Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH

GEOGRAFI TRANSPORTASI

STRATEGI PENGEMBANGAN TRANSPORTASI AIR DI KORIDOR


KAPUAS

ABSTRAK
Strategi pengembangan transportasi air di koridor Kapuas merupakan upaya
untuk menyusun sistem transportasi air yang terpadu (antar moda), terintegrasi (antar
daerah), berkeadilan (pendanaan dan kewenangan) serta berkelanjutan (ramah
lingkungan). Kajian yang akan dilakukan merupakan kajian komprehensif yang
mencakup aspek perencanaan, kelembagaan dan operasionalnya
Dalam rangka menyusun sistem transportasi air yang terintregratif (terpadu)
dengan moda transportasi lainnya sepanjang koridor Kapuas, dilakukan studi
penyususunan Strategi Pengembangan Sistem Transportasi Air di Koridor Kapuas.
Kawasan yang termasuk dalam koridor kapuas meliputi Kota Pontianak dan empat
kabupaten yaitu Pontianak, Sanggau, Sintang dan Pustusibu. Wilayah-wilayah tersebut
terkait dalam suatu jaringan transportasi khususnya terlintas Sungai Kapuas.
.

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Transportasi sebagai urat nadi kehidupan sangat dituntut dalam
peranannya dalam roda pembangunan negara. Pada dasarnya fungsi dari sistem
transportasi beserta sarana dan fasilitasnya adalah sebagai elemen yang
menghubungkan titik-titik yang terpisah di dalam ruang dengan berbagai
mekanisme yang terdapat di dalamnya.
Kalimantan Barat yang berpenduduk 3,27 km menempati wilayah seluas
146.807 km mempunyai kepadatan rata-rata 25 jiwa/kilometer persegi. Propinsi
Seribu Sungai ini sangat didominasi denngan transportasi airnya didukung
keberadaan sungai-sungai besar di propinsi tersebut.
Julukan ini selaras dengan kondisi geografis Propinsi Kalimantan Barat
yang mempunyai ratusan sangat besar dan kecil diantaranya dapat dan sering
dilayari. Beberapa sungai besar saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur
utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah
dapat menjangkau sebagaian besar kecamatan. Sungai besar utama adalah Sungai
Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia yaitu 1.806 km yang
mana sepanjang 942 km dapat dilayari.
Wilayah Kalimantan Barat banyak dialiri sungai dan anak sungai, hal ini
yang menyebabkan angkutan sungai dapat menjangkau ke tempat-tempat yang
relatif jauh dari pusat kota. Karena itu pula angakutan sungai/danau/pedalaman
sangat penting perannya untuk menjamin kelancaran kegiatan ekonomi dan
masyarakat lainnya.
Banyak jenis kendaraan pedalaman yang dikenal di Kalbar antara lain
sampan/perahu, bandung, tongkang dan beberapa jenis kendaraan lainnya baik
bermesin maupun tidak. Akan tetapi jumlah kendaraan ini dari tahun ke tahun
semkain berkurang. Ini karena dampak dibukanya jalan-jalan darat menjuju
pelosok-pelosok Kalbar. Keadaan ini memerlukan penanganan secara simultan
mulai dikembangkan sistem transportasi sungai sebagai intergal dari sistem
transportasi secara keseluruhan.
Dalam rangka menyusun sistem transportasi air yang terintregratif
(terpadu) dengan moda transportasi lainnya sepanjang koridor Kapus, dilakukan
studi penyususunan Strategi Pengembangan Sistem Transportasi Air di Koridor
Kapuas. Kawasan yang termasuk dalam koridor kapuas meliputi Kota Pontianak
dan empat kabupaten yaitu Pontianak, Sanggau, Sintang dan Pustusibu. Wilayah-
wilayah tersebut terkait dalam suatu jaringan transportasi khususnya terlintas
Sungai Kapuas.
Belum adanya wadah pengelolaan bersama diharapkan akan memberikan
gambaran dan masukan kepada para pihak perencana dan regulator untuk
mengembangakan potensi wilayah. Aksesibilitas di daerah Kalimantan Barat
masih tergolong sulit karena kondisi geografi dan penyebaran penduduk yang
tidak merata sehingga ada beberapa daerah masih belum terjangkau oleh jalan
darat.
Namun keberadaan sungai sebagai sarana penghubung antar daerah
mendorong masyarakat banyak bermukim di daerah aliran sungai.masyarakat
Kalimantan Barat sebagian besar bermatapencaharian petani dan berkebun.
Strategi ini sebagai sebagian langkah kongkrit untuk bersama
mengembangkan sarana dan prasarana transportasi air di dalam koridor kapuas.
Pengembangan ini antara lain dengan perbaikan prasarana berupa dermaga, alur
air dan aksesibilitas dari transportasi darat, sedangkan untuk sarananya adanya
peningkatan kualitas pelayanan, kuantitas kapal/perahu. Usaha ini diharapkan
dapat mendorong perkembangan ekonomi masyarakat tepian sungai dan
meningkatkan kepedulian pada pengusaha untuk ikut serta memperhatikan
konservasi alam sepanjang alur Sungai Kapuas.

