Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN AKHIR

Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

spek transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam membuka peluang dan
kesempatan bagi potensi-potensi yang berada di wilayah tersebut. Dimana sistem transportasi
berperan sebagai alat penghubung yang dapat memberikan implikasi terhadap perubahan
struktur ruang secara mendasar. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa berbagai pola jaringan jalan akan
membentuk pola penggunaan lahan tertentu, namun pada kesempatan lain pola penggunaan lahan secara
tidak langsung akan mempengaruhi sistem transportasi. Kebutuhan akan sistem transportasi pada dasarnya
merupakan kebutuhan turunan bagi kegiatan lainnya, misalnya industri, pemerintahan, perdagangan dan lain
sebagainya. Secara umum transportasi ini dapat dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu sarana dan
prasarana transportasi. Bentuk kegiatan transportasi ini pada dasarnya merupakan jasa yang melayani
pergerakan masyarakat dari kegiatan-kegiatan sosial ekonomi penduduk pada suatu wilayah.

Oleh karena itu pelayanan dari sistem transportasi wilayah secara keseluruhan harus mencerminkan
keadaan struktur sosial ekonomi wilayah yang bersangkutan serta fungsi dari kawasan secara keseluruhan
atau dapat pula sebaliknya, suatu pengembangan dari sistem transportasi dapat merangsang pertumbuhan
dan perkembangan wilayah pada setiap kawasan yang dikembangkan.

III.1. KONDISI TRANSPORTASI NASIONAL

Dalam konteks RTRWN, sistem jaringan transportasi secara nasional adalah suatu sistem yang
mengkaitkan antara kebutuhan dan pelayanan transportasi antar negara, antar wilayah dan antar kota.
Pengembangan jaringan transportasi nasional bertujuan untuk menunjang kegiatan sosial, ekonomi,


III - 1
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

pertahanan keamanan negara, menggerakkan dinamika pembangunan, dan memantapkan kesatuan wilayah
nasional dengan mendukung peruntukan ruang di kawasan budidaya dan penyebaran pusat-pusat
permukiman serta sektor terkait lainnya. Dalam implementasinya, pengembangan jaringan transportasi
nasional dilakukan secara selaras dan terpadu serta sinergis dengan pengembangan sistem permukiman
dan sektor terkait lainnya.

Jaringan transportasi nasional merepresentasikan hubungan keterkaitan sistem transportasi


antarpulau, pusat permukiman, kawasan produksi, pelabuhan laut dan udara, sehingga terbentuk satu
kesatuan sistem transportasi darat, laut dan udara. Jaringan transportasi nasional dikembangkan saling
terkait meliputi wilayah nasional dengan luar negeri, antarwilayah dan antarkota, dan dalam keterkaitan intra
dan intermoda transportasi. Untuk dapat mewujudkan struktur jaringan transportasi secara sistematis dan
efisien dalam 20 tahun mendatang, perlu disusun Strategi Nasional Pengembangan Transportasi atau Sistem
Pengembangan Transportasi Nasional (SISTRANAS). Strategi ini meliputi tahapan pengembangan jaringan
moda-moda transportasi agar selalu terpadu dan optimal dalam menunjang perkembangan kawasan-
kawasan. Dalam strategi ini disamping tahapan -tahapan dan keterpaduan moda, juga ditentukan penentuan
jalur sesuai dinamika perkembangan kawasan-kawasan.

Kondisi sektor transportasi di Indonesia pada saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup
signifikan, dimana seiring dengan diterapkannya hasil Tatranas, maka pengembangan transportasi dalam
tataran nasional diorentasikan pada upaya pengembangan jaringan prasarana dan pelayanan dengan tetap
memperhatikan kebutuhan jasa transportasi bagi masyarakat di daerah terisolir sebagai pengguna jasa yang
perlu di subsidi. Kondisi-kondisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Tingkat Aksessibilitas dan Kapasitas

Ditinjau dari Sektor Transportasi, kondisi aksesibilitas panjang jalan arteri primer yang
menghubungkan wilayah NKRI relatif belum mencukupi. Kapasitas jalan yang tersedia mencapai
0,0205 Km per Km² luas wilayah. Pelayanan transportasi jalan lintas batas Negara sudah terjalin
dengan baik. Aksesibilitas pelayanan transportasi penyeberangan relatif cukup tinggi karena
keseluruhan lintas penyeberangan telah menghubungkan pulau – pulau besar dan daerah terpencil.
Keadaan ini diukur dari perbandingan jumlah pelabuhan dengan wilayah nasional, dimana setiap
pelabuhan melayani 83.590 km² wilayah nasional. Dalam kaitan dengan pelayanan, aksesibilitas
transportasi laut dapat diukur berdasarkan perbandingan jumlah pelabuhan dengan luas wilayah
nasional. Setiap pelabuhan rata – rata melayani 910 km², dan setiap pelabuhan laut yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri rata – rata melayani 13.733 km² wilayah nasional. Aksesibilitas pelayanan
transportasi udara relatif cukup baik karena hampir diseluruh provinsi terdapat Bandar udara pusat
penyebaran. Selain itu seluruh Bandar udara pusat penyebaran relatif mudah dicapai karena dekat
dengan jalan arteri.


III - 2
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

B. Transportasi Antarmoda / Multimoda

Keterpaduan pelayanan angkutan antar moda penumpang antar moda transportasi laut dan udara
dengan moda transportasi jalan pada umumnya sudah berjalan, namun belum dalam wujud one stop
service yang dapat memberikan pelayanan tunggal yang menerus. Keterpaduan pelayanan angkutan
antar moda penumpang antar transportasi laut dan udara dengan moda transportasi kereta api belum
optimal, disebabkan antar lain oleh belum tepadunya jaringan prasarana dan pelayanan antar moda –
moda tersebut.

C. Jaringan Transportasi Darat

Jaringan transportasi darat berupa jaringan transportasi jalan nasional yang dikembangkan dalam
bentuk lintas pada masing-masing pulau untuk dapat menghubungkan dan memadukan kawasan -
kawasan andalan, pusat-pusat permukiman dan pintu-pintu outlet dalam suatu jaringan. Dengan
pendekatan ini dapat diupayakan peningkatan pertumbuhan dan pemerataan serta kesatuan proses
sosial ekonomi pada masing-masing pulau. Di samping itu jaringan transportasi darat antarpulau
dihubungkan dengan lintas dan/atau jembatan penyeberangan sehingga secara menyeluruh wilayah
nasional dapat membentuk satu kesatuan proses politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan. Secara fisik, jaringan transportasi darat meliputi:

1. Jaringan Jalan Darat


Jaringan jalan darat dibedakan dengan memperhatikan perkiraan arus penumpang dan barang
antar kawasan, kota dengan kawasan dan orientasi ekspor produk nasional serta
memperhatikan lintas pada masing-masing pulau, kawasan-kawasan andalan, pusat-pusat
permukiman kota dan desa serta pintu-pintu keluar yang ada.

Mobilitas perekonomian nasional sangat bertumpuh pada kehandalan pelayanan transportasi


jalan, karena pergerakan orang dan atau barang sebagian besar menggunakan transportasi
jalan, dengan pangsa pergerakan lebih dari 95%, baik untuk pergerakan orang maupun barang.

Transportasi jalan di Kepulauan Maluku dan Pulau Papua kurang berkembang karena kondisi
geografi yang kurang mendukung. Kondisi geografi Kepulauan Maluku menyebabkan peranan
terbesar adalah pada transportasi penyeberangan dan transportasi laut. Sedangkan di Pulau
Papua karena kondisi geografi berbukit – bukit menjadikan peran transportasi udara yang cukup
besar untuk pergerakan orang dan barang internal pulau.

Total panjang jalan nasional di Indonesia sekitar 34,6 ribu km, dimana sekitar 3.683 km (10,05%)
belum terhubung/tembus. Proporsi tertinggi jalan lintas yang belum tembus adalah di Pulau
Papua (41,25%), diikuti Pulau Kalimantan (17,83%) dan Kepulauan Maluku (17,14%).
Sedangkan di pulau lainnya tingkat ketidak terhubungan jalan lintas hanya di bawah 10%.
Jaringan jalan nasional (arteri primer dan kolektor primer) pada tahun 1996 adalah 26,8 ribu km,


III - 3
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

dan sampai dengan tahun 2002 tidak terdapat penambahan panjang jalan yang berarti, sehingga
aksesibilitas jalan primer menjadi sebesar 0,01 km per km 2. Dampak krisis ekonomi masih terasa
sampai tahun 2002 dimana jumlah jalan yang rusak sekitar 39,4 % termasuk didalamnya
sebanyak 15.739 km jalan nasional dan provinsi, serta 113.215 km jalan kabupaten / kota.

Perkembangan kondisi jalan nasional sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 lebih baik
bila dibandingkan dengan kondisi jalan provinsi dan jalan kabupaten. Kondisi baik dan sedang
jalan nasional secara umum mengalami peningkatan dari 74,5% pada tahun 1997 menjadi 85%
sampai tahun 2003.

3. Jaringan Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan


Jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan meliputi:

Pengembangan jaringan transportasi sungai, yaitu jaringan transportasi sungai yang


dititikberatkan pengembangannya di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Irian
Jaya.
Pengembangan jaringan transportasi danau, yaitu jaringan transportasi danau
dititikberatkan pengembangannya pada danau-danau besar.
Pengembangan jaringan transportasi penyeberangan, yaitu jaringan transportasi
penyeberangan dititikberatkan pengembangan penyeberangan lintas Utara, lintas tengah,
dan lintas Selatan dalam wilayah nasional. Penyeberangan lintas Utara ialah
penyeberangan dari Sabang sampai Jayapura melalui Pontianak, Nunukan, Manado,
Ternate dan Biak. Penyebarangan lintas tengah ialah Penyeberangan dari Palembang
sampai Jayapura melalui Banjarmasin, Ujung Pandang, Kendari, Ambon, Sorong dan Biak.
Sedangkan penyeberangan lintas Selatan ialah penyeberangan dari Sabang sampai
Merauke melalui Jakarta, Bali, Bima, Kupang, Dili dan Tual. Penyeberangan tersebut
dilaksanakan dengan ferry penyeberangan.

Transportasi penyeberangan berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan


jaringan jalan yang terputus karena adanya perairan, untuk mengangkut penumpang dan
kendaraan beserta muatannya. Oleh karenanya pelabuhan penyeberangan harus terpadu
dengan jaringan pelayanan dan prasarana transportasi jalan dan kereta api. Jaringan pelayanan
penyeberangan yang terdaftar saat ini mencapai 106 lintasan. Jumlah lintas penyeberangan
terbanyak terdapat di Nusa Tenggara, yaitu sejumlah 26 lintasan, diikuti Kepulauan Maluku dan
Papua masing – masing memiliki 12 lintasan. Lintas penyeberangan tersebut terbagi menjadi
lintas padat ( komersial ) dan lintas perintis ( non komersial ). Lintas perintis sebanyak 66
lintasan, yang sebagian besar berada di kawasan timur Indonesia dan pengoperasiannya
dilaksanakan oleh PT. ASDP dengan mendapat subsidi dari pemerintah. Sedangkan lintas


III - 4
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

komersil dilayani sebanyak 189 unit kapal, dengan 87 unit kapal dioperasikan oleh PT.ASDP, 2
unit kapal melalui KSO antara PT.ASDP dengan swasta, dan 100 unit kapal oleh swasta. Pada
lintas penyeberangan yang padat, peranan PT.ASDP secara berangsur – angsur digantikan
oleh swasta karena perhatian pemerintah lebih difokuskan pada pengembangan lintas perintis.
Lintas padat ini disebut sebagai lintas angkutan penyeberangan komersial, yang dilayani oleh
PT.ASDP dan 24 perusahaan swasta. Untuk lintas padat, pada umumnya dilayani oleh 6 unit
kapal, sedangkan di lintas lain, serta lintas perintis, hanya dilayani oleh 1 unit kapal, sehingga
jika kapal rusak maka pelayanan di lintas tersebut terhenti. Sebagian besar lintas
penyeberangan adalah dalam provinsi. Untuk tataran nasional, jaringan pelayanan transportasi
penyeberangan antar provinsi di Indonesia pada tahun 2002 hanya berjumlah 16 lintasan, yang
dilayani oleh 68 kapal dengan berbagai tipe, seperti Ro-ro dan LCT. Jumlah pelabuhan
penyeberangan antar provinsi dan antar Negara sebanyak 38 pelabuhan, tersebar hampir
diseluruh provinsi.

D. Jaringan Transportasi Laut

Luas laut Indonesia 5,8 juta Km2, terdiri dari laut nusantara 3,1 juta km2 perairan territorial Indonesia,
dan 2,7 juta Km2 perairan laut ZEE. Transportasi laut memberikan kontribusi dominan dalam
pelayanan transportasi, khususnya untuk pergerakan barang antar provinsi, antar pulau dan
internasional, dalam rangka peningkatan perekonomian nasional. Dari sisi ekonomi, peranan
transportasi laut tidak hanya dapat dilihat pada besarnya kontribusi terhadap PDB tahun 2002 yang
rata – rata secara nasional hanya 0,86%, akan tetapi terlihat juga pada kontribusinya terhadap PDB
dalam melancarkan kegiatan ekspor-impor. Selama tahun 1996 sampai dengan tahun 2001, rata –
rata 99% dari volume ekspor, atau 95% dari total nilai ekspor, diangkut dengan menggunakan moda
transportasi laut. Dengan kata lain pendapatan devisa Indonesia tergantung pada kinerja transportasi
laut. Jaringan pelayanan angkutan laut telah dapat menghubungkan secara langsung berbagai
pelabuhan atau kota yang terdapat di kawasan timur dan kawasan barat Indonesia, maupun
pelabuhan – pelabuhan di luar negeri.

Kondisi jaringan pelayanan transportasi laut, baik barang maupun penumpang, sampai tahun 2001
adalah ± 78 jaringan pelayanan angkutan barang dalam negeri, ± 11.500 jaringan pelayanan
angkutan barang internasional, ± 29 jaringan pelayanan angkutan penumpang PT.PELNI, ± 136
jaringan pelayanan angkutan penumpang swasta, dan ± 49 jaringan angkutan laut perintis.

Jaringan prasarana transportasi laut nasional berupa alur pelayaran yang dapat dimanfaatkan sebagai
alur transportasi laut nasional, disamping sebagai alur lintas damai (innocent passage). Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI) dibagi dalam 3 kelompok:
ALKI I : Selat Karimata, Laut Jawa dan Selat Sunda
ALKI II : Selat Makassar Sampai ke Selat Lombok


III - 5
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

ALKI III : Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Kemudian bercabang ke Selat Ombai, ke
antara Bagian Timur Pulau Timor, dan Barat PP Leti, serta kearah PP Damar.

Jaringan prasarana transportasi laut berupa pelabuhan laut yang tersedia untuk pelayanan naik turun
penumpang, bongkar muat barang dan kapal sebanyak 2.113 pelabuhan. Berdasarkan jenisnya,
terdiri dari 111 pelabuhan umum yang diusahakan, dan 1.401 pelabuhan khusus. Dari sejumlah
pelabuhan tersebut, terdapat 140 yang terbuka untuk perdagangan luar negeri, dan 25 pelabuhan
umum yang diusahakan dapat menangani bongkar muat peti kemas. Pada setiap provinsi terdapat
sejumlah pelabuhan, tetapi tidak semuanya menjadi pelabuhan singgah atau pelabuhan yang menjadi
asal tujuan pergerakan ke luar provinsi tersebut. Dengan kata lain pelabuhan yang tidak terdefinisi
sebagai pelabuhan singgah dikategorikan sebagai pelabuhan lokal. Provinsi Riau merupakan provinsi
dengan pelabuhan terbanyak, yaitu 40 pelabuhan, diikuti dengan Provinsi Papua sebanyak 38
pelabuhan. Dari 40 pelabuhan di Provinsi Riau tersebut ternyata hanya 12 yang menjadi pelabuhan
singgah, sedangkan di Papua hanya 13 pelabuhan.

Dalam pengembangan transportasi laut nasional dititk beratkan pada :

1. Pengembangan Pelabuhan Laut

Pengembangan pelabuhan laut utama (trunk port), meliputi: pelabuhan utama primer, yaitu
pelabuhan yang diarahkan untuk melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional
dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan sangat luas serta berfungsi
sebagai simpul jaringan transportasi laut internasional; pelabuhan utama sekunder, yaitu
pelabuhan yang diarahkan untuk melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional
dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan sangat luas serta berfungsi
sebagai simpul jaringan transportasi laut nasional; pelabuhan utama tersier yaitu pelabuhan
yang diarahkan untuk melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan
internasional dalam jumlah menengah dan jangkauan pelayanan menengah.

Pengembangan pelabuhan pengumpan (feeder port), meliputi: pelabuhan pengumpan


regional yang diarahkan untuk melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut dalam jumlah
kecil dan jangkauan pelayanan dekat serta berfungsi sebagai pengumpan pelabuhan
utama; pelabuhan pengumpan lokal yang diarahkan untuk melayani kegiatan alih muat
angkutan laut dalam jumlah kecil dan jangkauan dekat serta berfungsi sebagai pengumpan
pelabuhan utama dan pengumpan pelabuhan regional.

2. Pengembangan Alur Pelayaran di Laut.


Pengembangan alur pelayaran di laut ditentukan oleh instansi yang berwenang dan dicantumkan
dalam peta laut dan buku petunjuk pelayaran.


III - 6
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

E. Transportasi Udara

Sesuai dengan fungsinya dalam tata ruang wilayah nasional, jaringan transportasi udara
menggambarkan lokasi pelabuhan udara untuk pelayanan penumpang dan bongkar muat barang
untuk melayani kawasan dan wilayah pelayanannya masing-masing. Jaringan transportasi udara
berupa :
1. Bandar Udara
Bandar udara dikembangkan dalam klasifikasi :

Pusat penyebaran primer, yaitu pusat penyebaran yang diarahkan untuk melayani
penumpang dalam jumlah besar dengan lingkup pelayanan nasional atau beberapa
propinsi dan berfungsi sebagai pintu utama untuk ke luar negeri;
Pusat penyebaran sekunder yaitu pusat penyebaran yang diarahkan untuk melayani
penumpang dalam jumlah sedang dengan lingkup pelayanan dalam satu propinsi dan
terhubungkan dengan pusat penyebaran primer;
Pusat penyebaran tersier, yaitu pusat penyebaran tersier yang diarahkan untuk melayani
penumpang dalam jumlah rendah dengan lingkup pelayanan pada beberapa kabupaten
dan terhubungkan dengan pusat penyebaran primer dan pusat penyebaran sekunder;
Bandar udara bukan pusat penyebaran yaitu bandar udara yang diarahkan untuk melayani
penumpang dengan jumlah kecil dan tidak mempunyai daerah cakupan atau layanan;

2. Ruang Lalu Lintas Udara


Penyelenggaraan ruang lalu lintas ditentukan oleh instansi yang berwenang dan dicantumkan
dalam buku petunjuk penerbangan.

Transportasi udara merupakan moda transportasi yang memiliki keunggulan dalam hal kecepatan
yang tidak dapat disaingi oleh moda transportasi lainnya. Transportasi udara dalam situasi
masyarakat dan pasar yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah Negara, merupakan salah
satu kunci penting bagi kemajuan perekonomian Indonesia dalam menunjang sistem pergerakan dan
perpindahan orang dan barang di tingkat lokal, regional dan internasional. Jaringan pelayanan
transportasi udara terdiri atas rute utama, rute pengumpan, dan rute perintis, baik berjadwal maupun
tidak berjadwal.

Rute utama menghubungkan antar Bandar udara pusat penyebaran. Rute pengumpan, merupakan
penunjang rute utama, menghubungkan antar Bandar udara pusat penyebaran dengan Bandar udara
bukan pusat penyebaran, atau antar Bandar udara bukan pusat penyebaran. Sedangkan rute perintis
adalah rute yang menghubungkan daerah terpencil atau pedalaman atau daerah yang sulit terhubungi
dengan moda transportasi lain. Jaringan pelayanan rute perintis sebagian besar tersebar di wilayah
kawasan timur Indonesia, antara lain di Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara


III - 7
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Timur, Kepulauan Maluku, dan Pulau Papua, serta sebagian kecil terdapat di wilayah kawasan barat
Indonesia ( di Pulau Sumatera ).

Jaringan pelayanan angkutan udara berjadwal yang tersedia pada tahun 2003, untuk penerbangan
domestik terdapat sebanyak 36 rute utama, 110 rute pengumpan, dan 66 rute perintis, dengan
frekuensi penerbangan 4.997 kali per minggu, dan sebanyak 15 rute penerbangan internasional
dengan frekuensi penerbangan 352 kali per minggu. Jaringan pelayanan transportasi udara pada
tahun 2003 dilayani sebanyak 591 pesawat udara, yang terdiri dari pesawat udara untuk penerbangan
berjadwal 374 unit dan 217 unit untuk penerbangan tidak berjadwal (pesawat terbang dan helicopter).

Bandar udara berdasarkan hirarki fungsinya dibagi menjadi dua, yakni Bandar udara pusat
penyebaran dan Bandar udara bukan pusat penyebaran. Jumlah Bandar udara yang tersedia pada
tahun 2004 sebanyak 187 bandar udara, terdiri dari 36 bandar udara pusat penyebaran dan 151
bandar udara bukan pusat penyebaran. Dari sejumlah Bandar udara pusat penyebaran tersebut,
terdapat 27 bandar udara sebagai pintu keluar masuk penerbangan internasional.

III.2. KETERSEDIAAN PELAYANAN TRANSPORTASI DI PROVINSI MALUKU UTARA

Propinsi Maluku Utara mempunyai posisi yang sangat penting, terletak di salah satu bagian utara
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berbatasan langsung dengan Negara tetangga
(Palau/Filipina) serta memiliki kerja sama ekonomi antara Indonesia, Australia, dan Papua New Guinea bagi
pengembangan kawasan pasifik dengan konsep region state yang masih berjalan sampai saat ini.
Karakteristik Wilayah Propinsi Maluku Utara itu sendiri adalah karakteristik geografis wilayah kepulauan.
Terdapat ratusan pulau – pulau besar dan kecil yang terdapat dalam wilayah administrasi Propinsi Maluku
Utara, serta berada dalam wilayah laut Indonesia bagian timur, mengakibatkan sistem transportasi wilayah
memegang peranan penting terutama transportasi laut dan udara. Hal ini disebabkan karena Propinsi Maluku
Utara dilalui oleh pergerakan orang dan barang baik melalui laut maupun udara dengan tujuan Nusantara
maupun luar negeri.

Sebelum terjadinya kerusuhan rasial di wilayah Maluku dan Maluku Utara pada tahun 1999/2000,
peran Pelabuhan Ternate dan Ambon sangat penting dan potensial. Pelabuhan Ambon, sebagai pelabuhan
kolektor sekaligus pelabuhan eksport-import diwilayah IBT ( Indonesia Bagian Timur ) bersama – sama
dengan Pelabuhan Ternate, Bitung, Kendari dan Sorong. Pergerakan transpotasi ini terkait dengan pusat –
pusat pemasaran diluar wilayah Maluku seperti Surabaya, Jakarta, Medan, Ujung Pandang, Menado,
Sorong, termasuk juga jalur ekspor, seperti : Jepang, Korea, dan Taiwan. Pasca kerusuhan hubungan
transportasi dari dan ke Ambon sempat terputus, sehingga mempengaruhi terhadap proses koleksi dan
distribusi barang. Saat ini telah dirintis kembali jalur ke Ambon dan juga peningkatan jalur hubungan
transportasi antar Kabupaten dibawah lingkup Propinsi Maluku Utara. Dalam kaitan dengan sistem pusat –


III - 8
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

pusat hierarki, Kota Sofifi sebagai pusat Maluku Utara merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan
Ternate sebagai pintu gerbang serta hubungan terdekat dengan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yaitu
dengan Kota Manado.

Sejalan dengan pemekaran wilayah Propinsi Maluku Utara dari dua Kabupaten menjadi delapan
Kabupaten/Kota, kebutuhan akan pengembangan sistem-sistem transportasi juga meningkat, khususnya
bagi Kabupaten – Kabupaten hasil pemekaran yang belum mempunyai sistem transportasi untuk pelayanan
wilayahnya. Hal ini perlu pula diwadahi dalam lingkup penataan sistem transportasi tingkat Propinsi sebagai
infrastruktur pelayanan dan pengendalian, baik dibidang tata pemerintahan (rentang kendali) maupun bagi
pengembangan sosial ekonomi budaya masyarakat secara luas.

III.2.1. TRANSPORTASI DARAT

Sebagai salah satu penunjang kegiatan perekonomian, sarana dan prasarana transportasi darat
antara lain berupa jalan raya sangat diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar arus distribusi
barang dan jasa serta mobilitas orang dari satu tempat ke tempat lainnya, sehingga kegiatan pembangunan,
produksi dan perdagangan akan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.

A. Jaringan Jalan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, Jaringan
jalan berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 4 (empat) jenis yakni jalan arteri, jalan kolektor, jalan
lokal, dan jalan lingkungan, dimana keempat jalan tersebut memiliki pengertian sebagai berikut :

1. Jaringan Jalan Arteri, Jaringan Jalan Arteri merupakan jaringan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien/berdaya guna. Jalan ini dibagi menjadi 2 kelas yakni :
a. Jalan arteri primer, jaringan jalan yang berfungsi menghubungkan pusat-pusat
pengembangan nasional dengan pusat pengembangan utama lainnya.
b. Jalan arteri sekunder, jaringan jalan yang berfungsi menghubungkan pusat-pusat
pengembangan utama dengan pusat pengembangan utama lainnya.

