PERCOBAAN VIII
HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP
9.1 Deskripsi
Percobaan hidrolika saluran tertutup dimaksudkan untuk mempelajari sifat-
sifat aliran melalui pipa bertekanan tentang gesekan kekasaran pipa dan
kehilangan energi, garis energi, pengukuran debit aliran dalam pipa.
9.2 Dasar Teori
Pengaliran dalam saluran tertutup (pipa) adalah pengaliran air melalui saluran
yang berpenampang tetap, memenuhi seluruh penampang dan tekanan air lebih
dari 1 atmosfir.
Air yang mengalir dalam saluran dapat digolongkan dalam beberapa tipe aliran,
yaitu:
1. Uniform Flow
Aliran air disebut uniform bila kecepatan partikel-partikel air pada
setiap sepanjang saluran adalah sama.
2. Non Uniform Flow
Aliran air disebut Non Uniform Flow bila kecepatan partikel-partikel air
berubah-ubah pada setiap titik di sepanjang saluran.
3. Steady Flow
Aliran disebut dengan aliran Steady flow bila debit yang mengalir /
melalui suatu titik persatuan waktu terhadap tetap.
4. Unsteady Flow
Aliran air disebut Unsteady flow bila debit yang melalui suatu titik
persatuan waktu berubah-ubah.
5. Laminair Flow
Aliran air disebut laminair bila setiap partikelnya mempunyai lintasan
tertentu, tidak saling memotong.
6. Turbulent Flow
71
Aliran disebut turbulent bila partikel-parikel air tidak mempunyai
lintasan aliran tertentu dan saling berpotongan satu sama lain.
7. Compressible Flow
Aliran disebut compressible flow bila kerapatan air selama mengalir
berubah semakin besar.
8. Incompressible Flow
Aliran air dapat disebut Incompressible Flow bila kerapatan air selama
mengalir tidak berubah
9. Rotational Flow
Aliran disebut rotational bila sepanjang aliran pratikel-partikel
alirannya mempunyai kecepatan sudut pada titik-titik tertentu
10. In Rotational Flow
Aliran disebut in rotational flow bila sepanjang aliran partikel-partikel
airnya memepunyai kecepatan sudut pada titik-titik terntentu
Dalam sistem aliran tertutup (pipa) terdapat 3 unsur yang sangat menentukan
sifat-sifat aliran yaitu :
1. Diameter pipa
2. Kekentalan zat cair (viscositas)
3. Kecepatan aliran air dalam pipa
Jenis aliran dalam pipa termasuk aliran laminair atau turbulent ditentukan
berdasarkan Angka Reynold (NR), yang dirumuskan sebagai berikut :
𝐹𝑖
NR = 𝐹𝑣
Dimana :
F1 = . v . a
𝐿
F1 = . L3 . (𝑇 2)
𝐿2
F1 = . L2 . ( 2)
𝑇
F1 = . L2 . v2
72
Fv = . A
𝑑𝑣
Fv = . (𝑑𝑦) . L2
Fv = . v . L
𝜌.𝐿2 .𝑣 𝜌.𝑣.𝐿
NR = −
𝜇.𝑣.𝐿 𝜇
Bila L = D, maka :
𝜌.𝑣.𝐷 𝜇
NR = :𝑣 = 𝜌
𝜇
𝑣.𝐷
Jadi NR = 𝑣
Dimana :
NR = Angka Reynold
F1 = Gaya Inersia (Inersia Force), N
Fv = Gaya Viscositas (Viscous Force), N
= Berat volume air, kg/m3
V = Volume air, m3
A = percepatan aliran pipa aliran
f = Koefisien geseran pipa
= Viskositas kinematik, m2/dt
= Viskositas dinamik, m/dt
v = Kecepatan aliran, m/dt
Perubahan aliran dari laminair menjadi turbulent atau sebaliknya adalah
dengan melalui kondisi transisi yang disebut dengan batas kritis. Nilai batas kritis
perubahan aliran dari laminair menjadi turbulent, tidak sama besarnya dengan
perubahan dari turbulent menjadi laminair. Menurut hasil percobaan Reynold :
Perubahan aliran dari laminair menjadi turbulent : Nilai NR = 3000
Perubahan aliran dari turbulent menjadi laminair : Nilai NR = 2100
73
Laminair
Transisi
2100 3000
Zone Transisi
Dengan percobaan yang lebih teliti, zone transisi berkisar pada angka Reynold dari
3000 sampai 4000.
