Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejalan dengan pelaksanan pembangunan di Indonesia yang sasaran utamanya di


bidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan salah satu sektor
pembangunan ekonomi, senantiasa ditumbuh kembangkan peranannya. Untuk memperlancar
arus barang dan jasa guna menunjang kegiatan perdagangan tersebut, diperlukan adanya
sarana pengangkutan yang memadai, baik pengangkutan melalui darat, laut maupun udara.

Mengingat keadaan geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan dimana luas lautannya
lebih besar dibandingkan luas daratannya, maka sarana pengangkutan melalui laut besar
peranannya dalam menghubungkan kota- kota maupun pulau pulau yang ada di tanah air.
Selaras dengan peranan pengangkutan sebagai alat transportasi yang mengangkut barang dari
pulau satu ke pulau yang lain melalui laut, maka pelaksanaan pembangunan di sektor
transportasi laut oleh MPR RI telah digariskan sebagai berikut :

“Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu dikembangkan dalam
rangka mewujudkan Wawasan Nusantara yang mempersatukan seluruh wilayah Indonesia,
termasuk lautan nusantara sebagai kesatuan wilayah nasional. Pengembangan transportasi
laut harus mampu menggerakkan pembangunan Indonesia Timur, dengan mengutamakan
keteraturan kunjungan kapal yang dapat menggairahkan tumbuhnya perdagangan dan
kegiatan pembangunan umumnya. Laut nusantara sebagai lahan usaha kelautan
mengharuskan pengutamaan pelayaran nusantara nasional yang mampu menjamin
tersedianya pelayanan transportasi laut yang layak dan aman sekaligus menciptakan lapangan
kerja.” (Ketetapan MPR RI No.II/MPR/1993 tentang GBHN,1993)
Sesuai dengan amanat GBHN diatas, menunjukkan bahwa pelaksanaan pembangunan di
sektor transportasi laut antara lain diarahkan untuk meningkatkan kegiatan perdagangan
antar pulau ( inter insuler ), disamping perdagangan antar Negara ( impor-ekspor ). Adanya
peningkatan arus barang dan jasa melalui kegiatan perdagangan melalui laut tersebut, maka
keberadaan perusahaan jasa pengangkutan laut maupun perusahaan jasa yang memiliki
keterkaitan, kaitannya dengan kegiatan pengangkutan melalui laut, seperti Perusahaan

1
Ekspedisi Muatan Kapal Laut ( EMKL ) maupun Perusahaan Bongkar Muat ( PBM )
memiliki peranan yang sangat besar.

Dengan semakin tumbuhnya perusahaan bongkar muat barang dan jasa melalui laut serta
sejalan dengan berkembangnya kegiatan pengangkutan laut, maka pemerintah berusaha
mengatur kegiatan perusahaan pengangkutan laut melalui penerbitan Inpres No. 4 Tahun
1985 tentang Kebijaksaan Kelancaran Arus Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi
yang kemudian diperbaharui dengan Inpres No. 3 Tahun 1991 tentang Kebijaksanaan
Kelancaran Arus Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi. Dalam Inpres tersebut antara
lain mengatur bahwa untuk mengurangi biaya bongkar muat barang yang meliputi
stevedoring, cargodoring, receiving dan delivery, maka kegiatan bongkar muat barang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan untuk tujuan tersebut, yaitu Perusahaan
Bongkar Muat ( PBM ). (Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang Untuk Menunjang
Kegiatan Ekonomi). Adapun mengenai pengertian PBM yang dimaksud lebih lanjut diatur
dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 88/AL.305/Phb-85 tentang Perusahaan
Bongkar Muat Barang dari dan ke kapal, pasal 1 ayat (e) yaitu “perusahaan yang secara
khusus berusaha di bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal baik dari dan ke gudang
Lini I maupun langsung ke alat angkutan”.

Mengingat kegiatan usaha PBM meliputi kegiatan pembongkaran dan pemuatan barang dari
dan ke kapal pengangkut, maka pada prinsipnya kegiatan PBM ini merupakan salah satu
mata rantai dari kegiatan pengangkutan barang melalui laut. Dimana barang yang akan
diangkut ke kapal memerlukan pembongkaran untuk dipindahkan baik dari gudang Lini I
maupun langsung dari alat angkutnya. Demikian halnya dengan barang yang akan
diturunkan dari kapal juga memerlukan pembongkaran dan dipindahkan ke gudang maupun
langsung ke alat angkutan berikutnya . Proses bongkar muat pada pelabuhan Yos Soedarso
Ambon yang dalam hal ini dilakukan oleh PT Tanto Intim Line Cabang Ambon yang penulis
alami selama masa praktek darat tersebut dapat dikatakan bahwa proses bongkar muat
berlangsung dalam kondisi normal. Dikatakan normal karena proses bongkar muat yang
dilakukan dari kapal ke dermaga dan seterusnya sampai dengan barang tersebut tiba ditempat
penumpukan dapat dikatakan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penlis ingin melihat lebih jauh tentang aktifitas proses
bongkar muat yang dilakukan Pt Tanto Intim Line Cabang Ambon khususnya yang berkaitan

2
dengan keterlambatan proses bongkar muat di pelabuhan Yos Soedarso Ambon dan dibut
dalam bentuk penulisan karya ilmiah Hail praktek dengan mengambil judul :

KETERLAMBATAN BONGKAR MUAT KONTAINER AKIBAT KURANGNYA


FASILITAS PADA PT PELNI (PERSERO) TERMINAL POINT SAUMLAKI.

