Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
KARMIATI SYAM
Direktris
i
Kata Pengantar
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Daftar isi
DAFTAR ISI
ii
Daftar Isi
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
iii
Daftar Isi
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
iv
Daftar Isi
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL
v
Daftar Isi
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
vi
Daftar Isi
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Daftar Gambar
DAFTAR GAMBAR
vii
Daftar Isi
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
viii
Daftar Isi
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
I- 1
BAB I Pendahuluan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
I- 2
BAB I Pendahuluan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
dan tidak lancarserta tidak tertib dan efisien akan membawa berbagai
kesulitan bagi masyarakat.
Perkembangan dalam berbagai bidang demi mewujudkan tujuan
nasional tersebut diikuti dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan
teknologi kendaraan yang semakin lama semakin bervariasi yang menarik
minat masyarakat untuk membeli kendaraan bermotor. Sehingga terjadi
peningkatan aktifitas masyarakat dan kendaraan bermotor yang sangat
berpengaruh terhadap kepadatan lalu lintas dijalan raya. Karena itu perlu
ketertiban di jalan dan jalan raya agar tercitanya keamanan,keselamatan,dan
kelancaran dalam lalu lintas.
Ketertiban dan keamanan lalu lintas tergantung pada kondisi
kendaraan yang taat sdan patuh terhadap peraturan lalu lintas yang berlaku.
Dalam hal ini masyarakatlah yang merupakan salah satu factor yang efektif
berperan untuk mematuhi suatu peraturan, namun kesadaran masyarakat
terhadap kepatuhan lalu lintas sangat rendah. Masalah lalu lintas merupakan
masalah yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari, karena masyarakat akan selalu berhubungan dengan lalu lintas.
Mengingat penting dan strategisnya peranan lalu lintas dan angkutan
umum yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka lalu lintas dan
angkutan umum dikuasai oleh negara yang pembinaannya dilakukan oleh
pemerintah. Salah satu landasan pemerintah dalam menyelengarakan
pengaturan terhadap lalu lintas yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-Undang ini ditetapkan
dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 26 Mei 2009 yang kemudian
disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni 2009.Latar belakang
pembuatan peraturan ini adalah tingginya angka kecelakaan yang terjadi
setiap hari. Serta dengan menekan angka pelanggaran diharapkan angka
kecelakaan dapat berkurang dan keselamatan berlalu lintas meningkat.
Peningkatan hasil produksi berbagai sektor di Kab. Konawe Utara
akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi yang berdampak dalam
peningkatan mobilitas. Mobilitas bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas
yang bernilai ekonomi dalam arti luas serta pemenuhan kebutuhan sehari –
hari dalam arti sempit. Permasalahan mengenai transportasi yang terdapat di
I- 3
BAB I Pendahuluan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Kab. Konawe Utara merupakan permasalahan yang umum yang terjadi pada
kota – kota besar yang sedang berkembang menuju kemajuan yaitu seperti
kemacetan, kendaraan parkir di sembarang tempat, pedagang kaki lima
belum tertata dengan baik yang menggunakan lokasi di beberapa ruas jalan,
adanya pasar tumpah pada ruas - ruas jalan dan lain – lain.
Perkembangan Kab. Konawe Utara dalam jangka menengah sampai
jangka panjang permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan antisipasi
dengan merencanakan Tataran Transportasi Lokal untuk mendukung
pelayanan transportasi dalam satu sistem yang terpadu. Tatralok ini menjadi
dasar dalam mengembangkan sistem transportasi baik berkaitan dengan
jaringan atau ruang lalu lintas maupun pelayanan yang menjadi bagian
terpenting dalam hal ini. Pola dasar transportasi yang menjadi acuan dalam
penentuan arah dan kebijakan pemerintah kota terhadap transportasi dan
perkembangannya. Dengan melihat kondisi permasalahan yang terdapat di
Kab. Konawe Utara merupakan landasan utama dalam perumusan tataran
transportasi lokal dalam mewujudkan tujuan transportasi yang ideal.
Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana,
prasarana yang didukung oleh manajemen dan sumber daya manusia
membentuk jaringan prasarana dan jaringan pelayanan. Banyak elemen
yang terkait dalam sistem transportasi baik sarana, prasarana maupun
pergerakan, yang meliputi kelaikan, sertifikasi, perambuan, kenavigasian,
sumber daya manusia, geografi, demografi dan lain-lain.
Keberadaan transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan
bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan
penunjang pembangunan sebagaimana telah digariskan dalam program
pembangunan nasional atau Propenas. Keberhasilan pembangunan sangat
ditentukan oleh keberhasilan sektor transportasi dalam memainkan peran
dan fungsinya. Oleh karena itu, sistem transportasi nasional harus diarahkan
dan dibina agar mampu menghasilkan jasa transportasi yang handal,
berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar,
aman, nyaman dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan
dinamika pembangunan. Keberadaan transportasi berfungsi untuk
mendukung mobilitas manusia, barang serta jasa; mendukung pola distribusi
I- 4
BAB I Pendahuluan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
I- 5
BAB I Pendahuluan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
orang dan atau barang antar simpul atau kota lokal, dan dari simpul lokal ke
simpul wilayah dan simpul nasional terdekat atau sebaliknya.
1.3. Sasaran
Sasaran Rencana Induk Jaringan Lalu lintas dan Angkutan Jalan
adalah terwujudnya penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien.
Efektif dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi,
teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif
terjangkau, tertib, aman, serta rendah polusi. Efisien dalam arti beban publik
rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan transportasi nasional.
I- 6
BAB I Pendahuluan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH
II- 1
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 2
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Persentase
Ibukota
Kabupaten / Luas Terhadap
No Kabupaten /
Kota (km2) Luas
Kota
Provinsi
Kepulauan
13 Muna Barat Laworo 1022.89 2.69
14 Buton Tengah Labungkari 958.31 2.52
15 Buton Selatan Batauga 509.92 1.34
16 Kota Kendari Kendari 300.89 0.79
17 Kota Bau-Bau Bau-Bau 221 0.58
Sulawesi Tenggara Kendari 38067.70 100.0
Sumber : Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka, 2021
0-8 1 1,422,515.00
8-16 2 1,119,760.00
16-30 3 851,212.00
30-40 4 567,899.00
>40 5 320,065.00
Sumber : Provinsi Sulawesi
Tenggara Dalam Angka, 2021
II- 3
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 4
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 5
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
300
250
200
150
100
50
0 Bln
n
e
b e t pri l Me i Juni i
u l Agt p Okt ov Des
Ja F Mar J Se N
A
II- 6
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 7
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 8
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Laju Distribusi
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kabupaten Pertumbuhan Penduduk
No
/ Kota Penduduk (Persen)Tahun
2010 2020
(2010-2020) 2020
Buton
9 54,736.00 66,653.00 1.92 2.54
Utara
Konawe
10 51,533.00 67,871.00 2.70 2.59
Utara
Kolaka
11 106,415.00 120,699.00 1.23 4.60
Timur
Konawe
12 28,944.00 37,050.00 2.42 1.41
Kepulauan
13 Muna Barat 71,632.00 84,590.00 1.62 3.22
Buton
14 86,350.00 114,773.00 2.79 4.37
Tengah
Buton
15 74,974.00 95,261.00 2.34 3.63
Selatan
Kota
16 289,966.00 345,107.00 1.70 13.15
Kendari
Kota Bau-
17 136,991.00 159,248.00 1.47 6.07
Bau
Sulawesi
2,232,536.00 2,624,875.00 1.58 100.00
Tenggara
Sumber : Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka, 2021
II- 9
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 10
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 11
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 12
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 13
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 14
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Luas Jumlah
No. Kecamatan Ibukota Wilayah
Desa Kel. UPT
(Km2)
4. Wawolesea Wawolesea 149,40 9 – –
5. Lasolo Tinobu 139,40 13 1 –
Lasolo
6. Boenaga 62,42 6 – –
Kepulauan
7. Molawe Molawe 365,06 8 1 –
8. Andowia Andowia 595,90 14 1 –
9. Asera Asera 863,32 17 2 1
10. Oheo Linomoiyo 738,50 17 1 1
11. Langgikima Langgikima 476,75 11 1 –
12. Landawe Hialu 603,53 10 – –
13. Wiwirano Lamonae 968,06 15 1 1
Total 5.003,39 159 11 4
Sumber : BPS, Kabupaten Konawe Utara Dalam Angka Tahun 2021
2.2.2. Topografi
Wilayah Konawe Utara berada pada ketinggian 0 - >2000 mdpl
dengan kemiringan lereng antara 0 - >40%. Kemiringan antara 25% sampai
dengan >40% berada pada hulu Sungai Lasolo yang merupakan wilayah
Pegunungan Matarombeo. Wilayah dengan kemiringan lereng 0-8%
umumnya berada pada kaki bukit, lembah antar sungai, dan wilayah di
muara-muara sungai. Wilayah dengan ketinggian >2000 meter dan
kemiringan lebih dari 40% berada pada sekitar hulu Sungai Konaweha, yaitu
Pegunungan Mekongga mengarah ke utara sampai Pegunungan
Matarombeo umumnya berbukit hingga bergunung.
