Anda di halaman 1dari 16

PENYELENGGARAAN SISTEM TRANSPORTASI AIR TERPADU UNTUK

MENGAKSELERASI DAN MEMANTAPKAN KONEKTIVITAS NASIONAL


IMPLEMENTATION OF INTEGRATED WATER TRANSPORT SYSTEM FOR ACCELERATING
NATIONAL CONNECTIVITY

An Nisaa’ Siti Humaira


Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha No. 10 Bandung
email: annisaa.sitihumaira@yahoo.co.id/annisaa.sitihumaira@gmail.com

Diterima: 14 November 2014, Revisi 1: 4 Desember 2014, Revisi 2: 12 Desember 2014, Disetujui: 19 Desember 2014

ABSTRAK
Konektivitas dibutuhkan sebagai instrumen bagi pemerataan pembangunan ekonomi, peningkatan
daya saing, dan pemerataan pembangunan wilayah termasuk pada membuka keterisoliran wilayah-
wilayah perbatasan, tertinggal/terbelakang, dan terpencil. Konektivitas diwujudkan dengan sistem
transportasi air sebagai tulang punggungnya. Untuk menyelenggarakan transportasi air yang op-
timal, maka dibutuhkan integrasi antara sub sistem kegiatan (demand side), sub sistem jaringan
(supply system), sub sistem pergerakan, dan sub sistem kelembagaan sebagai kerangka sistematis
dalam konteks kesatuan sistem transportasi air yang terpadu dan berkesinambungan. Dengan
menggunakan metode analisis konten, tulisan ini mencoba untuk mengidentifikasikan kondisi
penyelenggraan transportasi air di Indonesia saat ini yang diuraikan berdasarkan keempat sub
sistem pembentuk sistem transportasi seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Kemudian
berdasarkan hasil identifikasi tersebut, dirumuskan masukan terhadap penyelenggraan transportasi
air terpadu di Indonesia dengan luaran utama berupa kajian terhadap saran dan solusi yang dapat
dilakukan pada masing-masing sub sistem pembentuk sistem transportasi air yang saling
terintegrasi. Sistem transportasi air yang baik tidak dapat dilaksanakan secara parsial karena
antarkomponen dan elemen di dalamnya akan saling mempengaruhi dan memiliki keterkaitan
yang sangat erat (sistemik dan siklis). Penyelenggaraan transportasi air yang terpadu menjadi upaya
strategis untuk mengakselerasi dan memantapkan konektivitas nasional dalam menjangkau seluruh
pelosok nusantara.
Kata kunci : kajian, kebijakan, transportasi perairan, konektivitas

ABSTRACT
Connectivity is needed as an instrument for: distributing the equitable economic development; increasing the
competitiveness; and distributing the equitable development to open the remoteness of the border regions, devel-
oped/underdeveloped, and remote area. Connectivity is created by water transport system as its backbone. To
organize optimal water transport system, we need to integrate between the sub-system of activities (demand
side), the sub-system of network (supply system), the sub-system of movement, and the sub-system of institution
as a systematic framework for creating the integrated and sustainable water transport system. By using content
analysis method, this paper tries to identify the conditions for the implementation of water transportation in
Indonesia. It is described by the four sub-systems forming the transport system as mentioned earlier. The out-
comes of this study are to analyze and to identify the suggestions and solutions on each sub-system forming the
integrated water transport system. Good practice in water transport system cannot be implemented partially
because all of the components and elements in it will affect each other and have systemic and cyclical correlation.

Penyelenggaraan Sistem Transportasi Air Terpadu Untuk Mengakselerasi dan memantapkan Konektivitas Nasional,
39
An Nisaa’ Siti Humaira
Implementation of integrated water transportation becomes a strategic means to accelerate and strengthen na-
tional connectivity to reach all of Indonesia areas.
Keywords: study, policy, waterway transport, connectivity

PENDAHULUAN dan perbatasan dalam rangka pemerataan


Sebagai negara kepulauan dengan total luasan pembangunan. Intinya, konektivitas memiliki
wilayah yang sangat besar yakni hampir 5,5 juta tiga dimensi penting yakni pengurangan
km2, beberapa pulau besar dan kebanyakan kemiskinan, pembangunan wilayah, dan
pulau-pulau kecil terluar Indonesia berbatasan peningkatan daya saing (Legowo, 2011).
dengan beberapa negara tetangga seperti India, Dengan cara pandang yang masih belum
Malaysia, Vietnam, Singapura, Filipina, Timor berlandaskan pada konteks kemaritiman
leste, Australia, Palau, dan Papua Nugini dengan transportasi air sebagai tulang
(Inounu et al, 2007). Oleh karena itu, dalam punggungnya, maka saat ini yang menjadi
rangka mempertahankan kedaultan NKRI maka kendala dalam penguatan konektivitas tersebut
dalam Peraturan Presiden No.78/2005 tercatat ialah dalam prakteknya penyelenggaraan
bahwa sejumlah 92 pulau-pulau kecil terluar transportasi air belum dikelola secara
harus dikelola secara terpadu dalam rangka terintegrasi dalam suatu keterpaduan sistem
menjaga keutuhan wilayah negara serta dalam transportasi yang ditinjau baik dari segi sub
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sistem kegiatan (demand side), sub sistem jaringan
di wilayah perbatasan. (supply side), sub sistem pergerakan, maupun sub
Konteks kesatuan wilayah NKRI tersebut harus sistem kelembagaan. Oleh karena tulisan ini
diwujudkan dalam keterhubungan atau dibuat dengan tujuan berupa mengidentifikasi
konektivitas baik secara lokal/domestik, re- kondisi eksisting penyelenggaraan transportasi
gional, maupun nasional yang terintegrasi sesuai air di Indonesia berdasarkan sub-sistem
dengan yang diamanatkan dalam Sistem pembentuknya (sub sistem kegiatan-demand side,
Logistik Nasional (2012) dan Masterplan sub sistem jaringan-supply side, sub sistem
Percepatan dan Perluasan Pembangunan pergerakan, maupun sub sistem kelembagaan)
Ekonomi Indonesia (2011). Penguatan sebagai suatu kerangka dalam konteks kesatuan
konektivitas nasional dibutuhkan dalam rangka sistem transportasi air yang terpadu dan
meningkatkan daya saing dan menjadi berkesinambungan, merumuskan solusi dan
instrumen pendorong dan penarik saran terhadap sistem penyelenggaraan sistem
keseimbangan ekonomi wilayah. Dengan transportasi air di Indonesia berdasarkan kajian
penguatan konektivitas tersebut tidak hanya yang telah dilakukan sebelumnya.
dapat mendorong kegiatan ekonomi yang lebih
merata ke seluruh wilayah Indonesia, tetapi TINJAUAN PUSTAKA
dapat juga menciptakan dan membangun
A. Definisi Transportasi Air
kemandirian serta daya saing ekonomi nasional
yang solid untuk memaksimalkan pertumbuhan Riske (2005) menyebutkan bahwa
ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas dari pengklasifikasian transportasi air pada
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah dasarnya dikategorikan menjadi dua yakni
belakangnya (hinterland) berdasarkan prinsip transportasi laut (ocean transport) dan
keterpaduan (bukan keseragaman), serta transportasi air di pedalaman (inland water
membuka keterisolasian suatu wilayah dan transport). Lanjutnya, transportasi air di
menyebarkan manfaat pembangunan secara luas pedalaman merupakan transportasi yang
melalui peningkatan konektivitas dan menggunakan jalur sungai, danau, atau
pelayanan dasar ke daerah tertinggal/ kanal sedangkan transportasi laut
terbelakang, terpencil (daerah minus dan kritis), merupakan transportasi pada samudera,