B. Perumusan Masalah

Pelaksanaan pekerjaan baik yang dilakukan secara perorangan , kelompok maupun

yang dilakukan oleh suatu organisasi pastinya mempunyai suatu pedoman atau prosedur baik

dalam hal pelaksanaan pekerjaan, teknis pekerjaan maupun manajemen yang akan mengatur

para pekerja dalam melaksanakan pekerjaan tersebut serta sarana dan prasarana yang

digunakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

Masalah yang diangkat untuk dibahas dalam penulisan karya ilmiah hasil praktek ini adalah

factor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan proses bongkar

muat yang dilakukan oleh PT PELNI (PERSERO) TERMINAL POINT SAUMLAKI.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah hasil praktek ini dan disesuaikan dengan

judul yang diberikan , adalah untuk melihat sejau mana factor-faktor apa saja yang dapat

menyebabkan terjadinya keterlambatan proses bongkar muat yang dilakukan oleh

crane breakdown,cuaca buruk dan kerusakan pada cell quide

D. Manfaat penulisan

a. Manfaat

Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan tentang prosedur atau

pedoman yang harus digunakan dalam dalam melaksanakan proses bongkar muat peti kemas

3
b. Kegunaan

Penulisan karya ilmiah hasil praktek ini diharapkan dapat mermanfaat bagi para

taruna dan taruni khususnya jurusan Pengelolaan Pelabuhan sebagai referensi tambahan

sebelum melaksanakan praktek kerja lapangan

E. Sistimatika Penulisan

Sistimatika yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah hasil raktek ini adalah

sebagai berikut :

1. Metode Observasi.

Penulis melakukan observasi langsung di lapangan guna mendapatkan

permasalahan yang sekaligus diangkat sebagai penulisan karya ilmiah.

2. Metode Wawancara.

Penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait tentang

permasalahan yang diambil

3. Metode Kepustakaan

Penulis menggunakan literature-literatur yang berkaitan dengan permasalahan

yang diambil sebagai referensi dalam penulisan ini.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pelabuhan

1. Definisi Pelabuhan

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 69 tahun 2001 tentang kepelabuhan, pelabuhan adalah

tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai

tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang digunakan sebagai tempat untuk

bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang disertai

dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai

tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.

2. Fungsi Pelabuhan

Menurut Suyono (2007: 11), fungsi pelabuhan adalah sebagai berikut:

1. Tempat Pertemuan Pelabuhan merupakan tempat pertemuan dua moda transportasi

utama, yaitu darat dan laut serta berbagai kepentingan yang saling terkait. Barang-

barang yang diangkut dengan kapal laut akan dibongkar dan dipindahkan ke angkutan

darat seperti truk dan kereta api. Dan sebaliknya barang-barang yang diangkut

dengan truk dan kereta api di pelabuhan dibongkar dan dimuat kedalam kapal.

2. Gapura Pelabuhan berfungsi sebagai gapura atau pintu gerbang suatu negara. Warga

negara dan barang-barang dari negara asing yang memiliki pertalian ekonomi masuk

ke suatu negara dan melewati pelabuhan tersebut. Sebagi pintu gerbang negara, citra

negara sangat ditentukan oleh baiknya pelayanan, kelancaran dan kebersihan

dipelabuhan tersebut.

5
3. Entitas Industri Dengan berkembangnya industri yang berorientasi ekspor maka

fungsi pelabuhan menjadi sangat penting. Dengan adanya pelabuhan, hal itu akan

memudahkan industri mengirim produknya dan mendatangkan bahan baku. Dengan

demikian pelabuhan menjadi satu jenis industri sendiri yang menjadi ajang bisnis

berbagi usaha, mulai dari transportasi, perbankan, perusahaan leasing peralatan dan

sebagainya.

4. Mata Rantai Transportasi Pelabuhan merupakan bagian dari rantai transportasi.

Dipelabuhan berbagai moda transportasi bertemu dan bekerja. Pelabuhan laut

merupakan salah satu titik dari mata rantai angkutan darat dan angkutan laut. Orang

dan barang yang diangkut dengan kereta api bisa diangkut mengikuti rantai

transportasi dengan menggunakan kapal laut.

B. Bongkar Muat Barang

Definisi Bongkar Muat Barang

Menurut Amir (2004: 194), kegiatan bongkar muat barang adalah pekerjaan

membongkar barang dari atas dek atau palka kapal dan menepatkannya ke atas dermaga

(kade), atau ke dalam tongkang (membongkar barang ekspor). Atau kebalikannya: Memuat

dari atas dermaga atau dari dalam tongkang dan menempatkannya ke atas dek atau kedalam

palka kapal dengan menggunakan derek kapal (memuat barang ekspor).

Menurut Amir (2004:198), muat bongkar langsung ke atas truk/tongkang

(truck/prauw lossing) adalah pekerjaan membongkar dari sling/jala (ex tackle) di lambung

kapal ke atas kendaraan di dermaga atau ke atas palka tongkang, termasuk pekerjaan

menyusun di atas kendaraan atau memadatkannya dalam tongkang. Atau pekerjaan

6
kebalikannya: Pekerjaan mengangkut dari susunan di atas kendaraan atau palka tongkang

memasukkannya ke dalang sling/jala.

C. Perusahaan Bongkar Muat

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 tahun 2002, yang dimaksud

dengan perusahaan bongkar muat (PBM) adalah badan hukum Indonesia yang khusus

didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari

dan ke kapal. Adapun tenaga kerja bongkar muat (TKBM) adalah semua tenaga kerja yang

terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat dipelabuhan.

Penyedia jasa bongkar muat adalah perusahaan yang melakukan kegiatan bongkar muat

(stevedoring, cargodoring dan receiving/delivery) dengan menggunakan tenaga kerja bongkar

muat (TKMB) dan peralatan bongkar muat.

D. Prosedur Bongkar Muat

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM. 21 tahun 2007 tentang sistem

dan prosedur pelayanan kapal, barang dan penumpang pada pelabuhan laut yang

diselenggarakan oleh unit pelaksana teknis (UPT) kantor Pelabuhan. Sumber: Peraturan

Menteri Perhubungan No. KM. 21 tahun 2007, 2014

E. Pengupahan

Pengertian Pengupahan

Menurut Kartasapoetra (1992: ) upah merupakan balas jasa yang merupakan

pengeluaran-pengeluaran pihak pengusaha, yang diberikan kepada para buruhnya atas

penyerahan jasa jasanya dalam waktu tertentu kepada pihak pengusaha.