2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu persyaratan
untuk memenuhi mata kuliah Geografi Transportasi dan melakukan studi
mengenai perkembangan transportasi kondisi fisik, ekologis, sosio ekonomis, dan
sistem transportasi beserta kendalanya yang digunakan untuk pengembangan
sistem transportasi air di koridor Kapuas.

3. Permasalahan
Permasalahan transportasi di lokasi sungai Kapuas yaitu pengembangan
dan fasilitas pelabuhan di sungai Kapuas yang kurang memadai sehingga sering
terjadinya suatu antrian kapal serta aktifitas kapal yang begitu padat di area ini
yang dapat mengganggu aktifitas kapal lainnya.
BAB II
PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AIR DI SUNGAI KAPUAS

II.1 Transportasi air


Transportasi air memiliki peran yang sangat penting di beberapa wialyah
Indonesia yang memiliki wilayah perairan yang luas terutama pada daerah-daerah
pedalaman yang tidak dapat terjangkau dengan trasnportasi darat. Pada saat ini
perkembangan transportasi air mengalami penurunan pengguna akibat
perkembangan transporasi darat yang pesat. Luas perairan yang dimiliki Indonesia
seluas 7,9 km2 bisa menjadikan Indonesia sebagi negara dengan basis kekuatan
pelayaran kerakyatan untuk mengembangkan ekonominya. Namun sayangnya
pelayaran Indonesia ini mendorong kekurangan devisa yang masuk disebabkan
pembayaran ongkos pengiriman kepada perusahaan yang dimiliki oleh negara
lain. Kekurangan ini menjadi kendala bagi perkembangan pelayaran di Indonesia.
Sistem transportasi air tidak dapat dipisahkan dari sistem transportasi
umumnya, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dimilki oleh daerah dan
mempunyai proses perkembangan wilayah yang hendak memperluas jangkauan
pemasaran dana pelayanan dalam menunjang berbagai sektor kegiatan sosial
ekonomi di setiap titik serta merangsang timbulnya aktivitas-aktivitas baru dalam
perekonomian daerah. Sistem lalulintas sungai dan antar pulau di Indonesia
merupakan salah satu sistem transportasi yang secara tradisional digunakan untuk
berbagai kepentingan baik dari pedalaman (rural) menuju muara sungai dan
selanjutnya akan disambung dengan lalulintas kapal skala kecil antar pulau.
Dalam perencanaan, akan dilakukan perbaikan infrastruktur dan sarannya
hingga pelayanan rakyat dapat kembali bangkit dan menjadi transportasi andalan
masyarakat pada wilayah-wilayah yang aksesibilitas ke wialyah lain harus melalui
sungai.
Perkembangan transportasi darat dan transportasi air tidak selamnaya
merupakan suatu persaingan hal ini disebabkan adanya beberapa wialyah yang
tidak dapat terjangkau dengan transportasi darat yaitu pada daaerah-daerah
pedalaman melihat letak daerah-daerah yang masih berupa kepulauan-kepulauan
kecil. Banyak sungai yang mengalami pengeringan di musim kemarau sehingga
tidak dapat dilayari sedangkan kondisi jalan darat banyak yang rusak diakibatkan
beban berlebih yang diterima oleh jalan. Transportasi air banyak diandalkan bagi
kalangan ndustri dan pertanian untuk membawa barang dagangan ke daerah-
daerah pedalaman. Permasalahan lain yang muncul adalah menurunnya jumlah
angkutan penumpang maupun barang dari tahun ke tahun.
Penyelenggaraan transportasi air pedesaan di Indonesia masuk dalam
sektor Pelayaran rakyat yang pelaksanaannya diatur dalam beberapa undang-
undang atau peraturan dari pusat untuk memberikan arahan operasional di
lapangan.
Penyelenggaraan angkutan pelayaran rakyat diatur dalam :
a. Undang-undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 1992 tentang
Pelayaran yang tertuang dalam pasal 77 ayat 1 dan 2 yang berisi
mengenai peran pelayaran rakyat sebagai usaha rakyat yang bersifat
tradisional, mempunyai peranan penting dan mempunyai karakteristik
tersendiri.
b. Mengenai pajak daerah yang diatur dalam Undang-undang RI no.18