2. Jaringan Jalan Kolektor, Jaringan Jalan Kolektor merupakan jaringan jalan umum yang melayani
angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-
rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan ini dibagi sebagai berikut :
a. Jaringan jalan kolektor primer yaitu jaringan jalan yang fungsinya menghubungkan pusat-
pusat pengembangan dengan pusat yang lebih kecil. Juga berfungsi meningkatkan
aksesibilitas bagi wilayah pedalaman.
b. Jalan kolektor sekunder yang menghubungkan jalan lokal dengan jalan-jalan lingkungan
perumahan di dalam kota.


III - 9
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

3. Jaringan Jalan Lokal, Jalan lokal merupakan jaringan jalan umum yang melayani angkutan
setempat dengan cirri-ciri perjalanan dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi. Jalan ini dibagi :
a. Jalan lokal primer yang menghubungkan desa-desa di sekitar kota dengan desa-desa yang
terdapat di dalam kota atau jalan yang fungsinya menghubungkan pusat-pusat pelayanan
dengan kota-kota kecil atau pusat-pusat pedesaan.
b. Jalan lokal sekunder yang menghubungkan jalan kolektor dengan lingkungan perumahan
penduduk.

4. Jaringan Jalan Lingkungan, Jalan lingkungan merupakan jaringan jalan umum, berfungsi
melayani angkutan lingkungan, ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah.

Sedangkan bila ditinjau berdasarkan statusnya, jaringan jalan dibagi menjadi lima jenis jalan, yakni :

1. Jalan Nasional, yakni jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaingan jalan primer yang
menghubungkan antar ibukota Propinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2. Jalan Propinsi, yakni jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang mengubungkan
ibukota Propinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota/kota dan jalan strategis
Propinsi.
3. Jalan Kabupaten, yakni jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dam sistem jaringan
jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan Kota, yakni yakni jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada
dalam kota.
5. Jalan Desa, yakni jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman
didalam desa, serta jalan lingkungan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No.376/KPTS/M/2004 tanggal


19 Oktober 2004 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 55 Tahun 2000
tanggal 22 Desember 2000, diketahui panjang ruas jalan di Propinsi Maluku Utara dengan Status
Jalan Nasional (Kolektor Primer-1) adalah 458,21 Km dan jalan dengan Status Jalan Propinsi
(Kolektor Primer-2 dan Kolektor Primer-3) sepanjang 586,74 Km. Sedangkan berdasarkan data
terakhir dari Bappeda Propinsi Maluku Utara, total panjang Jalan Propinsi adalah 1.816,67 Km.

Untuk lebih jelasnya mengenai data jaringan jalan di Propinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel
III.1. hingga Tabel III.12. Serta lihat juga Peta III.1. mengenai Kondisi Jaringan Jalan di Maluku Utara.


III - 10
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat peta III.1. jaringan jalan


III - 11
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.1.
Data Kondisi Jaringan Jalan Propinsi di Maluku Utara
Panjang
No Nama Ruas Status Kondisi Jalan rata-rata
(Km)
1 Sanana – Manaf Propinsi 31,68 B / AL
2 Sanana – Pohea Propinsi 12,00 B / AH
3 Pohea – Malbufa Propinsi 22,00 RR / AL
4 Dofa – Falabisahaya Propinsi 22,00 RR / AL
5 Bobong – Tikong Propinsi 58,00 RB / Tn
6 Naflo – Wailoba Propinsi 27,00 RR / Tn
7 Soasio – Maftutu – Rum Propinsi 19,50 RR / AH + RS / AL
8 Soasio – Rum Propinsi 25,00 B / AH
9 Maidi – Wairoro Propinsi 28,00 RB / Tn
10 Kolebale – Payahe Propinsi 10,00 RR / AH
11 Buli – Lapter Propinsi 17,60 B / AH
12 Kobe – Trans Nusa Jaya Propinsi 74,00 RB / Tn
13 Kapaleo – Umera Propinsi 24,00 RB / Tn
14 Bobaniego – Ekor Propinsi 45,80 RR / AL
15 Ekor – Subaim Propinsi 52,00 RR / AL
16 Subaim – Buli Propinsi 40,00 RB / AH + RB / TSr
17 Buli – Maba Propinsi 45,00 RS / AH
18 Gotowase – Sagea Propinsi 60,00 RB / AL + RB / Tn
19 Kolebale – Weda Propinsi 32,00 RR / AH / S + RS / Tn
20 Weda – Sagea Propinsi 53,00 RR / AL + RS / Tn
21 Sagea – Patani Propinsi 96,00 RB / Tn
22 Sidangoli – Jailolo Propinsi 32,00 RR / AL
23 Jailolo – Goal Propinsi 21,19 RR / AL
24 Goal – Ibu Propinsi 42,20 RR / AL
25 Ibu - Toliwang Propinsi 73,70 RR / Tn
26 Ibu – Kedi Propinsi 26,00 RR / Tn
27 Kedi – Darube Propinsi 40,00 RR / Tn
28 Pasalulu – Togorebatua Propinsi 7,50 RR / Tn
29 Togorebatua – Kao Propinsi 40,00 RB / Tn
30 Kedi – Lapter (Galela) Propinsi 21,00 RS / Tn
31 Belang – Gelang – Yaba Propinsi 61,00 RS / Tn
32 Babang – Yaba Propinsi 40,00 RS / Tn
33 Laiwui – Wayaloar Propinsi 75,00 RS / Tn
34 Laiwui – Sum Propinsi 72,00 RS / Tn
35 Saketa – Payahe Propinsi 114,00 RB / Tn
36 Weda – Mafa Propinsi 44,00 RR / AL + RB / Tn
37 Matuting – Mafa Propinsi 43,50 RB / Tn
38 Matuting – RangaRanga Propinsi 30,00 RB / Tn
39 Labuha – Babang Propinsi 21,50 B / AH
40 RangaRanga – G. Luar Propinsi 20,00 RB / Tn
41 Garuapin – Modoyama Propinsi 20,00 RR / AL
42 Kei - P. Makian Propinsi 36,50 RB / TSr
43 Daruba – Wayabula Propinsi 52,00 RR / AL + RB / Tn
44 Wayabula – BereBere Propinsi 89,00 RB / Tn
Total Panjang Jalan Propinsi 1.816,67 -

Sumber : Bapepda Propinsi Maluku Utara, 2007


Keterangan : Kondisi Jalan Hasil Survey Tahun 2007  B = Baik, RR = Rusak Ringan, RS = Rusak Sedang, RB = Rusak Berat
AH = Aspal Hotmix, AL = Aspal Lapen, TSr =Tanah Sirtu, Tn = Tanah


III - 12
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.2.
Data Jalan Berdasarkan Fungsinya di Wilayah Propinsi Maluku Utara
Berdasarkan Kep. Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
No. 376/KPTS/M/2004 – 19 Oktober 2004
Peranan
Panjang
Nomor Kondisi Jalan
Nama Ruas Ruas Arteri K-1 K-2 K–3
Ruas rata-rata
(Km) (Km) (Km) (Km) (Km)
026 - - Sanana – Manaf 31,68 B / AL - - - 31,68
027 - - Sanana – Pohea 12,05 B / AH - - - 12,05
028 - - Labuha – Babang 18,32 B / AH - - - 18,32
029 - - Payahe – Weda 24,50 RR / AH + RS / AL - 24,50 - -
030 1 - Simp. Dodinga – Bobaneigo 3,32 RR / AH + RS / AL - - 3,32 -
030 2 - Bobaneigo – Ekor 41,81 RR / AH + RS / AL - - 41,81 -
030 3 - Ekor – Subaim 52,47 RR / AL + RS / TSr - - 52,47 -
031 - - Keliling Pulau Tidore 29,19 RR / AH + RS / AL - - 29,19 -
031 11 K Jl. Danao Pado (Soasiu) 9,25 B / AH - - 9,25 -
031 12 K Jl. Propinsi (Soasiu) 6,76 B / AH - - 6,76 -
032 - - Keliling Pulau Ternate (Ternate) 23,50 RR / AH - - 23,50 -
032 11 K Jambula – Bastiong (Ternate) 8,00 B / AH - - 8,00 -
032 12 K Dermaga – Bastiong (Ternate) 0,30 B / AH - 0,30 - -
032 13 K Jl. Bastiong (Ternate) 1,00 B / AH - 1,00 - -
032 14 K Jl. Mangga Dua (Ternate) 1,00 B / AH - 1,00 - -
032 15 K Jl. Hasan Esa (Ternate) 0,90 B / AH - 0,90 - -
032 16 K Jl. Mononutu (Ternate) 0,60 B / AH - 0,60 - -
032 17 K Jl. Merdeka (Ternate) 0,70 B / AH - 0,70 - -
032 18 K Jl. Sultan Hairun (Ternate) 0,70 B / AH - 0,70 - -
032 19 K Jl. Pemuda (Ternate) 2,20 B / AH - 2,20 - -
032 1A K Jl. Bandara Babullah (Ternate) 0,80 B / AH - 0,80 - -
032 1B K Jl. Jend. A. Yani (Ternate) 0,40 B / AH - 0,40 - -
033 1 - Jailolo – Goal 21,19 RR / AL - - 21,19 -
033 2 - Simp. Dodinga – Jailolo 32,40 RR / AL - - 32,40 -
034 - - Podiwang – Tobelo 47,86 B / AH - 47,86 - -
035 - - Tobelo – Galela 27,02 B / AH - 27,02 - -
036 - - Kao – Podiwang 32,90 B / AH - 32,90 - -
037 - - Galela – Lap. Terbang 10,87 B / AH - 10,87 - -
038 1 - Sidangoli (Dermaga Feri) – Boso 23,23 B / AH - 23,23 - -
038 2 - Boso – Kao 71,49 B / AH - 71,49 - -
039 1 - Daruba – Daeo 25,59 RR / AL - 25,59 - -
039 2 - Daeo – BereBere 68,00 B / TSr - 68,00 - -
043 1 - Simp. Dodinga – Akelamo 63,01 B / AH - 63,01 - -
043 2 - Akelamo(KM.60) – Payahe 52,47 B / AH - 52,47 - -
054 1 - Basso – Simp. Dodinga 2,67 B / AH - 2,67 - -
054 2 - Simp. Dodinga – Sidangoli (Dmg. Feri) 3,30 B / AH - - 3,30 -
058 1 - Weda – Sagea 50,00 RB / AL + RB / Tn - - 50,00 -
058 2 - Sagea – Gotowase 60,00 RB / AL + RB / Tn - - 60,00 -
059 1 - Subaim – Buli 60,00 RB / AH + RB / TSr - - 60,00 -
059 2 - Buli – Gotowase 45,00 RS / AH + RS / TSr - - 45,00 -
070 - - Bobong – Tikong 58,00 RB / Tn - - - 58,00
071 - - Dofa – Falabisahaya 20,50 RR / AL - - - 20,50

Total Panjang Jalan di Maluku Utara 1044,95 - - 458,21 446,19 140,55

Sumber : Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No.376/KPTS/M/2004-19 Oktober 2004
Keterangan : Kondisi Jalan Hasil Survey Tahun 2007  B = Baik, RR = Rusak Ringan, RS = Rusak Sedang, RB = Rusak Berat
AH = Aspal Hotmix, AL = Aspal Lapen, TSr =Tanah Sirtu, Tn = Tanah


III - 13
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.3.
Persebaran Jaringan Jalan Nasional di Propinsi Maluku Utara
Berdasarkan Kep. Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
No. 376/KPTS/M/2004 – 19 Oktober 2004

Jalan Nasional

Nomor Panjang Ruas Kondisi Jalan


Nama Ruas
Ruas (Km) rata-rata

KOTA TERNATE 8,60 B / AH


032 12 K Dermaga Feri - Bastiong 0.30 B / AH
032 13 K Jl. Bastiong (Ternate) 1.00 B / AH
032 14 K Jl. Mangga Dua (Ternate) 1.00 B / AH
032 15 K Jl. Hasan Esa (Ternate) 0.90 B / AH
032 16 K Jl. Mononutu (Ternate) 0.60 B / AH
032 17 K Jl. Merdeka (Ternate) 0.70 B / AH
032 18 K Jl. Sultan Hairun (Ternate) 0.70 B / AH
032 19 K Jl. Pemuda (Ternate) 2.20 B / AH
032 1A K Jl. Bandara Babullah (Ternate) 0.80 B / AH
032 1B K Jl. A. Yani (Ternate) 0.40 B / AH
KOTA TIDORE KEPULAUAN 76,97 B / AH
029 - - Payahe – Weda 24.50 RR / AH + RS / AL
043 2 - Akelamo (KM.60) – Payahe 52.47 B / AH
KABUPATEN HALMAHERA UTARA 283,73 B / AH
034 - - Podiwang – Tobelo 47.86 B / AH
035 - - Tobelo – Galela 27.02 B / AH
036 - - Kao – Podiwang 32.90 B / AH
037 - - Galela – Lap. Terbang 10.87 B / AH
038 2 - Boso – Kao 71.49 B / AH
039 1 - Daruba – Daeo 25.59 RR / AL
039 2 - Daeo – Berebere 68.00 B / TSr
KABUPATEN HALMAHERA BARAT 88,91 B / AH
038 1 - Sidangoli (Dermaga Feri) – Boso 23.23 B / AH
043 1 - Simp.Dodinga – Akelamo (KM.60) 63.01 B / AH
054 1 - Boso – Simp. Dodinga 2.67 B / AH
Total Panjang Jalan Nasional 458.21 -

Sumber : Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No.376/KPTS/M/2004 - 19 Oktober 2004
Keterangan : Kondisi Jalan Hasil Survey Tahun 2007  B = Baik, RR = Rusak Ringan, RS = Rusak Sedang, RB = Rusak Berat
AH = Aspal Hotmix, AL = Aspal Lapen, TSr =Tanah Sirtu, Tn = Tanah


III - 14
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.4
Persebaran Jaringan Jalan Propinsi di Propinsi Maluku Utara
Berdasarkan Kep. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah
No. 55 Tahun 2000 - 22 Desember 2000

Jalan Propinsi

Nomor Panjang Ruas Kondisi Jalan


Nama Ruas Keterangan
Ruas (Km) rata-rata

KOTA TERNATE 40,10 Km


032 - - Keliling Pulau Ternate 23,50 RR / AH 8 Km Status Jalan Nasional
032 11 K Jalan Propinsi (Ternate) 16,60 B / AH -
KOTA TIDORE KEPULAUAN 45,20 Km
031 - - Keliling Pulau Tidore 29,19 RR / AH + RS / AL -
031 11 K Jalan Danau Pado (Soasio) 9,25 B / AH -
031 12 K Jalan Propinsi (Soasio) 6,76 B / AH -
KABUPATEN HALMAHERA UTARA 93,59 Km
039 1 - Daruba – Daeo 25,59 RR / AL 25,59 Km Status Jalan Nasional
039 2 - Daeo – Bere-bere 68,00 B / TSr 68,00 Km Status Jalan Nasional
KABUPATEN HALMAHERA BARAT 60,21 Km
033 1 - Jailolo – Goal 21,19 RR / AL -
054 2 - Simp. Dodinga – Sidangoli (Dmg. Ferry) 3,30 B / AH -
030 1 - Simp. Dodinga – Bobaneigo 3,32 RR / AH + RS / AL -
033 2 - Simp. Dodinga – Jailolo 32,40 RR / AL -
KABUPATEN HALMAHERA TIMUR 199,28 Km
059 1 - Subaim – Buli 60,00 RB / AH + RB / TSr -
059 2 - Buli – Gotowase 45,00 RS / AH + RS / TSr -
030 2 - Bobaneigo – Ekor 41,81 RR / AH + RS / AL -
030 3 - Ekor – Subaim 52,47 RR / AL -
KABUPATEN HALMAHERA TENGAH 110,00 Km
058 1 - Weda – Sagea 50,00 RB / AL + RB / Tn -
058 2 - Sagea – Gotowase 60,00 RB / AL + RB / Tn -
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN 18,32 Km
028 - - Labuha - Babang 18,32 B / AH -
KABUPATEN KEPULAUAN SULA 122,23 Km
026 - - Sanana – Manaf 31,68 B / AL -
027 - - Sanana – Pohea 12,05 B / AH -
070 - - Bobong – Tikong 58,00 RB / Tn -
071 - - Dofa – Falabisahaya 20,50 RR / AL -

Pengurangan Status Jalan Nasional 102,19 Km

Total Panjang Jalan Propinsi 586,74 Km

Sumber : Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 55 Tahun 2000 - 22 Desember 2000
Keterangan : Kondisi Jalan Hasil Survey Tahun 2007  B = Baik, RR = Rusak Ringan, RS = Rusak Sedang, RB = Rusak Berat
AH = Aspal Hotmix, AL = Aspal Lapen, TSr =Tanah Sirtu, Tn = Tanah


III - 15
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.5.
Penetapan Status Ruas - Ruas Jalan Kabupaten Kota Ternate Propinsi Maluku Utara
Keputusan Gubernur Maluku Utara
Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

Nama Panjang Nama Panjang


No. Ruas No. Ruas
Ruas Jalan (Km) Ruas Jalan (Km)
1 01 Jl.Yos Sudarso 0,860 42 42 Jl.Camar 0,138
2 02 Jl.Kie Raha 0,870 43 43 Jl.Pipit 0,131
3 03 Jl.Stadion 0,518 44 44 Jl.Gagak 0,484
4 04 Jl.Kapitan Pattimura 1,120 45 45 Jl.Kesatrian 0,230
5 05 Jl.Cengkeh Afo 2,600 46 46 Jl.Salak 0,240
6 06 Jl.Maliaro - Tongole 4,423 47 47 Jl.Rambutan 0,620
7 07 Jl.Seruni I 0,615 48 48 Jl.Nanas 0,075
8 08 Jl.Seruni II 0,300 49 49 Jl.Manggis 0,432
9 09 Jl.K.H.Dewantoro 0,627 50 50 Jl.Sultan Babullah 0,810
10 10 Jl.Lingkungan Takoma 0,200 51 51 Jl.Yasin Gamssungi 0,800
11 11 Jl.Asrama Polisi 0,130 52 52 Jl.Jambu 0,245
12 12 Jl.Kamboja 0,390 53 53 Jl.Jeruk 0,236
13 13 Jl.Zainal Abidin Syah 0,328 54 54 Jl.Mesjid Sultan 0,100
14 14 Jl.Wijaya Kusuma 0,407 55 55 Jl.Kedaton 0,360
15 15 Jl.Cengkeh Afo 0,253 56 56 Jl.Semangka Tobenga 2,370
16 16 Jl.Mawar 0,156 57 57 Jl.Soa Konora 0,306
17 17 Jl.Seda Malam 0,153 58 58 Jl.Akeboca 0,700
18 18 Jl.Falajawa I 0,850 59 59 Jl.Ngidi - Kasturian 1,443
19 19 Jl.Anggrek 0,215 60 60 Jl.Kasturian - Facei 0,918
20 20 Jl.Mesjid Raya - tapak I Plus 2,162 61 61 Jl.Facei - Tarau 3,995
21 21 Jl.Pahlawan Revolusi 1,319 62 62 Jl.SMP Islam - Moya 2,300
22 22 Jl.Salim Fabanyo 0,493 63 63 Jl.Lingkungan Skeep 0,374
23 23 Jl.H.Busoiri 0,858 64 64 Jl.Lingkungan Salahuddin 1,135
24 24 Jl.C.M.Tiahohu 0,300 65 65 Jl.Kayu Manis - Moya 3,500
25 25 Jl.Hasan Senen 0,165 66 66 Jl.Torano 0,732
26 26 Jl.Kemuning 0,300 67 67 Jl.BTN - Torano 1,607
27 27 Jl.Nuku 0,400 68 68 Jl.Tanah Mesjid - BTN 0,600
28 28 Jl.Falajawa 0,500 69 69 Jl.Kompleks BTN 1,697
29 29 Jl.Ade Irma Suryani 0,195 70 70 Jl.Lingk. Tanah Mesjid 0,145
30 30 Jl.Nukila 0,463 71 71 Jl.Palapa 0,500
31 31 Jl.Ketilang 0,210 72 72 Jl.Lingkungan Kalumpang 0,830
32 32 Jl.Kusuma Harapan 0,190 73 73 Jl.Lorong Cengkeh Afo 0,135
33 33 Jl.Nuri 0,612 74 74 Jl.Lingk. Kampung Pisang 0,100
34 34 Jl.Branjangan 0,668 75 75 Jl.Terminal Cinta 0,280
35 35 Jl.Kakatua 0,400 76 76 Jl.Marikurubu - Jati 1,362
36 36 Jl.Bangau 0,260 77 77 Jl.Tanah Tinggi 0,500
37 37 Jl.Cendrawasih 0,295 78 78 Jl.Belakang RSU 0,400
38 38 Jl.Merak 0,205 79 79 Jl.Cempaka Tanah Tinggi 0,781
39 39 Jl.Maleo 0,152 80 80 Jl.Larat 0,280
40 40 Jl.Elang 0,249 81 81 Jl.Nusa Indah 0,382
41 41 Jl.Merpati 0,316 82 82 Jl.Kecubung 0,228

Lanjut….


III - 16
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Lanjutan Tabel III.5. Penetapan Status Ruas - Ruas Jalan Kabupaten Kota Ternate
Nama Panjang Nama Panjang
No. Ruas No. Ruas
Ruas Jalan (Km) Ruas Jalan (Km)
83 83 Jl.Teratai 0,361 129 129 Jl.Gancim 0,300
84 84 Jl.Bougenville 0,184 130 130 Jl.Koloncucu 0,285
85 85 Jl.Kenanga 0,312 131 131 Jl.Penyu Sabia 0,405
86 86 Jl.Vanda 0,125 132 132 Jl.Lingkungan Sabia 0,450
87 87 Jl.Bonsai 0,240 133 133 Jl.Mutiara 0,320
88 88 Jl.Kaca Piring 0,244 134 134 Jl.Kepiting 0,450
89 89 Jl.Dahlia 0,355 135 135 Jl.Teripang 0,150
90 90 Jl.Kelapa Pendek 0,590 136 136 Jl.Facey 4,572
91 91 Jl.Jati I 0,374 137 137 Jl.Samping Mkm Pahlawan 0,389
92 92 Jl.Jati II 0,568 138 138 Jl.Toloko Barat 0,380
93 93 Jl.Jati III 0,396 139 139 Jl.Benteng Toloko 0,386
94 94 Jl.Jati 0,600 140 140 Jl.Cakalang 0,520
95 95 Jl.Jerebusua 0,750 141 141 Jl.Kampus STAIN 0,420
96 96 Jl.Jati Baru 0,725 142 142 Jl.Julung 0,300
97 97 Jl.Jati Jan 2,300 143 143 Jl.Tafure 1,750
98 98 Jl.Jan 1,500 144 144 Jl.Asrama AL 0,150
99 99 Jl.Perumnas - Jati 0,852 145 145 Jl.Daulasi 0,340
100 100 Jl.Melati - Kalumata 2,450 146 146 Jl.Sigi Heku 0,828
101 101 Jl.Kalumata - Sasa 6,150 147 147 Jl.Cendana 0,364
102 102 Jl.Sasa - Foramadiahi 1,600 148 148 Jl.Tubo 0,420
103 103 Jl.Mangga dua - Jati 0,630 149 149 Jl.Lingk. Facey - Tarau 0,300
104 104 Jl.Melati - Jati 0,520 150 150 Jl.Lingkungan Tabam 0,800
105 105 Jl.Perumnas - Bastiong 0,400 151 151 Jl.Ligkungan Tarau 0,561
106 106 Jl.Cakra Ubo-ubo 0,757 152 152 Jl.Kalumata Baru 0,920
107 107 Jl.Pasar Bastiong 0,400 153 153 Jl.Ngade Baru 1,520
108 108 Jl.Bastiong Pantai 0,360 154 154 Jl.Danau Laguna 1,613
109 109 Jl.Lingk. Ferry Bastiong 0,520 155 155 Jl.Fitu Baru 0,950
110 110 Jl.Ubo-ubo 0,520 156 156 Jl.Gambesi Baru 0,400
111 111 Jl.SDN.Ubo-ubo 0,392 157 157 Jl.SMAN.3 Gambesi 0,770
112 112 Jl.Meteorologi 0,756 158 168 Jl.Legu Gam 0,580
113 113 Jl.Sosial Ubo-ubo 0,600 159 159 Jl.Sasa Puncak 1,500
114 114 Jl.Falajawa II 0,847 160 160 Jl.Sasa Baru 0,720
115 115 Jl.Lingk. Falajawa II 0,900 161 161 Jl.Keliling Pulau Hiri 9,000
116 116 Jl.Lingk. Pemancar RRI 0,640 162 162 Jl.Foramadiahi 1,400
117 117 Jl.Vihara 0,420 163 163 Jl.Jambula 1,200
118 118 Jl.Kalumata 0,500 164 164 Jl.Keliling Pulau Moti 18,136
119 119 Jl.Lingk. Kalumata Baru 0,300 165 165 Jl.keliling Pulau Mayau 21,317
120 120 Jl.Daniel Bohang 0,745 166 166 Jl.Lingkar Jambula - Tafure 23,500
121 121 Jl.AM.Kamaruddin 1,090 167 167 Jl.Takome 2,000
122 122 Jl.Air Sentosa 0,215 168 168 Jl.Keliling Pulau Tifure 14,000
123 123 Jl.SD Salero 0,100 169 169 Jl.Trminal Baru Gamalama 1,822
124 124 Jl.Mesjid Kasturian 0,100 170 170 Jl.Puskesmas Siko 0,469
125 125 Jl.Cempedak - Kasturian 1,235 171 171 Jl.SKB Toloko 0,554
126 126 Jl.Toboleu 1,000 172 172 Jl.Lingkungan Lanal 0,140
127 127 Jl.Lingk. Tobelou 0,464 173 173 Jl.Terminal Dufa - Dufa 0,260
128 128 Jl.Bola 0,834 174 174 Jl.Kenari - Tafure 0,418

Lanjut….