40 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 1, Januari-Februari 2015


laut, dan pelayaran pantai. Sedangkan pada terjangkau oleh masyarakat (Laviana, 1992).
UU No 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indo- Sungai merupakan prasarana transportasi
nesia, disebutkan dalam Pasal 3 Ayat 1 bahwa yang sudah sangat tua umurnya di Indonesia
“Wilayah perairan Indonesia meliputi laut sehingga seringkali dikategorikan sebagai
teritorial Indonesia beserta perairan transportasi tradisional yang memberikan
kepulauan dan perairan pedalamannya”. peran penting terutama dalam menjangkau
Lebih lanjut dalam UU yang sama dijelaskan akses ke pedalaman yang masih sulit
definisi dari masing-masing terminologi dijangkau oleh jalur jalan raya (RPJP Dephub,
yakni : 2005-2025).
1. Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan
selebar 12 (dua belas) mil laut yang oleh Laviana (1992), diketahui bahwa
diukur dari garis pangkal kepulauan In- prospek transportasi air akan lebih
donesia; berpotensi pada perangkutan barang
2. Perairan Kepulauan Indonesia adalah dibandingkan dengan perangkutan
semua perairan yang terletak pada sisi penumpang. Dalam menyimpulkan hal
dalam garis pangkal lurus kepulauan tersebut Laviana memasukan ongkos
tanpa memperhatikan kedalaman atau pengangkutan, waktu perjalanan, dan jumlah
jaraknya dari pantai; serta kendaraan yang dibutuhkan sebagai faktor-
3. Perairan pedalaman terdiri atas laut faktor yang dipertimbangkan. Hasilnya
pedalaman dan perairan darat. adalah untuk angkutan barang, transportasi
air memberikan ongkos keseluruhan lebih
Transportasi air dalam tulisan ini adalah murah dibandingkan dengan transportasi
penggabungan antara transportasi laut dan udara dan transportasi jalan raya, sedangkan
transportasi air di darat. Transportasi laut untuk angkutan penumpang, transportasi air
adalah kegiatan pergerakan/perpindahan memberikan ongkos keseluruhan yang lebih
barang, manusia, dan jasa/informasi yang mahal. Dalam pengangkutan barang, selain
dilangsungkan di semua jenis laut baik itu ongkos keseluruhan butuh juga
laut teritorial, perairan kepulauan, dan laut dipertimbangkan jenis barang yang diangkut
pedalaman sedangkan transportasi air di karena dengan transportasi air jenis barang
darat dilangsungkan di perairan yang ada di yang diangkut haruslah tahan lama dan tidak
darat baik itu di danau, sungai, kanal, dan mudah busuk. Adapun kelemahan dan
sejenisnya. kelebihan penggunaan transportasi air
B. Karakteristik Transportasi Air diuraikan pada tabel 1.
Terdapat sarana dan prasarana di dalam C. Sistem Transportasi Air Terpadu
transportasi air. Sarana yang dimaksud dalam Upaya strategis dalam penyelenggaran
konteks ini merupakan moda perangkutan transportasi air di Indonesia sebagai backbone
yang digunakan yang biasa disebut kapal dari konektivitas nasional adalah dengan
sedangkan prasarana dalam transportasi air membangun sistem transportasi air yang
adalah pelabuhan dan jalur air baik yang terpadu. Penyelenggaraan transportasi air
merupakan bentukan (kanal, waduk, dan sebagai suatu kesatuan sistem tidak bisa
embung) maupun alami (lautan/samudera, dilakukan secara parsial misalnya hanya
selat, sungai, danau, dan rawa). Di Indonesia, dengan menyediakan pelayanan saja tanpa
jalur air lazim digunakan adalah laut dan mempertimbangkan sasaran-sasaran yang
sungai karena jalan bagi perangkutan air pada ingin dicapai, tetapi juga harus
umumnya bersifat alami atau telah diintegrasikan dengan kebutuhan, sasaran
disediakan oleh alam dan memiliki pola pembangunan yang ingin dicapai, dan
tertentu sesuai dengan proses alamiah payung kebijakan lainnya. Untuk menjawab
sehingga investasi penyelenggaraannya hal tersebut, maka konsep strategis yang

Penyelenggaraan Sistem Transportasi Air Terpadu Untuk Mengakselerasi dan memantapkan Konektivitas Nasional,
41
An Nisaa’ Siti Humaira
diusungkan adalah dengan mewujudkan sistematis dari model sistem transportasi makro
keterpaduan antara penciptaan pergerakan yang dikembangkan oleh Kusbiantoro (2009)
yang optimal (pergerakan yang dapat seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. dapat
menjangkau seluruh pelosok nusantara) atas diadopsi ke dalam konteks sistem transportasi air
dasar dapat memenuhi kebutuhan akan dengan implementasi pendekatan supply
kegiatan (demand side) dengan melakukan (kapasitas infrastruktur dan moda transportasi
penyediaan terhadap pelayanan transportasi dalam suatu periode waktu tertentu) dan demand
air (supply side). Ketiga elemen tersebut (kebutuhan akan transportasi) oleh Rodrigue
kemudian harus didukung dalam payung (2006). Kedua pendekatan tersebut (Kusbiantoro,
kelembagaan yang terdiri dari aspek legal 2009 dan Rodrigue, 2006) dapat secara
formal-kebijakan, organisasi, SDM, dan komprehensif menjawab kebutuhan akan
pendanaan agar terwujud pergerakan yang penyelenggaraan sistem transportasi air terpadu
aman, nyaman, murah, handal, dan sesuai di Indonesia yang diejawantahkan dalam
dengan lingkungan. pengintegrasian antara sub sistem kegiatan (demand
Untuk menyelenggarakan sistem transportasi air side), sub sistem jaringan (supply side), dan sub
yang terpadu tersebut, maka kerangka pikir sistem pergerakan, serta sub sistem kelembagaan.