tahun 1997 tentang pajak daerah yang tertuang pada pasal 8
diantaranya berisi menegnai Dasar Pengenaan Pajak di Atas Air
dihitung berdasarkan nilai jual kendaraan di Atas Air dan objek pajak
kendaraan di atas air meliputi; kendaraan dengan ukuran isi kotor
kurang dari 20M3 atau kurang dari 7GT, kendaraan liar untuk pesiar
dan kendaraan air untuk kepentingan angkutan perairan daaratan.
Keadaan di lapangan beberapa hal yang lepas dari pengamtan pemerintah,
misal pemungutan pajak-pajak yang tidak diatur dengan undang-undang atau
kebijakan pemerintah. Pajak-pajak tersebut disepakati oleh asosiasi pengusaha
angkutan sungai setempat.
Pemerintah mengusulkan pajak untuk kapal-kapal dengan kekuatan kurang
dari 7GT dihilangkan dan ini merupakan gagasan yang baik untuk mendukung
perkembangan transportasi air di pedesaan. Saat ini juga pemerintah sedang
membuat rancangan Undang-undang mengenai Pelayaran yang berisi kapal,
pengukuran kapal, pendaftaran dan kebangsaan kapal Indonesia, keselamatan
daan navigasi kapal, peti kemas, pencegahan pencemaran dari kapal serta
manajemen keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran dari
kapal.
Isu mengenai otonomi daerah menunjukkan kewenangan pembinaan
terhadap transportasi air ini di tangan daerah lokal melalui suatu asosiasi seperti
GASDAP (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai dan Penyeberangan ) untuk
tingkat kabupaten.
Kebijakan nasional membuat beberapa strategi kebijakan :
a. Pengembangan jaringan pelayaran,
b. Pengembangan prasarana,
c. Modernisasi prasarana,
d. Peningkatan pelayaran,
Di Indonesia terjadi kelangkaan pembiayaan untuk pengembangan
prasarana tarnsportasi air ini karena rendahnya daya beli masyarakat terhadap
moda ini. Keadaan ini menyebabkan para investor kurang berminat terhadap
usaha pengembangan tersebut.
Studi transportasi air perdesaan di Indonesia memberikan gambaran
mengenai kondisi fisik dan infrastruktur serta fasilitas pada transportasi air
dipedalaman. Dipandang dari sisi kebijakan, penerapan yang terjadi di daerah
masih dikendalikan oleh pemerintah setempat. Pengaturan dari pemerintah masih
mencakup untuk kapal-kapal pelayaran. Kepedulian ini akan memberikan
pencerahan dalam pengemabngan transportasi air perdesaan yang masih menjadi
andalan bagi masyarakat Indonesia yang berdomisili di pulau-pulau terpencil.
Masalah terkait dengan kerjasama antar kabupaten dan kota di Kalimantan
Barat mengindikasikan beberapa isu terkait dengan operasional dana kelembagaan
yang ada saat ini. Beberapa permasalahan muncul namun solusi belum dapat
diperoleh terbentur dengan adanya Undang-undang Otonomi daerah. Kondisi ini
menyebabkan semakin berlarutnya masalah dan mengahambat dalam
penyelenggaraan pembangunan di Koridor Kapuas.
Perkembangan transportasi di daerah ini menumpu pada sektor darat, air,
dan udara. Kondisi geografis propinsi Kalimantan Barat yang wilayahnya banyak
terdapat sungai besar yang dapat dilayari. Sungai Kapuas merupakan sungai yang
terbesar menjadi urat nadi peneyelenggaraan transportasi di propinsi ini.
Masyarakat pedalaman yang bermukim di daerah sungai sangat mengandalkan
keberadaan sarana dan prasarana air ini.
Permasalahan yang terjadi pada Sungai Kapuas yang melintasi banyak
Kabupaten ini tidak bisa dianggap ringan, keberadaanya akan mempengaruhi
kondisi antar wilayah dalam propinsi. Saat ini penurunan muka air Sungai Kapuas
sudah berada kondisi yang mengkhawatirkan. Ini semakin ditunjukkan jumlah
angkutan air yang menuju daerah hulu semakin menurun dari waktu ke waktu.
Keadaan ini perlu menjadi perhatian semua pihak mengingat peranan
trnsportasi sungai ini terhadap mobilitas masyarakat dalam memeneuhi kebutuhan
hidup masyarakat itu sendiri.

