Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON MUTU TINGGI

DENGAN PERKUATAN WIREMESH YANG MENGGUNAKAN LIMBAH BETON

(Experimental Study Of Flexural Strength In High Quality Concrete Beam With Wiremesh
Strengthening Using Concrete Waste)

Sutrang S Nurdin1*), Fatmawaty Rachim2), Asri Mulya Setiawan 3)


1*)
Mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Fajar,
2)3)
Dosen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Fajar,
Jl. Prof. Abdurrahman Basalamah no. 101, Makassar, 90231
*)
email : sutrangsidin@gmail.com

ABSTRAK
Beton mutu tinggi memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan beton normal biasa.
Kekuatan beton dipengaruhi oleh pasta semen, agregat, dan lekatan semen-agregat. Penggunaan
limbah beton sebagai pengganti agregat kasar diharapkan mampu mengatasi masalah dalam
pencemaran lingkungan. Penambahan superplasticizer campuran beton segar mampu meningkatkan
kekuatan beton yang dihasilkan dengan jumlah air yang sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik beton mutu tinggi yang menggunakan limbah beton sebagai pengganti
agregat kasar, nilai kuat lentur beton mutu tinggi yang menggunakan limbah beton sebagai
pengganti agregat kasar,serta peningkatan kuat lentur balok beton mutu tinggi dengan perkuatan
wiremesh terhadap balok tanpa perkuatan. Variasi limbah beton yang digunakan yakni 0%, 50%
dan 100%, serta penambahan wiremesh pada variasi limbah beton 50% dan 100%. Pengujian kuat
lentur dilakukan pada umur beton 28 hari. Berdasarkan hasil pengujian nilai kuat lentur beton rata-
rata yang tertinggi 2,79 MPa terdapat pada variasi limbah beton 0% (BN 0%) sedangkan persentase
rata-rata peningkatan kuat lentur balok dengan perkuatan wiremesh terhadap balok tanpa perkuatan
perkuatan pada variasi limbah beton 50% yang tertinggi dengan peningkatan rata-rata sebesar
196,06 persen.

Kata kunci : Beton Mutu Tinggi, Superplasticizer, Workability, Kuat Lentur, Wiremesh

