Anda di halaman 1dari 57

Bab 1

Dasar-dasar Aliran dalam


Saluran Terbuka

Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa Aliran Saluran Terbuka (Open Channel Flow)
dan Aliran Saluran Tertutup (Pipe Flow). Aliran pada saluran terbuka memiliki permukaan
bebas yang dipengaruhi oleh tekanan udara bebas. Sedangkan pada saluran tertutup tidak
dipengaruhi oleh tekanan udara secara langsung.

1.1 Tipe Aliran


Pada aliran saluran terbuka dapat digolongkan beberapa tipe aliran berdasarkan perubahan
kedalaman terhadap ruang dan waktu.

1) Aliran Tunak (Steady Flow) dan Tidak Tunak (Unsteady Flow)


Dalam kedua tipe saluran ini yang menjadi kriteria adalah waktu. Aliran dalam saluran
terbuka dinamakan steady flow bila kedalaman aliran konstan atau tidak berubah dalam
selang waktu tertentu. Sedangkan pada unsteady flow kedalaman aliran berubah-ubah
setiap waktu.

2) Aliran Seragam (Uniform Flow) dan Aliran Berubah (Varied Flow)


Kriteria untuk tipe aliran ini didasarkan pada ruang. Aliran pada saluran terbuka dikatakan
aliran Seragam bila kedalaman aliran sama pada setiap penampang saluran. Sedangkan
bila kedalaman aliran berubah di sepanjang saluran dinamakan aliran Berubah.

3) Aliran Seragam Tunak (Steady Uniform Flow) dan Seragam Tidak Tunak (Unsteady
Uniform Flow)
Aliran seragam dapat bersifat tunak dan tidak tunak tergantung dari kedalamannya berubah
sesuai dengan perubahan waktu. Kedalaman pada aliran seragam tunak tidak berubah
selama tinjauan waktu tertentu. Aliran bersifat seragam tidak tunak jika permukaan air
berfluktuasi terhadap waktu narnun tetap sejajar dengan dasar saluran.

4) Aliran Berubah Tiba-tiba (Rapidly Varied) dan Berubah Lambat-laun (Gradually Varied)
Aliran disebut berubah tiba-tiba bila kedalamannya berubah secara mendadak pada jarak
yang cukup pendek. Sebaliknya jika perubahan itu terjadi lambat-laun maka aliran ini disebut
aliran Berubah Lambat-laun. Aliran berubah tiba-tiba disebut juga gejala setempat (local
phenomenon), diantara contohnya adalah loncatan hidrolik (hydraulic jump) atau air loncat.
1.2 Keadaan Aliran
Berdasarkan kekentalan fluida (viskositas) dan gaya gravitasinya aliran pada saluran terbuka
dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis seperti di bawah ini. Ketiga jenis aliran ini ditentukan
oleh bilangan Reynold (Re), yang didefinisikan sebagai berikut.

dimana

v = kecepatan aliran (meterldetik)


= panjang karakteristik (meter)

u = kekentalan kinematik (meter2/detik)

1) Aliran Laminer
Aliran ini terjadi bila gaya relatif sangat besar dibandingkan dengan gaya inersia sehingga
kekentalan berpengaruh besar terhadap perilaku aliran. Ditinjau dari bilangan Reynold (Re),
aliran disebut Laminar jika Re kecil, Re < 500. Pada aliran Laminer, butir-butir air seolah-olah
bergerak menurut lintasan tertentu yang teratur atau lurus dan berlapir-lapis.

2) Aliran Turbulen
Aliran ini terjadi bila gaya kekentalan relatif lemah dibandingkan dengan gaya
kelembamannya. Berdasarkan bilangan Reynold, aliran Turbulen memiliki Re yang besar,
Re > 1000. Pada aliran Turbulen, butir-butir air bergerak rnenurut lmtasan yang tidak teratur
walaupun butir-butir tersebut tetap menunjukkan gerak maju dalam aliran secara
keseluruhan.

3) Aliran Transisi
Diantara kondisi aliran Laminar dan Turbulen dengan sifat-sifat yang disebutkan di atas
terdapat aliran Transisi.

1.3 Geometri Saluran


Definisi beberapa unsur geometri dasar saluran disajikan di bawah ini.
1) Kedalaman Aliran (y), merupakan jarak vertikal titik terendah pada suatu penampang
saluran sampai ke permukaan bebas
2) Lebar Puncak (T), adalah lebar penampang saluran pada permukaan bebas.
3) Luas Basah (A), merupakan luas penampang melintang aliran yang tegak lurus arah
aliran.
4) Keliling Basah (P), adalah panjang garis perpotongan dari permukaan basah saluran
dengan bidang penampang melintang yang tegak lurus arah aliran.
5) Jari-jari Hidrolik (R), adalah perbandingan antara luas basah (A) dengan keliling basah
(P)-
6) Kedalaman Hidrolik (D), merupakan perbandingan antara h a s basah (A) dengan lebar
puncak (T).
7) Faktor Penampang (Z), untuk aliran Kritis Z adalah hasil perkailan antara luas basah (A)
dengan akar kedalaman hidrolik. Sedangkan untuk aliran Seragam merupakan perkalian
antara luas basah (A) dengan akar pangkat dua pertiga dari jari-jari hidrolik.

Tabel 1.1 di bawah ini mernuat daftar rumus dari unsur geometri dasar untuk berbagai
bentuk saluran yang umum digunakan.
Tabel 1.1 Tabel Penampang

Wetted perimeter Hydraulic radius Top width Hydraulic Section factor


Channel tvoe Area A P R T deoth D z

%(B - sin 0 ) d;

French. Richard.. 3 9 8 5 . Open Channel Hydraulics. M c Q ~ ~ ~ - ~ ~ ~ ~


- --- ~-
Bab 2
Aliran Seragam

Ciri-ciri aliran seragam (uniform flow) adalah kedalarnan aliran, h a s penampang basah,
kecepatan rata-rata dan debit persatuan waktu pada sepanjang daerah yang lurus adalah
sama. Ciri-ciri yang lainnya adalah garis energi (Sf), muka air (S,) dan dasar saluran (So)

.u
adalah sejajar seperi garnbar di bawah ini.

i Garis Energi
- - - A _ _ _ _ _ _
------____-!
'----____
_ _I _
- - - _ _-_- - - _ Sf

K.v'P.L
. . .. ,
7-

-. - - - -
so '
a nrarnaan j

Gambar 2.1 Pada aliran Seragam Sf = S, = So.

Untuk perhitungan hidrolika, kecepatan aliran seragarn dalarn saluran terbuka sebagian
besar rnenggunakan persarnaan urnurn sebagai berikut.

dirnana
v = keceparan rata-rata (rneterldetik)
C = faktor tahanan aliran, bervariasi rnenurut kecepatan rata-rata, jari-jari
hidrolik, kekasaran saluran, kekentalan dan faktor lainnya.
R = jari-jari hidrolik (meter)
S = kerniringan energi. Pada aliran seragam S = Sf = S, = So.
2.1 Rumus Chezy
Rumus Chezy diturunkan secara matematis dengan dua anggapan:

1) Gaya yang menahan aliran persatuan luas dasar aliran air adalah sebanding dengan
kuadrat dari kecepatan, yaitu bahwa keceparan ini sama dengan K . v 2 dengan K
rnerupakan konstanta perbandingan. Bidang kontak aliran dengan dasar aliran air sama
dengan hasil perkalian keling basah dengan panjang bagian saluran yang lurus atau
P . L . Jurnlah gaya penahan aliran akan sama dengan K . v 2 . P .L .