II.2 Lalulintas Angkutan Sungai Kapuas


Letak Kota Pontianak di hilir Sungai Kapuas mempunyai peranan penting
dalam distribusi dan transfer penumpang maupun barang yang berasal dari hilir.
Aktifitas dermaga Kapuas besar maupun Kapuas Kecil setiap harinya dipadati
kegiatan turun naik penumpang dan bongkar muat barang. Ini memberikan
kontribusi besar bagi pendapatan daerah. Pelabuhan induk Propinsi Kalimantan
Barat juga terletak di hilir Sungai Kapuas yang merupakan terusan laut lepas.
Sehingga tampak aktivitas di sepanjang dermaga di daerah hilir Sungai Kapuas ini
ramai.
Dalam studi ini dilakukan survei lalulintas kapal dari hari-hari kerja dan
hari libur untuk mengetahui fluktuasi lalulintas kapal harian rata-rata. Untuk
dapat mengetahui asal-tujuan pada kedua wilayah tersebut dilakukan dengan
mencatat jumlah penumpang yang turun naik di sepanjang trayek. Selain itu
dicatat juga berapa total waktu yang diperlukan untuk menurunkan dan
menaikkan penumpang mulai dari titik awal trayek ke titik akhir trayek. Data ini
dinilai penting, karena makin besar prosentase waktu yang dibutuhkan untuk
turun naik penumpang merefleksikan keadaan buruknya kondisi dermaga, dan
dekatnya jarak desa ke desa tempat berhenti penumpang sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk menepi dan naik turun penumpang menjadi banyak.

II.3. Volume Laulintas Angkutan Sungai


Volume lalulintas yang melewati masing-masing Sungai yang disurvei
menunjukkan kesibukan dari sungai tersebut. Sungai Kapuas menunjukkan
volume lalulintas yang besar dan variasi angkutan sungainya terdiri dari berbagai
jenis motor air, yaitu speed boat, kapal barang, kapal penumpang, kapal bermotor,
sampan bermotor dan tak bermotor.kesibukan di sungai Kapuas terjadi pada jam
08:00 09:00 pagi dan 12:00 13:00 siang hari. Pola ini terlihat hampir setiap
hari kecuali hari minggu. Di hari minggu pola pergerakan sungai agak berbeda.
Pagi hari, volume lalulintas meningkat dan selanjutnya akan menurun pada siang
hari. Pada sore hari volume lalulintas kembali meningkat.

II.4. Karakteristik Penumpang


Penumpang angkutan sungai di Sunagi Kapuas mempunyai pola
perjalanan teratur, baik itu harian ataupun mingguan. Angkutan sungai sebagai
satu-satunya sarana transportasi menjadikan ketergantungan mobilitas mereka
dengan angkutan sungai.
Sebagian besar mereka tidak setiap hari menggunakan angkutan air dengan
alasan tidak adanya pilihan moda transportasi. Maksud perjalanan dengan
menggunakan motor air adalah untuk berbelanja, kerja dan keperluan keluarga.
Jenis kendaraan lain yang dimiliki berbeda untuk masing-masing daerah. Saat ini
kondisi sarana angkutan air berupa kapal motor belum memenuhi standart
sehingga munculnya beberapa keluhan dari pengguna angkutan sungai, misalkan
masalah kebisingan mesin motor air. Keluhan ini dinilai wajar karena mesin
motor air umumnya terletak di bagian tengah-tengah motor air tanpa ada penutup
mesin atau peredam suara. Selain kebisingan, masalah lain yang perlu menjadi
perhatian adalah kondisi dermaga untuk naik turun penumpang.
Tanggapan mereka tentang deermaga yang dikelola pemerintah cukup baik
hanya saja diperlukan ruang tunggu penumpang dan tingkatkan keamanan mereka
terhaaaddap copet dikawasan dermaga tersebut.

