Anda di halaman 1dari 40

Principles of thermo-fluid

In fluid system

Prof. Dr. Ir. Harinaldi, M.Eng


Mechanical Engineering Department
Faculty of Engineering University of Indonesia
Sistem
Sistem fluida adalah suatu kumpulan kesatuan atau susunan komponen-
komponen yang terintegrasi, yang bekerja secara bersama dalam suatu
proses dan digerakkan oleh energi fluida untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan
Sistem fluida dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas
yang berinteraksi, dimana seringkali diperlukan pembuatan suatu model
matematika.

Sistem pemompaan Powerplant


Sistem fluida yang melibatkan:

i.fluida (air, minyak, gas),


ii.wadah penampung (reservoir, bejana, tangki tekan),
iii.saluran aliran (pipa, duct, saluran terbuka),
iv.mesin fluida (pompa, turbin, fan, kompesor, blower)

bekerja berdasarkan prinsip/hukum termodinamika dan mekanika


fluida (dikenal juga dengan prinsip-prinsip termofluida) meliputi
prinsip-prinsip kekekalan massa, momentum, dan energi.
SISTEM PENDINGIN
Rumah Energi qe
masuk 4 1
Evaporator
Kompreso
r Wc
Kalor Kalor
masu dipindahkan Kalor Katup
k Kompresor
fan Evaporator dikeluarka ekspansi
n
udara
Kondense Kondensor
Katup
Ekspansi
r 3 qc 2
(Throttle valve)
Refrigerant
Skema sistem pendingin
Pc
P Te Tc
3 2’ 2 T
Pc 3 2’ 2
Tc Pe

Pe
4 1 Te
4 1

h3= h4 h1 h2 h s
5
P-h dan T-s diagram untuk siklus ideal pendingin
SISTEM TURBIN GAS
Dasar-dasar Termo-fluida
1. Sifat-sifat Fluida
2. Statika Fluida
3. Kinematika Fluida
4. Dinamika Fluida
5. Perubahan Energi Aliran Fluida
1. Sifat-sifat Fluida
Fluida :
• tidak mampu menahan gaya geser
pada lapisan-lapisannya
• Deformasi/regangan/strain sebanding
dengan tegangan geser/shear stress

Relasi Deformasi dengan Perubahan


Tegangan Geser Densitas/Kerapatan

Fluida Newtonian Fluida Mampu- mampat

Fluida Non-Newtonian Fluida Tak Mampu-mampat


a. Kerapatan (Density)

c. Berat Jenis (Specific Weight)

d. Gravitasi Jenis (Specific Gravity)


e. Viskositas (Viscosity)
Viskositas merupakan ukuran kemampuan fluida melawan
deformasi akibat tegangan geser, viskositas memberikan gambaran
kemampuan fluida dapat mengalir, sering digunakan istilah
"kekentalan" fluida. Dalam kajian fluida dikenal dua jenis viskositas
yaitu viskositas dinamik

dan viskositas kinematik.

f. Tegangan Permukaan (Surface tension)


Tegangan permukaan terjadi akibat adanya gaya tarik antar
molekul-molekul yang sama (cohesion) dan gaya tarik antar
molekul-molekul yang berbeda (adhesion)
Tegangan permukaan () dihitung per panjang (unit
panjang), (N/m) dari garis yang mengelilingi permukaan
adhesiwe
bebasnya, arahnya tangensial thd permukaan.

cohesive

Gaya kohesi dan gaya adesi


 menyebabkan adanya
Cohesive tegangan permukaan
saling menghilangkan

Gaya, F = tek dalam (internal pressure) r


p

= p.  r2
gaya tegangan permukaan =
F = 2  r    = F/ 2  r (N/m) F
keseimbangan pr2 =2r
2
 p =   = p r/ 2 (N/m)
r
11
g. Modulus Elastisitas Borongan (Bulk Modulus of Elasticity)

dimana k adalah rasio dari kalor jenis pada tekanan konstan, cp , terhadap
kalor jenis pada volume konstan, cv (jadi k = cp/cv). Kedua kalor jenis tersebut
dihubungkan dengan konstanta gas, R , melalui persamaan R = cp – cv.

h. Kecepatan Akustik

udara k = 1,4, R = Universal Gas Constant = 8.3143 KJ/kg-mole K=287 Nm/kg K


i. Tekanan Uap
Bejana tertutup dengan sedikit ruang di atas permukaannya dan
ruangan ini kemudian divakumkan, maka tekanan akan terbentuk di
dalam ruang ini akibat dari uap yang terbentuk oleh molekul-
molekul yang terus melepaskan diri sampai suatu kondisi
kesetimbangan tercapai. Saat setimbang, jumlah molekul yang
meninggalkan permukaan sama dengan jumlahnya yang masuk
kembali ke dalam cairan. Uap tersebut dikatakan telah jenuh dan
tekanan yang terbentuk disebut sebagai tekanan uap (dilambangkan
pv ). Karena pembentukan tekanan uap sangat berkaitan dengan
aktivitas molekuler, nilai dari tekanan uap untuk suatu zat cair
tertentu tergantung pada temperatur.
2. Statika Fluida
Fluida dalam keadaan diam atau bergerak sedemikian rupa tanpa adanya
gerakan relatif antara partikel fluida. Jumlah gaya (Σ F = 0) Dalam kedua
kondisi tersebut tidak terdapat tegangan geser pada fluida dan satu-
satunya gaya yang timbul disebabkan oleh tekanan.

Konsep-konsep statika fluida banyak mendasari sistem fluida, terutama


pada sistem-sistem yang bekerja atas prinsip hidrostatik, misalnya pada
peralatan-peratalan hidrolik.

Kebanyakan sistem hidrolik adalah sistem hidrostatik, dengan energi


tekanan bersumber utama dari gaya tekan. Gerakan fluida diperlukan
sebagai medium perantara, bukan sebagai penghasil gaya.

a. Tekanan Hidrostatik
ph = tek hidrostatik (N/m2 atau Pa (Pascal)),
ρ = kerapatan (kg/m3), g = gravitasi (m/s2),
dan h = kedalaman cairan (m).
b. Tekanan Mutlak dan Tekanan Pengukuran
Gage / ukuran 

Hubungan Antar Tekanan

absolute / total (gage + atm )


c. Manometri

Manometer  Perbedaan tekanan kecil sampai sedang


diukur dengan sebuah manometer.
 Perbedaan ketinggian kolom fluida
sebesar h menunjukkan perbedaan
tekanan sebesar:

Pgas – Patm =

 dimana  adalah massa jenis fluida dan


g adalah percepatan gravitasi lokal
 Tekanan atmosfir diukur dengan sebuah barometer dan
ditentukan sebagai :

dimana h adalah tinggi kolom cairan di atas permukaan bebas


c. Hukum Pascal

Hukum Pascal ini menjelaskan jika terjadi peningkatan tekanan pada


suatu titik dalam sebuah massa fluida tertutup (di dalam bejana
tertutup) maka akan terjadi peningkatan tekanan yang sama besarnya
di seluruh titik pada fluida di dalam bejana tersebut

contoh

dengan menggunakan hukum Pascal maka:


Dongkrak hidrolik
3. Kinematika Fluida
Kinematika fluida mempelajari berbagai aspek gerakan fluida tanpa
meninjau gaya-gaya yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan
tersebut.
Kajian kinematika dari gerakan tersebut meliputi kecepatan,
percepatan medan aliran serta penggambaran dan visualisasi gerakan
tersebut.

a. Medan Aliran
Penggambaran parameter-parameter fluida sebagai fungsi dari
koordinat ruang disebut sebagai gambaran medan (field
representation). Dengan demikian parameter-parameter fluida yang
bergerak baik yang merupakan besaran skalar (temperature, kerapatan,
dll), maupun besaran vektor (kecepatan, percepatan) sering
direpresentasikan dalam bentuk medan alirannya (flow field).
medan aliran yang terjadi pada sebuah sistem fluida berubah-ubah dari
waktu ke waktu, sehingga untuk menggambarkan suatu aliran fluida kita
harus menyatakan parameter fluida yang bergerak tersebut sebagai
fungsi dari ruang dan waktu.
2. Dimensi Aliran
Aliran fluida dapat dianggap sebagai aliran satu-dimensi (1-D flow),
aliran dua-dimensi (2-D flow), atau aliran tiga-dimensi (3-D flow).

Aliran satu-dimensi (1-D flow)

Aliran dua-dimensi (2-D flow)

Aliran tiga-dimensi (3-D flow)


3. Aliran Tunak dan Tak-tunak

Aliran tunak (steady flow)

Aliran tak tunak (unsteady flow)

4. Aliran Seragam dan Tak-seragam

Aliran seragam (uniform flow)

Aliran tak seragam (non-uniform flow)


5. Garis-garis Aliran

Untuk memberikan gambaran visual mengenai aliran fluida dapat


digunakan beberapa jenis garis aliran (flow lines) meliputi garis arus
(stream lines), garis jejak (path lines) dan garis gurat (streak lines).

Garis arus

Garis jejak Garis gurat


4. Dinamika Fluida
Dinamika fluida mempelajari berbagai aspek meliputi
gaya, momentum dan energi serta berbagai mekanisme
perubahannya yang menyertai suatu gerakan fluida

Kajian dinamika dari gerakan tersebut meliputi prinsip-


prinsip kekekalan massa, Hkm Newton II, dan kekekalan
momentum.
Kekekalan massa


m  1C1 A1   2C2 A2

m  mass flow rate (kg / s )
Newton’s Second Law of Motion - Linear


 Fx  m C x 2  C x1 
Newton’s Second Law of Motion - Angular

  r  C  C  n dA    r  F 
cs
cv content  T

Torque
Newton’s Second Law of Motion - Angular
Power
(Euler Equation for Turbomachinery)

W=

For Power Machine (Turbine)


W= <0
For Working Machine (Pump)
W= >0
Kekekalan momentum

Hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa “jika tidak


ada gaya luar yang bekerja pada sistem, maka momentum
total sesaat sebelum sama dengan momentum total sesudah
tumbukan”. harus diperhatikan arah kecepatan tiap benda.
5. Perubahan Energi Aliran Fluida
Energy
Energy is the ability to do work or effort, with units Joule (J) or Newton
meters

Work is defined:
               Work (Joule) = Force (Newton) x Displacement (meters)

Power is defined:
               Power (Watt) = Work (Joule) / time do the work (seconds)

1 horsepower (hp - horse power) = 746 Watt = 0.746 kW


Hukum Dasar Termodinamika
Ideal process
p = ρ RsT  p/ρ = RsT pϑ = p/ρ = constant = RsT
ϑ = specific volume = 1/ ρ
sehingga,
p1ϑ= RsT1 p2ϑ = RT2 Rs = konstanta gas spesifik
(p1/T1ρ1) = (p2/ T2 ρ2)
(p1/ρ1)(p2/ρ2) = (T1/T2)
pϑ = RsT  dimana ρ = m/V m = masa, V = volume

p=(m/V) RsT  pV= mRsT  pV=nMRsT , n = juml. mol


pV=nM (Ru/M)T = nRuT
Ru= kons.gas universal
= 8314 J/kg.mol K
dimana, Rs = konstanta gas spesifik
Konstanta gas untuk udara (02),
R = Ru/M  Mudara = 28,97 kg/kg-mol
= 8314/ 28,97
= 287 J/kgK

contoh,
Suatu tangki dengan volume 0,2 m3 berisi 0,5 kg nitrogen,
berat mol nitrogen 28 kg/kg-mol, pada suhu 20o C ,
berapa tekanannya ?

Jawab:
p = ρ R T = (0,5/0,2) x (8314/28)(273 + 20) K
= 218000 (kg/m3)(J/kgK)K= 218 kJ/m3 = 218 k Nm/m3 =
218 k N/m2 = 218 kPa (absolut)
Hukum Pertama Termodinamika
Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa ketika
suatu sistem, dimana jumlah cairan tetap, perubahan dari
keadaan 1 ke keadaan 2, disebabkan kandungan energinya
berubah dari E1 ke E2 oleh pertukaran energi dengan
lingkungannya. Pertukaran energi tsb dlm bentuk
perpindahan panas atau kerja. Jika didefinisikan perpindahan
panas ke sistem sebagai positif dan kerja yang dilakukan
sistem positif, hukum pertama termodinamika dapat
dinyatakan sebagai :

Q1-2  W1-2 = E2  E1
di mana Q1-2 adalah jumlah perpindahan panas ke sistem
dan W1-2 adalah jumlah kerja yang dilakukan oleh sistem
E adalah total energi, yang terdiri energi kinetik (mV2/2),
energi potensial (mgz), dan energi dalam (mu), dimana u
adalah energi dalam per satuan massa (spesifik energi),
sehingga,
E = m(V2/2 + gz + u)
V2/2, gz, dan u semuanya bersifat intensif sedang E bersifat
ektensif. Untuk sistem yang terisolasi, persmn Q1-
2W1-2 = E2  E1, secara termodinamik tertutup/terputus dari
sekitarnya (shg, Q1-2 = W1-2 = 0), maka:
E1= E2
Persamaan diatas menyatakan konservasi energi.
Untuk banyak situasi dapat diasumsikan panas spesifik
konstan dalam hubungan sebelumnya. Pemanasan spesifik
untuk gas-gas umum tercantum dalam Tabel Untuk gas
ideal cp terkait dengan c√ dengan menggunakan
Persamaan sebelumnya dalam bentuk diferensial:

dimana
Hukum Kedua Termodinamika (entropi)

Menyebutkan bahwa adalah tidak mungkin untuk membuat


sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari
suatu reservoar pada suhu tertentu seluruhnya menjadi
usaha mekanik. Hukum kedua termodinamika mengatakan
bahwa aliran kalor memiliki arah; dengan kata lain, tidak
semua proses di alam semesta adalah reversible (dapat
dibalikkan arahnya) = irreversible. Sebagai contoh jika
seekor beruang kutub tertidur di atas salju, maka salju
dibawah tubuh nya akan mencair karena kalor dari
tubuh beruang tersebut. Akan tetapi beruang tersebut tidak
dapat mengambil kalor dari salju tersebut untuk
menghangatkan tubuhnya. Dengan demikian, aliran energi
kalor memiliki arah, yaitu dari panas ke dingin.
- untuk cairan fluida yang menjalani proses adiabatik reversibel, jumlah
perubahan entropi adalah nol, sedangkan jika fluida yang sama
mengalami proses adibatik atau proses-proses lainnya, jumlah
entropi meningkat dari saluran inlet ke saluran outlet.
- Proses inilah yang menyebabkan jumlah energi yang dihasilkan oleh
sebuah mesin tenaga (turbin) lebih sedikit daripada bentuk ideal
isentropik dan mengapa jumlah masukan ke dalam sebuah mesin
kerja (pompa) lebih besar daripada bentuk isentropik atau jumlah
masukan ideal.
- Dalam teorinya jumlah perubahan entropi dapat juga sama dengan
nol untuk proses adiabatik namun dalam prakteknya sangat mustahil.
Dalam proses reversibel hukum kedua di ekspresikan sebagai
dq/T= ∆s
dimana dq = perpindahan kalor per satuan massa (J/kg), T = suhu
absolut disaat transfer energi panas terjadi (K, Kalvin) dan ∆s =
perubahan entropi (J/kg K). 35
Jika tidak ada pergerakan, gravitasi atau efek-efek lainnya, Persamaan
 
Q  W  m 
p2

p1 
  1  C2  C2   g Z  Z    u  u  
ρ  1 
ρ 2 2 1 2 1 2
 2 1  

tidak akan menghasilkan energi potensial atau kinetik, sehingga


Q – W = m(u2 – u1) atau dq – dw = du
dimana satuannya adalah J/kg. Dengan mensubsitusi dq dan mengatur kembali
∆s = dq/T = (du + dw)/T
mengganti dw = p dv, dimana dv adalah bernilai kecil sekali terhadap perubahan
volume, maka
T ds = du + p dv
dengan mendefinisikan entalpi secara spesifik sebagai h = u + pv dan
mensubsitusikan du pada persamaan diatas, maka
T ds = dh – v dp
persamaan inilah yang akan digunakan secara luas pada studi aliran mesin aliran
kompresibel
Persamaan Energi – sistem terbuka

h01 = total enthalpy = h1 + c12/2


Hukum Gibbs
Kondisi Isentropik
Proses Termodinamika
Ideal process Karena uap bekerja pada
pϑ = p/ρ = constant = RT keadaan superheated, maka
ϑ = specific volume = 1/ ρ dapat dianggap sebagai gas
p1ϑ= RT1 p2ϑ = RT2 tunduk pada Hkm gas ideal
(p1/ρ1)(p1/ρ1) = (T1/T2)

Hilangnya panas akibat gesekan, tumbukan dan lain-lain


menyebabkan proses menjadi tidak ideal 
1.Adiabatik pvk = konstan ( k =1,4)
2.Isotermik pvn = konstan ( n = 1)
3.Politropik pvn = konstan ( n = 1 - 1,4)
dQ = TdS
= dW + dU  dQ = 0 jika proses adiabatic
dS = p dv/T + Cv dT/T
dW + dU = T(p dv/T + Cv dT/T) = p dv + Cv dT

Anda mungkin juga menyukai