PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mengingat keadaan geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan dimana luas lautannya
lebih besar dibandingkan luas daratannya, maka sarana pengangkutan melalui laut besar
peranannya dalam menghubungkan kota- kota maupun pulau pulau yang ada di tanah air.
Selaras dengan peranan pengangkutan sebagai alat transportasi yang mengangkut barang dari
pulau satu ke pulau yang lain melalui laut, maka pelaksanaan pembangunan di sektor
transportasi laut oleh MPR RI telah digariskan sebagai berikut :
“Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu dikembangkan dalam
rangka mewujudkan Wawasan Nusantara yang mempersatukan seluruh wilayah Indonesia,
termasuk lautan nusantara sebagai kesatuan wilayah nasional. Pengembangan transportasi
laut harus mampu menggerakkan pembangunan Indonesia Timur, dengan mengutamakan
keteraturan kunjungan kapal yang dapat menggairahkan tumbuhnya perdagangan dan
kegiatan pembangunan umumnya. Laut nusantara sebagai lahan usaha kelautan
mengharuskan pengutamaan pelayaran nusantara nasional yang mampu menjamin
tersedianya pelayanan transportasi laut yang layak dan aman sekaligus menciptakan lapangan
kerja.” (Ketetapan MPR RI No.II/MPR/1993 tentang GBHN,1993)
Sesuai dengan amanat GBHN diatas, menunjukkan bahwa pelaksanaan pembangunan di
sektor transportasi laut antara lain diarahkan untuk meningkatkan kegiatan perdagangan
antar pulau ( inter insuler ), disamping perdagangan antar Negara ( impor-ekspor ). Adanya
peningkatan arus barang dan jasa melalui kegiatan perdagangan melalui laut tersebut, maka
keberadaan perusahaan jasa pengangkutan laut maupun perusahaan jasa yang memiliki
keterkaitan, kaitannya dengan kegiatan pengangkutan melalui laut, seperti Perusahaan
1
Ekspedisi Muatan Kapal Laut ( EMKL ) maupun Perusahaan Bongkar Muat ( PBM )
memiliki peranan yang sangat besar.
Dengan semakin tumbuhnya perusahaan bongkar muat barang dan jasa melalui laut serta
sejalan dengan berkembangnya kegiatan pengangkutan laut, maka pemerintah berusaha
mengatur kegiatan perusahaan pengangkutan laut melalui penerbitan Inpres No. 4 Tahun
1985 tentang Kebijaksaan Kelancaran Arus Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi
yang kemudian diperbaharui dengan Inpres No. 3 Tahun 1991 tentang Kebijaksanaan
Kelancaran Arus Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi. Dalam Inpres tersebut antara
lain mengatur bahwa untuk mengurangi biaya bongkar muat barang yang meliputi
stevedoring, cargodoring, receiving dan delivery, maka kegiatan bongkar muat barang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan untuk tujuan tersebut, yaitu Perusahaan
Bongkar Muat ( PBM ). (Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang Untuk Menunjang
Kegiatan Ekonomi). Adapun mengenai pengertian PBM yang dimaksud lebih lanjut diatur
dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 88/AL.305/Phb-85 tentang Perusahaan
Bongkar Muat Barang dari dan ke kapal, pasal 1 ayat (e) yaitu “perusahaan yang secara
khusus berusaha di bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal baik dari dan ke gudang
Lini I maupun langsung ke alat angkutan”.
