Anda di halaman 1dari 14

BAB V

GESEKAN DALAM PIPA


(FRICTION IN PIPES)

5.1 Latar Belakang


Gesekan dalam pipa adalah konsep yang penting dalam ilmu fisika, terutama
dalam konteks aliran fluida. Gesekan dalam pipa dapat menghambat pergerakan
fluida seperti air atau gas melalui sistem perpipaan. Beberapa poin penting yang
perlu diperkenalkan dalam pembahasan ini meliputi:
1. Gesekan pipa: gesekan antara dinding pipa dan fluida yang mengalir melalui
pipa menciptakan hambatan pada aliran. Gesekan ini dapat disebabkan oleh
kasar atau tidak ratanya permukaan dalam pipa.
2. Faktor-faktor penyebab gesekan: gesekan dalam pipa dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk jenis material pipa, keadaan permukaan dalam pipa,
viskositas fluida, kecepatan aliran, dan geometri pipa.
3. Aliran laminer vs. aliran turbulen: aliran laminer adalah aliran yang teratur
dan berlapis, sementara aliran turbulen adalah aliran yang kacau dan tidak
teratur. Gesekan dalam pipa dapat berbeda tergantung pada jenis aliran ini.
Prinsip gesekan dalam pipa penting untuk memahami aliran fluida dalam
berbagai aplikasi, seperti industri, teknik sipil, dan pengiriman air. Terdapat rumus
dan perhitungan yang digunakan untuk mengestimasi gesekan dalam pipa, yang
dapat mempengaruhi desain dan efisiensi sistem perpipaan.

5.2 Landasan Teori


Hambatan berupa gesekan dalam pipa fluida yang mengakibatkan
berkurangnya laju aliran dan penurunan tekanan merupakan gesekan aliran.
Kekasaran dinding pipa tergantung dari besarnya hambatan aliran karena gesekan.
Dari hasil bebagai percobaan dapat diketahui bahwa makin besarnya penurunan
atau kehilangan tekanan aliran terjadi jika dinding pipa semakin kasar (Sihombing,
2010).
Sebagian energi yang diangkut oleh aliran air hilang untuk mengatasi
gesekan-gesekan tersebut. (Soekardi, 2015). Aliran fluida sangat bergantung dari
kecepatan aliran fluida, semakin tinggi kecepatan akan mempengaruhi pola aliran,

79
80

kondisi aliran akan berubah dari laminar menjadi turbulen. Besaran yang
dapatmenghubungkan antara kecepatan aliran, kondisi fluida dan kondisi
penampang diameter pipa adalah angka Reynolds (Surlaso, 1994). Prinsip aliran
fluida dalam pipa sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Distribusi air dari PDAM ke rumah-rumah.
2. Sistem irigasi yang menggunakan aliran pipa.
3. Pengaliran air dari waduk ke turbin PLTA.
Dalam pengaliran tersebut akan terjadi kehilangan energi yang terdiri dari:
1. Major losses, yaitu kehilangan tinggi tekan oleh gesekan.
2. Minor losses, yaitu kehilangan tinggi tekan oleh pengaruh lokal, seperti:
a. Ekspansi (pembesaran tiba-tiba)
b. Kontraksi (penyempitan tiba-tiba)
c. Belokan
d. Katup
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan langsung terhadap kehilangan energi
akibat gesekan, untuk Major losses.
a. Bilangan Reynolds
Bilangan tak berdimensi yang dapat membedakan suatu aliran laminer,
trasnsisi, atau turbulen disebut Bilangan Reynolds. Osborne Reynolds setelah
mempelajari untuk mencoba menentukan apabila dua situasi aliran yang berbeda
akan serupa secara dinamik jikalau memenuhi :
1. Kedua aliran tersebut serupa secara geometrik, yaitu mempunyai
perbandingan yang konstan dengan ukuran-ukuran linear yang bersesuaian.
2. Garis-garis aliran yang bersesuaian adalah serupa secara geometrik, atau
tekanan-tekanan dititik-titik yang bersesuaian memiliki perbandingan
konstan.
Reynolds menyimpulkan dalam mengobservasi dua situasi aliran yang serupa
secara geometrik bahwa aliran-aliran tersebut akan serupa secara dinamik jika
persamaan-persamaan diferensial umum yang menggambarkan aliran-aliran
tersebut identik.
Pada fluida air bila aliran tersebut mempunyai bilangan Reynolds (Re) kurang
dari 2000 maka suatu aliran diasumsikan laminer, jika berada pada bilangan
81

Reynolds (Re) 2000-4000 maka dapat diasumsikan sebagai aliran transisi.


