Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan :
Kehilangan Tekanan Akibat Gesekan (Friction Loss)

B. Tujuan Percobaan :
1.Menpelajari dasar-dasar dinamika fluida.
2.Mempelajari sifat fluida inkompressible dalam jaringan pipa, khususnya
kehilangan tekanan akibat gesekan fluida.
3.Memberikan motif untuk penghematan energy dalam operasi pabrik.

C. Latar Belakang
Fluida (zat alir ) adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk
(distorsi) secara permanen. Zat yang dimaksud adalah termasuk zat cair, gas dan
uap. Cabang ilmu yang mempe- lajarinya disebut mekanika fluida ( fluida
mechanics ). Fluida dapat dibagi atas 3 bagian , yaitu zat cairan, gas dan uap serta
wujud pasta. Namun berdasarkan perubahan densitas fluida tersebut oleh pengaruh
suhu dan tekanan, maka fluida dapat dibagi atas dua bagian yaitu fluida tak mampu-
mampat ( incompressible fluid ) dan fluida mampu-mampat (compressible fluid ).
Fluida biasanya ditransportasi di dalam pipa atau tabung yang
penampangnya bundar dan terdapat di jual di pasaran dalam berbagai ukuran fungsi
dan suatu fitting ( perabot penyambung) antara lain :
1.Menyambung pipa, contoh : Couplings,Unions.
2.Merubah arah pipa, contoh : Elbow, Tees.
3.Merubah diameter pipa, contoh: Reducer, Blishing.
4.Mengakhiri jalur pipa, contoh : Plugs, Valves.
5.Menggabungkan dua arus menjadi suatu arus, contoh : Tees, Wyes.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

Dalam dinamika fluida, rumus faktor gesekan Darcy adalah persamaan yang
berdasarkan pada data eksperimen dan teori untuk faktor gesekan Darcy. Faktor
gesekan Darcy adalah satuan tak berdimensi yang digunakan dalam persamaan
Darcy-Weisbach, untuk mendeskripsikan kehilangan tekanan akibat gesekan dalam
aliran pipa.

Jenis aliran

Rumus faktor gesekan Darcy dapat diaplikasikan pada berbagai jenis aliran seperti:

 Aliran laminer
 Aliran transisi antara laminer dan turbulen
 Aliran turbulen di saluran halus
 Aliran turbulen di saluran kasar
 Aliran permukaan bebas

Aliran laminer

Rumus faktor gesekan Darcy untuk aliran laminer (ketika bilangan Reynolds di
bawah 2300) adalah:

di mana

 f adalah faktor gesekan Darcy


 Re adalah bilangan Reynolds

Aliran transisi

2
Aliran transisi terjadi ketika aliran memiliki bilangan Reynolds sebesar
antara 2300 hingga 4000; aliran ini tidak laminer dan juga tidak turbulen. Nilai dari
faktor gesekan Darcy bervariasi dan menimbulkan ketidakpastian yang cukup besar
dalam menentukannya.

Aliran turbulen

Persamaan Colebrook adalah persamaan implisit yang mengkombinasikan


hasil eksperimen terhadap aliran turbulen di pipa halus dan pipa kasar. Persamaan
ini dikembangkan oleh C. F. Colebrook dan C. M. White pada tahun 1939.
Persamaan ini juga disebut dengan persamaan Colebrook-White.

Untuk saluran pipa yang terisi penuh oleh air dengan nilai bilangan
Reynolds melebihi 4000, faktor gesekan Darcy didefinisikan sebagai:

atau

di mana:

 f adalah faktor gesekan Darcy


 ε adalah ketinggian kekasaran
 Dh adalah diameter hidrolik; untuk pipa bulat dengan air terisi penuh,
nilainya sama dengan diameternya
 Rh adalah jari-jari hidrolik; untuk pipa bulat dengan air terisi penuh,
nilainya sama dengan seperempat diameternya
 Re adalah bilangan Reynolds

Aliran permukaan bebas

3
 Bentuk persamaan Colebrook lainnya ada untuk bentuk aliran permukaan
bebas. Kondisi seperti ini terjadi pada pipa yang tidak terisi penuh.
 Untuk aliran permukaan bebas:

Kehilangan tekanan dalam pipa

Fluida yg mengalir dalam pipa akan mengalami hambatan berupa gesekan


dengan dinding pipa hal ini megakibatkan berkurangnya laju aliran dan penurunan
tekanan. Walaupun dapat terjadi berbagai jenis kehilangan energy gerak,
umunnya hambatan yang paling utama ada- lah akibat gesekan tadi.
Besarnya hambatan aliran karena gesekan sangat tergantung dari kekasaran
dinding pipa. Dari hasil berbagai percobaan diketahui bahwa makin kasar dinding
pipa makin besar terjadinya penurunan /kehilangan tekanan aliran. Jenis gesekan
ini dikenal dengan dengan gesekan aliran dan besarnya tahanan itu sendiri di ukur
dengan koefisien gesekan,f.
Pada awalnya percobaab mengenai gesekan aliran dilakukan oleh Froude yang
menyimpulkan bahwa :
1) Besarnya gesekan berbanding lurus dengan pangkat dua dari laju aliran
2) Hambatan karena gesekan bervariasi tergantung kepada kekasaran pipa

Hukum darcy tentang penurunan tekanan dalam pipa

Bila aliran mengalir secara merata dalam suatu pipa panjang dengan
diameter tertentu (sama di sepanjang pipa) maka besaranya penurunan tekanan
karena gesekan dapat dinyatakan dengan persamaam Darcy berikut.(Bird et
al,1970,khurmim).

4
Prinsip kehilangan energi akibat gesekan (friksi) dalam saluran pipa dapat
dijelaskan pada persamaan Darcy-Weisbach berikut.

dimana:
hf = kehilangan energi
f = faktor gesekan, yang tergantung dari angka Reynolds, diameter, dan
kekasaran pipa
L=panjangpipa
Q=debitaliran
D=diameterpipa
g = gaya gravitasi

Perhatikan bahwa kehilangan energi berbanding lurus dengan debit aliran


(hf : Q^2), dan kehilangan energi berbanding terbalik dengan diameter pipa (hf :
1/D^5). Semakin besar debit aliran dalam pipa, semakin besar juga kehilangan
energi. Semakin kecil diameter pipa, maka semakin besar kehilangan energi.
Artinya, dengan debit aliran yang sama, dengan diameter pipa yang semakin kecil,
kehilangan energi akan menjadi semakin besar. Pengaruh diameter tersebut sangat
signifikan dimana kehilangan energi fungsi lima kalinya diameter pipa.

Jika nilai kehilangan energi tersebut kita masukkan ke dalam persamaan


Bernoulli (lihat Prinsip Dasar Aliran Melalui Pipa) untuk sebuah pipa dengan dua
penampang pada ujung-ujung pipa tersebut, maka persamaan energi (mengabaikan
kehilangan energi sekunder) dapat ditulis sebagai berikut:

z1 + h1 + (V1^2/2g) = z2 + h2 + (V2^2/2g) + hf

5
Keterangan :

z1 = elevasi titik 1
h1 = tinggi tekanan hidraulik di titik 1
v1 = kecepatan aliran di titik 1
z1 = elevasi titik 2
h2 = tinggi tekanan hidraulik di titik 2
v2 = kecepatan aliran di titik 2

Untuk kasus meminum air kemasan di atas, kita anggap bahwa titik 1 (hulu)
merupakan penampang pipa di dalam air (kemasan). Sedangkan titik 2 (hilir)
merupakan penampang pipa di dalam mulut. Air mengalir dari dalam kemasan ke
mulut (hulu ke hilir).Semakin besar kehilangan energi (hf), membuat tekanan
hidraulik di titik 1 (h1) menjadi semakin besar pula. Tekanan tersebut dihasilkan
oleh daya hisap yang diberikan oleh mulut.

Semakin besar daya hidap, semakin besar pula tekanan hidraulik di titik 1.
Oleh karena itu, agar air dapat mengalir dari kemasan ke mulut dengan lancar, maka
dibutuhkan daya hisap yang cukup untuk memberikan tekanan dalam kemasan.
Dengan demikian, apabila diameter sedotan terlalu kecil, maka dibutuhkan daya
hidap yang lebih besar untuk menghasilkan tekanan yang lebih besar pula
dibandingkan dengan apabila menggunakan diameter yang lebih besar.