1. Energi Hidrolik
Energi hidrolik (hydraulic energy) adalah kemampuan air untuk
melakukan usaha. Sedangkan usaha merupakan jumlah energi yang bekerja per
satuan waktu.
Ada dua macam energi hidrolik yaitu energi kinetik dan energi potensial.
a. Energi kinetik
Energi kinetik adalah energi akibat dari aliran air dalam pipa dirumuskan :
EK = v2/2 . g
Dimana :
EK = Energi kinetik hidrolis, m
v = Kecepatan aliran, m/dt
g = Percepatan grafitasi, m2/dt
b. Energi potensial
Energi potensial adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
bekerja dalam air atau energi yang di hasilkan oleh adanya selisih ketinggian
(elevasi).
74
a) Energi potensial tekanan
Energi potensial tekanan merupakan energi yagn dimiliki oleh
partikel partikel air yang berada dalam tekanan yang bersesuaian.
Dirumuskan :
Ep = p/w
Dimana :
Ep = energi potensial tekanan, m
P = tekanan, kg/m2
W = berat volume air, kg/m3
b) Energi potensial ketinggian
Energi potensial ketinggian merupakan energi potensial yang
dimiliki oelh partikel air terhadap garis persamaan (datum) yang
ditentukan . Energi potensial ketinggian diberi notasi 2 dengan satuan
m. Total energi hidrolis aliran dalalm pipa pada suatu titik energi
dirumuskan sebagai berikut :
𝑉2 𝑃
H = z + 2..𝑔 + 𝑊
75
Menurut hukum kekentalan energi : pada setiap titik sepanjang aliran
dalam pipa, energi hidrolis adalah konstan. Pengurangan atau
kehilangan energi akan dirubah dalam bentuk energi lain, sehingga
untuk persamaan energi untuk titik 1 dan titik 2 sebagai berikut :
𝑃1 𝑣12 𝑝2 𝑉22
Z1 + + = 𝑍2 + + + ℎ𝑓
𝑤 2𝑔 𝑤 2𝑔
Dimana :
Z = Jarak vertikal dari pipa terhadap garis persamaan, m
P = Tekanan dalam, Kg/m2
w = Berat volume air, kg/m3
v = Kecepatan air, m/dt
g = Percepatan grafitasi, m/dt2
hf = Kehilangan energi, m
2. Kehilangan energi
Dalam saluran tertutup (pipa) aliaran air mengalami hambatan-
hambatan atau kehilangan energi karena kekasaran pipa, turbulensi aliran
dan kehilangan energi diartiakan dalam kehilangan kecepatan.
Kehilangan energi dalam saluran tertutup di klasifikasikan dalam 2 macam
yaitu :
a. Kehilangan energi minor (minor losses)
Kehilangan energi minor adalah kehilangan energi yang disebabkan
oleh :
1) Perluasan penampang mendadak (student enlargement)
2) Penyempitan penampang mendadak (student contraction)
3) Pemasukan dalam pipa (entrance to pipe)
4) Keluaran dari pipa
5) Belokan pipa (charge of pipe)
6) Halangan dalam aliran (obtraction int the path of pipe)
7) Penyempitan penampang secara teratur
76
8) Perluasan penampang secara teratur tinggi (gradual enlargenment)
9) Kehilangan tinggi di katup dan krane (pipe fitting)
b. Kehilangan energi mayor (mayor losses)
Ada dua persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung
kehilangan energi mayor, yaitu :
1) Persamaan Darcy Weisbach
Kehilangan energi mayor menurut Darcy Weisbach dirumuskan
sebagai berikut :
4.𝐹.𝐿.𝑉 2
Hf = 2.𝑔.𝐷
Sehingga :
2.𝑔 2.𝑔
v = . 𝑚. 𝑖→c = →v = c . m . i
𝑓 𝑓
Dimana :
77
i = Kemiringan tekanan hidrolis
m = Jari-jari hidrolis, m
A = Luas penampang pipa, m2
D = Keliling penampang pipa, m
𝑚
C = Koefisien De Chezy, √𝑑𝑡
9.3 Maksud
1. Menentukan garis hidrolik dan garis energi
2. Menghitung kehilangan energi
3. Menentukan tipe aliran
4. Menentukan debit aliran
A
Kolam
K J Sirkulasi
Bak 3
I
BC
D
Pompa Pipa
Sirkulasi Datar
Pipa
Miring
G L
Sungai
Bak 2
Manometer
H
Ambang Bak 1
Segitiga B D D B
E
F
78
Keterangan gambar :
A = Saluran dari pipa pusat
B, B1, B2 = Katub inlet ke bak penampung 1
C = Katub ke kolam sirkulasi
D, D1, D2 = Katub inlet dari aliran pompa sirkulasi ke bak penampung 1
E, F = Katub outlet bak 1 ke sungai brantas
G, H = Katub outlet bak 2 ke sungai brantas
I, J = Katub outlet bak 3 ke sungai brantas
L = Katub outlet kolam sirkulasi
K = Katub outlet bak 3 ke arah kolam sirkulasi
A. Langsung dari pipa saluran air pusat (hal ini dilakukan apabila listrik dalam
keadaan mati/pompa sirkulasi rusak)
1. Buka katub B, B1 dan B2 untuk mengalirkan air langsung dari saluran air
pusat, tunggu air sampai tercukupi (jangan sampai meluap).