2) Dalam aliran seragam, komponen efektif dari gaya berat mengakibatkan aliran akan
sarna dengan jumlah gaya penahan. Komponen efektif gaya berat sejajar dengan dasar
saluran dan sama dengan w . A . L . sin B = w .A.L . S , dengan w adalah berat isi air.

Berdasarkan dua anggapan di atas maka

A
Dengan -= R dan diganti dengan suatu faktor C maka kecepatan aliran dapat
P
dinyatakan sebagai berikut.

2.2 Rumus Manning


Manning mengungkapkan bahwa nilai C masih dipengaruhi oleh jari-jari hidrolis (R) dan
kekasaran saluran (n). Menurut manning nilai C didefinisikan sebagai berikut.

Sehingga kecepatan aliran menurut rumus Manning ditulis sebagai berikut.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kekasaran Saluran


Kekasaran saluran sangat mempengaruhi kecepatan rata-rata pada saluran. Nilai kekasaran
saluran tidak hanya ditentukan oleh satu faktor, melainkan merupakan kombinasi dari
beberapa faktor sebagai berikut.
1) Kekasaran Permukaan Saluran
Kekasaran permukaan saluran tergantung dari butir-butir yang rnernbentuk keliling basah,
ukuran dan bentuk butiran menimbulkan pengaruh hambatan terhadap aliran.
Butir-butir kasar, n besar.
Butir-butir halus, n kecil.
2) Jenis Turnbuh-tumbuhan
Tumbuhan yang terdapat dalam saluran dapat menghambat lajunya aliran serta
memperkecil kapasitas pengaliran.
Belukar atau bakau, n besar.
Rerumputan, n kecil.
3) Ketidakberaturan Tampang Melintang Saluran
Ketidakteraturan keliling basah dan variasi penarnpang sangat mempengaruhi nilai n,
terutama pasa saluran alam.
Teratur, n kecil.
Tidak teratur, n besar.
4) Trase Saluran
Lengkung saluran dengan garis tengah yang besar akan lebih baik dari saluran tikungan
tajam.
Lurus, n kecil.
Berbelok-belok, n besar.
5) Pengendapan dan Penggerusan
Proses pengendapan permukaan dapat mengakibatkan saluran menjadi halus, demikian
juga sebaliknya, pada penggerusan mengakibatkan saluran menjadi kasar.
Lumpur, n kecil
Kerikil, n besar.
6) Hambatan
Adanya pilar jembatan, balok sekat dan hambatan sejenis lainnya dapat mempengaruhi
aliran terutama jika jumlahnya banyak.
Hambatan kecil, n kecil.
. Hambatan besar, n besar.
7) Ukuran dan Bentuk Saluran
Saluran dengan dimensi yang relatif besar lebih sedikit dipengaruhi oleh kekasaran saluran.
. Saluran kecil, n besar.
Saluran Besar, n kecil.
8) Taraf Air dan Debit
Air dangkal lebih dipengaruhi oleh ketidakteraturan dasar saluran, begitu juga untuk debit-
debit kecil.
Air dangkatl, n besar.
Air dalam, n kecil.
. Debit kecil, n besar.
Debit besar, n kecil.

Lebih lengkap tentang nilai koefisien kekasaran Manning (n) disajikan dalam Lampiran A.

2.4 Kedalaman Normal dan Kritis


Kedalaman Normal (y,) adalah kedalaman dimana aliran seragam akan terjadi di dalam
suatu saluran terbuka. Kedalaman Normal dapat ditetapkan dengan menuliskan Persamaan
Manning untuk debit, yaitu:
dengan menggantikan A dan R dengan persamaan-persamaan yang mengandung y serta
dimensi-dimensi penarnpang alur lainnya yang diperlukan. Persamaan yang didapat akan
memerlukan penyelesaian dengan coba-coba (lihat contoh soal) atau kedalarnan normalnya
harus dihitung dengan menggunakan tabel dan grafik seperti yang disajikan dalam
Lampiran 6.Pada lampiran ini juga disajikan tabel dan grafik untuk rnenentukan Kedalaman
Kritis.

Kedalaman Kritis (yJ untuk aliran pada suatu saluran terbuka didefinisikan sebagai
kedalaman yang energi spesifiknya (dibahas dalam Bab 3) minimum. Secara matematik
dapat ditunjukkan bahwa kedalaman kritis terjadi pada suatu saluran bila:

dimana T adalah lebar puncak. Pada kemiringan yang landai dimana y, > y, aliran bersifat
subkritis, sedangkan pada kemiringan yang terjal dimana y, < y, aliras bersifat superkritis.

2.5 Penampang Hidrolis Terbaik


Penampang saluran yang memiliki keliling basah terkecil akan memiliki hantaran maksimum,
penampang seperti ini disebut penampang Hidrolis Terbaik. Hantaran suatu penarnpang
saluran akan meningkat sesuai dengan peningkatan jari-jari hidrolis atau berkurangnya
keliling basar. Diantara semua penampang yang luasnya sama, penarnpang setengah
lingkaran rnemiliki keliling basah yang terkecil, berarti secara hidrolik merupakan penarnpang
yang paling efisien.
Berikut ini tabel Penampang Hidrolik Terbaik untuk berbagai penarnpang melintang.

Penampang 1 Tabel 2.1 Penampang Hidrolik Terbaik

Keliling Jari-jari Lebar Kedalaman 1


1 Faktor 1

i
Basah Hidrolik Puncak Hidrolik Penampang
Melintang ;;L (W (a
Trapesium 1 fiY2

Persegi
Panjang

Segitiga
1 Y

Setengah
Lingkaran

Parabola
-fiy2

Sumber: Chow, Ven Te., 1959. Open-Channel Hydraulics.Mc Graw-Hill


Contoh Soal 1
Diketaui sebuah saluran prismatis dengan:
Q - 12 m
3
/det
So = 1:1000
n - 0.025 (pasangan batu kali)
Penampang saluran Trapesium dengan kemiringan dinding V:H = 1:2
Lebar dasar = 5 meter

Tentukan:
1) Kedalaman Normal
2) Kedalaman Kritis
3) Kedalaman Alternatif

Penyelesaian

1) Kedalaman Normal Aliran (y,)

Besarnya debit pasa saluran:

Dengan cara coba-coba


+ Ruas Kanan = 5,7218

+ Ruas Kanan = 10,6984

y, = 1,3136 -t Ruas Kanan = 9,4865

yn = 1,3l meter

2) Keadaan Aliran (subkritis, kritis, atau superkritis)

Tiniauan Bilan~anFroude (F)

F < 1 + aliran subkritis


F = I + aliran kritis
F > 1 -t aliran superkritis

maka:
1,2021
= 0,3887 < 1 -t aliran subkritis

Tiniauan Kondisi Kritis


Pada kondisi kritis F = 1
Dengan cara coba-coba di dapat:
ycr = 0,7 -+ Ruas Kiri = 11,5276
y, = 0,8 + Ruas Kiri = 17,9510
y, = 0,753 -+ Ruas Kiri = 14,6752
yc, = 0,75 meter
y, > y, + aliran subkritis

3) Kedalaman Alternatif

Didapat y, = y, = 1,31
Energi spesifik:

Dengan cara coba-coba


YZ = 0,s --f ruas kanan = 1,3155
~2 = 0,4 + ruas kanan = 1,7636
y2 = 0,478 -t ruas kanan = 1,3835
y2 = 0,48 rn

Contoh Soal 2
1) Definisikan Penampang Hidrolis Terbaik baik secara hidrolika maupun praktis.
2) Buktikan bahwa penampang hidrolis terbaik untuk bentuk penampang lingkaran adalah
setengah lingkaran.