7
Sedangkan menurut Edwin B. Flippo (1992: ) Upah adalah harga untuk jasa yang telah

diterima atau diberikan oleh orang lain bagi kepentingan seseorang atau badan hukum

Di dalam pasal 1 ayat (30) Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan pengertian upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan

dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh

yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan

perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu

pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Upah dapat dibedakan menjadi :

1. Upah Minimun Provinsi

Adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten atau kota disatu

provinsi. Dasar hukum penetapan UMP adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan

Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum. UMP ditetapkan oleh Gubernur

dengan memperhatikan rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi.

2. Upah Minimum Regional

Adalah suatu standar minimum yang diguanakan pengusaha atau pelaku industry

untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh dalam lingkungan usahanya.

Penetapan upah minimum didasarkan kepada kebutuhan hidup layak (KHL) yang

direkomendasikan oleh Dewan Pengupahan Provinsi dan disahkan oleh Gubernur.

Komponen-komponen upah diantaranya,

8
a. Gaji Pokok

Adalah imbalan dasar ( Basic Salary) yang dibayarkan kepada pekerja menurut

tingkat atau jenis pekerjaanyang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan

b. Tunjangan Tetap

Adalah pembayaran kepada pekerja yang dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan

dengan kehadiran pekerja atau pencapaian prestasi kerja tertentu (Pasal 94 UU No. 13/2003

Tentang Ketenagakerjaan)

c. Tunjangan Tidak Tetap

Adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan

pekerja yangdiberikan secara tidak tetap dan dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak

sama dengan waktu pembayaran upah pokok,seperti tunjangan transport, tunjangan makan

yang didasarkan pada kehadiran.

Jenis-Jenis Pengupahan

Berdasarkan bentuknya, upah dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:

1. Upah nominal ialah sejumlah uang yang dibayarkan kepada para buruh yang berhak

secara tunai sebagai imbalan atas pengerahan jasa jasa atau pelayanannya sesuai

dengan ketentuan ketentuan yang terdapat dalam Perjanjian Kerja di bidang industri

atau perusahaan ataupun dalam suatu organisasi kerja, dimana ke dalam upah tersebut

tidak ada tambahan atau keuntungan yang lain yang diberikan kepadanya

9
2. Upah nyata yang dimaksud dengan upah nyata ini ialah upah uang yang nyata yang

benar benar harus diterima oleh seseorang yang berhak. Upah nyata ini ditentukan

oleh daya beli upah tersebut

3. Upah hidup yakni upah hidup yang lebih luas, yang tidak hanya kebutuhan pokoknya

saja yang dapat dipenuhi melainkan juga sebagian dari kebutuhan sosial keluarganya,

misalnya bagi pendidikan, bagi bahan pangan yang memiliki nilai nilai gizi yang lebih

baik, iuran asuransi jiwa dan beberapa lainnya lagi.

4. Upah Wajar Upah wajar dimaksudkan sebagai upah yang secara relative ditandai

cukup wajar oleh pengusaha dan para buruhnya sebagai uang imbalan atas jasa jasa

yang diberikan buruh kepada pengusaha atau perusahaan, sesuai dengan Perjanjian

Kerja di antara mereka.

F. Hukum Perburuhan

Pengertian Hukum Perburuhan

Menurut Prof. Iman Soepomo SH, Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan,

baik tertulis maupun tidak, yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada

orang lain dengan menerima upah.

Kata “per-buruh-an”, yaitu kejadian atau kenyataan dimana seseorang, biasanya

disebut buruh, bekerja pada orang lain, biasanya disebut majikan, dengan menerima upah,

dengan sekaligus mengenyampingkan persoalan antara pekerjaan bebas (diluar hubungan

kerja) dan pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan (= bekerja pada) orang lain,

mengenyampingkan pula persoalan antara pekerjaan (arbeid) dan pekerja (arbeider).

10
Bahwasanya hukum perburuhan ini – lain halnya dengan hukum tenaga kerja atau

hukum angkatan kerja – tidak juga meliputi pekerjaan bebas (diluar hubungan kerja) yang

menurut Van Esveld adalah bertentangan dengan tujuan yang utama, yaitu melindungi

mereka yang perekonomiannya lemah, tidak usah disimpulkan bahwa bukan buruh yang

perekonomiannya lemah itu, dengan sendirinya tidak akan mendapat perlindungan pula. Sila

keadilan sosial yang ditujukan kepada seluruh rakyat, bahkan kepada seluruh umat manusia,

jadi juga kepada bukan buruh. Soalnya hanyalah bahwa perlindungan bagi bukan-buruh ini

terletak diluar

bidang hukum perburuhan (Indonesia).

Untuk sekedar membuktikan bahwa perumusan ini adalah selaras dengan perundang-

undangan perburuhan dewasa ini, dapat dilihat antara lain dalam Undang-Undang Kerja

Nomor 12 Tahun 1948 yang dapat dipandang menduduki tempat yang sangat penting dalam

hukum perburuhan, dimana dikatakan bahwa

pekerjaan ialah “pekerjaan yang dijalankan oleh buruh untuk majikan dalam hubungan kerja

dengan menerima upah.”

Bila kita menyelidiki dengan lebih seksama perumusan itu, maka tampak beberapa hal

yang memerlukan penjelasan,antara lain :

a. Himpunan peraturan

Himpunan atau kumpulan peraturan ini hendaknya jangan diartikan seolah-olah peraturan-

peraturan mengenai perburuhan telah lengkap dan telah dihimpun secara teratur (sistimatis),

misalnya dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perburuhan.

