7.1 PENDAHULUAN
VII-1
VII-2
Kondisi aliran dibedakan menjadi dua yaitu aliran laminar dan aliran
turbulen. Aliran laminar ditandai dengan garis-garis aliran yang tidak saling
memotong, sedang turbulen garis alirannya saling memotong (Maryono,2003).
energi di dalam pipa. Energi yang hilang dalam pipa tidak akan kembali
melainkan diubah ke dalam bentuk panas (Maryono, 2003).
juga persamaan hasil percobaan. Dari hasil analisa dapat diperoleh penyebaran
kecepatan untuk aliran laminar dalam pipa:
Vz r 2
= 1- (R) ………(7.1)
Vz,𝑚𝑎𝑥
Untuk aliran bergolak dalam pipa maka hasil percobaan telah didapat penyebaran
kecepatan secara kasar yang berlaku hanya untuk bilangan Reynolds antara
10.000 dan 100.000: (Foust, 1980)
1⁄
Vz 𝑟 7
= (1 − 𝑅) ………(7.2)
Vz,𝑚𝑎𝑥
Manometer adalah suatu piranti yang sangat penting yang fungsinya ialah
mengukur perbedaan tekanan. Pada gambar 7.3 diperlihatkan bentuk manometer
yang paling sederhana. Andaikan bahwa bagian yang diarsir pada tabung U itu
diisi dengan zat cair A, yang densitasnya ialah ρA, dan bahwa lengan tabung U
diatas zat cair itu diisi dengan fluida B yang densitasnya ialah ρB. Fluida B tidak
dapat bercampur dengan zat cair A dan lebih ringan dari A (tidak serapat A);
biasanya, fluida B ini ialah gas seperti udara atau nitrogen (Mccabe dkk,1999).
Lengan pada salah satu tabung U itu bekerja teknanan Pa, sedang pada
lengan yang lain Pb. Akibat dari adanya tekanan itu, yaitu Pa=Pb, permukaan
dalam lengan yang satu lebih tinggi daripada lengan yang lain, dan jarak vertical
antara kedua permukaan itu yaitu Rm, dapat digunakan untuk mengukur
perbedaan tekanan. Untuk mendapatkan persamaan yang menghubungkan Pa-Pb
dan Rm, dapat bertolak dari titik 1, dimana tekanan itu ialah Pa, tekanan pada titik
2 ialah Pa+(g/gc).(zm+Rm)ρB. Berdasarkan prinsip hidrostatika, tekanan ini juga
merupakan tekanan pada titik 3, dan perbedaannya ialah sebesar (g/gc).(Rm)ρA,
sedang tekanan pada titik 5, yaitu Pb, lebih kecil lagi sebesar (g/gc).(Rm)ρB. Semua
pernyataan diatas dapat dirangkum dalam satu persamaan:
𝑔
𝑃𝑎 + [(𝑧𝑚 + 𝑅𝑚) 𝜌𝐵 − 𝑅𝑚 𝜌𝐴 − 𝑧𝑚 𝜌𝐵] = 𝑃𝑏 1 ……(7.14)
𝑔𝑐
𝑔
𝑃𝑎 − 𝑃𝑏 = 𝑅𝑚 (𝜌𝐴 − 𝜌𝐵) 1 ……(7.15)
𝑔𝑐
Perhatikan bahwa hubungan ini tidak tergantung pada jarak zm dan dimensi
tabung, asal saja tekanan Pa dan Pb diukur pada satu bidang horizontal yang sama.
Jika fluida B adalah gas, ρB dapat diabaikan terhadap ρA dan dapat dihapuskan
dari persamaan 7.15 (McCabe,1999). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
hilangnya energi dalam pipa. Jenis – jenis sambungan ikut dalam mempengaruhi
hilangnya energi dalam pipa. Dengan adanya sambungan dapat menghambat
aliran normal dan juga menyebabkan gesekan tambahan pada pipa yang pendek
dan mempunyai banyak sambungan, fluida yang mengalir di dalam akan
mengalami banyak kehilangan energi di dalam pipa. Energi yang hilang dalam
pipa tidak akan kembali melainkan diubah ke dalam bentuk panas
(Maryono, 2003).