III - 17
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Lanjutan Tabel III.5. Penetapan Status Ruas - Ruas Jalan Kabupaten Kota Ternate
Nama Panjang Nama Panjang
No. Ruas No. Ruas
Ruas Jalan (Km) Ruas Jalan (Km)
175 175 Jl.Ake Tubo 1,438 193 193 Jl.DPRD Kota Kalumata 0,602
176 176 Jl.Lingkungan Tubo 0,480 194 194 Jl.Kulaba 3,125
177 177 Jl.Lingkungan Akehuda 0,175 195 195 Jl.Bula 3,000
178 178 Jl.Lingkungan Tafure 0,404 196 196 Jl.Tobololo 1,750
179 179 Jl.Pala - Marikurubu 1,500 197 197 Jl.Sulamadaha 0,805
180 180 Jl.Lingkungan Tabahawa 0,804 198 198 Jl.Pelabuhan Sulamadaha 0,200
181 181 Jl.Lingungan BTN Baru 0,300 199 199 Jl.Lingkungan Takome 1,750
182 182 Jl.Mesjid Baiturahman Maliaro 0,435 200 200 Jl.Loto 0,263
183 183 Jl.Lingkungan Maliaro 0,310 201 201 Jl.Taduma 0,472
184 184 Jl.Lingkungan Tanah Tinggi 0,718 202 202 Jl.Aftador 2,750
185 185 Jl.Lingkungan Jerebusua 0,353 203 203 Jl.Togafo 1,800
186 186 Jl.Liingkungan Jati 0,708 204 204 Jl.Rua 3,400
187 187 Jl.Himo - Himo 0,411 205 205 Jl.Kastela 1,560
188 188 Jl.Peng.Agama Kayu Merah 0,434 206 206 Jl.Fitu 6,350
189 189 Jl.PLTD Kayu Merah 0,175 207 207 Jl.Madrasah MTS Sasa 0,170
190 190 Jl.Puskesmas Kalumata 0,300 208 208 Jl.Terminal Sasa 0,250
191 191 Jl.Barito Puncak 0,944 209 209 Jl.Danau Tolire 0,247
192 192 Jl.Lingkungan Kalumata 0,579 210 210 Jl.Maliaro - Jati 0,300

Total Panjang Jalan Kota Ternate = 251,440 Km

Sumber : Keputusan Gubernur Propinsi Maluku Utara Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

Tabel III.6.
Penetapan Status Ruas - Ruas Jalan Kabupaten di Kota Tidore Kepulauan Propinsi Maluku Utara
Keputusan Gubernur Maluku Utara
Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

Nama Panjang Nama Panjang


No. Ruas No. Ruas
Ruas Jalan (Km) Ruas Jalan (Km)
1 01 Dowora – Kalaodi 5,50 17 17 Sofifi - Galala 2,23
2 02 Kalaodi - Golili 1,33 18 18 Sofifi pasar - Pelabuhan Kapal 0,80
3 03 Gamtufkange – Gurabunga 6,30 19 19 Barumadehe - Bukulasa 1,83
4 04 Soadara - Topo 3,00 20 20 Akekolano - Sofifi 3,00
5 05 Mareku - Afa-afa 2,70 21 21 Kaiyasa I - Kaiyasa Pantai 0,75
6 06 Mareku - Sirongo 5,70 22 22 Ampera I - Ampera II 1,05
7 07 Ome - Jaya 7,00 23 23 Sofang - Beringin Jaya 2,80
8 08 Payahe - Dehepodo 44,60 24 24 Beringin - Maidi 2,50
9 09 Sumahode - Goroju 1,20 25 25 Ome Halaro - Ome Samkusu 1,00
10 10 Sofifi - Galala 4,20 26 26 Toloa Gambati - Toloa Tomaidi 1,30
11 11 Akelamo - beringin Jaya 7,50 27 27 Mareku Stadion – M. Ling.6 1,00
12 12 Bale - Hijra 7,50 28 28 Mareku RW I - Mareku RW II 0,50
13 13 Bale - Toseho 6,00 29 29 Fobaharu - Jambula 1,50
14 14 Sofifi - Durian 2,00 30 30 Bobo Ling I - Bobo Ling II 0,50
15 15 Akekolano - Somahode 6,00 31 31 Rum - Rum Kahar 1,20
16 16 Maidi - Wairoro 27,00 32 32 Maitara Pasimayau – M. Akebai 4,00

Lanjut….


III - 18
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Lanjutan Tabel III.6. Penetapan Status Ruas Jalan Kabupaten Kota Tidore Kepulauan

Nama Panjang Nama Panjang


No. Ruas No. Ruas
Ruas Jalan (Km) Ruas Jalan (Km)

Soa Jawa (Jl.M.Do.Podo) –


33 33 Jambula - Kola 3,00 59 408 1,20
Topo Tiga
Soasiu (Jl.Patra Alam) –
34 34 Toloa I - Toloa II 0,38 60 409 0,32
Gumtufkange Tengah
Gamtufkange (Jl.S.Mansur) –
35 35 Singoro - Foralaha 0,85 61 410 3,30
Goto / Rum
Gamtufkange (Kemakmuran) –
36 36 Lada Ake - Jaya 2,00 62 411 3,50
Dowora
Gamtufkange Barat I (Jl.Tugu)-
37 37 Kalaodi - Kola 2,00 63 412 0,35
Gamtufkange Timur I
Gumtufkange Barat II (Jl.Tugu)-
38 38 Dawora - Sowom 2,25 64 413 0,29
Gamtufkange Timur II
Gamtufkange Barat III –
39 39 Tugiaha III - Tugiaha II 0,30 65 414 0,26
gamtufkange timur III
40 40 Tugiaha - Tomalou V 1,25 66 415 Goto VII - Goto VIII 0,21
Gedung Pertemuan(A.Malawat)-
41 41 Tongolo - Dokiri 1,50 67 416 2,05
sp.jl.S.Parman/425
Kotamabopo I (Jl.Nuku) –
42 42 Dokiri Lap - Dokiri MTs 1,50 68 417 0,90
Tomagoba I / 409
Tomagoba III (jl.Perumtel) –
43 43 Kususinopa I - Kususinopa II 0,73 69 418 0,15
Perumtel 404
Gamtufkange (Jl.Timore) –
44 44 Paceda I - Paceda Pantai 0,35 70 419 0,59
Indonesiana
Tuguwaji (Jl.Marimoi) –
45 45 Soadara I - Soadara II 0,47 71 420 0,39
Indonesiana
Tuguwaji (Jl.stadion) –
46 46 Seli - Soadara 1,33 72 421 0,29
Tuguwaji II
Indonesiana Barat I (Jl.Nusan-
47 47 Gurabati - Tongowai 1,70 73 422 3,50
tara)-Indonesiana Timur
48 48 Gurabati I - Gurabati IV 1,70 74 423 Tambula (Jl.Trikora) - Dowora 4,52
Indonesiana Brt II(jl.S.Nusan
49 49 Tumalou - Gurabati 0,30 75 424 0,50
tara)-Indinesiana Timur I
Indonesiana Barat II(S.Parman)-
50 50 Tomaluo II- Gurabati I 0,47 76 425 0,95
Indonesiana Tmr I
Indonesiana Barat I (Jl.Yos
51 51 Tomaluo IV - Tomaluo III 0,60 77 426 0,14
Sudarso)-Indonesiana Tmr I
Tg Soasiu (Jl.Syafuddin) – Indonesiana tengah (Jl.SMA
52 401 2,30 78 427 0,31
Sp.Jl.Do.Podo/414 Neg I)-Indonesiana Barat
Gd. Pertemuan (jl.A.Yani) – Pasar Sarimalaha -
53 402 2,20 79 428 0,65
K.Polres (Jemb) Pasar Ikan
Goto I ( Jl.Bayangkara) –
54 403 Kantor Polres - Dowora 3,60 80 429 0,37
Goto II
Soacina - (Jl.St.Z.A.Syah) – Goto III (Jl.M.T.Haryono) –
55 404 3,00 81 430 0,43
Dermaga Goto Goto IV
Soajawa (Jl. Gimalaha) – Indonesiana (Jl.Timore II) –
56 405 2,00 82 431 0,87
Tomagoba Pasar Sarimalaha
Indonesiana Tengah (Jl.S.
57 406 Soa Yaba - Soa Mabelo 0,14 83 432 0,70
Hasanudin)-Indonesiana Tengah
Soajawa Timur (Kadaton) – Gamtufkange –
58 407 0,13 84 433 0,70
Kadaton / 405 workshop PU

Lanjut….


III - 19
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Lanjutan Tabel III.6. Penetapan Status Ruas Jalan Kabupaten Kota Tidore Kepulauan

Nama Panjang Nama Panjang


No. Ruas No. Ruas
Ruas Jalan (Km) Ruas Jalan (Km)

Cibodoe II (Jl.Cibodoe) –
85 434 Kantor Bupati - Kantor Bupati 0,25 91 440 0,25
Cibodoe III
Gamtufkange Timur – Dowora I (Jl.Cibodoe) –
86 435 0,25 92 441 0,25
Gamtufkange Barat Dowora II
Gamtufkange Pantai (Jl.Bumi
87 436 0,65 93 442 Dowora III - Dowora IV 0,13
Putra)-Kantor Bumi Putra
88 437 Tambula - Lolobi 8,00 94 443 Dowowra V - Dowora IV 0,30
89 438 Goto V (Jl.Goto) - Goto VI 0,17 95 444 Lolobi I - Lolobi II 0,31
90 439 Cibodoe I - Cibodoe II 0,75 96 445 Tambula III - Dowora 5,25

Total Panjang Jalan Kota Tidore Kepulauan = 243,540 Km

Sumber : Keputusan Gubernur Propinsi Maluku Utara Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

Tabel III.7.
Penetapan Status Ruas Jalan Kabupaten di Kabupaten Halmahera Utara Propinsi Maluku Utara
Keputusan Gubernur Maluku Utara
Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

Nama Panjang Nama Panjang


No. Ruas No. Ruas
Ruas Jalan (Km) Ruas Jalan (Km)
1 01 Soasiu - Dokulamo 11,4 15 15 Wko - Popili 15,0
2 02 Seki - Gotalamo 4,2 16 401 Kota Tobelo 50,0
3 03 Ngediho - Lapi 32,0 17 402 Kota Malifut 25,0
4 04 Lapi - Darume 50,0 18 403 Kota Kao 10,0
5 05 Malifut - Sp.Ngoali 17,3 19 404 Kota Kupa - Kupa 6,0
6 06 Kao - Toliwang 33,3 20 405 Kota Soasiu 15,0
7 07 Toliwang - Kusuri 40,0 21 406 Kota Daruba 20,0
8 08 Sp.Biang - Popon 10,4 22 407 Kota Bere - Bere 10,0
9 09 Sp.Tobe - Katana 13,0 23 408 Kota Wayabula 8,0
10 10 Togoliua - Gamsungi II 7,5 24 409 Kota Darume 12,0
11 11 Simau - Ake Ira 3,5 25 701 Trans Dumdum 10,0
12 12 Kao - Dimdim 5,0 26 702 Trans Haalut - Talaga Paca 5,0
13 13 Pediwang - Tunuo 7,0 27 703 Trans Gamsungi II - Gonga 8,0
14 14 Wosia - Kaliputu 8,2 28 704 Trans Halut - Wangongira 25,0

Total Panjang Jalan Kabupaten Halmahera Utara = 461,80 Km

Sumber : Keputusan Gubernur Propinsi Maluku Utara Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004


III - 20
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.8.
Penetapan Status Ruas Jalan Kabupaten di Kabupaten Halmahera Barat Propinsi Maluku Utara
Keputusan Gubernur Maluku Utara
Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

Nama Panjang Nama Panjang


No. Ruas No. Ruas
Ruas Jalan (Km) Ruas Jalan (Km)
1 01 Goin - Kedi 31,50 14 14 Tauro - Matui 12,00
2 02 Ibu - Togorebatua 26,00 15 15 Sidangoli - Ake Jailolo 5,50
3 03 Ibu - Naga 67,60 16 16 Sp. Ake Jailolo - Toguraci 6,50
4 04 Jailolo - Bobo 9,00 17 17 Sp. Bangkit Rahmat – Toguraci 15,50
5 05 Simpang Jailolo – Gamtala 6,00 18 18 Sp. Riobati - Dodinga 9,50
6 06 Gamtala - Idamdehe 5,30 19 401 Kota Jailolo 20,00
7 07 Porniti - Acango 7,40 20 402 Kota Sahu 10,00
8 08 Bobo - Saria 2,00 21 403 Kota Kedi 5,00
9 09 Bobo - Idamdehe 5,00 22 404 Kota Ibu 12,00
10 10 Bukumatiti - Matui 8,00 23 405 Kota Sidangoli 15,00
11 11 Hoku-hoku - Payo 10,00 24 901 Trans Goal 10,00
12 12 Balisoang - Gamniel 6,00 25 902 Dum-dum 5,00
13 13 Susupu - Baru 35,00 26 903 Talaga 5,00

Total Panjang Jalan Kabupaten Halmahera Barat = 349,80 Km

Sumber : Keputusan Gubernur Propinsi Maluku Utara Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

Tabel III.9.
Penetapan Status Ruas Jalan Kabupaten di Kabupaten Halmahera Timur Propinsi Maluku Uta ra
Keputusan Gubernur Maluku Utara
Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

Nama Panjang Nama Panjang


No. Ruas No. Ruas
Ruas Jalan (Km) Ruas Jalan (Km)
1 01 Maba - Gotowasi 51,50 10 10 Dorosagu - Wasileo 30,00
2 02 Ekor - Kobe 80,00 11 11 Wasileo - Jara-jara 30,00
3 03 Waijoi - Maba 80,00 12 12 Labi-labi - Wasileo 80,00
4 04 Subaim - Lolobota 43,00 13 13 Iga - Jara-jara 35,00
5 05 Lolobota - Iga 30,00 14 401 Kota Buli 14,00
6 06 Lapter Buli - Wayamli 24,00 15 402 Kota Maba 52,00
7 07 Gotowasi - Bicoli 11,00 16 403 Kota Bicoli 10,00
8 08 Bicoli - Wayamli 25,00 17 404 Kota Subaim 62,00
9 09 Wayamli - Dorosagu 30,00 18 405 Trans Wayamli 24,00

Total Panjang Jalan Kabupaten Halmahera Timur = 711,50 Km

Sumber : Keputusan Gubernur Propinsi Maluku Utara Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004


III - 21
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.10.
Penetapan Status Ruas Jalan Kabupaten di Kabupaten Halmahera Tengah Propinsi Maluku Utara
Keputusan Gubernur Maluku Utara
Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

Nama Panjang Nama Panjang


No. Ruas No. Ruas
Ruas Jalan (Km) Ruas Jalan (Km)
1 01 Vidi - Gamengli 12,3 16 408 Jln. Pagelesang 0,6
2 02 Patani - Tapoleo 8,0 17 409 Jln. Pageleri 0,8
3 03 Lelief - Kobe Kulo 8,3 18 410 Jln. Bung Tomo 0,5
4 04 Banemo/Siif - Peniti 15,0 19 411 Jln. Imam Bonjol 0,5
5 05 Loleo - Sosowomo 3,2 20 412 Jln. Gelanggang Olaraga 0,8
6 06 Vidi - Sidanga 3,5 21 413 Jln. Trikora 6,0
7 07 Lingkar Talaga - Nusliko 6,8 22 414 Jln.Pattimura 9,0
8 08 wairoro Puncak Maidi 17,0 23 415 Jln. Logpon 4,6
9 401 Jln. Ahmad baswan 4,5 24 416 Jln. Cekel 2,1
10 402 Jln Jend. Sudirman 5,8 25 417 Jln. Batu Papan 4,8
11 403 Jln. Soekarno 1,5 26 418 Dalam Kota Wairoro-DP I,II & III 30,0
12 404 Jln. Kartini 1,2 27 419 Dalam Kota Topoleo 15,0
13 405 Jln. Moh Hatta 5,3 28 420 Dalam Kota Sagea 15,0
14 406 Jln. Yos Sudarso 5,2 29 421 Dalam Kota Patani 20,0
15 407 Jln. Ahmad Yani 1,0 30 422 Dalam Kota Kapoleo 36,5

Total Panjang Jalan Kabupaten Halmahera Tengah = 244,80 Km

Sumber : Keputusan Gubernur Propinsi Maluku Utara Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

Tabel III.11.
Penetapan Status Ruas Jalan Kabupaten di Kab. Halmahera Selatan Propinsi Maluku Utara
Keputusan Gubernur Maluku Utara
Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

Nama Panjang Nama Panjang


No. Ruas No. Ruas
Ruas Jalan (Km) Ruas Jalan (Km)
1 01 Labuha - Sawadai 10,20 13 13 Gane Dalam - Sekli 10,00
2 02 Sawadai - Kubung 4,00 14 14 Samo - Lalubi 45,00
3 03 Labuha - Belang-Belang 12,00 15 401 Kota Labuha 50,00
4 04 Babang - Songa 20,00 16 402 Kota Babang 5,00
5 05 Songa - Wayatim 42,00 17 403 Kota Indari 2,00
6 06 Wayaitim - Wayaua 50,00 18 404 Kota Laiwui 10,00
7 07 Wayaua - Songa 6,00 19 405 Kota Wayaloar 5,00
8 08 Wayaloar - Sum 60,00 20 406 Kota Makian 10,00
9 09 Saketa - Gane Dalam 85,00 21 407 Kota Saketa 10,00
10 10 Gane Dalam - Gane Luar 10,00 22 408 Kota Mafa 10,00
11 11 Matutting - Rangaranga 30,00 23 409 Kota Gurapin 5,00
12 12 Rangaranga - Gane Luar 10,00 - - - -

Total Panjang Jalan Kabupaten Halmahera Selatan = 501,20 Km

Sumber : Keputusan Gubernur Propinsi Maluku Utara Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004


III - 22
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.12.
Penetapan Status Ruas Jalan Kabupaten di Kab. Kepulauan Sula Propinsi Maluku Utara
Keputusan Gubernur Maluku Utara
Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

Nama Panjang Nama Panjang


No. Ruas No. Ruas
Ruas Jalan (Km) Ruas Jalan (Km)
1 01 Waiina - Waikaloa 46,00 12 12 Bobong - Kawalo 35,00
2 02 Sanana - Waiipa 6,00 13 13 Fogi - Malbufa 18,00
3 03 Manaf - Waiina 22,00 14 14 Wailoba - Falabisahaya 30,00
4 04 Manaf - Fatkauyon 16,00 15 15 Dofa - Pelita 6,00
5 05 Fatkauyon - Waiina 20,00 16 16 Kaporo - Capalulu 23,00
6 06 Waiipa - Manaf 25,68 17 17 Naflo - Kum 20,00
7 07 Tikong - Tobang 40,00 18 18 Auponhiya - Kaporo 16,00
8 08 Tobang - Waikoka 38,00 19 19 Dofa - Auponhiya 27,00
9 09 Tobang - Samuya 25,00 20 401 Kota Sanana 25,00
10 10 Waikoka - Losseng 34,00 21 402 Kota Dofa 4,00
11 11 Sofan - Kawalo 35,00 22 403 Kota Bobong 5,00

Total Panjang Jalan Kabupaten Kepulauan Sula = 516,68 Km

Sumber : Keputusan Gubernur Propinsi Maluku Utara Nomor 101.1/KPTS/MU/2004 - Tanggal : 16 Agustus 2004

B. Terminal Angkutan

Pengertian terminal dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang angkutan
jalan, dimana pengertian terminal berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut :

a. Terminal penumpang type A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota
antar propinsi, dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi,
angkutan kota dan angkutan pedesaan. Dimana pelayanan terminal type A ini lebih ditujukan
pada pelayanan angkutan antar provinsi (dalam satu negara atau antar negara).

b. Terminal Penumpang Type B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota
dalam propinsi, angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Dimana pelayanan terminal type B ini
lebih ditujukan pada pelayanan angkutan antar Kota/Kabupaten (dalam provinsi).

c. Terminal Penumpang Type C, terminal ini merupakan terminal angkutan pedesaan yang
dipergunakan dengan tujuan untuk pemberangkatan dan kedatangan mobil bus dan/atau mobil
penumpang umum untuk tujuan angkutan dalam Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II. Dimana
pelayanan terminal type C ini lebih ditujukan pada pelayanan angkutan didalam kota/kabupaten
(antar desa).

Untuk terminal angkutan di Maluku Utara kebanyakan digunakan sebagai sarana perpindahan dari
moda transpotasi laut ke darat, telah di bangun dan difungsikan terminal penumpang type C yang
tersebar dipusat – pusat kegiatan strategis di kawasan pelabuhan. Untuk lebih jelasnya mengenai


III - 23
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

sebaran terminal penumpang tersebut dapat dilihat pada Tabel III.13. dan Peta III.3 mengenai kondisi
transportasi darat. Lihat juga ilustrasi kondisi beberapa terminal pada Gambar III.1 dan III.2.

Tabel III.13.
Daftar Terminal Penumpang Di Propinsi Maluku Utara
Terminal
No Type Terminal Lokasi
Penumpang
Kota Ternate
1 Gamalama C Pasar Gamalama
2 Bastiong C Pelabuhan Bastiong
3 Dufa-Dufa C Pelabuhan Dufa-Dufa
Kota Tidore Kepulauan
1 Soasio C Kota Soasio
2 Rum C Pelabuhan Ferry Rumlua
3 Sofifi C Pelabuhan Speed Sofifi
Kabupaten Halmahera Utara
1 Tobelo C Pelabuhan Tobelo
2 Galela C Galela
3 Malifut C Malifut
4 Daruba C Pelabuhan Morotai
Kabupaten Halmahera Barat
1 Jailolo C Pelabuhan Jailolo
2 Sidangoli C Pelabuhan Khusus Sidangoli
3 Goal C Goal
Kabupaten Halmahera Timur
1 Maba C Pelabuhan Maba
2 Buli C Pelabuhan Buli
Kabupaten Kepulauan Sula
1 Sanana C Pelabuhan Sanana
2 Dofa C Pelabuhan Dofa
Kabupaten Halmahera Tengah
1 Gebe C Pelabuhan Gebe
2. Weda C Pelabuhan Weda
Kabupaten Halmahera Selatan
1. Labuha C Pelabuhan Labuha
2. Babang C Pelabuhan Bacan
3. Laiwui C Pelabuhan Obi
4. Maffa C Pelabuhan Maffa
Sumber : Dinas Perhubungan Propinsi Maluku Utara, 2007


III - 24
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat peta III.2. kondisi transportasi darat


III - 25
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Terminal Gamalama – Ternate Terminal Bastiong – Ternate Terminal Dufa-dufa – Ternate

Terminal Soasio – Tidore Kepulauan Terminal Sofifi – Tidore Kepulauan

Gambar III.1. Terminal Angkutan Umum di Kota Ternate dan Tidore Kepulauan

Terminal Tobelo – Halmahera Utara Aktifitas Angkutan Umum di Tobelo – Halmahera Utara

Terminal Labuha – Halmahera Selatan

Gambar III.2. Terminal Angkutan Umum di Kabupaten Halmahera Utara dan Halamhera Selatan


III - 26
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

C. Moda Transportasi Darat

Untuk jenis sarana angkutan transportasi darat di Propinsi Maluku Utara terdiri dari kendaraan umum
berupa angkutan kota, angkutan antar desa dan angkutan antar kota, serta angkutan lokal baik
berupa jasa ojek, dokar dan bentor (becak motor). Lihat ilustrasi mengenai jenis-jenis sarana
transportasi angkutan darat pada Gambar III.3.

Dokar/Andong Becak Bentor (Becak Motor) Angkutan Kota/Desa

Angkutan Kota Taxi Argo Angkutan Antar Kota / Taxi Angkutan Barang - Truk

Gambar III.3. Jenis Transportasi Angkutan Darat di Provinsi Maluku Utara

Berdasarkan data Dinas Perhubungan Propinsi Maluku Utara tahun 2006, untuk jumlah kendaraan
umum yang memiliki izin dari Dinas Perhubungan sejumlah 175 unit kendaraan yang terdiri dari 4 unit
bis sedang dan 171 unit mobil penumpang umum (MPU) yang tersebar pada 11 trayek AKDP yang
tidak berjadwal tetap serta tidak memiliki pangkalan/terminal yang permanen. Lebih jelasnya
mengenai jumlah kendaraan angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) lihat pada Tabel III.14.

D. Volume Lalu-lintas Harian Rata-rata (LHR)


Volume lalulintas harian rata-rata atau yang sering disingkat dengan istilah LHR merupakan
pencacahan atau pendataan kondisi pergerakan tiap jenis kendaraan pada suatu ruas jalan yang
menghubungkan antar zona atau kawasan tertentu.

Metode yang digunakan dalam pencacahan arus lalu lintas harian ini adalah Metode Traffic Counting
(TC) yang dilaksanakan selama 14 hari/titik (2 minggu/titik) dan dibatasi hanya dilakukan pada tiap
ruas Jalan Nasional dan Jalan Propinsi dengan metode waktu pencacahan 18 jam/hari mulai pukul
06.00 – 24.00 WIT. Selain pada jalan-jalan tersebut, khususnya untuk Kota Ternate dilakukan
pengamatan pada beberapa pintu masuk kota seperti bandara dan pelabuhan dengan metode waktu
pencacahan kondisional yang disesuaikan dengan jadwal penerbangan dan pelayaran yang ada.


