown, hopper penuh, sedang hujan,
dan atau alat pengolahan batubara sedang maintenance. Terhadap keadaan ini tentunya diperlukan optimalisasi untuk mendapatkan
waktu kerja yang produktif yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan untuk menghitung kapasitas produktivitas masing – masing
komponen pada coal processing plant.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis factor-faktor pendukung produktivitas unit crushing
plant seperti cycle time alat pengumpan, spesifikasi unit crusher dan belt conveyor, kondisi aktual lapangan penyebab loss t ime seperti
idle dan delay, serta breakdown time selama Bulan Februari Tahun 2016.
Setelah dilakukan penelitian kegiatan crushing plant untuk evaluasi pengoptimalan hasil produksi aktual unit crushing plant
pada PT Binuang Mitra Bersama maka perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat pencapaian target produksi seperti
produktivitas dari alat cycle time alat pengumpan, unit crusher , dan belt conveyor. Berdasarkan data aktual didapatkan perhitungan
produktivitas crushing plant sebesar 326,33 ton/jam. Berdasarkan data aktual produksi pada bulan Februari, belum tercapai se hingga
perlu dilakukannya evaluasi serta langkah optimasi agar target tercapai. Melalui simulasi penambahan dump truck dan penambahan
kapasitas muatan material batubara terhadap dump truck maka target produksi pada bulan Februari akan terpenuhi sebesar 375
ton/jam.
Kata Kunci : Alat Support, Crusher Batubara, Crushing Plant, Produksi Crusher
21
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2017 : 21 - 26
b. Melakukan pemisahan (clasification) melalui Perhitungan Unit Crusher Primary Single Roll
pengayakan (screening) Singel roll crusher berfungsi alat ini terdiri dari satu
c. Melakukan pencampuran (blending) batubara buah silinder baja dan masing-masig dihubungkan pas as
d. Melakukan penimbunan/penumpukan batubara (poros) tersendiri. Silinder ini berputar satu arah sehingga
(stockpilling) material yang ada diatas roll akan terjepit dan hancur
e. Melakukan penanganan limbah air (water pollution
𝑄 = 60 × 𝐵 × 𝐷 × 𝜌𝑠 × 𝑉 × φ…...(3)
treatment).
Dimana: Q = Kapasitas Hopper (ton/ jam), B =
Preparasi Batubara Lebar permukaan roll (m), D = Diameter roll (m), 𝜌s =
Yaitu merupakan proses persiapan sebelum dilakukan Density (ton/ m3), V = Kecepatan putaran (m/ menit), 𝜑 =
proses konsentrasi. Dalam preparasi ini ada beberapa tahap Faktor pengisian pengumpan
yaitu kominusi dan sizing. Proses untuk memperkecil
material umumnya disebut kominusi (Comminution). Perhitungan Unit Seconday Doudble Roll Crusher
Operasi pengecilan ukuran bertujuan pertama untuk Double roll crusher ialah jenis crusher yang
menyesuaikan ukuran partikel batubara dengan ukuran memecahkan material dengan cara menghimpitkan material
yang dapat diterima oleh operasi pencucian, kedua agar tersebut di antara dua silinder logam, dengan sumbu sejajar
ukuran partikel batubara sesuai dengan permintaan pasar. satu sama lain dan dipisahkan dengan spasi sama dengan
ukuran produk yang diinginkan. Menggunakan kompresi
Kominusi untuk menghancurkan material.
Banyaknya mineral yang tersebar dan berasosiasi
dengan pengotor, maka harus dibebaskan (liberated) 𝑄 = 188,5 × 𝐷 × 𝑊 × 𝜔 × 𝐿 × 𝛿…………….(4)
sebelum proses pemisahan dilakukan. Hal tersebut dapat Dimana : Q = Kapasitas roll crusher (t/jam), D =
dicapai dengan tahapan kominusi, dimana ukuran partikel Diameter roll (m), W = Lebar permukaan roll (m), 𝜔 =
bijih terus dikurangi sampai partikel mineral bersih dapat Kecepatan (putaran/menit), L = Jarak antar roll (m), 𝛿 =
dipisahkan oleh sebagaimana metode yang cocok Density (ton/m3).
digunakan. Secara umum kominusi adalah proses
pengecilan ukuran butir agar bisa digunakan untuk proses Perhitungan Unit Conveyor
pengolahan selanjutnya. Conveyor adalah salah satu jenis alat pengangkut
1. Primary crushing, merupakan tahap penghancuran yang yang berfungsi untuk mengangkut bahan-bahan industri
pertama, dimana umpan berupa bongkah-bongkah yang berbentuk padat.
besar berukuran ≥ 80 mm dan produknya berukuran ≤ Rumus umum yang digunakan dalam menghitung
80 mm, alat yang digunakan dalam primary crushing kapasitas produksi teoritis adalah :
adalah single roll.