ABSTRACT
High strength concrete has a higher compressive strength than normal normal concrete. The
strength of concrete is affected by cement paste, aggregate, and cement-aggregate adhesion. The
use of concrete waste as a substitute for coarse aggregate is expected to be able to overcome
problems in environmental pollution. The addition of a superplasticizer to fresh concrete mixtures
can increase the strength of the concrete produced with a small amount of water . This study aims to
determine the characteristics of high quality concrete using concrete waste as a substitute for
coarse aggregate, the flexural strength value of high-strength concrete that uses concrete waste as
a substitute for coarse aggregate, as well as an increase in the flexural strength of high-strength
concrete beams with wiremesh reinforcement to unreinforced beams. Variations of concrete waste
used are 0%, 50% and 100%, as well as the addition of wiremesh to variations of 50% and 100%
concrete waste. The flexural strength test was carried out at 28 days of concrete. Based on the test
results, the highest average flexural strength value of 2.79 MPa is found in the concrete waste
variation of 0% (BN 0%) while the average percentage increase in the flexural strength of the beam
with wiremesh reinforcement to beams without reinforcement in the concrete waste variation 50 %
the highest with an average increase of 196.06 percent
Keywords: High Quality Concrete, Superplasticizer, Workability, Flexural Strength, Wiremesh
PENDAHULUAN
Indonesia masih dikategorikan sebagai negara berkembang begitu pula dengan
infrastrukturnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu pembangunan dibidang infrastruktur
semakin mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang, misalnya : gedung, jalan,
jembatan, tower, dan beton masih merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam
konstruksi bangunan tersebut.
Disisi lain dampak negatif dalam pembangunan sebuah negara adalah banyaknya konstruksi
bangunan atau gedung lama yang dihancurkan karena lahan tersebut akan dipakai untuk
kepentingan infrastruktur baru. Sisa-sisa dari penghancuran bangunan atau gedung tersebut dapat
berupa limbah beton atau baja. Limbah baja dapat didaur ulang menjadi baja yang baru,
sedangkan limbah beton tidak dapat didaur ulang sehingga hanya menjadi limbah yang mencemari
lingkungan. Oleh sebab itu muncullah inovasi dalam penggunaan limbah beton sebagai pengganti
agregat kasar pada campuran beton segar. Kelebihan dari penggunaan limbah beton ini adalah
mengurangi limbah beton dan biaya dapat lebih murah dibanding dengan agregat alami, dimana
pada era saat ini agregat alami yang berkualitas sudah semakin sulit diperoleh karena
penggaliannya yang dapat merusak lingkungan.
Sejalan dengan perkembangan beton, maka banyak pula metode untuk mendesain campuran
beton. Dalam pembangunan gedung-gedung bertingkat tinggi dibutuhkan beton kekuatan tinggi,
beton mutu tinggi merupakan pilihan yang tepat. Beton mutu tinggi (high strength concrete) yang
tercantum dalam (Departemen Pekerjaan Umum, 2000-SNI 03-6468), didefinisikan sebagai
beton yang mempunyai kuat tekan yang disyaratkan lebih besar sama dengan 41,4 MPa. Usaha
untuk mendapatkan beton mutu tinggi yaitu dengan meningkatkan mutu material, misalnya
kekerasan agregat dan kehalusan butir semen. Dalam peningkatan mutu beton dapat dilakukan
dengan memberikan bahan tambah yang mana di antaranya adalah superplasticizer, dimana
superplasticizer berfungsi ganda yang apabila dicampurkan dengan dosis tertentu dapat
mengurangi jumlah pemakaian air dan mempercepat waktu pengerasan, meningkatkan workability
dan dapat mereduksi kandungan air dalam campuran beton, membuat beton bermutu tinggi dan
membuat beton kedap air secara permanen.
Disaat bersamaan, beton juga mengalami penurunan kekuatan yang bisa berakibat pada
kerusakan atau kegagalan struktur, hal ini tidak terlepas dari fungsi balok yaitu menahan gaya
lentur dan geser karena balok merupakan elemen yang memiliki peranan cukup besar dalam
memikul beban terutama memikul beban lentur. Kerusakan atau kegagalan struktur tersebut dapat
diakibatkan oleh umur struktur, akibat perubahan pembebanan, ataupun akibat bencana alam.
Akibat kerusakan tersebut maka perlu upaya perbaikan struktur dengan metode perbaikan yang
baik dan mudah dikerjakan di lapangan.
Penelitian tentang perbaikan struktur telah banyak dilakukan. Metode perbaikan yang
dilakukan pada kerusakan struktur beton bertujuan untuk meningkatkan kapasitas beban yang
biasanya dengan menambah tulangan atau bahan lainnya. Perkuatan dapat menggunakan
bahan-bahan antara lain wiremesh atau besi tulangan yang ditambahkan pada area keruntuhan
dan ditempelkan pada beton lama dengan shortcrete atau penambahan struktur plat baja. Dengan
penambahan wiremesh atau baja tulangan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan balok
untuk menahan beban.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah meteode eksperimental yang dilakukan di
Laboratorium Struktur dan Bahan Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar Makassar.
Adapun bahan, peralatan dan desain pencampuran dan ekperimental dijelaskan sebagai berikut :
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen tipe Portland Cement Composite
(PCC), agregat kasar/limbah beton dengan ukuran 10-20 mm, agregat halus dan air.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin pencampur bahan (mixer), cetakan
berbentuk balok lebar 10 cm, tinggi 20 cm, dan panjang 60 cm, timbangan, cetok semen, alat
pemotong besi, oven, saringan, mistar, Slump test, Tokyo Testing Machine (UTM), alat uji, Gelas
ukur, kuas, sekop, palu dan ember
Prosedur
1. Mix Design
Pencampuran beton dilakukan setelah pemeriksaan agregat baik kasar/limbah beton maupun
agregat halus disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) kemudian dilakukan pemisahan
ukuran butir agregat sesuai dengan variasi yang ditentukan yaitu variasi limbah 0%, 50% dan 100%.
Kemudian dilakukan pencampuran beton dengan penambahan superplasticizer sesuai dengan
komposisi campuran yang telah direncanakan sesuai dengan SNI yang dilaksanakan di
Laboratorium Teknik Sipil Universitas Fajar.
2. Slump Test
Pengujian slump ini dilakukan dengan menggunakan Kerucut Abrams, dengan ukuran tinggi
30 cm, diameter dibawah 20 cm, dan diameter diatas 10 cm dan dilengkapi dengan tongkat
pengerojok berdiameter 16 mm dan panjangnya 60 cm.
3. Pembuatan Benda Uji
Benda uji beton dibuat berbentuk balok dengan ukuran lebar (b) 10 cm, tinggi (h) 20 cm dan
panjang (p) 60 cm sebanyak 11 buah. Benda uji yang dibuat yaitu beton normal dan beton dari
limbah beton sebagai agregatnya serta pelapisan (retrofit) dengan wiremesh pada benda uji. Adapun
variasi benda uji yang akan dibuat dengan penggunaan limbah beton sebagai pengganti agregatnya
yaitu sebanyak 0%, 50%, dan 100%. Perhitungan jumlah benda uji beton dengan variasi limbah
beton sebagai pengganti agregatnya dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1
Jumlah Benda Uji Untuk Tiap Persentase Limbah Beton
Variasi Limbah Beton Sebagai Pengganti Jumlah
Agregat Kasar Benda
Sifat
Uji
Umur Mekanik 50% + 100% +
28 Hari 0% 50% 100%
Wiremesh Wiremesh
Kuat
3 2 2 2 2 11
Lentur