11
Perlu diperhatikan bahwa peraturan-peraturan itu, baik dalam arti-kata formil maupun

dalam arti-kata materiil, ada yang ditetapkan oleh penguasa dari atas (heteronoom) dan ada

pula yang timbul didunia perburuhan sendiri, ditetapkan oleh buruh, majikan atau bersama-

sama buruh dan majikan (otonom).

b. Bekerja atau melakukan pekerjaan pada orang lain.

Bekerja pada orang lain atau badan bila majikan itu merupakan badan hukum, dengan

sendirinya dapat dikatakan, mengenyampingkan semua pekerja lainnya secara bebas (swa-

pekerja). Bekerja pada orang lain pada

umumnya berarti melakukan pekerjaan dibawah pimpinan pihak lainnya itu. Tetapi ada

kalanya bahwa walaupun pekerjaan itu dilakukan secara bebas, namun hubungannya adalah

hubungan kerja. Sebaliknya ada pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain,

tetapi pekerjaan itu tidak masuk perburuhan, misalnya pekerjaan yang dilakukan orang lain

secara suka rela, pekerjaan yang dilakukan karena perintah Negara (pekerjaan orang

hukuman).

c. Dengan menerima upah

Upah ini merupakan imbalan dari pihak majikan yang telah menerima pekerjaan dari

pihak buruh itu dan pada umumnya adalah tujuan dari buruh untuk melakukan pekerjaan.

Bila tiada upah, pada umumnya juga tiada hubungan kerja.

d. Soal-soal yang berkenaan.

Hukum perburuhan dalam beberapa hal telah mulai berlaku juga sebelum terjadinya

hubungan antara buruh dengan majikan (penempatan dalam arti-kata yang luas, soal

magang), tetap berlaku juga bila pada waktu buruh tidak dapat melakukan pekerjaan

12
(misalnya sakit, mendapat kecelakaan) atau tidak mempunyai pekerjaan (pengangguran,

latihan kerja, pemberian pekerjaan darurat dan lain-lain) dan terus berlaku juga bila hubungan

antara buruh dan majikan itu diputuskan karena buruh itu tidak mampu lagi melakukan

pekerjaan karena usia tinggi, cacat badan dan lain-lain.

Hakekat Hukum Perburuhan.

Prinsip negara kita adalah : tidak seorangpun boleh diperbudak, diperulur atau

diperhamba; perbudakan, perdagangan budak dan perhambaan dan segala perbuatan berupa

apapun yang bertujuan kepada itu dilarang. Yuridis buruh adalah memang bebas. Tetapi

sosiologis buruh adalah tidak bebas. Karena sebagai orang yang tidak mempunyai bekal

hidup lain daripada tenaganya itu, ia terpaksa untuk bekerja pada orang lain. Dan majikan

inilah yang pada dasarnya menentukan syarat-syarat kerja itu. Tenaga buruh yang terutama

menjadi kepentingan majikan merupakan sesuatu yang sedemikian melekatnya pada pribadi

buruh, sehingga buruh itu selalu harus mengikuti tenaganya ketempat dan

pada saat majikan memerlukannya serta mengeluarkannya menurut kehendak majikan itu.

Dengan demikian, maka buruh juga jasmaniah dan rohaniah tidak bebas.

Sifat Hukum Perburuhan

Menempatkan buruh pada suatu kedudukan yang terlindung terhadap kekuasaan majikan

berarti menetapkan peraturan-peraturan yang memaksa majikan bertindak lain daripada yang

sudah-sudah.

Sanksi terhadap pelanggaran atas pelanggaran atas peraturan ini biasanya ialah tidak

sahnya atau batalnya tindakan yang melanggar itu diancam pula dengan pidana kurungan atau

denda.

13
Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1602s menetapkan bahwa dalam hal upah buruh

seluruhnya atau sebagian ditetapkan berupa pemondokan, makan atau keperluan hidup

lainnya, majikan wajib memenuhinya menurut kebiasaan setempat.

G. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)

Pengertian Tenaga Kerja Bongkar Muat

Menurut peraturan menteri perhubungan Nomor 35 KM tahun 2007 Tentang

Perhitungan Tarif pelayanan jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan “

Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah semua tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan

setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat di pelabuhan”

Bongkar Muat

Adapun ruang lingkup pelaksanaan bongkar muat yang dilalukan oleh tenaga kerja bongkar

muat (TKBM) meliputi kegiatan:

a) Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari/ kapal ke dermaga/tongkang/ truk

atau memuat barang dari dermaga/ tongkang/ truk ke dalam kapalsampai dengan tersusun

dalam palka dengan menggunakan Derek kapal atau Derek darat.

b) Cargodoring adalah pekerjaan membongkar barang dari tali/ jala-jala di dermaga dan

mengangkut dari dermaga ke gudang/ lapangan penumpukan selanjutnya menyusun di

gudang/lapangan penumpukan barang atau sebaliknya

c) Receiving/delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari timbunan/ tempat

penumpukan di gudang/ lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun diatas

kendaraan di pintu gudang/ lapangan penumpukan atau sebalikya.

14
Federasi Serikat Tenaga Kerja Bongkar Muat (FSTKBM)

Federasi serikat tenaga kerja bongkar muat (FSTKBM) adalah organisasi yang dibentuk dari,

oleh dan untuk pekerja/buruh bongkar muat yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,

demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak

dan kepentingan pekerja/buruh bongkar muat beserta keluarganya

H. Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (KTKBM)

Pengertian Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (KTKBM)

Pengertian Koperasi Menurut buku Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja

Hadhikusuma, SH, M.H secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang

berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam bahasa inggris

dikenal istilah Co dan Operation, dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperative

Vereneging yang berarti bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.

