Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

ENERGY LOSSES IN PIPES

FACHRUL RIDWAN

562190308/T

NO. ABSEN 11

TEKNIK VII ALFA

SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN JAKARTA


A. LANDASAN TEORI
Fluida biasanya ditransportasi di dalam pipa atau tabung yang penampangnya
bundar dan terdapat di pasaran dalam berbagai ukuran, tebal dinding dan bahan
konstruksi. Sebetulnya tidak ada perbedaan antara istilah pipa (pipe) dan tabung
(tubing). Pada umumnya pipa berdinding tebal, diameternya relatif besar dan tersedia
dalam panjang yang sedang, yaitu antara 20 sampai 40 ft, tabung berdinding tipis dan
biasanya terdapat dalam bentuk gulungan yang panjangnya sampai beberapa ratus
kaki. Dinding pipa biasanya agak kesat dan dinding tabung sangat licin. Pipa dan
tabung dibuat dengan menggunakan berbagai macam bahan. Dalam pabrik-pabrik
pengolahan, bahan yang paling umum digunakan ialah baja karbon-rendah yang dibuat
menjadi pipa yang dikenal dengan nama pipa besi hitam (black-iron pipe). Pipa besi
tempa (wrought iron) dan besi cor juga banyak digunakan untuk tujuan-tujuan khusus
(Mc. Cabe, 1999).

Dalam pengelolaan aliran fluida, sifat dan aliran fluida adalah poin-poin yang
sangat penting dalam berbagai unit operasi. Dimana aliran fluida dapat
digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:

 Aliran Laminer : Aliran ini memiliki kecepatan rendah dengan pola


aliran teratur yakni bahwa arus air memiliki arus yang sederhana
(streamline/arus tenang), laju alir fluida yang kecil dengan dimensi
vektor kecepatannya berubah secara kontinyu dari nol pada dinding
dan maksimum pada sumbu pipa (dimensi linearnya kecil) dan
banyak terjadi pada air yang memiliki kekentalan rendah. dan nilai
Reynold Number (NRe)-nya < 2100.
 Aliran Transisi : Aliran ini merupakan perubahan dari aliran
laminer ke aliran turbulen dengan NRe antara 2100 sampai 4000.

 Aliran Turbulen :Aliran ini biasanya terjadi pada kecepatan air yang
tinggi dengan kekentalan yang relatif tinggi serta memiliki dimensi
linear yang tinggi, sehingga mempunyai pola aliran yang tidak
teratur dan memiliki NRe > 4000 (Geankoplis,2003).
Fluida yang mengalir di dalam suatu sistem perpipaan akan mengalami
gesekan dengan permukaan pipa sehingga akan menimbulkan kehilangan energi
yang diakibatkan oleh gesekan tersebut.

Friction loss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besarnya reduksi
tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem
pengaliran. Total head, seperti kita ketahui merupakan kombinasi dari elevation
head (tekanan karena ketinggian suatu fluida), velocity head (tekanan karena
Kecepatan alir suatu fluida) dan pressure head (tekanan normal dari fluida itu
sendiri). Friction loss tidak dapat dihindarkan pada penerapan sistem pengaliran
fluida di lapangan. Friction loss dapat terjadi karena gesekan antara fluida dan
dinding pipa, friksi antara sesama partikel pembentuk fluida tersebut, dan turbulensi
yang diakibatkan saat aliran dibelokkan arahnya atau hal lain seperti misalnya
perubahan akibat komponen perpipaan (valve, flow reducer, atau kran).
Kehilangan karena friksi/gesekan adalah bagian dari total head loss yang terjadi
saat aliran fluida melewati suatu pipa lurus. Friction loss pada suatu fluida pada
umumnya berbanding lurus dengan panjang pipa, nilai kuadrat dari kecepatan fluida
dan nilai friksi fluida yang disebut faktor friksi. dan juga nilai friction loss berbanding
terbalik dengan diameter pipa.
Ketika suatu liquid mengalir di dalam pipa dan diamati dengan teliti, maka
akan tampak pola aliran karena kecepatan aliran meningkat. Pada kecepatan aliran
rendah, alirannya tenang. Dalam suatu rangkaian percobaan, Reynolds
menunjukkannya dengan menginjeksikan lapisan tipis zat warna pada fluida dan
menemukan bahwa zat tersebut bergerak dengan aliran lambat searah dengan
aliran liquid. Seiring dengan meningkatnya kecepatan, arus warna ini terpecah-
pecah, sampai akhirnya pada kecepatan tinggi, zat warna tersebut bercampur
dengan cepat dalam aliran acak, aliran fluida inilah yang disebut dengan aliran
turbulen, sedangkan aliran tenang pada kecepatan rendah disebut aliran laminar
(Anonim, 2007).
Reynolds juga mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi
menjadi aliran jenis lain, yaitu aliran transisi, dimana aliran zat warna akan
menunjukkan aliran tak beraturan dan akan menunjukkan suatu gejolak singkat dari
pencampuran kemudian diikuti aliran yang lebih bersifat laminar. Pada aliran transisi,
kecepatan kritis dimana aliran laminar berubah menjadi aliran turbulen, bergantung
pada empat buah besaran; diameter tabung, serata viskositas, densitas dan
kecepatan linier rata-rata zat cair. Lebih jauh ia menemukan bahwa keempat faktor
itu dapat digabungkan menjadi suatu gugus dan bahwa perubahan macam aliran
berlangsung pada suatu nilai tertentu gugus itu. Pengelompokkan variabel
penemuannya itu ialah:
D { v̄
N Re=D { v̄ ρ = ¿¿
μ V
Dimana :
D = diameter
V = kecepatan rata-rata zat cair
ρ = densitas zat cair
μ = viskositas zat cair
v̄ = viskositas kinematika zat cair

