FACHRUL RIDWAN
562190308/T
NO. ABSEN 11
Dalam pengelolaan aliran fluida, sifat dan aliran fluida adalah poin-poin yang
sangat penting dalam berbagai unit operasi. Dimana aliran fluida dapat
digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
Aliran Turbulen :Aliran ini biasanya terjadi pada kecepatan air yang
tinggi dengan kekentalan yang relatif tinggi serta memiliki dimensi
linear yang tinggi, sehingga mempunyai pola aliran yang tidak
teratur dan memiliki NRe > 4000 (Geankoplis,2003).
Fluida yang mengalir di dalam suatu sistem perpipaan akan mengalami
gesekan dengan permukaan pipa sehingga akan menimbulkan kehilangan energi
yang diakibatkan oleh gesekan tersebut.
Friction loss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besarnya reduksi
tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem
pengaliran. Total head, seperti kita ketahui merupakan kombinasi dari elevation
head (tekanan karena ketinggian suatu fluida), velocity head (tekanan karena
Kecepatan alir suatu fluida) dan pressure head (tekanan normal dari fluida itu
sendiri). Friction loss tidak dapat dihindarkan pada penerapan sistem pengaliran
fluida di lapangan. Friction loss dapat terjadi karena gesekan antara fluida dan
dinding pipa, friksi antara sesama partikel pembentuk fluida tersebut, dan turbulensi
yang diakibatkan saat aliran dibelokkan arahnya atau hal lain seperti misalnya
perubahan akibat komponen perpipaan (valve, flow reducer, atau kran).
Kehilangan karena friksi/gesekan adalah bagian dari total head loss yang terjadi
saat aliran fluida melewati suatu pipa lurus. Friction loss pada suatu fluida pada
umumnya berbanding lurus dengan panjang pipa, nilai kuadrat dari kecepatan fluida
dan nilai friksi fluida yang disebut faktor friksi. dan juga nilai friction loss berbanding
terbalik dengan diameter pipa.
Ketika suatu liquid mengalir di dalam pipa dan diamati dengan teliti, maka
akan tampak pola aliran karena kecepatan aliran meningkat. Pada kecepatan aliran
rendah, alirannya tenang. Dalam suatu rangkaian percobaan, Reynolds
menunjukkannya dengan menginjeksikan lapisan tipis zat warna pada fluida dan
menemukan bahwa zat tersebut bergerak dengan aliran lambat searah dengan
aliran liquid. Seiring dengan meningkatnya kecepatan, arus warna ini terpecah-
pecah, sampai akhirnya pada kecepatan tinggi, zat warna tersebut bercampur
dengan cepat dalam aliran acak, aliran fluida inilah yang disebut dengan aliran
turbulen, sedangkan aliran tenang pada kecepatan rendah disebut aliran laminar
(Anonim, 2007).
Reynolds juga mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi
menjadi aliran jenis lain, yaitu aliran transisi, dimana aliran zat warna akan
menunjukkan aliran tak beraturan dan akan menunjukkan suatu gejolak singkat dari
pencampuran kemudian diikuti aliran yang lebih bersifat laminar. Pada aliran transisi,
kecepatan kritis dimana aliran laminar berubah menjadi aliran turbulen, bergantung
pada empat buah besaran; diameter tabung, serata viskositas, densitas dan
kecepatan linier rata-rata zat cair. Lebih jauh ia menemukan bahwa keempat faktor
itu dapat digabungkan menjadi suatu gugus dan bahwa perubahan macam aliran
berlangsung pada suatu nilai tertentu gugus itu. Pengelompokkan variabel
penemuannya itu ialah:
D { v̄
N Re=D { v̄ ρ = ¿¿
μ V
Dimana :
D = diameter
V = kecepatan rata-rata zat cair
ρ = densitas zat cair
μ = viskositas zat cair
v̄ = viskositas kinematika zat cair
fL { v̄ 2
Δh= ¿
2gd
Δh diukur dengan manometer yang menghubungkan kedua pressure tappings
berdimensi, maka persamaan dapat ditulis secara umum sebagai f =θ( N Re ) , dimana
fungsionalnya akan bergantung pada efek relatif pada mekanisme molekuler dan
turbulen (Foust, 1980)
Adapun nilai friction loss untuk aliran turbulen diberikan oleh persamaan
Blasius berikut ini:
0. 075
f=
Re0 . 25
Salah satu aplikasi aliran fluida adalah aliran di dalam pipa sirkular. Ketika fluida
mengalir dalam pipa sirkular dan kecepatannya diukur pada jarak yang berbeda-
beda dari dinding pipa hingga bagian tengah pipa, ternyata hasilnya adalah baik
dalam aliran laminar maupun turbulen, fluida yang berada di bagian tengah pipa
bergerak lebih cepat daripada fluida yang berada di dekat dinding. Pengukuran ini
dilakukan pada jarak yang masuk akal dari lubang masuk pipa (Geankoplis,1997)
Deskripsi Alat
1
Keterangan:
2
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air.
