Anda di halaman 1dari 21

BAB VIII

PERCOBAAN VIII
HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP

8.1 Deskripsi
Percobaan hidrolika saluran tertutup dimaksudkan untuk mempelajari sifat-sifat aliran
melalui pipa bertekanan tentang gesekan kekasaran pipa dan kehilangan energi, garis energi,
pengukuran debit aliran dalam pipa.

8.2 Teori
Pengaliran dalam saluran tertutup (pipa) adalah pengaliran air melalui saluran yang
berpenampang tetap, memenuhi seluruh penampang dan tekanan air lebih dari 1 atmosfir.
Air yang mengalir dalam saluran dapat digolongkan dalam beberapa tipe aliran, yaitu:
1. Uniform Flow
Aliran air disebut uniform bila kecepatan partikel-partikel air pada setiap
sepanjang saluran adalah sama.
2. Aliran Non Uniform Flow
Aliran air disebut Non Uniform Flow bila kecepatan partikel-partikel air
berubah-ubah pada setiap titik di sepanjang saluran.
3. Steady Flow
Aliran disebut dengan aliran Steady flow bila debit yang mengalir / melalui
suatu titik persatuan waktu terhadap tetap.
4. Unsteady Flow
Aliran air disebut Unsteady flow bila debit yang melalui suatu titik persatuan
waktu berubah-ubah.
5. Laminair Flow
Aliran air disebut laminair bila setiap partikelnya mempunyai lintasan tertentu,
tidak saling memotong.
6. Turbulent Flow
Aliran disebut turbulent bila partikel-parikel air tidak mempunyai lintasan aliran
tertentu dan saling berpotongan satu sama lain.
7. Compressible Flow
Aliran disebut compressible flow bila kerapatan air selama mengalir berubah
semakin besar.
8. Incompressible Flow
Aliran air dapat disebut Incompressible Flow bila kerapatan air selama mengalir
tidak berubah.
9. Rotational Flow
Aliran disebut rotational bila sepanjang aliran pratikel-partikel alirannya
mempunyai kecepatan sudut pada titik-titik tertentu.
10. In Rotational Flow
Aliran disebut in rorational flow bila sepanjang aliran partikel-partikel airnya
memepunyai kecepatan sudut pada titik-titik terntentu.
Dalalm sistem aliran tertutup (pipa) terdapat 3 unsur yang sangat menentukan sifat-sifat
aliran yaitu :
 Diameter pipa
 Kekentalan zat cair (viscositas)
 Kecepatan aliran air dalam pipa
Jenis aliran dalam pipa termasuk aliran laminair atau turbulent ditentukan berdasarkan
Angka Reynold (NR), yang dirumuskan sebagai berikut :
Fi
NR =
Fv
Dimana :
F1 =  . v . a

F1 =  . L3 . ( TL )
2

F1 =  . L2 . ( )
L2
T
2

F1 =  . L2 . v2
Fv =  . A

Fv =  . ( )
dv
dy
. L2

Fv =  . v . L
ρ . L2 . v ρ . v . L
NR = −
μ.v .L μ
Bila L = D, maka :
ρ .v. D μ
NR = : v=
μ ρ
v .D
Jadi, NR =
v

Dimana :
NR = Angka Reynold
F1 = Gaya Inersia (Inersia Force), N
Fv = Gaya Fiscositas (Viscous Force), N
 = Berat volume air , kg/m3
V = Volume air, m3
A = percepatan aliran pipa aliran
f = Koefisien geseran pipa
 = Viskositas kinematik, m2 /dt
 = Viskositas dinamik, m/dt
v = Kecepatan aliran, m/dt

Perubahan aliran dari laminair menjadi turbulent atau sebaliknya adalah dengan
melalui kondisi transisi yang disebut dengan batas kritis . Nilai batas kritis perubahan aliran
dari laminair menjadi turbulent, tidak sama besarnya dengan perubahan dari turbulent
menjadi laminair. Menurut hasil percobaan Reynold :
Perubahan aliran dari laminair menjadi turbulent : Nilai NR = 3000
Perubahan aliran dari turbulent menjadi laminair : Nilai NR = 2100

Laminair
Transisi

2100 3000

Zone Transisi

Gambar : Distribusi Angka Reynold

Dengan percobaan yang lebih teliti, zone transisi berkisar pada angka Reynold dari 3000
sampai 4000