Mengingat kegiatan usaha PBM meliputi kegiatan pembongkaran dan pemuatan barang dari
dan ke kapal pengangkut, maka pada prinsipnya kegiatan PBM ini merupakan salah satu
mata rantai dari kegiatan pengangkutan barang melalui laut. Dimana barang yang akan
diangkut ke kapal memerlukan pembongkaran untuk dipindahkan baik dari gudang Lini I
maupun langsung dari alat angkutnya. Demikian halnya dengan barang yang akan
diturunkan dari kapal juga memerlukan pembongkaran dan dipindahkan ke gudang maupun
langsung ke alat angkutan berikutnya . Proses bongkar muat pada pelabuhan Yos Soedarso
Ambon yang dalam hal ini dilakukan oleh PT Tanto Intim Line Cabang Ambon yang penulis
alami selama masa praktek darat tersebut dapat dikatakan bahwa proses bongkar muat
berlangsung dalam kondisi normal. Dikatakan normal karena proses bongkar muat yang
dilakukan dari kapal ke dermaga dan seterusnya sampai dengan barang tersebut tiba ditempat
penumpukan dapat dikatakan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penlis ingin melihat lebih jauh tentang aktifitas proses
bongkar muat yang dilakukan Pt Tanto Intim Line Cabang Ambon khususnya yang berkaitan
2
dengan keterlambatan proses bongkar muat di pelabuhan Yos Soedarso Ambon dan dibut
dalam bentuk penulisan karya ilmiah Hail praktek dengan mengambil judul :
B. Perumusan Masalah
yang dilakukan oleh suatu organisasi pastinya mempunyai suatu pedoman atau prosedur baik
dalam hal pelaksanaan pekerjaan, teknis pekerjaan maupun manajemen yang akan mengatur
para pekerja dalam melaksanakan pekerjaan tersebut serta sarana dan prasarana yang
Masalah yang diangkat untuk dibahas dalam penulisan karya ilmiah hasil praktek ini adalah
factor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan proses bongkar
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah hasil praktek ini dan disesuaikan dengan
judul yang diberikan , adalah untuk melihat sejau mana factor-faktor apa saja yang dapat
D. Manfaat penulisan
a. Manfaat
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan tentang prosedur atau
pedoman yang harus digunakan dalam dalam melaksanakan proses bongkar muat peti kemas
3
b. Kegunaan
Penulisan karya ilmiah hasil praktek ini diharapkan dapat mermanfaat bagi para
taruna dan taruni khususnya jurusan Pengelolaan Pelabuhan sebagai referensi tambahan
E. Sistimatika Penulisan
Sistimatika yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah hasil raktek ini adalah
sebagai berikut :
1. Metode Observasi.
2. Metode Wawancara.
3. Metode Kepustakaan
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pelabuhan
1. Definisi Pelabuhan
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 69 tahun 2001 tentang kepelabuhan, pelabuhan adalah
tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang digunakan sebagai tempat untuk
bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang disertai
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai
2. Fungsi Pelabuhan
utama, yaitu darat dan laut serta berbagai kepentingan yang saling terkait. Barang-
barang yang diangkut dengan kapal laut akan dibongkar dan dipindahkan ke angkutan
darat seperti truk dan kereta api. Dan sebaliknya barang-barang yang diangkut
dengan truk dan kereta api di pelabuhan dibongkar dan dimuat kedalam kapal.
2. Gapura Pelabuhan berfungsi sebagai gapura atau pintu gerbang suatu negara. Warga
negara dan barang-barang dari negara asing yang memiliki pertalian ekonomi masuk
ke suatu negara dan melewati pelabuhan tersebut. Sebagi pintu gerbang negara, citra
dipelabuhan tersebut.
5
3. Entitas Industri Dengan berkembangnya industri yang berorientasi ekspor maka
fungsi pelabuhan menjadi sangat penting. Dengan adanya pelabuhan, hal itu akan
demikian pelabuhan menjadi satu jenis industri sendiri yang menjadi ajang bisnis
berbagi usaha, mulai dari transportasi, perbankan, perusahaan leasing peralatan dan
sebagainya.
merupakan salah satu titik dari mata rantai angkutan darat dan angkutan laut. Orang
dan barang yang diangkut dengan kereta api bisa diangkut mengikuti rantai
Menurut Amir (2004: 194), kegiatan bongkar muat barang adalah pekerjaan
membongkar barang dari atas dek atau palka kapal dan menepatkannya ke atas dermaga
(kade), atau ke dalam tongkang (membongkar barang ekspor). Atau kebalikannya: Memuat
dari atas dermaga atau dari dalam tongkang dan menempatkannya ke atas dek atau kedalam
(truck/prauw lossing) adalah pekerjaan membongkar dari sling/jala (ex tackle) di lambung
kapal ke atas kendaraan di dermaga atau ke atas palka tongkang, termasuk pekerjaan
6
kebalikannya: Pekerjaan mengangkut dari susunan di atas kendaraan atau palka tongkang
dengan perusahaan bongkar muat (PBM) adalah badan hukum Indonesia yang khusus
didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari
dan ke kapal. Adapun tenaga kerja bongkar muat (TKBM) adalah semua tenaga kerja yang
terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat dipelabuhan.
