Anda di halaman 1dari 32

REKAYASA DAN

PENGELOLAAN
INFRASTRUKTUR IRIGASI

Dr. Ir. Suardi Natasaputra, M.Eng


PRINSIP DASAR HIDROLIKA
Prinsip Dasar Aliran
 Jenis aliran: (i) aliran terbuka, dan (ii) aliran pipa
 Pada aliran saluran terbuka, permukaan air harus bebas (free
surface) sehingga tekanannya selalu sama dengan tekanan
atmosfir. Hydraulic grade line berimpit dg muka air.
 Pada aliran pipa, seluruh penampang pipa akan terisi air
sehingga tidak langsung dipengaruhi tekanan udara aliran
tertutup.
 Tipe aliran
 Aliran laminar dan turbulen
 Aliran tetap dan tidak tetap [steady dan unsteady flows]
 Aliran seragam [uniform] dan tidak seragam [non-
uniform flow]
Aliran Pipa
2
Jumlah Energi dalam aliran : 𝐻 = 𝑍 + 𝑌 + 𝑉 + 𝐻 𝑓
2𝑔
Aliran terbuka: 2
𝑉
Jumlah energi dalam aliran: 𝐻 = 𝑍 + 𝑌 + +𝐻𝑓
2𝑔
Persamaan Bernouli
 Dengan mengabaikan energi dalam bentuk panas dan bunyi pada suatu
aliran, maka energi per satuan volume yang mempengaruhi setiap partikel
air adalah :
1
•Energi kinetik : . .V 2
2
•Energi potensial :gZ
•Energi tekanan :P

 Dalam suatu gerakan partikel pada interval waktu t dari : titik 1 ke titik 2
(lihat gambar) sepanjang garis arus (streamlines) dianggap tidak ada
kehilangan energi akibat gesekan (friction) sehingga :

Persamaan Bernouli
Aliran laminar dan turbulen
 Pada aliran laminer, tiap partikel air bergerak mengikuti garis
arus secara paralel tanpa terjadi perpotongan (intersection).
Pada saluran lurus, garis arus akan lurus dan sejajar,
sedangkan pada saluran kurva atau saluran tidak beraturan,
garis arus mengikuti sesuai bentuk saluran tanpa terjadi saling
berpotongan.
 Sebaliknya pada aliran turbulen, partikel bergerak tidak
beraturan dan saling berpotongan.
 Secara hidrolis aliran laminer dan turbulen ditentukan oleh
besarnya bilangan Reynold (tidak berdimensi).
 Aliran laminer apabila bilangan Reynold RE ≤ 2000, dan aliran
akan turbulen apabila bilangan Reynold, RE > 2000.
Bilangan Reynold
 Bilangan Reynold merupakan fungsi dari viskositas (µ ),
kerapatan massa (ρ), kecepatan aliran (V) dan diameter pipa
atau kedalaman aliran (D).

 Reynold Number :

DV
 Dengan, maka Reynold Number: RE 

 Keterangan: ν = viskositas kinematic [m2/s]; µ = dynamic


viscosity [N sec/m2 ]; ρ = kerapatan massa [ kg/m3]
 Untuk penampang pipa yg bukan lingkaran:

A = luas basah; P = keliling basah


Aliran tetap dan tidak tetap

 Aliran tetap (Steady flow) terjadi apabila di setiap penampang


aliran, kecepatan sebagai fungsi dari waktu adalah tetap,
meskipun besarnya antara penampang satu dengan yang lain
mungkin tidak sama.
 Dalam bentuk matematik, v/t = 0. Hal ini menyebabkan
variabel lainnya juga tetap terhadap waktu, seperti h/t = 0,
Q/t = 0, dan p/t = 0.
 Pada aliran tidak tetap (Unsteady flow), kecepatan aliran sebagai
fungsi dari waktu adalah selalu berubah (v/t  0). Analisa
hidrolis untuk aliran tidak tetap adalah lebih kompleks
dibanding dengan aliran tetap. Banjir dan gelombang (ombak)
adalah contoh-contoh dari aliran tidak tetap.
 Saluran irigasi pada umumnya direncana untuk aliran tetap.
Aliran seragam dan tidak seragam