III - 27
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.14.
Rekapitulasi Kendaraan Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP)
Di Propinsi Maluku Utara, Tahun 2006

Jenis Kendaraan (unit)


No Trayek Bis Bis Bis Mobil Penumpng Jumlah
Besar Sedang Kecil Umum (MPU)
1 Sidangoli – Galela - 1 - 31 32
2 Sidangoli – Tobelo - - - 109 109
3 Sidangoli – Kao - - - 3 3
4 Sidangoli – Malifut - 2 - 1 3
5 Sidangoli – Ekor - - - 10 10
6 Tobelo – Weda - 1 - 6 7
7 Tobelo – Jailolo - - - 2 2
8 Tobelo – Ibu - - 4 4
9 Tobelo – Ekor - - 3 3
10 Sofifi – Wairoro - - 1 1
11 Ibu – Galela - - 1 1
Jumlah - 4 - 171 175

Sumber : Dinas Perhubungan Propinsi Maluku Utara, 2007


Keterangan : Jumlah kendaraan di data sesuai berdasarkan izin yang ada (Pengusaha Angkutan Perorangan) Tahun 2006

Untuk titik-titik simpul pengamatan yang tersebar di Propinsi Maluku Utara ditetapkan untuk Kota
ternate terdapat 6 titik simpul pengamatan, untuk Kota Tidore Kepulauan terdapat 2 titik, kemudian
untuk Kabupaten Halmahera Utara terdapat 7 titik pengamatan, selanjutnya untuk Kabupaten
Halmahera Timur dan Halmahera Barat masing-masing sebanyak 3 titik, kemudian sebanyak 1 titik
pengamatan di Kabupaten Halmahera Selatan, serta untuk Kabupaten Halmahera Tengah sebanyak
9 titik pengamatan dan 4 titik pengamatan di Kabupaten Kepulauan Sula.

Berdasarkan hasil survey TC/LHR di lapangan, diketahui untuk jenis transportasi darat yang paling
banyak digunakan di Propinsi Maluku Utara adalah jenis sepeda motor dan ikuti oleh mobil angkutan
penumpang, sedangkan untuk jenis kendaraan yang paling sedikit digunakan adalah kendaraan tidak
bermotor seperti becak, dokar, dan sepeda. Lebih jelasnya mengenai rata-rata volume lalulintas
harian dapat dilihat pada Tabel III.15.

E. Pelabuhan Penyeberangan
Transportasi penyeberangan berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan
jalan yang terputus karena adanya perairan, untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta
muatannya. Oleh karenanya pelabuhan penyeberangan harus terpadu dengan jaringan pelayanan
dan prasarana transportasi jalan. Di Propinsi Maluku Utara pelabuhan penyeberangan digunakan
untuk menghubungkan beberapa wilayah yang dipisahkan oleh selat/laut.


III - 28
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel III.15. LHR


III - 29
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel III.15. LHR


III - 30
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel III.15. LHR


III - 31
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Dimana tercatat jumlah pelabuhan penyeberangan yang di kelola PT. ASDP sebanyak 16 pelabuhan
penyeberangan baik yang telah beroperasi maupun yang masih dalam tahap pembangunan, yakni :

1. Pelabuhan Penyeberangan Bastiong di Pulau Ternate – Kota Ternate. Pelabuhan


penyeberangan ini melayani 3 rute penyeberangan yakni Lintas Bastiong – Sidangoli (PP),
Bastiong – Rum (PP), dan Bastiong – Sofifi (PP).
2. Pelabuhan Penyeberangan Batang Dua di Pulau Mayau – Kota Ternate. Pelabuhan
penyeberangan ini masih dalam Pembangunan Tahap IV.
3. Pelabuhan Penyeberangan Sidangoli di Pulau Halmahera – Kabupaten Halmahera Barat,
Pelabuhan penyeberangan ini melayani 1 rute penyeberangan dari Sidangoli – Bastiong (PP).
4. Pelabuhan Penyeberangan Rum di Pulau Tidore – Kota Tidore Kepulauan, Pelabuhan ini
melayani 1 rute penyeberangan yakni Lintas Rum – Bastiong (PP).
5. Pelabuhan Penyeberangan Goto di Pulau Tidore – Kota Tidore Kepulauan, Pelabuhan
penyeberangan ini masih dalam Pembangunan Tahap II.
6. Pelabuhan Penyeberangan Sofifi di Pulau Halmahera – Kota Tidore Kepulauan, Pelabuhan ini
melayani 1 rute penyeberangan yakni Lintas Sofifi – Bastiong (PP).
7. Pelabuhan Penyeberangan Tobelo di Pulau Halmahera – Kabupaten Halmahera Utara,
Pelabuhan ini melayani 2 rute penyeberangan yakni Lintas Tobelo – Daruba (PP) dan Lintas
Tobelo – Subaim (PP).
8. Pelabuhan Penyeberangan Daruba di Pulau Morotai – Kabupaten Halmahera Utara, Pelabuhan
penyeberangan ini masih dalam Pembangunan Tahap III dan telah melayani 1 rute
penyeberangan yakni Lintas Daruba – Tobelo (PP).
9. Pelabuhan Penyeberangan Subaim di Pulau Halmahera – Kabupaten Halmahera Timur,
Pelabuhan penyeberangan ini masih dalam Pembangunan Tahap III dan telah melayani 1 rute
penyeberangan yakni Lintas Subaim – Tobelo (PP).
10. Pelabuhan Penyeberangan Makian di Pulau Makian – Kabupaten Halmahera Selatan,
Pelabuhan penyeberangan ini masih dalam Pembangunan Tahap I.
11. Pelabuhan Penyeberangan Babang di Pulau Bacan – Kabupaten Halmahera Selatan, Pelabuhan
penyeberangan ini masih dalam Pembangunan Tahap II.
12. Pelabuhan Penyeberangan Saketa di Pulau Halmahera – Kabupaten Halmahera Selatan,
Pelabuhan penyeberangan ini masih dalam Tahap Penyusunan SID.
13. Pelabuhan Penyeberangan Leiwui di Pulau Obi – Kabupaten Halmahera Selatan, Pelabuhan
penyeberangan ini masih dalam Pembangunan Tahap I.
14. Pelabuhan Penyeberangan Sanana di Pulau Sulabesi – Kabupaten Kepulauan Sula, Pelabuhan
penyeberangan ini masih dalam Pembangunan Tahap I.
15. Pelabuhan Penyeberangan Falabisahaya di Pulau Mangoli – Kabupaten Kepulauan Sula,
Pelabuhan penyeberangan ini masih dalam Pembangunan Tahap I.


III - 32
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

16. Pelabuhan Penyeberangan Bobong di Pulau Taliabu – Kabupaten Kepulauan Sula, Pelabuhan
penyeberangan ini masih dalam Pembangunan Tahap II.

Untuk jumlah produksi penumpang dan kendaraan/barang ditiap lintasan penyeberangan yang telah
beroperasi dapat dilihat pada Tabel III.16 hingga Tabel III.20 dan lihat Grafik III.1 hingga Grafik III.4.
untuk perbandingan pada tiap produksi di masing-masing lintasan penyeberangan.

Lihat juga Gambar III.4 mengenai ilustrasi kondisi beberapa pelabuhan penyeberangan di Provinsi
Maluku Utara, serta lihat Peta III.3 mengenai Kondisi Transportasi Penyeberangan di Provinsi Maluku
Utara.

Tabel III.16
Data Produksi Lintasan Bastiong - Sidangoli (PP)
Tahun 2004 S/D Tahun 2006

Produksi Tahun
No Uraian Keterangan
2004 2005 2006
1 Trip 684 741 735 -
2 Penumpang (Orang) 21.448 26.287 30.051 -
3 Kendaraan (Unit)
Roda 2 5.663 6.729 8.303 -
Roda 4 6.980 8.073 8.339 -
Barang (Ton/M3)
a. Diatas Kendaraan 11.690 15.998 17.912 -
b. Curah - 4 35 -
Sumber : PT. ASDP - Ternate, Tahun 2007

Tabel III.17
Data Produksi Lintasan Bastiong - Rum (PP)
Tahun 2004 S/D Tahun 2006

Produksi Tahun
No Uraian Keterangan
2004 2005 2006
1 Trip 1390 1.514 1520 -

2 Penumpang (Orang) 40.133 59.986 80.226 -


3 Kendaraan (Unit)
Roda 2 11.736 18.196 23.585 -
Roda 4 12.077 13.283 16.171 -
Barang (Ton/M3)
a. Diatas Kendaraan 11.897 12.486 5.900 -
b. Curah - - - -
Sumber : PT. ASDP - Ternate, Tahun 2007


III - 33
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.18
Data Produksi Lintasan Bastiong - Sofifi (PP)
Tahun 2004 S/D Tahun 2006

Produksi Tahun
No Uraian Keterangan
2004 2005 2006
1 Trip - - 124 -
2 Penumpang (Orang) - - 6.130 -
3 Kendaraan (Unit)
Roda 2 - - 685 -
Roda 4 - - 609 -
Barang (Ton/M3)
a. Diatas Kendaraan - - 1 -
b. Curah - - - -
Sumber : PT. ASDP - Ternate, Tahun 2007

Tabel III.19
Data Produksi Lintasan Tobelo - Daruba (PP)
Tahun 2004 S/D Tahun 2006

Produksi Tahun
No Uraian Keterangan
2004 2005 2006
1 Trip 169 100 90 -
2 Penumpang (Orang) 8.376 6.215 3.077 -
3 Kendaraan (Unit)
Roda 2 238 156 174 -
Roda 4 35 31 70 -
Barang (Ton/M3)
a. Diatas Kendaraan 4 - - -
b. Curah 69 12 7 -
Sumber : PT. ASDP - Ternate, Tahun 2007

Tabel III.20
Data Produksi Lintasan Tobelo - Subaim (PP)
Tahun 2004 S/D Tahun 2006

Produksi Tahun
No Uraian Keterangan
2004 2005 2006
1 Trip 132 160 135 -
2 Penumpang (Orang) 5.876 9.419 8.960 -
3 Kendaraan (Unit)
Roda 2 182 272 335 -
Roda 4 15 6 13 -
Barang (Ton/M3)
a. Diatas Kendaraan - - 2 -
b. Curah 136 131 142 -
Sumber : PT. ASDP - Ternate, Tahun 2007


III - 34
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Grafik III.1. Perbandingan Trip Tiap Lintasan Penyeberangan Grafik III.2. Perbandingan Jumlah Penumpang Tiap Lintasan

Grafik III.3. Perbandingan Jumlah Kendaraan/Barang Pada Grafik III.4. Perbandingan Jumlah Kendaraan/Barang Pada
Lintasan Bastiong – Sidangoli/Rum/Sofifi Lintasan Tobelo – Daruba/Subaim

Pel. Penyeberangan Sidangoli – Halbar Pel. Penyeberangan Rum – Tidore Kepulauan Pelabuhan Penyeberangan Bastiong –Ternate

Gambar III.4. Kondisi Beberapa Pelabuhan Penyeberangan Di Provinsi Maluku Utara

III.2.2. TRANSPORTASI LAUT

Akibat sebagian besar wilayah Propinsi Maluku merupakan kepulauan yang dipisahkan oleh laut
maka hal ini memberikan peluang dan potensi terhadap penyelenggaraan transportasi laut sehingga
menyebabkan tumpuan pergerakan terbesar di Propinsi Maluku Utara adalah menggunakan transportasi laut
dan penyeberangan.

Dengan kondisi wilayah yang terdiri dari pulau yang terpencar-pencar, pembangunan sektor
transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya percepatan pembangunan di Propinsi
Maluku Utara. Koneksi antar pulau yang memiliki peran sentral untuk menghubungkan pergerakan distribusi
barang dan jasa di Propinsi Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh ketersediaan prasarana-sarana
transportasi laut.


III - 35
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta III.3. lokasi pelabuhan penyeberangan


III - 36
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

A. Pelayanan Transportasi Laut

Sarana transportasi laut yang melayani kepulauan Maluku antara lain kapal PELNI, Kapal Nusantara,
Perintis, dan Kapal Pelayaran Rakyat (Pelra), yang dikelola oleh pemerintah, perusahaan swasta
maupun perseorangan. Kelengkapan prasarana transportasi laut antara lain berupa : Sarana bantuan
navigasi pelayaran (SBNP – mercu suar) baik milik pemerintah maupun swasta, pelabuhan nasional
dan pelabuhan lokal/rakyat.

Jaringan trayek yang telah diterapkan dalam pelayaran samudera, nasional, lokal perintis adalah
sebagai berikut :
1. Rute Pelayaran Nasional yang dikelola oleh PT. Pelni, yakni rute KM. Lambelu, KM. Sangiang,
KM. Ngapulu, KM. Kalimutu, dan KM. Sinabung.
2. Rute Pelayaran Perintis R27 melayani rute: Ternate – Dama – Wayabula – Daruba – Bere-bere –
Subaim – Lolosita – Buli – Maba – Bicoli – Paneti – Gemia – Kecapi – Papua (PP).
3. Rute Pelayaran Perintis R28 melayani rute : Ternate–Galela–Tobelo –Ternate–Indari–Sanana–
Dofa–Gela–Bobong–Surabaya (PP).
4. Rute Pelayaran Perintis R29 A (R29) melayani rute: Ternate–Soasiu–Gita–Guruapin–Bisui–
Mafa–Weda–Mesa–Benemo–Patani–Kecapi–Papua (PP).
5. Rute Pelayaran Perintis Pengembangan R29 B (R30) akan melayani rute : Ternate–Moti–
Ngofakiama– Leiley–Labuha–Wayaula–Madopolo–Jikotamo–Wayaluar–Sanana–Waitina–Fogi–
Namlea–Ambon (PP).
6. Rute Pelayaran perintis R31 akan melayani rute : Ternate–Soasio–Moti–Makian–Saketa–
Babang–Bisui–Maffa–Weda–Mesa–Banemo–Patani–Gebe–Kabare–Seonek–Sorong (PP).
7. Rute Pelayaran perintis R32 akan melayani rute : Ternate–Ibu–Loloda–Dama–Bere-Bere–
Daruba–Galela–Subaim–Lolasita–Wayamli–Buli–Bicoli–Paniti–Gemia–Gebe–P.Gag–P.Pam–
Saonek–Sorong–Ternate–Jailolo–Mayau–Tifure-Bitung (PP).
8. Rute Pelayaran perintis R33 akan melayani rute : Ternate–Daruba–Tobelo–Daruba–Ternate–
Indari–Pelita–Laiwui–Sanana–Dofa–Gela–Bobong–Banggai–Bau-Bau–Makassar (PP).
9. Rute pelayaran lokal dari pelabuhan pangkal Ternate ke kota-kota di Propinsi Maluku Utara.

Lebih jelasnya lihat Peta III.4 mengenai kondisi transportasi laut di Provinsi Maluku Utara.

B. Pelabuhan Laut

Pelabuhan dapat didefinisikan sebagai tempat yang dibentuk oleh daratan dan lautan/wilayah perairan
di sekitarnya dengan batas-batas tertentu. Pelabuhan merupakan tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan ekonomi, karena dipergunakan sebagai tempat bagi kapal untuk bersandar, berlabuh, naik
turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi berbagai sarana keselamatan
pelayaran dan kegiatan pendukung pelabuhan.


III - 37
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat peta 3.4 Rute pelayaran samudra


III - 38
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Selain itu pelabuhan merupakan tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi (laut – laut
atau laut – darat). Dimana untuk persebaran Pelabuhan Laut di Propinsi Maluku Utara yang telah
terdaftar dalam KM. 53 Tahun 2005 antara lain :

1. Pelabuhan Umum
Pelabuhan umum adalah pelabuhan yang digunakan untuk kepentingan publik. Penyelenggara
pelabuhan umum adalah unit pelaksana teknis/satuan kerja pelabuhan atau Badan Usaha
Pelabuhan. Dimana untuk pelabuhan umum di Propinsi Maluku Utara dibagi berdasarkan status
pelabuhannya adalah sebagai berikut :

a. Pelabuhan Nasional, Pelabuhan nasional adalah pelabuhan utama tersier yang berfungsi
melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah
menengah dan jangkauan pelayaran yang sangat luas serta merupakan simpul dalam
jaringan transportasi laut tingkat Propinsi. Pelabuhan laut umum yang masuk dalam
Pelabuhan Nasional adalah :

Pelabuhan Ternate (Pelabuhan Ahmad Yani), memiliki pelayanan tingkat nasional dan
internasional (eksport-import).
Pelabuhan Mangole (Pelabuhan Falabisahaya), memiliki pelayanan tingkat nasional.

b. Pelabuhan Regional, Pelabuhan regional adalah pelabuhan pengumpan primer yang


berfungsi melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dalam jumlah yang
relatif kecil dan merupakan pengumpan dari pelabuhan utama. Yang termasuk adalah :

Pelabuhan Sanana. Pelabuhan Tobelo. Pelabuhan Soasio.


Pelabuhan Babang. Pelabuhan Gebe. Pelabuhan Patani.
Pelabuhan Laiwui. Pelabuhan Jailolo. Pelabuhan Buli.
Pelabuhan Daruba.

c. Pelabuhan Lokal, Pelabuhan lokal adalah pelabuhan pengumpan sekunder yang berfungsi
melayani kegiatan angkutan laut regional dalam jumlah kecil serta merupakan pengumpan
pada pelabuhan utama dan pelabuhan regional. Pelabuhan fungsi ini adalah :

Pelabuhan Saketa. Pelabuhan Dofa.


Pelabuhan Gita. Pelabuhan Bobong.
Pelabuhan Mafa. Pelabuhan Bere-bere.
Pelabuhan Kayoa.

2. Pelabuhan Khusus/Dermaga Khusus


Pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang dikelola untuk kepentingan internal suatu
perusahaan/badan usaha untuk menunjang kegiatan tertentu. Pengelola pelabuhan khusus
adalah Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota atau Badan Hukum


III - 39
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Indonesia yang memiliki izin untuk mengelola pelabuhan khusus (KM 55 Tahun 2002). Untuk
pelabuhan khusus di Maluku Utara yang telah terdaftar dalam KM. 53 Tahun 2005 adalah :

a. Pelabuhan Perikanan Ternate. e. Pelabuhan Galela.


b. Pelabuhan Pertamina Ternate. f. Dermaga Pertamina Babang.
c. Pelabuhan Sidangoli. g. Dermaga Pertamina Sanana.
d. Pelabuhan Oba. h. Dermaga Pertamina Tobelo.

Selain pelabuhan laut tersebut diatas, terdapat beberapa pelabuhan laut yang masih belum terdaftar
dalam KM. 53 Tahun 2005, diantaranya adalah :

1. Pelabuhan Sofifi. 13. Pelabuhan Lokal Indari.


2. Pelabuhan Malbufa. 14. Pelabuhan Lokal Pelna.
3. Pelabuhan Dufa-Dufa. 15. Pelabuhan Lokal Dolik.
4. Pelabuhan Rum. 16. Pelabuhan Lokal Labuha.
5. Pelabuhan Lokal Ngofakiyama. 17. Pelabuhan Lokal Fulai.
6. Pelabuhan Lokal Guraping. 18. Pelabuhan Lokal Doro.
7. Pelabuhan Lokal Laromabati. 19. Pelabuhan Lokal Koititi.
8. Pelabuhan Lokal Lelei. 20. Pelabuhan Lokal Tawa.
9. Pelabuhan Lokal Lata-Lata. 21. Pelabuhan Lokal Pas Palele.
10. Pelabuhan Lokal Taneti. 22. Pelabuhan Lokal Bisui.
11. Pelabuhan Lokal Moari. 23. Pelabuhan Lokal Wosi.
12. Pelabuhan Lokal Lojaya . 24. Pelabuhan Lokal Pigaraja

Untuk lebih jelasnya mengenai daftar pelabuhan laut di Propinsi Maluku Utara serta fasilitas
pelabuhan dapat dilihat pada Tabel III.21 hingga Tabel III.24 serta lihat juga Peta III.5 mengenai
persebaran pelabuhan di Propinsi Maluku Utara baik yang sudah maupun yang belum tertera diatas.

Kemudian guna lebih jelasnya, akan diuraikan kondisi beberapa pelabuhan laut yang ada di Propinsi
Maluku Utara, antara lain :

1. Pelabuhan Ternate – (Pelabuhan Ahamad Yani dan Bastiong)


Pelabuhan Nasional di Propinsi Maluku Utara tercatat sebanyak 2 pelabuhan, yakni Pelabuhan
Ternate dan Pelabuhan Mangole – Falabisahaya. Dimana untuk pelabuhan nasional yang
dipersiapkan terbuka untuk melayani jalur pelayaran keluar negeri, pelayaran dalam negeri,
pelayaran rakyat dan perintis adalah Pelabuhan Ternate yang terdiri dari Daratan Pangkalan
Jendral Ahmad Yani dan Pangkalan Bastiong, dimana Pelabuhan Ternate (Ahmad Yani) ini
merupakan Pelabuhan Cabang Kelas II di Wilayah Kerja PT. Pelindo IV. Pelabuhan Bastiong
merupakan pelabuhan angkutan orang/barang dengan status pelabuhan regional yakni
pelayanan antar kabupaten dalam Propinsi Maluku Utara.


III - 40
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat peta 3.5 persebaran pelabuhan laut


III - 41
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.21.
Daftar Pelabuhan Laut Umum di Wilayah Propinsi Maluku Utara

Nama Ukuran Konstruksi Status Kelas


No Lokasi
Pelabuhan Dermaga Dermaga Pemilik Dermaga
1 A. Yani Ternate 248 x 12 Beton Dephub/Pelindo IV II
2 Bastiong Ternate 25 x 5 Beton / Kayu Dephub/Pelindo IV IV
3 Dufa-Dufa Ternate - Beton / Kayu Dephub IV
4 Soasio Tidore Kepulauan 120 x 8 Beton DepHub III
5 Sofifi Tidore Kepulauan - Beton / Kayu Pemda V
6 Rum Tidore Kepulauan 23 x 7 Beton / Kayu Pemda V
7 Tobelo I Halmahera Utara 120 x 8 Beton / Kayu DepHub III
8 Tobelo II Halmahera Utara 50 x 7 Beton / Kayu DepHub IV
9 Daruba Halmahera Utara 48 x 7 Beton DepHub IV
10 Bere-bere Halmahera Utara 15 x 3 Kayu Pemda V
11 Kao Halmahera Utara 15 x 3 Kayu Pemda IV
12 Pediwang Halmahera Utara 30 x 7 Beton Pemda V
13 Ibu/Kedi Halmahera Utara 15 x 3 Kayu Pemda V
14 Galela Halmahera Utara - Beton / Kayu Antam/Pemda V
15 Jailolo Halmahera Barat 60 x 8 Beton DepHub IV
16 Sidangoli Halmahera Barat - Beton / Kayu Dephub V
17 Weda Halmahera Tengah 50 x 8 Beton DepHub IV
18 Gita/Payahe Halmahera Tengah 48 x 7 Beton Dephub IV
19 Patani Halmahera Tengah 15 x 3 Beton / Kayu DepHub IV
20 Maba Halmahera Tengah 15 x 3 Kayu Pemda V
21 Gebe Halmahera Tengah - Tongkang Pemda V
22 Subaim Halmahera Timur 30 x 7 Beton / Kayu Pemda V
23 Buli Halmahera Timur 16 x 8 Beton DepHub IV
24 Wasilei Halmahera Timur 15 x 3 Kayu Pemda IV
25 Bicoli Halmahera Timur 15 x 3 Kayu Pemda V
26 Labuha Halmahera Selatan 25 x 8 Beton Dephub IV
27 Babang Halmahera Selatan 60 x 8 Beton / Kayu Dephub IV
28 Laiwui/P. Obi Halmahera Selatan 70 x 8 Beton DepHub IV
29 Saketa Halmahera Selatan - Kayu Pemda V
30 Guruapin/P.Kayoa Halmahera Selatan - Kayu Pemda V
31 Laluin Halmahera Selatan - Kayu Pemda V
32 Penambuang Halmahera Selatan - Kayu Pemda V
33 Jikotamo Halmahera Selatan - Kayu Pemda V
34 Sanana Kepulauan Sula 57 x 8 Beton Dephub IV
35 Falabisahaya Kepulauan Sula 30 x 7 Beton / Kayu Pemda IV
36 Dofa Kepulauan Sula 25 x 7 Beton Pemda IV
37 Bobong Kepulauan Sula 50 x 8 Beton Dephub IV
38 Mangole Kepulauan Sula - Kayu Pemda IV
39 Pohea Kepulauan Sula - Kayu Pemda V

Sumber : Dinas Perhubungan Propinsi Maluku Utara, 2007


III - 42
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat tabel III.22 pelabuhan khusus


III - 43
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat tabel III.23 pelabuhan speed


III - 44
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III. 24
Fasilitas Tiap Pelabuhan di Wilayah Propinsi Maluku Utara

Areal Gudang Luas Penumpukan Jumlah


No Nama Pelabuhan Jumlah Forkil
(m2) (m2) Crane

1 Ahmad Yani 2.332 1.000 3 Unit 1 Unit


2 Soasio Goto 100 80 - -
3 Jailolo 113 1.040 - -
4 Bacan/Labuha 50 - - -
6 Mafa 59 86 - -
7 Sanana 300 - - -
8 Obi - 1.728 - -
9 Tobelo 4.000 1.640 - -
10 Gebe 150 600 - -
12 Buli 130 450 - -
13 Dofa 108 - - -
14 Bobong 80 60 - -
Sumber : Dinas Perhubungan Propinsi Maluku Utara, 2007

Dimana dalam kompleks Pelabuhan Bastiong ini terdapat Pasar Bastiong dan Terminal
Penumpang Bastiong, rute pelayaran yang di layani yaitu dari Ternate menyebar kepelabuhan di
kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Sofifi, Jailolo, Tidore dan Sanana serta kabupaten/kota
lainnya dengan frekuensi pelayaran yang relatif padat.