Penyedia jasa bongkar muat adalah perusahaan yang melakukan kegiatan bongkar muat
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM. 21 tahun 2007 tentang sistem
dan prosedur pelayanan kapal, barang dan penumpang pada pelabuhan laut yang
diselenggarakan oleh unit pelaksana teknis (UPT) kantor Pelabuhan. Sumber: Peraturan
E. Pengupahan
Pengertian Pengupahan
7
Sedangkan menurut Edwin B. Flippo (1992: ) Upah adalah harga untuk jasa yang telah
diterima atau diberikan oleh orang lain bagi kepentingan seseorang atau badan hukum
Ketenagakerjaan pengertian upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan
perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
Adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten atau kota disatu
provinsi. Dasar hukum penetapan UMP adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum. UMP ditetapkan oleh Gubernur
Adalah suatu standar minimum yang diguanakan pengusaha atau pelaku industry
untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh dalam lingkungan usahanya.
Penetapan upah minimum didasarkan kepada kebutuhan hidup layak (KHL) yang
8
a. Gaji Pokok
Adalah imbalan dasar ( Basic Salary) yang dibayarkan kepada pekerja menurut
b. Tunjangan Tetap
Adalah pembayaran kepada pekerja yang dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan
dengan kehadiran pekerja atau pencapaian prestasi kerja tertentu (Pasal 94 UU No. 13/2003
Tentang Ketenagakerjaan)
Adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
pekerja yangdiberikan secara tidak tetap dan dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak
sama dengan waktu pembayaran upah pokok,seperti tunjangan transport, tunjangan makan
Jenis-Jenis Pengupahan
1. Upah nominal ialah sejumlah uang yang dibayarkan kepada para buruh yang berhak
secara tunai sebagai imbalan atas pengerahan jasa jasa atau pelayanannya sesuai
dengan ketentuan ketentuan yang terdapat dalam Perjanjian Kerja di bidang industri
atau perusahaan ataupun dalam suatu organisasi kerja, dimana ke dalam upah tersebut
tidak ada tambahan atau keuntungan yang lain yang diberikan kepadanya
9
2. Upah nyata yang dimaksud dengan upah nyata ini ialah upah uang yang nyata yang
benar benar harus diterima oleh seseorang yang berhak. Upah nyata ini ditentukan
3. Upah hidup yakni upah hidup yang lebih luas, yang tidak hanya kebutuhan pokoknya
saja yang dapat dipenuhi melainkan juga sebagian dari kebutuhan sosial keluarganya,
misalnya bagi pendidikan, bagi bahan pangan yang memiliki nilai nilai gizi yang lebih
4. Upah Wajar Upah wajar dimaksudkan sebagai upah yang secara relative ditandai
cukup wajar oleh pengusaha dan para buruhnya sebagai uang imbalan atas jasa jasa
yang diberikan buruh kepada pengusaha atau perusahaan, sesuai dengan Perjanjian
F. Hukum Perburuhan
Menurut Prof. Iman Soepomo SH, Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan,
baik tertulis maupun tidak, yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada
disebut buruh, bekerja pada orang lain, biasanya disebut majikan, dengan menerima upah,
kerja) dan pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan (= bekerja pada) orang lain,
10
Bahwasanya hukum perburuhan ini – lain halnya dengan hukum tenaga kerja atau
hukum angkatan kerja – tidak juga meliputi pekerjaan bebas (diluar hubungan kerja) yang
menurut Van Esveld adalah bertentangan dengan tujuan yang utama, yaitu melindungi
mereka yang perekonomiannya lemah, tidak usah disimpulkan bahwa bukan buruh yang
perekonomiannya lemah itu, dengan sendirinya tidak akan mendapat perlindungan pula. Sila