4. Curing
Perawatan beton dilakukan untuk menjaga agar beton selalu lembab dan mengurangi
penyusutan pada beton. Hal ini bertujuan untuk menjamin proses reaksi hidrasi semen berlangsung
dengan sempurna sehingga terhindar dari timbulnya retak-retak dan mutu beton tidak turun.
Perawatan yang dilakukan dengan merendaman benda uji kedalam air tawar selama 28 hari.
5. Pengujian Sifat Mekanik
Pengujian sifat mekanik dalam penelitian ini yaitu pengujian kuat lentur. Pengujian kuat
lentur menggunakan alat TTM (Tokyo Testing Machine) dilakukan dengan benda uji balok
berukuran 10 cm x 12 cm x 60 cm dengan metode two point load.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Agregat
Pengujian agregat halus dan kasar dilakukan dilaboratorium berdasarkan standar SNI. Hasil
pengujian karakteristik agregat halus dan kasar serta pengujian karakteristik limbah beton telah
memenuhi kriteria sebagai material penyusun beton mutu tinggi, Hasil pengujian agregat kasar
dapat dilihat pada Tabel 2.
Mix Design
Hasil mix design beton dengan menggunakan metode DoE (Development of Environment)
dengan penentuan proporsi campuran berdasarkan SNI dengan menggunakan superplasticizer
dengan komposisi 0,1 persen dari berat semen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Pengujian Slump Test


Nilai slump yang didapatkan pada setiap variasi benda uji sudah masuk dalam kategori beton
mutu tinggi berdasarkan standar SNI . Hasil pengujian slump test dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 2
Hasil Pengujian Karakteristik Agregat