Sedangkan jika mempunyai bilangan Reynolds (Re) lebih dari 4000 maka aliran
tersebut merupakan aliran turbulen.
(v × d × ρ)
Re = (1)
μ

Keterangan :
v = kecepatan aliran (m/detik)
d = diameter pipa (m)
ρ = massa jenis (kg/m3)
μ = viskositas dinamik (N.s/m3)
b. Jenis-jenis Aliran
Adapun jenis-jenis aliran pada pipa terbagi menjadi tiga, yakni :
1. Aliran Laminer
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina
dengan satu lapisan meluncur secara lancar disebut aliran laminer. Fungsi viskositas
dalam aliran laminer ialah untuk meredam kecenderungan terjadinya gerakan relatif
antara lapisan, sehingga aliran laminer memenuhi hukum viskositas Newton. Aliran
laminer ini mempunyai nilai bilangan Reynolds-nya kurang dari 2000.

Gambar 5.1 Kecepatan Laminer pada Pipa Tertutup


2. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran yang berada pada peralihan aliran laminer ke
aliran turbulen. Ketika bertambahnya kecepatan aliran atau berkurangnya viskositas
(dapat disebabkan oleh meningkatnya temperatur) maka gangguan-gangguan akan
terus teramati dan semakin membesar yang akhirnya suatu keadaan peralihan
tercapai disebut aliran transisi. Keadaan peralihan transisi tergantung pada
viskositas fluida, kecepatan dan dimensi pipa yang menyangkut geometri aliran di
mana nilai bilangan Reynolds-nya antara 2000 sampai dengan 4000.
82

3. Aliran Turbulen
Aliran turbulen adalah jenis aliran yang di mana pergerakan dari partikel-
partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran
partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian
fluida ke bagian fluida yang lain dalam skala yang besar di mana nilai bilangan
Reynolds-nya lebih besar dari 4000. Turbulensi yang terjadi menghasilkan
kerugian-kerugian aliran dikarenakan meningkatnya tegangan geser yang merata di
seluruh fluida.

Gambar 5.2 Kecepatan Turbulen pada Pipa Tertutup


Aliran turbulen hanya terbentuk pada kecepatan fluida yang sangat tinggi
dengan nilai kecepatan yang berubah-ubah seiring waktu. Aliran turbulen
umumnya hanya terbentuk dalam waktu yang singkat. Setelahnya, aliran turbulen
akan menghilang akibat saling bertumbukan.
Secara umum, dalam aliran turbulen vorteks goyah muncul dari banyak
ukuran yang berinteraksi satu sama lain yang mengakibatkan gaya hambat karena
efek gesekan meningkat. Hal ini meningkatkan energi yang dibutuhkan untuk
melakukan pemompaan terhadap cairan melalui pipa.

Gambar 5.3 Ilustrasi Gesekan dalam Pipa


83

Keterangan:
θ = sudut kemiringan pipa
W = besar volume air
Z 1 − Z2
sin θ = L

P1, P2 = tekanan yang terjadi di titik 1 & 2


v1, v2 = kecepatan aliran pada titik 1 & 2
hf = kehilangan energi
L = panjang pipa
Sf = kemiringan garis energi
Sw = kemiringan muka air
Dengan rumus Bernoulli :
P1 v21 P2 v22
Y
+ 2g
+ Z1 = Y
+ 2g
+ Z2 + hf (5.1)

Koefisien gesekan melalui persamaan Darcy-Weisbach:


2g.d.hf
f= (5.2)
v2 .L
Perbedaan tekanan yang dihitung dari dua titik pada pipa
hf = manometer(2) - manometer(1) (5.3)
Keterangan :
f = Koefisien gesekan
g = Percepatan Gravitasi (m/𝑠 2 )
d = Diameter Pipa (m)
v = Kecepatan aliran rata-rata (m/s)
L = Panjang pipa (m)
hf = Kerugian akibat gesekan (m)
Rumus debit aliran :
V
Q= (5.4)
t
Rumus kecepatan :
𝑄
v= (5.5)
𝐴
Dengan,
1
A= πd2 (5.6)
4
84

Keterangan :
Q = Debit aliran (m3 ⁄s )
V = Volume (m3 )
t = Waktu (s)
A = Luas penampang (m2 )
d = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan (m2 ⁄s2 )