keadilan sosial yang ditujukan kepada seluruh rakyat, bahkan kepada seluruh umat manusia,
jadi juga kepada bukan buruh. Soalnya hanyalah bahwa perlindungan bagi bukan-buruh ini
terletak diluar
Untuk sekedar membuktikan bahwa perumusan ini adalah selaras dengan perundang-
undangan perburuhan dewasa ini, dapat dilihat antara lain dalam Undang-Undang Kerja
Nomor 12 Tahun 1948 yang dapat dipandang menduduki tempat yang sangat penting dalam
pekerjaan ialah “pekerjaan yang dijalankan oleh buruh untuk majikan dalam hubungan kerja
Bila kita menyelidiki dengan lebih seksama perumusan itu, maka tampak beberapa hal
a. Himpunan peraturan
Himpunan atau kumpulan peraturan ini hendaknya jangan diartikan seolah-olah peraturan-
peraturan mengenai perburuhan telah lengkap dan telah dihimpun secara teratur (sistimatis),
11
Perlu diperhatikan bahwa peraturan-peraturan itu, baik dalam arti-kata formil maupun
dalam arti-kata materiil, ada yang ditetapkan oleh penguasa dari atas (heteronoom) dan ada
pula yang timbul didunia perburuhan sendiri, ditetapkan oleh buruh, majikan atau bersama-
Bekerja pada orang lain atau badan bila majikan itu merupakan badan hukum, dengan
sendirinya dapat dikatakan, mengenyampingkan semua pekerja lainnya secara bebas (swa-
umumnya berarti melakukan pekerjaan dibawah pimpinan pihak lainnya itu. Tetapi ada
kalanya bahwa walaupun pekerjaan itu dilakukan secara bebas, namun hubungannya adalah
hubungan kerja. Sebaliknya ada pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain,
tetapi pekerjaan itu tidak masuk perburuhan, misalnya pekerjaan yang dilakukan orang lain
secara suka rela, pekerjaan yang dilakukan karena perintah Negara (pekerjaan orang
hukuman).
Upah ini merupakan imbalan dari pihak majikan yang telah menerima pekerjaan dari
pihak buruh itu dan pada umumnya adalah tujuan dari buruh untuk melakukan pekerjaan.
Hukum perburuhan dalam beberapa hal telah mulai berlaku juga sebelum terjadinya
hubungan antara buruh dengan majikan (penempatan dalam arti-kata yang luas, soal
magang), tetap berlaku juga bila pada waktu buruh tidak dapat melakukan pekerjaan
12
(misalnya sakit, mendapat kecelakaan) atau tidak mempunyai pekerjaan (pengangguran,
latihan kerja, pemberian pekerjaan darurat dan lain-lain) dan terus berlaku juga bila hubungan
antara buruh dan majikan itu diputuskan karena buruh itu tidak mampu lagi melakukan
Prinsip negara kita adalah : tidak seorangpun boleh diperbudak, diperulur atau
diperhamba; perbudakan, perdagangan budak dan perhambaan dan segala perbuatan berupa
apapun yang bertujuan kepada itu dilarang. Yuridis buruh adalah memang bebas. Tetapi
sosiologis buruh adalah tidak bebas. Karena sebagai orang yang tidak mempunyai bekal
hidup lain daripada tenaganya itu, ia terpaksa untuk bekerja pada orang lain. Dan majikan
inilah yang pada dasarnya menentukan syarat-syarat kerja itu. Tenaga buruh yang terutama
menjadi kepentingan majikan merupakan sesuatu yang sedemikian melekatnya pada pribadi
buruh, sehingga buruh itu selalu harus mengikuti tenaganya ketempat dan
pada saat majikan memerlukannya serta mengeluarkannya menurut kehendak majikan itu.
Dengan demikian, maka buruh juga jasmaniah dan rohaniah tidak bebas.
Menempatkan buruh pada suatu kedudukan yang terlindung terhadap kekuasaan majikan
berarti menetapkan peraturan-peraturan yang memaksa majikan bertindak lain daripada yang
sudah-sudah.
Sanksi terhadap pelanggaran atas pelanggaran atas peraturan ini biasanya ialah tidak
sahnya atau batalnya tindakan yang melanggar itu diancam pula dengan pidana kurungan atau
denda.