Kata Cooperation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai kooperasi yang

dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal koperasi, yang berarti organisasi

ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya sukarela, oleh R.T Sutantya Rahardja

Hadhikusuma, SH, M.H, Hukum Koperasi Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001,

hlm;20 karena itu koperasi dapat didefinisikan sebagai berikut : Koperasi adalah suatu

perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan

yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada,

dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan

mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

15
Dalam buku Koperasi oleh Ima Suwandi, koperasi menurut P.E Weeraman adalah

kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan social ekonomi

anggotanya dengan memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan berusaha saling

membantu antara yang satu dengan yang lainnya dengan cara keuntungan, usaha tersebut

baru didasarkan atas prinsip-prinsip koperasi.

Masih dalam Buku Koperasi oleh Ima Suwandi, Koperasi menurut Drs. Chaniago

adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hokum yang

memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan cara bekerja sama secara

kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para

anggotanya.

Sedangkan Koperasi, menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Selain itu, menurut

buku “Beberapa Aspek Koperasi” pada umumnya dan koperasi Indonesia di dalam

Perkembangan oleh Nindyo Pramono, Koperasi merupakan suatu perkumpulan atau

organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan

kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerja

sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha dengan tujuan mempertinggi

kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

16
Landasan dan Asas Koperasi

Menurut ketentuan Bab II, bagian pertama, pasal 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun

1992, tentang Perkoperasian, disebutkan bahwa landasan hukum Koperasi adalah Pancasila,

dengan berasaskan kekeluargaan. Asas kekeluargaan ini adalah asas yang memang sesuai

dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia dan telah berakar-akar dalam jiwa bangsa

Indonesia. Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja, SH, M.H,

Koperasi berasaskan kekeluargaan.

Tujuan, Fungsi dan Peranan Koperasi

a.Tujuan

Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja, SH, M.H, pada bab II,

bagian kedua pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, tertuang

tujuan koperasi, yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat

pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-

Undang 1945.

b.Fungsi dan Peranan Koperasi

Tertuang dalam pasal 4 bahwa fungsi dan peran Koperasi adalah :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan

sosialnya.

17
2. Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan

masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan

usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Anggaran Dasar Koperasi

Menurut buku Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja Hadikusuma, SH,

M.H, anggaran dasar adalah merupakan keseluruhan aturan yang mengatur secara langsung

kehidupan dan hubungan antara koperasi dengan para anggotanya untuk terselenggaranya

tertib organisasi.2 Didalam praktek, biasanya anggaran dasar koperasi memuat ketentuan-

ketentuan pokok, yang antara lain :

a) Nama koperasi

b) Maksud dan Tujuan

c) Syarat keanggotaan

d) Tentang Permodalan

e) Hak, kewajiban dan tanggung jawab anggota

f) Pengurus dan pengawas koperasi

g) Rapat anggota dan keputusan rapat anggota

18
h) Penetapan tahun buku

SUMBER : R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, SH, M.H, Hukum Koperasi Indonesia,

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm;24

Ciri-ciri Koperasi TKBM

Berdasarkan hukun Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardjo, SH,M.H.

Ciri-ciri Koperasi adalah :

1. Koperasi bukan suatu organisasi perkumpulan modal, tetapi perkumpulanorang-orang

yang berasaskan sosial, kebersamaan bekerja dan bertanggung jawab.

2. Keanggotaan koperasi tidak mengenal adanya paksaan apapun dan oleh siapapun,

bersifat sukarela, netral terhadap berbagai aliran.

3. Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dengan cara bekerja sama

secara kekeluargaan.

Prinsip Koperasi TKBM

Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja SH, M.H. Dalam Bab II

bagian Kedua pasal 5 Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian, diuraikan bahwa koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut :

a) Keanggotaan bersifat sukarela

b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis

c) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa

usaha masing-masing anggota

d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

e) Kemandiria

19
BAB III

DISKRIPSI LOKASI PRAKTEK

A. Sejarah singkat lokasi praktek

PT Pelni Cabang Saumlaki Merupakan salah satu anak perusaan dari PT Pelayaran

nasyonal Indonesia ( Persero ) salah satu perusaan Pelayaran BUMN di Indosesia

yang kini telah bermetamorfosa menjadi PT PELNI Cabang Saumlaki suda semenjak

tahun 1997 di Kabupaten Kepulawan Tanimbar. Kegiatan Oprasional yang ada di PT

PELNI. Pelni Cabang Saumlaki sebagai perusaan Badan usaha Milik Negara yang

bergerak pada transportasi Bidang Laut antara kota dan Pulau-Pulau.

KM. LEUSER Merupakan salah satu kapal milik PT Pelni ( Perero ) yang melayani

rute. Surabaya-Benoa-Bima-Labuan bajo-Makasar-Bau Bau-Wanci-Namrole-Ambon-

Saumlaki-Tual-Dobo-Timika-Agats-Meroke. Kapal milik atau agen yang singgah dan

melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan Saumlaki

20
B. Struktur Organisasi Dan Uraian tugas, tanggung jawab PT Pelni Cabang Saumlaki

Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

a) Kepala Cabang

• Mendatangkan surat surat berharga dan surat surat perjanjian

• Menggunakan seluru unit usaha di kantor cabang untuk mendapatkan penghasilan

• Menekan biaya oprasional dan biaya overhead biaya di luar kegiatan oprasional

perusahan sesuai anggaran.

• Mengadakan koordinasi dan hubungan degan istansi pelabuhan dan kepada bagian

Pemerintah Daera pemda setempat.

b) operasional

21
• Menyusun dan mengatur penampatan perjalanan kapal.

• Memonitor seluru usaha perkapalan, keagenan, muatan dan EMKL.

• Memonitor dan mengevaluasi rencana usaha degan hasil usaha yang dicapai setiap

unit usaha

• Menekan biaya operasioal.

• Mengadakan kordinasi antara kepala Bagian serta memanajemen bagian-bagian

bawahnya

• Mengadakan hubugan baik degan istansi pelbuhan dan pemda setempat

c) Loket

• Melaksanakan dan melakukan pelayanan informasi kedatangan dan keberangkatan

kapal kepada masyarakat.