5.3 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menyelidiki perubahan akibat
gesekan pada aliran dalam pipa bundar dengan kecepatan aliran rata-rata dalam
pipa.
5.4 Pelaksanaan
5.4.1 Alat percobaan

Gambar 5.4 Rangkaian Alat Percobaan Gesekan dalam Pipa

Gambar 5.5 Rangkaian Alat Percobaan Gesekan dalam Pipa


85

Keterangan :
1. Katup udara
2. Manometer
3. Inlet
4. Tabung Raksa
5. Katup Pengatur Debit
6. Pipa Lurus
7. Stopwatch
8. Termometer
9. Hydraulic Bench
10. Gelas Ukur

5.4.2 Prosedur percobaan


1. Ukur terlebih dahulu kedua panjang pipa antara kedua selang untuk
manometer.
2. Ukur diameter pipa uji.
3. Hubungkan alat percobaan dengan meja hidrolik.
4. Buka katup pengaturan aliran, lalu aliri pipa benda uji dan pipa yang lainnya.
5. Gunakan pembacaan manometer air raksa untuk menentukan selisih tekanan
yang lemah antara 2 titik yang menjadi panjang dari pipa uji.
6. Buka penjepit pada manometer air raksa bila menggunakan pembacaan salah
satunya.
7. Buka dan atur keran pengatur air keluaran untuk menentukan macam-macam
debit aliran mulai dari aliran laminer sampai dengan aliran turbulen.
8. Ukur volume aliran yang mengalir dalam pipa dengan gelas ukur.
9. Ukur waktu yang diperlukan untuk mengisi gelas ukur tersebut dengan
stopwatch sehingga didapat harga debit.
10. Ukur suhu air untuk mendapatkan viskositas air dari tabel viskositas
terlampir.
11. Lakukan pembacaan manometer dan debit aliran setiap pengaturan debit
sebanyak 5 kali pembacaan.
12. Atur keran pengatur debit untuk masing-masing jenis aliran laminer, transisi,
dan turbulen.
86

13. Lakukan pengaturan debit untuk masing-masing jenis aliran sebanyak 5


(lima) kali percobaan.

5.4.3 Data Hasil Pengamatan


Panjang pipa (L) = 524 mm
Diameter pipa (d) = 3 mm
Suhu = 27° C
Tabel 5.1 Data Hasil Percobaan
Tekanan (mHg)
Volume (m3) Waktu (detik)
1 2
0.000040 10 0,270 0,295
0.000060 10 0,260 0,305
0.000070 10 0,250 0,315
0.000080 10 0,240 0,325
0.000090 10 0,230 0,335

5.5 Menentukan Kehilangan Energi Akibat Gesekan


a. Interpolasi
Dengan menggunakan cara interpolasi linier diperoleh 𝜌 dan 𝜇 air pada suhu
27° C adalah sebagai berikut:
27-30
ρ27°C = 996- (20-30) . (996-998) = 996,6 kg⁄m3
27-30
μ27°C = (0,000799)- (20-30) . (0,000799 − 0,001003) = 0,0008509 kg⁄ms

b. Luas Penampang (A)


Diketahui: π = 3,14
d = 0,003 m
Ditanyakan: A = ............?
1
Jawab: A = . 3,14. (0,003)2
4

= 0,000007065 m2
c. Debit Aliran (Q)
Diketahui :V = 0,0000040 m3
t = 10 s
Ditanyakan : Q = ...........?
87

V
Jawab :Q = t
0,000040
=
10

= 0,000004 m3 ⁄s
d. Kecepatan Aliran (v)
Diketahui : Q = 0,000004 m3 /𝑠
A = 0,000007065 m2
Ditanyakan : v =.............?
Q
Jawab : v =
A
0,000004
=
0,000007065

= 0,5661 m⁄s
e. Kehilangan Energi (hf)
Diketahui : manometer1 = 0,270 mHg
manometer2 = 0,295 mHg
S = 13,6
Ditanyakan : hf = ...........?
Jawab : hf = (manometer2 − manometer1 ) × S
= (0,295 − 0,270) ∙ 13,6
= 0,340 m
f. Koefisien Gesekan (f)
Diketahui : g = 9,81 m/s2
d = 0,003 m
L = 0,524 m
v = 0,5661 m/s
hf = 0,34 m
Ditanyakan : f = ...........?
g . d . hf
Jawab : f =
2 . v2 . L
9,81 ∙ 0,003 ∙ 0,34
=
2 ∙ 0,3205 ∙ 0,524