Head loss dihitung dari pembacaan dalam manometer. Manometer ini
banyak digunakan pada pengukuran dalam suatu fluida yang cenderung menjadi
perbedaan tekanan jarak lintas pada bagian pengukuran tekanan alat harus
dikerjakan untuk menandai adanya perbedaan ini. Dari salah satu instrument
pengukuran tekanan tersebut, yang paling sederhana adalah manometer. Jika suatu
aliran pipa diisi dengan suatu fluida incompressible dan tidak ada aliran yang
terjadi (Geankoplis, 1997).
Pengamatan – pengamatan selanjutnya menunjukkan bahwa transisi dari
aliran laminar menjadi aliran turbulen dapat berlangsung pada suatu kisaran angka
Reynold’s yang cukup luas. Aliran laminar selalu ditemukan pada angka
Reynold’s di bawah 2100, tetapi bisa terdapat pada angka Reynold’s sampai
beberapa ribu, yaitu dalam kondisi khusus dimana lubang masuk tabung sangat
baik ke bundarannya dan zat cair di dalam tangki sangat tenang. Pada kondisi
aliran biasa, aliran itu turbulen pada angka Reynold’s di atas 4000. Antara 2000
dan 4000, terdapat suatu daerah transisi, dimana jenis aliran itu mungkin laminar
dan mungkin pula turbulen, bergantung pada kondisi di lubang tabung dan
jaraknya (McCabe dkk, 1999).
VII-7
Deskripsi Alat :
Keterangan:
1. Air bleed screw
2. Pressure tapping (H.P)
3. Test ection
4. Mercury manometer
5. Pressure water manometer
6. Pressure tapping (L.P)
7. Flow control valve
8. Adjustable feet
9. Inlet pipe to constant head
tank
10. Inlet pipe to test section
11. Pipe clips
12. Constant head tank
13. Air inlet/outlet valve
14. Air pump
15. Flexible outlet pipe from
head tank overflow
7.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air.
VII-10
VII-11
VII-11
VII-12
VII-12
VII-13
VII-13
VII-14
7.4.3 Pembahasan
Reynolds number merupakan bilangan yang digunakan untuk
menentukan jenis aliran fluida. Reynolds number bisa berhubungan langsung
dengan headloss yang disebabkan oleh friction dalam aliaran air melalui pipa .
Jika air berada dekat dengan dinding pipa maka friction yang terjadi akan
semakin besar. Hal ini disebabkan adanya gaya gesek antara kedua fluida
dengan dinding pipa. friction factor adalah bilangan tak berdimensi yang
menunjukkan aliran dari fluida losses yang berkaitan dengan friction bagian
pipa. Sedangkan headloss adalah kehilangan yang terjadi pada aliran interval.
headloss dapat timbul pada suatu aliran fluida didalam pipa karena
ketidakteraturan saluran, ukuran, bentuk saluran dan debitnya.
friction yang ditimbulkan pada aliran fluida dalam pipa tergantung
dengan Reynolds number dengan kekasaran. Semakin kecil ukuran pipa maka
semakin kecil friction yang terjadi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kekasaran
pipa berbanding lurus dengan friction. Pada percobaan ini, kecepatan aliran
tinggi adalah aliran yang sumbernya berasal dari pompa sehingga debit dan
volume aliran besar, Sedangkan kecepatan aliran rendah adalah aliran yang
sumbernya berasal dari receiver dan alat sehingga kecepatan dan debitnya tidak
terlalu besar. Semakin besar debit aliran maka akan menimbulkan tekanan
yang semakin besar dalam pipa.