Tabel 1. Kelemahan dan Kelebihan Pengguna Transportasi Air


Kelebihan Kelemahan
1. Ongkos angkut lebih murah untuk muatan 1. Slowness atau lowspeed
yang diangkut berat, besar, dan banyak Transportasi air relatif lebih lamban dibandingkan dengan
karena memenuhi hukum hidrolika (adanya transportasi melalui jalan raya, KA, atau bahkan pesawat
daya angkat ke atas) sehingga usaha yang sehingga waktu bukan merupakan faktor yang sangat
dibutuhkan untuk menggerakkan objek di penting
atas air relatif lebih kecil dibandingkan
dengan angkutan di jalan raya atau udara
sehingga dibutuhkan ongkos bahan bakar
dan tenaga penggerak yang relatif lebih
kecil.
2. Pada umumnya tidak ada biaya 2. Seasonal character of the service
pemeliharaan dan tidak dibutuhkan Transportasi air tidaj dapat digunakan bagi waktu-waktu
investasi bagi keperluan pembangunan jalur tertentu misal selama terjadi musim dingin dan permukaan
karena cenderung bersifat pemberian alam. air membeku (negara-negara bersalju)
3. Alat angkut kapal relatif memiliki kapasitas 3. Interuption of service due to drought of floods
yang besar sehingga dapat menekan biaya Terdapat gangguan pada musim-musim tertentu khususnya
satuan bagi perairan darat pada masa kemarau-kekeringan sehingga
air surut atau pada waktu banjir di musim hujan

4. Satu-satunya alat transportasi yang 4. Transfer of freight


digunakan untuk daerah-daerah tertentu Jika muatan pada pengangkutan barang berasal dari lokasi
yang bersungai/laut di mana tanahnya yang jauh dari jalur air maka diperlukan terlebih dahulu
berbukit curam pemindahan muatan melalui KA/mobil/truk ke kapal yang
memerlukan ongkos tambahan sehingga seringkali
menghilangkan keuntungan yang mungkin diperoleh dari
penekanan ongkos pada pengangkutan air.

5. Dapat mengembangkan hubungan 5. Tidak semua dapat diangkut oleh angkutan air terutama
perdagangan dan hubungan budaya, komoditas yang cepat busuk karena lambatnya waktu
penelitian dan pengembangan, dsb dengan tempuh sehingga komoditas yang cocok hanya komoditas
luar negeri khususnya pelayaran samudera yang tidak cepat rusak dan bersifat bulky atau bahan-bahan
mentah yang tidak terbungkus atau setengah jadi seperti
batu bara, bijih besi, pasir, minyak tanah, bensin, karet, dsb
Sumber : Hakim, 1981; Warpani, 1990; Paquette, 1980 dalam Laviana, 1992 dan Riske, 2005

42 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 1, Januari-Februari 2015


konsep yang dapat diimplementasikan
untuk dapat membenahi penyelenggaraan
tatanan dan sistem transportasi di Indonesia
yang terintegrasi dan berkelenjutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Penyelenggaraan Transportasi Air
Terpadu
1. Sub Sistem Kegiatan (Demand Side)
Sub sistem kegiatan dalam sistem
transportasi air merupakan demand side
Sumber: Kusbiantoro, 2009 (derived demand) atau kebutuhan
Gambar 1. Sistem Transportasi permintaan akan transportasi air untuk
pemenuhan kegiatan penduduk atau
METODOLOGI PENELITIAN wilayah. Semakin besar suatu kegiatan
A. Metode Pengumpulan Data dalam suatu wilayah maka semakin besar
pula permintaan akan transportasi di
Jenis data dan informasi yang kemudian akan wilayah tersebut. Untuk menciptakan
dikaji untuk dianalisis adalah data sekunder, pergerakan yang optimal maka
yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dibutuhkan identifikasi pada sub sistem
kebijakan pemerintah yang berlaku yakni kegiatan yang dapat menciptakan
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan besarnya bangkitan dan tarikan pada
Peraturan Presiden. Data dan informasi yang permintaan akan transportasi air.
dikaji secara umum terkait dengan
penyelenggaran sistem transportasi air di In- Sub sistem kegiatan diidentifikasi melalui
donesia yang diklasifikasikan menjadi data kegiatan-kegiatan yang membutuhkan
dan informasi terkait kegiatan, jaringan, pergerakan melalui transportasi air baik
pergerakan, dan kelembagaan. untuk mengurangi beban jalan maupun
karena wilayahnya berupa kepulauan.
B. Metode Analisis Data Adapun kegiatan-kegiatan tersebut
Analisis terhadap data dan informasi diantaranya adalah kegiatan perikanan
dilakukan secara kualitatif dengan budidaya dan tangkap, pariwisata,
menggunakan metode analisis konten. industri, perdagangan (pasar terapung),
Analisis konten digunakan untuk pertambangan, dan kegiatan lainnya.
mengidentifikasi dan mengkaji dokumen- Sub sistem kegiatan dalam sistem
dokumen kebijakan serta pertauran hukum transportasi air di Indonesia secara strategis
terkait penyelenggaran sistem tranportasi air diwujudkan pada pemusatan aktivitas
di Indonesia. Intisari dari setiap dokumen ekonomi dan pada pusat pertumbuhan.
kemudian dibahas dan dikaji berdasarkan Dalam kerangka nasional, secara spasial
kerangka sistem tranportasi dengan model terdapat pusat kegiatan yang berfungsi
yang dibuat oleh Kusbiantoro (2009) yang sebagai pusat pelayanan kegiatan dengan
diklasifikasikan pembahasannya ke dalam skala yang berbeda-beda sesuai dengan
empat sub sistem yakni sub sistem kegiatan hierarki dari pusat kegiatan tersebut. Pusat
(demand side), sub sistem jaringan (supply side), kegiatan dalam beberapa kebijakan
dan sub sistem pergerakan, serta sub sistem memiliki cakupan pelayanan dan konteks
kelembagaan. Berdasarkan kajian dan hasil yang cukup berbeda. Adapun beberapa
identifikasi yang diperoleh kemudian kebijakan beserta klasifikasi pusat
dirumuskan solusi dan saran terhadap kegiatannya ditunjukkan pada tabel 2.