2.2.3. Geologi
Berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, geologi Lembar
Lasusua Kendari dapat dibedakan dalam dua lajur, yaitu Lajur Tinodo dan
Lajur Hialu. Lajur Tinodo dicirikan oleh batuan endapan paparan benua dan
Lajur Hialu oleh endapan kerak samudra/ofiolit, secara garis besar kedua
mendala ini dibatasi oleh Sesar Lasolo (Rusmana, dkk., 1985).
II- 15
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
2.2.4. Hidrologi
Sungai adalah sistem pengaliran air mulai dari mata air sampai
muara dengan dibatasi pada kanan dan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan. Daerah Pengaliran Sungai adalah
suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air
meresap dan/atau mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai yang
bersangkutan.
II- 16
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
2.2.5. Klimatologi
Kondisi iklim di Kabupaten Konawe Utara tidak jauh berbeda dengan
kondisi iklim di daratan Provinsi Sulawesi Tenggara, keduanya memiliki dua
musim dalam setahun (musim hujan dan musim panas). Pada musim hujan,
angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan
Samudra Pasifik. Rata-rata suhu udara maksimum 320C. Tekanan udara
rata-rata 1.010,6 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 78 persen,
kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu sekitar 3,75 m/sec.
Pada tahun 2020, Bulan Juni merupakan bulan dengan jumlah hari
hujan terbanyak yakni sebanyak 25 hari hujan dengan total curah hujan
terbesar yakni sebesar 694 mm. Dalam kurun waktu kalender tahun 2020,
total 148 hari diantaranya terjadi hujan dengan curah hujan rintik 2 mm
sampai hujan deras dengan intensitas 110 mm yang merupakan hujan
terderas yang terjadi di bulan Agustus. Berdasarkan pada klasifikasi iklim
Schmidt dan Ferguson, wilayah Kabupaten Konawe Utara dibedakan dalam
dua klasifikasi yaitu Tipe Iklim B yakni tipe Iklim dengan kelembaban 14,3-
33,3 % pada daerah Wiwirano hingga Molawe, dan Tipe Iklim C yaitu
dengan kelembaban 33,3-60 % pada wilayah Lasolo hingga Motui.
II- 17
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 18
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
umumnya berada pada kaki bukit, lembah antar sungai, dan wilayah di
muara-muara sungai. Wilayah dengan ketinggian >2000 meter dan
kemiringan lebih dari 40% berada pada sekitar hulu Sungai Konaweha, yaitu
Pegunungan Mekongga mengarah ke utara sampai Pegunungan
Matarombeo umumnya berbukit hingga bergunung.
Seperti halnya dengan kondisi topografi Kabupaten lainnya di
Sulawesi Tenggara, Kabupaten Konawe Utara memiliki topografi permukaan
tanah yang pada umumnya bergunung, bergelombang dan berbukit yang
mengelilingi dataran rendah yang sangat potensial untuk perkembangan
sektor pertanian.
Berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, geologi Lembar
Lasusua-Kendari dapat dibedakan dalam dua lajur, yaitu Lajur Tinodo dan
Lajur Hialu. Lajur Tinodo dicirikan oleh batuan endapan paparan benua dan
Lajur Hialu oleh endapan kerak samudra/ofiolit, secara garis besar kedua
mendala ini dibatasi oleh Sesar Lasolo.
Struktur geologi yang dijumpai di wilayah Kabupaten Konawe Utara
adalah sesar, lipatan dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah
barat laut-tenggara searah dengan sesar geser lurus mengiri Lasolo. Sesar
Lasolo bahkan masih aktif hingga saat ini. Sesar tersebut diduga ada
kaitannya dengan Sesar Sorong yang aktif kembali pada Kala Oligosen
(Simandjuntak, dkk., 1983). Sesar naik ditemukan di daerah Wawo sebelah
barat Tampakura dan di Tanjung Labuandala di selatan Lasolo, yaitu
beranjaknya Batuan Ofiolit ke atas Batuan Malihan Mekonga, Formasi
Meluhu, dan Formasi Matano.
Adapun jenis tanah di Kabupaten Konawe Utara meliputi Latosol
116.829 Ha atau 23,35%, Podzolik 140.845 Ha atau 28,15%, Organosol
23.566 Ha atau 4,71%, Mediteran 16.961 Ha atau 3,39%, Aluvial 24.067 Ha
atau 4,80% dan tanah campuran 178.071 Ha atau 35,59%.
Sungai adalah sistem pengaliran air mulai dari mata air sampai muara
dengan dibatasi pada kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh
garis sempadan. Daerah Pengaliran Sungai adalah suatu kesatuan wilayah
II- 19
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air meresap dan/atau
mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan.
Daerah Aliran Sungai yang melalui Kabupaten Konawe Utara adalah
wilayah Sungai Lasolo Sampara dengan sub wilayah sungai terdiri dari SWS
Sungai Lasolo, SWA Lalindu, SWS Tinobu, SWS Sampara, dan SWS S.
Lambuti. SWS Lasolo-Sampara mempunyai 63 DPS dengan jumlah total
luas DPS 14.979,6 km2 dan total panjang sungainya 847,2 km.
Adanya Daerah Aliran Sungai (DAS) perlu dicermati sebagai potensi
bagi sumber daya air untuk keperluan irigasi pertanian, energi listrik, sarana.
Hal lain yang harus dicermati terkait dengan keberadaan daerah aliran
sungai yakni kerentanan terhadap bencana banjir seperti halnya yang terjadi
pada titik muara sungai pertemuan Sungai Lasolo dan Sungai Landawe di
perbatasan kecamatan Molawe-Asera adalah yang telah menjadi daerah
banjir tahunan.
Kondisi iklim di Kabupaten Konawe Utara tidak jauh berbeda dengan
kondisi iklim di daratan Provinsi Sulawesi Tenggara, keduanya memiliki dua
musim dalam setahun (musim hujan dan musim panas). Pada musim hujan,
angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan
Samudra Pasifik. Rata-rata suhu udara maksimum 320C. Tekanan udara
rata-rata 1.010,6 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 78 persen,
kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu sekitar 3,75 m/sec.
Kabupaten Konawe Utara memiliki luas wilayah sebesar 500.339 Ha
dengan penggunaan lahan terbesar adalah hutan negara seluas 57,03
persen dan perkebunan seluas 28,60 persen. Sebesar 0,39 persen atau
sekitar 1.963 Ha dimanfaatkan sebagai lahan sawah yang luasnya
mengalami penambahan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
II- 20
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
2.2.7. Kependudukan
Keberadaan penduduk sangat penting di dalam proses
pembangunan, oleh karena itu penduduk akan menjadi menjadi beban bagi
daerah apabila tidak dikelola dengan baik dan sebaliknya akan menjadi
modal potensial apabila mampu dikelola dengan baik. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kabupaten Konawe Utara Tahun
2020 sebanyak 67.871 jiwa yang terdiri dari 35.112 jiwa laki-laki dan 32.759
jiwa perempuan, dengan angka sex rasio jenis kelamin sebesar 107,18.
Rata – rata laju pertumbuhan penduduk per tahun di Kabupaten Konawe
Utara sebesar 2,7 persen.