1. Energi Hidrolik
Energi hidrolik (hydraulic energy) adalah kemampuan air untuk melakukan
usaha. Sedangkan usaha merupakan jumlah energi yang bekerja per satuan waktu.
Ada dua macam energi hidrolik yaitu energi kinetik dan energi potensial.

a. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi akibat dari aliran air dalam pipa
dirumuskan :

EK = v2/2 . g
Dimana :
EK = Energi kinetik hidrolis, m
v = Kecepatan aliran, m/dt
g = Percepatan grafitasi, m2/dt
b. Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
bekerja dalam air atau energi yagn di hasilkan oleh adanya selisih ketinggian
(elevasi).
1) Energi Potensial Tekanan
Energi potensial tekanan merupakan energi yagn dimiliki oleh
partikel partikel air yang berada dalam tekanan yang bersesuaian.
Dirumuskan :
Ep = p/w
Dimana :
Ep = energi potensial tekanan, m
P = tekanan, kg/m2
W = berat volume air, kg/m3
2) Energi Potensial Ketinggian
Energi potensial ketinggian merupakan energi potensial yang
dimiliki oleh partikel air terhadap garis persamaan (datum) yang
ditentukan . energi potensial ketinggian diberi notasi 2 dengan satuan
m.
Total energi hidrolis aliran dalalm pipa pada suatu titik energi
dirumuskan seagai berikut :
2
V P
H=z+ +
2.. g W

Garis energi Garis hidrolik

V12/2g hf

V22/2g

P1/pg

P2/pg = W

Datum Z2
Z1

Menurut hukum kekentalan energi : pada setiap titik sepanjang aliran dalam pipa,
energi hidrolis adalah konstan. Pengurangan atau kehilangan energi akan dirubah
dalam bentuk energi lain, sehingga untuk persamaan energi untuk titik 1 dan titik 2
sebagai berikut :
P 1 v 12 p2 V 22
Z1 + + =Z 2+ + +hf
w 2g w 2g
Dimana :
Z = Jarak vertikal dari pipa terhadap garis persamaan, m
P = Tekanan dalam, Kg/m2
w = Berat volume air, kg/m3
v = Kecepatan air, m/dt
g = Percepatan grafitasi, m/dt2
hf = Kehilangan energi, m

2. Kehilangan Energi
Dalam saluran tertutup (pipa) aliaran air mengalami hambatan-hambatan atau
kehilangan energi karena kekasaran pipa, turbulensi aliran dan kehilangan energi
diartiakan dalam kehilangan kecepatan.
Kehilangan energi dalam saluran tertutup di klasifikasikan dalam 2 macam yaitu :

a. Kehilangan Energi Minor (minor losses)


Kehilangan energi minor adalah kehilangan energi yang disebabkan
oleh :
1) Perluasan penampang mendadank (student enlargement)
2) Penyempitan penampang mendadak ( student contraction)
3) Pemasukan dalam pipa (entrance to pipe)
4) Keluaran dari pipa
5) Belokan pipa (charge of pipa)
6) Halangan dalam aliran (obtraction int the path of pipe)
7) Penyempitan penampang secara teratur
8) Perluasan penampang secara teratur tinggi (gradual enlargenment)
9) Kehilangan tinggi di katup dan krane (pipe fitting)
b. Kehilangan Energi Mayor (mayor losses)
Ada dua persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung
kehilangan energi mayor, yaitu :
 Persamaan Darcy Weisbach
 Persamaan Chezy
1) Persamaan Darcy Weisbach
Kehilangan energi mayor menurut Darcy Weisbach
dirumuskan sebagai berikut :
4. F . L. V 2
Hf =
2. g . D
hf : 0,005 (L + 1/12 D), untuk pipa baru (halus)
hf : 0,01 (L + 1/12 D), untuk pipa lama (kasar)
Dimana :
hf = Kehilangan energi mayor, m
f = Koefisien geseran pipa
L = Panjang pipa, m
v = Kecepatan air, m/dt
g = Percepatan grafitasi, m/dt2
D = Diameter pipa, m

2) Persamaan De Chezy
Kehilangan aliran dalam pipa menurut De Chezy adalah
sebagai berikut :

Hf =
4. F . L. V
2
v =
4. g .d . hf
v =
√2 ⥂.. g √ m. i
2. g . D 4. f . d f 4L
hf
i =
L
Dimensi jari-jari hidrolis :
1/4. D 2
m = A/Pm = m = D/4
D