Penyelesaian
1) Pandangan Hidrolika: penampang saluran yang memiliki keliling basah terkecil sehingga
akan memiliki hantaran maksimum. Pandangan Praktis: Penampang yang memiliki has
terkecil untuk suatu debit tertentu.

2) Pembuktian
Substitusi persamaan (1) dan (2) menjadi:

misal:
0 - x
360 211

maka:

Penampang hidrolis terbaik akan memiliki P minimum. P minimum jika p2minimum.


Misal P2 = T, rnaka:
dT
---0
dx

dT
--
- 2 ~ x 0 x4 - x s i n x ) - AX' ():x - ):C O S X ) + A konStan
dx (g x - f! sin x)'

Pembuat nolnya adalah:


~ A X ~ ~ - ~ ~ ~ ~ X ) - A X ~ ( ) : X - ) / ; C O S=X )
-
~ XA~XC~O+S X -
A X ~ - A X S ~ ~ X - ~%/ A
~ x ~ - x s ~ ~ ~ + ~ x ~ - c o s x
x2- 2 sinx + x2 cos x -
-
Solusi persamaan di atas didapat untuk x = x
Sehingga 0 = n = 180'.
2 terbukti !!! Penampang hidrolik terbaik untuk bentuk penampang lingkaran adalah
setengah lingkaran.
Bab 3
Energi Spesifik

Energi Spesifik (energi khas) aliran pada setiap penampang tertentu didefinisikan sebagai
total energy pada penampang tersebut dengan mengambil dasar saluran sebagai titik dasar
pengukuran.

Persamaan Energi

- - - -! -Garis
- - - -Energi
-- - - - - _ _ _
---j--______
- - - - - - - - _ _ _Sf_I _ -
Permukaan Air
-i - - -
. . . . -. -. -. -. - . -. -. -. - . -. - . - . -

Garnbar 3.1 Penurunan Persamaan Energi


3.1 Diagram Energi Spesifik
Hubungan antara energy spesifik (E) dengan kedalarnan aliran (y) untuk suatu penampang
saluran dengan debit tertentu akan menggarnbarkan suatu lengkung energi spesifik seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.

. .

Interval aliran

---

Sumber: Chow, Ven Te., 1959. Open-Channel Hydraulics. Mc Graw-Hill.

Gambar 3.1 Diagram Energi Spesifik

Berdasarkan diagram energi spesifik di atas, untuk suatu harga energi spesifik tertentu akan
terdapat dua kemungkinan kedalaman, yaitu:
Taraf rendah (y,) (aliran superkritis).
Taraf tinggi (y2) (aliran subkritis).

Pada saat energi minimum tercapai maka kondisi aliran akan menunjukkan aliran kritis.

3.2 Aliran Kritis


Kedalaman kritis untuk suatu nilai debit tertentu terjadi bila energi yang dicapainya minimun.
Dengan kata lain keadaan kritis terjadi bila y, = y~ = y,.

Tolak ukur lain aliran kritis dari suatu aliran didefinisikan sebagai kondisi dimana Bilangan
Froude = I.

Berdaasrkan persamaan di atas maka kecepatan kritis adalah


Sementara itu Energi Spesifik untuk kondisi aliran kritis

Dengan mensubstitusikan persarnaan (3.3) kedalarn (3.4) akan didapat

Dengan kata lain, energi kritis sarna dengan 1,5 kali kedalamar: kritis.

3.3 Kemiringan Kritis

Dengan menggunakan subscribe "c" untuk menandai parameter geometris di bawah


keadaan aliran kritis, persarnaan Manning dapat ditulis sebagai berikut.

dapat ditulis dalam persarnaan kemiringan kritis sebagai berikut.

3.4 Penggunaan Energi Spesifik


Konsep energi spesifik dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah praktek
yang berkaitan dengan perubahan kecepatan aliran. Perubahan kecepatan dapat
disebabkan oleh berkurangnya lebar saluran atau naiknya dasar saluran.
1) Pengurangan Lebar Saluran
2) Saluran Venturi
3) Naiknya Ketinggian Dasar Saluran
4) Bendung Puncak Lebar
Bab 4
Air Loncat

Air loncat terjadi pada peralihan dari aliran superkritis ke subkritis. Perubahan aliran ini
terjadi antara lain di:
Hilir pelimpah bendung atau bendungan.
Hilir pintu air model sorong (sluice gate).
Peralihan kemiringan dasar saluran dari curam ke landai.
Pada peristiwa air loncat terjadi:
Turbulensi aliran.
Kehilangan energi.
Udara masuk ke air (air entrainment).

Gambar 4.1 Air loncat terjadi pada peralihan dari aliran superkritis ke subkritis

4.1 Kehilangan Energi pada Air Loncat


Air loncat pada hakekatnya adalah turbulensi, dan sebagaimana lajimnya peristiwa turbulen,
terdapat kehilangan energi. Analogi: Turbulensi pada pristiwa gelombang pecah adalah
proses penghancuran energi gelombang di pantai.
Kedalaman air loncat di h u h = kedalaman awal = initial depth = y,.
Kedalaman air loncat di hilir = kedalaman sekuen = sequent depth = y,.
Harap dibedakan dengan kedalaman alternatif = akernate depth = dua kedalaman yang
mungkin terjadi pada energi khas yang sama.
Energi khas di h u h dan hilir air loncat tidak sama. Pada air loncat terjadi kehilangan energi,
sehingga energi khas hilir selalu lebih kecil dari pada energi khas di huh.

Garis energi,

A
Pintu sorongb

Muka air g
2g

Ai

y2 -v2
Dasar saluran

Gambar 4.2 Kehilangan energi pada air loncat.

Kehilangan energi mudah dihitung secara analitis apabila y, dan y2 telah diketahui. Di
bawah ini adalah hasil percobaan yang memperlihatkan bahwa kehilangan energi
merupakan fungsi dari bilangan Froude aliran di h u h (F1), dimana
I"
Fl = bilangan Froude di hulu (pada kedalaman awal yl) = --
&
V, = kecepatan di hulu

Gambar 4.3 Kehilangan energi (relatif) pada lantai horisontal sebagai fungsi dari Fl
(Jain 2001, halaman 303).
4.2 Profil dan Jenis Air Loncat
Air loncat memiliki karakter berbeda bila biiangan Froude-nya berbeda. Berdasarkan nilai F,-
nya, air loncat dibedakan menjadi lima jenis sebagai berikut. Lihat sketsa di bawah.