2. Secondary crushing, merupakan tahapan penghancuran Qt = 60. A. V. y. S …..……..(5)
dari kelanjutan primary crushing dimana ukuran umpan
lebih kecil ≥ 80 mm dan produktannya berukuran ≤ 80 Keterangan : Qt = Produksi nyata bel conveyor (ton/jam),
mm. Alat yang digunakan adalah double roll crusher. A = Luas penampang muatan belt conveyor (m2), S =
3. Fine crushing, umpan yang dimasukkan merupakan Kecepatan belt conveyor (m/jam) atau V (m/menit), s =
produk dari fine crushing. Dengan ukuran umpan Koefisien kemiringan belt, = Berat jenis material
berkisar ≥ 80 mm. Alat yang digunakan adalah double (ton/m3).
roll crusher.
1. Cross section area
Perhitungan Unit Peremuk Untuk perhitungan luas penampang belt conveyor,
Unit peremukan (crushing plant) merupakan dengan mengetahui luas penampang melintang muatan di
rangkaian peralatan mekanis yang digunakan untuk atas belt conveyor.
mereduksi ukuran hasil penambangan. Pengolahan
batubara hasil penambangan perlu dilakukan terutama A=K(0,9B–0,05)2…………(6)
untuk memenuhi atau menyesuaikan dengan permintaan
konsumen akan kualitas dan ukuran butiran. Dimana : A = luas penampang melintang muatan di atas belt
Perhitungan Unit Hopper conveyor (m2), K = koefisien dari luas penampang
Hopper yang merupakan bak penampung batubara melintang, B = Lebar belt conveyor (m)
ini berfungsi untuk menjaga kestabilan pengumpan pada Nilai koefisien luas penampang (K) melintang pada
conveyor terhadap terjadinya tenggang waktu pemberian belt conveyor dapat dilihat dalam Tabel-1.
pengesian ke dalam hopper. 2. Surcharge Angle
Surcharge Angle material versi brigdestone handbook
1
Vh = t ( L atas+ L bawah + √𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑥 𝐿 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ)…….(1) dapat dilihat pada Tabel-2.
3
3. Koefisien Kemiringan Belt
Setelah volume hopper diketahui, maka kapasitas hopper Kapasitas muatan tergantung dari kemiringan belt.
tersebut adalah: Semakin besar kemiringan, maka semakin sedikit jumlah
K = Vh x Bi ………..(2) material yang dapat diangkut.
22
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2017 : 21 - 26
23
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2017 : 21 - 26
24
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2017 : 21 - 26
kecepatan yang telah diatur sesuai dengan jenis setelah dilakukan simulasi perbaikan unit pengumpan
materialnya. terhadap dump truck langsir, maka didapatkan produktivitas
c. Conveyor Utama (Belt Conveyor 1) unit crushing plant sebesar 375 ton/jam dapat dilihat pada
Kapasitas teoritis conveyor utama adalah 819,49 Tabel 4. dibawah ini.
ton/jam, merupakan conveyor yang berfungsi untuk
Tabel-4. Evaluasi Perbaikan Kapasitas Unit Crushing Plant
menghantarkan barubara ke dalam mesin penghancur
double roll crusher. Adapun kapasitas dari aktual conveyor
utama adalah 681,61 ton/jam.
25
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2017 : 21 - 26
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu:
1. Sebaiknya dilakukan penambahan 1 unit dump truck
jadi total 3 unit, karena alat muat wheel loader
mengalami gantung (idle).
2. Untuk mengurangi kerusakan pada alat crusher sebaik
nya perlu ditambahkan grizzly untuk memisahkan atau
menghindari boulder masuk langsung kedalam
hopper.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim, 2006, Bridgestone Conveyor Belt Design
Manual Handbook, Bridgestone Tire Co. Ltd.
26