Sehingga :
2. g 2. g
v = . m. ic = v = c . m . i
f f
Dimana :
i = Kemiringan tekanan hidrolis
m = Jari-jari hidrolis, m
A = Luas penampang pipa, m2
D = Keliling penampang pipa, m

C = Koefisien De Chezy,
√ m
dt
V = Kecepatan aliran, m/dt
8.3 Maksud
1. Menentukan garis hidrolik dan garis energi
2. Menghitung kehilangan energi
3. Menentukan tipe aliran
4. Menentukan debit aliran

A
K J Kolam
Sirkulasi
(bawah
Bak 3
I tanah)

BA CB
A
DC
BA Pipa
Pompa
Datar
Sirkulasi
Pipa
Miring
G L
Sungai Brantas

Bak 2
Manometer
H
Ambang Bak 1 G
Segitiga B 1 D1 D2 B 2

E
F

Gambar 8.1. Hidrolika Saluran Tertutup (baru)

Keterangan gambar :
A = Saluran dari pipa pusat
B, B1, B2 = Katub inlet ke bak penampung 1
C = Katub ke kolam sirkulasi
D, D1, D2 = Katub inlet dari aliran pompa sirkulasi ke bak penampung 1
E, F = Katub outlet bak 1 ke sungai brantas
G, H = Katub outlet bak 2 ke sungai brantas
I, J = Katub outlet bak 3 ke sungai brantas
L = Katub outlet kolam sirkulasi
K = Katub outlet bak 3 ke arah kolam sirkulasi

8.4 Pelaksanaan Percobaan


Lakukan satu diantara dua langkah berikut :
 Langsung dari pipa saluran air pusat
 Melalui pompa sirkulasi
A. Langsung dari pipa saluran air pusat (hal ini dilakukan apabila listrik dalam keadaan
mati/pompa sirkulasi rusak)
1. Membuka katub B, B1 dan B2 untuk mengalirkan air langsung dari saluran air
pusat, tunggu air sampai tercukupi (jangan sampai meluap).
2. Apabila air pada kolam 3 telah mencapai batas ambang, buka katub J pelan-pelan
dan cari keseimbangan air (inlet dan outlet) untuk mendapatkan keseimbangan air
lihat pada ambang.
3. Bila posisi muka air dalam manometer stabil maka :
a. Lakukan pembacaan tinggi muka air di bak 1 dengan alat ukur sebanyak 5
kali.
b. Dilakukan pembacaan tinggi manometer dari nomor 1 sampai dengan 5, pipa
muka dan pipa belakang, masing-masing 3 kali dengan selang waktu kurang
lebih 5 menit.
4. Mengukur diameter pipa luar dan dalam.
5. Mengukur panjang pipa ruas 1 s/d 7.
6. Mengukur suhu air sebelum, saat dan sesudah percobaan.
B. Melalui pompa sirkulasi
1. Memastikan bahwa kolam sirkulasi telah terisi air dengan membuka katub C.
Apabila kolam sudah terisi sebelumnya maka hal tersebut tidak perlu dilakukan.
2. Membuka katub D, D1, D2 dan Hidupkan pompa sirkulasi (posisi ON)
3. Apabila air pada kolam 3 telah mencapai batas ambang, buka katub K pelan-pelan
dan cari keseimbangan air (inlet dan outlet) untuk mendapatkan keseimbangan air
lihat pada ambang.
4. Apabila posisi muka air dalam manometer stabil maka :
a. Lakukan pembacaan tinggi muka air di bak 1 dengan alat ukur sebanyak 5
kali.
b. Dilakukan pembacaan tinggi manometer dari nomor 1 sampai dengan 5, pipa
muka dan pipa belakang, masing-masing 3 kali dengan selang waktu kurang
lebih 5 menit.
5. Mengukur diameter pipa luar dan dalam.
6. Mengukur panjang pipa ruas 1 s/d 7.
7. Mengukur suhu air sebelum, saat dan sesudah percobaan.
8.5 Tabel Hasil Percobaan
1. Diameter Pipa
Diameter Luar Diameter Dalam
No Ruas Pipa Keterangan
(m) (m)
1 R1 – R2 0.098 0.094 Diameter
2 R2 – R3 0.098 0.094 pipa
3 R3 – R4 0.098 0.094 dianggap
4 R4 – R5 0.098 0.094 sama
5 R5 – R6 0.098 0.094
6 R6 – R7 0.098 0.094
Rata-rata 0.098 0.094