Tabel 4.1 Tabel Jenis Air Loncat

No Nilai F1 Jenis Air Loncat Keterangan

1 1.0 - 1.7 Undular jump Profil air loncat bergelombang. Penghancuran


enerai kecil.
2 1.7 - 2.5 Weak jump Mulai terbentuk roller. Penghancuran energi kecil.
3 2.5 - 4.5 Oscillatingjump Semburan air berosilasi acak sehingga
menimbulkan gelombang permukaan sampai cukup
jauh di hilir.
4.5 - 9.0 Steady jump Air loncat tabil. Penghancuran energi antara 45%
(F1=4.5) sampai 70% (F1=9.0).
5 > 9.0 Strong jump Permukaan air sangat kasar. Gejolak air loncat
kasar namun efektif dalam menghancurkan energi.
Sumber: Jain 2001, halaman 304.

P
- .- - - P
.-
-- - -

-
F, = 1 - 1.7 Undular lump F, = 1.7 - 2.5 Weak jump
Oscillating jel

-
-
- - -. ... <
.-, ,,.,
-
-/

-
F, = 2.5 4.5 08cillalirq jump F,= 4.5 - 9.0 Sleedy jump

F, ,9.0 Stmng jump

Gambar 4.4 llustrasi jenis air loncat berdasarkan nilai F, (Jain 2001, halaman 304).

Profil air loncat secara ernpiris memiliki bentuk sebagaimana disajikan dalam gambar di
bawah ini, dimana panjang acuan "X" diperoleh secara empiris dalam bentuk Persamaan
(4.2).
Gambar 4.5 Profil air loncat dimana panjang acuan "Xu diberikan oleh Persarnaan 4.2
(Jain 2001, halarnan 305).

4.3 Gaya Khas

Gambar 4.6 Keseimbangan gaya dalam arah horisontal

Berdasarkan gambar di atas'

zc = jarak vertikal dari pusat massa bidang yang ditinjau ke permukaan air.
A = luas bidang yang ditinjau.
PSZc = besarnya tekanan hidrostatis di pusat rnassa bidang yang ditinjau
Recall dari Mekanika Fluida bahwa gaya hidrostatis P dapat diperoleh dengan
rnudah dari perkalian tekanan (pgz,) dan luas (A).
Dibagi dengan pg

uiperkenalkan, gaya khas F

Keseimbangan gaya (persamaan 4.13) menjadi

F, = F,

4.4 Air Loncat pada Saluran Segiempat


Tinjau Persamaan (4.13) untuk saluran segiempat

F = bilangan Froude

F, = bilangan Froude di h u h

F2 = bilangan Froude di hilir

Diperoleh

y j = kedalaman air loncat di h u h = kedalaman awal = initial depth


y2 = kedalaman air loncat di hilir = kedalaman sekuen = sequent depth
4.5 Kehilangan Energi

Sketsa

Gambar 4.7 Kurva y - E dan y - F pada air loncat

Kehilangan energi dihitung sebagai

E = energi khas = y +
29

Kehilangan energi AE dapat dengan mudah dihltung setelah y d m V diperoleh melalui


perhitungan hidrolika. Grafik kehilangan energi di halaman 4.2 diperoleh secara empiris.
Persamaan-persarnaan (4.11) dan (4.12) rnernberikan kehilangan energi secara analitis
(buktikan!).

(Jain 2001, halarnan 302-303)

4.6 Air Loncat Terendam (Submerged Hydraulic Jump)


Persamaan kedalaman sekuen (Persamaan 4.8)

Keadaan hilir air loncat menentukan kondisi air loncat.


Jika kedalarnan aliran di hilir < y2,rnaka air loncat tidak terbentuk.
Air loncat terbentuk sernpurna bila kedalarnan aliran di hilir = y2.
* Jika kedalarnan aliran di hilir > y2, rnaka air terbentuk loncat terendarn
Gambar 4.8 Air Loncat Terendam.

Rao (1963, dari French 1985 halaman 86)

Chow (1959, dari French 1985 halaman 86)


4.7 Panjang Air Loncat

Gambar 4.9 Panjang Air Loncat Terendam

Dalam perencanaan bangunan air, pengetahuan panjang air loncat diperlukan untuk
menentukan panjang ruang olakan. Karena permasalahan fisiknya yang kompleks,
kuantifikasi panjang air loncat tidak dapat diturunkan secara teoretis. Pengetahuan
mengenai ha1 ini diperoleh dari percobaan. Panjang air loncat, L,, didefisikan sebaga jarak
horisontal dihitung dari titik air mulai meioncat sampai dengan suatu titik di hilir roller dimana
permukaan air relatif rnasih stabil. Lihat sketsa di atas. Grafik empiris berikut memberikan
panjang air loncat secara grafis.

Gambar 4.10 Panjang air loncat L, sebagai fungsi dari F, (Jain 2001, halaman 305).

Berikut ini adalah rumus-rumus empiris untuk panjang air loncat, L,, dari literatur.

Saluran Segiempat (Silvester 1964, dari French 1985 halaman 90)


Saluran Umum (Silvester 1964, dari French 1985 halaman 90)

dimana a dan r adalah faktor bentuk yang harus ditentukan melalui percobaan

Saluran Segitiga (Silvester 1964, dari French 1985 halaman 91)

Saluran Parabola (Silvester 1964, dari French 1985 halaman 91)

Saluran Trapesium (Press 1961, Silvester 1964, dari French 1985 halaman 91)

L j =(ay1)(~1-1)'

dimana ay, dan r diberkan dalam tabel di bawah ini.


Tabel 4.2 Nilai ayl dan r untuk berbagai harga ay, dan r
Kemiringan
Perbandingan ~ Y I
Dinding Saluran
WY) (ft )
r
7

4.8 Panjang Air Loncat Terendam

Perhatikan Gambar 4.8.

Panjang air loncat terendam (Rao 1963, dari French 1985 halaman 92)

Faktor bentuk S diberikan oleh persamaan (4.14)


Koefisien Koreksi Energi dan Momentum

V = kecepatan rata-rata
v = kecepatan sebenarnya di tiap titik
A = h a s penampang basah

Tinggi energi, telah diperkenalkan sebelumnya = -


v2
2g

Tinggi energi yang sebenarnya (terdapat faktor koreksi a )


= a -v
2

2g

Momentum yang melalui suatu penarnpang per satuan waktu adalah


= DpQv

Keterangan: Momentum = massa x kecepatan


Massa = p x volume
Volume yang melalui penampang per satuan waktu = Q
Massa yang melalui penampang per satuan waktu = pQ
Momentum yang melalui penarnpang per satuan waktu = pQV

a = koefisien koreksi energi = koefisien Coriolis


p = koefisien koreksi momentum = koefisien Boussinesq

Menghitung a dan P

Pendekatan untuk a dan p (Chow 1959)


Distribusi logaritmik: a = 1 + 3 cZ - 2 c3
D=1+c2
Distribusi linear:

dengan
"M-
E =-
v-l
VM = kecepatan maksimum
V = kecepatan rata-rata

Dist ri bus;
kecepatan

Gambar 4.11 Distribusi kecepatan v.


Spwlic-enel;; ."we Hydraulic jump Specific- force curve
FIO.3-4. Hydraulic j u m p intcrprctcd by specific-caergy and specific-force curvra.

Sumber: Ven Te Chow, 1959


Garnbar 4.12 Sketsa Energi Khas, Air Loncat, dan Gaya Khas.