II.5. Pemilikan Operasi Angkutan


Angkutan sungai di Kalimantan Barat pada umumya dimiliki oleh orang
perorang bukan oleh perusahaan. Meskipun dari orang-perorang tersebut
mendirikan perusahaan angkutan sungai, namun pengaruh perorangannya tetap
menonjol. Angkutan motor dibeli atau dipesan secara tunai dengan menggunakan
uang pribadi tanpa menggunakan pinjaman bank. Ternyata pihak bank tidak dapat
menerima motor air yang terbuat dari kayu sebagai jaminan Bank. Itulah sebabnya
untuk membuat 1 kapal bervariasi tergantung dana yang dimiliki oleh si pembeli.
Bagi pembeli yang memiliki modal cukup, pembuatan motor air bisa cepat.
Namun bagi pembeli yang tidak memiliki modal cukup, maka pembuatan kapal
menyesuaikan dengan dana yang diberikan kepada pembauat kapal.
Kapal baru sebelum dioperasikan harus didaftarkan terlebih dahulu ke
Syahbandar untuk mendapatkan SYARAT UKUR. Surat ukur memuat ukuran
fisik kapal, data mesin dan kelayakan kapal secara keseluruhan. Berdasarkan surat
ukur ini diterbitkan SERTIFIKAT KESEMPURNAAN KAPAL.
Ijin trayek diberikan kepada pemilik kapal apabila telah melengkapi :
a. Sertifikat kesempurnaan kapal
b. Ijin Usaha
c. Rekomendasi dari Kepala Desa dimana trayek akan melewati desa tersebut
d. Rekomendasi dari Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Pedalaman
(GAPASDAP)
Apabila ijin trayek telah dimiliki, maka kapal baru dapat dioperasikan
sesuai dengan trayek yang diijinkan. Motor air dioperasikan/dibawa oleh Pemilik
sendiri atau diserahkan ke Pengemudi (juragan). Juragan motor harus memilki
SURAT TANDA KECAKAPAN NAKHODA (seperti SIM bagi pengemudi
kendaraan bermotor di darat) yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan
Kabupaten/Kota.
Pada umumnya, setiap motor air hanya dapat melayani 1 round-trip selama
satu hari. Di Pontianak, untuk route Kubu Padi Pontianak, maupun Ambawang-
Pontianak, mulai subuh dan pagi hari, kapal motor meninggalkan desa Kubu
Padi/Ambawang) dan tiba di Pontianak jam 10:00, selanjutnya siang hari mereka
kembali lagi ke desa.
Pengoperasian motor air sehari-hari adalah sebagai berikut: pemilik motor
menyerahkan motor airnya kepada sopir/juragan. Pendapatan yang diperoleh
supir/juragan pada hari itu diserahkan kepada pemilik. Selanjutnya pemilik
memeberi upah kepada supir maupun awak kapal.

II.6. Kondisi Prasarana Fisik Transportasi Air


Dermaga yang berfungsi untuk turun naik penumpang atau barang baik di
Pontianak, maupun di Sambas menjadi tanggung jawab pemerintah setempat.
tanggung jawab pemerintah tersebut meliputi perencanaan, pengembangan dan
pemeliharaan.
Di Pontianak ada 3 dermaga yang masih digunakan, dimana ukuran dan
lokasinya dicantumkan pada tabel 1
Tabel 1 Ukuran Dermaga Angkutan Sungai di Pontianak
No Nama Dermaga Ukuran Konstruksi
1 Kapuas Indah 36 x 12 meter Ferro Coment
2 Kapuas Besar 36 x 12 meter Ferro Coment
3 Teng Sheng Hie 32 meter Ferro Coment

Dermaga yang berada di sepanjang tepian sungai, dibangun dan dipelihara


oleh masyarakat setempat. Kondisi dermaga ini memprihatinkan karena
konstruksinya dari kayu dan minimnya dana untuk pemeliharaan.