Head loss sering disingkat HL (untuk singkatan headloss) atauHf


(headfriction, kehilangan tekanan yang disebabkan friski atau gesekan). istilah
Head loss muncul sejak diawalinya percobaan-percobaan hidrolika abad
kesembilan belas, yang sama dengan energi persatuan berat fluida. Namun perlu
diingat bahwa arti fisik dari Head loss adalah kehilangan energy mekanik persatuan
massa fluida. Sehingga satuan Head loss adalah satuan panjang yang setara dengan
satu satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa fluida
setinggi satu satuan panjang yang bersesuaian.

6
Perhitungan Head loss didasarkan pada hasil percobaan dan analisa
dimensi.Penurunan tekanan untuk aliran turbulen adalah fungsi dari angka
Reynold, Re, perbandingan panjang dan diameter pipa, L/D serta kekasaran relatif
pipa, e/D. Mengingat perhitungan Head loss adalah perhitungan yang cukup
panjang dan kenyataan aplikasi program computer telah digunakan pada
perencanaan suatu system perpipaan maka dibutuhkan persamaan matematika
untuk menentukan koefisien gesek sebagai fungsi dari angka Reynold dan
kekasaran relatif. Salah satunya adalah persamaan Blasius yang dapat digunakan
pada aliran turbulen.

Kerugian major disebut juga kehilangan energi primer atau kehilangan


energi akibat gesekan. Kerugian major biasa terjadi pada pipa lurus berdiameter
konstan. Jadi Head loss mayor dapat dinyatakan sebagai kerugian tekanan aliran
fluida berkembang penuh melalui pipa penampang konstan.
Kerugian minor disebut kehilangan energi sekunder atau kehilangan energi akibat
perubahan penampang dan aksesoris lainnya. Misalnya terjadi pada pembesaran
penampang (expansion), pengecilan penampang (contraction), dan belokan atau
tikungan. (Triatmodjo, 1993)
Penurunan tekanan untuk aliran laminer, berkembang penuh, pada pipa horisontal,
dapat dihitung secara analitis. sehingga dengan memasukkan konsep angka
Reynold maka Head loss menjadi :

DxV
Red =
v

V = kecepatan aliran fluida (m/det)


D = diameter pipa (m)
v = viskositas fluida

7
BAB III
MATERI DAN METODE

A. Materi
1. Alat
Adapun alat – alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut
:
 Vent Valve
 Drain Valve
 Pompa Sirkulasi
 Katub pengendali aliran
 Manometer U terbalik
 Rota meter
 Pompa Air

2.Bahan
Adapun bahan yang dipakai adalah :
 Air

B. Metode
Adapun cara kerja dalam praktikum adalah sebagai berikut :
1. Alat dan bahan dipersiapkan
2. Semua katup diperiksa dalam keadaan tertutup kemudian katup gate
dibuka 25%,glove dibuka 50%,dan katup vchock dibuka 100%
(seluruhnya)
3. Katup loy pass dibuka setengah,lalu yang lainnya ditutup
4. Hidupkan alat dengan menekan power supply
5. Hidupkan pompa sirkulasi hingga air dapat mengalir
6. Atur laju alir yang akan dilakukan pengujian
7. Dipunglir udara dari dalam pipa

8
8. Diukur beda tegangan tekanan pada pipa dengan manometer U terbalik
9. Diatur laju arus/alir dengan rotameter,setiap hasil pengamatan dicatat
10. Percobaan diulangi dengan laju alir yang berbeda
11. Setelah semua percobaan selesai,semua katup ditutup dan katup
manometer U terbalik juga ditutup
12. Laju arus dinolkan
13. Pompa sirkulasi dimatikan dengan menekan tombol OFF dan dicabut
dari sumber arus

C. Gambar Rangkaian

9
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek

 PIPA
PERBEDAAN TEKANAN
LAJU ARUS TEMPERATUR
PERCOBAAN Pipa ½” Pipa ¾ “ Pipa 1”
Q (m3/jam) ℃
(25 – 26) (23 – 24) (21 – 22)