(Mc. Cabe, 1999).


Berdasarkan pengukuran secara eksperiman pada aliran fluida di dalam pipa,
ditemukan bahwa untuk fluida untuk aliran laminar (streamline) mempunyai Reynold
Number kurang dari 2100. jika nilainya di atas 4000, maka alirannya adalah turbulen.
Sedangkan antara 2100 dan 4000, pola aliran tidak stabil, adanya gangguan akan
mengacaukan aliran, namun jika tidak ada pengganggu, aliran laminar dapat
dipertahankan di daerah ini, sebagai ringkasan dapat dituliskan untuk aliran dalam
pipa:
 Re < 2100, aliran laminar,
 2100 < Re < 4000, zona transisis
 Re > 4000, aliran turbulen
(Anonim, 2007).
Analisis dasar momentum aliran dalam sebuah uniform cross-section tabung
lurus menunjukkan bahwa perbedaan tekanan (P 1-P2) antara dua titik dalam tabung
dipengaruhi oleh viskositas (fluid friction). Besarnya Head Loss (∆h) secara langsung
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan (loss) berdasarkan persamaan:
( P1 −P)2
Δh=
ρg
Sedangkan friction factor berhubungan dengan head loss berdasarkan persamaan:

fL { v̄ 2
Δh= ¿
2gd
Δh diukur dengan manometer yang menghubungkan kedua pressure tappings

dengan pipa sepanjang L, sedangkan d adalah diameter pipa. v̄ adalah kecepatan


rata-rata aliran yang diperoleh dari kecepatan volumetrik (Qt) berikut:
4Qt
v̄ =
πd 2

Persamaan untuk friction factor adalah sebagai berikut:


64
f=
N Re
Persamaan ini hanya berlaku untuk aliran laminar, karena f dan N Re tidak

berdimensi, maka persamaan dapat ditulis secara umum sebagai f =θ( N Re ) , dimana
fungsionalnya akan bergantung pada efek relatif pada mekanisme molekuler dan
turbulen (Foust, 1980)
Adapun nilai friction loss untuk aliran turbulen diberikan oleh persamaan
Blasius berikut ini:
0. 075
f=
Re0 . 25

Salah satu aplikasi aliran fluida adalah aliran di dalam pipa sirkular. Ketika fluida
mengalir dalam pipa sirkular dan kecepatannya diukur pada jarak yang berbeda-
beda dari dinding pipa hingga bagian tengah pipa, ternyata hasilnya adalah baik
dalam aliran laminar maupun turbulen, fluida yang berada di bagian tengah pipa
bergerak lebih cepat daripada fluida yang berada di dekat dinding. Pengukuran ini
dilakukan pada jarak yang masuk akal dari lubang masuk pipa (Geankoplis,1997)

B. ALAT DAN DESKRIPSI ALAT

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :


 Hydraullic Bench (F1-10)
 Peralatan pipe friction (F1-18)
 Stopwatch
 Thermometer
 Spirit level
 Gelas ukur 250 Ml

 Deskripsi Alat

1
Keterangan:
2

1. Inlet pipe to constant head tank


3
2. Air bleed screw
4 3. Pressure tapping
5 4. Test section

6 5. Water over mercury manometer


10
6. Pressure water manometer
7
7. Pressure tapping
8. Flowcontrol valve
9 8 9. Adjustable feet
10. Inlet pipe to test section

Gambar Rangkaian alat energy losses in pipe

 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air.

 LANGKAH – LANGKAH PERCOBAAN


- Kalibrasi Alat
1. Rangakaian alat energy losses in pipes dihubungkan dengan pompa
2. Hoffman clamps dihubungkan ke header tank in flow dan pompa dinyalakan
3. Flow control valve dibuka sedikit demi sedikit supaya ada aliran fluida
4. Udara dipastikan tidak ada yang terperangkap didalam manometer
5. Ketinggian (h0) pada manometer dibaca apabila sudah konstan