Keteranaan

vZ
Energi Khas = E = y + - Q
2
Gaya Khas = F = - + =,A
29 ,.aA
dimana
Y
- kedalaman aliran.
v - kecepatan rata-rata.
A = has penampang basah.
Q -
- debit.
9 - gravitasi.
zc = jarak vertikal dari pusat massa penampang basah ke permukaan air.
Gradually Varied Flow (GVF)

GVF = Gradually Varied Flow


= aliran yang kedalamannya bewariasi dalarn arah memanjang saluran
. SVF =
=
Spatially Varied Flow
aliran yang debitnya bewariasi dalarn arah memanjang saluran

5.1 Lereng Kedalaman Aliran

.
z z-
...................................................................................................
Dasar ,ahran
Datum

Gambar 5.1 Sketsa Lereng Kedalaman Aliran

Mulai dengan pernyataan energi total pada suatu penampang


v*
H =- + y + z = tinggi kecepatan + kedalaman aliran + tinggi tempat (5.1)
-
2.e
(Ingat bahwa persamaan di atas diturunkan dari persamaan Bernoulli untuk aliran
dalam saluran terbuka)
H = energi total
V = kecepatan rata-rata
y = kedalaman aliran
z = tinggi ternpat (dari dasar ke datum)
Definisikan
- Lereng garis energi (total) dalam arah rnemanjang saluran
Lereng dasar saluran dalam arah memanjang saluran
dz
- = -so
dx

Lereng tinggi kecepatan diperlakukan khusus

Bila debit Q konstan, diperoleh

F=-- v - bilangan Froude=


4s

Gambar 5.2 Sketsa T.

Dari persamaan (5.1)


-dH
=-
dx
d [v')
-
dx 2g
;; ;;
+-+-

Subsitusi persamaan (5.2), (5.3), dan (5.4) memberikan


dy dy
-Sf =-F 2 -+--So
dx dx
5.2 Klasifikasi GVF (Debit Konstan, Kedalaman Bervariasi)

Rumus Manning

Pada aliran seragarn, lereng garis energi sejajar dengan lereng dasar saluran
S, = S o (5.8)

Maka d a ~ aditulis
t

Dari persarnaan (5.4) dapat dideduksi


F x-
Q ~ T
gA3

Persarnaan (5.6) menjadi

lngat definisi aliran seragam dan aliran kritis.


Pada aliran seragam Y = YN
Maka Bila y > y,
Bila y < y,
Pada aliran kritis Y = Yc
Maka Bila y > y,
Bila y < y,

Berdasarkan ketidaksarnaan di atas, dibedakan tiga zona aliran, ditandai nomor 1, 2,


dan 3.
Tabel 5.1 Tiga Zona GVF (Gradually Varied Flow)

Parameter Zona 1 Zona 2 Zona 3

. .---.-,..-.. , ,..,-..
Y> Yc b) Yc'Y>YN YCYc
Lereng Energi a) sf > s o
sf < S O sf > SO
b) Sf <So
a) F <I
Bilangan Froude F <I F >I
b) F > 1
Lereng Perrnukaan Air dy > -dy < 0 dy
-> 0
(lihat pers Z.6) dx dx dx

Penjelasan tarnbahan pada Lampiran C


5.3 Perhitungan GVF untuk Saluran Prismatik (Step Method)

Penampang melintang seragam.


Kemiringan dasar aluran Sotetap.

Energi khas

Dari persamaan (1)

Dinyatakan dalam bentuk selisih hingga

Selanjutnya

Bentuk Alternatif

Energi khas

Turunannya terhadap y

(ingat persamaan 5.5 dan sketsa T)


Dalam bentuk selisih hingga
-AE
=I-F2
AY
AE = ay(l- F2)

Dari persamaan (5.14)

Digabungkan dengan persamaan (5.17) diperoleh


Contoh Soal

Sketsa:

Kondisi hilir = terjun bebas (free overfall)


Debit Q = 28 m3/s = 1000 cfs
Kemiringan dasar saluran So = 0,001
Koefisien Manning n = 0,025
Saluran prismatis trapesium
Kemiringan dinding saluran 1:z = 1.2
Lebar dasar b =6,lm =20ft
m:Hitung profil aliran!
Langkah perhitungan:
I
I 1) Hitung kedalarnan di kedua syarat batas (hilir dan huh)
2) Mulai dari lokasi yang diketahui posisinya (jadikan x=O) dan
kedalamannya (y). Dalam ha1 ini dari hilir ke huh. Kedalaman di x=O
sudah dihitung di langkah sebelumnya.
3) Tentukan y di terminal berikutnya (ke arah hulu). Makin kecil Ay, makin
teliti, namun volume perhitungan makin banyak.
1 4) Hitung semua besaran yang diperlukan di x=O dan di terminal berikutnya.
5) Sebagai besaran ruas, rata-ratakan besaran di kedua terminal (= ujung
ruas).
6) Hitung Ax. Temukan posisi x dari terminal berikutnya tadi.
7) Mulai dari terminal yang baru ditemukan, ulangi langkah (2) s.d. (6) ke
hulu untuk menemukan terminal berikutnya.
Gradually Varied Flow (GVF)

Pelimpah = spillway = bangunan untuk melimpahkan air


. Dipilah berdasarkan posisinya terhadap aliran, Pelimpah dibedakan menjadi
a) Pelimpah Biasa, posisi pelimpah tegaklurus aliran.
b) Pelimpah Samping (Lateral), posisi pelimpah sejajar aliran. Tidak dibahas di sini

6.1 Bentuk Pelimpah

Agar dapat melimpahkan air selancar mungkin, bentuk pelimbah dibuat se-streamline
(mengikuti garis arus) mungkin. Pendekatan yang lajirn dilakukan adalah mengikuti gerak
peluru sebagaimana digambarkan pada Gambar 6.1. Gambar 6.2 menunjukan berbagai
bentuk pelimpah yang dibakukan oleh WES (Waterway Experiment Station, organ US Army

Energy line
--- 'I---

Corps of Engineers, Chow 1959, halaman 365)

Gambar 6.1 Pendekatan gerak peluru untuk menentukan bentuk pelimpah


[Chow 1959, h.360.l

6.2 Debit diatas Pelimpah


Masalah utama hidrolika dengan pelimpah adalah rnenghitung muka air di atas pelimpah.
Uraian berikut disadur dari Chow (1959) dan ASCE (1995). Sebagai sketsa definisi dapat
digunakan Gambar 6.2, dirnana
kedalaman aliran di atas pelimpah

head total aliran di atas pelimpah


kedalaman aliran di atas pelimpah + tinggi kecepatan hampiran
kecepatan hampiran = kecepatan aliran yang mendekati pelimpah dari h u h
percepatan gravitasi

Aliran di atas pelimpah merupakan aliran kritis. Sebagaimana telah dibahas dalam topik
sebelumnya, hubungan antara debit dan kedalaman aliran kritis dapat ditentukan tanpa
mem~erhitunakankondisi saluran.

*
'. ''crest oxir
Sefback

Gambar 6.2 Pelimpah model USArmy WES. [Chow 1959, halaman 365.1

Untuk pelimpah telah ditemukan hubungan empiris sebagai berikut

dimana

Q = debit yang mengalir diatas pelimpah


L = lebar efektif pelimpah
C = koefisien aliran
He = head total (sudah dijelaskan sebelumnya)
Tiap variabel akan dibahas dalam subbab selanjutnya

6.3 Lebar Efektif Pelimpah


Bentang pelimpah biasanya "diganggu" oleh pilar-pilar jembatan. Jembatan di atas pel~mpah
digunakan untuk keperluan transportasi dan inspeksi.