 Pada aliran seragam, kecepatan aliran di setiap penampang


adalah tetap (v/t = 0). Variabel lainnya seperti kedalaman,
tekanan dan debit, juga tidak berubah (h/s = 0, p/s = 0, dan
Q/s = 0), sehingga pada aliran terbuka atau free surface,
aliran seragam akan merupakan aliran tetap (steady).

 Aliran tidak seragam terjadi apabila kecepatan rata-rata aliran


berubah (v/s  0). Hal ini dapat terjadi karena perubahan profil
atau karena perubahan material saluran. Pada bagian transisi
dari bangunan-bangunan irigasi biasanya akan terjadi aliran
tidak seragam.
Perencanaan Saluran Irigasi
 Maksud daripada perencanaan saluran pada dasarnya adalah untuk
menentukan parameter-parameternya sesuai dengan batasan teknis dan
ekonomis yang ada.
 Data yang diperlukan dalam perencanaan saluran pada umumnya adalah :

1. Data topografi hasil pengukuran teristris yang meliputi,

 Peta situasi skala 1 : 5000, dilengkapi garis-garis kontur dan titik-titik tetap seperti
control point (CP) dan bencmark (BM).

 Peta situasi trase skala 1 : 2000, dilengkapi garis-garis kontur,

 Profil memanjang saluran, skala horizontal 1 : 2000 dan skala vertikal 1 : 100 atau
1 : 200.

 Profil melintang saluran, skala 1 : 200 atau 1 : 100, untuk setiap jarak 50 m pada
saluran lurus dan 25 m untuk belokan.
Perencanaan Saluran Irigasi

1. Data Geologi teknik dan Mekanika Tanah hasil penyelidikan


lapangan dan laboratorium, meliputi :

 Stratigrafi batuan dasar dan tingkat kelulusan air sepanjang trase saluran,
didapat dari hasil penyelidikan dengan bor inti/bor tangan sampai
kedalaman dibawah rencana dasar saluran.

 Karakteristik dan sifat-sifat tanah dan batuan dasar, hasil test laboratorium
dari contoh-contoh tanah baik contoh tidak terganggu (undisturbed) atau
contoh terganggu (disturbed samples).

 Data geologi teknik dan mekanika tanah juga diperlukan pada tanah bahan
timbunan, terutama untuk perencanaan stabilitas saluran diatas timbunan.
Kapasitas Rencana Saluran
 Kapasitas Rencana harus diperhitungkan terhadap kebutuhan air
maksimum (peak demand) dengan memperhitungkan faktor kehilangan
(losses).
 Pada irigasi genangan ( untuk mengairi padi sawah ), debit rencana
saluran dihitung dengan rumus (KP-03, Kriteria Perencanaan Saluran,
1986):

 Keterangan:
 Q : debit rencana [m3/s]
 C : Koefisien golongan ( tanpa golongan, C = 1 )

 NFR : Kebutuhan air netto di sawah [ lt/dt/Ha ]

 A : Luas areal irigasi [ Ha ]

 e : Efisiensi irgasi
Perencanaan Hidrolis Saluran
 Perencanaan hidrolis dilakukan untuk menghitung
dan menetapkan parameter bebas dengan
menggunakan rumus-rumus hidrolis.
 Dua konsep dasar prosedur penetapan rumus
hidrolis, yaitu :
 Rumus hidrolis dikembangkan berdasarkan data hasil
observasi / penelitian langsung di lapangan (rumus
empiris)  disebut metode Regime Theory.
 Rumus hidrolis dikembangkan melalui pendekatan
Hydrodynamic dengan menggunakan hukum-hukum
fisika dan konsep dasar aliran  metode
Hydrodynamic.
Regime Theory
 Robert Gregg Kennedy mengusulkan suatu
persamaan empiris hubungan antara kecepatan
aliran,V dengan kedalaman aliran, y, dengan rumus
dasar (Withers, 1980) :
 Dari data hasil observasi lapangan, Kennedy
kemudian merumuskan persamaan:

V = kecepatan aliran [m/s]; y = kedalaman air [m]


Faktor exponen, n = 1.56, berlaku di setiap saluran yang membawa
sedimen silt, tetapi koefisien K = 2.54 ternyata berbeda dengan ditempat
lain. Seperti pada saluran irigasi di Sind-India, didapat harga K = 3.98 dan di
Thailand didapat harga K = 4.93.
Regime Theory
 Joris Haringhuizen melakukan penelitian di Jawa-Indonesia, dan mendapat-
kan hubungan yang serupa antara , y, dan V. Beliau menemukan bahwa
untuk daerah berbukit (hilly area) ternyata rumus Kennedy adalah valid.
Tetapi untuk daerah pedataran terdapat perubahan nilai K. Rumus
Haringhuizen adalah sbb:
 Untuk daerah datar: ;

 Untuk daerah hilly: ;


Q = debit aliran [m3/s]
 Rumus-rumus di atas, pada umumnya dapat dipergunakan selama untuk
perencanaan saluran di daerah yang mengandung Silt dan Pasir (incoherent
alluvium material).
 Rumus-rumus Regime theory hanya dapat digunakan di daerah yang relatif
mempunyai karakteristik yang serupa, baik mengenai material dasar saluran
ataupun angkutan sedimennya, dengan daerah dimana penelitian dilakukan
Pendekatan Hydrodynamic

Gaya yang menahan aliran per


satuan luas basah adalah KV2,
maka gaya yang bekerja untuk
panjang aliran L dan keliling basah
P adalah KV2 PL.

Jadi : γ A L Sin θ = K V2 P L.
θ relatif kecil, maka Sin θ = Slope (S), Aliran seragam terjadi apabila
γ A L S = KV2PL. komponen aktif gaya berat sejajar
; R = A/P dasar saluran, seimbang dengan
gaya yang menahan aliran
Dimana : C = Koefisien kekasaran Chezy
[ m½/dt ]
R = Jari-jari hidrolis [ m ]
S = Kemiringan energi = kemiringan dasar
saluran
Pendekatan Hidrodinamik
 Persamaan Manning [dalam satuan matric]:

V = kecepatan aliran, [m/s]


R = jari-jari hidrolis, [m]
S = kemiringan energi = kemiringan dasar sal
n = koefisien kekasaran Manning, [m1/3.dt]
 Persamaan Striklers:
;

;
𝐾 0
𝐾 𝑠 = 1 /6
𝐾 𝑁

Di mana : Ks = koefisien kekasaran Strickler [ m1/3/dt ]

KN = faktor kekasaran pasir Nikuradse [ m ]

Ko  25 m1/2/dt
Strickler menggunakan harga KN = d90 dari material dasar saluran.
Untuk aliran yang membawa sedimen, besarnya KN akan bervariasi tergantung
dari besarnya debit aliran (lihat tabel 1). Untuk saluran dengan material dasar
saluran halus, dipakai harga KN yang tinggi dan untuk dasar saluran kohesif
serta aliran tidak mengandung sedimen, diambil harga KN minimum dari tabel
1.
Saluran Debit Aliran [ m3/dt ] KN [ m ]
Tabel 1 : Faktor Kecil 0.04 - 0.07
Q  2.5
kekasaran pasir
Nikuradse ( Yap, 1993 ). Sedang 0.03 - 0.06
2.5  Q  10
Besar Q  10 0.02 - 0.04
Nilai kekasaran Stricler, Ks
Jenis Saluran Nilai Ks
A. SALURAN TANPA PASANGAN