II- 21
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 22
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Jenis Kelamin
Jumlah
No. Kecamatan Laki –
Perempuan Jumlah KK
Laki
8. Asera 3.882 3.722 7.604 1.830
9. Andowia 3.574 3.470 7.044 1.520
10. Oheo 2.389 2.225 4.614 1.691
11. Langgikima 2.833 2.371 5.204 1.213
12. Wiwirano 2.937 2.624 5.561 1.711
13. Landawe 1.449 1.295 2.744 1.364
TOTAL 35.112 32.759 67.871 19.218
Sumber : BPS, Kabupaten Konawe Utara dalam Angka, Tahun 2021
II- 23
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 24
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 25
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 26
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 27
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 28
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 29
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
I Penyediaan Akomodasi & makan minum 7,11 4,67 6,85 7,48 (0,22)
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,78 3,39 6,22 3,33 9,88
II- 30
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Tabel 2. 17 Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Konawe Utara
PDRB PDRB PDRB PDRB PDRB
2016 2017 2018 2019* 2020**
Lapangan Usaha (%) (%) (%) (%) (%)
(Juta Rp.) (Juta Rp.) (Juta Rp.) (Juta Rp.) (Juta Rp.)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.214.892,17 41,05 1.334.559,94 40,89 1.452.563,09 40,44 1.567.801,91 39,93 1.576.457,56 39,75
B Pertambangan dan Penggalian 568.226,73 19,2 660.701,98 20,25 746.907,95 20,79 843.652,27 21,49 842.442,58 21,24
C Industri Pengolahan 37.699,80 1,27 40.705,49 1,25 42.118,38 1,17 44.234,56 1,13 44.635,88 1,13
D Pengadaan listrik dan gas 77,8 0 93,56 0,00 96,29 0,00 101,87 0,00 110,33 0,00
F Konstruksi 419.351,29 14,17 448.520,56 13,74 497.246,10 13,84 537.157,45 13,68 542.419,96 13,68
H Transportasi dan Pergudangan 9.602,98 0,32 10.309,40 0,32 11.167,43 0,31 11.922,20 0,30 11.923,82 0,30
J Informasi dan Komunikasi 7.581,12 0,26 8.489,47 0,26 9.256,67 0,26 9.964,42 0,25 10.943,74 0,28
K Jasa Keuangan dan Asuransi 45.955,48 1,55 49.900,66 1,53 52.345,97 1,46 57.395,20 1,46 60.927,62 1,54
L Real Estate 38.502,59 1,3 39.679,31 1,22 40.932,02 1,14 41.399,75 1,05 41.590,90 1,05
M,N Jasa Perusahaan 1.425,52 0,05 1.542,23 0,05 1.671,43 0,05 1.832,80 0,05 1.856,95 0,05
Administrasi Pemerintahan, 158.458,05 5,35 162.060,70 4,97 173.563,95 4,83 186.515,85 4,75 194.492,16 4,90
O
Pertahanan & Jaminan sosial
P Jasa Pendidikan 76.141,22 2,57 81.497,20 2,50 88.634,61 2,47 95.340,42 2,43 103.533,23 2,61
Q Jasa Kesehatan 34.172,42 1,15 36.255,32 1,11 39.577,14 1,10 42.103,90 1,07 47.596,16 1,20
R,S,T,U Jasa Lainnya 9.414,47 0,32 9.875,20 0,30 10.496,04 0,29 11.237,91 0,29 11.151,22 0,28
PDRB 2.959.426,32 99,98 3.263.494,79 100,00 3.591.795,68 100,00 3.926.109,40 100,00 3.966.227,30 100,00
II- 31
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Dari Tabel 2.17 dapat dilihat bahwa empat kategori lapangan usaha
yang memiliki kontribusi terbesar adalah lapangan usaha pertanian,
kehutanan, dan perikanan; lapangan usaha pertambangan dan
penggalian; lapangan usaha konstruksi; lapangan usaha perdagangan
besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Oleh sebab itu
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, maka program
kegiatan dapat diarahkan pada sektor tersebut.
Dalam jangka waktu lima tahun terakhir kontribusi sektor pertanian
sebagai penyumbang terbesar terhadap perekonomian Kabupaten
Konawe Utara menunjukkan trend perlambatan. Namun sektor
pertambangan dan penggalian menunjukkan pertumbuhan dan kontribusi
yang sangat signifikan. Perlambatan yang terjadi pada lapangan usaha
pertanian sebagai salah satu sektor primer, menunjukkan bahwa sektor
sekunder dan tersier semakin mempengaruhi aktivitas perekonomian
Kabupaten Konawe Utara.
II- 32
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 33
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
II- 34
BAB II Gambaran Umum Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
BAB 3
TATA RUANG WILAYAH
III- 1
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
kabupaten tahun 2020 pada ruas dengan kondisi jalan sedang, dan
sebagian pada kondisi jalan belum mantap (rusak dan rusak berat).
Disamping itu, terdapat perubahan kondisi jalan dari mantap menjadi tidak
mantap yang belum termasuk penanganan tahun 2020. Perencanaan
kedepan, pemeliharaan jalan akan diprioritaskan untuk jalan dengan
kondisi tidak mantap.
III- 2
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 3
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 4
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 5
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 6
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 7
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 8
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 9
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 10
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
fungsi lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa
berlakunya RTRW Kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan
ruang wilayah Kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.
1) Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Konawe Utara tersebar di 10
(sepuluh) kecamatan yaitu Kecamatan Motui, Kecamatan Sawa, Kecamatan
Lembo, Kecamatan Lasolo, Kecamatan Asera, Kecamatan Molawe,
Kecamatan Oheo, Kecamatan Langgikima dan Kecamatan Wiwirano dengan
luas total mencapai 209,661 ha.
2) Kawasan Hutan Bergambut
Kawasan hutan bergambut di Kabupaten Konawe Utara terdapat di
Kecamatan Asera dan Molawe dengan luas total mencapai 600 ha. Selain
sangat penting untuk kegiatan konservasi sumber mata air dan kawasan
resapan air, kawasan hutan bergambut menjadi salahsatu ekosistem bagi
beberapa satwa dan jenis pohon/tanaman yang dilindungi.
3) Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air di suatu wilayah dapat diidentifikasi dari dominasi
tutupan lahannya, wilayah kabupaten Konawe Utara yang didominasi
kawasan hutan menjadi sangat strategis bagi pengembangan kawasan
resapan air. Kawasan resapan air mempunyai peranan penting dalam
konservasi sumber daya air dan mencegah terjadinya bencana banjir dan
tanah longsor.
4) Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai ditetapkan pada sepanjang daerah aliran sungai
Kokapi; Lasolo; Lalindu; Tinobu; Toreo; Andumowu; Luhumbuti; Landawe;
Wataraki. Pada sungai bertanggul, sempadan sungai ditetapkan minimal 10
m kearah darat, sedangkan pada sungai tidak bertanggul sempadan sungai
ditetapkan minimal 50-100 m.
5) Kawasan Sempadan Pantai
Kawasan sempadan pantai perlu ditetapkan disepanjang pesisir pantai
kecamatan Sawa, Lembo, Lasolo, Molawe, dan Langgikima. Ketentuan
sempadan pantai diberlakukan dengan kondisi pada kawasan pesisir
III- 11
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 12
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 13
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 14
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 15
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
III- 16
BAB III Tata Ruang Wilayah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
BAB 4
METODOLOGI PENGAMBILAN DATA
IV- 1
BAB IV Metodologi Pengambilan Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
1. Survey Pendahuluan
Survei pendahuluan berupa peninjauan lapangan guna mendapatkan
gambaran tentang kondisi umum dari wilayah studi. Berdasarkan survei
inilah selanjutnya ditentukan metode pelaksanaan survei dan lokasi
terbaik guna mengumpulkan data yang diperlukan.
• Target Data :
✓ Pengenalan daerah studi, batas wilayah studi, gerbang
utama keluar masuk wilayah Kabupaten Konawe Utara.