0.1
0.08
0.06 Tinggi
0.04 Rendah
0.02
0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Velocity (v)
Gambar 7.6 Hubungan head loss (∆H) dan velocity (v) pada kecepatan aliran tinggi
dan kecepatan aliran rendah.
Gambar 7.6 adalah grafik yang membandingkan hubungan antara kecepatan
dengan head loss tiap laju air. Dari gambar dapat dilihat baik pada kecepatan alir
tinggi dan kecepatan alir rendah bahwa velocity (v) berbanding lurus dengan head
loss (∆H). Semakin besar laju aliran maka semakin besar pula nilai head lossnya
karena tekanan yang ditimbulkan oleh fluida terhadap dinding pipa akan meningkat
(Mc. Cabe, 1956). Nilai head loss dapat dihitung dari persamaan (Foust, 1980).
flv 2
∆H¿
2 gd
Beerdasarkan rumus diatas, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai head loss
(∆H) adalah faktor friks, panjang pipa, kecepatan fluida dan diameter pipa yang
dilalui.
Berdasarkan hasil perhitungan pada kecepatan aliran tinggi dapat dibuat
grafik reynold number (Re) dengan friction factor sebagai berikut :
0.05
0.04
Friction Factor (f)
0.03
0.02 Tinggi
Rendah
0.01
0
1000 1500 2000 2500 3000 3500
Reynold Number (Re)
Gambar 7.7 Hubungan friction factor dan reynold number pada kecepatan aliran
tinggi dan kecepatan aliran rendah
Berdasarkan gambar 7.7, menunjukkan friction factor berbanding terbalik dengan
nilai reynold. Hasil ini dikatakan besar karena semakin besar reynold number maka
semakin kecil friction factornya. Gambar 7.7 telah sesuai dengan hukum reynold
yang terdapat dalam buku Foust,1980. Hubungan nilai reynold number dengan
friction factor dapat dilihat pada persamaan berikut :
64
f=
ℜ
hal ini menunjukan bahwa nilai reynold mempengaruhi nilai friction factor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi besarnya nilai dari friction factor adalah kecepatan alir
fluida, diameter pipa dan kinematic viskositas fluida.
KEGUNAAN ALAT
1. Hydraullic Bench berfungsi untuk pengukur kecepatan dan debit air
berdasarkan berat air yang ditampung yang menghasilkan nilai debit air
aktual
2. Stopwatch berfungsi untuk mengukur waktu yang dibutuhkan dalam
melakukan kegiatan uji coba losses in pipe
3. Thermometer berfungsi untuk memantau masakan yang membutuhkan suhu
tertentu untuk mencapai hasil yang sempurna.
4. Spirit level untuk mengindikasi apakah sebuah permukaan horizontal atau
vertikal, serta mengukur kedatarannya
5. Gelas ukur untuk mengukur volume larutan atau zat cair dengan tepat
KESIMPULAN
Hubungan antara faktor friksi dan bilangan Reynolds berdasarkan
percobaan didapatkan bahwa :
- Semakin besar bilangan Reynold suatu aliran, maka semakin kecil
nilai faktor friksinya (f)
- Pada saat aliran sangat turbulen, atau nilai bilangan Reynold
sangat besar, nilai faktor friksi percobaan tidak sesuai dengan nilai faktor
friksi dengan persamaan von Karman (teoritis).