Hilir Pelimpah

Dinding Dinding

Kiri Kanan

Lo
If Bentang aktual I'
Hulu Pelimpah

Garnbar 6.3 Sketsa bentang pelimpah dengan pilar-pilar.

Untuk menghitung lebar efektif pelimpah, L, dilakukan tinjauan bentang per bentang karena
bentang yang berbeda barangkali memiliki karakter pilar yang berbeda. Hubungan antara
lebar efektif pelimpah (L) dan bentang pelimpah aktual (Lo) dinyatakan oleh Persamaan
(6.3).

dimana

Lo = lebar efentif pelimpah (per bentang)


K = koefisien kontraksi
N = jumlah kontraksi dalam bentang yang ditinjau
H, = head total (sudah dijelaskan sebelumnya)

Pengertian jumlah kontraksi, N, adalah sebagai berikut.


N = 2 untuk bentang yang dibatasi oleh pilar di kiri dan kanan.
N = 1 untuk bentang yang dibatasi oleh pilar di satu sisi dan dinding lurus di sisi
lain.
N = 0 untuk bentang yang dibatasi dinding lurus di kedua sisinya (tidak ada pilar
dalam bentang).

Mengenai koefisien kontraksi, K, secara kasar diberikan angka-angka dalam Tabel 6.1.
Sketsa bentuk pilar dapat dilihat pada Gambar 6.4. lnformasi lebih rinci dapat dibaca pada
Chow (1959) hal. 370-377.
Tabel 6.1 Perkiraan Nilai Koefisien Kontraksi, K, dalam Persamaan (6.3)

No Bentuk Pilar Nilai K

1 Gemuk, Tumpul 0,1


2 Bulat 0,035
3 Kurus, Taiam 0,04

Sumber: Chow 1959, halaman 374.

(a) Pilar gemuk, tumpul (b) Pilar bulat (c) Pilar kurus, tajam

Gambar 6.4 Sketsa bentuk pilar (denah).

6.4 Koefisien Aliran


Pada hakekatnya Persamaan (6.3) adalah persamaan empiris. Persamaan empiris selalu
melibatkan koefisien empiris. Koefisien empiris pada Persamaan (6.3) adalah koefisien
aliran, C, dan koefisien kontraksi, K. Koefisien kontraksi telah dibahas dalam subbab
sebelumnya. Kini dibahas adalah koefisien aliran, C.
Terlebih dahulu dibedakan dua macam pelimpah berdasarkan tinggi relatifnya. Sebagaimana
dibahas di subbab (6.2), head total diatas pelimpah (He) adalah jumlah dari kedalaman aliran
diatas pelimpah (Hd) dan tinggi kecepatan hampiran (H,). Lihat Persamaan (6.1). Makin tingi
pelimpah, makin rendah kecepatan hampiran (v,) dan tinggi kecepatannya (H,). Didefinisikan
tinggi relatif pelimpah oleh Persamaan (6.4).

h
Tinggi Relatif Pelimpah = r = -
Hd

dimana

h = jarak vertikal dari lantai h u h sampai dengan puncak pelimpah


(lihat Gambar 6.6)
Hd = kedalaman aliran di atas pelimpah (telah diterangkan sebelumnya)

Klasifikasi pelimpah berdasarkan tinggi relatifnya diberikan oleh Tabel 6.2.


Tabel 6.2 Klasifikasi Pelirnpah Berdasarkan Tinggi Relatifnya
I
11
No Tinggi Relatif r =- Jenis Pelirnpah Sifat
Hd
1 r > 1,33 Pelirnpah Tinggi Ha dalarn Persarnaan (1) diabaikan.
Nilai koefisien aliran C = 4.03 dalam sistem
-
-
satuan USCS (feet - slug -second).
2 r < 1,33 Pelimpah Rendah Ha dalam Persarnaan (1) tidak dapat
diabaikan dan berpengaruh pada nilai
-
-
koefisien aliran C.
Surnber: Chow 1959. halarnan 366.

Aliran

(a) Vertikal (b) 3 on 3 (d) 3 on 1


Gambar 6.5 Pengertian kemiringan sisi h u h pelirnpah.

Nilai koefisien aliran C untuk Pelirnpah Rendah diperoleh dari grafik ernpiris. Malangnya,
karena koefisien aliran C tidak dimensionless dan grafik empiris diperoleh dari literatur
Amerika, maka perhitungan rnenggunakan grafik ernpiris terpaksa dilakukan dalam sistern
satuan USCS (United States Customary Unit, feet - slug - second). Untuk mengingatkan,
persarnan konversi dari USCS k e SI (Sistem lnternasional) adalah sebagai berikut.

1 feet = 0,3048 m
1 slug = 14,594 k q -
g = 9,81 m/s - 32,18ft/s2
1 newton= 4,4482 lb force

Grafik ernpiris diberikan oleh tiga garnbar yang diuraikan dalam Tabel 6.3.
Tabel 6.3 Grafik Empiris untuk Menentukan Koefisien Aliran, C, dalam Persamaan (2)

No No. Gambar Sumber Uraian

1 Gambar 6 Chow 1959, h. 366 Untuk semua kasus.


2 Gambar 7 ASCE 1995, h. 26 Untuk pelimpah dengan kemiringan sisi hulu 1:1 atau
"3 on 3".
3 Gambar 8 ASCE 1995, h. 27 Untuk pelimpah dengan sisi hulu vertikal.
Catatan Penting: Angka-angka pada grafik mengacu kepada sistem satuan USCS.

Pengertian "kemiringan sisi hulu" dapat dilihat pada Gambar 6.2 dan Gambar 6.5.
Kemiringan "3 on 2 artinya perbandingan vertikal : horisontal = V : H = 3:2.

C/Cd in which Cd ~4.03

Gambar 6.5 Grafik untuk menentukan koefisien aliran C. [Chow 1959, halaman 366.1
DISCHAROE COEFFICIENT
VERSUS PlHd

Gambar 6.7 Grafik untuk menentukan koefisien aliran C untuk kemiringan hulu
~ e l i r n ~ a1:l.
h
'[ASCE 1995, halarnan 261
Catatan: P dalam gambar ini = h = jarak vertikal dari lantai huh
sampai dengan puncak pelimpah (lihat Gambar 6.6).
Gambar 6.8 Grafik untuk menentukan koefisien aliran C untuk h u h pelimpah
vertikal.
[ASCE 1995, halaman 271
Catatan: P dalam gambar ini = h = jarak vertikal dari lantai hulu
sampai dengan puncak pelimpah (lihat Gambar 6.8).
6.5 Prosedur Perhitungan Aliran diatas Pelimpah

Dalam persoalan praktis, debit yang akan melirnpah sudah diketahui. Maka, rnasalah "Aliran
diatas Pelimpah" sebenarnya adalah menghitung kedalaman aliran diatas pelirnpah, Hd.
Direkarnendasikan prosedur perhitungan sebagai berikut.

I) Debit pelimpah Q dan geometri pelimpah diketahui.