✓ Karakteristik awal transportasi di Kabupaten Konawe
Utara
• Teknik Survai :
Survai dilaksanakan dengan pengamatan langsung wilayah studi,
dengan menggunakan kendaraan survai dan kendaraan umum, data
awal yang dikumpulkan adalah data visualisasi (foto) wilayah studi
dan karakteristik transportasi. Survai dilaksanakan sebelum survai
primer yang lain dilaksanakan.
2. Survei Inventarisasi
Berikut adalah detail tahapan survey inventarisasi kondisi jaringan jalan:
• Target Data :
✓ Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Konawe Utara
✓ Alinyemen vertikal jalan jalan utama di Kabupaten Konawe Utara
(lebar, lajur, median, bahu, panjang)
✓ Kondisi umum jalan jalan pada jaringan jalan utama (baik,
sedang, rusak, atau rusak berat)
• Teknik Survai
Survai dilaksanakan dengan pengamatan langsung di seluruh jalan
Kabupaten Konawe Utara, dengan mencacat dan foto kondisi jalan.
Panduan yang digunakan adalah peta GIS yang dibuat khuusu untuk
paket pekerjaan tersebut, dengan tingkat perbesaran sesuai dengan
ruas target ruas jalan yang akan disurvey. Survai dilaksanakan
setelah survai pendahuluan dilaksanakan.
IV- 2
BAB IV Metodologi Pengambilan Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
3. Survei Lapangan
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, metode selanjutnya adalah
survey lapangan, dimana pada pelaksanaan survey lapangan ini,
dilakukan hal-hal yang dapat mengumpulkan informasi terkait
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Kabupaten Konawe Utara, yaitu dengan :
• Tracking semua ruas jalan yang ada di Kabupaten Konawe Utara
menggunakan alat GPS (Global Positioning System) dengan tingkat
keakuratan tinggi, disarankan menggunakan alat GPS ynag
mempunyai antena outdoor agar koordinat yang diperoleh dapat
akurat dan presisi. Cara pelaksanaan surveynya sebagai berikut :
✓ Menyiapkan peta acuan jalan yang akan disurvey dalam bentuk
hardcopy atau softcopy dengan format yang dapat di import ke
dalam GPS.
✓ Menyiapkan 1 (satu) set alat GPS (Global Positioning System
Gambar 4. 1 Jenis GPS (Global Positioning System) dan Antena Outdoor yang
Akan dipakai Pada Survey Jalan
IV- 3
BAB IV Metodologi Pengambilan Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
IV- 4
BAB IV Metodologi Pengambilan Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
IV- 5
BAB IV Metodologi Pengambilan Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
IV- 6
BAB IV Metodologi Pengambilan Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
BAB 5
ANALISIS KEBIJAKAN TERKAIT
RIJ - LLAJ
V- 1
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Panjang
Jaringan Jalan Nama
(Km)
Jalan Lainnya: 23,93
Jalan Lintas Tengah Sulawesi:
Kolaka–Wolulu–
Boepinang–Kasipute– 409,79
Tinanggea–Awunio–Wua-Wua
(Kendari)
Jalan Jalan Lintas Timur Sulawesi:
Kolektor Batas Sulteng–Asera– Taipa– 196,16
Primer Satu Simpang Pohara
(JKP-1) Jalan Lintas Pulau Buton:
Labuan–Maligano– Wakangka– 180,63
Baubau
Jalan Pulau Buton: Baubau–
Pasarwajo–Lasalimu
Jalan Lainnya:
Jalan Provinsi
Jalan Jalan Pulau Muna: Tampo–
Kolektor Raha–Lakapera–Wara
Primer Dua Jalan Pulau Buton:
(JKP-2) Jalan Lainnya: 421,13
Jalan
Kolektor
191,76
Primer Tiga
(JKP-3)
Total 2.303,14
Sumber: RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara 2014-2034
V- 2
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 3
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 4
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 5
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 6
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 7
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 8
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 9
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 10
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 11
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 12
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
5.4. Tinjauan Umum Tentang Pasal 126 Undang Undang Nomor 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan telah ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada
tanggal 26 Mei 2009. yang kemudian disahkan oleh Presiden RI pada
tanggal 22 Juni 2009. Undang- Undang ini adalah kelanjutan dari
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, terlihat bahwa kelanjutannya
adalah merupakan pengembangan yang signifikan dilihat dari jumlah
clausul yang diaturnya, yakni yang tadinya 16 bab dan 74 pasal menjadi 22
bab dan 336 pasal. Jika melihat UU sebelumnya yakni UU Nomor 14 Tahun
1992 menyebutkan : “Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional
sebagai pengamalan Pancasila, transportasi memiliki posisi yang penting
dan strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan
dan hal ini harus tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan
wilayah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis
dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan
kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.
V- 13
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 14
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Rekayasa Lalu Lintas, serta penegakan hokum Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
Mencermati lebih dalam dari semangat yang telah disebutkan di atas,
maka kita harus lebih dalam lagi melihat isi dari Pasal-Pasal yang ada
di Undang- undang No 22 Tahun 2009. Dari sini kita akan tahu apakah
semangat tersebut seirama dengan isi dari pengaturan-pengaturannya,
atau justru berbeda. Selanjutkan kita dapat melihat bagaimana UU ini akan
berjalan dimasyarakat serta bagaimana pemerintah sebagai penyelenggara
negara dapat mengawasi serta melakukan penegakannya. Pelaksanaan
Dalam Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana telah
dikemukakan di atas bahwa implementasi dari UU No 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya bukanlah merupakan
sesuatu yang mudah dilaksanakan, baik oleh pihak penegak undang-
undang maupun oleh pihak masyarakat umum.8 Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal. Selain faktor karena undang-undang ini kurang sosialisasinya
di tengah- tengah masyarakat umum sehingga terjadi sikap acuh tak acuh
terhadap undang- undang No 22 Tahun 2009 ini, juga oleh karena faktor
budaya masyarakat serta sarana dan prasarana lalu lintas yang kurang
memadai berupa rambu-rambu dan tempat-tempat pemberhentian. Semua
ini menyebabkan terhambatnya pelaksanaan Undang-undang no 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya.
Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan
angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman
dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata
cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan
menyangkut arah lalu lintas, perioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas,
jalur lalu lintas dan pengendalian arus di persimpangan.
Manajemen lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan,
pengaturan,pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu
lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran
alu lintas, dan dilakukanantara lain dengan :
V- 15
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 17
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 18
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 19
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 20
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 21
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
1) Jalan Arteri Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar
pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan wilayah.
2) Jalan Kolektor Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar
pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal.
3) Jalan Lokal Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan
pusat kegiatan nasional dengan persil atau pusat kegiatan wilayah dengan
persil atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan
lokal dengan pusat kegiatan di bawahnya, pusat kegiatan lokal dengan
persil, atau pusat kegiatan di bawahnya sampai persil.
Hubungan antara hirarki perkotaan dengan peranan ruas jalan
penghubungnya dalam sistem jaringan jalan primer diberikan pada tabel dan
berikut :
Tabel 5. 2 Hubungan antara hirarki kota dengan peranan ruas jalan dalam sistem
jaringan jalan Primer
PERKOTAAN PKN PKW PKL PK<PKL PERSIL
PKN Arteri Arteri Lokal Lokal Lokal
PKW Arteri Kolektor Kolektor Lokal Lokal
PKL Lokal Kolektor Lokal Lokal Lokal
PK<PKL Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal
PERSIL Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal
Pedoman Kimpraswil T-18-2004-B
V- 22
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 23
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Tabel 5. 3 Tabel Hubungan antara kawasan perkotaan dengan peranan ruas jalan
dalam system jaringan jalan sekunder
PRIMER SEKUNDER SEKUNDER SEKUNDER
KAWASAN I II III PERUMAHAN
(F1) (F2,1) (F2,2) (F2,3)
PRIMER - Arteri - - -
SEKUNDER I Arteri Arteri Arteri - Lokal
SEKUNDER II - Arteri Kolektor Kolektor Lokal
SEKUNDER - - Kolektor Kolektor Lokal
III
PERUMAHAN - Lokal Lokal Lokal Lokal
Pedoman Kimpraswil T-18-2004-B
V- 24
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Secara konsep kegiatan, skema jaringan jalan antar kota dan dalam
kota (perkotaan) terdapat kesamaan. Hierarki pusat-pusat kegiatan pada
jaringan jalan antar kota berupa kegiatan kota berjenjang, sedangkan pusat-
pusat kegiatan pada jaringan jalan perkotaan berupa kegiatan yang bersifat
local. Gambar 3.7 dapat merangkum pengelompokan jalan secara
keseluruhan sebagai berikut
V- 25
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 26
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
• Jalan Kabupaten
Yang termasuk dalam Klasifikasi Jalan Kabupaten, yaitu jalan kolektor
primer yang tidak termasuk jalan nasional dan propinsi; jalan lokal primer;
jalan sekunder lain selain jalan nasional dan propinsi; dan jalan yang
mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan kabupaten.