• Melaksanakan penjualan tiket.

• Menerima permohonan stock tiket kepada kepala cabang.

• Melakukan laporan triwulan mengenai jumlah penumpang dan penghasilan tiket yang

di perbandingkan degan anggaran.

• Memberikan pelayanan yang baik kepada calon penumpang

d) Keuangan

22
• Memenejemenkan setiap urusan yang ada di bawahnya.

• Memonitor, mencatat dan membukukan seluru penghasilan, dan biaya serta transaksi

yang terjadi di kantor cabang.

• Mencatat dan mengatur personil perusahan.

• Membuat dan mengevalwasikan realisasi anggaran triwulan dan tahunan.

• Mengadakan koordinasi degan istansi pelabuhan dan pemda setempat.

e) Dcs

Pada bagian system NPTS ( new pelni ticketing system ) terdapat departure control system

( Dcs ) yaituadalah system melengkapi keseluruhan fungsi proses berjalan di pelabuhan.

Fungsi utama dari departure control system ( Dcs ) adalah proses check-in tiket penumpang

yang akan naik ke kapal pada hari itu. Dimana pada system ini dapat menguragi/mencegah

kecurangan yang seringkali terjadi terhadap calon penumpang, yang di mana dapat

merugikan bagi calon penumpang itu sendiri. Dimana pada proses departure control system (

Dcs ) tersebut check-in tiket yang di lakukan di counter cheack in Departure control system

(Dcs) yaitudegan cara sistem barcoding, degan adanya departure control system (Dcs) ini

memberikan pengaru yang dapat membantu bagi calon penumpang yang igin naik kapal

khususnya, adaput pengarunya seperti dapat membantu calon penumpang untuk membeli

tiket tampa melalui perantara/pengurus ( orang ),untung menghindari kecurangan dari tiket

yang tidak baik, Bayaran untuk tempat tidur/seat di kapal.

f) Kasir

23
• Memenejemenkan urusan yang ada di bawahnya

• Memonitor, mencatat dan membukukan seluruh penghasila, dan biaya serta transaksi

yang terjadi di kantor cabang.

• Mencatat dan mengatur personil perusahan.

• Membuat dan mengevalwasi realisasi anggaran triwulan dan tahunan.

• Mengadakan koordinasi degan istansi pelabuhan dan pemda setempat.

C. Letak Geografis.

Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar ( KKT ), yaitu:

6°30”24” - 8°24'36” Lintang Selatan dan 130°37'47” Bujir Timur. Batas Wilayah

Kabupaten Kepulawan Tanimbar, yaitu: Berada di Utara Laut Banda, Selatan Laut

Timor dan Samudra Pasific, Barat Gugus Pulau Babar dan Sermatang, serta Timur

laut Arafura

Gambar : 1.1 Peta Pulau Yamdena

BAB IV

24
PEMBAHASAN

A. Istilah

1. Shifting adalah memindahkan muatan didalam palka yang sama atau ke palka yang
berbeda atau lewat darat
2. Lashing/Unlashing adalah mengikat/memperkuat muatan, atau sebaliknya melepaskan
pengikat atau penguat muatan.
3. Dunnaging adalah memasang alas pemisah muatan
4. Sweeping adalah mengumpulkan muatan-muatan yang tercecer
5. Bagging/Unbagging adalah memasukan muatan curah kedalam karung atau sebaliknya
yaitu membuka karung atau mencurahkan muatan
6. Restowage adalah menyusun kembali muatan kedalam palka
7. Sorting adalah pekerjaan memilih/memisahkan muatan yang bercampur atau muatan
yang rusak
8. Trimming adalah meratakan muatan didalam palka kapal
9. Cleaning adalah pekerjaan membersihkan palka kapal
10. Longdistance adalah pekerjaan kargodoring yang jaraknya melebihi 130 meter
11. Overbrengen (pindah lokasi) adalah memindahkan barang dari gudang pelabuhan atau
dari ship side ke gudang khusus untuk itu.
12. Shitt (gilir kerja) adalah jam kerja selama 8 jam termasuk istirahat 1 jam kecualihari
jumat siang istirahat 2 jam untuk kegiatan bongkar muat dengan penggantian tenaga
kerja bongkar muat pada setiap gilir kerja
13. Gang tenaga kerja bongkar muat adalah jumlah tenaga kerja dalam 1 regu kerja
14. Peralatan bongkar muat non mekanik adalah alat pokok penunjang pekerjaan bongkar
muat yang meliputi jala-jala lambng kapal , tali baja , tali rami manila , jala-jala baja ,
gerobak dorong dan lain-lain
15. Bongkar muat d reede adalah pekerjaan bongkar muat dari kapal yang tidak sandar di
dermaga ke tongkang lambung kapal selanjutnya menggunakan tali atau jala-jala dan
menyusun di tongkan serta membongkar dari tongkang ke dermaga atau sebaliknya

25
16. Bongkar muat langsung ke/dari dermaga adalah pekerjaan membongkar muatan/barang
dari kapal langsung ke dermaga dan selanjutnya mengeluarkan dari tali atau jala-jala
serta menyusun di truk/tongkang atau sebaliknya
17. Tenaga supervise bongkar mat adalah tenaga pengawas bongkar muat yang disediakan
oleh perusahaan bongkar mat
18. Stevedore adalah pelaksana penyusun rencana dan pengendalian kegatan bongkar muat
diatas kapal
19. Quay supervisor adalah petugas pengendali kegiatan operasi bongkar muat barang
didermaga dan mengewasi kondisi barang sampai ketempat penimbunan atau sebaliknya
20. Chief tali adalah penyusun rencana pelaksanaan dan pengendalian perhitungan fisik ,
pencatatan dan surfei kondisi barang pada setiap pergerakan bongkar muat dan
dokumentasi serta pembuatan laporan periodic
21. Telly Clerk adalah pelaksana yang melakukan penghitungan pencatatan jumlah , merek
dan kondisi setiap pergerakan barang pada setiap penggerakan bongkar muat beserta
dokumen dan membuat laporan
22. Foreman adalah pelaksana dan pengendali pelaksanaan operasional bongkar muat dari
dank e kapal sampai ke tempat penumpukan barang atau sebaliknya dan membuat
laporan periodic hasil kegiatan bongkar muat.
23. Mistry adalah pelaksana perbaikan kemasan barang dalam kegiatan stevedoring ,
cargodoring dan receiving/delivery
24. Watchman adalah pelaksana keamanan barang dalam kegiatan bongkar muat ,
stevedoring , cargodoring dan receiving/delivery