2 ) Konversikan sernua besaran kedalam sistern satuan USCS.
3) Mengacu kepada Persarnaan (6.3) dan geometri pelirnpah, tetapkan nilai N dan K
4) Karena Pelirnpah Tinggi lebih rnudah perhitungannya, buat anggapan pelirnpahnya
tinggi sehingga nilai C = Cd= 4,03 dan H, = Hd.
5) Karena debit Q diketahui, H, pada prinsipnya dapat dihitung rnenggunakan
Persamaan (6.2) dan (6.3). Diingatkan bahwa perhitungannya tidak straightforward.
Gunakan aka1 Anda untuk mengombinasikan Persarnaan (6.2) dan (6.3) guna
rnendapatkan H,.
6) Karena asurnsi Pelimpah Tinggi, maka Hd= He, dan kecepatan hampiran, v., dapat
dihitung.
7) Berdasarkan hasil perhitungan v,, hitung H, yang sesungguhnya
8) Uji asurnsi Pelirnpah Tinggi.
> Kalau asurnsi Pelimpah Tinggi terbukti, berarti perhitungan yang dilakukan
telah benar, dan Hdsudah didapatkan.
> Kalau asurnsi Pelimpah Tinggi tidak terbukti, maka perhitungan direvisi
dengan nilai koefisien aliran C dicari dari Gambar 6.6, 6.7, atau 6.8.

Kembangkan dan latih diri Anda menghitung Pelimpah Rendah.

6.6 Aliran di Hilir Pelimpah

Sudah pernah dibahas bahwa di hilir sebuah pelimpah terbentuk air loncat karena rejim
aliran beralih dari superkritis menjadi subkritis. Perhitungan air loncat sudah dibahas dalam
topik sebelumnya. Aliran apa yang terjadi di hilir pelirnpah tepat sebelum air loncat? Aliran
tersebut adalah aliran superkritis sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 6.9. Untuk
rnenghitung karakter aliran ini, dilakukan analisis sebagai berikut.

1) Diketahui debit Q, yaitu debit pelirnpah.


2) "Anu" yang tidak diketahui (rnengacu ke skesta pada Gambar 6.9):
kedalarnan aliran y,
kecepatan aliran v ,

-
3) Terdapat dua persarnaan yang berlaku:
persarnaan kekekalan massa
persamaan Bernoulli
4) Maka dua "anus pada butir (2) dapat dihitung.
!! Kembangkan dan latih diri Anda rnenghitung aliran superkritis di hilir pelimpah tepat
sebelum air loncat.
Gambar 6.9 Sketsa aliran di hilir pelimpah.
Tabel Koefisien Kekasaran Manning, n
French, Richard H., 1985. Open Channel Hydraulics. McGraw-Hill

TABLE 4.8 V a l u e s of t h e roughness of coefticient n (Chow, 1959)


Tvne of channel and d e s c r i ~ t i o n Minimum Normal Maximum
A. Closed conduits flowing
partly full
A-1. Metal
a. Brass, smooth
b. Steel
1. Lockbar and welded
2. Riveted and spiral
c. Cast iron
1. Coated
2. Uncoated
d. Wrought iron
1. Black
2. Galvanized
e. Corrugated metal
1. Subdrain
2. Storm drain
A-2. Nonmetal
a. Lucite
b. Glass
c. Cement
1. Neat, surface
2. Mortar
d. Concrete
1. Culvert, straight and
free of debris
2. Culvert with bends,
connections, and
some debris
3. Finished
4. Sewer and manholes.
inlet, etc., straight
5. Unfinished, steel
form
6. Unfinished, smooth
wood form
7. Unfinished, rough
wood form
e. Wood
1. Stave
2. Laminated, treated
f. Clay
1. Common drainage
tile
Tabel Koefisien Mekasaran Manning, n
French, Richard H., 1985. Open Channel Hydraulics. McGraw-Hill

TABLE 4.8 Values of the roughness of coefficient n (Chow, 1969)(Continued)


Type of channel and desoription Minimum Normal Maximum
2. Vitrified sewer 0.011 0.014 0.017
3. Vitrified sewer with
manholes, inlet, etc. 0.013 0.015 0.017
4. Vitrified subdrain
with open joint 0.014 0.016 0.01.8
g. Brickwork
1. Glazed 0.011 0.013 0.015
2. Lined with cement
mortar 0.012 0.015 0.017
h. Sanitary sewers coated
with sewage slimes,
with bends and
connections
i. Paved invert, sewer,
smooth bottom
j. Rubble masonry,
cemented

B. Lined or built-up channels


B-1. Metal
a. Smooth steel surface
1. Unpainted
2. Painted
b. Corrugated
B-2. Nonmetal
a. Cement
1. Neat, surface
2. Mortar
h. Wood
1. Planed, untreated
2. Planed, creosoted
3. Unplaned
4. Plank with battens
5. Lined with roofing
paper
c. Concrete
1. Trowel finish
2. Float finish
3. Finished, with gravel
on bottom
4. Unfinished
5. Cunite, good section
6. Gunite, wavy section
Tabel Koefisien Kekasaran Manning, n
French, Richard H., 1985. Open Channel Hydraulics. McGraw-Hill

Type of channel and description Minimum Normal Meximum


7. On good excavated
rock 0.017 0.020
8. On irregular
excavated rock 0.022 0.027
d. Concrete bottom Boat
finished with sides of '
1. Dressed atone in
mortar 0.015 0.017
1. Random stone in
mortar 0.017 0.020
3. Cement rubble
masonry, plastered 0.016 0.020
4. Cement rubble
masonry 0.020 0.025
5. Dry rubble or riprap 0.020 0.030
e. Gravel bottom with
sides of
1. Formed concrete 0.017 0.020
2. Random stone in
mortar 0.020 0.023
3. Dry rubble or riprap 0.023 0.033
f. Brick
1. Glazed
2. In cement mortar
0.011
0.012
-
0.013
0.015
-
g. - o w
1. Cemented rubble 0.017 0.025
2. Dry rubble 0.023 0.032
h. Dressed ashlar 0.013 0.016
i. Asphalt
1. Smooth 0.013 0.013
j. Vegetal lining 0.030

C. Excavated or dredged
a. Earth, straight and
uniform
1. Clean, recently
completed
2. Clean, after
weathering
3. Gravel. uniform
section, dean
4. With short grass, few
weeds
Tabel Koefisien Kekasaran Manning, n
French,Richard H., 1985. Open Channel Hydraulics. McGraw-Hill

TABLE4.8 V a l u e s of t h e r o u g h n e s s of coeffreient n (Chow, 1959)(Conlinued)

Type of channel and description Minimum Normal Maximum


h. Earth winding and
sluggish
1. No vegetation
2. Grass, some weeds
3. Dense weeds or
aquatie plants in
deep channels
4. Earth bottom and
rubble sides
5. Stony bottom and
weedy banks
6. Cobhle bottom and
clean sides
c. Dragline-excavated or
dredged
1. No vegetation
2. Light brush on
hanks
d. Rock cuts
1. Smooth and uniform
2. Jagged and irregular
e . Channels not
maintained, weeds and
brush uncut
1. Dense weeds, high as
flow depth
2. Clean bottom, brush
on sides
3. Same, highest stage
of flow
4. Dense brush, high
stage

D. Natural streams
D-1. Minor streams (top width
a t flood stage < 100 ft)
a. Streams on plain
1. Clean, straight, full
stage, no rifts or
deep pools
2. Same aa above, hut
more stones and
weeds
Tabel Koefisien Kekasaran Manning, n
French, Richard H., 1985. Open Channel Hydraulics. McGraw-Hill