Wilayah kerja Pelabuhan Ternate (Pelabuhan A. Yani dan Bastiong) tersebut ditetapkan
berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.04 Tahun 1999 tentang batas-batas
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Ternate, sebagai
berikut :

a. Daerah Lingkungan Kerja (DLKR) meliputi daratan seluas 60.850 m 2 yang terdiri dari :
Daratan Pangkalan Jend. Ahmad Yani seluas 57.490 m 2.
Daratan Pangkalan Bastiong seluas 3.360 m2.
b. Daerah Lingkungan Keperntingan (DLKP) pelabuhan seluas 3.803 Ha dan daerah
lingkungan kepentingan perairan seluas 6.696 Ha.

Dilihat dari letak wilayahnya, kedudukan Pelabuhan Ternate cukup menguntungkan dalam jalur
pelayaran domestik, nasional maupun internasional. Dimana bila dilihat dari jalur pelayaran
domestik, Pelabuhan Ternate ini terletak diantara dua kabupaten/kota di Propinsi Maluku Utara
yakni Kabupaten Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan, sedangkan bila ditinjau dari jalur
nasional, wilayah pelabuhan ternate cukup strategis karena berada diantara Pulau Sulawesi dan
Papua, sehingga aktifitas pergerakan orang dan barang dari kedua pulau tersebut akan melewati
Pelabuhan Ternate. Sedangkan dari sisi jalur international, Pelabuhan Ternate ini terletak pada


III - 45
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

posisi silang antara Benua Asia dan Australia. Maka Perkembangan Pelabuhan Ternate dimasa
mendatang dalam mendukung perdagangan luar negeri dan daerah hinterland disekitarnya,
diharapkan akan menjadi pintu gerbang utama atau Main Port sebagai pusat pengumpul dan
distribusi barang di Propinsi Maluku Utara.

Dimana untuk daya dukung Pelabuhan Ternate pada saat ini berdasarkan data dari PT. Pelindo
IV Cabang Ternate tahun 2007 dapat diurakan sebagai berikut :

a. Pelayanan Jasa Kapal Tambatan


Pangkalan A. Yani, memiliki konstruksi dermaga berupa Beton sepanjang 248 x 12 m.
Pangkalan Bastiong, konstruksi beton sepanjang 25 x 5 m.
Besi / kayu sepanjang 50 meter.
Sheet Pile sepanjang 150 meter.
Speed Boat sebanyak 1 unit.
b. Pelayanan Jasa Barang
Dermaga Pangkalan A. Yani seluas 2,976 m2.
Dermaga Pangkalan Bastiong seluas 300 m2.
Dermaga Sheet Pile 900 m2.
Gudang 01/02 seluas 432 m2.
Gudang 04 seluas 900 m2
Gudang 05 seluas 1.000 m2.
Lapangan peti kemas seluas 5,360 m2.
Lapangan non-peti kemas seluas 520 m2.
c. Pengusahaan Alat
Alat Forklift kapasitas 3 ton sebanyak 1 unit.
Alat PMK sebanyak 1 unit.
d. Pengusahaan Tanah BangunanLingkungan
Lingkungan Daratan seluas 60,850 m2.
Lingkungan Perairan seluas 3,803 Ha.
Areal Bangunan seluas 1,724 m2.
Kapasitas Tampung Air Bersih 375 ton.
Kapasitas Suply air bersih 100 ton/jam.
e. Pengusahaan Lainnya
Terminal Penumpang Pangkalan A. Yani seluas 600 m2.
Terminal Penumpang Pangkalan Bastiong seluas 98 m2.

Untuk pergerakan arus barang/penumpang di Pelabuhan Ahmad Yani dapat dilihat pada Tabel III.25 - Tabel
III.31 serta lihat juga ilustrasi kondisi Pelabuhan A. Yani dan Bastiong pada Gambar III.5 dan Gambar III.6.


III - 46
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Pelabuhan Ahmad Yani - Ternate

Aktifitas Bongkar Muat di Pelabuhan Ahmad Yani - Ternate Terminal Penumpang Pel. Ahmad Yani

Sarana Pelayanan di Pel. Ahmad Yani - Ternate Terminal Peti Kemas Pel. Ahmad Yani

Gambar III.5. Kondisi Pelabuhan Ahmad Yani - Ternate

Aktifitas di Pelabuhan Bastiong

Gambar III.6. Kondisi Pelabuhan Bastiong - Ternate


III - 47
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.25
Jumlah Kapal Yang Berdomisili (Home Base)
Di Pelabuhan Ternate dan Sekitarnya Yang Berada
Dalam Pengawasan Kantor Administrator Pelabuhan Ternate

Jumlah
No Uraian
(Unit)

1 Kapal Nusantara 49
2 Kapal Lokal 57
3 Kapal Rakyat 71
4 Kapal Khusus 17
5 Kapal Perintis 3
6 Armada Semut (Kurang Dari 7 GT) 242

JUMLAH 439
Sumber : Kantor Administrator Pelabuhan Cab. Ternate, 2007

Tabel III.26.
Operasional Kegiatan Angkutan Laut
Di Pelabuhan Ternate

Tahun 2006

No Uraian Kegiatan Barang Penumpang


Kapal
(Ton) (Orng)

Call GT Bongkar Muat Turun Naik

1 Kapal Samudra 76 674.448 - 2.167.824 - -

2 Kapal Nusantara 2.143 2.071.407 729.474 94.984 151.693 192.145

3 Kapal Rakyat 1.062 4.726 10.237 9.377 17.222 29.654

4 Kapal Khusus 1.957 894.349 8.275 31.981 48.340 60.489

5 Kapal Perintis 77 57.365 2 2.788 2.649 2.928

6 Kapal Armada Semut <GT 7 9.951 127.703 16.234 10.086 212.954 225.525

Jumlah 15.266 3.829.998 766.352 2.317.040 432.858 510.741

Sumber : Kantor Administrator Pelabuhan Cab. Ternate, 2007


III - 48
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

berubah
Tempat tabel III.27 dan III.28


III - 49
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.29.
Arus Barang Menurut Perdagangan di Pelabuhan Ternate Ahmad Yani,
Tahun 2000 - 2006

Tahun
No. Uraian Satuan
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

1 Dermaga KSU
- Eksport T/m3 0 0 50.862 124.307 105.784 79.930 47.313
- Import T/m3 0 0 0 0 0 0 0
- Antar Pulau T/m3 0 0 0 12.659 9.671 0 0

Jumlah 1 T/m3 0 0 50.862 136.966 115.455 79.930 47.313

2 Dermaga Umum
A. Perdagangan
Luar Negeri
- Import T/m3 0 4.519 6200 0 0 0 0
- Eksport T/m3 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah A T/m3 0 4.519 6.200 0 0 0 0

B. Perdagangan
Dalam Negeri
(Bongkar)
- Non
T/m3 123.740 174.770 158.044 146.533 130.860 134.810 126.390
Petikemas
- Petikemas Isi T/m3 7.353 1.728 15.420 27.228 110.450 127.275 178.475

Jumlah B T/m3 131.093 176.498 173.464 173.781 241.310 262.085 304.861

C. Perdagangan
Dalam Negeri
(Muat)
- Non
T/m3 41.309 42.891 35.899 35.858 35.544 27.765 25.344
Petikemas
- Petikemas Isi T/m3 0 192 2.772 6.060 14.456 29.412 15.948

Jumlah C T/m3 41.309 43.083 38.671 41.918 50.000 57.177 41.292


Jumlah 2
T/m3 172.402 224.100 218.335 215.699 291.310 319.262 346.157
(A+B+C)
Total ( 1 + 2 ) T/m3 172.402 224.100 269.197 352.665 406.765 399.192 393.470

Sumber : PT. Pelindo IV - Cab. Ternate, 2007


III - 50
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.30.
Arus Peti Kemas di Pelabuhan Ternate Ahmad Yani,
Tahun 2000 - 2006

Tahun
No. Uraian Satuan
2001 2002 2003 2004 2005 2006

1 Bongkar Isi
Ukuran 20” Box 144 1.285 2.269 4.418 5.091 7.139
Teus 144 1.285 2.269 4.418 5.091 7.139
Ton 1.728 15.420 27.228 110.450 127.275 178.475

2 Bongkar Kosong
Ukuran 20” Box 482 596 344 20 0 2
Teus 482 596 344 20 0 2

Jumlah 1 + 2 Box 626 1.881 2.613 4.438 5.091 7.141


Teus 626 1.881 2.613 4.438 5.091 7.141
Ton 1.728 15.420 27.228 110.450 127.275 178.477

3 Muatan Isi
Ukuran 20” Box 16 254 505 1.118 2.451 1.329
Teus 16 254 505 1.118 2.451 1.329
Ton 192 2.772 6.060 14.456 29.412 15.948

4 Muat Kosong
Ukuran 20” Box 610 1.556 2.264 3.441 2.634 5.607
Teus 610 1.556 2.264 3.441 2.634 5.607

Jumlah 3 + 4 Box 626 1.810 2.769 4.559 5.085 6.935


Teus 626 1.810 2.769 4.559 5.085 6.935
Ton 192 2.772 6.060 14.456 29.412 15.948

Jumlah Total Box 1.252 3.691 5.382 8.997 10.176 14.077


(1+2+3+4) Teus 1.252 3.691 5.382 8.997 10.176 14.077
Ton 1.920 18.192 33.288 124.906 156.687 194.423

Sumber : PT. Pelindo IV - Cab. Ternate, 2007


III - 51
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel III.31. armada


III - 52
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel III.31. armada


III - 53
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

2. Pelabuhan Tobelo - Kabupaten Halmahera Utara


Pelabuhan Tobelo memiliki status Pelabuhan Regional Kelas III, dimana dalam kenyataannya
Pelabuhan Tobelo ini selain memiliki pelayanan regional juga memiliki pelayanan nasional atau
antar propinsi, untuk rute pelayaran nasional/antar provinsi dari Pelabuhan Tobelo, antara lain :

a. Tobelo – Bitung, 4 kali sebulan dengan KM. Farlen.


b. Tobelo – Menado, 4 kali sebulan dengan KM. Elisabeth III.
c. Tobelo – Bitung – Menado, 2 kali sebulan dengan KM. Sanging.
d. Tobelo – Surabaya (kapal barang).
e. Ternate – Daruba – Tobelo – Daruba – Ternate – Indari – Pelita – Laiwui – Sanana – Dofa –
Gela – Bobong – Banggai – Bau-Bau – Makassar (PP), dengan Kapal KM. Kie Raha – III.
f. Ternate – Daruba - Tobelo PP / Ternate – Indari –Pelita – Sanana – Dofa – Gelang – Bobong
– Surabaya (PP), dengan Kapal KM. Mentari.
g. Ternate – Buli – Tobelo – Subaim (PP), dengan kapal KM. Pulau Kijang.

Sedangkan untuk pelayanan regional dan lokal, Pelabuhan Tobelo melayani kapal-kapal dan
speedboat baik antar kecamatan dan atau antara kabupaten yang rute seluruhnya terdapat
sebanyak 48 rute. Untuk Pelabuhan Tobelo memiliki konstruksi dermaga berupa beton dan kayu
yang secara keseluruhan memiliki ukuran 120 x 8 m dengan kedalaman 6-8 meter, kapasitas
lantai dermaga 2,5 ton/m3 dengan kapal tambat 1000 DWT untuk areal gudang tercatat seluas
4.000 m2 dengan luas penumpukan sebesar 1.640 m2. Pelabuhan Tobelo ini dikelola oleh Dinas
Perhubungan Daerah Kabupaten Halmahera Utara.

Untuk lebih jelasnya mengenai arus penumpang dan barang di Pelabuhan Tobelo dapat dilihat
pada Tabel III.32. dan Grafik III.5. sampai Grafik III.6. serta Gambar III.7.

Tabel III. 32
Arus Kunjungan Di Pelabuhan Tobelo

Barang Penumpang
Isi Kotor (GT)
No Tahun Call Kapal Bongkar Muat Turun Naik
(Rata – Rata)
(Ton/m3) (Ton/m3) (Orang) (Orang)
1 1995 5.231 1.000 22.935 25.302 16.204 18.924
2 1996 3.256 850 24.628 24.603 21.935 22.301
3 1997 6.482 750 19.205 23.527 28.365 28.423
4 1998 4.582 500 14.235 19.344 26.430 28.702
5 1999 5.410 750 20.420 20.900 34.653 32.540
6 2000 6.398 800 28.341 27.824 35.624 32.150
7 2001 5.431 840 27.930 29.210 36.541 27.034
8 2002 6.975 750 21.387 19.326 32.940 18.401
9 2003 8.624 1.200 29.361 29.360 28.963 27.632
10 2004 9.634 2.300 34.627 35.021 25.034 27.310
Sumber : Laporan Tahunan Kanpel Tobelo


III - 54
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Grafik III.5. Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Grafik III.6. Arus Naik Turun Penumpang di Pelabuhan
Tobelo Tobelo

Gambar III.7. Suasana dan Aktifitas di Pelabuhan Tobelo

3. Pelabuhan Daruba Morotai - Kabupaten Halmahera Utara


Pelabuhan daruba yang berada di Pulau Morotai mempunyai potensi yang besar untuk dijadikan
sebagai Pelabuhan Hub Internasional karena lokasi yang strategis dan merupakan kawasan
perbatasan negara Indonesia dengan Negara Palau/Philipina, sehingga kawasan ini mempunyai
hubungan langsung dengan negara-negara dikawasan pasifik. Selain itu dilihat dari potensinya,
Pulau Morotai kaya akan hasil bumi dan potensi pengembangan kawasan wisata dan budaya
sejarah.
Pelabuhan Daruba merupakan pelabuhan regional dengan konstruksi fisik beton dan berukuran
48 x 7 m. yang diarahkan untuk melayani rute kapal antar kota dalam kabupaten dan antar
kabupaten dalam provinsi. Akan tetapi pada kenyataannya Pelabuhan Daruba ini juga dilintasi
oleh beberapa kapal dari luar Propinsi Maluku Utara, kapal-kapal tersebut antara lain :

a. KM. Kie Raha – II, memiliki status pelayaran nasional dengan rute : Ternate – Ibu – Loloda
– Dama - Bere-Bere – Daruba – Galela – Subaim – Lolasita – Wayamli – Buli – Bicoli –
Paniti – Gemia – Gebe – Gag – Pam – Saonek – Sorong – Ternate – Jailolo – Mayau –
Tifure - Bitung (PP).
b. KM. Kie Raha – III, memiliki status pelayaran nasional dengan rute : Ternate – Daruba –
Tobelo – Daruba – Ternate – Indari – Pelita – Laiwui – Sanana – Dofa – Gela – Bobong –
Banggai – Bau-Bau – Makassar (PP).


III - 55
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

c. KM. Sandra Jaya I, memiliki status pelayaran rakyat dengan rute : Ternate – Loloda –
Daruba (PP).
d. KM. Nort Maluku, memiliki status pelayaran nasional dan perintis dengan rute : Ternate –
Dama – Wayabula – Daruba – Bere-bere – Wasile – Lolasita – Wayamli – Buli – Bicoli –
Peniti – Gemia – Ebe - P.Gag - P.Pam – Saonek - Sorong (PP) /Ternate – Moti – Mayau –
Tifure – Bitung (PP).
e. KM. Mentari, memiliki status pelayaran nasional dan perintis dengan rute : Ternate –
Daruba - Tobelo PP / Ternate – Indari – Pelita – Sanana – Dofa – Gelang – Bobong –
Surabaya (PP).

Selain itu terdapat juga beberapa kapal berbendera asing yang sering berlabuh di kawasan
Pantai Pulau Morotai guna mengangkut hasil bumi dan laut dari masyarakat setempat
khususnya pada kawasan pantai utara dan barat Pulau Morotai, hal ini disebabkan kurangnya
penanganan oleh pemerintah daerah terhadap penyediaan aksesibilitas guna pemasaran hasil
bumi dan laut tersebut ke kota-kota di Maluku Utara itu sendiri (seperti ke Kota Tobelo).

Untuk lebih jelasnya mengenai ilustrasi suasana di Pelabuhan Daruba dapat dilihat pada
Gambar III.8. berikut ini.

Gambar III.8. Suasana dan Aktifitas Di Pelabuhan Daruba (Morotai)

4. Pelabuhan Galela - Kabupaten Halmahera Utara


Pelabuhan Galela merupakan pelabuhan kelas IV dengan konstruksi fisik berupa beton.
Pelabuhan ini sejak tahun 2001 tidak di gunakan lagi karena kerusuhan, setelah sebelumnya
merupakan pelabuhan yang ramai didatangi kapal – kapal luar negeri maupun dalam negeri
terutama kapal barang, karena pelabuhan ini milik perusahaan perkebunan pisang yang ada di
Galela yang orientasi pasarnya eksport ke luar negeri.

Pelabuhan Galela memiliki konstruksi dermaga berupa beton/kayu dan pelabuhan ini dikelola
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Utara bersama PT. Antam.


III - 56
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Saat ini pelabuhan Galela hanya melayani rute pelayanan lokal dan regional yang terbatas,
dimana kapal pelayaran nasional yang singgah di Pelabuhan Galela adalah kapal KM. Kie Raha
II dengan rute Ternate – Ibu – Loloda – Dama - Bere-Bere – Daruba – Galela – Subaim –
Lolasita – Wayamli – Buli – Bicoli – Paniti – Gemia – Gebe – P. Gag – P. Pam – Saonek –
Sorong – Ternate – Jailolo – Mayau – Tifure - Bitung (PP).

5. Pelabuhan Jailolo – Kabupaten Halmahera Barat


Pelabuhan Jailolo merupakan pelabuhan kelas IV yang dikelola oleh Dinas Perhubungan
Halmahera Barat, dimana pelabuhan ini memilki dermaga dengan konstruksi beton dengan
ukuran 60 x 8 m, di pelabuhan ini terdapat areal gudang seluas 113 m2 dan luas penumpukan
sebesar 1.040 m2.

Pelabuhan Jailolo ini disinggahi oleh kapal KM. Kie Raha II dengan rute Ternate – Ibu – Loloda –
Dama - Bere-Bere – Daruba – Galela – Subaim – Lolasita – Wayamli – Buli – Bicoli – Paniti –
Gemia – Gebe – P. Gag – P. Pam – Saonek – Sorong – Ternate – Jailolo – Mayau – Tifure -
Bitung (PP).

Lebih jelasnya mengenai ilustrasi suasana di Pelabuhan Jailolo lihat Gambar III.9. berikut ini.

Gambar III.9. Suasana dan Aktifitas Di Pelabuhan Jailolo – Kabupaten Halmahera Barat

6. Pelabuhan Buli - Kabupaten Halmahera Timur


Pelabuhan Buli dikelola oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Timur dan merupakan
pelabuhan regional kelas IV, selain pelayaran umum antar kecamatan, antar kabupaten, antar
propinsi, juga melayani pelayaran Internasional dengan mengangkut hasil tambang (nikel) ke
Jepang dan Australia. Areal gudang yang tersedia di pelabuhan ini seluas 130 m2 dan luas
penumpukan seluas 450 m2. Untuk konstruksi dermaga berupa beton ukuran 16 x 8 m.

Untuk kapal pelayaran nasional dan regional yang singgah dipelabuhan ini adalah :
a. KM. Nort Maluku, dengan rute pelayaran nasional : Ternate – Dama – Wayabula – Daruba
– Bere-bere – Wasile – Lolasita – Wayamli – Buli – Bicoli – Peniti – Gemia – Ebe – P.Gag -
P.Pam – Saonek – Sorong (PP) /Ternate – Moti – Mayau – Tifure – Bitung (PP).


III - 57
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

b. KM. Nurjaya II, dengan rute pelayaran regional : Ternate – Patani – Buli (PP).
c. KM. Kie Raha II, dengan rute pelayaran nasional : Ternate – Ibu – Loloda – Dama – Bere –
Bere – Daruba – Galela – Subaim – Lolasita – Wayamli – Buli – Bicoli – Paniti – Gemia –
Gebe – P.Gag – P.Pam – Saonek – Sorong – Ternate – Jailolo – Mayau – Tafure – Bitung.
d. KM. Pulau Kijang, dengan rute pelayaran regional : Ternate – Buli – Tobelo – Subaim (PP).
e. KM. Sangiang, pelayaran nasional PT. PELNI.

7. Pelabuhan Weda – Kabupaten Halmahera Tengah


Pelabuhan Weda merupakan pelabuhan regional dengan kelas pelabuhan IV yang dikelola oleh
Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Tengah. Dimana pelabuhan ini memiliki dermaga
dengan konstruksi beton yang berukuran 50 x 8 m.

Untuk kapal-kapal pelayaran nasional dan regional yang singgah di Pelabuhan Weda adalah :
a. KM. Kie Raha I dengan rute pelayaran nasional : Ternate – Soasio – Moti – Makian –
Saketa – Babang – Bisui – Maffa – Weda – Mesa – Banemo –Patani – Gebe – Kabare –
Seonek – Sorong (PP).
b. KM. Pahala dengan rute pelayaran nasional : Ternate – Soasio – Gita – Kayoa – Bisui –
Mafa – Weda – Mesa – Benemo – Patani – Gebe – Kabare – Yabekaki – Saonek – Sorong
(PP).

8. Pelabuhan Labuha – Kabupaten Halmahera Selatan


Pelabuhan Labuha merupakan pelabuhan regional dengan kelas pelabuhan IV yang dikelola
oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Selatan. Dimana pelabuhan ini memiliki
dermaga dengan konstruksi beton yang berukuran 25 x 8 m. Untuk rute pelayaran nasional yang
melintasi pelabuhan ini adalah rute pelayaran R29B yakni Ternate - Moti - Ngofakiama - Leiley -
Labuha - Wayaula - Madopolo - Jikotamo - Wayaluar - Sanana - Waitina - Fogi - Namlea -
Ambon (PP). Pelabuhan Labuha ini merupakan pelabuhan regional yang kurang berkembang
dan jarang disinggahi kapal dengan jalur pelayaran regional. Kebanyakan kapal-kapal dengan
jalur pelayaran regional dan nasional mengarah pada Pelabuhan Babang yang berada satu
pulau dengan Pelabuhan Labuha yakni Pulau Bacan. Sedangkan di Pelabuhan Labuha
cenderung melayani pelayaran lokal antar pulau dan kota dalam provinsi.

9. Pelabuhan Babang - Kabupaten Halmahera Selatan


Pelabuhan Babang merupakan salah satu pelabuhan kelas IV yang dikelola oleh Dinas
Perhubungan Kabupaten Halmahera Selatan yang banyak disinggahi oleh kapal-kapal dengan
pelayaran regional intra Propinsi Maluku Utara. Dimana untuk pelabuhan ini memiliki dermaga
dengan ukuran 60 x 8 m yang berkonstruksi beton dan kayu. Untuk kapal-kapal pelayaran
regional yang singgah di Pelabuhan Babang ini antara lain :


III - 58
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

a. KM. Sumber Raya, dengan rute pelayaran : Ternate – Babang – Obi (PP).
b. KM. Aksar Saputra 01, KM. Aksar Saputra 02, KM. Aksar Saputra 03, KM. Uki Raya 03,
KM. Titian Samudra, KM. Gunung Batabual, KM. Uki Raya, dan KM. Agil Pratama, kapal
tersebut memiliki rute pelayaran regional yang sama yakni rute : Ternate – Babang (PP).
c. KM. Wahana Permai, KM. Obi Star, dan KM. Sumber Raya III, memilki rut pelayran
regional : Ternate – Babang – Obi (PP).

Sedangkan untuk kapal dengan pelayaran nasional, pelabuhan ini disinggahi kapal PELNI KM.
Sangiang dan KM. Kalimutu.
Mengenai kondisi dan suasana di Pelabuhan Babang dapat dilihat pada Gambar III.10. dan lihat
juga Tabel III.33. mengenai arus kunjungan kapal di Pelabuhan Labuha dan Pelabuhan Babang.