13
Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1602s menetapkan bahwa dalam hal upah buruh
seluruhnya atau sebagian ditetapkan berupa pemondokan, makan atau keperluan hidup
Perhitungan Tarif pelayanan jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan “
Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah semua tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan
Bongkar Muat
Adapun ruang lingkup pelaksanaan bongkar muat yang dilalukan oleh tenaga kerja bongkar
atau memuat barang dari dermaga/ tongkang/ truk ke dalam kapalsampai dengan tersusun
b) Cargodoring adalah pekerjaan membongkar barang dari tali/ jala-jala di dermaga dan
14
Federasi Serikat Tenaga Kerja Bongkar Muat (FSTKBM)
Federasi serikat tenaga kerja bongkar muat (FSTKBM) adalah organisasi yang dibentuk dari,
oleh dan untuk pekerja/buruh bongkar muat yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak
Pengertian Koperasi Menurut buku Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja
Hadhikusuma, SH, M.H secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang
berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam bahasa inggris
dikenal istilah Co dan Operation, dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperative
Vereneging yang berarti bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Kata Cooperation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai kooperasi yang
dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal koperasi, yang berarti organisasi
ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya sukarela, oleh R.T Sutantya Rahardja
Hadhikusuma, SH, M.H, Hukum Koperasi Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001,
hlm;20 karena itu koperasi dapat didefinisikan sebagai berikut : Koperasi adalah suatu
yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada,
dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan
15
Dalam buku Koperasi oleh Ima Suwandi, koperasi menurut P.E Weeraman adalah
kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan social ekonomi
membantu antara yang satu dengan yang lainnya dengan cara keuntungan, usaha tersebut
Masih dalam Buku Koperasi oleh Ima Suwandi, Koperasi menurut Drs. Chaniago
adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hokum yang
memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan cara bekerja sama secara
anggotanya.
Perkoperasian adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Selain itu, menurut
buku “Beberapa Aspek Koperasi” pada umumnya dan koperasi Indonesia di dalam
kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerja
16
Landasan dan Asas Koperasi
Menurut ketentuan Bab II, bagian pertama, pasal 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992, tentang Perkoperasian, disebutkan bahwa landasan hukum Koperasi adalah Pancasila,
dengan berasaskan kekeluargaan. Asas kekeluargaan ini adalah asas yang memang sesuai
dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia dan telah berakar-akar dalam jiwa bangsa
Indonesia. Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja, SH, M.H,
a.Tujuan
Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja, SH, M.H, pada bab II,
bagian kedua pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, tertuang
tujuan koperasi, yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-
Undang 1945.
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya.
17
2. Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
Menurut buku Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja Hadikusuma, SH,
M.H, anggaran dasar adalah merupakan keseluruhan aturan yang mengatur secara langsung
kehidupan dan hubungan antara koperasi dengan para anggotanya untuk terselenggaranya
tertib organisasi.2 Didalam praktek, biasanya anggaran dasar koperasi memuat ketentuan-
a) Nama koperasi
c) Syarat keanggotaan
d) Tentang Permodalan
18
h) Penetapan tahun buku
SUMBER : R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, SH, M.H, Hukum Koperasi Indonesia,
2. Keanggotaan koperasi tidak mengenal adanya paksaan apapun dan oleh siapapun,
secara kekeluargaan.
Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja SH, M.H. Dalam Bab II
bagian Kedua pasal 5 Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
c) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
e) Kemandiria
19
BAB III
PT Pelni Cabang Saumlaki Merupakan salah satu anak perusaan dari PT Pelayaran
yang kini telah bermetamorfosa menjadi PT PELNI Cabang Saumlaki suda semenjak
PELNI. Pelni Cabang Saumlaki sebagai perusaan Badan usaha Milik Negara yang
KM. LEUSER Merupakan salah satu kapal milik PT Pelni ( Perero ) yang melayani
20
B. Struktur Organisasi Dan Uraian tugas, tanggung jawab PT Pelni Cabang Saumlaki
a) Kepala Cabang
• Menekan biaya oprasional dan biaya overhead biaya di luar kegiatan oprasional
• Mengadakan koordinasi dan hubungan degan istansi pelabuhan dan kepada bagian
b) operasional
21
• Menyusun dan mengatur penampatan perjalanan kapal.