• Jalan Kota
Jaringan Jalan Sekunder di dalam kota.
• Jalan Desa
Jaringan Jalan Sekunder di dalam desa.
• Jalan Khusus
Jalan yang pembinaannya tidak dilakukan oleh Menteri maupun
Pemerintah Daerah, tetapi dapat oleh instansi, badan hukum, atau
perorangan yang bersangkutan.
Wewenang yang dimaksud meliputi wewenang kegiatan pembinaan jalan
dan kegiatan pengadaan. Kegiatan pembinaan jalan meliputi penyusunan
rencana umum jangka panjang, penyusunan rencana jangka menengah,
penyusunan program, pengadaan, dan pemeliharaan. Kegiatan
pengadaan meliputi perencanaan teknik, pembangunan, penerimaan,
penyerahan, dan pengambil-alihan.
V- 27
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 28
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 29
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 30
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer
lainnya;
kendaraan angkutan barang dan bus dapat diijinkan melalui jalan ini.
V- 31
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan
seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk.
V- 32
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 33
BAB V Analisis Kebijakan Terkait RIJ-LLAJ
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
BAB 6
ANALISIS PENENTUAN JARINGAN
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
BAB VI AN ALISIS PENEN TUAN JARINGAN LALU LINT AS DAN AN GKUT AN J ALAN
VI- 1
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
utama tersebut, yaitu Lasolo, Asera, dan Wiwirano untuk hutan produksi
terbatas, Lasolo, Asera, Sawa dan Wiwiran untuk hutan produksi biasa,
serta Asera dan Wiwirano untuk hutan produksi yang dapat dikonversi.
Kawasan yang diperuntukkan sebagai pusat pertumbuhan dari kegiatan
pertanian yaitu Kecamatan Sawa dan Lasolo untuk pengembangan
perikanan air payau (tambak), serta Asera, Sawa, Wiwirano, dan Lasolo
untuk pengembangan perkebunan (kakao, lada, kelapa sawit dan jambu
mente). Kawasan yang diperuntukkan sebagai pusat pertumbuhan dari
kegiatan pertambangan, energi, dan sumberdaya mineral yaitu Asera dan
Lasolo (Pulau Bahubulu) untuk bahan baku bijih nikel, potensi marmer dan
batuan ultra biasa (bahan ornamen), Kecamatan Lasolo untuk batuan kapur
dan semua kecamatan untuk potensi pasir. Sedangkan kawasan yang
diperuntukkan sebagai pusat pertumbuhan dari kegiatan industri dan
perdagangan yaitu Wiwirano untuk industri perkebunan minyak kelapa sawit
dan CPO serta semua kecamatan untuk industri perikanan. Kawasan yang
diperuntukkan sebagai pusat pertumbuhan dari kegiatan pariwisata yaitu
Tanjung Taipa di Kecamatan Sawa, Teluk Dalam di Kecamatan Molawe,
Pantai Mandiodo dan Air Terjun Watiwa, Air Terjun Buih Dingin di Kampung
Baenaga Desa Tapunggaea di Kecamatan Molawe, Air Terjun Morende
rende, Telaga Warna (Linomoio, Lino Mbaebiu, Mataringgolaka) di
Kecamatan Asera, Sumber Air Panas Wawolesea di Kecamatan Lasolo.
Permasalahan utama Kabupaten Konawe Utara adalah konflik
pemanfaatan ruang antara kegiatan konservasi hutan lindung dengan
kegiatan pertambangan, perkebunan dan permukiman. Pertambangan nikel
yang ada mempunyai potensi yang cukup besar dan dapat memberikan
dampak positif pada sektor perekonomian. Namun dalam perkembangannya
kegiatan pertambangan ini cenderung berbenturan dengan fungsi kawasan
yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung, salah satunya berada di Pulau
Bahubulu. Konflik ini diawali dengan upaya menghadirkan kegiatan
budidaya seperti permukiman, perkebunan dengan harapan fungsi kawasan
lindung dikawasan tersebut dapat berubah seiring dengan berjalannya
waktu. Pada tahun 2005 skenario untuk mengembangkan kawasan
pertambangkan di pulau bahubulu mulai dilakukan dengan pengajuan kuasa
VI- 2
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 3
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 4
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 5
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 6
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 7
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
yang jelas bagi pejalan kaki di kawasan studi. Fasilitas pejalan kaki yang ada
tidak dapat dimanfaatkan secara efisien karena fasilitas yang ada digunakan
secara bersama dengan kegiatan lain (sektor informal dan parkir kendaraan
bermotor). Penggunaan ruang jalan yang tidak efisien menyebabkan kualitas
pelayanan bagi pejalan kaki menjadi sangat rendah, sedangkan untuk
kondisi geometri Jalan Di Kabupaten Konawe Utara dapa dilihat pada Tabel
6.1.
VI- 8
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 9
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 10
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 11
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
A. Analisis Pertumbuhan
Untuk menganalisis pertumbuhan lalu lintas pada ruas Jalan di Kabupaten
Konawe Utara dapat ditinjau dari beberapa faktor yang mempengaruhi, Dari
beberapa nilai pertumbuhan yang diperoleh, maka dapat diketahui nilai
pertumbuhan masingmasing unsur. Untuk menentukan data volume lalu
lintas tahun 2021 di daerah studi dipergunakan nilai pertumbuhan
kepemilikan kendaraan, dengan rumus nilai pertumbuhan (i) sebagai berikut:
VI- 12
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 13
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 14
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 15
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 16
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 17
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 18
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 19
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 20
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 21
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 22
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 23
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 24
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 25
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 26
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 27
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Panjang
Jaringan Jalan Nama
(Km)
Kendari–Simpang Pohara
Jalan Pengumpan Antar Jalan
Lintas Sulawesi: Kolaka– 150,23
Unaaha–Simpang Pohara
Jalan Lainnya: 23,93
Jalan Lintas Tengah Sulawesi:
Kolaka–Wolulu–
Boepinang–Kasipute– 409,79
Tinanggea–Awunio–Wua-Wua
(Kendari)
Jalan Jalan Lintas Timur Sulawesi:
Kolektor Batas Sulteng–Asera– Taipa– 196,16
Primer Satu Simpang Pohara
(JKP-1) Jalan Lintas Pulau Buton:
Labuan–Maligano– Wakangka– 180,63
Baubau
Jalan Pulau Buton: Baubau–
Pasarwajo–Lasalimu
Jalan Lainnya:
Jalan Provinsi
Jalan Jalan Pulau Muna: Tampo–
Kolektor Raha–Lakapera–Wara
Primer Dua Jalan Pulau Buton:
(JKP-2) Jalan Lainnya: 421,13
Jalan
Kolektor
191,76
Primer Tiga
(JKP-3)
Total 2.303,14
Sumber: RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara 2014-2034
VI- 28
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 29
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 30
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 31
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 32
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Hirarki
Pusat Skala Pelayanan Arahan Pengembangan Infrastruktur
Perkotaan
Kabupaten
(pusat
administrasi
Wanggudu
dan untuk Fasilitas pelayanan publik
di
PKL melayani tingkat kabupaten; Jaringan
Kec.
kegiatan jalan darat yang terintegrasi
Asera
skala Kab.