Gambar III.10. Suasana Pelabuhan Babang/Bacan – Kabupaten Halmahera Selatan

Tabel III. 33
Arus Kunjungan Di Pelabuhan Labuha/Babang
BARANG PENUMPANG
ISI KOTOR GT
No TAHUN CALL KAPAL BONGKAR MUAT TURUN NAIK
(Rata-rata)
(TON/M3) (TON/M3) (ORANG) (ORANG)

1 1995 4.904 750 47.019 21.306 32.943 31.578


2 1996 3.896 1000 39.738 24.696 42.587 39.401
3 1997 5.382 800 23.605 22.909 34.906 25.346
4 1998 4.107 750 23.501 29.850 41.945 36.448
5 1999 2.256 750 22.634 23.140 25.880 28.372
6 2000 1.811 750 33.327 25.456 18.929 14.675
7 2001 1.223 1200 13.114 43.593 35.176 21.329
8 2002 1.854 800 33.436 55.131 39.282 32.706
9 2003 2.014 750 31.857 220.325 40.482 28.702
10 2004 2.059 750 55.385 223.037 42.814 38.719
JUMLAH 29.506 8.300 323.616 689.443 354.944 297.276
Sumber : Laporan Tahunan Kanpel Labuha/Babang

10. Pelabuhan Sanana - Kabupaten Kepulauan Sula


Pelabuhan Sanana memilki ukuran dermaga 57 x 8 m dengan konstruksi dermaga berupa beton
serta tersedia areal gudang guna bongkar muat barang seluas 300 m2. Pelabuhan Sanana


III - 59
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

merupakan pelabuhan kelas IV yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Kepulauan
Sula. Pelabuhan Sanana merupakan pintu masuk Propinsi Maluku Utara dari bagian selatan,
pelabuhan ini menghubungkan antara Propinsi Maluku Utara dengan Propinsi Maluku. Dimana
untuk kapal-kapal pelayanan nasional yang singgah dipelabuhan ini antara lain :
a. KM. Kie Raha – III, dengan rute pelayaran nasional : Ternate – Daruba – Tobelo – Daruba
– Ternate – Indari – Pelita – Laiwui – Sanana – Dofa – Gela – Bobong – Banggai – Bau-
Bau – Makassar (PP).
b. KM. Theodora II, KM. Kota Teratai I , KM. Kota Teratai II, memilki rute pelayaran nasional :
Manado – Ternate – Dofa/Fala – Sanana (PP).
c. KM. Mentari, dengan rute pelayaran nasional : Ternate – Daruba – Tobelo PP / Ternate –
Indari –Pelita – Sanana – Dofa – Gelang – Bobong –Surabaya (PP).
d. KM. Sangiang, Pelayaran Nasional PT. Pelni.
Untuk arus kunjungan kapal di Pelabuhan Sanana mulai dari data tahun 1995 hingga 2004 dapat
dilihat pada Tabel III.34 dan Grafik III.7 - III.8. Lihat juga ilustrasi pada Gambar III.11.

Tabel III. 34.


Arus Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Sanana Tahun 1995 – 2004
Barang Penumpang
Isi Kotor (GT)
No Tahun Call Kapal Bongkar Muat Turun Naik
(Rata – Rata)
(Ton/m3) (Ton/m3) (Orang) (Orang)
1 1995 4.904 750 21.987 18.737 13.023 16.860
2 1996 3.896 760 25.768 22.065 20.417 18.924
3 1997 5.382 750 23.605 26.962 22.902 23.087
4 1998 4.107 750 23.501 21.086 16.054 21.087
5 1999 2.256 750 22.634 20.986 21.987 16.893
6 2000 1.811 750 33.327 16.094 18.034 24.976
7 2001 1.223 1000 13.114 14.872 12.096 23.867
8 2002 1.854 500 33.436 16.093 13.089 28.909
9 2003 2.014 750 31.857 26.708 25.076 32.730
10 2004 2.059 1500 55.385 43.086 31.097 25.934
Sumber : Kantor Pelabuhan Sanana

Gambar III.11. Suasana Pelabuhan Sanana – Kabupaten Kepulauan Sula


III - 60
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Grafik III.7. Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Sanana

Grafik III.8. Arus Naik Turun Penumpang di Pelabuhan Sanana

11. Pelabuhan Falabisahaya - Kabupaten Kepulauan Sula


Pelabuhan Falabisahaya ini berdasarkan KM. 53 Tahun 2005 tercatat sebagai pelabuhan yang
bersatuskan pelabuhan nasional dengan kelas pelabuhan IV bersama dengan Pelabuhan
Ternate. Dimana untuk pelabuhan Falabisahaya memiliki ukuran dermaga 30 x 7 meter dengan
konstruksi dermaga berupa beton. Pelabuhan ini memiliki areal gudang seluas 300 m 2. Untuk
kapal yang singgah adalah KM. Theodora II, KM. Kota Teratai I , KM. Kota Teratai II, yang
ketiganya memiliki rute pelayaran : Manado – Ternate – Dofa/Fala – Sanana (PP).

12. Pelabuhan Dofa - Kabupaten Kepulauan Sula


Pelabuhan Dofa terletak di Pulau Mangoli memilki dermaga dengan konstruksi beton yang
berukuran 25 x 7 meter. Pelabuhan ini dilalui kapal-kapal dengan trayek pelayaran nasional dan
regional seperti:

a. KM. Mentari, dengan jalur pelayaran nasional : Ternate – Daruba – Tobelo PP / Ternate –
Indari –Pelita – Sanana – Dofa – Gelang – Bobong –Surabaya (PP).
b. KM. Kie Raha – III, dengan rute pelayaran nasional : Ternate – Daruba – Tobelo – Daruba
– Ternate – Indari – Pelita – Laiwui – Sanana – Dofa – Gela – Bobong – Banggai – Bau-
Bau – Makassar (PP).
c. KM. Theodora II, KM. Kota teratai I dan II, dengan rute pelayaran Manado – Ternate – Dofa
– Sanana (PP).


III - 61
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

13. Pelabuhan Bobong - Kabupaten Kepulauan Sula


Pelabuhan Bobong terletak di Pulau Taliabu dan merupakan kawasan yang berbatasan dengan
Pulau Sulawesi Tengah (Banggai), dimana hasil produksi kehutanan daerah ini banyak
dipasarkan ke Banggai. Pelabuhan Bobong memilki dermaga dengan konstruksi beton yang
berukuran 50 x 8 meter, dipelabuhan ini tersedia areal gudang seluas 80 m2 dengan luas
penumpukan seluas 60 m2. Untuk kapal-kapal yang singgah di Pelabuhan Bobong antara lain :

a. KM. Mentari, dengan rute : Ternate – Daruba – Tobelo PP / Ternate – Indari –Pelita –
Sanana – Dofa – Gelang – Bobong –Surabaya (PP).
b. KM. Kie Raha – III, dengan rute: Ternate – Daruba – Tobelo – Daruba – Ternate – Indari –
Pelita – Laiwui – Sanana – Dofa – Gela – Bobong – Banggai – Bau-Bau – Makassar (PP).

III.2.3. TRANSPORTASI UDARA

Provinsi Maluku Utara mempunyai geografis wilayah kepulauan yang berada diantara wilayah laut
Kawasan Timur Indonesia sehingga menjadikan Sistem transportasi wilayah yang juga paling berperan
adalah Sistem transportasi udara. Hal ini disebabkan karena Maluku Utara dilalui oleh pergerakan orang dan
barang lewat udara dari provinsi sekitarnya. Sarana dan prasarana transportasi udara sangat penting bagi
pengembangan wilayah Propinsi Maluku Utara, terutama dalam hubungan antar wilayah yang membutuhkan
perpindahan orang dan barang dalam waktu relatif singkat, selain itu mengingat letak Maluku Utara yang
memiliki perbatasan negara dengan Negara Palau/Philipina maka dimasa mendatang perlu direncanakan
Bandara Internasional di Provinsi Maluku Utara. Kondisi transportasi udara di Maluku Utara masih dinilai
kurang berkembang dan masih merupakan jenis transportasi yang dinilai mahal. Selain itu masih tidak
terdapat efisiensi pelayanan, seperti penerapan rute antar provinsi dari Maluku Utara harus melalui Bandara
Makasar, Ambon dan Manado terlebih dahulu, sehingga untuk pergerakan dari Maluku Utara ke kota-kota
diwilayah Papua harus melalui ketiga bandara tersebut (Ternate – Manado/Makasar/Ambon – Sorong).
Di Maluku Utara terdapat 11 bandar udara yang tersebar di 6 wilayah administrasi kota/kabupaten, untuk
lebih jelasnya lihat Tabel III.35. mengenai persebaran bandar udara di Provinsi Maluku Utara.

Berikut ini akan diuraikan mengenai kondisi Bandar Udara yang terdapat ditiap kota/kabupaten yakni :

A. Bandar Udara di Kota Ternate


Di Kota Ternate terdapat 1 bandar udara yakni Bandara Sultan Babullah yang merupakan Bandara
Kelas II / B dengan Panjang Runway 2.100 x 30 m, saat ini melayani penerbangan sebanyak 63
kali/minggu, yakni penerbangan domestik antar provinsi sebanyak 39 kali/minggu menggunakan
pesawat jenis Boing 737-200, Fokker 28/100, ATR-42, DHC/Dash-8 dan Cassa 212 dengan 4 maskapai
penerbangan yaitu Merpati Nusantara Airlines, Wings Air, Express Air, dan Trigana Air, rute
penerbangannya adalah :
Ternate – Menado – Makasar / Jakarta / Surabaya / Yogyakarta / Sorong (PP),


III - 62
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.35
Persebaran Bandar Udara di Wilayah Propinsi Maluku Utara

Nama Lokasi Kelas Dimensi


No. Kab./Kota Jadwal
Bandara Bandara Bandara Landasan (m)
1. Sultan Babullah (TTE) Ternate Ternate II 2.100 x 30 63 x/minggu
2. Gamarmalamo (GLX) Galela Halmahera Utara IV - Perintis 1.115 x 23 1 x/minggu
3. Kuabang (KAZ) Kao Halmahera Utara IV - Perintis 900 x 23 3 x/minggu
4. Pitu (OTI) Daruba Halmahera Utara IV - Perintis 2.800 x 50 2 x/minggu
5. Buli (ULI) Buli Halmahera Timur IV - Perintis 1.200 x 23 10 x/minggu
6. Gebe (GBE) P. Gebe Halmahera Tengah Perintis 900 x 23 1 x/minggu
7. By Nikel Weda/Lelilef Halmahera Tengah Perintis 850 x 23 1 x/minggu
8. Usaman Sadik (LAH) Labuha Halmahera Selatan IV - Perintis 1.250 x 23 3 x/minggu
9. Emalamo (SQN) Sanana Kepulauan Sula IV - Perintis 1.050 x 23 7 x/minggu
10. Mangoli Falabisahaya Kepulauan Sula Perintis 1.100 x 23 1 x/minggu
11. Bobong Bobong Kepulauan Sula Perintis 900 x 23 Non-Reguler
Sumber : Dinas Perhubungan Propinsi Maluku Utara – 2007,dan Hasil Analisa Data Lapangan – 2007.

Ternate – Makasar – Jakarta / Surabaya / Yogyakarta / Sorong (PP), dan


Ternate – Ambon – Makasar – Jakarta / Surabaya / Yogyakarta / Sorong (PP).
Kemudian untuk penerbangan domestik antar kota dalam provinsi sebanyak 24 kali penerbangan dalam
1 minggu dengan rute Ternate – Buli / Morotai / Kao / Weda / Labuha / Sanana / Fala (PP). Untuk
jadwal penerbangan di Bandara Sultan Babullah dapat dilihat pada Tabel III.36.

Tabel III.36.
Jadwal Penerbangan di Bandar Udara Sultan Babullah - Ternate
Air Lines
No. Hari MNA Express Air MNA Wings Air Trigana Air
( Boeing 737 ) ( Boeing 737 ) ( Cassa 212 ) ( Dash 8 ) ( ATR 42 )
1. Senin Makassar (1x) - Buli (1x) Manado (2x) -
Manado (1x) Morotai (1x)
Kao (1x)
2 Selasa Makassar (2x) Makassar (1x) Buli (1x) Manado (2x) Buli (1x)
Sanana-Ambon (1x)
Labuha (1x)
Ambon (1x)
3. Rabu Makassar (1x) - Buli (1x) Manado (2x) Manado (1x)
Manado (1x) Labuha – Sanana (1x) Sanana (1x)
Lelilef/Weda (1x)
4. Kamis Makassar (1x) Makassar (1x) Gebe (1x) Manado (2x) Buli (1x)
Manado (1x) Buli (1x) Sanana-Ambon (1x)
Kao (1x) Ambon (1x)
5. Jumat Makassar (1x) - Buli (1x) Manado (2x) -
Galela – Morotai (1x)
6. Sabtu Makassar (1x) Makassar (1x) Buli (1x) Manado (2x) Manado (1x)
Manado (1x) Sanana-Ambon (1x) Sanana (1x)
Kao (1x) Labuha (1x)
7. Minggu Makassar (2x) Makassar (1x) Buli (1x) Manado (2x) Buli (1x)
Mangole/Fala (1x) Sanana-Ambon (1x)
Ambon (1x)
Jumlah Flight 13 x / Minggu 4 x / Minggu 17 x / Minggu 14 x / Minggu 15 x / Minggu
Sumber : Bandara Sultan Babullah Ternate - 2007, dan Hasil Analisa Data Lapangan 2007.
Catatan : Kapasitas Standart : Boeing 737 = 110 Seat, Foker 100 = 105 Seat, Dash 8 = 54 Seat, ATR 42 = 44 Seat, Cassa 212 = 20 Seat


III - 63
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Kelengkapan sarana dan prasarana di Bandar Udara Sultan Babullah ini dapat dikatakan masih belum
memadai, dimana sarana dan prasarana tersebut antara lain (1). Pelayanan Check In terdapat
sebanyak 4 counter pelayanan; (2). Areal parkir seluas 984 m2 yang memiliki kapasitas daya tampung
mobil sebanyak 64 mobil; (3). Aula keberangkatan seluas 138 m2; (4). Ruang tunggu keberangkatan
seluas 270 m2 dengan kapasitas tempat duduk 140 orang; (5). Ruang tunggu VIP seluas 800 m2
dengan kapasitas 80 orang; (6). Angkutan dari dan ke bandara menggunakan bus dan atau taksi,
dimana jumlah taksi yang melayani sejumlah 30 unit; (7). Satuan pengaman bandara tercatat sejumlah
18 orang; (8). Gedung FireStation dan Alat pemadam kebakaran sebanyak 3 unit yakni 1 unit Morita
Type II dalam kondisi rusak, 1 unit International Type III dalam kondisi rusak, 1 unit Rescue yang juga
dalam kondisi rusak, dan kendaraan PKP-PK Type III; (9). Apron dengan dimensi 180 x 60 meter; (10).
Rencana pembangunan taxiway dengan volume 25.869 m 2; (11). Rencana pembangunan apron
dengan volume 37.631 m2; (12). Rencana pembangunan terminal penumpang dengan volume 7.230
m2; (13). Sarana bandara berupa x-ray cabin, airfield lighting system / AFL, dan rotary mower. Lebih
jelasnya lihat Gambar III.12 mengenai suasana di Bandara Sultan Babullah. Kemudian untuk data
lalulintas angkutan udara dan produktifitas penumpang/barang lihat Tabel III.37 dan Grafik III.9 - III.12.

Gambar III.12. Suasana Bandara Sultan Babullah - Ternate

B. Bandar Udara di Kabupaten Halmahera Utara

Di Kabupaten Halmahera Utara terdapat 3 bandara yakni Bandara Gamar Malamo di Galela, Bandara
Kuabang di Kao dan Bandara Pitu di Daruba Pulau Morotai. Ketiga bandara tersebut memilik status
Bandara Kelas IV-Perintis.


III - 64
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel III.37. dan


grafik III.9 – III.12


III - 65
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Bandara Gamarmalamo berada di Galela yang berjarak 25 km dari Kota Tobelo Ibukota Kabupaten
Halmahera Utara. Fasilitas yang terdapat di bandara ini antara lain terdapat runway saat ini sepanjang
1.115 x 23 m, areal taxiway, apron, lapangan parkir, kantor bandara, gedung terminal penumpang,
gedung fire station, sarana x-ray bagasi, rotary mower, 1 unit kendaraan rescue car, 1 unit water tank
car kapasitas 5000 liter, mini vibrating roller multi system, dan 1 unit dump truck. Frekwensi
penerbangan dibandara ini 1 kali/minggu menggunakan pesawat Cassa 212 oleh Merpati Air Lines
dengan trayek Ternate – Galela – Morotai (PP).

Kemudian untuk Bandara Kuabang di Kao memiliki fasilitas bandara berupa runway dengan panjang
900 x 23 m, kantor bandara, taxyway, apron dan lapangan parkir. Trayek penerbangan pada tahun
2005 sebanyak 3 kali/minggu dengan rute Ternate–Kao (PP) dan ditambah pada tahun 2006 sebanyak
4 kali/minggu rute Kao-Manado menggunakan pesawat jenis Cassa 212 dan Twin Otter oleh Merpati Air
Lines, serta hingga akhir tahun 2007 ditambah rute Kao-Manado-Kao (PP) 1 kali/minggu menggunakan
pesawat ATR 42-300 oleh Trigana Air.

Bandara Pitu terletak di Daruba – Pulau Morotai, bandara ini merupakan bandara peninggalan sekutu,
bekas pangkalan militer utama dengan 7 runway yang masing – masing sepanjang 3.000 m dan untuk
kondisi sekarang yang dipakai hanya satu runway sepanjang 2.800 x 50 m. Sedikitnya Sekutu
menempatkan 3.000 pesawat tempur, pesawat angkut, dan pengebom serta pasukan sejumlah 63
batalyon tempur. Bandara ini juga mempunyai kapasitas base off penumpang sekitar 150 orang dan
kemampuan runway sampai 60.000 lbs. Untuk frekwensi penerbangan terdapat penerbangan untuk
kepentingan militer PAUM sebanyak 4 kali perbulan dengan Pesawat Hercules, Foker, CN, dan Boeing,
selain itu terdapat penerbangan sipil perintis sebanyak 2 kali/minggu dengan Pesawat jenis Cassa 212
oleh Merpati Air Lines.

Untuk arus barang dan berdasarkan perolehan data terakhir dan hasil analisa data interview lihat pada
Tabel III.38. Lihat juga kondisi Bandara di Kabupaten Halmahera Utara pada Gambar III.13 berikut ini.

Kondisi Terminal dan Bandara Kuabang - Kao

Kondisi Bandar Udara Pitu Saat Digunakan Tentara Jepang dan Sekutu

Kondisi Runway Bandar Udara Pitu Saat Ini

Gambar III.13. Kondisi Bandar Udara di Kabupaten Halmahera Utara


III - 66
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.38
Data Arus Barang dan Penumpang di Tiap Bandara
Di Kabupaten Halmahera Utara - Tahun 2005

No. Kegiatan Satuan Vol No. Kegiatan Satuan Vol No. Kegiatan Satuan Vol

Bandara Gamar Malamo - Galela Bandara Kuabang – Kao Bandara Pitu – Daruba

1. Barang 1. Barang 1. Barang


Bongkar Ton/Tahun 860 Bongkar Ton/Tahun 943 Bongkar Ton/Tahun 170
Muat Ton/Tahun 650 Muat Ton/Tahun 706 Muat Ton/Tahun 850
2. Penumpang 2. Penumpang 2. Penumpang
Datang Pnp/Tahun 170 Datang Pnp/Tahun 924 Datang Pnp/Tahun 650
Berangkat Pnp/Tahun 850 Berangkat Pnp/Tahun 1.232 Berangkat Pnp/Tahun 450
3. Jadwal Trip/tahun 48 3. Jadwal Trip/tahun 144 3. Jadwal Trip/tahun 48

Sumber : Dinas Perhubungan Propinsi Maluku Utara, 2007.


Merpati Air Lines, 2006 (Diolah, 2007).

C. Bandar Udara di Kabupaten Halmahera Timur


Di Kabupaten Halmahera Timur terdapat 1 bandara yakni Bandara Buli di Buli, bandara ini memilik
status Bandara Kelas IV-Perintis dengan fasilitas bandara landas pacu atau runway sepanjang 1.200 x
23 m, taxiway, apron, kantor bandara, lapangan parkir dan sarana x-ray bagasi. Frekwensi
penerbangan di bandara ini sebanyak 7 kali/minggu dengan menggunakan pesawat jenis Cassa 212
oleh Merpati Air Lines dan sebanyak 3 kali/minggu menggunakan pesawat jenis ATR 42 – 300 oleh
Maskapai Penerbangan Trigana Air, dimana keduanya melayani trayek Ternate – Buli (PP). Pengguna
jasa penerbangan ini sebagian besar adalah orang – orang yang terlibat secara langsung terhadap
kegiatan pertambangan di sekitar wilayah Desa Buli. Sarana angkutan udara yang telah beroperasi ini
dirasakan sangat membantu para konsumen, terutama pihak pemerintah daerah dalam melaksanakan
tugas kedinasan ke Ibukota Provinsi maupun urusan kedinasan ke pusat.

Untuk arus barang dan penumpang berdasarkan hasil olahan data lapangan dan interview, diketahui
bahwa dengan jumlah penerbangan sebanyak 480 kali/tahun, untuk jumlah penumpang yang berangkat
dari Bandara Buli sejumlah 7.968 penumpang/tahun dan yang datang sejumlah 9.552
penumpang/tahun. Sedangkan untuk jumlah barang yang dimuat sejumlah 31.827 ton/tahun dan
sejumlah 30.493 ton/tahun untuk barang yang di bongkar di Bandara Buli. Lihat Tabel III.39.

D. Bandar Udara di Kabupaten Halmahera Tengah

Untuk bandara yang terdapat di kabupaten halmahera tengah terdapat sebanyak 2 bandara, yakni
Bandara Weda di di Desa Lelilef dan Bandara Gebe di Pulau Gebe. Kedua bandara tersebut memilik
status Bandara Perintis dan dikelola oleh Pemerintah Daerah bersama Perusahaan Tambang.


III - 67
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.39
Data Arus Barang dan Penumpang di Tiap Bandara
Di Kabupaten Halmahera Timur - Tahun 2006

No. Kegiatan Satuan Volume

Bandara Buli – Buli


1. Barang
Bongkar Ton/Tahun 30.493
Muat Ton/Tahun 31.827
2. Penumpang
Datang Pnp/Tahun 9.552
Berangkat Pnp/Tahun 7.968
3. Jadwal Trip/tahun 480
Sumber : Hasil Olahan Data Lapangan dan Interview, 2007.

Kedua bandara tersebut kebanyakan dipergunakan untuk kepentingan misionaris milik Yayasan Misi
Masyarakat Perkampungan (YMPP Suku Terasing), dan kegiatan pertambangan di Pulau Gebe
(bandara ini dapat dikembangkan sebagai bandara pelayanan perintis atau kelas yang lebih tinggi).

Bandara Weda yang tepatnya berada di Desa Lelilef berjarak kurang lebih 32 km dari Kota Weda
Ibukota Kabupaten Halmahera Tengah, memiliki panjang Runway saat ini sepanjang 850 x 23 m.
Sedangkan untuk Bandara Gebe yang tepatnya berada di Pulau Gebe Kabupaten Halmahera Tengah,
memiliki panjang Runway saat ini sepanjang 900 x 23 m. Kedua bandara ini memiliki frekwensi
penerbangan masing-masing sebanyak 1 kali/minggu dengan menggunakan pesawat jenis Cassa 212
oleh maskapai penerbangan Merpati Air Lines dengan rute Ternate – Weda (PP) dan Ternate - Gebe.

Untuk arus barang dan penumpang berdasarkan hasil olahan data lapangan dan interview dapat dilihat
pada Tabel III.40.

Tabel III.40
Data Arus Barang dan Penumpang di Tiap Bandara
Di Kabupaten Halmahera Tengah - Tahun 2006

No. Kegiatan Satuan Vol No. Kegiatan Satuan Vol

Bandara Lelilef – Weda Bandara Gebe – P. Gebe


1. Barang 1. Barang
Bongkar Ton/Tahun 737 Bongkar Ton/Tahun 842
Muat Ton/Tahun 427 Muat Ton/Tahun 620
2. Penumpang 2. Penumpang
Datang Pnp/Tahun 576 Datang Pnp/Tahun 672
Berangkat Pnp/Tahun 432 Berangkat Pnp/Tahun 384
3. Jadwal Trip/tahun 48 3. Jadwal Trip/tahun 48
Sumber : Hasil Olahan Data Lapangan dan Interview, 2007.


III - 68
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

E. Bandar Udara di Kabupaten Halmahera Selatan

Di Kabupaten Halmahera Selatan terdapat 1 buah bandara, yakni Bandara Usaman Sadik yang
merupakan Bandara Kelas IV dengan panjang runway 1.250 x 23 meter. Selain fasilitas
runway/landasan pacu, terdapat beberapa fasilitas penunjang penerbangan antara lain gedung kantor
bandara, lahan parkir, apron, taxiway dan lainnya. Frekwensi penerbangan pada bandara ini pada tahun
2006 sebanyak 1 kali/minggu yakni pada tiap hari rabu dengan menggunakan pesawat jenis Cassa 212
oleh Maskapai Penerbangan Merpati Air Lines pada trayek Ternate – Labuha – Sanana (PP). Pada
akhir tahun 2007 dikembangkan rute penerbangan Ternate – Labuha (PP) dengan frekwensi
penerbangan sebanyak 2 kali/minggu menggunakan pesawat jenis ATR 42 – 300 oleh maskapai
penerbangan Trigana Air.

Untuk arus barang dan penumpang berdasarkan perolehan data terakhir tahun 2005 dapat dilihat pada
Tabel III.41. Lihat juga mengenai ilustrasi kondisi Bandara Usaman Sadik pada Gambar III.14.

Tabel III.41
Data Arus Barang dan Penumpang di Bandara
Di Kabupaten Halmahera Selatan – Tahun 2005

No. Kegiatan Satuan Volume

Bandara Usaman Sadik – Labuha


1. Barang
Bongkar Ton/Tahun 850
Muat Ton/Tahun 630
2. Penumpang
Datang Pnp/Tahun 860
Berangkat Pnp/Tahun 496
3. Jadwal Trip/tahun 48
Sumber : Dinas Perhubungan Propinsi Maluku Utara, 2007

Kondisi Landasan / Runway Kondisi Bangunan Kantor Bandara

Gambar III.14. Kondisi Bandar Udara Usaman Sadik - Labuha

F. Bandar Udara di Kabupaten Kepulauan Sula

Jaringan transportasi udara merupakan alternatif sarana transportasi setelah transportasi laut di
Kabupaten Kepulauan Sula untuk mendukung pergerakan antar kabupaten dan pergerakan antar
wilayah tang belum terjangkau oleh jalur darat dan laut.