Penyelenggaraan Sistem Transportasi Air Terpadu Untuk Mengakselerasi dan memantapkan Konektivitas Nasional,
43
An Nisaa’ Siti Humaira
Tabel 2. Landasan Kebijakan Beserta Klasifikasi Pusat-Pusat Kegiatan
No. Kebijakan Pusat Kegiatan Keterangan

 PKN : kawasan perkotaan yang berfungsi untuk mela yani


kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
 PKW : kawasan perkotaan yang berfungsi u ntuk melayani
kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
 PKL : kawasan perkotaa n yang berfungsi untuk melayani
 Pusat Kegiatan kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
Nasional (PKN)  PKSN : kawasan perkotaan yang d itetapkan u ntu k mendorong
 Pusat Kegiatan pengembangan kawasan perbatasan negara.
Wilayah (PKW)  Kawasan Andalan : bagian dari kawasan budi daya,baik di
 Pusat Kegiatan ruang darat maupun ruang laut yang pengembangannya
PP No. 26/2008
1. Lokal (PKL) diarahkan untuk mendorong pertu mbuhan ekonomi bagi
tentang RTRWN  Pusat Kegiatan
kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.
Strategis Nasional  Kawasan Strategis Nasional : wilayah yang penataan ruangnya
(PKSN) diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
 Kawasan Andalan secara na sional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
 Kawasan Strategis keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, d an/atau
Nasional (KSN) lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan
dunia.
PKN (37 kota), PKW (108 kota), PKL, dan Kawasan Andalan
tersebar di setiap provinsi sedangkan PKSN (26 kota/kabupaten)
dan Kawasan Strategis Nasional tidak tersebar d i setiap provinsi

 6 koridor ekonomi wilayah – terbagi menjadi KE Sumatera, KE


Perpres No.  Korid or Ekonomi Jawa, KE Kalimantan, KE Sulawesi, KE Bali-Nu sa Tenggara, KE
2. 32/2011 tentang  Pusat Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku)
MP3EI Mega  34 pusat ekonomi - pusat komersial d an perdagangan (ibukota
 Pusat Ekonomi provinsi)
 2 pusat ekonomi mega (Jakarta dan Surabaya)
PP. No. 26/2007 Kawasan
3. Pengembangan 13 Lokasi (kawasan yang memiliki potensi cepat tu mbuh, sektor
Kepres Ekonomi Terpadu unggulan dan potensi pengembalian investasi ya ng besar)
(KAPET)
UU No. 39/2009

Perpres No.
Kawasan 50 Pengusul (Kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah
4. 33/2010
Ekonomi Khusus NKRI untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian yang
(KEK) bersifat khusus dan memperoleh fasilitas tertentu)
Kepres No.
8/2010

5. PP No. 32/2009 Kawasan Berikat 7 Lokasi (Kawasan dengan batas tertentu untuk pengolahan
ba rang asal impor dan DPIL yang hasilnya untuk tujuan ekspor)

6. PP N0. 24/2009 Kawasan Industri 86 Lokasi (Kawasan pemusatan kegiatan industri-KI yang
dikelola oleh perusahaan KI)

UU No. 37/2000
Free Trade Zone 4 lokasi (Kawasan dengan batas tertentu yang terpisah dari
7. PP No. daerah pabean sehingga terbebas dari bea masuk, PPN, PPnBM
(FTZ) atau KPB PB
46,47,48/2008 dan cukai)

Sumber : Hasil Analisis, 2014 dan Yesuari, 2010

44 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 1, Januari-Februari 2015


2. Sub Sistem Jaringan (Supply Side) transportasi laut dan sistem jaringan
Dalam rangka pengembangannya sebagai transportasi sungai, danau,
backbone bagi konektivitas nasional maka penyeberangan terdiri dari tatanan
dibutuhkan upaya penyediaan baik pada kepelabuhanan dan alur pelayaran.
sarana, prasarana, dan pelayanan dalam Pelabuhan menjadi prasarana yang
transportasi air agar penyelenggaraan sangat penting karena memiliki peran
transportasi air di Indonesia menjadi opsi sebagai simpul dalam jaringan
utama bagi permintaan akan perpindahan transportasi sesuai dengan hierarkinya,
barang dan penumpang. Dalam model pintu gerbang kegiatan perekonomian,
sistem transportasi yang dikembangkan tempat kegiatan alih moda transportasi,
oleh Kusbiantoro (2009), penyediaan penunjang kegiatan industri dan/atau
sarana, prasarana, dan pelayanan perdagangan, tempat distribusi,
transportasi air ini merupakan aspek pada produksi, dan konsolidasi muatan atau
sub sistem jaringan sekaligus supply side barang, serta mewujudkan Wawasan
(Rodrigue, 2006). Nusantara dan kedaulatan negara (PP
No.61/2009). Pelabuhan baik
Berdasarkan sub sistem kegiatan yang pelabuhan laut maupun pelabuhan
telah diidentifikasinya sebelumnya, maka sungai, danau, dan penyeberangan
dibutuhkan pula pengidentifikasian pada harus terintegrasi dengan prasarana
sub sistem jaringan agar penyediaan transportasi lainnya baik prasarana
jaringan dan pelayanan transportasi dapat transportasi udara (bandara) maupun
menjawab kebutuhan bagi sub sistem prasarana transportasi darat (jalan raya
kegiatan yang ada. Adapun beberapa dan rel kereta).
aspek yang diidentifikasi pada sub sistem
jaringan adalah sarana dan prasarana Alur pelayaran merupakan perairan
transportasi air serta pelayanan. yang dari segi kedalaman, lebar, dan
bebas hambatan pelayaran lainnya
a) Sarana Transportasi Air di Indonesia dianggap aman dan selamat untuk
Sarana yang digunakan dalam dilayari. PP No.5/2010 tentang
transportasi air umumnya adalah ar- Kenavigasian membagi alur pelayaran
mada kapal/perahu baik untuk menjadi alur pelayaran di laut dan alur
mengangkut barang, penumpang, pelayaran di sungai. Alur pelayaran di
maupun keduanya. Namun perlu laut terdiri dari alur pelayanan umum
diperhatikan bahwa armada kapal yang dan perlintasan serta alur pelayaran
digunakan haruslah memenuhi standar masuk pelabuhan, sedangkan alur
operasional lengkap dengan sarana pelayaran di sungai dan danau terbagi
pendukung kenavigasian, menerapkan lagi menjadi alur pelayanan kelas I, kelas
prinsip green infrastructure sehingga II, dan kelas III. Adapun detail aturan
tidak merusak dan mencemari mengenai alur pelayaran tersebut dimuat
lingkungan perairan, dan dapat dalam peta laut/peta alur-pelayaran
memenuhi persyaratan kelaiklautan sungai dan danau serta buku petunjuk
seperti yang diamanatkan pada PP pelayaran laut/buku petunjuk pelayaran
No.51/2002 yakni keselamatan, sungai dan danau. Ada pula klasifikasi
pengawakan, manajemen keselamatan alur pelayaran yang tercantum pada PP
pengoperasian-pencegahan pencemaran, No.26/2008 yakni alur pelayaran
pemuatan, dan status hukum kapal. internasional dan alur pelayaran
nasional. Alur pelayaran nasional terdiri
b) Prasarana Transportasi Air di Indonesia
atas : (a) menghubungkan pelabuhan
Dalam PP No.26/2008 sistem jaringan nasional dengan pelabuhan

Penyelenggaraan Sistem Transportasi Air Terpadu Untuk Mengakselerasi dan memantapkan Konektivitas Nasional,
45
An Nisaa’ Siti Humaira
internasional/internasional hub; (b) diwujudkan dalam kegiatan mengangkut
menghubungkan antar pelabuhan dan/atau memindahkan penumpang
nasional; (c) menghubungkan antara dan/atau barang dengan menggunakan
pelabuhan nasional dan pelabuhan re- kapal atau disebut dengan angkutan di
gional; dan (d) menghubungkan antar perairan (UU No.17/2008 tentang
pelabuhan regional. Pelayaran). Adapun klasifikasi dari
3. Pelayanan Transportasi Air di Indonesia angkutan di perairan tersebut
dikategorikan sesuai dengan bagan pada
Pelayanan transportasi air di Indonesia gambar 3.