2. Suhu Air
No Ruas Pipa Suhu t (C) Keterangan
1 Sebelum percobaan 25.5 Di ukur dengan
2 Saat percobaan 25.5 termometer
3 Sesudah percobaan 25.4
Rata-rata 25.5

3. Panjang Pipa
Panjang Pipa (m) Panjang Pipa (m)
No Ruas Pipa Keterangan
(miring) (Datar)
1 R1 – R2 0.917 0.914
2 R2 – R3 1.000 1.000
3 R3 – R4 0.997 1.019
4 R4 – R5 1.020 1.000 -
5 R5 – R6 0.946 1.000
6 R6 – R7 0.870 0.930
Rata-rata 0.958 0.977

4. Pembacaan Alat Ukur Thomson (Point Gauge)


Dasar Mercu Tinggi Air Keterangan
No
Thomson (mm) H (m)
1 RI-R2 0.07
2 R2-R3 0.08
Rata-rata 0.08

5. Pembacaan Manometer
 Pipa Datar

No
Pembacaaan Air Mengalir (cm) Pembacan Air Tidak Mengalir (cm)
Pipa
  1 2 3 rata 1 2 3 rata
1 13,2 17,9 22,5 17,87 13,5 17,8 21,9 17,73

2 13,2 18,4 22,9 18,17 13,3 18,1 22,8 18,07


3 14,5 19,1 23,3 18,97 12,5 17,9 22,8 17,73
4 14 19,9 23,5 19,13 12 18,6 23,1 17,90
5 15,3 20,8 24,1 20,07 12,1 19,8 23 18,30
6 17,9 23 25,3 22,07 19,8 24,5 29,4 24,57

7 17 22,6 26,7 22,10 13 17,7 22,3 17,67

 Pipa Miring

No
Pembacaan Air Mengalir Pembacaan Air Tidak Mengalir
Pipa

  1 2 3 Rerata 1 2 3 Rerata
1 13,5 17,4 23,1 18,00 13,2 17,8 22,1 17,70
2 14,5 18,8 23,9 19,07 13,1 17.6 22,3 17,70
3 14,8 19,3 24,6 19,57 12,9 17,9 22,6 17,80
4 15,5 20,5 25,9 20,63 13,2 17,8 22,8 17,93
5 16 20,7 26,6 21,10 13 18 23,1 18,03
6 19,8 24,5 29,4 24,57 17,9 23 25,3 22,07
7 13 17,7 22,3 17,67 17 22,6 26,7 22,10

Catatan :
Nomor 6 : pipa bak muka
Nomor 7 : pipa bak belakang

Kehilangan Energi untuk Pipa Datar


1. Kecepatan Aliran
m =D/4
= 0,094 / 4
= 0,024 m
Dalam:
D = keliling penampang pipa
m = jari – jari hidrolis
2g
C=  f = 0,005 (1 + 1/12 D)
f
2 x 9,81
C= =3893.501 = 0,005 (1 + 1/12 x 0,094) = 0,00504
0,00504
f 0,00504
i= = =0,0052
L 0,977
Keterangan C = Chezy
g = 9,81 m/dt2
f = friction (m)
V = Kecepatan (m/dt)
i = Slope
V1 = C x m x i
V1 = 3892.8571x 0.024 x 0,0052 = 0.4720 m/dt
4. f .1 .V 2
Hf =
2. g . D
2
4 x 0,00504 x 1 x 0.4720
H f 1= = 0,0023
2 x 9,81 x 0,094

Hukum Bernoulli
 Pipa Datar
 Titik 1
V 21 P1 V 22 P2
Z1 + + =Z 2 + + + hf ; (Z1 = Z2)
2g ϒ 2g ϒ
2
V2
0,912+0,179=0,9+ +0,182+¿ 0.0023
19,62
V2 = 0,421 m/dt