III - 69
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Saat ini di Kabupaten Kepulauan Sula terdapat 3 bandara, antara lain 2 bandara perintis dengan jadwal
penerbangan reguler yakni Bandara Emalamo di Sanana Pulau Sulabesi dan Bandara Mangoli di
Falabisahaya Pulau Mangoli, serta 1 bandara yang belum mempunyai jadwal penerbangan reguler
(non-reguler) yakni Bandara Bobong di Bobong Pulau Taliabu.

Bandara Emalamo yang terletak di Kota Sanana Pulau Sulabesi merupakan Bandar Udara Kelas IV –
Perintis, bandara ini memiliki fasilitas antara lain landasan pacu/runway dengan dimensi 1.050 x 23 m
dengan surface berupa aspal, lapangan parkir, taxiway seluas 75 x 15 m, apron seluas 60 x 40 m,
fasilitas terminal penumpang tersedia seluas 440 m2, terdapat sarana X-ray bagasi, alat navigasi udara
terdapat 1 unit dengan kondisi yang rusak, visual aid berupa wind sock sejumlah 1 unit dan peralatan
pemadam kebakaran jenis DP sejumlah 2 unit.

Untuk frekwensi penerbangan di Bandara Emalamo Sanana pada tahun 2006 yang terjadwal sebanyak
4 kali/minggu antara lain rute : Ternate – Labuha – Sanana (PP) dengan menggunakan Pesawat Cassa
212 (kapasitas 20 seat) oleh Maskapai Merpati Nusantara Air Lines, dan rute : Ternate – Sanana –
Ambon (PP) dengan menggunakan Pesawat Jenis ATR 42 (kapasitas 44 seat) oleh Maskapai
Penerbangan Trigana Air. Sedangkan hingga pada akhir tahun 2007, frekwensi penerbangan pada
bandara ini sebanyak 7 kali/minggu, yakni : sejumlah 2 kali/minggu dengan menggunakan pesawat
jenis cassa 212 oleh Maskapai Merpati Nusantara Air Lines dengan rute : Ternate – Labuha – Sanana
(PP) dan Ternate – Sanana – Ambon (PP), serta sebanyak 5 kali/minggu dengan menggunakan
Pesawat Jenis ATR 42 oleh Maskapai Penerbangan Trigana Air dengan rute : Ternate – Sanana –
Ambon (PP) sebanyak 3 kali/minggu dan Ternate – Sanana (PP) sebanyak 2 kali/minggu.

Lebih jelasnya mengenai arus lalulintas pesawat penumpang dan bagasi di Bandara Emalamo dari
tahun 2004 - 2006 dapat dilihat pada Tabel III.42 dan Grafik III.13 dan III.14.

Tabel III.42.
Arus Lalulintas Angkutan Udara Di Bandara Emalamo - Sanana
Kabupaten Kepulauan Sula, Tahun 2004 - 2006

Pesawat Bagasi Penumpang


No Tahun
Bongkar Muat Datang Berangkat Transit
Datang Berangkat
(Kg/tahun) (Kg/Tahun) (Orang) (Orang) (Orang)

1 2004 113 113 9.621 1.581 1.514 1.736 -

2 2005 125 125 10.560 1.735 1.533 1.626 -

3 2006 247 247 34.599 32.129 4.062 4.441 1.710

Sumber : Kantor Bandara Sanana, 2007


III - 70
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Grafik III.13. Arus Bongkar Muat Bagasi di Bandara Emalamo Grafik III.14. Arus Penumpang di Bandara Emalamo

Kemudian untuk Bandara Mangoli yang terletak di Falabisahaya Pulau Mangoli Kabupaten Kepulauan
Sula, merupakan bandara udara perintis yang memiliki fasilitas berupa landasan pacu atau runway
dengan dimensi 1.100 x 23 m, lapangan parkir dan kantor bandara. Untuk frekwensi penerbangan pada
bandara ini hanya terdapat 1 kali/minggu dengan rute penerbangan Ternate – Mangoli/Fala (PP)
dengan menggunakan Pesawat Jenis Cassa 212 oleh Maskapai Penerbangan Merpati Air Lines.

Bandara Bobong, bandara ini terletak di Kota Bobong yang berada di Pulau Taliabu Kabuapten
Kepulauan Sula. Bandara ini memiliki fasilitas bandara berupa landasan pacu atau runway dengan
dimensi 900 x 23 m dan memiliki surface landasan berupa penetrasi. Bandara ini hanya digunakan
untuk kunjungan-kunjungan tertentu seperti perjalanan dinas dan masih belum digunakan untuk
penerbangan komersial perintis sehingga tidak memiliki jadwal yang tetap (non-reguler). Lebih jelasnya
mengenai arus lalulintas pesawat penumpang/barang di Bandara Mangoli lihat Tabel III.43.

Tabel III.43
Data Arus Barang dan Penumpang di Bandara Mangoli/Fala dan Bobong
Kabupaten Kepulauan Sula - Tahun 2006

No. Kegiatan Satuan Vol No. Kegiatan Satuan Vol

Bandara Mangoli – Falabisahaya Bandara Bobong – P. Taliabu


1. Barang 1. Barang
Bongkar Ton/Tahun 576 Bongkar Ton/Tahun -
Muat Ton/Tahun 605 Muat Ton/Tahun -
2. Penumpang 2. Penumpang
Datang Pnp/Tahun 336 Datang Pnp/Tahun -
Berangkat Pnp/Tahun 240 Berangkat Pnp/Tahun -
3. Jadwal Trip/tahun 48 3. Jadwal Trip/tahun -
Sumber : Hasil Olahan Data Lapangan dan Interview, 2007.

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi transportasi udara baik mengenai persebaran bandara dan rute
penerbangannya secara keseluruhan di Propinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Peta III.6.


III - 71
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat peta 3.6. sebaran bandara


III - 72
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

III.3. ZONA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

Dilihat dari kondisi wilayah Propinsi Maluku Utara yang terdiri dari wilayah kepulauan, serta struktur
ruang yang dibentuk dalam usaha pengembangan wilayah juga dibagi kedalam gugusan kepulauan, maka
pergerakan yang terjadi secara alami akan berada antar dan intra gugusan pulau tersebut. Maka dalam
hubungannya dengan pengembangan transportasi di wilayah Propinsi Maluku Utara digunakan zona
pengembangan kawasan transportasi dengan ketentuan yang mengacu kepada :

1. Batasan Administrasi Wilayah Kabupaten/Kota, zona ditentukan batasannya berdasarkan wilayah


administrasi kota/kabupaten, hal ini disebabkan dengan adanya koordinasi antara ibukota kabupaten
dan daerah hinterlandnya dapat memacu pengembangan transportasi dalam wilayah tersebut secara
berkelanjutan.
2. Gugusan Kepulauan, selain berdasarkan batasan administrasi wilayah diatas, zona juga dibagi
berdasarkan gugus pulau yang berdekatan dan memiliki potensi pergerakan yang cukup kuat.
3. Jenjang / Orde Kota, dengan memperhatikan jenjang dan orde kota yang ada maka zona-zona
transportasi nantinya dapat memberikan gambaran yang jelas bagi pergerakan antara orde kota yang
tinggi hingga orde kota yang rendah/dibawahnya, sehingga pengembangan transportasi yang ada
nantinya diharapkan dapat seiring dengan perkembangan wilayah dalam konteks tata ruang wilayah.
4. Untuk pusat zonanya digunakan dua acuan yakni mengacu pada orde kota tertinggi dan keberadaan
pelabuhan/bandar udara, hal ini disebabkan kecenderungan pergerakan terbesar berasal dari orde kota
tertinggi ke orde kota terendah serta pada wilayah kepulauan dominasi pergerakan adalah melalui jalur
laut dan atau udara, sehingga pelabuhan/bandara utama yang ada dalam zona tersebut dapat dijadikan
pusat zona pengembangan.

Secara keseluruhan, Zona Pengembangan Transportasi (ZPT) di Propinsi Maluku Utara adalah :

1. Zona Pengembangan Transportasi I – Kota Ternate ( Ternate )


Zona ini terdiri dari Pulau Ternate, Pulau Moti, Pulau Mayau, dan Pulau Tafure. Dimana untuk pusat
zona berada di Kota Ternate pada pengembangan Pelabuhan Ahmad Yani dan Bandara Sultan
Babullah.

2. Zona Pengembangan Transportasi II – Kota Soasio ( Tidore Kepulauan I )


Zona Kedua ini dibatasi hanya pada Wilayah Administrasi Kota Tidore Kepulauan tepatnya pada Pulau
Tidore dan sekitarnya diluar wilayah administrasi Kota Tidore Kepulauan yang berada di Daratan Pulau
Halmahera, dimana pusat zona berada di Kota Soasio.

3. Zona Pengembangan Transportasi III – Kota Sofifi ( Tidore Kepulauan II )


Zona ini dibatasi pada kawasan Kota Sofifi dan sekitarnya dalam batasan wilayah administrasi Kota
Tidore Kepulauan yang berada di Pulau Halmahera. Zona Kota Sofifi ini dipisahkan dengan Zona Kota


III - 73
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tidore Kepulauan dengan mempertimbangkan adanya penetapan pengembangan Ibukota Propinsi


Maluku Utara di Kota Sofifi.

4. Zona Pengembangan Transportasi IV – Kota Tobelo ( Halmahera Utara I )


Untuk zona ini meliputi wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Utara secara keseluruhan kecuali
Pulau Morotai yang dibagi kedalam zona tersendiri. Untuk pusat zonanya berada di Kota Tobelo.

5. Zona Pengembangan Transportasi V – Pulau Morotai ( Halmahera Utara II )


Zona Pulau Morotai ini dipisahkan dengan Zona Tobelo / Halmahera Utara dengan maksud untuk lebih
meningkatkan pengembangan transportasi pada wilayah tersebut, dimana berdasarkan arahan
pengembangan wilayah di Propinsi Maluku Utara, Pulau Morotai ini merupakan kawasan khusus yang
diarahkan untuk pengembangan Kawasan Transmigrasi Mandiri/KTM, selain itu Pulau Morotai juga
merupakan pulau terluar di Indonesia Bagian Timur yang berbatasan negara dengan Palau/Philipina.

6. Zona Pengembangan Transportasi VI – Kota Jailolo ( Halmahera Barat )


Zona ini memiliki batasan dalam wilayah Administrasi Kabupaten Halmahera Barat yang terdiri dari Kota
Jailolo, Sidangoli, Goal, Ibu, Kedi, Loloda dan lainnya. Untuk pusat zonanya berada di Kota Jailolo.

7. Zona Pengembangan Transportasi VII – Kota Weda ( Halmahera Tengah )


zona ini memiliki batasan dalam wilayah Administrasi Kabupaten Halmahera Tengah secara
keseluruhan termasuk Pulau Gebe yang merupakan salah satu kota fungsi khusus di Propinsi Maluku
Utara. Untuk pusat zonanya berada di Kota Weda.

8. Zona Pengembangan Transportasi VIII – Kota Maba ( Halmahera Timur )


Untuk Zona VIII ini memiliki batasan dalam wilayah Administrasi Kabupaten Halmahera Timur dengan
pusat zonanya berada di Kota Maba.

9. Zona Pengembangan Transportasi IX – Pulau Bacan ( Halmahera Selatan I )


Untuk zonasi Pulau Bacan ini memiliki batasan wilayah didalam Administrasi Wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan yang dibatasi pada Gugusan Pulau Bacan, Obit, Mandioli, Kaputusan, Kasiruta,
Muari, Taneti, Laluin, Kayoa, Makian, dan pulau-pulau lain disekitarnya. Untuk pusat zonanya berada di
Kota Labuha.

10. Zona Pengembangan Transportasi X – Kota Saketa ( Halmahera Selatan II )


Zona ini berada di Wilayah Administrasi Kabupaten Halmahera Selatan tepatnya di daratan Pulau
Halmahera dan gugusan pulau disekitarnya seperti Pulau Yoruga, Damar, dan Muiljk. Untuk pusat zona
berada pada Kota Saketa.

11. Zona Pengembangan Transportasi XI – Pulau Obi ( Halmahera Selatan III )


Zona ini berada di Wilayah Adminitrasi Kabupaten Halmahera Selatan yang terdiri dari Gugusan Pulau
Obi, Tobalai, Gomumu, Obi Latu,Tapat dan Bisa. Untuk pusat zonanya ditempatkan pada Kota Lewui.


III - 74
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

12. Zona Pengembangan Transportasi XII – Pulau Sulabesi ( Kepulauan Sula I )


Kemudian untuk zona Pulau Sulabesi ini berada di Wilayah Adminitrasi Kabupaten Kepulaun Sula,
dimana untuk pusat zonanya berada di Kota Sanana.

13. Zona Pengembangan Transportasi XIII – Pulau Mangole ( Kepulauan Sula II )


Zona Pulau Mangole berada di Wilayah Adminitrasi Kabupaten Kepulauan Sula dengan pusat zona
pengembangan transportasi pada Kota Falabisahaya.

14. Zona Pengembangan Transportasi XIV – Pulau Taliabu ( Kepulauan Sula III )
Zona Pengembangan Transportasi Pulau Taliabu ini berada pada Wilayah Administrasi Kabupaten
Kepulauan Sula dengan Pusat Zonanya berada di Kota Bobong.

Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian Zona Pengembangan Transportasi Di Propinsi Maluku Utara ini
dapat dilihat pada Peta III.7.

III.4. BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN

Bangkitan dan tarikan pergerakan dibedakan untuk pergerakan orang dan barang. Bangkitan
pergerakan merupakan seluruh pergerakan yang dihasilkan/diproduksi dan berasal dari suatu zona tertentu.
Sedangkan tarikan pergerakan merupakan jumlah seluruh pergerakan yang tertarik/menuju ke suatu zona
tertentu. Besarnya bangkitan/tarikan pergerakan ini sangat dipengaruhi oleh tataguna lahan, karakteristik
penduduk dan sistem transportasi yang tersedia.

Pengamatan bangkitan dan tarikan pergerakan dilakukan dengan pengamatan lapangan oleh team
konsultan Review Tatrawil tahun 2007 pada 14 Zona (ZPT) di Propinsi Maluku Utara.

III.4.1. BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN ORANG EKSISTING

Jumlah total pengamatan bangkitan dan tarikan pergerakan orang di Propinsi Maluku Utara antar
pembagian Zona Pengembangan Transportasi adalah sebesar 204.488 orang/tahun.

Dimana berdasarkan hasil pengamatan diketahui bangkitan perjalanan orang terbesar terjadi pada
ZPT II yakni Zona Tidore Kepulauan Tidore I dengan Pusat Zona Kota Soasio sebesar 33.977 orang/tahun
dengan tujuan terbesar ke ZPT III yakni Zona Tidore Kepulauan II dengan Pusat Zona Kota Sofifi sebesar
8.651 orang/tahun. Kemudian disusul tujuan ke ZPT I yakni Zona Ternate sebesar 5.007 orang/tahun.
Sedangkan untuk tujuan terendah dari bangkitan tersebut terjadi pada ZPT XI yakni Zona Halmahera Selatan
III dengan Pusat Zona Kota Lewui/Pulau Obi sebesar 286 orang/tahun. Kemudian untuk bangkitan terendah
diketahui terjadi pada ZPT VIII yakni Zona Halmahera Timur dengan Pusat Zona Kota Maba yakni sebesar
5.120 orang/tahun dengan tujuan terbesar pada ZPT I Kota Ternate sebesar 1.110 orang/tahun dan tujuan
terendah pada ZPT XI Zona Halmahera Selatan III dengan Pusat Zona Kota Lewui sebesar 63 orang/tahun.


III - 75
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat peta 3.7.Zona pengembangan transportasi


III - 76
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Kemudian untuk tarikan perjalanan orang terbesar di Propinsi Maluku Utara terjadi pada ZPT I yakni
Zona Kota Ternate dengan jumlah 27.691 orang/tahun dengan asal pergerakan terbesar dari ZPT II yakni
Zona Tidore Kepulauan I dengan Pusat Zona Kota Soasio sebesar 5.007 orang/tahun dan untuk asal
pergerakan terendah dari ZPT XI yakni Zona Halmahera Selatan III dengan Pusat Zona Kota Lewui/Pulau
Obi sebesar 401 orang/tahun.

Sedangkan untuk tarikan perjalanan orang terendah terjadi pada ZPT XI yakni Zona Halmahera
Selatan III dengan Pusat Zona Kota Lewui/Pulau Obi sebesar 3.848 orang/tahun dengan asal pergerakan
orang terbesar dari ZPT IX yakni Zona Halmahera Selatan I dengan Pusat Zona Kota Labuha/Pulau Bacan
sebesar 1.461 orang/tahun, sedangkan untuk asal pergerakan orang terendah terjadi dari ZPT XIV yakni
Zona Kepulauan Sula III dengan Pusat Zona Kota Bobong/Pulau Taliabu sejumlah 56 orang/tahun.

Secara keseluruhan untuk klasifikasi besarnya bangkitan dan tarikan pergerakan orang di Propinsi
Maluku Utara berdasarkan Zona Pengembangan Transportasi dapat dikelompokan kedalam 5 Klas
Pergerakan Orang, yakni :

1. Klas I = 6.936 – 8.655 orang/tahun  Pergerakan Orang Sangat Kuat


Yang termasuk dalam kelas ini antara lain (asal – tujuan) :
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT III Tidore Kepulauan II (Pusat Sofifi).
ZPT III Tidore Kepulauan II (Pusat Sofifi) – ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio).

2. Klas II = 5.216 – 6.935 orang/tahun  Pergerakan Orang Kuat


Yang termasuk dalam kelas ini antara lain (asal – tujuan) :
ZPT I Kota Ternate – ZPT VII Hamahera Tengah (Pusat Weda).

3. Klas III = 3.496 – 5.215 orang/tahun  Pergerakan Orang Sedang


Yang termasuk dalam kelas ini antara lain (asal – tujuan) :
ZPT I Kota Ternate – ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio).
ZPT I Kota Ternate – ZPT VI Halmahera Barat (Pusat Jailolo).
ZPT I Kota Ternate – ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha).
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT I Kota Ternate.
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda).
ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo) – ZPT V Halmahera Utara II (Pusat Daruba).
ZPT VII Hamahera Tengah (Pusat Weda) – ZPT I Kota Ternate.

4. Klas IV = 1.776 – 3.495 orang/tahun  Pergerakan Orang Lemah


Yang termasuk dalam kelas ini antara lain (asal – tujuan) :
ZPT I Kota Ternate – ZPT III Tidore Kepulauan II (Pusat Sofifi).
ZPT I Kota Ternate – ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo).
ZPT I Kota Ternate – ZPT VIII Halmahera Timur (Pusat Maba).


III - 77
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT VI Halmahera Barat (Pusat Jailolo).
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha).
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT XII Kepulauan Sula I (Pusat Sanana).
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT XIII Kepulauan Sula II (Pusat Fala).
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT XIV Kepulauan Sula III (Pusat Bobong).
ZPT III Tidore Kepulauan II (Pusat Sofifi) – ZPT I Kota Ternate.
ZPT III Tidore Kepulauan II (Pusat Sofifi) – ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda).
ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo) – ZPT I Kota Ternate.
ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo) – ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda).
ZPT V Halmahera Utara II (Pusat Daruba) – ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo).
ZPT VI Halmahera Barat (Pusat Jailolo) – ZPT I Kota Ternate.
ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda) – ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio).
ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda) – ZPT VI Halmahera Barat (Pusat Jailolo).
ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda) – ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha).
ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha) – ZPT I Kota Ternate.
ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha) – ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda).

5. Klas V = 56 – 1.775 orang/tahun  Pergerakan Orang Sangat Lemah


Yang termasuk dalam kelas ini (asal – tujuan) adalah semua pergerakan orang dari zona-zona
pengembangan transportasi di Propinsi Maluku Utara yang tidak termasuk dalam Klas I hingga IV.

Untuk lebih jelasnya mengenai besarnya bangkitan – tarikan pergerakan orang/tahun di Propinsi Maluku
Utara antar Zona Pengembangan Transportasi (ZPT) yang disajikan dalam matrik asal - tujuan pergerakan
orang eksisting dapat dilihat pada Tabel III.44 dan diilustrasikan dalam Peta III.8.

Bila ditinjau berdasarkan batas wilayah administrasi kabupaten dan kota, maka untuk jumlah
pergerakan orang terbesar berasal dari Kota Tidore Kepulauan yakni sebesar 55.541 orang/tahun, disusul
dari Kota Ternate sebesar 33.201 orang/tahun. Sedangkan untuk pergerakan terendah berasal dari
Kabupaten Halmahera Timur sejumlah 5.120 orang/tahun. Kemudian untuk tujuan pergerakan orang terbesar
juga terjadi di Kota Tidore Kepulauan sebesar 42.579 orang/tahun dan disusul dengan tujuan ke Kabupaten
Kepulauan Sula sejumlah 33.444 orang/tahun. Sedangkan untuk pergerakan orang terendah bertujuan ke
Kabupaten Halmahera Timur sejumlah 8.887 orang/tahun.

Untuk lebih jelasnya mengenai besarnya bangkitan – tarikan pergerakan orang/tahun berdasarkan wilayah
administrasi kota dan kabupaten di Propinsi Maluku Utara dapat dilihat di Tabel III.45. dan Peta III.9 – III.10.


III - 78
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel III.44 matrik Matrik Asal Tujuan Perjalanan Orang Eksisting – 2007 Zona (Orang/Tahun)


III - 79
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta III.8. Desire line PergerakanOrang antar ZPT di Propinsi Maluku Utara


III - 80
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel III.45 Jumlah Pergerakan Asal -Tujuan Perjalanan Orang Eksisting – 2007 Kab
(Orang/Tahun)


III - 81
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta III.9.Klasifikasi Asal Pergerakan Orang antar Kota/Kabupaten


III - 82
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta III.10. Klasifikasi Tujuan Pergerakan Orang antar Kota/Kabupaten


III - 83
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

III.4.2. BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN BARANG EKSISTING

Untuk jumlah total pengamatan bangkitan dan tarikan pergerakan barang di Propinsi Maluku Utara
antar Zona Pengembangan Transportasi adalah sebesar 634.594 ton/tahun.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bangkitan pergerakan barang terbesar terjadi pada ZPT VII
yakni Zona Halmahera Tengah dengan Pusat Zona Kota Weda sebesar 81.936 ton/tahun dengan tujuan
terbesar ke ZPT I yakni Zona Kota Ternate sebesar 17.561 ton/tahun. Sedangkan untuk tujuan terendah dari
bangkitan tersebut terjadi pada ZPT XI yakni Zona Halmahera Selatan III dengan Pusat Zona Kota
Lewui/Pulau Obi sebesar 1.432 ton/tahun. Kemudian untuk bangkitan terendah diketahui terjadi pada ZPT
VIII yakni Zona Halmahera Timur dengan Pusat Zona Kota Maba yakni sebesar 13.867 ton/tahun dengan
tujuan terbesar pada ZPT VII Zona Halmahera Tengah sebesar 2.695 ton/tahun dan tujuan terendah pada
ZPT XI yakni Zona Halmahera Selatan III dengan Pusat Zona Kota Lewui/Pulau Obi sebesar 202 ton/tahun.

Untuk tarikan pergerakan barang terbesar di Propinsi Maluku Utara terjadi pada ZPT VII Zona
Halmahera Tengah sebesar 86.307 ton/tahun dengan asal pergerakan terbesar dari ZPT I yakni Zona Kota
Ternate sebesar 17.782 ton/tahun dan untuk asal pergerakan terendah dari ZPT XI yakni Zona Halmahera
Selatan III dengan Pusat Zona Kota Lewui/Pulau Obi sebesar 1.689 ton/tahun. Sedangkan untuk tarikan
pergerakan barang terendah terjadi pada ZPT VIII yakni Zona Halmahera Timur dengan Pusat Zona Kota
Maba sebesar 14.799 ton/tahun dengan asal pergerakan barang terbesar dari ZPT VII Zona Halmahera
Tengah sebesar 2.761 ton/tahun, sedangkan untuk asal pergerakan orang terendah terjadi dari ZPT XI yakni
Zona Halmahera Selatan III sejumlah 244 ton/tahun.

Secara keseluruhan untuk klasaifikasi besarnya bangkitan dan tarikan pergerakan barang di Propinsi
Maluku Utara berdasarkan Zona Pengembangan Transportasi dapat dikelompokan kedalam 5 Klas
Pergerakan Barang, yakni :

1. Klas I = 15.028 – 18.734 ton/tahun  Pergerakan Barang Sangat Kuat


Yang termasuk dalam kelas ini antara lain (asal – tujuan) :
ZPT I Kota Ternate – ZPT VII Hamahera Tengah (Pusat Weda).
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT III Tidore Kepulauan II (Pusat Sofifi).
ZPT III Tidore Kepulauan II (Pusat Sofifi) – ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio).
ZPT VII Hamahera Tengah (Pusat Weda) – ZPT I Kota Ternate.

2. Klas II = 11.322 – 15.027 ton/tahun  PergerakanBarang Kuat


Yang termasuk dalam kelas ini antara lain (asal – tujuan) :
ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo) – ZPT V Halmahera Utara II (Pusat Daruba).
ZPT V Halmahera Utara II (Pusat Daruba) – ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo).
ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha) – ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda).


III - 84
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

3. Klas III = 7.615 – 11.321 ton/tahun  Pergerakan Barang Sedang


Yang termasuk dalam kelas ini antara lain (asal – tujuan) :
ZPT I Kota Ternate – ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio).
ZPT I Kota Ternate – ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo).
ZPT I Kota Ternate – ZPT VI Halmahera Barat (Pusat Jailolo).
ZPT I Kota Ternate – ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha).
ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo) – ZPT I Kota Ternate.
ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo) – ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda).
ZPT VI Halmahera Barat (Pusat Jailolo) – ZPT I Kota Ternate.
ZPT VI Halmahera Barat (Pusat Jailolo) – ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda).
ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda) – ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio).
ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda) – ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo).
ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda) – ZPT VI Halmahera Barat (Pusat Jailolo).
ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda) – ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha).