Sumber: Undang-Undang Nomor. 17 Tahun 2008


Gambar 3. Klasifikasi Angkutan di Perairan

Dalam melaksanakan pelayanan namun juga harus mempertimbangkan


pengangkutan, terdapat klasifikasi jenis variabel seperti aksesibilitas, kecepatan
angkutan di perairan untuk daerah masih dan waktu perjalanan, keamanan,
tertinggal dan/atau wilayah terpencil frekuensi pelayanan, rute, kenyamanan,
yang diwujudkan baik dengan pelayaran dan tarif.
perintis maupun penugasan. Pelayaran
4. Sub Sistem Pergerakan
perintis adalah pelayanan angkutan di
perairan pada trayek-trayek yang Adanya interaksi antara kegiatan (de-
ditetapkan oleh pemerintah untuk mand side) dan tersedianya pelayanan
melayani daerah/wilayah yang belum pada transportasi air (supply side)
atau tidak terlayani oleh angkutan menciptakan pergerakan. Sub sistem
perairan karena belum memberikan pergerakan dalam suatu sistem
manfaat komersial. Sedangkan daerah transportasi air merupakan hasil
pelayaran menurut UU No.51/2002 kolaborasi antara sub sistem kegiatan
tentang Perkapalan terbagi menjadi : (1) dan sub sistem jaringan atau pertemuan
daerah pelayaran semua lautan; (2) antara demand dan supply. Sub sistem
daerah pelayaran Kawasan Indonesia; (3) pergerakan ini harus dapat menciptakan
daerah pelayaran lokal; (4) daerah konektivitas baik secara lokal, regional,
pelayaran terbatas; (5) daerah pelayaran maupun nasional untuk dapat
pelabuhan; dan (6) daerah pelayaran mewujudkan kedaulatan wilayah NKRI
perairan daratan. Pelayanan tidak saja dan ketahanan ekonomi dengan
hanya ditinjau dari segi daerah yang pergerakan yang diciptakan seperti yang
dilayani dan jenis angkutan yang tersedia ditunjukkan oleh gambar 4 dan tabel 4.

46 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 1, Januari-Februari 2015


Sumber: Sistem Logistik Nasional, 2012
Gambar 4. Kerangka Konektivitas

Tabel 4. Konsep Pergerakan Melalui Transportasi Air di Indonesia


Sub Si stem Sub Sistem Kegi atan Sub Sistem Jaringan
Perg erakan (Pusat-pus at Kegiatan/
Pelabuhan Alur Pelay aran
( Konektivitas) Pertumbuhan)
Lok al Konsep dalam RT RW N
A ntara hin terland A lur pelayaran y ang
(pedalaman) dengan m enghub ungkan antarpelabuhan
Antarpelabuhan pengumpan/
PKL lok al/ pengumpan
pelabuhan lokal
A ntara PKL deng an
PKL
A ntara PKL deng an Antara pelab uhan A ntara pelabuhan pengumpan/
PKW pengumpan/ pelabuhan lokal pelabuhan lok al deng an
dengan pelabuhan pelabuhan pengumpul/
pengumpul/pelabuhan pelabuhan regional
reg io nal
K onsep dalam MP3EI
A ntara pusat ekonomi Antar pelabuhan A lur pelayaran y ang
dengan hin terland pengumpan/ pelabuhan lokal m enghub ungkan antar pelabuhan
termasuk wilay ah non lok al/pengumpan
k oridor ekonomi t ak
terkec uali ke daerah
tertingg al, terpencil,
dan terdepan
(perb atasan)
A ntar pusat ek onom i Antara pelab uhan A lur pelayaran y ang
dalam satu pulau atau pengumpan/ pelabuhan lokal m enghub ungkan antara
dalam satu ko ridor dengan pelabuhan pelabuhan pengumpan/
ekonomi pengumpul/pelabuhan pelabuhan lok al deng an
reg io nal pelabuhan
pengum pul/pelabuhan regional

Penyelenggaraan Sistem Transportasi Air Terpadu Untuk Mengakselerasi dan memantapkan Konektivitas Nasional,
47
An Nisaa’ Siti Humaira
Regional Konsep dalam RTRWN
Antara PKW dengan Alur pelayaran yang
Antarpelabuhan pengumpul/
PKW menghub ungk an antarpelabuhan
pelabuhan regional
regional/peng um pul
Antara PKW dengan Antara pelab uhan pelabuhan Alur pelayaran yang
PKN/PKSN pengumpul/pelabuhan menghub ungk an antara
reg ional dengan pelab uhan pelab uhan pelabuhan
utama/nasio nal pengum pul/pelabuhan regional
deng an pelabuhan
utam a/nasional
Nasional Konsep dalam RTRWN Pelabuhan Utama /
Pelabuhan Nasional,
Pelabuhan Hub Internasional,
Pelabuhan Internasional
Antara PKN/PKSN Antarpelabuhan utama/ Alur pelayaran yang
dengan PKN/PKSN pelabuhan nasional menghub ungk an antarpelabuhan
utam a/ pelabuhan nasional
Konsep dal am MP3EI
Antar koridor ek ono mi Antarpelabuhan pengumpul/ Alur pelayaran yang
(antarpulau/kepulauan) pelabuhan regional menghub ungk an antarpelabuhan
regional/peng um pul
Antara pelab uhan pelabuhan Alur pelayaran yang
pengumpul/pelabuhan menghub ungk an antara
reg ional dengan pelab uhan pelab uhan pelabuhan
utama/nasio nal pengum pul/pelabuhan regional
deng an pelabuhan
utam a/nasional
Antarpelabuhan utama/ Alur pelayaran yang
pelabuhan nasional menghub ungk an antarpelabuhan
utam a/ pelabuhan nasional
*Untuk k onektivitas antarkawasan lainnya (Kawasan Andalan, KSN, KI, Kawasan Berikat, KEK,Kapet, F TZ,
dll) atau ant ara kawasan dengan pusat keg iatan/pertumb uhan, maka sub sist em jaringan baik itu pelabuhan
m aupun alur pelayaran dit entuk an b erdasarkan hierarki dan f ungsiny a masing-m asing
Sumber: Hasil Analisis, 2014