Konawe
Utara)
Kecamatan
Fasilitas pelayanan publik
(untuk
tingkat kecamatan; Fasilitas
melayani
pendukung kegiatan
kegiatan
Sawa di agroindustri, pertambangan,
PPK skala
Kec. Sawa perikanan, perkebunan,
kecamatan
pertanian, industri
atau
danpariwisata; Jaringan
beberapa
jalan darat yang terintegrasi
desa)
Fasilitas pelayanan publik
tingkat kecamatan; Fasilitas
pendukung kegiatan
Kecamatan (untuk Molawe
agroindustri, pertambangan,
di Kec. melayani kegiatan
PPK perikanan, perkebunan,
Molawe skala kecamatan
pertanian, industri
atau beberapa desa)
danpariwisata; Pelabuhan
Lokal; Jaringan jalan darat
yang terintegrasi
VI- 33
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 34
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 35
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Pulau Nama
Matotoroh, Pulau Sikampali, Pulau Sisik,
Pulau Titiras, Pulau Tukohkulai , Pulau
Tukohkumbar, Pulau Tukohmadialang,
Pulau Tukohmasigi, Pulau Tukohpadinding Basah,
Pulau Tukohpadinding Karama,
Pulau Tukohpadinding Kima, Pulau
Tukohpadinding Kuitta, Pulau Tukohpadinding
Kulelo, Tukohpote dan Pulau Tukohtetera
VI- 36
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 37
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 38
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 39
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 40
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 41
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
VI- 42
BAB VI Analisis Penentuan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
BAB 5
ANALISIS DATA
BAB V AN ALISIS D AT A
V- 1
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
5.1.1. Pendahuluan
Tujuan dasar tahap bangkitan pergerakan adalah menghasilkan
model hubungan yang mengaitkan parameter tata guna lahan dengan
jumlah pergerakan yang menuju ke suatu zona atau jumlah pergerakan yang
meninggalkan suatu zona. Zona asal dan tujuan pergerakan biasanya juga
menggunakan istilah trip end.
Model ini sangat dibutuhkan apabila efek tata guna lahan dan
pemilikan pergerakan terhadap besarnya bangkitan dan tarikan pergerakan
berubah sebagai fungsi waktu. Tahapan bangkitan pergerakan ini
meramalkan jumlah pergerakan yang akan dilakukan oleh seseorang pada
setiap zona asal dengan menggunakan data rinci mengenai tingkat
bangkitan pergerakan, atribut sosio-ekonomi, serta tata guna lahan.
Tahapan ini bertujuan mempelajari dan meramalkan besarnya tingkat
bangkitan pergerakan dengan mempelajari beberapa variasi hubungan
antara ciri pergerakan dengan lingkungan tata guna lahan. Beberapa kajian
transportasi berhasil mengidentifikasi korelasi antara besarnya pergerakan
dengan berbagai peubah, dan setiap peubah tersebut juga saling
berkorelasi. Tahapan ini biasanya menggunakan data berbasis zona untuk
memodel besarnya pergerakan yang terjadi (baik bangkitan maupun
tarikan), misalnya tata guna lahan, pemilikan kendaraan, populasi, jumlah
pekerja, kepadatan penduduk, pendapatan, dan juga moda transportasi
yang digunakan. Khusus mengenai angkutan barang, bangkitan dan tarikan
pergerakan diramalkan dengan menggunakan atribut sector industri dan
sektor lain yang terkait.
1. Definisi dasar
• Perjalanan Pergerakan satu arah dari zona asal ke zona tujuan,
termasuk pergerakan berjalan kaki. Berhenti secara kebetulan
(misalnya berhenti di perjalanan untuk membeli rokok) tidak dianggap
sebagai tujuan perjalanan, meskipun perubahan rute terpaksa
dilakukan. Meskipun pergerakan sering diartikan dengan pergerakan
pulang dan pergi, dalam ilmu transportasi biasanya analisis keduanya
harus dipisahkan. Hal yang dikaji di sini tidak saja mengenai
V- 2
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 3
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Sepanjang tahun 1980-an, beberapa definisi lain seperti tour dan trip
chain sering dipakai dalam perencanaan dan pemodelan transportasi.
Hal ini sangat mendukung teori yang menyatakan bahwa kebutuhan akan
pergerakan sebenarnya adalah kebutuhan turunan (sesuatu yang sangat
tergantung dari adanya keterkaitan dengan kegiatan lainnya). Akan
tetapi, definisi tersebut hanya sering digunakan pada model pemilihan
diskret; lihat Daly et al (1983).
Bangkitan pergerakan harus dianalisis secara terpisah dengan tarikan
pergerakan. Jadi, tujuan akhir perencanaan tahapan bangkitan
pergerakan adalah menaksir setepat mungkin bangkitan dan tarikan
pergerakan pada masa sekarang, yang akan digunakan untuk
meramalkan pergerakan pada masa mendatang.
2. Klasifikasi pergerakan
• Berdasarkan tujuan pergerakan Pada prakteknya, sering dijumpai
bahwa model bangkitan pergerakan yang lebih baik bisa didapatkan
dengan memodel secara terpisah pergerakan yang mempunyai tujuan
berbeda. Dalam kasus pergerakan berbasis rumah, lima kategori
tujuan pergerakan yang sering digunakan adalah:
✓ pergerakan ke tempat kerja
✓ pergerakan ke sekolah atau universitas (pergerakan dengan
tujuan pendidikan)
✓ pergerakan ke tempat belanja
✓ pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi, dan
✓ lain-lain
Dua tujuan pergerakan pertama (bekerja dan pendidikan) disebut
tujuan pergerakan utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan
oleh setiap orang setiap hari, sedangkan tujuan pergerakan lain
sifatnya hanya pilihan dan tidak rutin dilakukan. Pergerakan berbasis
bukan rumah tidak selalu harus dipisahkan karena jumlahnya kecil,
hanya sekitar 15-20% dari total pergerakan yang terjadi.
• Berdasarkan waktu Pergerakan biasanya dikelompokkan menjadi
pergerakan pada jam sibuk dan pada jam tidak sibuk. Proporsi
pergerakan yang dilakukan oleh setiap tujuan pergerakan sangat
V- 4
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 5
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 6
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
.......................................................... (2)
f bisa merupakan fungsi perkalian tanpa parameter, sedangkan tikatas d
dan c menandakan tahun sekarang (d) dan tahun rencana (c).
Contoh : Pertimbangkan suatu zona dengan 250 rumah tangga bermobil
dan 250 rumah tangga tanpa mobil. Asumsikan kita mengetahui rata-rata
tingkat bangkitan pergerakan untuk setiap kelompok:
rumah tangga bermobil menghasilkan : 6,0 pergerakan/hari
rumah tangga tanpa mobil menghasilkan : 2,5 pergerakan/hari
Dengan mudah kita mendapatkan jumlah pergerakan dari zona tersebut,
yaitu:
V- 7
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Akan tetapi, metode ini sangat kasar. Jika kita menggunakan informasi
rata-rata tingkat bangkitan pergerakan dan berasumsi bahwa tingkat
pergerakan tersebut tetap konstan, kita mendapatkan jumlah pergerakan
pada masa mendatang sebesar:
Ti = 500 x 6 = 3.000
V- 8
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
fungsional dengan satu atau lebih peubah bebas (xi). Dalam kasus
yang paling sederhana, hubungan secara umum dapat dinyatakan
dalam persamaan (3) berikut.
Y = A + BX .......................................................... (3)
...................................................... (4)
.......................................................... (5)
Y dan X adalah nilai rata-rata dari Yi dan Xi.
• Koefisien determinasi (R2) Gambar 5.2 memperlihatkan garis
regresi dan beberapa data yang digunakan untuk mendapatkannya.
Jika tidak terdapat nilai x, ramalan terbaik Yi adalah Yi . Akan tetapi,
gambar memperlihatkan bahwa untuk xi, galat metode tersebut akan
tinggi: (Yi-Yi ). Jika xi diketahui, ternyata ramalan terbaik Yi menjadi
Yˆi dan hal ini memperkecil galat menjadi (Yi-Yˆi ).
V- 9
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
..(6)
..(7)
.......................................................... (8)
Koefisien ini mempunyai batas limit sama dengan satu (perfect
explanation) dan nol (no explanation); nilai antara kedua batas limit ini
ditafsirkan sebagai persentase total variasi yang dijelaskan oleh
analisis regresi-linear.