Hasil Hasil Hasil


Interval Interval
Pengujian Pengujian Pengujian
No Jenis pengujian Agregat Agregat Keterangan
Agregat Agregat Limbah
Halus Kasar
Halus Kasar Beton
1 Kadar Lumpur (%) 0,2 - 5 Maks 1 4,88 0,4 1 Memenuhi
2 Kadar Air (%) 3-5 0,5-2 3,35 1,2 1,35 Memenuhi
3 Berat Volume          
  a. Kondisi Lepas (kg/ltr) 1,4 - 1,9 1,6 - 1,9 1,70 1,67 1,61 Memenuhi
  b. Kondisi Padat (kg/ltr) 1,4 - 1,9 1,6 - 1,9 1,75 1,69 1,69 Memenuhi
4 Berat Jenis          
1,60 - 1,60 -
  a. Bj. Nyata (gr) 2,88 2,68 2,91 Memenuhi
3,30 3,33
1,60 - 1,60 -
  b. Bj. Dasar Kering (gr) 2,30 2,49 2,43 Memenuhi
3,31 3,34
1,60 - 1,60 -
  c. Bj. Kering Permukaan (gr) 2,50 2,56 2,48 Memenuhi
3,32 3,35
5  Absorbsi (%) 0,2 - 2 Maks 4 2,04 2,87 2,01 Memenuhi
6 Modulus Kehalusan 2,3 - 3,1 6 - 7,1 3,00 6,62 6,21 Memenuhi
7 Kadar Organik <No.3 - No.2 - - Memenuhi
8 Keausan - Maks 50  - 40 41,20 Memenuhi

Tabel 3
Proporsi Campuran Material Beton Mutu Tinggi

Rasio
Berat untuk 1
Bahan Beton Berat kg/m3 Beton Terhadap Jml
sampel (kg)
Semen
Air 250,000 0,200 1,800
Semen 1250,00 1,000 9,000
Pasir 271,25 0,217 1,953
Kerikil 503,75 0,403 3,627
Superplasticizer 1,25 0,001 0,009

Tabel 4
Nilai Slump Test

Tes Slump
Varisasi Test Slump
No Rata-rata
Campuran (%) (Cm)
(Cm)

1 0 8
2 50 8 8
3 100 8

Sifat Fisik / workability


Hasil uji slump yang terlihat pada gambar 1 dengan slump rata-rata 8 cm sesuai dengan
slump yang direncanakan akan tetapi dalam proses pengerjaannya (pengecoran) cukup sulit
dilakukan yang mana disebabkan oleh FAS yang rendah serta kebutuhan semen yang besar.
Kebutuhan semen didapat dari pembagian kebutuhan air dengan faktor air semen (FAS) sebagai
hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 komposisi campuran beton untuk 1 m3. Jadi dapat disimpulkan
untuk workability beton mutu tinggi yang menggunakan limbah beton sebagai pengganti agregat
kasar cukup sulit dalam pengerjaannya baik dalam proses pencampuran maupun proses pencetakan.

Kuat Lentur
Kuat lentur beton adalah kemampuan suatu balok beton yang diletakkan pada kedua
perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji, sampai benda uji patah
atau mencapai beban maksimum. Pengujian dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan

Gambar 1 Hasil Uji Slump

Teknik Sipil Universitas Hasanuddin pada hari Senin tanggal 14 September 2020 dengan jumlah
sampel 11 buah, dengan nilai kuat lentur yang berbeda-beda tiap sampel dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5
Hasil Pengujian Kuat Lentur
Persentase
Jenis Balok Peningkatan
Kuat Lentur
Kode Nomor Balok Normal Balok Wiremesh BLW terhadap
Benda Uji Sampel BL (%)
Beban Kuat Lentur Beban Kuat Lentur
(kN) (Mpa) (kN) (Mpa)
1 6,969 2,90 - - -
BN 0% 2 6,868 2,86 - - -
3 6,262 2,61 - - -
Rata-rata 6,700 2,79 - - -
1 5,959 2,48 18,887 7,87 216,95
BL 50%
2 6,868 2,86 19,089 7,95 177,94
Rata-rata 6,41 2,67 18,99 7,91 196,06
1 6,212 2,59 14,847 6,19 139,01
BL 100%
2 6,767 2,82 19,392 8,08 186,57
Rata-rata 6,49 2,70 17,12 7,13 163,80

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pada variasi limbah beton 0% ( BN 0%) memiliki rata-rata
kuat lentur yang tertinggi diantara variasi balok normal lainnya yakni 2,79 MPa, sedangkan untuk
balok dengan perkuatan wiremesh rata-rata kuat lentur tertingginya terdapat pada variasi limbah
beton 50% (BLW 50%) yakni 7,91 MPa.
Besaran peningkatan rata-rata balok wiremesh
Balok
BalokLimbah
Limbah(BL
(BL100%)
50%)
10.00 terhadap balok normal dapat dilihat pada gambar
7.91
dibawah ini.
Kuat Lentur (MPa)