Sesuai dengan kesepekatan dalam MPAC-Mas- Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana


ter Plan on ASEAN Connectivity (2011). Pembangunan Jangka Panjang/Menengah
Konektivitas diwujudkan dalam tiga elemen Nasional (RPJPN/RPJMN), dan Sistem
kunci yakni konektivitas fisik, konektivitas Transportasi Nasional (Sistranas). Konektivitas
kelembagaan, dan konektivitas sosial-budaya. yang diwujudkan harus dapat menghubungkan
Adapun ranah transportasi berada pada wilayah pedalaman/perdesaan dengan wilayah
konektivitas fisik dan konektivitas kelembagaan perkotaan/pusat-pusat kegiatan/pertumbuhan
dengan elemen kerjasama transportasi regional. serta antara pusat-pusat kegiatan/
Untuk mewujudkan konektivitas baik secara pertumbuhan, baik itu intra maupun antar
lokal, regional, maupun nasional maka konsep pulau, intra/antarwilayah dalam lingkup
yang digunakan adalah sesuai dengan yang adimintrasi tertentu (kota/kabupaten dan
dicanangkan pada MP3EI dan Sislognas (dengan provinsi), maupun intra/antar koridor wilayah
mempertimbangkan Rencana Tata Ruang ekonomi.

48 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 1, Januari-Februari 2015


4. Sub Sistem Kelembagaan operator (perseorangan yang
Dalam penyelenggaraan sistem transportasi mengadakan kegiatan pengangkutan).
air yang terpadu, sub sistem kelembagaan c. Pendanaan
memiliki fungsi dalam mewujudkan sub Dana yang dibutuhkan untuk investasi
sistem pergerakan secara aman, nyaman, penyelenggaraan transportasi tentunya
murah, handal, dan sesuai dengan sangat besar sehingga mekanisme
lingkungan. Adapun beberapa aspek yang pendanaan tidak bisa hanya
perlu diperhatikan dalam sub sistem mengandalkan dari pemerintah saja. Oleh
kelembagaan tersebut diantaranya adalah karena itu pendanaan dapat bersumber
aspek legal formal/kebijakan, organisasi, baik dari pemerintah, swasta, maupun
SDM, dan dana. gabungan (KPS-Kerjasama Pemerintah
a. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Swasta atau PPP-Public Private Partner-
SDM dalam penyelenggaraan ship). Sifat dari mekanisme pendanaan
transportasi air dapat ditinjau baik dari dapat secara konvensional (sudah umum
segi operator sebagai pelaksana teknis dilaksanakan) maupun non konvensional.
(badan usaha atau perseorangan), user Jenis dari mekanisme pendanaan tersebut
(pengguna/pelanggan), non-user dapat berupa revenue financing (pendanaan
(masyarakat umum termasuk di yang diperoleh dari penerimaan baik
dalamnya LSM, akademisi, dan pajak, retribusi dari pengguna jasa
masyarakat luas), serta regulator transportasi air, maupun APBN/APBD),
(pemerintah pusat maupun daerah). debt financing (mekanisme peminjaman),
maupun equity (penanaman saham,
b. Organisasi hibah/bantuan dari lembaga donor).
Organisasi dalam penyelenggaraan d. Legal Formal dan Kebijakan
transportasi air terdiri dari :
Aspek legal formal/kebijakan dituangkan
1) Pemerintah sebagai regulator dalam bentuk kebijakan yang dipayungi
(Pemerintah Pusat : Kemenhub, oleh peraturan dan perundangan.
Kemen BUMN, Kemenko Ekonomi, Adapun kebijakan-kebijakan yang harus
Kemen PPN/Bappenas, Kemendag, diperhatikan dan dijadikan landasan
Kemenperin, Kemen-PU, dan dalam menyelenggarakan transportasi air
Pemerintah Daerah: Dinas setidaknya memuat perihal seperti yang
Perhubungan, Bappeda, Dinas Tata ditunjukkan pada tabel 5.
Ruang, dan SKPD lainnya yang
terlibat); B. Strategi atau Arah Pengembangan
2) Dunia usaha sebagai operator (PT. Penyelenggaraan Transportasi Air Terpadu
Pelabuhan Indonesia, PT. Pelayaran di Indonesia.
Nasional Indonesia, industri galangan Untuk membebani beberapa tatanan dari
kapal, PT. ASDP, BUMN dan BUMS masing-masing sub sistem dapat dirumuskan
lainnya) atau punuser(perusahaan yang strategi langkah strategis bagi penyelenggaraan
menggunakan jasa angkut); maupun transportasi air terpadi di Indonesia
3) Masyarakat sebagai user atau pun sebagaimana dirumuskan pada tabel 6.

Penyelenggaraan Sistem Transportasi Air Terpadu Untuk Mengakselerasi dan memantapkan Konektivitas Nasional,
49
An Nisaa’ Siti Humaira
Tabel 5. Landasan Kebijakan dalam Penyelenggaraan Transportasi Air
No Landasan Kebijaka n Perihal
1. UU No. 6/1996 Perairan Indonesia
2. UU No. 18/2002 Angkutan Multimoda
3. UU No. 17/2007 Rencana Pengembangan Jangka Panjang Nasional
4. UU No. 26/2008 Penataan Ruang
5. UU No. 17/2008 Pelayaran
6. PP No. 51/2 002 Perkapalan
7. PP No. 26/2 008 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasiona l
8. PP No. 61/2 009 Kepelabuha nan
9. PP No. 5/20 10 Kenavigasian
10. Perpres No. 26/2012 Sistem Logistik Nasional
11. Perpres No. 32/2011 Master Plan Percepatan da n Pemba ngunan Ekonomi
Indonesia
12. Permenhub No: KM. 49/2005 Sistem Transportasi Nasional
13. Peraturan Daerah setempat, RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota, Tatanan
Peraturan Gubernur/Wa likota Transportasi Wila yah/Lokal, Rencana Pembangunan
setempat, dan peraturan lainnya Jangka Panjang/Menengah Daerah, dan kebijakan
sektoral setempat lainnya.
Sumber: Hasil Analisis, 2014