 Titik 2
4. f .1 .V 2
Hf =
2. g . D
4 x 0,00504 x 1 x 0.4212
H f 2= = 0,0018 m
2 x 9,81 x 0,094
2 2
V 2 P2 V 3 P3
Z2 + + =Z 3 + + +hf ; (Z2 = Z3)
2g ϒ 2g ϒ
V 23
0,907+ 0,182=0,9+ +0,190+ ¿0.0018
19,62
V3 = 0,375 m/dt
 Titik 3
2
4. f .1 .V
Hf =
2. g . D
4 x 0,00504 x 1 x 0.3752
H f 3= = 0,0015 m
2 x 9,81 x 0,094
2 2
V P V P
Z3 + 3 + 3 =Z 4 + 4 + 4 +hf ; (Z3 = Z4)
2g ϒ 2g ϒ
2
V4
0,905+0,190=0,9+ +0,191+¿ 0.0015
19,62
V4 = 0.334 m/dt
 Titik 4
4. f .1 .V 2
Hf =
2. g . D
4 x 0,00504 x 1 x 0.3342
H f 4= = 0,0012 m
2 x 9,81 x 0,094
2 2
V 4 P4 V 5 P5
Z4+ + =Z 5 + + +hf ; (Z4 = Z5)
2g ϒ 2g ϒ
V 24
0.90249+0,191=0,9+ +0,201+¿ 0.0012
19,62
V5 = 0,298 m/dt
 Titik 5
2
4. f .1 .V
Hf =
2. g . D
2
4 x 0,00504 x 1 x 0.298
H f 5= = 0,0009 m
2 x 9,81 x 0,094
V 25 P5 V2 P
Z5 + + =Z 6 + 6 + 6 +hf ; (Z5 = Z6)
2g ϒ 2g ϒ
2
V6
0,9077+ 0,201=0,9+ +0,234 +¿0,0009
19,62
V6 = 0,265 m/dt
 Titik 6
4. f .1 .V 2
Hf =
2. g . D
4 x 0,00504 x 1 x 0.2652
H f 6= = 0,0007 m
2 x 9,81 x 0,094
2 2
V 6 P6 V 7 P7
Z6 + + =Z7 + + + hf ; (Z6 = Z7)
2g ϒ 2g ϒ
V 27
0.9270+0,234=0,9+ + 0,178+¿0,0007
19,62
V7 = 0,236 m/dt

2. Kehilangan Energi
2
4. f . L. V
Hf =
2. g . D
4 x 0,00504 x 1 x 0.4722
H f 1= = 0,0023 m
2 x 9,81 x 0,094
4 x 0,00504 x 1 x 0.4212
H f 2= = 0,0018 m
2 x 9,81 x 0,094
2
4 x 0,00504 x 1 x 0.375
H f 3= = 0,0015 m
2 x 9,81 x 0,094
2
4 x 0,00504 x 1 x 0.334
H f 4= = 0,0012 m
2 x 9,81 x 0,094
4 x 0,00504 x 1 x 0.2982
H f 5= = 0,0009 m
2 x 9,81 x 0,094
4 x 0,00504 x 1 x 0.2652
H f 6= = 0,0007 m
2 x 9,81 x 0,094
2
4 x 0,00504 x 1 x 0.236
H f 7= = 0,0006 m
2 x 9,81 x 0,094

 Menentukan Debit Air


A = 1⁄4.𝜋.𝐷²
=1⁄4.3,14.(0.094)²
= 0.0069 m2
Q = A .V
Q1 = 0.0069 . 0,472
= 0.0033 𝑚3/s
Q2 = 0.0069 . 0.421
= 0.0029 𝑚3/s
Q3 = 0.0069 . 0.375
= 0.0026 𝑚3/s
Q4 = 0.0069 . 0,334
= 0.0023 𝑚3/s
Q5 = 0.0069 . 0,298
= 0.0021 𝑚3/s
Q6 = 0.0069 . 0.265
= 0.0018 𝑚3/s
Q7 = 0.0069 . 0,236
= 0.0016 𝑚3/s
Tabel Hubungan V dengan Hf pada Pipa Datar

p/ Kecepatan V2/2g Hf Hf komulatif E Q Z


No
(m) (m/dt) (m) (m) (m) (m) (m3/dt) (m)
1 0,0002 0,472 0,0113 0,0023 0,0023 0,9338 0,0033 0,92
2 0,0002 0,421 0,0090 0,0018 0,0042 0,9310 0,0029 0,92
3 0,0002 0,375 0,0072 0,0015 0,0056 0,9288 0,0026 0,92
4 0,0002 0,334 0,0057 0,0012 0,0068 0,9271 0,0023 0,92
5 0,0002 0,298 0,0045 0,0009 0,0077 0,9256 0,0021 0,92
6 0,0002 0,265 0,0036 0,0007 0,0085 0,9245 0,0018 0,92
7 0,0002 0,236 0,0028 0,0006 0,0090 0,9236 0,0016 0,92