26
B. Proses Bongkar Muat Kontainer pada PT PELNI (PERSERO) TERMINAL
POINT SAUMLAKI.

Gambar 1.2 proses pembongkaran kontainer

Proses bongkar muat container yang dilakukan oleh PT SBN. pada Pelabuhan
SAUMLAKI. dilakukan dengan menggunakan sebagian peralatan bongkar muat yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut, atau dapat dikatakan dengan menyewa peralatan bongkar
muat dari Kantor UPP Kelas II Saumlaki juga dilakukan dengan menggunakan peralatan
bongkar muat milik perusahaan sendiri.

Keterlambatan maupun ketepatan waktu proses bongkar muat container berdasarkan


pengamatan penulis masa praktek penulis pada perusahan tersebut dapat dikatakan tidak
terjadinya keterlambatan proses bongkar muat , hal ini disebabkan karena selama masa
praktek tersebut, fasilitas bongkar muat yang digunakan tidak mengalami kendala kerusakan
dan sebagainya.

1.3 pemuatan container

27
C. Bagan Proses Bongkar Muat Peti Kemas Pada PT PELNI.

KAPAL

CRAIN KAPAL

TRONTON

RTJ

LAPANGAN RTJ

RTJ

TRONTON

Reach Stacker

PENUMPUKAN
PERUSAHAAN
Sumber : Wawancara dengan manajemen perusahaan

D. Keteterangan Bagan Proses Kerja


1. Kontener yang berada di kapal, dipindahkan ke mobil tronton dan dikerjakan dengan
menggunakan crain kapal.
2. Setelah kontener berada pada mobil tronton, maka kontener tersebut dipindahkan ke
lapangan penumpukan RTJ dengan menggunakan peralatan RTJ
3. Setelah barang sampai pada lapangan penumpukan RTJ maka kontener dipindahkan
ke mobil tronton dengan menggunakan RTJ untuk dipindahkan ke lapangan
penumpukan perusahaan
4. Setelah kontener dipindahkan ke lapangan penumpukan perusahaan, maka kontener
tersebut diatur dan disusun oleh Reach Stacker

28
D. Pelaksanaan Bongkar Muat

Perusahaan bongkar muat (PBM) adalah perusahaan yang secara khusus berusaha di bidang

bongkar muat dari dan ke kapal, baik dari dan ke gudang maupun langsung ke alat angkutan

yang meliputi kegiatan:

1. Stevedoring

Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke

dermaga/tongkang/truk atau memuat barang dari dermaga/tongkang/truk ke

dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan

derek kapal atau derek darat.

2. Cargodoring

Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala-jala (extackel)

di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/lapangan penumpukan

selanjutnya menyusun di gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya.

3. Receiving/delivery

Receiving/delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari

timbunan/tempat penumpukan digudang/lapangan penumpukan dan

menyerahkan sampai tersusun di atas kendaraan di pintu gudang/lapangan

penumpukan atau sebaliknya.

1 Tenaga Kerja Bongkar Muat

a. Giliran kerja (shift) adalah jam kerja selama 8 jam termasuk jam istirahat 1 jam, kecuali

hari Jumat, siang istirahat 2 jam, untuk kegiatan bongkar muat dengan penggantian tenaga

kerja bongkar muat pada setiap giliran kerja.

29
b. Gang Tenaga Kerja Bongkar muat adalah jumlah TKBM dalam 1 regu kerja. Sesuai

Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 25 tahun 2002 tanggal 9 April 2002

tentang ”Pedoman Dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang Dari Dan

Ke Kapal di Pelabuhan”, jumlah satu regu kerja ditentukan sebagai berikut: 1) Bongkar Muat

non-mekanis (labour intensive)

a. Stevedoring 60 .orang

1. kepala regu kerja 4 orang

2. tukang derek/pilot 10 orang

3. anggota 8 orang

b. Cargodoring 24 orang 1. kepala regu kerja 2 orang 2.

a. anggota 22 orang

b. Receiving/delivery 12 orang

1. kepala regu kerja 1 orang ,

2. anggota 11 orang

2) Bongkar muat dengan menggunakan alat-alat mekanik (semi labour intensive) Untuk

barang tanpa palet:

a) Stevedoring 12 orang 1. kepala regu kerja 1 orang 2. tukang derek/pilot 3 orang

3. anggota 8 orang

b) Cargodoring 12 orang 1. kepala regu kerja 1 orang 2. anggota 11 orang

c) Receiving/delivery 6 orang

30
3) Untuk barang palletisasi

a. Stevedoring 12 orang

1. kepala regu kerja 1 orang

2. tukang derek/pilot 3 orang

3. anggota 8 orang

b. Cargodoring 6 orang

c. Receiving/delivery 6 orang

2 Supervisi

Tenaga supervisi bongkar muat adalah tenaga pengawas bongkar muat yang disediakan oleh

perusahaan bongkar muat (PBM) yang terdiri dari:

a. Stevedoring

1) Stevedore adalah pelaksana penyusun rencana dan pengendalian kegiatan bongkar

muat di atas kapal.