Grafik hubungan antara headloss dengan velocity berdasarkan
perhitungan pada kecepatan aliran tinggi dan kecepatan aliran rendah dapat
dilihat pada Gambar 7.4 sebagai berikut:
VII-15
0.1600
0.1400
0.1200
Headloss (m)
0.1000
0.0800
Tinggi
0.0600
0.0400 Rendah
0.0200
0.0000
0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000
Velocity (m/s)
Gambar 7.4 Hubungan antara Headloss (∆hf) dan velocity (v) pada Kecepatan
Aliran Tinggi dan Aliran Rendah
𝑓.𝐿.𝑣 2
∆hf = ....(7.12)
2.𝑔.𝑑
0.07
0.06
Friction factor (f)
0.05
0.04 Tinggi
0.03
Rendah
0.02
0.01
0
0 1000 2000 3000 4000
Reynolds Number (Re)
Gambar 7.5 Grafik Hubungan Antara Friction Factor (f) dengan Reynolds
Number pada Kecepatan Aliran Tinggi dan kecepatan Aliran
Rendah
64
𝑓= ...(7.13)
NRe
VII-17
Hal ini menunjukkan bahwa nilai Reynolds number mempengaruhi besarnya nilai
friction factor. Faktor yang mempengaruhi besarnya friction factor adalah jenis
pipa, kekasaran relatif dan Reynolds number. Jenis pipa berpengaruh terhadap
friction factor karena setiap pipa memiliki kekasaran yang berbeda, semakin kasar
suatu pipa maka friction factor akan semakin besar. Reynolds number juga
berpengaruh terhadap friction factor karena semakin besar nilai Reynolds number
maka friction factor yang terbentuk akan semakin kecil.
VII-18
7.5 PENUTUP
7.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah nilai headloss pada
bukaan ½, 1½, 2½, dan 3½ masing-masing pada kecepatan aliran tinggi adalah
0,0487 m; 0,0801 m; 0,118 m dan 0,1510 m. Sedangkan pada kedepaatn aliran
rendah adalah 0,0408 m; 0,0658 m; 0,0909 m dan 0,1152 m. Nilai friction factor
pada bukaan ½, 1½, 2½, dan 3½ masing-masing pada kecepatan aliran tinggi
adalah 0,0556; 0,0338; 0,0228 dan 0,0179. Sedangkan pada kecepatan aliran
rendah adalah 0,0663; 0,0411; 0,0298 dan 0,0235.
7.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah menggunakan
variasi fluida yang berbeda contohnya air suling agar dapat dibandingkan berbagai
hasil headloss pada masing-masing fluida.
VII-19
DAFTAR PUSTAKA
Foust, A.S. 1980. Principles of Unit Operations. John Willey and Sons, Inc . New
York.
McCabe, W.L, dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid 1. Erlangga . Jakarta.
Perry, R.H. 1997. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook 7th Edition. McGraw-
Hill Companies, Inc . New York.
DAFTAR NOTASI
LAMPIRAN PERHITUNGAN
c. Flowrate (Qt)
𝑣
Qt= 𝑡
0,00002267𝑥10−5 m3
= 10
= 2,267×10-6 m3/s
d. Velocity (v)
Diketahui: diameter test pipe = 0,003 m
4𝑄
v = 𝜋 𝑑2𝑡
4(2,267×10−6 m3 /s)
= 𝜋(0,003 m)2
= 0,3208 m/s
g. Headloss
𝑓.𝐿.𝑣 2
hf = 2.𝑔.𝑑
0,0556×0,5.(0,3208)2
= 2×9,8×0,003
= 0,0487 m
Untuk hasil perhitungan pada bukaan ½, 1½, 2½ dan 3½ dapat di lihat pada
Tabel 7.3
= 1,9 m3
c. Flowrate (Qt)
Ṽ
Qt = 𝑡
1,9x10-5 m3
= 10 s
= 1,9×10-6 m3/s
VII-23
d. Velocity (v)
Diketahui: diameter test pipe = 0,003 m
4𝑄
v = 𝜋 𝑑2𝑡
4(1,9×10-6 m3 /s)
= π(0,003 m)2
= 0,2689 m/s
g. Headloss
𝑓.𝐿.𝑣 2
hf = 2.𝑔.𝑑
0,0663× 0,5×(0,3208)2
= 2×9,8×0,003
= 0,0408 m
Untuk hasil perhitungan pada bukaan ½, 1½, 2½ dan 3½ dapat di lihat pada
Tabel 7.4