V- 10
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 11
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 12
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 13
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 14
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Beberapa kondisi harus dipenuhi, seperti total sel matriks untuk setiap
baris (i) harus sama dengan jumlah pergerakan yang berasal dari zona asal
i tersebut (Oi). Sebaliknya, total sel matriks untuk setiap kolom (d) harus
sama dengan jumlah pergerakan yang menuju ke zona tujuan d (Dd). Kedua
batasan ini ditunjukkan pada persamaan (9) :
.......................................................... (9)
V- 15
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 16
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
.............................. (10)
V- 17
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 18
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
.......................... (11)
Dalam ilmu geografi, gaya dapat dianggap sebagai pergerakan antara
dua daerah; sedangkan massa dapat digantikan dengan peubah seperti
populasi atau bangkitan dan tarikan pergerakan; serta jarak, waktu, atau
biaya sebagai ukuran aksesibilitas (kemudahan). Jadi, untuk keperluan
transportasi, model GR dinyatakan sebagai:
....................................... (12)
Model ini mempunyai beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dikatakan
bahwa pergerakan antara zona asal i dan zona tujuan d berbanding lurus
dengan Oi dan Dd dan berbanding terbalik kuadratis terhadap jarak
antara kedua zona tersebut. Jadi, dalam bentuk matematis, model GR
dapat dinyatakan sebagai:
........................................................................ (13)
Jika salah satu nilai Oi dan salah satu nilai Dd menjadi dua kali,
pergerakan antara kedua zona meningkat empat kali sesuai dengan
persamaan di atas; sebenarnya pergerakan diperkirakan meningkat
hanya dua kali. Untuk menjawab hal ini, persamaan yang membatasi Tid
diperlukan, dan batasan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh persamaan
(14).
V- 19
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
............................................................. (14)
Oi dan Dd menyatakan jumlah pergerakan yang berasal dari zona i dan
yang berakhir di zona d. Oleh karena itu, penjumlahan sel MAT menurut
‘baris’ menghasilkan total pergerakan yang berasal dari setiap zona,
sedangkan penjumlahan menurut ‘kolom’ menghasilkan total pergerakan
yang menuju ke setiap zona. Pengembangan persamaan (13), dengan
batasan persamaan (14), menghasilkan persamaan (15) berikut:
............................................................. (15)
Kedua persamaan pembatas (5.20) dipenuhi jika digunakan konstanta Ai
dan Bd, yang terkait dengan setiap zona bangkitan dan tarikan.
Konstanta itu disebut factor penyeimbang.
...................................... (16)
Selain itu, Dacey and Norcliffe (1977) mengembangkan model sebaran
pergerakan dengan-dua-batasan dengan batasan yang tidak terlalu
mengikat seperti yang ditunjukkan dalam persamaan (17):
......................................... (17)
................................................ (18)
Ni dan Md adalah total pergerakan maksimum dan T adalah total
pergerakan yang dilakukan dalam sistem tersebut. Sejauh ini, tidak ada
bukti yang mendukung bahwa jarak memegang peranan yang sama
dalam sektor transportasi [persamaan (12)] seperti yang berlaku dalam
hukum fisika Newton. Jadi, perlu digunakan bentuk umum jarak, waktu,
dan biaya yang biasa disebut fungsi hambatan atau hambatan
transportasi.
Persamaan Ai dan Bd didapatkan secara berulang-ulang dan dapat
dengan mudah dicek bahwa Tid pada persamaan (13) sudah memenuhi
batasan persamaan (14). Kita dapat menghitung nilai Bd untuk setiap d
dengan menggunakan persamaan (14), yang nilainya kemudian
digunakan lagi untuk menghitung kembali nilai Ai. Proses ini diulangi
V- 20
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
........................ (20)
....................................... (21)
Bentuk umum ketiga fungsi hambatan ini untuk nilai parameter yang
berbeda-beda dapat dilihat pada gambar 5.6.
V- 21
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 22
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 23
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
....................................................... (22)
• Model PCGR Dalam model ini, total pergerakan global hasil
bangkitan pergerakan harus sama dengan total pergerakan yang
dihasilkan dengan pemodelan; begitu juga, bangkitan pergerakan
yang dihasilkan model harus sama dengan hasil bangkitan
pergerakan yang diinginkan. Akan tetapi, tarikan pergerakan tidak
perlu sama. Untuk jenis ini, model yang digunakan persis sama
dengan persamaan (22), tetapi dengan syarat batas yang berbeda,
yaitu:
• Model ACGR Dalam hal ini, total pergerakan secara global harus
sama dan juga tarikan pergerakan yang didapat dengan pemodelan
harus sama dengan hasil tarikan pergerakan yang diinginkan.
Sebaliknya, bangkitan pergerakan yang didapat dengan pemodelan
tidak harus sama. Untuk jenis ini, model yang digunakan persis sama
dengan persamaan (22), tetapi dengan syarat batas yang berbeda,
yaitu:
V- 24
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
• Model DCGR Dalam hal ini, bangkitan dan tarikan pergerakan harus
selalu sama dengan yang dihasilkan oleh tahap bangkitan
pergerakan. Model yang digunakan persis sama dengan persamaan
(22), tetapi dengan syarat batas:
V- 25
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Dengan kata lain, jika lapangan pekerjaan pada suatu zona tertentu
dapat diperkirakan dengan baik, maka pergerakan (bekerja) ke daerah
tersebut akan dapat diramalkan juga dengan baik. Akan tetapi, jika
terdapat 10.000 m2 tempat perbelanjaan dalam suatu zona, tidaklah
mudah untuk memastikan berapa perjalanan yang akan menuju ke zona
tersebut. Hal itu dapat berubah dengan dilakukannya perubahan sistem
transportasi, yang jelas akan mengubah aksesibilitas dari zona tersebut
dan mengubah hubungan antara luas lantai dengan tarikan pergerakan.
Dengan kata lain, walaupun luas lantai dapat diramalkan dengan tepat,
tidak mudah meramalkan tarikan pergerakan secara tepat.
Secara umum, bangkitan pergerakan berbasis rumah lebih dapat diyakini
kebenarannya dibandingkan dengan tarikan pergerakan. Oleh karena itu,
dalam kebanyakan kajian, pergerakan berbasis rumah biasanya
menggunakan model PCGR atau model DCGR. Model DCGR sering
digunakan untuk memodel pergerakan berbasis rumah; baik untuk tujuan
bekerja maupun pendidikan. Akan tetapi, untuk jenis pergerakan ini,
persamaan model ACGR biasanya lebih tepat karena berdasarkan pada
peubah yang mudah dihitung (misalnya populasi).
Model PCGR dapat digunakan untuk pergerakan berbasis rumah dengan
berbagai tujuan pergerakan, sedangkan model ACGR lebih mudah
dispesifikasi dan dikalibrasi, misalnya tujuan belanja dan bisnis. Untuk
pergerakan berbasis bukan rumah, baik model PCGR maupun ACGR
tidak biasanya dapat diramalkan secara pasti sehingga model UCGR
(atau model faktor pertumbuhan) yang biasanya digunakan. Alasan lain
penggunaan model UCGR atau SCGR adalah karena data yang tidak
cukup, atau ketepatan hasil tidak begitu dipermasalahkan untuk kajian
perencanaan jangka panjang, misalnya untuk kota yang tumbuh dan
berubah dengan cepat. Dapat disimpulkan bahwa kajian transportasi
mungkin menggunakan model GR dengan jenis yang berbeda-beda
untuk tujuan pergerakan yang berbeda-beda. Pergerakan untuk tujuan
tertentu itu kemudian dijumlahkan dan menghasilkan total pergerakan
untuk semua tujuan pergerakan. Dalam beberapa daerah kajian yang
biasanya berkembang dengan cepat, misalnya kota di Indonesia, tidaklah
V- 26
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 27
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 28
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 29
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 30
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 31
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 32
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 33
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 34
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 35
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 36
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 37
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 38
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Kurva itu adalah kurva empiris yang didapatkan langsung dari data
dan dapat digunakan untuk menghitung proporsi pengguna jalan yang akan
berpindah menggunakan moda transportasi lain yang lebih cepat −
dinamakan kurva diversi. Salah satu kendala model tersebut adalah hanya
bisa digunakan untuk matriks pergerakan yang sudah mempunyai alternatif
moda yang akan digunakan. Model ini mempunyai dasar teori yang lemah
sehingga kemampuan peramalannya diragukan. Model ini juga
mengabaikan beberapa peubah kepekaan kebijakan misalnya tarif dan biaya
parkir. Juga, karena bersifat agregat, model ini tidak dapat digunakan untuk
memodel secara tepat batasan dan ciri moda yang tersedia bagi setiap
individu atau rumah tangga.