II.7 Kelembagaan Angkutan Air


Sejak tahun 2001, kewenangan penanganan angkutan air menajdi tanggung
jawab kabupaten/kota dimana angkutan air itu beroperasi. Tahun-tahun
sebelumnya, angkutan air ditangani oleh kantor Wilayah Perhubungan (kanwil
perhubungan) Tingkat-I Kalimantan Barat, yaitu Seksi Lalulintas, Angkutan
Sungai Danau dan Penyeberangan (Seksi LALA ASDP).
Dengan semangat otonomi daerah, pelimpahan wewenang mulai
diserahkan kepada masing-masing kabupaten/kota. Dengan demikian di tingkat
Pemerintah Kota atau Kabupaten, Dinas Perhubungannya juga memiliki Seksi
yang menangani lalulintas sungai dan penyeberangan..
Karena era otonomi telah berlangsung, kenyataan di lapangan masih
terdapat dualisme kewenangan antara pemerintah Kota dengan Pemerintah
provinsi.
Tumpang tindih kewenangan tersebut terjadi dalam hal pemberian sertifikasi
Kapal Pedalaman dan pemberian ijin dermaga untuk keperluan pribadi/swasta.
Tumpang tindih juga terjadi antara Pemerintah Kota dengan SyahBandar
(perhubungan Laut), yaitu kewenangan nautis dan teknis penanganan kapal
pedalaman.
BAB III
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI SUNGAI DI
PROPINSI KALIMANTAN BARAT

III.1 Peranan Transportasi Sungai


Pada umumnya, di Kalimantan Barat permukiman penduduk, pusat
perdagangan, industri serta perkebunan berlokasi di sepanjang aliran sungai,
sehingga keberadaan sungai mempunyai arti penting serta strategis dalam
menunjang dan memperlancar pembangunan di berbagai sektor dan daerah. Di
daerah-daerah terpencil atau pedalaman, sungai merupakan sumber kehidupan
bagi masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai dan danau.
Peranan trasnsportasi untuk masa-masa yang akan datang perlu
ditingkatkan terutama dalam menunjang kelancaran arus barang, khususnya untuk
sektor perkebunan maupaun pertambangan yang menjadi komoditi utama di
propinsi ini.
Pelaksanaan dan pelayanan angkutan sungai, danau dan penyeberangan
dibandingkan dengan moda transportasi lainnya realtif lebih murah, di sebabkan
antara lain :
a. Mempergunakan sarana alam yang sudah tersedia, hanya diperlukan
pemeliraan dan pengerukan pada alur-alaur pelayaran tertentu.
b. Hemat energi, relatif bebas polusi.
c. Angkutan barang dapat dengan volume yang bear, baiaya murah dan
dapat terjangkau oleh masyarakat yang luas.
d. Kepadatan lalulintas tidak teralalu padat.
Dalam perkembangannya, transportasi air mengalami pasang surut
peranan dalam mendukung pergerakan di Propinsi Kalimantan Barat. Dengan
berfungsinya beberapa ruas jalan darat yang sejajar dengan sungai dan telah
dibangunnya beberapa jembatan yang melewati sungai, berakibat menurunnya
aktifitas angkutan sungai, terutama untuk angkutan penumpang. Bagi daerah-
daerah pedalaman yang belum tesedia jalan darat serta angkutan warga
transmigarsi, transportasi sungai masih dominan atau tetap diperlukan.
Setiap wilayah di Propinsi Kalimantan Barat mempunyai kebijakan dan
wewenang dalam pengelolaan dalam mengembangkan trasnportasi sungai, namun
ditinjau dari program rencana daerah terlihat bahwa pengembangan transportasi
sungai belum mendapat perhatian baik dalam program perencanaan maupun
pendanaan.