8.00 7.13
6.00
4.00 2.70
2.67
2.00
0.00
28 Dalam gambar 2 terlihat peningkatan kuat
Umur Beton (Hari) lentur yang cukup signifikan pada balok dengan
Balok Normal (Mpa) Balok Wiremesh (Mpa)
perkuatan wiremesh terhadap balok normal tanpa
perkuatan. Dimana pada sampel variasi 50% terdapat peningkatan kuat lentur rata-rata dari 2,67
MPa menjadi 7,91 MPa dengan persentase peningkatan sebesar 196,06 persen. Sedangkan pada
sampel variasi 100% terdapat peningkatan kuat lentur dari 2,70 MPa menjadi 7,13 MPa dengan
persentase peningkatan sebesar 163,80 persen.
Gambar 2 Rata-rata Peningkatan Balok Wiremesh Terhadap Balok Normal
Pada Variasi Limbah Beton 50 dan 100 Persen
PENUTUP
Kesimpulan
workability beton mutu tinggi yang menggunakan limbah beton sebagai pengganti agregat
kasar cukup sulit dalam pengerjaannya baik dalam proses pencampuran maupun proses pencetakan.
Kuat lentur beton rata-rata dengan variasi limbah beton 0% (BN 0%) sebesar 2,79 MPa;
variasi 50% (BL 50%) sebesar 2,67 MPa; variasi 50% dengan perkuatan wiremesh (BLW 50%)
sebesar 7,91 MPa ; variasi 100% limbah beton (BL 100%) sebesar 2,70 MPa dan variasi 100%
dengan perkuatan wiremesh (BLW 100%) sebesar 7,13 MPa.
Persentase rata-rata peningkatan kuat lentur balok dengan perkuatan wiremesh terhadap
balok tanpa perkuatan perkuatan pada variasi limbah beton 50% mengalami kenaikan sebesar
196,06 persen sedangkan pada variasi limbah beton 100% mengalami kenaikan sebesar 163,80
persen.

Saran
Perlu dipertimbangkan untuk melakukan pengujian kuat lentur dengan variasi umur
perendaman yang lebih lama.
Perlu dipertimbangkan untuk melakukan pengujian kuat geser lentur beserta variasi
perendaman air laut.
Perlu adanya prosedur atau sistem manajemen keselamatan kerja dalam lingkungan
Laboratorium Bahan dan Beton Teknik Sipil Universitas Fajar.
REFERENSI
A. Arwin Amiruddin. 2016. Metode Retrofit Dengan Wire Mesh Dan Scc Untuk Peningkatan
Kekuatan Lentur Balok Beton Bertulang. Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl.
Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245.

Badan Standarisasi Nasional. 2000: Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2843-2000. Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal : Dewan Standardisasi Nasional.

Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. 1971: Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
(PBBI 1971). Bandung. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik

Mulyono, T. (2004). Teknologi Beton. CV Andi Publishing, Jogjakarta.

Nugraha, Paulus. (1989): Teknologi Beton. Surabaya. Universitas Kristen Petra.

PT. Wijaya Karya. (2005): Pedoman Pekerjaan Beton. Jakarta. Biro Enjiniring PT. Wijaya Karya

Putri Eka. 2018. Studi Perkuatan Lentur Balok Bertulang Variasi Overlappping Tulangan
Diseperdua Bentangan Dengan Metode Retrofit Menggunakan Wiremesh dan SCC.
Program Studi Teknik Sipil. Universitas Hasanuddin.

Standar Nasional Indonesia. (2002).SNI Beton 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional.

Standar Nasioanal Indonesia (SNI). (2011). Cara Uji Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua Titik
Pembebanan. SNI-03-4431-2011. Badan Standarisasi Nasional.

Tjokrodimulyo, Kardiyono. (1992): Teknologi Beton, Biro Penerbit, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai