Anda di halaman 1dari 63

TOE based on IMO Model Course 3.

12
Day-2, Topic 1.8 – 1.9

STCW Certificate Requirement & National


Legislative and Administrative Framework

Oleh
Capt. Indra Priyatna

PUSAT PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAM LAUT


JAKARTA, 2020
1
TUJUAN KURIKULER (CP – MP)
Setelah menyelesaikan sesi ini diharapkan peserta TOE memahami persyaratan
sertifikasi pelaut berbasis Konvensi Internasional STCW 1978 beserta
amandemennya dan kerangka kerja administratif peraturan nasional yang
mengatur kepelautan meliputi

1. Jenis Sertifikat Keahlian dan Keterampilan Pelaut


2. Pengukuhan (Endorsement) bagi yang akan memangku jabatan minimal
sebagai Officer on Watch (OOW)
3. Revalidasi Sertifikat Keahlian dan Keterampilan
4. Sertifikat Kesehatan
5. Buku Pelaut dan Passport (bagi yang berlayar ke luar negeri)
6. Buku Kesehatan
7. Perjanjian Kerja Laut
8. Sijil Awak Kapal
9. Pengawakan Kapal
10. Minimum Safe Manning
11. In service training dan Cadet/Training Record Book. 2
UU No. 17 Tahun 2008 ttg PELAYARAN
Pasal 117 ▪ Pasal 145: Setiap orang dilarang
mempekerjakan seseorang di kapal
(1) Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu dalam jabatan apapun tanpa disijil
kondisi terpenuhinya persyaratan: dan tanpa memiliki kompetensi dan
a. kelaiklautan kapal; dan keterampilan serta dokumen pelaut
b. kenavigasian. yang dipersyaratkan.
(2) Kelaiklautan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a wajib dipenuhi setiap kapal sesuai dengan
▪ Pasal 151 (1): Setiap awak kapal
daerah-pelayarannya yang meliputi: berhak mendapatkan kesejahteraan;
a. keselamatan kapal;
Pasal 151 (2): Kesejahteraan kerja
dinyatakan dalam perjanjian kerja.
b. pencegahan pencemaran dari kapal;
c. pengawakan kapal;
d. garis muat kapal dan pemuatan;
e. kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang;
f. status hukum kapal;
Safe, secure and
g. manajemen keselamatan dan pencegahan
pencemaran dari kapal; dan efficient shipping
h. manajemen keamanan kapal. on clean ocean
3
PERSYARATAN BEKERJA DI ATAS KAPAL
1. Memiliki Sertifikat Kepelautan
2. Sertifikat kepelautan telah dikukuhkan (endorsed) bagi yang akan
memangku jabatan minimal sebagai Officer on Watch (OOW)
3. Sertifikat keahlian dan keterampilan valid (telah direvalidasi)
4. Memiliki badan dan rohani yang sehat dibuktikan berdasarkan
hasil pemeriksaan kesehatan yang khusus dilakukan untuk itu dari
Rumah Sakit yang ditunjuk
5. Memiliki Buku Pelaut
6. Memiliki Buku Kesehatan (yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan
Pelabuhan)
7. Memiliki Passport (bagi yang berlayar ke luar negeri yang
diterbitkan oleh Imigrasi Pelabuhan)
8. Memiliki Perjanjian Kerja Laut
9. Disijil.
4
SERTIFIKAT KEPELAUTAN
Sertifikat Kepelautan membuktikan bahwa yang bersangkutan telah
memiliki keahlian dan atau keterampilan sebagai awak kapal.

a. SERTIFIKAT KEAHLIAN PELAUT


Jenis Sertifikat Keahlian Pelaut :
1) Kapal Niaga
a. Dek : ANT-I s/d ANT-V
b. Mesin : ATT-I s/d ATT-V

2) Kapal Ikan
a. Dek : ANKPIN-I s/d ANKPIN-III
b. Mesin : ATKPIN-I s/d ATKPIN-III

3) Kapal Layar Motor


a. Dek : SK MPR TK. I dan SK MPR TK. II
b. Mesin : SK JMPR TK. I dan SK JMPR TK. II
5
4) Kapal Layar/Kapal Motor (ukuran dibawah 100 Mᶾ)
a. Surat Keterangan Kecakapan 30 Mil-Dek/Mesin
b. Surat Keterangan Kecakapan 60 Mil-Dek/Mesin

5) Sertifikat Keahlian Pelaut Radio Elektronika :


a. GOC for the GMDSS;
b. ROC for the GMDSS;
c. Perwira Radio Elektronika Klas I;
d. Perwira Radio Elektronika Klas II;
e. Sertifikat Radio Elektronika Klas I;
f. Sertifikat Radio Elektronika Klas II;
g. ORU (Operator Radio Umum).

6
b. SERTIFIKAT KETERAMPILAN PELAUT
• Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Pelaut adalah diklat untuk
mendapatkan kecakapan dan keterampilan melakukan tugas dan/atau
fungsi tertentu di kapal.

• Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Pelaut terdiri atas :


1. Diklat Pelaut Rating Dinas Jaga Navigasi dan Kemudi (DPRDJNK);
2. Diklat Pelaut Rating Dinas Jaga Mesin (DPRDJM);
3. Diklat Pelaut Terampil Bagian Dek (DPTBD);
4. Diklat Pelaut Terampil Bagian Mesin (DPTBM);
5. Diklat Rating Teknikal Elektro (DRTE);

7
6. Diklat Basic Safety Training (BST);
7. Diklat Survival Craft and Rescue Boats other than
Fast Rescue Boat Training (SCRB);
8. Diklat Fast Rescue Boat (FRB);
9. Diklat Advanced Fire Fighting (AFF);
10. Diklat Medical Fist Aid (MFA);
11. Diklat Medical Care (MC);
12. Diklat Ship Security Officer (SSO);
13. Diklat Crowd Management Training (CMT);
14. Diklat Crisis Management and Human Behaviour
Training (CMHBT);

8
15. Diklat Passenger safety, cargo safety and hull integrity
training (PS, CS and HIT);
16. Diklat Security Awareness Training (SAT);
17. Diklat Security Awareness Training for Seafarers with
Designated Security Duties (SATSDSD);
18. Diklat Electronic Chart Display and Information System
(ECDIS);
19. Diklat Bridge Resource Management (BRM);
20. Diklat Engine Room Resource Management (ERM);
21. Diklat Basic Oil and Chemical Tanker (BOCT);
22. Diklat Advanced Training for Oil Tanker Cargo Operations
(AOT) ;
23. Diklat Advanced Training for Chemical Tanker Cargo
Operation (ACT);

9
24. Diklat Basic Training for Liquefied Gas Tanker Cargo Operations
(BLGT);
25. Diklat Advance Liquefied Gas Tanker Cargo Operations (AGT);
26. Diklat Training of Masters and Officers in Charge of a
Navigational Watch on Board Offshore Supply Vessels;
27. Diklat Offshore Supply Vessels Performing Anchor-Handling
Operations for Masters and Officers in Charge of Navigational
Watch;
28. Diklat Personnel Operating Basic Dynamic Positioning System
Training (DP);
29. Diklat Personnel Operating Advanced Dynamic Positioning
System Training (ADP);

10
30. Diklat Training for Masters and Officers in Charge of a
Navigational Watch of Ships Operating in Polar Water;
31. Diklat Training for Chief Engineer and Officer in Charge of an
Engineering Watchkeeping of Ships Operating in Polar Water;
32. RADAR Simulator Training (RS);
33. ARPA Simulator Training (AS);
34. Training Of Officers and Ratings Responsible for Cargo
Handling on Ships Carrying Dangerous and Hazardous
Substances in Packaged Form;
35. Training of Officers and Ratings Responsible for Cargo
Handling on Ships Carrying Dangerous and Hazardous
Substances in Solid Form in Bulk.

11
c. PENERBITAN, REGISTRASI DAN LEGALISASI SERTIFIKAT
KEAHLIAN PELAUT

1) DIRKAPEL atas nama DIRJEN HUBLA menerbitkan dan meregistrasi


Sertifikat Keahlian Pelaut.
2) Kepala UPT DIKLAT, Kepala Unit DIKLAT melaporkan Sertifikat
Keterampilan Pelaut yang diterbitkan untuk diregistrasi.
3) Legalisasi foto copy Sertifikat Keahlian Pelaut dilaksanakan oleh
DIRKAPEL.
4) Legalisasi foto copy Sertifikat Keterampilan Pelaut dilaksanakan
oleh Pejabat yang menerbitkan.

12
SERTIFIKAT PENGUKUHAN
Persyaratan untuk Pengukuhan :

✓ Foto copy Sertifikat Keahlian Pelaut

✓ Foto copy Buku Pelaut

✓ Foto copy Sertifikat Keterampilan Pelaut (Oil Tanker Training, Chemical


Tanker Training dan Liquefied Gas Tanker Training) apabila ada.

✓ Pas Foto ukuran berwarna berukuran 3X4 sebanyak 1 lembar dengan


ketentuan baju warna putih, berdasi hitam dan latar belakang biru
untuk bagian dek dan latar belakang merah untuk bagian Mesin.

13
STCW Code
Tabel B – I/2

14
REVALIDASI
15
Contoh

16
SERTIFIKAT KESEHATAN
yang diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang
khusus dilakukan untuk itu dari Rumah Sakit yang ditunjuk

Dasar Hukum :
a. Keputusan Dirjen Hubla No.DL.22/1/1-99 tanggal 26 Januari 1999
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengujian dan Penilaian Tingkat
Kesehatan bagi Tenaga Fungsional Pelayaran

b. Keputusan Dirjen Hubla No.UM.48/15/11-99 tanggal 28 Oktober 1999


tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Rumah Sakit dan Tim
Penguji dan Penilai Tingkat Kesehatan Tenaga Fungsional Pelayaran

c. Mengacu kepada Keputusan Dirjen Hubla tersebut diatas, sampai saat


ini telah ditetapkan sejumlah Lembaga/Institusi Penguji Kesehatan
Sebagai Pelaksana Pengujian dan Penilaian Tingkat Kesehatan Bagi
Tenaga Fungsional Pelayaran.

17
18
BUKU PELAUT
A. Dasar Hukum :

1) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan


2) Keputusan Menteri Perhubungan Laut No.DPLJ.10/1/7 tanggal 1
Pebruari 1962 tentang Buku Pelaut.
3) Keputusan DIRJEN HUBLA No.PY.68/1/11-93 tanggal 29 November 1993
tentang Mekanisme dan Kewenangan Menerbitkan Buku Pelaut.
4) Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: Py.66/1/4-03
tanggal 18 Desember 2003 tentang Tata Cara Tetap Pelaksanaan
Penyelenggaraan Kelaiklautan Kapal.

B. Buku Pelaut adalah dokumen yang harus dimiliki oleh setiap warga negara
Indonesia yang bekerja sebagai awak kapal di kapal niaga dan kapal
penangkap ikan, yang mencantumkan antara lain mengenai keterangan
lengkap yang sah tentang pribadi dan hubungan kerja dari pemegang Buku
Pelaut dengan pengusaha kapal dan merupakan buku identitas bagi para
pelaut.
19
C. Buku Pelaut tidak diwajibkan bagi pelaut yang tidak diwajibkan
membuat PKL.

Buku Pelaut diberikan kepada :


• Anak buah kapal yang memiliki PKL yang masih berlaku
• Pemegang Sertifikat Kepelautan.
• Taruna yang akan melaksanakan Praktek Kerja Laut.

D. Sesuai dengan pasal 16, PP.No.7/2000 Buku Pelaut merupakan


identitas bagi pelaut dan berlaku sebagai dokumen perjalanan bagi
pelaut yang akan naik di luar negeri atau menuju Indonesia setelah
turun kapal di luar negeri.

20
E. Persyaratan mendapatkan Buku Pelaut

1) Buku Pelaut Baru :

Pemohon mengajukan surat permohonan dengan melampirkan :

a) Surat Pernyataan belum pernah memiliki Buku Pelaut


b) PKL yang masih berlaku atau copy Ijazah Sertifikat Keterampilan
Pelaut atau Surat Keterangan Prola bagi Taruna yang akan Praktek
Kerja Laut.
c) Surat Keterangan Masa Berlayar yang diketahui Syahbandar atau
KBRI setempat (bila ada)
d) Surat Keterangan Sehat dari Dokter yang masih berlaku meliputi
sehat jasmani dan rohani, sehat mata dan telinga, sehat jantung dan
paru-paru
e) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
f) Photo copy Akte Kelahiran/Surat Kenal Lahir atau Kartu Tanda
Penduduk yang masih berlaku
g) Pas photo terbaru ukuran 5x5 cm sebanyak 2 lembar dan 3 x 4 cm
sebanyak 2 lembar dengan latar belakang warna biru untuk bagian
dek dan warna merah untuk bagian mesin. 21
2) Penggantian Buku pelaut yang habis masa berlakunya.

Pemohon mengajukan surat permohonan dengan


melampirkan :

a) Buku pelaut lama


b) Surat Keterangan Sehat dari Dokter yang masih
berlaku meliputi sehat jasmani dan rohani,
sehat mata dan telinga, sehat jantung dan paru-
paru
c) Photo copy Akte Kelahiran/Surat Kenal Lahir
atau Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku.
d) Pas photo terbaru ukuran 5x5 cm sebanyak 2
lembar dan 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar dengan
latar belakang warna biru untuk bagian dek dan
warna merah untuk bagian mesin.

22
3) Penggantian Buku Pelaut yang hilang

Pemohon mengajukan surat permohonan dengan


melampirkan :

a) Photo copy Buku Pelaut (bila ada)


b) Surat Keterangan Kehilangan Buku Pelaut dari polisi
atau photo copy Laporan Kecelakaan Kapal
c) Surat Keterangan Sehat dari Dokter yang masih
berlaku meliputi sehat jasmani dan rohani, sehat
mata dan telinga, sehat jantung dan paru-paru
d) Pas photo terbaru ukuran 5x5 cm sebanyak 2
lembar dan 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar dengan
latar belakang warna biru untuk bagian dek dan
warna merah untuk bagian mesin.
e) Photo copy Akte Kelahiran/Surat Kenal Lahir atau
Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku.

23
F. Buku Pelaut berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang sebanyak 2 (dua)
kali dengan jangka waktu masing-masing 2 (dua) tahun oleh Pejabat yang berwenang
menerbitkan Buku Pelaut.

G. Buku Pelaut diterbitkan oleh DIRJEN HUBLA cq. DITKAPEL , KSOP atau UPP yang
ditunjuk berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

H. Selama Pelaut bekerja sebagai awak kapal, Buku Pelaut disimpan oleh Nakhoda kapal.

I. Tanggal dan tempat naik kapal (sign on) harus dicatat dalam Buku Pelaut yang
bersangkutan oleh Pejabat yang berwenang.

J. Jika Pelaut turun dari kapal untuk dipindahkan ke kapal lain atau karena hubungan
kerja berakhir dan telah dicoret dari Buku Sijil, Nakhoda menyerahkan Buku Pelaut
kepada yang bersangkutan setelah dilakukan sign off dan catatan Nakhoda mengenai
kondite pelaut yang bersangkutan serta telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.

K. Bila pindah atau berhenti kerja, masa kerja selama berlayar dalam suatu jabatan di
kapal dapat dicatat dalam Buku pelaut yang harus dilakukan oleh Pejabat yang
berwenang. Perhitungan masa kerja berlayar berdasarkan tanggal-tanggal pencatatan
dalam Buku Pelaut.
24
PERJANJIAN KERJA LAUT
a. Dasar Hukum :

1. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pasal 151.

2. KUHD Buku Kedua Bab IV tentang Perjanjian Kerja Laut Pasal 395 s/d 452 g Jo. STBL.
1938 No.518 .

3. Peraturan Pemerintah Nomor.7 Tahun 2000 tentang Kepelautan Pasal 1 dan Pasal 18.

4. KEPMENHUB No.KM.164/OT.002/PHB-80 Jo.


KEPMENHUB No.KM.20 Tahun 1988 Jo
KEPMENHUB No.KM.35 Tahun 1993 Jo
KEPMENHUB No.KM.67 Tahun 1999 Jo
KEPMENHUB No.KM.63 Tahun 2002 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Pelabuhan.
5. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor : Py.66/1/4-03
tanggal 18 Desember 2003 tentang tata cara tetap Pelaksanaan
Penyelenggaraan kelaiklautan kapal.
25
b. PKL ditandatangani oleh Pelaut sebagai buruh, pemilik kapal sebagai
majikan dan harus diketahui oleh Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Perhubungan (Pejabat yang berwenang).

c. PKL dibuat rangkap 4 (empat) yaitu untuk Pelaut yang bersangkutan,


Pemilik kapal, Nakhoda kapal dan Pejabat yang berwenang.

d. PKL harus memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang


antara lain meliputi upah, penunjukan kapal, perjalanan pelayaran,
kedudukan awak kapal, jenis pekerjaan, hari libur dan pemutusan
hubungan kerja.

e. Sebelum Pejabat DITJEN HUBLA mengesahkan PKL, Pejabat tersebut


harus yakin bahwa calon Pelaut telah mengerti isi PKL dengan cara :
➢ Membacakan kembali isi PKL.
➢ Menjelaskan isi PKL yang kurang dimengerti oleh Pelaut
➢ Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk
mengajukan hal-hal yang dirasakan memberatkan.

26
g. PKL bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum kepada awak
kapal yang dapat dijadikan alat bukti bila terjadi perselisihan diantara
kedua belah pihak.

h. Jenis PKL yang ada dilihat dari prosedur pembuatan terdiri dari :

1) PKL untuk pelaut yang bekerja di kapal milik perusahaan dalam


negeri (kapal berbendera Indonesia)
Materi PKL didasarkan pada :
a) UU No, 17 Tahun 2008 Pasal 151
b) KUHD, Buku Kedua, Bab IV Pasal 395 s/d 452 g ,
c) Peraturan Peraturan Kecelakaan Pelaut 1940
(SCHOR/Schepelingen Ongevallen Regeling 1940)
d) Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000 tentang
Kepelautan, atau
e) Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) antara Asosiasi Pelaut di
Indonesia/dengan Asosiasi Perusahaan Pelayaran di Indonesia
sesuai dengan Konvensi ILO No.98 Tahun 1949 yang telah
dratifikasi dengan UU No.18 Tahun 1956, bila ada.
27
2) PKL untuk pelaut yang bekerja di kapal milik perusahaan asing
diluar negeri (kapal berbendera asing).

Materi PKL didasarkan pada:


KKB antara Asosiasi Pelaut di Indonesia dengan Asosiasi
Perusahaan Pelayaran Asing di Luar negeri / FSEA (Foreign
Shipowner Employer Association) atau dengan perusahaan
pelayaran asing di luar negeri yang mempekerjakan pelaut warga
negara Indonesia (WNI).

i. PKL tidak diwajibkan bagi pelaut yang bekerja pada :

➢ Kapal Motor ukuran kurang dari GT 35


➢ Kapal Layar ukuran kurang dari GT 105
➢ Kapal untuk pelayaran percobaan.

28
SIJIL AWAK KAPAL
A. Dasar Hukum :
1. KUHD pasal 375.
2. PP Nomor 7 Tahun 2000 pasal 15 (1), (2) dan (4)

B. Disijil pada Buku Sijil yang harus diselenggarakan pada setiap kapal
niaga atau kapal perikanan berbendera Indonesia.
C. Dengan disijil berarti seseorang sudah sah untuk disebut sebagai awak
kapal.
D. Untuk disijil, pelaut harus memiliki PKL yang masih berlaku.
E. Penyelenggaraan Buku sijil tidak diwajibkan bagi :
1. Kapal motor ukuran kurang dari GT 35
2. Kapal layar ukuran kurang dari GT 105
3. Kapal untuk pelayaran percobaan.
F. Penyijilan dalam Buku Sijil harus ditandatangani oleh Nakhoda dan
Pejabat yang berwenang.
29
G. Persyaratan Penyijilan.
Permohonan diajukan oleh perusahaan angkutan
laut dengan melampirkan :

1. PKL
2. Sertifikat Kepelautan

H. Dalam melakukan penyijilan, Petugas yang


berwenang wajib tidak memasukkan dalam Buku
Sijil setiap pelaut yang :

1. Tidak mempunyai PKL


2. Tersangkut dalam kejahatan
3. Anggota ABRI/PNS yang melarikan diri
(disersi)
4. Masih ada ikatan kerja dengan perusahaan
lain
5. Cacat jasmani dan rohani
6. Usia kurang dari 16 tahun.

30
PENGAWAKAN KAPAL
1) Kapal Niaga
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 70 tahun 1998 tentang Pengawakan Kapal Niaga.
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. DPL. 93/12/16 tanggal 28 Juni 1976 tentang
Persyaratan Minimal Ijazah-ijazah Perwira di Kapal-kapal Niaga, yang pada dasarnya pengaturan
tersebut adalah merupakan penyimpangan ketentuan-ketentuan syarat minimum ijazah bagi
perwira kapal niaga yang tercantum dalam Pasal 111 Peraturan Kapal 1935.

2) Kapal Layar Motor (KLM)


Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut NO.PY.66/1/2-02 tanggal 7 Februari 2002 tentang
Persyaratan Keselamatan Bagi Kapal Layar Motor (KLM) berukuran Tonase Kotor sd GT 500.

3) Kapal Penangkap Ikan, Kapal Motor dan Kapal Layar


• Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.46 Tahun 1996 tentang Sertifikasi Kelaiklautan Kapal
Penangkap Ikan
• Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.9 Tahun 2005 tentang Pendidikan dan Pelatihan,
Ujian dan Sertifikasi Kapal Penangkap Ikan.
• MAPEL DIRJEN HUBLA No. 526/PHBL/92 tanggal 1 Agustus 1992 tentang Persyaratan
Pengawakan Kapal Ikan 100 mᶾ s/d 250 mᶾ.
• SE Perlindungan Awak Kapal. 31
Tabel KM 70 Tahun 1998
Pengawakan Kapal Niaga

32
UNRESTRICTED VOYAGE
A. DECK DEPARTEMENT
NO Jabatan GT 10.000 atau > GT 3000 s/d < 10.000 GT 1500 s/d <3000 GT 500 s/d < 1500
JML COC COP JML COC COP JM COC COP JML COP COC
L
1 Master 1 ANT-I 9a(2-8) 1 ANT-I 9a(2-8) 1 ANT-II 9b(2-8) 1 ANT-II 9b(2-8)
2 C/O 1 ANT-I 9a(2-8) 1 ANT-I 9a(2-8) 1 ANT-II 9b(2-8) 1 ANT-II 9b(2-8)
3 2/O 1 ANT-III 9d(2-7) 1 ANT-II 9d(2-7) 1 ANT III 9d(2-7) 1 ANT III 9b(2-7)
4 3/O 1 ANT-III 9d(2-7) - - - - - - - - -
5 R/O 1 REK II - 1 REK II - 1 REK II - 1 REK II -
6 Bosun 1 - 9f 1 - 9f 1 - 9f 1 - 9f
7 Q/M 3 - 9f 3 - 9f 3 - 9f 2 - 9f
8 Sailor 2 - 9g 2 - 9g 1 - 9g - - -
9 Cook 1 - 9g 1 - 9g 1 - 9g 1 - 9g
10 Messboy 1 - 9g 1 - 9g 1 - 9g - - -

Catatan : 1. R/O dapat ditiadakan, jika ada 2 orang di antara Nakhoda dan Mualim mempunyai
ijazah ORU (dalam STCW 2010: R/O adalah Dedicated Radio Officer).
2. Masing-masing COC (Certificate Of Competency) harus memperoleh pengukuhan
sesuai jabatan (termasuk ORU).
33
UNRESTRICTED VOYAGE
B. ENGINE DEPARTEMENT

NO Jabatan KW 7500 atau > KW 3000 s/d < 7500 KW 750 s/d < 3000
JML COC COP JML COC COP JML COC COP
1 C/E 1 ATT-I 10a(2-5) 1 ATT-I 10a(2-5) 1 ATT-II 10b(2-5)
2 2/E 1 ATT II 10a(2-5) 1 ATT II 10a(2-5) 1 ATT III 10b(2-5)
3 3/E 1 ATT II 10c(2-5) 1 ATT III 10c(2-5) 1 ATT III 10c(2-5)
4 4/E 1 ATT II 10c(2-5) - - - - - -
5 Eng.Foreman 1 - 10d 1 - 10d 1 - 10d
6 Oiler 3 - 10d 3 - 10d 3 - 10d
7 Wiper 1 - 10e 1 - 10e 1 - 10c

Catatan : Masing-masing COC (Certificate Of Competency) harus memperoleh pengukuhan


sesuai jabatan.

34
NEAR COASTAL VOYAGE
A. DECK DEPARTEMENT
NO Jabatan GT 10.000 atau > GT 3000 s/d < 10.000 GT 1500 s/d <3000
JML COC COP JML COC COP JM COC COP
L
1 Master 1 ANT-I 9a(2-8) 1 ANT-I 9a(2-8) 1 ANT-II 9b(2-8)
2 C/O 1 ANT-I 9a(2-8) 1 ANT-I 9a(2-8) 1 ANT-II 9b(2-8)
3 2/O 1 ANT-III 9d(2-7) 1 ANT-III 9d(2-7) 1 ANT III 9d(2-7)
4 3/O 1 ANT-III 9d(2-7) 1 ANT-III 9d(2-7) - - -
5 R/O 1 ORU/ - 1 ORU/ - 1 ORU/ -
REK II REK II REK II
6 Bosun 1 - 9f 1 - 9f 1 - 9f
7 Q/M 3 - 9f 3 - 9f 3 - 9f
8 Sailor 2 - 9g 2 - 9g 1 - 9g
9 Cook 1 - 9g 1 - 9g 1 - 9g
10 Messboy 1 - 9g 1 - 9g 1 - 9g

Catatan : 1. R/O dapat ditiadakan, jika ada 2 orang diantara Nakhoda dan Mualim mempunyai
ijazah ORU
2. Masing-masing COC (Certificate Of Competency) harus memperoleh pengukuhan
sesuai jabatan.
35
NEAR COASTAL VOYAGE
A. DECK DEPARTEMENT (Sambungan)
NO Jabatan GT 500 s/d 1500 GT <500
JML COC COP JML COC COP
1 Master 1 ANT-II 9b(2-8) 1 ANT-IV 9c1)(b-h)
2 C/O 1 ANT-II 9b(2-8) 1 ANT-IV 9e(2-7)
3 2/O 1 ANT-III 9d(2-7) - - -
4 3/O - - - - - -
5 R/O 1 ORU/ REK II - 1 ORU/ REK II -
6 Bosun - - 9f - - -
7 Q/M 3 - 9f 1 - 9f
8 Sailor - - - - - -
9 Cook 1 - 9g 1 - 9g
10 Messboy - - - - - -

Catatan : 1. R/O dapat ditiadakan, jika ada 2 orang diantara Nakhoda dan Mualim mempunyai
ijazah ORU
2. Masing-masing COC (Certificate Of Competency) harus memperoleh pengukuhan
sesuai jabatan.
36
NEAR COASTAL VOYAGE
B. ENGINE DEPARTEMENT

NO Jabatan KW 7500 atau > KW 3000 s/d < 7500 KW 750 s/d < 3000 KW 750 s/d < 3000
JML COC COP JML COC COP JML COC COP JML COC COP

1 C/E 1 ATT-I 10a(2-5) 1 ATT-I 10a(2-5) 1 ATT-II 10b(2-5) 1 ATT-II 10b(2-5)


2 2/E 1 ATT II 10a(2-5) 1 ATT II 10a(2-5) 1 ATT III 10b(2-5) 1 ATT III 10b(2-5)
3 3/E 1 ATT III 10c(2-5) 1 ATT III 10c(2-5) 1 ATT III 10c(2-5) 1 ATT III 10c(2-5)
4 4/E 1 ATT III 10c(2-5) - - - - - - - - -
5 Eng.For 1 - 10d 1 - 10d 1 - 10d 1 - 10d
eman
6 Oiler 3 - 10d 3 - 10d 1 - 10d 1 - 10d
7 Wiper 1 - 10e 1 - 10e - - - - - -

Catatan :1. C/E untuk kapal ukuran 750 s/d <3000; berijazah ATT II atau lebih boleh ijazah ATT III
apabila telah memperoleh pengukuhan sebagai Kepala Kamar Mesin
2. Masing-masing COC (Certificate Of Competency) harus memperoleh pengukuhan
sesuai jabatan.

37
LOCAL VOYAGE
A. DECK DEPARTEMENT
NO Jabatan GT 10.000 atau > GT 3000 s/d < 10.000 GT 1500 s/d <3000
JML COC COP JML COC COP JML COC COP

1 Master 1 ANT-II 9a(2-8) 1 ANT-III 9a(2-8) 1 ANT-III 9b(2-8)


2 C/O 1 ANT-III 9a(2-8) 1 ANT-III 9a(2-8) 1 ANT-IV 9b(2-8)
3 2/O 1 ANT-III 9d(2-7) 1 ANT-IV 9d(2-7) 1 ANT IV 9d(2-7)
4 R/O 1 ORU/ REK - 1 ORU/ - 1 ORU/ -
II REK II REK II
5 Bosun 1 - 9f 1 - 9f 1 - 9f
6 Q/M 3 - 9f 3 - 9f 3 - 9f
7 Sailor 1 - 9g 1 - 9g - - -
8 Cook 1 - 9g 1 - 9g 1 - 9g

Catatan : 1. R/O dapat ditiadakan, jika ada 2 orang di antara Nakhoda dan Mualim mempunyai
ijazah ORU kecuali kapal berukuran GT < 500 cukup 1(satu) orang saja di antara
Nakhoda dan Mualim mempunyai ijazah ORU
2. Masing-masing COC (Certificate Of Competency) harus memperoleh pengukuhan
sesuai jabatan.

38
LOCAL VOYAGE
A. DECK DEPARTEMENT (Sambungan)
NO Jabatan GT 500 s/d 1500 GT <500
JML COC COP JML COC COP
1 Master 1 ANT-IV 9b(2-8) 1 ANT-IV 9c2)(b-h)
2 C/O 1 ANT-IV 9b(2-8) 1 ANT-V 9e(2-7)
3 2/O 1 ANT-V 9d(2-7) 1 ANT-V 9e(2-7)
4 R/O 1 ORU/ REK II - 1 ORU/ REK II -
5 Bosun - - - - - -
6 Q/M 3 - 9f 1 - 9f
7 Sailor - - - - - -
8 Cook 1 - 9g 1 - 9g

Catatan : 1. R/O dapat ditiadakan, jika ada 2 orang di antara Nakhoda dan Mualim mempunyai
ijazah ORU kecuali kapal berukuran GT < 500 cukup 1(satu) orang saja di antara Nakhoda
dan Mualim mempunyai ijazah ORU
2. Masing-masing COC (Certificate Of Competency) harus memperoleh pengukuhan
sesuai jabatan.

39
LOCAL VOYAGE
B. ENGINE DEPARTEMENT

NO Jabata KW 7500 atau > KW 3000 s/d < 7500 KW 750 s/d < 3000 KW 750 s/d < 3000
n
JML COC COP JML COC COP JML COC COP JML COC COP

1 C/E 1 ATT-II 10a(2-5) 1 ATT-III 10a(2-5) 1 ATT-IV 10b(2-5) 1 ATT-II 10b(2-5)


2 2/E 1 ATT III 10a(2-5) 1 ATT III 10a(2-5) 1 ATT IV 10b(2-5) 1 ATT III 10b(2-5)
3 3/E 1 ATT III 10c(2-5) 1 ATT IV 10c(2-5) 1 ATT IV 10c(2-5) 1 ATT III 10c(2-5)
4 Eng.Fo 1 - 10d 1 - 10d 1 - 10d 1 - 10d
reman
5 Oiler 3 - 10d 3 - 10d 3 - 10d 3 - 10d
6 Wiper 1 - 10e - - - - - - - - -

Catatan: Masing-masing COC (Certificate Of Competency) harus memperoleh pengukuhan


sesuai jabatan.

40
LIMITATION
(ITF Guidance)

41
PENGAWAKAN KAPAL LAYAR MOTOR

Setiap KLM yang berlayar ke laut harus diawaki secukupnya dengan


persyaratan minimal ijazah perwira yang diatur sebagai berikut :
a. Kapal dengan ukuran s/d GT 25
1) Pemimpin kapal, yang memiliki Surat Keterangan Kecakapan (SKK)
2) KKM yang memiliki Surat Keterangan Kecakapan Mesin (SKK)

b. Kapal dengan ukuran di atas GT 25 s/d GT 100


1) Pemimpin kapal, yang memiliki ijazah MPR II
2) KKM, yang memiliki JMPR II

c. Kapal dengan ukuran di atas GT 100 s/d 200


1) Pemimpin kapal dan Mualim , yang memiliki MPR II
2) KKM dan Masinis, yang memiliki JMPR II

42
d. Kapal dengan ukuran diatas GT 200 s/d GT 315
1) Pemimpin kapal, yang memiliki ijazah MPR I
2) Mualim , yang memiliki MPR II
3) KKM, yang memiliki JMPR I
4) Masinis, yang memiliki JMPR II

e. Kapal dengan ukuran diatas GT 315 s/d 500


1) Pemimpin kapal, yang memiliki ijazah MPR I
2) Mualim , yang memiliki MPR I
3) KKM, yang memiliki JMPR I
4) Masinis, yang memiliki JMPR I.

43
SERTIFIKAT PENGAWAKAN
(MINIMUM SAFE MANNING DOCUMENT)
1. Dasar Hukum :
a. SOLAS 1974 Chapter V Regulation 13;

b. Resolusi IMO No. A.481 (XII) tentang prinsip-prinsip pengawakan kapal


yang aman (Principles of Safe Manning) diberlakukan mulai 1 Februari
1992 yang direvisi dengan Resolusi IMO No. A.890(21);

c. Telegram DIRJEN HUBLA NO. 89/PHBL/92 tanggal 10 Februari 1992


tentang Pelimpahan Wewenang untuk menerbitkan Sertifikat
Pengawakan/Minimum Safe Manning Document kepada:
• ATHUB Singapura
• KSOP/Syahbandar Belawan, Dumai, Palembang, Teluk Bayur, Tg.
Priok, Semarang, Surabaya, Cilacap, Pontianak, Banjarmasin,
Balikpapan, Ujung Pandang, Bitung, Ambon, Samarinda dan Sorong.
• Telegram KADIT KAPEL No. 060/D.II/VI/92 tanggal 2 Juni 1992
tentang Pengisian Blanko Sertifikat Pengawakan.
44
2. Negara bendera penandatangan SOLAS 1974 wajib
menerbitkan Sertifikat Pengawakan (Minimum Safe
Manning Document) bagi kapal-kapalnya yang
berukuran lebih besar dari GT 500 yang berlayar ke
luar negeri.