hubungan antara Energi dan debit pipa datar


0.0035

0.0030

0.0025
Q (M3/dt)

0.0020

0.0015

0.0010

0.0005

0.0000
0.9220 0.9240 0.9260 0.9280 0.9300 0.9320 0.9340 0.9360
E

Kehilangan Energi untuk Pipa Miring


1. Kecepatan Aliran
m =D/4
= 0,094 / 4
= 0,024 m
Dalam:
D = keliling penampang pipa
m = jari – jari hidrolis
2g
C=  f = 0,005 (1 + 1/12 D)
f
2 x 9,81
C= =3892.8571 = 0,005 (1 + 1/12 x 0,094) = 0,00504
0,00504
f 0,00504
i= = =0.0052
L 0,977
Keterangan C = Chezy
g = 9,81 m/dt2
f = friction (m)
V = Kecepatan (m/dt)
i = Slope
V1 = C x m x i
V1 = 3892.8571 x 0.024 x 0,0052 = 0.4419 m/dt
Hukum Bernoulli
 Pipa Miring
 Titik 1
V 21 P1 V 22 P2
Z1 + + =Z 2 + + + hf ; (Z1 = 0.95 ; Z2 = 0.88)
2g ϒ 2g ϒ
2
V2
0.97 + 0.048+0,180=0.87+ + 0,191+ ¿0.0020
19,62
V2 = 1,4555 m/dt
 Titik 2
4. f .1 .V 2
Hf =
2. g . D
2
4 x 0,00504 x 1 x 1,4555
H f 2= = 0,0213 m
2 x 9,81 x 0,094
V 22 P2 V 32 P3
Z2 + + =Z 3 + + +hf ; (Z2 =0.88 ; Z3 = 0.78)
2g ϒ 2g ϒ
2
V
0.87+ 0.128+0,191+¿ 0.78+ 3 +0,196+ ¿0.0213
19,62
V3 = 1,8620 m/dt
 Titik 3
4. f .1 .V 2
Hf =
2. g . D
2
4 x 0,00504 x 1 x 1,8620
H f 3= = 0,0348 m
2 x 9,81 x 0,094
2 2
V 3 P3 V 4 P4
Z3 + + =Z 4 + + +hf ; (Z3 = 0.78 ; Z4 =0.69)
2g ϒ 2g ϒ
V 24
0.78+0.186 +0,196=0.69+ +0,206+¿ 0.0348
19,62
V4 = 2,1330 m/dt
 Titik 4
2
4. f .1 .V
Hf =
2. g . D
4 x 0,00504 x 1 x 2.13302
H f 4= = 0,0457 m
2 x 9,81 x 0,094
V 24 P 4 V 25 P 5
Z 4 + + =Z 5 + + +hf ; (Z4 = 0.69 ; Z5 = 0.59)
2g ϒ 2g ϒ
V 24
0.69+0.227 +0,206=0.59+ +0,211+¿0.0457
19,62
V5 = 2,3696 m/dt
 Titik 5
4. f .1 .V 2
Hf =
2. g . D
2
4 x 0,00504 x 1 x 2,3696
H f 5= = 0,0564 m
2 x 9,81 x 0,094
2 2
V 5 P5 V 6 P6
Z5 + + =Z 6 + + +hf ; (Z5 = 0.59 ; Z6 = 0.49)
2g ϒ 2g ϒ
2
V4
0.59+0.276 +0,211=0.49+ + 0,246+¿0.0564
19,62
V6 = 2,5437 m/dt