1. Saluran Pembuang 33.0


1. Saluran Tersier 35.0
1. Saluran Primer dan Sekunder :
Q < 1 m3/dt 35.0
1 < Q < 5 m3/dt 40.0
5 < Q < 10 m3/dt 42.5
Q > 10 m3/dt 45.0
B. SALURAN PASANGAN
1. Pasangan Batu satu sisi 42.0
1. Pasangan Batu dua sisi, dasar tanah 45.0
1. Pasangan Batu seluruhnya 50.0
1. Pasangan Beton satu sisi 45.0
1. Pasangan Beton dua sisi, dasar tanah 50.0
1. Pasangan Beton seluruhnya 70.0
Langkah-Langkah Desain Saluran
1. Hitung kapasitas rencana saluran, 
2. Coba dimensi saluran dengan menggunakan regime teori
 lihat persamaan regime.
3. Hitung kemiringan dasar saluran dengan rumus Manning
 lihat persamaan Manning.
4. Cek erosi dg menghitung tegangan geser: τo = ρgRS ;
bandingkan hasilnya dengan tegangan geser ijin, lihat
table. Cek kecepatan minimum dan kecepatan
maksimum.
5. Tetapkan dimensi saluran dan gambar profil melintang
saluran.
6. Contoh soal lihat tugas 2.
Saluran Pasangan [Lining]

Keuntungan:
 Menahan rembesan (seepage) sehingga dapat mengurangi kehilangan air
akibat rembesan atau bocoran terutama di daerah-daerah yang porus.
Selain menahan rembesan atau bocoran pada tanggul, juga dapat
menahan atau mengurangi perkolasi sehingga mengurangi terjadinya
bahaya waterlogging.

 Menahan erosi dan gerusan pada tebing dan dasar saluran, sehingga
bentuk hidrolis saluran akan stabil. Disamping menahan erosi, lining juga
dapat mengurangi tumbuh-nya rumput yang akan mengganggu aliran.

 Menahan erosi dan gerusan pada tebing dan dasar saluran, sehingga
bentuk hidrolis saluran akan stabil. Disamping menahan erosi, lining juga
dapat mengurangi tumbuh-nya rumput yang akan mengganggu aliran.
Kecepatan maksimum
 Kecepatan maksimum untuk aliran subkritis pada saluran
pasangan, apabila tidak ada hasil penelitian, dianjurkan sebagai
berikut (KP-03) :
 Pasangan batu kali : 2 m/s
 Pasangan beton : 3 m/s