- Kecepatan Aliran Tinggi


1. Rangkaian alat energy losses in pipe dihubungkan dengan pompa
2. Hoffman clamps dibuka, pompa dinyalakan dan udara yang ada pada
manometer dikeluarkan
3. Manometer dikalibrasi
4. Hoffman clamps dipasang kembali pada tiap manometer
5. Flow control valve dibuka pada bukaan 1, 1 ½ ,2 dan 2 ½
6. Head loss yang tertera pada manometer dibaca
7. Volume dan temperatur fluida yang tertampung dalam gelas ukur selama 30
sekon diukur
8. Percobaan diulangi sebanyak 3 kali untuk masing-masing bukaan
- Kecepatan Aliran Rendah
1. Bench supply tube dihubungkan ke header tank in flow pompa dihubungkan
dan bench valve dibuka agar ada aliran serta dipastikan tidak ada lagi udara
yang tertinggal
2. Vent udar pada bagian atas manometer air dibuka dan udara adibiarkan
masuk sampai level skala pada manometer air dapat mencapai ketinggian
yang stabil
3. Vent udara ditutup dan head loss yang ditunjukkan oleh manometer dengan
kondisi flow control valve terbuka sepenuhnya
4. Volume dan temperatur fluida yang tertamung didalam gelas ukur selama 30
sekon diukur
5. Percobaan diulangi sebanyak 3 kali untuk masing-masing bukaan
 PEMBAHASAN
Nilai yang dapat digunakan untuk menentukan jenis aliran fluida adalah
bilangan reynolds. Bilangan reynolds didapat dari hubungan dengan head loss atau
kerugian energi yang diakibatkan oleh friksi dalam aliran air molekul pipa. Friksi yang
terjadi semakin besar jika air semakinn dekat dengan dinding pipa. Hal ini
diakibatkan adanya gaya gesek antara fluida dan dinding pipa, sehingga
gesekannya memperlambat fluida dipipa.
Grafik hubungan antara head loss (∆H) dengan velocity (v) berdasarkan
perhitungan pada kecepatan aliran tinggi dan aliran rendah sebagai berikut :
0.16
0.14
0.12
Head Loss (m)

0.1
0.08
0.06 Tinggi
0.04 Rendah
0.02
0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Velocity (v)

Gambar 7.6 Hubungan head loss (∆H) dan velocity (v) pada kecepatan aliran tinggi
dan kecepatan aliran rendah.
Gambar 7.6 adalah grafik yang membandingkan hubungan antara kecepatan
dengan head loss tiap laju air. Dari gambar dapat dilihat baik pada kecepatan alir
tinggi dan kecepatan alir rendah bahwa velocity (v) berbanding lurus dengan head
loss (∆H). Semakin besar laju aliran maka semakin besar pula nilai head lossnya
karena tekanan yang ditimbulkan oleh fluida terhadap dinding pipa akan meningkat
(Mc. Cabe, 1956). Nilai head loss dapat dihitung dari persamaan (Foust, 1980).
flv 2
∆H¿
2 gd

Beerdasarkan rumus diatas, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai head loss
(∆H) adalah faktor friks, panjang pipa, kecepatan fluida dan diameter pipa yang
dilalui.
Berdasarkan hasil perhitungan pada kecepatan aliran tinggi dapat dibuat
grafik reynold number (Re) dengan friction factor sebagai berikut :

0.05

0.04
Friction Factor (f)

0.03

0.02 Tinggi
Rendah
0.01

0
1000 1500 2000 2500 3000 3500
Reynold Number (Re)

Gambar 7.7 Hubungan friction factor dan reynold number pada kecepatan aliran
tinggi dan kecepatan aliran rendah
Berdasarkan gambar 7.7, menunjukkan friction factor berbanding terbalik dengan
nilai reynold. Hasil ini dikatakan besar karena semakin besar reynold number maka
semakin kecil friction factornya. Gambar 7.7 telah sesuai dengan hukum reynold
yang terdapat dalam buku Foust,1980. Hubungan nilai reynold number dengan
friction factor dapat dilihat pada persamaan berikut :
64
f=

hal ini menunjukan bahwa nilai reynold mempengaruhi nilai friction factor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi besarnya nilai dari friction factor adalah kecepatan alir
fluida, diameter pipa dan kinematic viskositas fluida.
 KEGUNAAN ALAT
1. Hydraullic Bench berfungsi untuk pengukur kecepatan dan debit air
berdasarkan berat air yang ditampung yang menghasilkan nilai debit air
aktual
2. Stopwatch berfungsi untuk mengukur waktu yang dibutuhkan dalam
melakukan kegiatan uji coba losses in pipe
3. Thermometer berfungsi untuk memantau masakan yang membutuhkan suhu
tertentu untuk mencapai hasil yang sempurna.
4. Spirit level untuk mengindikasi apakah sebuah permukaan horizontal atau
vertikal, serta mengukur kedatarannya
5. Gelas ukur untuk mengukur volume larutan atau zat cair dengan tepat
 KESIMPULAN
Hubungan antara faktor friksi dan bilangan Reynolds berdasarkan
percobaan didapatkan bahwa :
- Semakin besar bilangan Reynold suatu aliran, maka semakin kecil
nilai faktor friksinya (f)
- Pada saat aliran sangat turbulen, atau nilai bilangan Reynold
sangat besar, nilai faktor friksi percobaan tidak sesuai dengan nilai faktor
friksi dengan persamaan von Karman (teoritis).

Anda mungkin juga menyukai