Tabel 6. Strategi Penyelenggaraan Transportasi Air Terpadu di Indonesia


Sub Sistem Jaringan
 Meningkatkan jumlah armada kapal
 Mendorong penggunaan kapal ro-ro (short sea shipping) terutama di sepanjang Pantura untuk
mengurangi beban jalan dan kemacetan
 Meremajakan kapal-kapal pengangkut barang dan penumpang
Sarana  Menerapkan persyaratan kelaiklautan pada kapal
 Mengembangkan kapal ramah lingkungan (hemat energi dan tidak mencemari lingkungan
perairan)
 Menjadikan kapal sebagai salah satu bagian dari angkutan mult imoda/intermoda (keterpaduan
antarmoda)
 Mengembangkan dan merevitalisasi pelabuhan lokal di setiap kabupaten/kota yang
memiliki/terhubung dengan perairan, pelabuhan pengumpul di set iap provinsi, dan pelabuhan
utama di beberapa provinsi
 Mengembangkan sarana dan prasarana pelabuhan
Prasarana  Menet apkan dan meningkatkan kapasit as beberapa pelabuhan utama sebagai pusat distribusi
regional
 Menguatkan dan ekspansi kapasitas pelabuhan unt uk terminal hasil pertambangan, pertanian dan
peternakan

 Membangun dan Mengembangkan Pelabuhan Perikanan


 Membangun dan Meningkatkan Infrastruktur Pendukung seperti jalan raya, jalan tol, dan rel KA
untuk dapat meningkatkan akses langsung ke pelabuhan
Prasarana  Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilit as dermaga sungai, danau dan penyeberangan
 Mengembangkan industri angkutan feri unt uk meningkatkan kelancaran dan kapasit as lintasan
pelayaran di sabuk selatan, engah, dan utara sehingga membentuk jaringan transportasi
multimoda yang efisien.

50 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 1, Januari-Februari 2015


 Mengembangkan jalur pelayaran short sea shipping (SSS) dengan operasi pelayaran secara terjadwal
 Optimalisasi pelayaran perintis
 Optimalisasi angkutan perintis untuk mendukung kelancaran arus barang di daerah terpencil
(termasuk short sea shipping)
 Meningkatkan dan membangun pelayaran lintas di dalam koridor ekonomi
 Mempercepat implementasi pengembangan jaringan pelabuhan nasional sesuai RIPN
Pelayanan  Meningkatkan keamanan dan keselamatan untuk menekan risiko kerugian
 Meningkatkan efisiensi waktu angkut pelabuhan-pelabuhan utama
 Meningkatkan standarisasi pelayanan dan teknologi
 Mengembangkan dan merevitalisasi sungai yang potensial untuk transportasi sungai di pedalaman
khususnya di Kalimantan untuk angkutan penumpang dan barang
 Meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana angkutan sungai, danau, dan penyeberangan
 Meningkatkan pelayanan pada lintas penyeberangan di sabuk utara, sabuk tengah, dan sabuk selatan
Sub Sistem Pergerakan
 Meningkatkan aksesibilitas angkutan barang dan penumpang di daerah tertinggal dan/atau wilayah
terpencil, dan daerah padat (macet)
 Membangun konektivitas untuk menjangkau seluruh pelosok nusantara terutama wilayah-wilayah
perbatasan dan terluar serta wilayah tertinggal dan terpencil untuk membuka keterisoliran wilayah
Konektivitas
 Membangun konektivitas lokal (intra pulau) secara terintegrasi
 Membangun konektivitas regional (intra pulau dan antar pulau untuk wilayah kepulauan) secara
terintegrasi
 Membangun konektivitas nasional (antarpulau) secara terintegrasi
Sub Sistem Kelembagaan
 Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan profesional di bidang transportasi
air baik untuk aparatur pemerintah maupun pelaku dan penyedia jasa transportasi air
 Pemberian insentif pada pihak yang memperoleh sertifikasi internasional dalam bidang transportasi air
 Mengembangkan dan meningkatkan jejaring kerjasama antara lembaga pendidikan
 Mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan transportasi air jalur akademik bertaraf
SDM
internasional
 Mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan transportasi air jalur terapan bertaraf internasional
 Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap peraturan perundangan transportasi air
 Meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan jasa transportasi laut
 Melkukan pembinaan terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

 Restrukturisasi dan reformasi kelembagaan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan


 Intensifikasi kerjasama keterlibatan sektor swasta dalam penyediaan pelabuhan dan sarana angkutan
perairan
Organisasi
 Menyeimbangkan peranan BUMN, BUMD, Swasta dan Koperasi
 Menerapkan manajemen modern
 Mengembangkan data dan perencanaan transportasi
 Meningkatkan struktur organisasi

 Memberikan insentif kepada pelaku dan penyedia jasa logistik yang bergerak dalam jalur short sea
shipping
 Memberlakukan azas cabotage untuk angkutan laut dalam negeri secara penuh untuk seluruh jenis
barang/muatan kecuali untuk penunjang kegiatan usaha hulu dan hilir migas (offshore)

Penyelenggaraan Sistem Transportasi Air Terpadu Untuk Mengakselerasi dan memantapkan Konektivitas Nasional,
51
An Nisaa’ Siti Humaira
 Seluruh muatan angkutan laut dalam negeri diangkut oleh kapal berbendera Indonesia dan
dioperasikan oleh perusahaan angkutan laut nasional (full cabotage)
 Harmonisasi dan sinkronisasi regulasi dan kebijakan transportasi air antarpemerintah pusat dan
daerah serta antar kementerian/lembaga
 Meningkatkan keterpaduan pengembangan transportasi air melalui Tatranas, Tatrawil dan Tatralok
 Memperjelas dan mengharmonisasikan peran masing-masing instansi pemerintah baik di pusat
maupun di daerah yang terlibat dalam bidang pengaturan, administrasi, dan penegakan hukum
berdasarkan azas dekonsentrasi dan desentralisasi
 Menentukan bentuk koordinasi dan konsultasi termasuk mekanisme hubungan kerja antar instansi
 pemerintah baik di pusat maupun daerah serta antara penyelenggara dan pengguna jasa transportasi
Legal
air
formal/
 Meningkatkan keterpaduan perencanaan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
kebijakan
pemerintah kabupaten/kota dalam berbagai aspek
 Menyusun regulasi dan kebijakan terkait transportasi air melalui koordinasi penyiapan peraturan
pelaksanaan UU di bidang transportasi air dan penyiapan peraturan pelaksanaan mengenai
mekanisme partisipasi swasta dalam pengembangan sistem transportasi air termasuk sistem
transportasi multimoda
 Menyederhanakan prosedur perizinan dan deregulasi
 Merevitalisasi regulasi dan kebijakan transportasi air yang disesuaikan dengan kebijakan-kebijakan
yang ada baik di tingkat pusat maupun daerah : penataan ruang, rencana pembangunan, sistem
logistik, dan rencana sektoral lainnya.
 Menguatkan penegakan pelaksanaan regulasi dan kebijakan (law enforcement)
 Meningkatkan pelibatan pihak swasta dan koperasi dalam mekanisme pendanaan baik secara
konvensional maupun non konvensional melalui skema revenue financing (pendanaan yang diperoleh
dari penerimaan baik pajak, retribusi dari pengguna jasa transportasi air, maupun APBN/APBD),
debt financing (mekanisme peminjaman), maupun equity (penanaman saham, hibah/bantuan dari
Dana
lembaga donor)
 Mempromosikan kemitraan kontrak jangka panjang antara pemilik barang dan pemilik kapal melalui
pemanfatan informasi ruang kapal dan muatan
 Meningkatkan penerimaan dan mengurangi subsidi
Sumber: Hasil Analisis, 2014