2. Apabila air pada kolam 3 telah mencapai batas ambang, buka katub J pelan-
pelan dan cari keseimbangan air (inlet dan outlet) untuk mendapatkan
keseimbangan air lihat pada ambang .
3. Bila posisi muka air dalam manometer stabil maka :
a. Lakukan pembacaan tinggi muka air di bak 1 dengan alat ukur sebanyak
5 kali.
b. Dilakukan pembacaan tinggi manometer dari nomor 1 sampai dengan 5,
pipa muka dan pipa belakang, masing-masing 3 kali dengan selang waktu
kurang lebih 5 menit.
79
4. Ukur diameter pipa luar dan dalam
5. Ukur panjang pipa ruas 1 s/d 7
6. Ukur suhu air sebelum, saat dan sesudah percobaan
B. Melalui pompa sirkulasi
1. Pastikan bahwa kolam sirkulasi telah terisi air dengan membuka katub C.
Apabila kolam sudah terisi sebelumnya maka hal tersebut tidak perlu
dilakukan.
2. Buka katub D, D1, D2 dan Hidupkan pompa sirkulasi (posisi ON)
3. Apabila air pada kolam 3 telah mencapai batas ambang, buka katub K pelan-
pelan dan cari keseimbangan air (inlet dan outlet) untuk mendapatkan
keseimbangan air lihat pada ambang .
4. Bila posisi muka air dalam manometer stabil maka :
a. Lakukan pembacaan tinggi muka air di bak 1 dengan alat ukur sebanyak
5 kali.
b. Dilakukan pembacaan tinggi manometer dari nomor 1 sampai dengan 5,
pipa muka dan pipa belakang, masing-masing 3 kali dengan selang waktu
kurang lebih 5 menit.
5. Ukur diameter pipa luar dan dalam
6. Ukur panjang pipa ruas 1 s/d 7
7. Ukur suhu air sebelum, saat dan sesudah percobaan
80
Tabel 9.1 Diameter Pipa
Diameter Diameter
No Ruas pipa Keterangan
luar (m) dalam (m)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 R1-R2 0,098 0,094
2 R2-R3 0,098 0,094 Diameter
3 R3-R4 0,098 0,094 pipa
4 R4-R5 0,098 0,094 dianggap
5 R5-R6 0,098 0,094 sama
6 R6-R7 0,098 0,094
Rata-rata 0,098 0,094
(Sumber : Data Primer, 2022)
81
Tabel 9.4 Pembacaan Alat Ukur Thomson (Point Gauge)
No Dasar Mercu Thomson Tinggi Air H (m) Keterangan
(1) (2) (3) (4)
1 R1-R2 0,075
2 R2-R3 0,085
3 R2-R4 0,095
Rata-rata 0,085
(Sumber : Data Primer, 2022)
82
Catatan :
Nomor 6 : pipa bak muka
Nomor 7 : pipa bak belakang
f = 0,005 (L + 1/12 D)
= 0,005 (0,977 + 1/12 x 0,094)
= 0,00493 m
2 𝑥 9,81
𝐶 = 0,00493 = 3983,756