Orientasi pemerintah setempat masih bertumpu pada jaringan jalan.
Peranan transportasi sungai untuk masa-masa yang akan datang perlu ditingkatkan
terutama dalam menunjang kelancaran arus barang, khususnya untuk sektor
perkebunan maupun pertambangan yang menjadi komoditi utama di propinsi ini.
Hambatan, Tantangan dan Kebijaksanaan dalam pengembangan
Transportasi Sungai
A. Hambatan
Dalam pengembangan transportasi sungai di Kalimantan Barat baik
prasarana maupun sarananya terdapat beberapa hambatan antara lain :
1) Musim Kemarau
Musim kemarau yang lamanya kurang lebih tiga bulan, hanya kapal
motor dengan ukuran 1-2 meter yang dapat dilayari sampai ke
perhuluan, sedangkan sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air
laut dapat dilayari sepanjang tahun misalnya Sungai Kapuas.
2) Jembatan
Dibangun beberapa jembatan ynag melalui sungai sehingga ruang
gerak kapal motor beserta gandenganya baik secara vertikal maupun
horisontal tidak bebas, hal Ini disebabakan lebar alur pelayaran di
bawah jembatan (antara dua tiang) menjadi sempit dan juga tinggi
jembatan dari permukaan air terbatas, sehingga sering terjadi
senggolan atau benturan kapal/motor/tongkang gandeng terhadap tiang
pilar jembatan.
3) Perundang-undangan
Belum jelasnya kewenangan LLASDP di perairan pedalaman, baik
menyangkut pembinaan, pengawasan, pengaturan terhadap sarana,
prasarana, maupun teknis operasioanal mengakibatkkan transportasi
sungai kurang berkembang sebagaimana yang diharapkan.
B. Tantangan
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan transportasi sungai
di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut :
1. Teknologi
Perkembangan di sektor perekonomian di daerah Kalimantan Barat ,
tuntutan terhadap efisiensi maupun sarana teknologi sarana angkutan
yang menyangkut type sarana kapal dan tongkang sungai perlu
dikembangkan peneyempurnaan/moderenisasi, demikian juga
halnya dengan type dermaga/ponton baik untuk kapal pedalaman
maupun penyeberangan perlu disesuaikan dengan kondisi air
sehingga memudahkan dalam pengoperasian dan
perawatan/pemeliharaan.
2. Sumberdaya Manusia
Pada umumnya penyelenggaraan transportasi sungai masih bersifat
tradisional, di mana sumberdaya manusia (masyarakat pemakai jasa,
petugas operasional serta penyedia pengguna jasa perlu ditingkatkan
terutama kualitasnya, sehingga sistem transportasi sungai yang
lancar, aman, nyaman sesuai tuntutan zaman dapat diciptakan.
3. Lingkungan hidup
Kesadaran terhadap lingkungan hidup sangat diperlukan yaitu
kesadaran dari penyelenggaran transportasi sungai maupun
masyarakat sepanjang aliran sungai untuk memperhatikan menjaga
serta memikirkan lingkungan hidup dan kelestraian sungaoi terhadap
pencemaran sungai dari limbah-limbah industri (kayu, karet, samah,
minyak bebas), sehingga peran sungai bagi masyarakat dan
pemerintah dapat diandalkan.
4. Perkebunan dan pertambangan.
Perkembangan di sektor perkebunan dan ditemukannya beberapa
kandungan pertambangan, yang ada pada umumnya berlokasi di
dekat sepanjang aliran sungai-sungai di Kalimantan, menurut
keandalan penyelenggaraan transportasi sungai yang cepat, aman
dari lokasi perkebunan ke tempat pengelolaan industri maupun ke
pelabuhan ekspor.