KESIMPULAN terbelakang/terpencil, serta meningkatkan daya


Transportasi air di Indonesia yang terdiri dari saing.
transportasi laut, sungai, danau dan Dalam mengoptimalkan penyelenggaraan
penyeberangan merupakan tulang punggung transportasi air tersebut, dibutuhkan konsep
dari transportasi nasional untuk dapat dengan cara pandang bahwa penyelenggaraan
menghubungkan dan menjangkau seluruh transportasi air di Indonesia merupakan suatu
pelosok nusantara yang memiliki kondisi kesatuan sistem dari keterpaduan berbagai sub
geografis sebagai negara kepulauan dengan sistem dan elemen di dalamnya. Sistem
perairan sebagai pemersatu NKRI. Dengan transportasi air merupakan integrasi antara sub
terkoneksinya seluruh wilayah di Indonesia s i s t e(demand side), sub sistem jaringan
m k e g i a t a n

melalui transportasi air tersebut maka tujuan (supply side), sub sistem pergerakan, dan sub
dari mewujudkan Indonesia yang berdaulat dan sistem kelembagaan. Sistem transportasi air yang
sejahtera akan mampu untuk dicapai dengan baik tidak dapat dilaksanakan secara parsial
terciptanya pemerataan ekonomi, pemerataan karena antar komponen dan elemen di dalamnya
pembangunan wilayah termasuk wilayah akan salig mempengaruhi dan memiliki
perbatasan dan wilayah tertinggal/ keterkaitan yang sangat erat (sistemik dan siklis).

52 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 1, Januari-Februari 2015


Adapun hasil identifikasi elemen-elemen UCAPAN TERIMAKASIH
utama dari masing-masing sub sistem dalam Penulis mengucapkan terimakasih kepada
mengoptimalkan penyelenggaraan sistem seluruh pihak yang membantu dalam
transportasi air terpadu di Indonesia tersebut pengerjaan studi ini.
diantaranya adalah: (a) sus sistem kegiatan:
pusat pertumbuhan/kegiatan sesuai dengan
DAFTAR PUSTAKA
kebijakan yang berlaku terutama berdasarkan
RTRWN (PKL, PKW, PKN, PKSN, Kawasan Inounu, I., Martindah, E., Priyanti, A., dan
Andalan, dan KSN) dan MP3EI (pusat Saptati, R.A, 2007. Potensi Ekosistem Pulau-
Perekonomian, Pusat Ekonomi Meda dan pulau Kecil dan Terluar untuk Pengembangan
Koridor Ekonomi) maupun kawasan Usaha Sapi Potong. WARTAZOA 17-4:156-164.
lainnya(wilayahperbatasan, wilayah Kusbiantoro, B.S, 2009. Memanusiakan
tertinggal/terpencil/terbelakang. KEK, Perencanaan Sistem Transportasi. Bandung :
KAPET, FTZ, KI, dan Kawasan Barikat); (b) sus Penerbit ITB.
sistem jaringan: sarana (kapal), prasarana
(tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
pelayanan (jenis angkutan air, daerah Republik Indonesia, 2011. Masterplan
pelayaran, aksesibilitas, kecepatan, waktu Perecepatan dan Perluasan Pembangunan
perjalanan, keamanan, frekuensi pelayanan, Ekonomi Indonesia (MP3EI). Kementerian
rute, kenyamanan dan tarif); (c) sub sistem Koordinator Bidang Perekonomian : Jakarta.
pergerakan : pergerakan untuk menciptakan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia,
konektivitas lokal, regional, dan nasional juga 2008. Rencana Pembangunan Jangka Panjang
dengan wilayah perbatasan dan wilayah Departemen Perhubungan 2005-2025.
tertinggal; serta (d) sub sistem kelembagaan : Kementerian Perhubungan : Jakarta.
SDM, organisasi, legal formal/kebijakan, dan
Laviana, A, 1992. Peran Angkutan Air dalam
pendanaan.
Menunjang Pengembangan Daerah Kalimantan
Barat. Tugas Akhir Jurusan Teknik Plaologi :
SARAN Institut Teknologi Bandung.
Berdasarkan hasil kajian terhadap kondisi dari Legowo, P.S, 2011. Konektivitas. Artikel dalam
penyelenggaraan transportasi air eksisting di Majalah TRANSMEDIA 11:16-18.
Indonesia, maka masih banyak tugas bersama Kementerian Perhubungan Republik Indo-
yang harus secara perlahan diselesaikan untuk nesia : Jakarta.
dapat mencapai hasil yang optimal dalam
penyelenggaraan transportasi air berupa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
optimalisasi penataan dan pemanfaatan ruang, Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian.
minimasi dan mediasi konflik kepentingan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
antarsektor dalam penataan ruang, dan Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
sinergisasi dan sinkronisasi kegiatan dari Ruang Wilayah Nasional.
masing-masing rencana dan program sektoral
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
(misal kegiatan pada RTRW dengan kegiatan
Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan.
pada MP3EI dan antarkegiatan pada kebijakan
lainnya seperti Kapet, KEK, FTZ, KI, dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
Kawasan Berikat). 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau
Kecil Terluar.

Penyelenggaraan Sistem Transportasi Air Terpadu Untuk Mengakselerasi dan memantapkan Konektivitas Nasional,
53
An Nisaa’ Siti Humaira
Riske, A, 2005. Persepsi Calon Pengguna dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18
Penentu Kebijakan terhadap Rencana Tahun 2002 tentang Angkutan Multimoda.
Pengoperasion Angkutan Sungai DKI Jakarta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26
Tugas Akhir Program Sarjana Departemen Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Teknik Planologi Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan : Institut Teknologi Bandung. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2002 tentang Perkapalan.
Tim Ahli Pengembangan Sistem Logistik
Nasiona Republik Indonesia, 2012. Cetak Biru Yesuari, A.P, 2010. Mengenal Kawasan Ekonomi
Sistem Logistik Nasional. Khusus. Bulletin Tata Ruang Edisi 3 (Mei-Juni)
Tahun 2010. Available (online) : http://
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 bulletin.penataanruang.net/
Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia. index.asp?buled=52 (Diakses 6 Mei 2014).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran.

54 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 1, Januari-Februari 2015

Anda mungkin juga menyukai