s i
n
La
Tra Kelompok 3
ut
Our Team
Vira Dian Fauziah Regina Cahyani
B2C1 23 002 B2C1 23 012
pendahuluan
Sebagai gambaran, pada 1994, moda laut mengangkut lebih 430,6 juta ton
dari 453 juta ton jumlah angkutan barang secara nasional atau mendekati 95
persen. Sedangkan moda angkutan kereta api dan udara masing-masing
hanya 4,9 persen dan 0,1 persen. Untuk angkutan penumpang, pada tahun
yang sama, terdapat sekitar 146,2 juta penumpang. Di mana moda kereta api
menempati urutan teratas sebesar 79,3 persen, diikuti moda angkutan laut
sebesar 13,21 persen atau sekitar 13.21 juta penumpang dan angkutan udara
7,44 persen atau sekitar 10.87 juta penumpang. Rendahnya infrastruktur
transportasi dalam kaitannya Indonesia sebagai negara maritim dan
kepulauan, mengingat Indonesia adalah negara yang 75 persen wilayahnya
laut.
pendahuluan
Rendahnya infrastruktur transportasi dalam kaitannya Indonesia sebagai
negara maritim dan kepulauan, mengingat indonesia adalah negara yang 75
persen wilayahnya laut. Karena itu, transportasi merupakan masalah
penting, karena merupakan gerbang keterisolasian atas wilayah-wilayah
terpencil, dan jauh dari pusat kegiatan ekonomi.
Tujuan pembangunan Transportasi (terutama transportasilaut) antar
pulau-pulau bagi bangsa Indonesia adalah untuk mewujudkan perhubungan
laut sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan
keamanan,sarana untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan, serta
sebagai penyedia lapangan kerja dan penghasil devisa negara
pendahuluan
Begitu pentingnya peran trasportasi, sehingga dapat dibayangkan
bagaimana jadinya bila jasa transportasi antar pulau tidak berjalan atau
berhenti. Untuk itu, perlu disiapkan segera infrastruktur transportasi
sehingga pendayagunaan potensi ekonomi di wilayah kepulauan dapat
dimanfaatkan secara optimal. Kondisi Tata Kelola Pelabuhan di Indonesia
masih ambruadul. Indonesia masih berjibaku dalam perebutan hak
pengelolaan pelabuhan. Kondisi ini diperparah dengan belum profesionalnya
operator pelabuhan nasional dalam hal ini Pelindo. Sebanyak 57
kabupaten/kota berusaha memperebutkan pengelolaan pelabuhan dari PT
Pelindo, menyusul gugatan uji materiil (iudicial review) terhadap PP No
69t12001, tentang pelaksanaan teknis kepelabuhanan yang dikabulkan MA.
Tata Kelola
amburadul
Negara Maritim Tanpa
International Hub Port
Secara geografis lndonesia sangat
Wacana membangun lnternational
Kisruh Otonomi
Pelabuhan
Selama ini dalam pembangunan dan pengelolaan pelabuhan,
daerah belum dilibatkan. Pemerintah daerah hanya
menyediakan lahan. Setelah lahan dibebaskan, pembangunan
pelabuhan mulai dari kontraktor dan pengelolaan diambil
pusat. Sebenamya pembangunan pelabuhan bisa
mengguriakan anggaran DAK dan DAU, sehingga pelabuhan itu
bisa dikelola pemerintah daerah.
Perebutan Kewenangan
Pelabuhan
Secara legal formal kewenangan pelabuhan telah didesentralisasikan terhadap
daerah. Hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 119 UU No 22/1999 yang menyatakan, "
Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota.. sebagaimana dimaksud Pasal 11
berlaku juga di kawasan otorita yang terletak dalam daerah otonom, meliputi
badan otorita, kawasan pelabuhan, kawasan bandar udara, kawasan perumahan,
kawasan industri, kawasan perkebunan, kawasan pertambangan, kawasan
kehutanan, kawasan pariwisata, karaosart jutan bebas hambatan, dan knwasan
lain sejenis".
Perebutan Kewenangan
Pelabuhan
Hal lain pengertian pengelolaan pelabuhan sesungguhnya bukan dalam arti sempit
sebagai pengelolaan dermaga dan infrastruktur fisik pelabuhan lainnya; tetapi
menyangkut keselamatan lalu lintas Pelayaran, sistem navigasi dan persandian,
perizinan kapal yang akan berlabuli atau berlayar, administrasi bongkar muat, dan
sebagainya. Kewenangan terknis seperti itu sangat mensyaratkan kemampuan
yang handal dari SDM dan perangkat sistern kediklatan pendukungnya. Tanpa
human-ware yang memadai, maka pengambilalihan pengelolaanpelabuhan hanya
akan mendatangkan kerugian baik bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah,
maupun masyarakat di wilayah tersebut.
Namun dalam praktiknya, tidak ada kriteria yang jelas memasukkan pelabuhan
dalam kategori nasiona/internasional, regional, atau local
Tumpang Tindih
Peraturan Pelabuhan