4. Klas IV = 3.909 – 7.614 ton/tahun  Pergerakan Barang Lemah


Yang termasuk dalam kelas ini antara lain (asal – tujuan) :
ZPT I Kota Ternate – ZPT III Tidore Kepulauan II (Pusat Sofifi).
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT I Kota Ternate.
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT VII Halmahera Tengah (Pusat Weda).
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha).
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT XII Kepulauan Sula I (Pusat Sanana).
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT XIII Kepulauan Sula II (Pusat Fala).
ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio) – ZPT XIV Kepulauan Sula III (Pusat Bobong).
ZPT III Tidore Kepulauan II (Pusat Sofifi) – ZPT I Kota Ternate.
ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo) – ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio).
ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo) – ZPT VI Halmahera Barat (Pusat Jailolo)
ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo) – ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha).
ZPT V Halmahera Utara II (Pusat Daruba) – ZPT I Kota Ternate.
ZPT V Halmahera Utara II (Pusat Daruba) – ZPT VII Hamahera Tengah (Pusat Weda)
ZPT VI Halmahera Barat (Pusat Jailolo) – ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo)
ZPT VI Halmahera Barat (Pusat Jailolo) – ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha).
ZPT VII Hamahera Tengah (Pusat Weda) – ZPT III Tidore Kepulauan II (Pusat Sofifi)
ZPT VII Hamahera Tengah (Pusat Weda) – ZPT XII Kepulauan Sula I (Pusat Sanana).
ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha) – ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio)
ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha) – ZPT III Tidore Kepulauan II (Pusat Sofifi)
ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha) – ZPT IV Halmahera Utara I (Pusat Tobelo)


III - 85
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha) – ZPT VI Halmahera Barat (Pusat Jailolo)
ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha) – ZPT X Halmahera Selatan II (Pusat Saketa)
ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha) – ZPT XI Halmahera Selatan III (Pusat Lewui)
ZPT X Halmahera Selatan II (Pusat Saketa) – ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha)
ZPT XI Halmahera Selatan III (Pusat Lewui) – ZPT IX Halmahera Selatan I (Pusat Labuha)
ZPT XII Kepulauan Sula I (Pusat Sanana) – ZPT I Kota Ternate.
ZPT XII Kepulauan Sula I (Pusat Sanana) – ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio).
ZPT XII Kepulauan Sula I (Pusat Sanana) – ZPT VII Hamahera Tengah (Pusat Weda)
ZPT XII Kepulauan Sula I (Pusat Sanana) – ZPT XIII Kepulauan Sula II (Pusat Fala).
ZPT XII Kepulauan Sula I (Pusat Sanana) – ZPT XIV Kepulauan Sula III (Pusat Bobong).
ZPT XIII Kepulauan Sula II (Pusat Fala) – ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio).
ZPT XIII Kepulauan Sula II (Pusat Fala) – ZPT VII Hamahera Tengah (Pusat Weda).
ZPT XIII Kepulauan Sula II (Pusat Fala) – ZPT XII Kepulauan Sula I (Pusat Sanana).
ZPT XIII Kepulauan Sula II (Pusat Fala) – ZPT XIV Kepulauan Sula III (Pusat Bobong).
ZPT XIV Kepulauan Sula III (Pusat Bobong) – ZPT II Tidore Kepulauan I (Pusat Soasio).
ZPT XIV Kepulauan Sula III (Pusat Bobong) – ZPT VII Hamahera Tengah (Pusat Weda).
ZPT XIV Kepulauan Sula III (Pusat Bobong) – ZPT XII Kepulauan Sula I (Pusat Sanana).
ZPT XIV Kepulauan Sula III (Pusat Bobong) – ZPT XIII Kepulauan Sula II (Pusat Fala).

5. Klas V = 202 – 3.908 ton/tahun  Pergerakan Barang Sangat Lemah


Yang termasuk dalam kelas ini (asal – tujuan) adalah semua pergerakan barang dari zona-zona
pengembangan transportasi (ZPT) di Propinsi Maluku Utara yang tidak termasuk dalam Klas I hingga
Klas IV.

Lebih jelasnya mengenai besarnya bangkitan – tarikan pergerakan barang/tahun di Propinsi Maluku Utara
antar Zona Pengembangan Transportasi (ZPT) yang disajikan dalam matrik asal - tujuan pergerakan barang
eksisting dapat dilihat pada Tabel III.46 dan diilustrasikan dalam Peta III.11.

Bila ditinjau berdasarkan batas wilayah administrasi kabupaten dan kota, maka untuk jumlah
pergerakan barang terbesar berasal dari Kabupaten Halmahera Selatan yakni sebesar 110.624 ton/tahun,
disusul dari Kota Tidore Kepulauan sebesar 100.307 ton/tahun. Sedangkan untuk pergerakan terendah
berasal dari Kabupaten Halmahera Timur sejumlah 13.867 ton/tahun. Kemudian untuk tujuan pergerakan
barang terbesar terjadi ke Kota Tidore Kepulauan sebesar 117.092 ton/tahun dan disusul dengan tujuan ke
Kabupaten Kepulauan Sula sejumlah 104.4301 ton/tahun. Sedangkan untuk pergerakan barang terendah
bertujuan ke Kabupaten Halmahera Timur sejumlah 14.799 ton/tahun.

Untuk lebih jelasnya mengenai besarnya bangkitan – tarikan pergerakan barang/tahun berdasarkan wilayah
administrasi kota dan kabupaten di Propinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel III.47. dan Peta III.12
hingga Peta III.13.


III - 86
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel III.46 Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Eksisting – 2007 (Ton/Tahun)


III - 87
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta III.11. Desire line Pergerakan Barang antar ZPT di Propinsi Maluku Utara


III - 88
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel III.47 Jumlah Pergerakan Asal Tujuan Barang Eksisting – 2007 (ton/Tahun)


III - 89
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta III.12. Klasifikasi Asal Pergerakan Barang antar Kota/Kabupaten


III - 90
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta III.13. Klasifikasi Tujuan Pergerakan Barang antar Kota/Kabupaten


III - 91
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

III.5. MODA UNGGULAN EKSISTING

Moda unggulan merupakan moda yang paling banyak dipakai pada kondisi eksisting dalam peralanan
melalui darat, laut maupun udara. Moda yang banyak dipakai akan bervariasi menurut jarak perjalanan yang
ditempuh. Besarnya pergerakan dari setiap zona asal menuju zona tujuan ditentukan oleh besarnya
bangkitan setiap zona tujuan serta tingkat aksesibilitas system jaringan antar zona.
Pemilihan moda merupakan model penting karena peran kunci dari moda angkutan dalam berbagai
kebijakan transportasi . Dengan adanya berbagai aktifitas masyarakat dalam melakukan kegiatannya, maka
perjalanan yang terjadi akan berupa perjalanan dengan menempuh jarak panjang dan perjalanan dengan
menempuh jarak panjang dan perjalanan dengan menempuh jarak pendek. Dari adanya klasifikasi
perjalanan tersebut akan mengerucut pada pemilihan moda yang dilakukan oleh masyarakat dalam
melakukan pergerakan, baik pergerakan eksternal maupun pergerakan internal.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, Moda unggulan yang ada di Propinsi Maluku Utara saat ini
merupakan moda yang paling banyak dipakai oleh penumpang pada jarak perjalanan tertentu. Pada skala
perjalanan lokal bisa dikelompokkan perjalanan di dalam kota/kabupaten yang termasuk dalam perjalanan
jarak pendek. Sedangkan perjalanan antar kota dalam propinsi dikategorikan dalam perjalanan jarak
menengah dan perjalanan antar kota antar propinsi atau ke luar negeri (perjalanan internasional) merupakan
perjalanan jarak jauh. Dimana untuk lebih jelasnya mengenai karakter perjalanan eksisting di Propinsi
Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel III.48.

Tabel III.48
Karakter Pergerakan Eksisting di Wilayah Propinsi Maluku Utara

No. Kategorai Perjalanan Moda Jenis Moda

1. Internasional Laut Kapal Laut.


2. Antar Propinsi Laut, Udara Kapal Laut, Pesawat Terbang.
Kapal Laut, Kapal Ferry, Speed boat, Pesawat
3. Dalam Propinsi Laut, Darat, Udara Terbang, Angkutan Umum Antar Kota, Sepeda
Motor, Mobil Pribadi.
Sepeda Motor, Becak, Bentor, Dokar, Angkutan
4. Dalam Kota/Kabupaten Darat, Laut, Udara Umum Minibus, Bus, Taksi, Kapal Laut, Speed
boat, Kapal Ferry, Pesawat Terbang.

Sumber : Hasil Analisa Data Lapangan Team Konsultan, Tahun 2007

Untuk perjalanan dengan moda angkutan udara merupakan perjalanan skala regional antar
kabupaten dalam Propinsi dan nasional. Untuk perjalanan jarak jauh moda angkutan udara memiliki
keunggulan yang tidak tersaingi oleh moda transportasi yang lain yaitu kecepatan. Hal ini juga didukung
dengan adanya bandara udara hampir ditiap kota/kabupaten di Propinsi Maluku Utara.


III - 92
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Untuk moda angkutan darat, perjalanan skala lokal (di dalam propinsi) di dominasi oleh sepeda motor,
diikuti oleh angkutan umum (angkutan kota), mobil pribadi, sepeda, jalan kaki dan lain-lain (becak, bentor,
ojek, taksi, kendaraan Antar jemput). Sepeda motor merupakan moda angkutan yang paling banyak
digunakan di Propinsi Maluku Utara. Tingginya jumlah sepeda motor ini diperkirakan akibat adanya
kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh produsen bagi konsumen untuk memiliki kendaraan tersebut.
Pada perjalanan dengan moda angkutan laut di Propinsi Maluku Utara merupakan skala lokal, regional dan
nasional. Untuk perjalanan jarak dekat hingga menengah yakni peralanan lokal dan regional antar
kabupaten, moda unggulan pada transportasi laut adalah jenis speed boat. Sedangkan untuk perjalanan
jarak menengah hingga jarak jauh moda transportasi laut yang banyak digunakan adalah kapal motor yang
memiliki pelayanan rute antar kota/kabupaten dan atau antar Propinsi.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, diketahui untuk moda yang banyak digunakan untuk
perjalanan jarak jauh dan menengah antar kabupaten/Propinsi adalah moda udara dan laut, sedangkan
untuk perjalanan antar kota/kabupaten merupakan perpaduan (multi moda) antara darat, udara dan laut.
Dimana untuk moda udara tercatat sebanyak 35%, disusul dengan moda jalan/darat sebesar 33%, kemudian
moda laut sebesar 22%, dan yang terakhir moda penyeberangan sebesar 10%.

Untuk lebih jelasnya mengenai Moda Unggulan di Propinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel III.49. dan
Grafik III.15. mengenai perbandingan moda transportasi udara, laut dan darat.

Tabel III.49
Moda Unggulan Eksisting di Wilayah Propinsi Maluku Utara

Katagori Cakupan Moda Unggulan Jenis Moda

Internasional - -

Antar Propinsi Laut, Udara Kapal PELNI, Pesawat Terbang


Penumpang
Sepeda Motor, Kendaraan
Pribadi, Angkutan Umum Antar
Antar Kota/Kabupaten Dalam Propinsi Darat, Laut,
Kota, Angkutan Speed, Kapal
Motor.

Internasional Laut Kapal Cargo dan sejenisnya

Antar Propinsi Laut, Udara Kapal Cargo, Cargo Pesawat


Barang
Kendaraan Pribadi, Truk,
Antar Kota/Kabupaten Dalam Propinsi Darat, Laut Angkutan Speed, Kapal Ferry,
Kapal Motor.

Sumber : Hasil Analisa Data Lapangan Team Konsultan, Tahun 2007


III - 93
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Moda Jalan Moda Penyeberangan


Moda Laut Moda Udara

33%
35%

22% 10%

Grafik III.15. Perbandingan Moda Transportasi Udara, Laut dan Darat

III.6. GERBANG (OUTLET) WILAYAH

Outlet wilayah merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah
lain untuk melakukan suatu interaksi. Gerbang utama yang menghubungkan wilayah Propinsi Maluku Utara
dengan wilayah lainnya adalah Bandar Udara Sultan Babullah Ternate untuk moda angkutan udara dan
Pelabuhan Ahmad Yani Ternate untuk moda angkutan laut. Selain itu, ada beberapa outlet lainnya yang
menggunakan moda angkutan laut, yaitu Pelabuhan Tobelo, Pelabuhan Buli, dan Pelabuhan Sanana yang
melayani pergerakan keluar wilayah Propinsi Maluku Utara. Sedangkan yang menggunakan moda angkutan
udara antara lain Bandar Udara Emalamo Sanana yang membuka jalur ke Propinsi Maluku (Ambon).

Mengingat bentuk geografis Propinsi Maluku Utara berupa kepulauan, maka disamping adanya outlet
yang menghubungkan wilayah Propinsi Maluku Utara dengan wilayah Propinsi lainnya, terdapat pula outlet –
outlet yang menghubungkan antar pulau yang ada di Propinsi Maluku Utara. Outlet – outlet dalam lingkup
internal tersebut adalah pulau – pulau (kabupaten) yang memiliki landasan udara dan dermaga/pelabuhan.

Untuk outlet angkutan laut hampir semua kabupaten di wilayah Propinsi Maluku Utara memiliki
pelabuhan/dermaga. Untuk lebih jelasnya mengenai outlet eksisting di Propinsi Maluku Utara dapat dilihat
pada Tabel III.50.

III.7. PERMASALAHAN POKOK TRANSPORTASI SAAT INI

Berdasarkan kondisi yang ada, terdapat beberapa permasalahan pokok yang muncul dalam
Penyelenggaraan transportasi di Propinsi Maluku saat ini. Berikut akan diuraikan permasalahan yang muncul
beserta kemungkinan penyebabnya serta alternatif solusi yang dapat diupayakan dalam mengatasi
permasalahan tersebut. Beberapa permasalahan tersebut akan diuraikan berdasarkan keterkaitannya
dengan sarana dan prasarana transportasi, lalu lintas, angkutan umum, dan angkutan barang.


III - 94
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.50
Outlet Eksisting Antar Propinsi (Skala Nasional)
di Wilayah Propinsi Maluku Utara

Moda Outlet Wilayah Rute Penghubung

Darat - -
Bandar Udara Sultan Babullah – Ternate Ternate – Ambon
Ternate – Manado
Udara
Ternate – Makasar
Bandar Udara Emalamo - Sanana Sanana – Ambon

Pelabuhan A.Yani – Ternate Ternate – Bitung


Ternate – Makasar
Ternate – Sorong
Ternate – Surabaya
Pelabuhan Tobelo Tobelo – Bitung
Laut
Tobelo – Manado
Tobelo – Surabaya
Pelabuhan Buli Buli – Sorong
Buli – Bitung
Pelabuhan Sanana Sanana – Namlea - Ambon

Sumber : Hasil Analisa Data Lapangan Team Konsultan, Tahun 2007

Lebih jelasnya untuk permasalahan transportasi di Propinsi Maluku Utara saat ini dapat dilihat pada Tabel
III.51 berikut ini.


III - 95
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel III.51
Identifikasi Permasalahan Transportasi di Propinsi Maluku Utara

Masalah Penyebab Alternatif solusi

I. UMUM

1. Aksesibilitas wilayah dalam Belum terpadunya berbagai moda, Memadukan operasi berbagai moda yang
propinsi belum merata. lokasi dan waktu pelayanan. ada.
Aksesibilitas jalur transportasi Belum tersedia sarana dan Penyediaan sarana dan prasarana untuk
kebagian wilayah kota/kabupaten prasarana transportasi yang membuka isolasi kawasan.
yang terdiri dari pulau-pulau memadai. Penyediaan sarana yang sesuai dengan
masih terbatas. Kesulitan jangkauan akibat kondisi kondisi medan.
medan yang kebanyakan
dipisahkan oleh lautan.

2. Akses ke luar wilayah propinsi Sarana dan prasarana transportasi Peningkatan kuantitas dan kualitas
belum optimal masih terbatas. sarana/ prasarana transportasi baik
Keterbatasan akses hanya pada melalui moda Udara dan Laut.
moda laut dan udara. Membuka akses keluar wilayah provinsi
melalui angkutan massal transportasi
darat dengan mengoptimalkan pelayanan
jaringan jalan dan penyeberangan antar
pulau antar provinsi.

3. Polusi udara akibat transport Pertumbuhan jumlah kendaraan Mendorong peningkatan pengguna
meningkat bermotor yang tinggi (terutama kendaraan yang efisien dan ramah
kendaraan sepeda motor). lingkungan
Pemberlakuan control kendaraan (emisi
kendaraan) yang lebih ketat.
Mendorong Masyarakat untuk lebih
memilih menggunakan angkutan umum
dibandingkan kendaraan pribadi.

II. I. TRANSPORTASI DARAT

4. Tidak tertatanya penggunaan lalu Belum adanya manajemen lalu Menyusun manajemen sistem transportasi
lintas jalan pada beberapa ruas lintas perkotaan yang baik dan perkotaan yang terpadu.
jalan di perkotaan sehingga terpadu. Merancang dan Mendistribusikan jalur
terkesan semrawut (khususnya Belum adanya penataan distribusi penggunaan jalan yang terpadu seperti
pada Pusat Kota Ternate) seperti penggunaan jalur jalan. pemisahan jalur khusus bagi kendaraan
untuk kegiatan perdagangan, Belum tertatanya kegiatan di tepi beroda 2 dan beroda 4 pada jalan-jalan
bongkar muat barang, naik/turun jalan seperti kegiatan PKL di protokol yang padat lalulintasnya.
penumpang dan lainnya. trotoar yang melimpah ke badan Menekan pertumbuhan jumlah kendaraan
jalan. pribadi khususnya sepeda motor dengan
Tidak tegasnya sanksi yang mengupayakan daya tarik penggunaan
diberikan terkait dengan angkutan umum (massal).
penyalahgunaan ruas jalan. Perda tentang penataan kegiatan di tepi
jalan terutama di pusat kota dengan
membatasi ruang trotoar untuk kegiatan
PKL dan penataan lokasi kegiatan PKL.
Perlunya regulasi yang jelas terkait
pemanfaatan ruas jalan

Lanjut ...


III - 96
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Lanjutan Tabel III.51.

Masalah Penyebab Alternatif solusi

5. Masih banyaknya ruas jalan yang Kurangnya pemeliharaan jalan Membuat skala prioritas pemeliharaan
memiliki kondisi yang kurang terkait dengan pendanaan yang ruas jalan.
memadai. ada.

6. Belum terhubungnya jaringan Kemampuan Pemda untuk Membuat skala prioritas pembangunan
jalan di dalam pulau-pulau pembiayaan pembangunan jalan sesuai dengan dana pembangunan
khususnya Jalan Trans jaringan jalan masih kurang. yang tersedia.
Halmahera di Pulau Hamahera. Banyaknya sungai yang memiliki Pembangunan jembatan dan
lebar antara 30 – 150 m sarana/prasanan pendukung jaringan
disepanjang jalan trans halmahera jalan lainnya pada jalur Jalan Trans
yang masih belum dihubungkan Halmahera
dengan jembatan.

7. Pelayanan angkutan umum Manajemen pengelolaan angkutan Peningkatan sarana dan prasarana
(massal) masih dinilai kurang baik. umum masih lemah. pendukung pelayanan di terminal.
Sistem pengelolaan terminal belum Pembakuan jadwal rute/trayek angkutan
baik. umum.
Dibeberapa terminal masih belum Penambahan rute/trayek pelayanan
ada ruang tunggu untuk angkutan umum.
penumpang. Penetapan standar mutu pelayanan = jam
Belum adanya jadwal yang tepat operasi, frekuensi pelayanan, jadwal
untuk pemberangkatan kendaraan operasi, standar kenyamanan, jaminan
angkutan umum. keselamatan, dan lainnya.
Rute-rute pelayanan angkutan Penegasan pelayanan angkutan umum
masih terbatas dan belum berjalan berdarakan rute yang telah ditetapkan.
sesuai rute yang berlaku.

8. Pergantian antar moda masih Sistem halte/terminal yang tidak Penataan halte/terminal sesuai dengan
dinilai susah. tertata baik dan terkadang tidak karakter perjalanan yang ada
termanfaatkan. Mengembangkan sistem pelayanan
Belum tersedianya sistem angkutan yang bersifat multi moda
pelayanan multimoda dari aspek
waktu, lokasi dan pelayanan

9. Peran terminal kurang optimal Pemilihan lokasi kurang tepat Penataan/pemilihan lokasi terminal yang
Kurang didukung sarana/prasarana didukung oleh sarana prasarana transport
transportasi untuk pencapaian yang memadai.
terminal.

10. Perilaku pengemudi angkutan Sifat dan sikap pengemudi Penegakan hukum yang lebih konsisten
umum yang masih buruk Penegakan hukum yang tidak Pencabutan SIM bagi pengemudi yang
konsisten sering tidak disiplin
Motivasi mencari penumpang Merubah model/sistem pengelolaan
sebanyak-banyaknya (akibat angkutan umum yang tidak berbasis
sistem setoran yang diberlakukan) setoran.
sehingga bila tidak/belum penuh Menetapkan dan mempertegas
angkutan umum tidak akan pemberlakuan jadwal pemberangkatan
diberangkatkan (menunggu angkutan umum.
penuh).

Lanjut ...


III - 97
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Lanjutan Tabel III.51.

Masalah Penyebab Alternatif solusi

11. Kurangnya aksesibilitas pada Pelayanan penyeberangan ASDP Membuka jalur pelayanan penyeberangan
bagian kota/kabupaten yang antar pulau masih terbatas. pada kawasan pulau yang terisolir dan
terdiri dari pulau-pulau dan Pelayanan penyeberangan yang berpotensi.
terpisah oleh laut sehingga diusahakan oleh Pembakuan jadwal rute/trayek angkutan
pergerakan orang/barang dalam swasta/masyarakat masih belum penyeberangan.
kota/kabupaten masih terbatas. memadai dan tidak terjadwal.

III. TRANSPORTASI LAUT

12. Kurang memadainya sarana dan Belum memadainya fasilitas Meningkatkan sarana dan prasarana
prasarana pelabuhan laut. pendukung bongkar muat, pelayanan pelabuhan laut.
Belum memadainya kapasitas Meningkatkan kapasitas dermaga
dermaga pelabuhan untuk kapal pelabuhan umum (prioritas pada
bersandar/aktifitas bongkar muat pelabuhan yang berpotensi).
Belum memadainya lapangan peti Memperluas lapangan peti kemas guna
kemas. meningkatkan daya tampung barang.

13. Produksi eksport import barang Rendahnya tingkat inventasi Memacu daya tarik investor untuk
dipelabuhan terbuka. (Pelabuhan sehingga peran investor masih berinvestasi di Propinsi Maluku Utara
A. Yani – Ternate) masih rendah. minim. khususnya di Ternate.
Masih banyak kegiatan eksport Mengembangkan rute pelayanan
import yang dilakukan di pelabuhan angkutan laut nasional dan internasional
pada kota-kota sentral produksi khususnya kekawasan tujuan eksport dan
(Tobelo, Buli, Gebe dan lainnya) atau ke kawasan asal import.
dan pelabuhan khusus. Menyusun manajemen sistem transportasi
laut di Provinsi Maluku Utara yang
terpadu.

14. Minimnya ketersediaan sumber Terbatasnya kualitas dan kuantitas Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM
daya manusia (SDM) dalam SDM dalam pengelolaan bagi penyelenggaraan pelabuhan.
pengelolaan pelabuhan. pelabuhan.

IV. TRANSPORTASI UDARA

15. Sarana dan prasarana bandara Belum memadainya sarana Pengembangan fasilitas bandara
masih terbatas. terminal penumpang, tempat (terminal, tempat parkir) sesuai dengan
parkir, belum tersedianya apron master plan masing-masing bandara.
dan fasilitas penunjang lainnya.

16. Masih terbatasnya rute Masih minimnya tingkat kebutuhan Meningkatkan stimulus pada masyarakat
pelayananan penerbangan dalam terhadap pelayananan guna lebih memilih menggunakan jalur
Propinsi. penerbangan didalam Propinsi. alternatif transportasi udara.
Pemilihan jalur transportasi laut Meningkatkan pelayanan dalam
lebih besar dibandingkan dengan penyelenggaraan perjalanan
jalaur transportasi udara. penerbangan.

17. Minimnya ketersediaan sumber Terbatasnya kualitas dan kuantitas Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM
daya manusia (SDM) dalam SDM dalam pengelolaan bandar bagi penyelenggaraan bandar udara.
pengelolaan bandar udara. udara.

Lanjut ...


III - 98
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Lanjutan Tabel III.51.

Masalah Penyebab Alternatif solusi

18. Masih Mahalnya biaya perjalanan Dalam pergerakan antar Propinsi Membuka jalur pelayanan baru yang
antar Propinsi dengan transportasi dari Maluku Utara harus melalui tersistem dan terpadu serta sesuai
udara. Badara Makasar, Ambon dan dengan besarnya permintaan pelayanan
Manado terlebih dahulu. (Seperti : yang ada.
Ternate – Manado/ Makasar –
Sorong).

Sumber : Hasil Analisa Team Konsultan, Tahun 2007

--------------------------o------------------------/\/\/000000L000000T000000F000000\/\/\------------------------o--------------------------


III - 99

Anda mungkin juga menyukai