5.3.5. Model pemilihan moda dan kaitannya dengan model lain
Analisis pemilihan moda dapat dilakukan pada tahap yang berbeda-
beda dalam proses perencanaan dan pemodelan transportasi. Hal ini
diilustrasikan dalam gambar 5.9. Pendekatan model pemilihan moda sangat
bervariasi, tergantung pada tujuan perencanaan transportasi. Salah satu
pendekatan mengatakan bahwa proses pemilihan moda dilakukan pada
tahapan menghitung bangkitan pergerakan; di sini pergerakan angkutan
umum langsung dipisahkan dengan angkutan pribadi. Kemudian, setiap
moda dianalisis secara terpisah selama tahapan proses pemodelan.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peubah sosio-ekonomi sangat
mempengaruhi proses pemilihan moda.
V- 39
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 40
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
2. Model jenis II
Model jenis II sering digunakan oleh banyak kajian belakangan ini untuk
perencanaan angkutan jalan raya, bukan untuk angkutan umum. Oleh
karena itu, hal yang terbaik yang harus dilakukan adalah mengabaikan
pergerakan angkutan umum dalam pemodelan sehingga proses sebaran
pergerakan langsung terkonsentrasi dalam pergerakan angkutan pribadi.
Komentar ini dapat juga ditujukan untuk model jenis I. Teknik utama yang
digunakan pada model jenis II adalah penggunaan dengan kurva diversi.
Contohnya, persentase pergerakan yang menggunakan angkutan pribadi
sebagai fungsi dari peubah pemilikan kendaraan. Contoh pemakaian
pemilikan kendaraan terlihat pada gambar 5.10. (Hutchinson, 1974).
V- 41
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
............................ (23)
V- 42
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
4. Model jenis IV
Model jenis IV sangat sering digunakan (walaupun model jenis III lebih
populer di negara Barat). Model tersebut menggunakan kurva diversi,
persamaan regresi atau variasi model III. Model ini selalu menggunakan
nisbah atau selisih hambatan antara dua moda yang bersaing. Bruton
(1975) mendiskusikan hal ini secara lebih mendalam (lihat gambar 5.12).
Apa yang dimaksud dengan pemilihan didasarkan atas selisih atau
nisbah dari hambatan kedua moda? Suatu moda bergerak dua kali lebih
cepat dibandingkan dengan moda lainnya, atau suatu moda tiba lebih
cepat 10 menit dibandingkan dengan moda lainnya. Kedua pendekatan
ini akan digunakan sebagai faktor penentu dalam proses pemilihan
moda. Black (1981) memberikan contoh kurva diversi model yang
digunakan oleh Traffic Research Corporation of Canada (Lembaga
Penelitian Lalulintas Kanada) pada tahun 1960-an (lihat gambar 5.8).
V- 43
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
........................................................................ (24)
V- 44
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 45
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 46
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 47
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
........................... (25)
P adalah populasi, I adalah pendapatan, dan c adalah waktu atau biaya
tempuh dari zona i ke zona d dengan moda k, serta θ, α, dan φ adalah
parameter model. Bentuk yang kompleks itu dapat ditulis kembali dalam
bentuk sederhana yang menggunakan beberapa peubah gabungan
berikut ini (Manheim, 1979):
V- 48
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
........................................................................ (26)
dan transformasi ini memudahkan memperkirakan parameter model.
Sebagai contoh, φk adalah parameter skala yang tergantung pada
tujuan pergerakan. θk1 dan θk2 adalah elastisitas kebutuhan terhadap
populasi dan pendapatan. Kita perkirakan kedua peubah ini mempunyai
tanda positif (+). 1αkm dan 2αkm adalah elastisitas kebutuhan terhadap
waktu dan biaya perjalanan; dalam hal ini elastisitas langsung (k = m)
harus bertanda negatif, sedangkan elastisitas silang harus bertanda
positif. Model ini sangat menarik secara prinsip karena dapat mengolah
proses bangkitan, sebaran pergerakan, dan pemilihan moda secara
simultan termasuk atribut moda yang saling bersaing, tingkat pelayanan
yang bervariasi, dan peubah aktivitas lainnya. Masalah utama adalah
sangat banyaknya parameter yang diperlukan. Domencich et al (1968)
menawarkan bentuk lain yang terdiri dari fungsi linear dan eksponensial,
selain fungsi perkalian. Bentuk lain diusulkan untuk pemakaian pada
North East Corridor Study di Amerika Serikat yang dikenal dengan model
McLynn (lihat Manheim 1979) mempunyai bentuk seperti:
...... (27)
Untuk memahami fungsi tersebut, pertimbangkan penyederhanaan
berikut ini: misalkan hanya terdapat dua moda (1 dan 2) dan ψ = 0.
Hilangkan tikalas i dan d dan definisikan beberapa peubah gabungan
berikut ini:
V- 49
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Gambar 5. 27 Model McLynn: (a) Kurva pemilihan moda dan (b) Kurva isocost
V- 50
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
bagian akhir dan bagian pembagi pada (27) hilang sehingga persamaan
tersebut menjadi:
yang secara efektif menyatakan apa yang terjadi jika suatu moda tidak
mempengaruhi moda lain. Nyatanya, hanya jika 0<ψ<1 sajalan model
tersebut berfungsi baik (contoh: nilai kalibrasi ψ terbaik pada kajian
tersebut adalah 0,77 (Mclynn and Woronka, 1969). Pertimbangkan
fungsi:
........................................................................ (28)
dengan waktu t dalam jam, tarif c dalam dolar dan pelayanan q dalam
pergerakan per hari. Nilai parameter yang dihasilkan adalah α = −2, β =
−1 dan μ = 0,8 (perhatikan bahwa tandanya sesuai dengan intuisi).
Operator ingin meningkatkan tarif sebesar 20%; perubahan apa yang
harus dilakukan pada tingkat pelayanan agar pangsa penumpang tetap?
Definisikan L12 = L = t−2c−1q0,8. Kita ketahui bahwa jika L tetap
konstan, volume T12 tidak akan berubah. Kita juga tahu bahwa
elastisitas E(L,x) dari tingkat pelayanan terhadap setiap atribut x (waktu,
biaya, dan frekuensi) adalah −2, −1 dan 0,8. Sekarang, jika hanya c
yang berubah, kita dapatkan L = k/c dengan k konstan sehingga
peningkatan c sebesar 20% berarti tingkat pelayanan baru L’ = k/1,2c
atau L/L’ = 0,833 yang berarti penurunan L sebesar 16,67%. Dalam hal
ini, operator harus mengatur perubahan pada waktu tempuh, frekuensi
pelayanan, atau keduanya. Sekarang, dari definisi elastisitas, kita
dapatkan:
Jadi, jika kita inginkan ΔL(c) sama dengan −ΔL(q), kita membutuhkan:
V- 51
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
Ini adalah persamaan garis lurus dari solusi yang ada seperti terlihat
pada gambar 5.17.
Salah satu kajian seperti ini (Quandt and Baumol, 1966) mengusulkan
penambahan moda fiktif yang bentuk fungsinya dapat ditulis:
.............................. (29)
dengan φ, α, dan β adalah parameter yang hendak dikalibrasi; indeks h
digunakan untuk mengindikasikan atribut biaya (misalnya waktu tempuh,
tarif, atau jarak antarkendaraan). Aik adalah atribut setiap zona i
(misalnya populasi atau pendapatan); Cidhm adalah nilai atribut biaya h
untuk moda m antara zona i dan d, serta Cidhb adalah atribut h terbaik
antara dua zona tersebut (misalnya tingkat termurah).
V- 52
BAB V Analisis Data
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten Konawe Utara
V- 53
BAB V Analisis Data