= 0,0298
88

g. Bilangan Reynolds (Re)


Diketahui : v = 0,556 m/s
d = 0,003 m
ρ27°C = 996,6 kg/m3
μ27°C = 0,0008509 kg/ms
Ditanyakan: Re = ...........?
v . d . ρair
Jawab : Re =
μair

0,56617 .0,003 . 996,6


=
0,0008509

= 1968 (Laminer)
h. Log Re
Diketahui : Re = 1968
Ditanyakan : Log Re = ...........?
Jawab : Log Re = log(Re)
= log(1968)
= 3,294
Tabel 5.2 Data Hasil Perhitungan Percobaan Gesekan dalam Pipa

No A (m²) Q (m³/s) V (m/s) V² (m/s) hf (m) f Re Log Re Jenis Aliran

1 0,000007065 0,00000400 0,566 0,320 0,340 0,029 1968 3,294 LAMINER

2 0,000007065 0,00000600 0,849 0,721 0,612 0,023 2952 3,470 TRANSISI

3 0,000007065 0,00000700 0,998 0,981 0,884 0,025 3444 3,537 TRANSISI

4 0,000007065 0,00000800 1,132 1,282 1,156 0,025 3936 3,595 TRANSISI

5 0,000007065 0,00000900 1,273 1,622 1,428 0,024 4428 3,646 TURBULEN

89
90

Tabel 5.3 Data f vs Re

No f Re

1 0,029 1968

2 0,023 2952

3 0,025 3444

4 0,025 3936

5 0,024 4428

Perbandingan Koefisien Gesekan (f) terhadap


Bilangan Reynolds (Re)
0,035

0,030
Koefisien Gesekan
Terhadap Bilangan
f

Reynolds
0,025 Log. (Koefisien
y = -0,003ln(x) + 0,0283 Gesekan Terhadap
Bilangan Reynolds)

0,020
1968 2952 3444 3936 4429
Re

Grafik 5.1 Perbandingan Koefisien Gesekan (f) terhadap Bilangan Reynolds (Re)
91

Tabel 5.4 Data f vs Log Re

No f Log Re

1 0,029 3,294

2 0,023 3,470

3 0,025 3,557

4 0,025 3,595

5 0,024 3,646

Perbandingan Koefisien Gesekan (f) terhadap Log Re


0,03000

0,02800

0,02600
Koefisien Gesekan
(f) terhadap Log
Re
0,02400 y = -0,003ln(x) + 0,0283
Log. (Koefisien
Gesekan (f)
0,02200 terhadap Log Re)

0,02000
3,294 3,470 3,537 3,595 3,646

Grafik 5.2 Hubungan antara f vs Log Re


92

5.6 Penutup
5.6.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapayt disimpulkan bahwa semakin besar
nilai debit aliran (Q), semakin tinggi nilai kecepatan aliran (v). kita dapat
menyimpulkan bahwa hubungan antara debit (Q) dan kecepatan aliran (v)
berbanding lurus. Artinya, ketika debit aliran (Q) meningkat, kecepatan aliran (v)
juga meningkat dan Perubahan yang terjadi dalam nilai debit aliran (Q) memberikan
perubahan yang konsisten dalam nilai kecepatan aliran (v). Meskipun tidak selalu
linier, namun tren peningkatan atau penurunan tetap konsisten.

5.6.2 Saran
1. Ketika akan melakukan sebuah percobaan sebaiknya mahasiswa atau
pratikkan memahami terlebih dahulu dengan percobaaan yang hendak
dilakukan dengan membaca terlebih dahulu modul atau referensi-referensi
yang berhubungan dengan percobaan tersebut.
2. Di dalam laboratarium atau hendaknya melakukan pratikum diutamakan juga
untuk menjaga sikap dan adab serta melakukan percobaan dengan serius agar
tidak banyak membuang waktu.
3. Mahasiswa dan praktikkan mempersiapkan blanko untuk data percobaan agar
mengefesiensikan waktu.
4. Setiap anggota kelompok dapat melakukan pembagian tugas sesuai prosedur
percobaan lalu menjalankan tugas masing-masing dengan teliti dan tidak
tergesa-gesa agar percobaan tepat dan benar.

Anda mungkin juga menyukai