III.2. Kebijaksanaan Pengembangan


Kebijaksanaan pembangunan transportasi sungai dan penyebrangan
sebagaimana ditetapkan dalam GBHN adalah dilanjutkan dan ditingkatkan baik
sebagai transportasi yang bediri sendiri maupun sebagai transportasi yang
merupakan bagian dari jenis transportasi lain sehingga perannya dalam menunjang
pembangunan di berbagai sektor dan daerah termasuk permukiman di pedalaman
dan daerah terpencil dapat diandalkan.
Perhatian khusus perlu diberikan pada upaya pemeliharaan sarana dan
prasarana jalur pelayaran sungai, kualitas lingkungan alur taransportasi dan
pemeliharaan sumber daya alam daan lingkungan alur transportasi dan
pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta sejalan dari satu Tri
Program Utama Kalimantan Barat.
Berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh GBHN, serta memperhatikan
hambatan dan tantangan di bidang transportasi sungai. Beberapa kebijaksanaan
yang ditetapkan antara lain :
1. Kepemilikan Type Sarana dan Prasarana Yang Tepat, yaitu :
a) Pemilikan dan penentuan type sarana/kapal maupun tongkang
harus disesuaikan dengan sifat dan besarnya volume angkutan yang
dominan pada masa sekarang ataupun untuk masa-masa yang akan
datang, yang paling dominan adalah untuk mengantisipasi
angkutan barang yaitu hasil perkebunan dan pertambangan yaitu
kapal/motor khusus untuk angkutan barang dan type tongkang
bermotor. Juga harus disesuaikan dengan karakteristik sungai-
sungai di Kalimantan Barat, yang pada umumnya cukup panjang
dan lebar berbelok-belok serta mempunyai arus yang cukup deras,
yang juga perlu diperhatikan jangan sampai mengakibatkan
tebiing-tebing sungai longsor/rusak
b) Penentuan type dermaga dan pelabuhan penyeberangan, harus
disesuaikan dengan kondisi daripada struktur tanah, pasang surut
air laut demi memudahkan pengoperasian, pemeliharaan maupun
perawatan dermaga daan pelabuhan penyeberangan serta
kelancaran kegiatan bongkar muat barang, penumpang dan
kendaraan..
2. Koordinasi dengan sektor lain
Diperlukan koordinasi dengan sektor lainnya dalam
mengembangkan transportasi sungai khusus untuk kelancaran lalu lintas
kapal, terutama dalam perencanaannya sehingga penyelenggaraannya
transportasi sesuai dengan baik, mantap dan terpadu. Sektor tersebut
antara lain : Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah, pariwisata dan
Perindustrian.
3. Peningkatan kualitas SDM di bidang transportasi sungai sangat diperlukan
baik terhadap petugas, masyarakat, pengusaha angkutan sungai meliputi
aspek :
a) Keselamatan berlalulintas
b) Peningkatan kualitas pengusaha angkutan
c) Peningkatan kualitas petugas operasional dan pemantapan
pembinaan SDM yang terencana.
4. Penyempurnaan Peraturan Perundangan
Penyempurnaan dan pemantapan pedoman teknis, pedoman kerja
yang telah ada dan perlu disempurnakan serta dilaksanakan secara
berkesinambungan sesuai dengan kemajuan teknologi dan kompleksitas
pekerjaan di bidang transportasi sungai, peraturan/pedoman teknis perlu
disosialisasikan kepada masyarakat dan aparat guna memudahkan aparat
LLASDP dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah di bidang lalulintas
dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan.
5). Peran swasta dan Koperasi
Peningkatan partisipasi swasta dan koperasi dalam
penyelenggaraan trasnportasi sungai perlu dibina, ditingkatkan serta
kemudahan-kemudahan, hal ini dilakukan kerjasama dengan GAPASDAP
maupun instansi terkait lainnya.
6) Pemeliharaan Alur pelayaran
Untuk kelancaran, keamanan lalulintas kapal di perairan sungai,
terutama ke Pelabuhan Laut ekspor diperlukan pemeliharaan alur
pelayaran dilaksanakan dan ditingkatkan yaitu dengan melakukan
pengerukan pada beberapa alur pelayaran dari tunggul-tunggul kayu dan
dari limbah-limbah industri kayu dan crumb Rubber. Selain itu pengadaan,
pemasangan rambu-rambu sungai perlu ditingkatkan terutama pada alur
pelayaran sungai yang rawan kecelakaan serta pada lalu lintas kapal.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Transportrasi Sungai sangat berpotensi untuk dikembangkan di


Kalimantan Barat.
2. Pengembangan tranportrasi di sungai Kapuas, Kaimantan Barat
memerlukan studi yang komprehensif dengan melihat berbagai aspek yang
berada pada sungai kapuas, seperti: kondisi laulintas, volume lalu lintas,
karakteristik penumpang, kepemilikan operasi angkutan, kondisi prasarana
fisik transportrasi, serta kelembagaan angkutan air.
3. Melihat peranan transportrasi sungai yang cukup besar, maka perlu
disusun kebijakan transportrasi sungai serta berbagai strategi dengan
berkacamata pada hambatan dan tantangan yang selama ini dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo. 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Dahuri, Rochmin. 2004. Pemmbangunan Wilayah Perspektif Ekonomi,


Sosial dan Lingkungan. Jakarta : LP3ES

Dirjen Bina Pemerintah Daerah, Departemen Dalam Negeri-Jakarta Pusat


Studi Transportasi dan Logistik-UGM kerjasama dengan PT Cipta
Perdana Nusa Lestari. Laporan Akhir Penyusunan Strategi
Pengembangan Sisitem Transportasi Air Di Koridor Kapuas.

Anda mungkin juga menyukai