3. Pada sertifikat dinyatakan bahwa: Kapal telah cukup


diawaki dan aman bilamana berlayar ke laut dengan
jumlah awak dan jabatan yang tidak kurang dari yang
tertera dalam sertifikat.

4. Persyaratan untuk memperoleh Sertifikat


Pengawakan :

• Surat Ukur/Tonase Kapal


• PK. Mesin
• Daerah Pelayaran
• Sertifikat yang dimiliki awak kapal.

45
PERLINDUNGAN AWAK KAPAL
Dalam rangka perlindungan terhadap tenaga kerja pelaut WNI ada beberapa
ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh Perusahaan Pelayaran
Indonesia/Perusahaan Perikanan Indonesia bila Perusahaan tersebut
memperkerjakan tenaga asing di kapalnya ataupun mengoperasikan kapal niaga
asing maupun kapal ikan asing yang beroperasi selama 6 bulan secara tetap di
perairan Indonesia. Ketentuan-ketentuan yang mengatur hal tersebut terdiri dari
beberapa peraturan yang berbentuk Keputusan Menteri Pertanian, Keputusan
Menteri tenaga Kerja, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut ataupun
MAPEL Direktur Jenderal Perhubungan Laut sbb :

Penggunaan Perwira Asing di kapal berbendera Indonesia

a. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP.55/MEN/81


tanggal 21 April 1981 tentang Pelaksanaan Pembatasan Penggunaan
Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP) pada Sektor
Perhubungan, mengatur penggunaan perwira asing di Kapal Barang, Kapal
Penumpang dan Kapal Ikan berbendera Indonesia;
46
Yang mengatur penggunaan perwira asing di Kapal Barang, Kapal
Penumpang dan Kapal Ikan berbendera Indonesia sebagai berikut:

1) Di kapal barang, terbatas untuk jabatan Nakhoda dan Kepala


Kamar Mesin.
2) Di kapal penumpang, terbatas untuk jabatan Nakhoda, KKM,
Kepala Pelayan dan Radio Officer.
3) Di kapal ikan, terbatas untuk jabatan Nakhoda, KKM, dan
Electrician
4) Di kapal tanker, tertutup untuk TKWNAP.

b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP-781/MEN/85 tanggal 1 Agustus


1985 tentang Pelaksanaan Pembatasan Penggunaan Tenaga Kerja Warga
Negara Asing Pendatang (TKWNAP) di Sektor Pertanian Sub Sektor
Perikanan, yang antara lain mengatur penggunaan perwira asing di Kapal
Ikan berbendera Indonesia

47
Penggunaan ABK Indonesia di kapal niaga berbendera asing :

a. MAPEL Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. 364/836/PHBL/93 tanggal 27


Oktober 1993, yang mengatur bahwa kapal-kapal berbendera asing yang
beroperasi di wilayah perairan Indonesia lebih dari 6 (enam) bulan secara berturut
turut harus menggunakan minimal 50% awak kapal warga negara Indonesia dan
memenuhi ketentuan persyaratan pengawakan sesuai dengan Keputusan Direktur
Jenderal Perhubungan Laut No. DPL. 93/12/16 tanggal 28 Juni 1976.

b. MAPEL Direktur Jenderal Perhubungan Laut No.40/10/D.III/I/94 tanggal 31


Januari 1994 tentang Pemberlakuan MAPEL No. 364/836/PHBL/93 tanggal 27
Oktober 1993 terhitung mulai tanggal 27 April 1994.

c. MAPEL Direktur Jenderal Perhubungan Laut No.92/45/D.II/II/94 tanggal 23 Maret


1994 tentang Penerapan MAPEL No. 364/836/PHBL/93 tanggal 27 Oktober 1993
terhadap kapal-kapal tanker asing yang dicharter oleh PERTAMINA.
– Yang dicharter sebelum adanya MAPEL, diberikan dispensasi.
– Yang dicharter/setelah terbitnya MAPEL sepenuhnya mengacu pada MAPEL
tersebut.

48
Penggunaan ABK Indonesia di kapal ikan berbendera asing

a. Keputusan Menteri Pertanian No. 816/KPTS/IK.120/11/90 tanggal 1 Nopember


1990 tentang Penggunaan Kapal Perikanan Berbendera Asing dengan cara sewa
untuk menangkap ikan di ZEEI, mengatur antara lain : “6 (enam) bulan sejak
dikeluarkan SIPI, harus sudah menggunakan ABK Indonesia sekurang-kurangnya
30% dari seluruh jumlah ABK untuk masing-masing kapal”.

b. MAPEL Direktur Jenderal Perhubungan Laut NO. 336/798/PHBL/93 tanggal 8


Oktober 1993 tentang Pengawasan Kapal-kapal Ikan berbendera Asing dan
berbendera Indonesia, mengatur :

– Penggantian bendera kapal ikan asing


– Pengawakan kapal ikan asing
– Pengawakan kapal ikan Indonesia
– Pemeriksaan kapal ikan asing dalam rangka penerbitan sertifikat keselamatan
kapal
– Pengawasan ABK WNI di kapal ikan asing.
49
KESEJAHTERAAN AWAK KAPAL
Ketentuan mengenai kesejahteraan awak kapal diatur dalam Peraturan
Pemerintah No.7 Tahun 2000 tentang Kepelautan yang meliputi :

a. Jam kerja maksimal


b. Waktu istirahat
c. Upah minimum
d. Hak cuti tahunan
e. Hak apabila jatuh sakit atau tertimpa kecelakaan dalam dinas
f. Hak atas makanan yang cukup dan tempat tinggal yang pantas
g. Hak atas upah pekerjaan lembur bagi awak kapal
h. Hak awak kapal yang telah habis kontrak kerjanya
i. Ganti rugi kepada awak kapal yang kapalnya karam
j. Hak jika awak kapal meninggal dunia di atas kapal

50
ON BOARD TRAINING AND ASSESSMENT
Training role of senior staff
• Familiarize crew with ship, its equipment and operational procedures
• Implement safe procedures for routine operations
• Provide Emergency Response Training
• Encourage career and performance development of crew.