• Memonitor dan mengevaluasi rencana usaha degan hasil usaha yang dicapai setiap
unit usaha
bawahnya
c) Loket
• Melakukan laporan triwulan mengenai jumlah penumpang dan penghasilan tiket yang
d) Keuangan
22
• Memenejemenkan setiap urusan yang ada di bawahnya.
• Memonitor, mencatat dan membukukan seluru penghasilan, dan biaya serta transaksi
e) Dcs
Pada bagian system NPTS ( new pelni ticketing system ) terdapat departure control system
Fungsi utama dari departure control system ( Dcs ) adalah proses check-in tiket penumpang
yang akan naik ke kapal pada hari itu. Dimana pada system ini dapat menguragi/mencegah
kecurangan yang seringkali terjadi terhadap calon penumpang, yang di mana dapat
merugikan bagi calon penumpang itu sendiri. Dimana pada proses departure control system (
Dcs ) tersebut check-in tiket yang di lakukan di counter cheack in Departure control system
(Dcs) yaitudegan cara sistem barcoding, degan adanya departure control system (Dcs) ini
memberikan pengaru yang dapat membantu bagi calon penumpang yang igin naik kapal
khususnya, adaput pengarunya seperti dapat membantu calon penumpang untuk membeli
tiket tampa melalui perantara/pengurus ( orang ),untung menghindari kecurangan dari tiket
f) Kasir
23
• Memenejemenkan urusan yang ada di bawahnya
• Memonitor, mencatat dan membukukan seluruh penghasila, dan biaya serta transaksi
C. Letak Geografis.
Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar ( KKT ), yaitu:
6°30”24” - 8°24'36” Lintang Selatan dan 130°37'47” Bujir Timur. Batas Wilayah
Kabupaten Kepulawan Tanimbar, yaitu: Berada di Utara Laut Banda, Selatan Laut
Timor dan Samudra Pasific, Barat Gugus Pulau Babar dan Sermatang, serta Timur
laut Arafura
BAB IV
24
PEMBAHASAN
A. Istilah
1. Shifting adalah memindahkan muatan didalam palka yang sama atau ke palka yang
berbeda atau lewat darat
2. Lashing/Unlashing adalah mengikat/memperkuat muatan, atau sebaliknya melepaskan
pengikat atau penguat muatan.
3. Dunnaging adalah memasang alas pemisah muatan
4. Sweeping adalah mengumpulkan muatan-muatan yang tercecer
5. Bagging/Unbagging adalah memasukan muatan curah kedalam karung atau sebaliknya
yaitu membuka karung atau mencurahkan muatan
6. Restowage adalah menyusun kembali muatan kedalam palka
7. Sorting adalah pekerjaan memilih/memisahkan muatan yang bercampur atau muatan
yang rusak
8. Trimming adalah meratakan muatan didalam palka kapal
9. Cleaning adalah pekerjaan membersihkan palka kapal
10. Longdistance adalah pekerjaan kargodoring yang jaraknya melebihi 130 meter
11. Overbrengen (pindah lokasi) adalah memindahkan barang dari gudang pelabuhan atau
dari ship side ke gudang khusus untuk itu.