2) Chief tally clerk adalah penyusunan rencana pelaksanan dan pengendali perhitungan

fisik, pencatatan dan survei kondisi barang pada setiap pergerakan bongkar muat dan

dokumentasi serta membuat laporan secara periodik.

3) Foreman adalah pelaksanan dan pengendali kegiatan operasional bongkar muat

barang dari dan ke kapal sampai ke tempat penumpukan barang dan sebaliknya serta

membuat laporan periodik hasil kegiatan bongkar muat.

31
4) Tally clerk adalah pelaksana yang melakukan kegiatan perhitungan pencatatan

jumlah, merk, dan kondisi setiap gerakan barang berdasarkan dokumen serta membuat

laporan.

5) Mistry adalah pelaksana perbaikan kemasan barang dalam kegiatan stevedoring,

cargodoring, dan receiving/delivery.

6) Watchman adalah pelaksana keamanan barang pada kegiatan stevedoring,

cargodoring, dan receiving/delivery.

7) b. Cargodoring

1) Quay supervisor adalah petugas pengendali kegiatan operasional bongkar muat

barang di dermaga dan mengawasi kondisi barang sampai ke tempat penimbunan atau

sebaliknya.

2) Tally clerk adalah pelaksana yang melakukan kegiatan perhitungan pencatatan

jumlah, merek, dan kondisi setiap gerakan barang berdasarkan dokumen serta

membuat laporan.

3) Watchman adalah pelaksana keamanan barang pada kegiatan stevedoring,

cargodoring, dan receiving/delivery.

c. Receiving/delivery

1) Tally clerk adalah pelaksana yang melakukan kegiatn perhitungan pencatatan jumlah,

merek, dan kondisi setiap gerakan barang berdasarkan dokumen serta membuat

laporan.

2) Mistry adalah pelaksana perbaikan skemasan barang dalam kegiatn stevedoring,

cargodoring dan receiving/delivery.

32
3) Watchman adalah pelaksana keamanan barang pada kegiatan stevedoring,

cargodoring dan receiving/delivery.

E. Alat-alat Bongkar Muat

Peralatan bongkar muat adalah alat-alat pokok penunjang pekerjaan bongkar muat yang

meliput:

1. Stevedoring

1) Jala-jala lambung kapal (ship-side net)

2) Tali baja (wire sling)

3) Tali rami manila (rope sling)

4) Jala-jala baja (wire net)

5) Jala-jala tali manila (rope net)

6) f. Forklift

2. Cargodoring

a. Gerobak dorong

b. Palet

c. Forklift

3. Receiving/delivery

1) Gerobak dorong

2) Palet

3) Forklift

33
F. Keterlambatan Pelaksanaan Bongkar Muat berdasarkan pengamatan penulis.

Berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan praktek kerja darat pada PT PELNI
(PERSERO) TERMINAL POINT SAUMLAKI. khusunya penggunaan peralatan bongkar
muat dan didasarkan pada data bongkar muat selama periode praktek tersebut , dapat penulis
katakana bahwa dalam proses bongkat muat kontener selama priode tersebut tidak adanya
hambatan yang berarti sehingga mengakibatkan proses bongkar muat mengalami
keterlambatan.

Dalam periode pengamatan penulis tersebut, yang penulis alami masalah keterlambatan atau
dapat dikatakan sebagai penundaan sementar proses bongkar muat kontener adalah kadang-
kadang hambatan yang terjadi pada masalah cuaca , dan ini sama sekali tidak menghambat
proses bongkar muat.

34
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan maka dapatlah penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut,
1. Proses bongkar muat yang dilaksanakan oleh PT SBN dilakukan dengan
menggunakan sebagian peralatan yang dimiliki oleh UPP.dan sebagian milik
sendiri, pada dasarnya Tidak mengalami keterlambatan yang berarti selama
penulis melaksanakan keja praktek pada perusahaan tersebut, hal ini disebabkan
karena proses kerja bongkar muat tersebut telah dilakukan melalui prosedur yang
telah ditentukan oleh pihak perusahaan dan disesuaikan dengan kondisi
pelabuhan yang ada.
2. Proses bongkar muat yang dilaksanakan tersebut , adalah proses bongkar muat
yang telah dilakukan selama ini oleh peruahaan dan dalam pelaksanaan tersebut
tidak mengalami kendala yang berarti sehingga dengan demikian dapat dikatakan
bahwa proses yang dilakukan sekarang ini dapat adalah proses yang sudah baku
untuk dipakai di perusahaan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka penulis menyarankan kepada pihak
perusahaan agar supaya dapat lebih mengefisiensikan waktu bongkar muat , maka
alangkah baiknya pihak perusahaan Bisa dapat memiliki semua peralatan yang
dibutuhkan dalam proses bongkar sehingga waktu bngkar muat dapat lebih diperkecil
dan pada ahirnya dapat mengefisiensikan biaya operasional

35
DAFTAR PUSTAKA

http://tarunizidat.blogspot.com/2018/07/conto-proprsal-prosedur-bongkar muat.html
(diaakses 26/07/20)

http://tarunizidat.blogspot.com/2016/12/ conto proposal-praktek-darat-mongkar.html (di


akses 26/06/2020)

https://supplychainindonesia.com/permasalahan-dalam-aktivitas-pelabuhan-di-indonesia/
(diakses 26/06/2020)

https://business-law.binus.ac.id/2017/03/31/ penguatan-peran-dan-fungsi-pelabuhan/ (diakses


26/06/2020)

http://danyonasrofi.blogspot.com/2016/01/pengertian-peran-dan-fungsi-pelabuhan.html
(diakses 26/06/2020)

https://mtbkab.bps.go.id/statictable/2016/07/20/3/letak-geografis-dan-batas-wilaya-
kabupaten-kepulawan-tanimbar html

AMM Ambon, 2009, Pedoman Penulisan Hasil Praktek Taruna/I tidak di terima.

36

Anda mungkin juga menyukai