Type of channel and description Minimum Normal Maximum


3. Clean, winding, some
pools and shoals 0.033 0.040 0.045
4. Same as above, but
some weeds and
stones 0.035 0.045 0.050
5. Same as above, lower .
stages, more
ineffective slopes and
sections 0.040
6. Same as no. 4, more
stones 0.045
7. Sluggish reaches,
weedy, deep pools 0.050
8. Very weedy, reaches,
deep pools, or
floodways with heavy
stand of ttrnber and
underbrush
Mountain streams, no
vegetation in channel
banks usually steep,
trees and brush along
banks submerged a t
high stages
1. Bottom: gravels,
cobbles, and few
boulders 0.030
2. Bottom: cobbles with
large boulders 0.040
D-2. Flood plains
a. Pasture, no brush
1. Short grass
2. High grass
b. Cultivated areas
1. No crop
2. Mature row crops
3. Mature field crops
c. Brush
1. Scattered brush,
heavy weeds
2. Light brush and
trees, in winter
Tabel Koefisien Kekasaran Manning, I?
French, Richard H., 1985. Open Channel Hydraulics. McGraw-Hill

TABLE 4.8 V a l u e s of t h e r o u g h n e s s of coefficient n (Chow. 1 0 5 9 ) ( C o n t i n u e d )

T y p e of channel and description Minimum Normal Maximum


3. Light brush and
trees, in summer , 0.040 0.060 0.080
4. Medium to dense
brush, in winter 0.045 0.070 0.110
5. Medium to dense
brush, in summer 0.070 0.100 0.160
d. Trees
1. Dense willows,
summer, straight 0.110 0.150 0.200
2. Cleared land with
tree stumps, no
sprouts 0.030 0.040 0.050
3. Same as above, but .
with heavy growth of
sprouts 0.050 0.060 0.080
4. Heav?. stand of
timber, a few down
trees, little
undergrowth, flood
stage below branches 0.080
5. Same as above, but
with flood stage
reaching branches 0.100
D-3. Major streams (top width
a t flood stage > 100 ft);
the n value is less than
that for minor streams of
similar description
because banks offer less
, effective resistance
a. Regular section with no
boulders or brush 0.025 0.060
b. Irregular and rough
section 0.035 0.100
NOTE: Values underlined are recommended for design.

P h o l o g r a p h l c M e t h o d It is t h e belief of t h e U.S. Geological Survey t h a t pho-


tographs of c h a n n e l s of known resistance together with a summary of t h e geo-
metric and hydraulic parameters which define t h e channel for a specified flow
rate c a n be useful i n estimating t h e resistance coefficient (Barnes, 1967.) It
Tabel untuk Memperkirakan Kedalaman Normal
Jain, Subash C., 2001. Open-Channel Flow. John Wiley & Sons.

APPENDIX B

DESIGN CHARTS FOR NORMAL DEPTH

Table B-1. Normal Depth in Trapezoidal Channels

(continued)
Tabel untuk Memperkirakan Kedalaman Normal
Jain, Subash C., 2001. Open-Channel Flow. John Wiley & Sons.

DESIGN CHARTS FOR NORMAL DEPTH

Table B-1. Continued

Table B-2. Normal Depth in Circular Channels


Grafik untuk Memperkirakan Kedalaman Normal
Chow, Ven T., 1959. Open-Channel Flow. John Wiley & Sons.

A = luas penampang basah, R = jari-jari hidrolis


Grafik untuk Memperkirakan Kedalaman Kritis
Chow, Ven T., 1959. Open-Channel Flow. John Wiley & Sons.
Tiga Zona GVF (Gradually Varied Flow)

Parameter Zona 1 Zona 2 Zona 3

Kedalaman Aliran Y > YN a) YN>Y>Yc Y < YN


Y>Yc , b) Yc > Y > YN Y'Yc
Lereng Energi sf <SO
a) sf > s o sf >SO
b) Sf < S o
Bilangan Froude F <I a) F<1
F >I

Lereng Permukaan Air


*)
1 b)
t.0
F>1

*) Disimpulkan dari persamaan - So--Sf


dy = - --
dx 1-F2
y = kedalaman aliran yang terjadi
y~ = kedalaman aliran seragam
y, = kedalaman kritis
dH
Sf = lereng garis energi dalam arah memanjang =--
dx
So= lereng dasar aliran dalam arah memanjang =--
dz
dx
H = energi total aliran = z + y +-v
2

2g
V = kecepatan rata-rata
z = ketinggian dasar saluran dari diukur dari datum
x = koordinat memanjang, positif ke hilir
F = bilangan Froude = --
v
G
A
D = kedalaman hidrolis =-
T
A = luas penampang basah
T = lebar aliran di permukaan
g = percepatan gravitasi
Profil Aliran GVF (Gradually Varied Flow) pada Saluran Prismatis (Ven Te Chow 1959)

None

.--.-.-.-
I
I Designation I Relation of u to US nnd ue
Jeneral type -rypeof now
Yc

slope of curve

I None 1 ! / Y>Y. > YC None


--
/ None

~ ~ a ~ d u IwL E
nritica~
-. ~~

~sekwator Subcritical

~ ~ s w d o w nSubcritical

Backwater Supercritical
-
Baokwntcr Subcritical
--

Critical I channel
So=Sr>O) bottom
'
I
Backwater Supercritical
-
Backwater Subcritical
I
Steep Drawdown Supercritical
-

Backwater SupercriLieal
-- ----

I
None 1
I
I/ > (~"1' > u. None None

Adverse
So < 0
I I A2
I

-
,
(urn)' > u > Yc
--
Drawdown
------
Subcritical None

1-Il ) A3 (u.1. > Y. >Y

* y n in parentheses is aeeumed a positive value.


Profil Aliran GVF (Gradually Varied Flow) pada Saluran Prismatis (French 1959)

Profile designation Relative


Channel Zone Zone Zone relation of y Type of
slope 1 2 3 to y ~ a n y.
d curve Type of flow
Mild M1 y > y~ > ye Backwater Subcritical
0 < So < S, M2 YN > y > yc Drawdown Subcritical
M3 y , > y, > y Backwater Supercritical

Critical C1 y > y, = y~ Backwater Subcritical


S , = S, > 0 C2 y, = y = y , Parallel to Uniform-critical
channel
bottom
C3 y, = y~ >y Backwater Supercritical

Steep St y > y, > y, Backwater Subcritical


S" > S, > 0
S2 y, > y > y~ Drawdown Supercritical
S3 y, > YN > y Backwater Supercritical
Horizontal None
S, = 0 H2 y, > y > y, Drawdown Subcritical
H3 y~ > Y, > y Backwater Supercritical
Adverse None
S, < 0 A2 yk > Y > yC Drawdown Subcritical
A3 Y$ > YC > Y Backwater Supercritical
'Assumed a positive value.
Contoh Penyelesaian Soal GVF pada Saluran Prismatis
Debit Q = 28 m31s = 1000 cfs Kemiringan dasar saluran So = 0,001 Lebar dasar b = 6,l m = 20 ft Kondisi hilir = terjun bebas
Saluran Prismatik trapesium Kemiringan dasar saluran 1:z = 1 2 Koefisien Manning n = 0,025 (free overfall)

Anda mungkin juga menyukai