12. Shitt (gilir kerja) adalah jam kerja selama 8 jam termasuk istirahat 1 jam kecualihari
jumat siang istirahat 2 jam untuk kegiatan bongkar muat dengan penggantian tenaga
kerja bongkar muat pada setiap gilir kerja
13. Gang tenaga kerja bongkar muat adalah jumlah tenaga kerja dalam 1 regu kerja
14. Peralatan bongkar muat non mekanik adalah alat pokok penunjang pekerjaan bongkar
muat yang meliputi jala-jala lambng kapal , tali baja , tali rami manila , jala-jala baja ,
gerobak dorong dan lain-lain
15. Bongkar muat d reede adalah pekerjaan bongkar muat dari kapal yang tidak sandar di
dermaga ke tongkang lambung kapal selanjutnya menggunakan tali atau jala-jala dan
menyusun di tongkan serta membongkar dari tongkang ke dermaga atau sebaliknya
25
16. Bongkar muat langsung ke/dari dermaga adalah pekerjaan membongkar muatan/barang
dari kapal langsung ke dermaga dan selanjutnya mengeluarkan dari tali atau jala-jala
serta menyusun di truk/tongkang atau sebaliknya
17. Tenaga supervise bongkar mat adalah tenaga pengawas bongkar muat yang disediakan
oleh perusahaan bongkar mat
18. Stevedore adalah pelaksana penyusun rencana dan pengendalian kegatan bongkar muat
diatas kapal
19. Quay supervisor adalah petugas pengendali kegiatan operasi bongkar muat barang
didermaga dan mengewasi kondisi barang sampai ketempat penimbunan atau sebaliknya
20. Chief tali adalah penyusun rencana pelaksanaan dan pengendalian perhitungan fisik ,
pencatatan dan surfei kondisi barang pada setiap pergerakan bongkar muat dan
dokumentasi serta pembuatan laporan periodic
21. Telly Clerk adalah pelaksana yang melakukan penghitungan pencatatan jumlah , merek
dan kondisi setiap pergerakan barang pada setiap penggerakan bongkar muat beserta
dokumen dan membuat laporan
22. Foreman adalah pelaksana dan pengendali pelaksanaan operasional bongkar muat dari
dank e kapal sampai ke tempat penumpukan barang atau sebaliknya dan membuat
laporan periodic hasil kegiatan bongkar muat.
23. Mistry adalah pelaksana perbaikan kemasan barang dalam kegiatan stevedoring ,
cargodoring dan receiving/delivery
24. Watchman adalah pelaksana keamanan barang dalam kegiatan bongkar muat ,
stevedoring , cargodoring dan receiving/delivery
26
B. Proses Bongkar Muat Kontainer pada PT PELNI (PERSERO) TERMINAL
POINT SAUMLAKI.
Proses bongkar muat container yang dilakukan oleh PT SBN. pada Pelabuhan
SAUMLAKI. dilakukan dengan menggunakan sebagian peralatan bongkar muat yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut, atau dapat dikatakan dengan menyewa peralatan bongkar
muat dari Kantor UPP Kelas II Saumlaki juga dilakukan dengan menggunakan peralatan
bongkar muat milik perusahaan sendiri.
27
C. Bagan Proses Bongkar Muat Peti Kemas Pada PT PELNI.
KAPAL
CRAIN KAPAL
TRONTON
RTJ
LAPANGAN RTJ
RTJ
TRONTON
Reach Stacker
PENUMPUKAN
PERUSAHAAN
Sumber : Wawancara dengan manajemen perusahaan
28
D. Pelaksanaan Bongkar Muat
Perusahaan bongkar muat (PBM) adalah perusahaan yang secara khusus berusaha di bidang
bongkar muat dari dan ke kapal, baik dari dan ke gudang maupun langsung ke alat angkutan
1. Stevedoring
dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan
2. Cargodoring
3. Receiving/delivery
a. Giliran kerja (shift) adalah jam kerja selama 8 jam termasuk jam istirahat 1 jam, kecuali
hari Jumat, siang istirahat 2 jam, untuk kegiatan bongkar muat dengan penggantian tenaga
29
b. Gang Tenaga Kerja Bongkar muat adalah jumlah TKBM dalam 1 regu kerja. Sesuai
Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 25 tahun 2002 tanggal 9 April 2002
tentang ”Pedoman Dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang Dari Dan
Ke Kapal di Pelabuhan”, jumlah satu regu kerja ditentukan sebagai berikut: 1) Bongkar Muat
a. Stevedoring 60 .orang
3. anggota 8 orang
a. anggota 22 orang
b. Receiving/delivery 12 orang
2. anggota 11 orang
2) Bongkar muat dengan menggunakan alat-alat mekanik (semi labour intensive) Untuk
3. anggota 8 orang
c) Receiving/delivery 6 orang
30
3) Untuk barang palletisasi
a. Stevedoring 12 orang
3. anggota 8 orang
b. Cargodoring 6 orang
c. Receiving/delivery 6 orang
2 Supervisi
Tenaga supervisi bongkar muat adalah tenaga pengawas bongkar muat yang disediakan oleh
a. Stevedoring
2) Chief tally clerk adalah penyusunan rencana pelaksanan dan pengendali perhitungan
fisik, pencatatan dan survei kondisi barang pada setiap pergerakan bongkar muat dan
barang dari dan ke kapal sampai ke tempat penumpukan barang dan sebaliknya serta
31
4) Tally clerk adalah pelaksana yang melakukan kegiatan perhitungan pencatatan
jumlah, merk, dan kondisi setiap gerakan barang berdasarkan dokumen serta membuat
laporan.