Keterangan :
C = Chezy
g = 9,81 m/dt2
f = friction (m)
V = Kecepatan (m/dt)
i = Slope
𝑓 0,00493
𝑖= = = 0,005
𝐿 0,977
2𝑔 2 × 9,81
𝑣1 = ×𝑚×𝑖 = × 0,0235 × 0,005 = 0,472
𝑓 0,00493
83
4. 𝑓. 𝐿. 𝑉 2
𝐻𝑓 =
2. 𝑔. 𝐷
4 𝑥 0,00493 𝑥 0,977 𝑥 0,4722
𝐻𝑓 = = 0,0023 m
2 𝑥 9,81 𝑥 0,094
2. Hukum Bernoulli
a. Pipa Datar
Titik 1
𝑉2
1 𝑃1 2 𝑉2 𝑃2
𝑍1 + 2𝑔 + = 𝑍2 + 2𝑔 + + ℎ𝑓 ; (Z1 = Z2)
ϒ ϒ
0,4722 𝑉22
+ 0,180 = + 0,181 + 0,0023
19,62 19,62
V2 = 0,4049 m/dt
84
Grafik hubungan E dan Q
1.1140
1.1135
1.1130
E (m)
1.1125
1.1120
1.1115
1.1110
0.0000 0.0005 0.0010 0.0015 0.0020 0.0025 0.0030 0.0035
Q (m³/dt)
f = 0,005 (L + 1/12 D)
= 0,005 (0,958 + 1/12 x 0,094)
= 0,00483
2 𝑥 9,81
𝐶 = 0,00483 = 4061,411
𝑓 0,00483
𝑖=𝐿= = 0,005
0,958
2𝑔 2 × 9,81
𝑣1 = ×𝑚×𝑖 = × 0,0245 × 0,005 = 0,502
𝑓 0,00483
4. 𝑓. 𝐿. 𝑉 2
𝐻𝑓 =
2. 𝑔. 𝐷
4 𝑥 0,00483 𝑥 0,958 𝑥 0,5022
𝐻𝑓 = = 0,00253 𝑚
2 𝑥 9,81 𝑥 0,094
85
Titik 1
(Z1 = 1 m, Z2 = 0,92 m, Z3 = 0,84 m, Z4 = 0,74 m, Z5 = 0,62 m, Z6 = 0,54 m, Z7 =
0,44 m)
𝑉2
1 𝑃1 𝑉2
2 𝑃2
𝑍1 + 2𝑔 + = 𝑍2 + 2𝑔 + + ℎ𝑓
ϒ ϒ
𝑉2
1 𝑃1 2 𝑉2 𝑃2
1 + 2𝑔 + = 0,92 + 2𝑔 + + ℎ𝑓
ϒ ϒ
0,5022 2 𝑉2
1+ + 0,235 = 0,92 + 19,62 + 0,238 + 0,100
19,62
V2 = 0,159 m/dt
86
Grafik hubungan E dan Q
1.30
1.29
1.28
1.27
E (m)
1.26
1.25
1.24
1.23
1.22
0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200
Q (m³/dt)
3. Bilangan Reynold
a. Pipa Datar
V = 0,273m/dt
D = 0,094 m
Temperatur air
T20 = 1,01x10-6 m/dt
T30 = 0,897x10-6 m/dt
Dengan Interpolasi diperoleh
T25,5 = 0,9336 x10-6 m/dt
Re = V.D/T
Re = (0,273 x 0,094) / 0,9336 x10-6
Re = 27487,146
Maka jenis aliran yang melalui pipa datar adalah aliran Turbulen
Re>4000
b. Pipa Miring
V = 1,822 m/dt
87
D = 0,094 m
Temperatur air
T20 = 1,01x10-6 m/dt
T30 = 0,897x10-6 m/dt
Dengan Interpolasi diperoleh
T25,5 = 0,9336 x10-6 m/dt
Re = V.D/T
Re = (1,822 x 0,094) / 0,9336 x10-6
Re = 183449,014
Maka jenis aliran yang melalui pipa datar adalah aliran Turbulen
Re >4000
9.5 Kesimpulan
1. Pada pipa datar semakin besar pembacaan manometer air besar kecepatan
semakin kecil, sedangkan pada pipa miring semakin besar pembacaan
manometer semakin besar juga kecepatan.
2. Dari percobaan yang dilakukan jenis aliran yang melalui pipa adalah aliran
Turbulen.
88