 Titik 6
2
4. f .1 .V
Hf =
2. g . D
2
4 x 0,00504 x 1 x 2,5437
H f 6= = 0,0650 m
2 x 9,81 x 0,094
V 26 P6 V2 P
Z6 + + =Z7 + 7 + 7 + hf ; (Z6 = 0.49 ; Z7 = 0.39)
2g ϒ 2g ϒ
2
V4
0.49+0,285+ 0,246=0.39+ +0,117+¿0.0650
19,62
V7 = 2,6756 m/dt
2. Kehilangan Energi
2
4. f . L. V
Hf =
2. g . D
2
4 x 0,004925 x 1 x 0.9733
H f 1= = 0,001 m
2 x 9,81 x 0,094
2
4 x 0,00504 x 1 x 1,5828
H f 2= = 0,0213 m
2 x 9,81 x 0,094
4 x 0,00504 x 1 x 1,91262
H f 3= = 0,0348 m
2 x 9,81 x 0,094
4 x 0,00504 x 1 x 2,11252
H f 4= = 0,0457 m
2 x 9,81 x 0,094
2
4 x 0,00504 x 1 x 2,3272
H f 5= = 0,0564 m
2 x 9,81 x 0,094
2
4 x 0,00504 x 1 x 2,3632
H f 6= = 0,0650 m
2 x 9,81 x 0,094
4 x 0,00504 x 1 x 2,7844 2
H f 7= = 0,0719 m
2 x 9,81 x 0,094

 Menentukan Debit Air


A = 1⁄4.𝜋.𝐷2=1⁄4.3,14.(0.094)2
= 0.0069 m2
Q = A .V
Q1 = 0.0069 . 0,4419
= 0.0031 𝑚3/s
Q2 = 0.0069 . 1.4555
= 0.0101 𝑚3/s
Q3 = 0.0069 . 1,8620
= 0.0129 𝑚3/s
Q4 = 0.0069 . 2,1330
= 0.0148 𝑚3/s
Q5 = 0.0069 . 2,3696
= 0.0164 𝑚3/s
Q6 = 0.0069 . 2.5437
= 0.0176 𝑚3/s
Q7 = 0.0069 . 2.6756
= 0.0186 𝑚3/s
Tabel Hubungan V dengan Hf pada Pipa Miring

p/ Kecepatan V2/2g Hf Hf komulatif E Q Z


No
(m) (m/dt) (m) (m) (m) (m) (m3/dt) (m)
1 0,0002 0,4419 0,0100 0,0020 0,0020 0,9821 0,0031 0,97
2 0,0002 1,4555 0,1080 0,0213 0,0232 0,9994 0,0101 0,87
3 0,0002 1,8620 0,1767 0,0348 0,0580 0,9917 0,0129 0,78
4 0,0002 2,1330 0,2319 0,0457 0,1037 0,9678 0,0148 0,69
5 0,0002 2,3696 0,2862 0,0564 0,1601 0,9328 0,0164 0,59
6 0,0002 2,5437 0,3298 0,0650 0,2251 0,8850 0,0176 0,49
7 0,0002 2,6756 0,3649 0,0719 0,2970 0,8269 0,0186 0,39

Bilangan Reynold
 Pipa Datar
 V = 0,4820 m/dt
 D = 0,094 m
 Temperatur air
T20 = 1,01x10-6 m/dt
T30 = 0,897x10-6 m/dt
Dengan Interpolasi diperoleh
T25,5 = 0,9336 x10-6 m/dt
Re = V.D/T
Re = (0,472 x 0,094) / 0,9336 x10-6
Re = 47.523,656
Maka jenis aliran yang melalui pipa adalah aliran Transisi Re = 20.000-50.000
 Pipa Miring
 V = 0,9733 m/dt
 D = 0,094 m
 Temperatur air
T20 = 1,01x10-6 m/dt
T30 = 0,897x10-6 m/dt
Dengan Interpolasi diperoleh
T25,5 = 0,9336 x10-6 m/dt
Re = V.D/T
Re = (0,4419 x 0,094) / 0,9336 x10-6
Re = 44.492,931
Maka jenis aliran yang melalui pipa adalah aliran Transisi Re = 20.000-50.000
8.6 Kesimpulan
 Energi yang terjadi pada pipa datar memiliki sedikit kehilangan energi, sedangkan
pada pipa miring kehilangan banyak energi, kehilangan energi disebabkan oleh
akibat kekasaran pipa, dan kemiringan dasar. Maka hukum kontinuitas terbukti
 Kehilangan energi pada pipa datar sebesar 0,0102 m, dan kehilangan energi pada
pipa miring sebesar 0,1552 m.
 Pada pipa datar dan pipa miring energi yang terjadi adalah semakin ke hilir maka
energi nya akan semakin kecil,
 Beda tinggi antara pipa datar dan miring cenderung sama hanya saja pada pipa
miring semakin ke hilir akan semakin banyak kehilangan energi karena
kemiringan dasar nya.

Anda mungkin juga menyukai