1 0,5 60 55 50 31

2 0,8 61 50 45 31

1
 SAMBUNGAN

PERBEDAAN TEKANAN
PERCOBAA Laju Arus TEMPERATUR
Elbow Reducer Reducer Gate Globe V cock V
N Q (m3/jam) ℃ Elbow Tiba” Tiba”
1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12

1 0,5 31 55 45 48 65 85 75 80 40 68

2 0,8 31 55 75 50 85 45 55 50 65 70

 KATUP
PERBEDAAN TEKANAN (mmHg)
LAJU ARUS TEMPERATUR
PERCOBAAN Orifice Venturi Nozzle
Q (m3/jam) ℃
17 - 18 15 – 16 13 – 14

1 0,5 31 35 25 30

2 0,8 31 80 55 55

2
CONSTANTA :
dv = 0,0119 m
d1/2 = 0,0161 m
dn = 0,0131 m
d3/4 = 0,0216 m
L = 2m
dv = 0,0119 m
d1 = 0,0296 m
dn = 0,0131 m
do = 0,0147 m
L = 2m

1
B. Pembahasan
1.Mengubah laju arus perdetik Q (m3 /dtk)
1 mmHg = 0,0136 mH2O
h1/2 = pipa ½ = 60 mmHg x 0,0136 mH2O = 0,816 mH2O
h3/4 = pipa 3/4 = 55 mmHg x 0,0136 mH2O = 0,748 mH2O
h1 = pipa 1 = 50 mmHg x 0,0136 mH2O = 0,68 mH2O
 Laju Arus
𝑚3 1 𝑗𝑎𝑚
Q1 = 0,5𝑗𝑎𝑚 × 3600 𝑑𝑡𝑘

= 0,000138 m3/dtk
 Kecepatan Air dalam Pipa
𝑄1 0,000138 𝑚3 /𝑑𝑡𝑘
 V½ = 𝜋 1 = 3,14
(𝑑 )2 (0,0161 𝑚 )2
4 2 4

0,000138 𝑚/𝑑𝑡𝑘
= 0,000203479

= 0,6784660 m/dtk
𝑄1 0,000138 𝑚3 /𝑑𝑡𝑘
 V¾ = 𝜋 3 = 3,14
(𝑑 )2 (0,0261 𝑚 )2
4 4 4

0,000138 𝑚/𝑑𝑡𝑘
= 0,000366249 𝑚

= 0,3767928 m/dtk
𝑄1 0,000138 𝑚3 /𝑑𝑡𝑘
 V1 = 𝜋 = 3,14
(𝑑1)2 (0,0296 𝑚 )2
4 4

0,000138 𝑚/𝑑𝑡𝑘
= 0,000687785𝑚

= 0,2006440 m/dtk
𝑄1 0,000138 𝑚3 /𝑑𝑡𝑘
 V 1½ = 𝜋 1 = 3,14
(𝑑1 )2 (0,0416 𝑚 )2
4 2 4

0,000138 𝑚/𝑑𝑡𝑘
= 0,001358489

= 0,10158345 m/dtk

66
 Faktor gesekan untuk aliran air dalam pipa
1 1
2gh d 2 (9,8)0,816 mH2 O (0,0161)
 λ½ = 1
2 2
=
(v )2 x ℓ ( 0,6784660)2 x 2
2

0,25749696
= 0,920632226

= 0,279695792 mH2O
3 3
2gh d 2 (9,8)0,68 mH2 O (0,0261)
 λ¾ = 3
4 4
=
(v )2 x ℓ ( 0,3767928)2 x 2
4

0,31667328
= 0,283945628

= 1,115260278 mH2O
2 g h1 d1 2 (9,8)0,68 mH2 O (0,0296)
 λ1 ` = =
(v1)2 x ℓ ( 0,2006440)2 x 2
0,3945088
= 0,080516029