 Kecepatan aliran juga akan mempengaruhi stabilitas aliran. Untuk


mengontrol hal tersebut, pada aliran subkritis bilangan Froude
harus kurang dari 0.55, sedangkan pada aliran superkritis,
bilangan Froude harus lebih besar dari 1.4. Pada saluran dengan
bilangan Froude antara 0.55 – 1.4, alirannya akan bergelombang
(gelombang tegak) yang dapat merusak talud.
Tinggi Jagaan [Freboard] dalam (m)
No Debit Aliran Saluran Tanah Saluran Pasangan
[m3/s]
1 < 0.5 0.40 0.20
2 0.5 – 1.5 0.50 0.20
3 1.5 – 5.0 0.60 0.25
4 5.0 – 10.0 0.75 0.30
5 10.0 – 15.0 0.85 0.40
6 > 15.0 1.00 0.50
OPERASI SALURAN
Prinsip Dasar hidrolis pada saluran irigasi
 Hydro-dynamic adalah suatu perilaku aliran dalam proses
perubahan keseimbangan akibat adanya perubahan
parameter saluran.  dalam operasi irigasi, parameter
yang sering berubah biasanya debit, Q.
 Faktor utama yang menentukan perilaku aliran dalam
suatu ruas saluran adalah diantaranya:
 Travel time yaitu waktu yang diperlukan untuk menjalarnya ombak pada
suatu ruas saluran.
 Dynamic-storage yaitu volume air yang tertampung pada suatu ruas
saluran dan disebut juga sebagal in canal storage (Ankum, 1995).
 Response time yaitu waktu yang diperlukan perilaku aliran untuk transit atau
berpindah dan keadaan keseimbangan awal ke keadaan keseimbangan yang
diinginkan.
Travel time, [ Tw ]
Debit aliran pada lokasi R2, dengan mengontrol aliran di R1 akan ditingkatkan
dari kondisi awal Q0 ke kondisi baru Qn. Panjang ruas saluran dari R1 ke R2
adalah L, maka waktu yang diperlukan untuk menjalarnya ombak dan R1 ke R2
adalah: L = Panjang ruas saluran, [m]
C = kecepatan ombak, [m/s]
𝐿 𝐿
𝑇 𝑤= = Vo = kec. Aliran pd debit Qo, [m/s]
𝐶 +𝑉 𝑜 √ 𝑔 𝑦 𝑜 +𝑉 𝑜
Yo = kedalaman aliran pd Qo, [m]
g = percepatan gravitasi, [m/s2]
Dynamic Storage , [Vdyn]
 Dynamic storage adalah volume air yang tertampung pada
suatu ruas saluran sehingga tercapai keseimbangan aliran.
 Untuk aliran tanpa bangunan kontrol (tanpa ada pengaruh
aliran balik), secara matematis dynamic storage adalah:

 Keterangan:
 w = permukaan air bebas, [m]
 P = perubahan maksimum perubahan air, [m]
 m = kemiringan talud saluran
Response Time, [Tr ]
• Response time meliputi travel time ditambah
waktu yang diperlukan oleh aliran di lokasi
R2 untuk mencapai keseimbangan pada
debit Qn.
• Katakan waktu yang diperlukan aliran
untuk mencapai debit ½ (Q0+Qn) di
lokasi R2 adalah T0, maka secara
matematis response time Tr dapat
dihitung sbb:
• = To + (To – Tw) = 2 To – Tw

2𝑉 𝑑𝑦𝑛
𝑇 𝑟= − 𝑇𝑤
( 𝑄𝑛 −𝑄 𝑜 )
Contoh perhitungan
 Pada suatu feeder canal, Panjang, L = 42 km, kemiringan dasar
saluran: So = 0.0004, dilining beton dengan koefisien kekasaran
Strikier K = 67 m1/3/dt.
 Lebar dasar saluran b = 4 m, dan kemiringan talud, m = 1.5.
 Aliran pada saluran tersebut akan ditingkatkan dari debit awal
Q0 = 3.4 m3/dt menjadi Qn = 7.0 m3/dt .
 Hitung: a) Travel time, b) Dynamic storage, dan c) Response time
Jawaban:
 Hitung Parameter hidrolis saluran, dengan menggunakan
persamaan Strikler, untuk debit awal Q0 = 3.4 m3/dt, dan pada
debit akhir Qn = 7.0 m3/dt.
Jawaban Soal

 Rumus Strikler: V = K R2/3 So1/2, dengan data diatas,


maka :
 Untuk Q0 = 3.4 m3/dt; didapat: V0 = 0.91 m/dt, yo = 0.73 m,
 Untuk Qn = 7.0 m3/dt; maka Vn = 1.13 m/dt, yn = 1.10 m.
 Travel Time :

 Dynamic storage: 

 1.05 x 105 m3
2𝑉 𝑑𝑦𝑛
𝑇 𝑟= − 𝑇𝑤
 Response Time: ( 𝑄𝑛 −𝑄 𝑜 )

 Tr = 12.90 Jam
BERSAMBUNG KULIAH
BERIKUTNYA
Terima Kasih, Wassalam

Anda mungkin juga menyukai