Every candidate shall follow an approved in service training programme


onboard which:
– Ensures candidate receives systematic practical training and experience
– Closely supervised and monitored by qualified officers
– Documented in a Training Record Book.

51
Some common problems encountered in conducting on board
training and assessment:

• Lack of understanding of STCW requirements


• Lack of time (both trainers and trainees)
• Lack of suitable training space
• Lack of training relevant material and equipment
• Lack of training for trainers and assessors
• Poor basic knowledge of trainees.
Factors to be considered (1)

Some key factors are


Differences in:
 language
 culture
 learning experience
 “Sea-speak”
 understanding of working culture differences
 techniques in learning basic principles.

53
Factors to be considered (2)
• Starting Points
– Ship must have up-to-date versions of various conventions, codes,
guidelines, operation manuals, etc
– Training to ensure efficient operation of ships and to take into account
needs of seafarers
– Training to take into account the career development of seafarers.

• Methods for training


– Informal training, e.g. unusual or emergency, abnormal shipboard
operations or maintenance
– Assessment by demonstration of competence in the workplace
– Formal training for specific functions.
54
Conducting in service training by officers
coordinated by Training Officer (ISM Code)

• Planning and strategy


• Inform trainees in advance
• Delivery of specific training
• Non-disruption of routine duties
• Review and evaluation
• Maintaining accurate records (TRB).

55
Methods of Assessment

• Direct observation of work activities


• Skills/proficiency/competence tests
• Projects and assignments
• Evidence from previous experience (Seaman
Book, TRB from previous ships/former
training officer)
• Written or oral exams.
Assessment : Example 1
Navigation at Operational Level
In addition to Table A-II/1, range of equipment and
procedures required for navigation:
 define equipment and operating system of each
 define procedures to be included
 define range of knowledge required
 define range of knowledge of ship/environment
 supervise other crew
 knowledge and use of routeing.
Assessment : Example 2
Marine Engineering at Operational Level

In addition to Table A-III/1, range of equipment/


procedures should be defined:
– machinery and equipment
– watchkeeping procedures
– safe working practices
– safety systems, e.g. alarms, environmental protection.
Evaluation of Competence
A candidate should be able to:
– Undertake competently a range of functions in different ships
and across a range of shipboard circumstances
– Anticipate, prepare and deal with emergencies
– Adapt to new and changing situations.

Validation of Evaluation of Competence


Assessment of Competence must be VALIDATED by appropriate authorities:
– National administrations (Format TRB dari Ditjen Hubla)
– Quality auditing bodies (Approval program and surveillance)
– Other relevant professional bodies (Ujian paket Prala oleh DPKP cq PUKP)
– Employers (Penilaian perusahaan kepada individual cadet).
PENGAWASAN BIDANG PENGAWAKAN
1. Pengawasan/pengecekan susunan awak kapal apakah telah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam ketentuan-ketentuan yang berlaku.
2. Pengawasan/pengecekan terhadap keaslian ijazah awak kapal dan bila ditemukan adanya
ijazah palsu atau diduga palsu, maka ijazah ditahan dan dicabut kemudian dibuat Berita Acara
Pencabutan untuk diteruskan ke Kantor Pusat DITJEN HUBLA cq. DITKAPEL.
3. Pengawasan/pengecekan terhadap ketentuan-ketentuan mengenai perlindungan awak kapal
seperti penggunaan tenaga asing di kapal berbendera asing dan kapal ikan berbendera asing
yang beroperasi secara tetap di perairan Indonesia yang dioperasikan oleh Perusahaan
Pelayaran/Perusahaan Perikanan Indonesia.
4. Pengawasan/pengecekan khususnya terhadap kapal-kapal berbendera Indonesia yang akan
berlayar ke luar negeri yang harus dilengkapi Sertifikat Pengawakan (Safe Manning
Certificate).
5. Untuk pelaut asing yang bekerja di kapal Indonesia, harus memiliki :
a. Izin tenaga kerja asing dari Depnakertrans
b. Rekomendasi / persetujuan penempatan tenaga asing dari DJPL
c. Bagi kapal asing yang beroperasi secara tetap di perairan Indonesia harus mempekerjakan
minimal 50% WNI
d. Bagi kapal bebendera Indonesia, maksimal 3 orang WNA (hanya untuk hal – hal yang
sangat perlu). 60
6. Kapal bendera asing yang singgah dipelabuhan Indonesia :

a. Safe Manning Certificate.


b. Sertifikat keahlian/keterampilan sesuai jenis/ukuran kapal.
c. Endorsement Certificate (sesuai SK DJPL No. No.PY.67/2/3-01 tanggal 6 Nopember
2001 tentang Pengukuhan Jabatan bagi Pemilik Sertifikat Keahlian Pelaut
berdasarkan STCW 1978 dan Amandemennya.
d. CoR (untuk Perwira warga Negara yang bukan warga Negara dari Negara bendera
kapal) – STCW Regulation I/10.

7. Kapal berbendera Indonesia

a. Safe Manning Certificate (terutama yang berlayar keluar negeri)


b. Sertifikat keahlian/keterampilan sesuai jenis / ukuran kapal.
c. Endorsement Certificate
d. CoR/Certificate of Recognition (untuk Perwira warga Negara asing/bukan Negara
bendera Indonesia).
e. Sertificat harus yang asli/tidak salinan dan diyakini keabsahannya melalui
pengecekan pada website (www.pelaut.go.id atau email: kplt@pelaut.go.id atau
fax. 021 3505681 u.p. Sub Direktorat Kepelautan). 61
62
Terima kasih atas perhatiannya 63

Anda mungkin juga menyukai