7) b. Cargodoring
barang di dermaga dan mengawasi kondisi barang sampai ke tempat penimbunan atau
sebaliknya.
jumlah, merek, dan kondisi setiap gerakan barang berdasarkan dokumen serta
membuat laporan.
c. Receiving/delivery
1) Tally clerk adalah pelaksana yang melakukan kegiatn perhitungan pencatatan jumlah,
merek, dan kondisi setiap gerakan barang berdasarkan dokumen serta membuat
laporan.
32
3) Watchman adalah pelaksana keamanan barang pada kegiatan stevedoring,
Peralatan bongkar muat adalah alat-alat pokok penunjang pekerjaan bongkar muat yang
meliput:
1. Stevedoring
6) f. Forklift
2. Cargodoring
a. Gerobak dorong
b. Palet
c. Forklift
3. Receiving/delivery
1) Gerobak dorong
2) Palet
3) Forklift
33
F. Keterlambatan Pelaksanaan Bongkar Muat berdasarkan pengamatan penulis.
Berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan praktek kerja darat pada PT PELNI
(PERSERO) TERMINAL POINT SAUMLAKI. khusunya penggunaan peralatan bongkar
muat dan didasarkan pada data bongkar muat selama periode praktek tersebut , dapat penulis
katakana bahwa dalam proses bongkat muat kontener selama priode tersebut tidak adanya
hambatan yang berarti sehingga mengakibatkan proses bongkar muat mengalami
keterlambatan.
Dalam periode pengamatan penulis tersebut, yang penulis alami masalah keterlambatan atau
dapat dikatakan sebagai penundaan sementar proses bongkar muat kontener adalah kadang-
kadang hambatan yang terjadi pada masalah cuaca , dan ini sama sekali tidak menghambat
proses bongkar muat.
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan maka dapatlah penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut,
1. Proses bongkar muat yang dilaksanakan oleh PT SBN dilakukan dengan
menggunakan sebagian peralatan yang dimiliki oleh UPP.dan sebagian milik
sendiri, pada dasarnya Tidak mengalami keterlambatan yang berarti selama
penulis melaksanakan keja praktek pada perusahaan tersebut, hal ini disebabkan
karena proses kerja bongkar muat tersebut telah dilakukan melalui prosedur yang
telah ditentukan oleh pihak perusahaan dan disesuaikan dengan kondisi
pelabuhan yang ada.
2. Proses bongkar muat yang dilaksanakan tersebut , adalah proses bongkar muat
yang telah dilakukan selama ini oleh peruahaan dan dalam pelaksanaan tersebut
tidak mengalami kendala yang berarti sehingga dengan demikian dapat dikatakan
bahwa proses yang dilakukan sekarang ini dapat adalah proses yang sudah baku
untuk dipakai di perusahaan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka penulis menyarankan kepada pihak
perusahaan agar supaya dapat lebih mengefisiensikan waktu bongkar muat , maka
alangkah baiknya pihak perusahaan Bisa dapat memiliki semua peralatan yang
dibutuhkan dalam proses bongkar sehingga waktu bngkar muat dapat lebih diperkecil
dan pada ahirnya dapat mengefisiensikan biaya operasional
35
DAFTAR PUSTAKA
http://tarunizidat.blogspot.com/2018/07/conto-proprsal-prosedur-bongkar muat.html
(diaakses 26/07/20)
https://supplychainindonesia.com/permasalahan-dalam-aktivitas-pelabuhan-di-indonesia/
(diakses 26/06/2020)
http://danyonasrofi.blogspot.com/2016/01/pengertian-peran-dan-fungsi-pelabuhan.html
(diakses 26/06/2020)
https://mtbkab.bps.go.id/statictable/2016/07/20/3/letak-geografis-dan-batas-wilaya-
kabupaten-kepulawan-tanimbar html
AMM Ambon, 2009, Pedoman Penulisan Hasil Praktek Taruna/I tidak di terima.
36