= 4,899754805 mH2O

 Dik = T = 31℃

vl= x-x1 = y-y1


x-x2 y-y2
(31-30) °C = y-0,00796 x 10-4 m2/s
(35-30) °C (0,00724-0,00796) x 10-4 m2/s
1 = y-0,00796 x 10-4 m2/s
5 -0,00072 x 10-4 m2/s
-0,00072 x 10-4 m2/s= 5y-0,0398 x 10-4 m2/s
(-0,00072+0,0398) x 10-4 m2/s = 5y
0,0398 x 10-4 m2/s =5y
y=0,00398 x 10-4 m2/s
2
vl=0,007816 x 10-4 m2/s

Bilangan Reynold untuk air dalam pipa


1 1
𝑑 𝑥𝑣 0,0161 𝑚 𝑥 0,6784660 𝑚/𝑑𝑡𝑘
 Red ½ = 2 2
=
𝑉𝑙 0,007816𝑥 10−4 𝑚2 /𝑑𝑡𝑘
0,010923302
= 0,007816 𝑥 10−4

= 13975,56
3 3
𝑑 𝑥𝑣 0,0216 𝑚 𝑥 0,3767928 𝑚/𝑑𝑡𝑘
 Red ¾ = 4 4
=
𝑉 0,007816 𝑥 10−4 𝑚2 /𝑑𝑡𝑘

67
0,008138724
= 0,007816 𝑥 10−4

= 10412,90
𝑑1 𝑥 𝑣1 0,0296 𝑚 𝑥 0,2006440 𝑚/𝑑𝑡𝑘
 Red 1 = =
𝑉 0,007816 𝑥 10−4 𝑚2 /𝑑𝑡𝑘
0,005939062
= 0,007816 𝑥 10−4

= 7598,59

 Dik =
ho= 105 mmHg =1,428 mH20
hn= 85 mmHg =1,156 mH20
hv=105 mmHg =1,428 mH20

Laju Arus Per Teoritis Q


𝜋 3,14
 Qo = do2√2 𝑔 𝑥 ℎ𝑜 = (0,0147 m)2√2 𝑥 9,8 𝑥 0,476 𝑚𝐻2 𝑂
4 4

= 0,00016963 √9,3296
= 0,000518124 m3/dtk
𝜋 3,14
 Qn = dv2√2 𝑔 𝑥 ℎ𝑣 = (0,0131 m)2√2 𝑥 9,8 𝑥0,408 𝑚𝐻2 𝑂
4 4

= 0,000134713 √7,9968
= 0,000380949 m3/dtk
𝜋 3,14
 Qv = dn2√2 𝑔 𝑥 ℎ𝑛 = (0,0119m)2√2 𝑥 9,8 𝑥 0,34 𝑚𝐻2 𝑂
4 4

= 0,000111163 √6,664
= 0.000286964 m3/dtk
 Koefisien arus dari orifice, nozzle, dan pipa venture
𝑄1 0,0000138 𝑚3 /𝑑𝑡𝑘
Co = = = 0,266345508
𝑄𝑜 0,00518124 𝑚3 /𝑑𝑡𝑘

𝑄1 0,000138 𝑚3 /𝑑𝑡𝑘
Cv = = 0,000286964 𝑚3 /𝑑𝑡𝑘 = 0,480896558
𝑄𝑣

𝑄1 0,000138𝑚3 /𝑑𝑡𝑘
Cn = = = 0,362253215
𝑄𝑛 0,000380949 𝑚3 /𝑑𝑡𝑘

68
 Dik =
Elbow (1-2) = 55 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,748 mH2O
Reducer (3-4) = 45mmHg. 0,0136mH2O = 0,612 mH2O
Reducer (5-6) = 48 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,6528 mH2O
Gate (7-8) = 65 mmHg. 0,0136mH2O = 0,884 mH2O
Globe (9-10) = 85 mmHg. 0,0136 mH2O = 1,156 mH2O
Cock (11-12) = 75 mmHg. 0,0136mH2O = 1,02 mH2O
Elbow (27-28) = 80 mmHg. 0,0136 mH2O = 1,088 mH2O
Tiba`` (29-30) = 40 mmHg. 0,0136mH2O = 0,544 mH2O
Tiba`` (31-32) = 68 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,9248 mH2O

 Coefficient of Head Loss Across


ℎ1−2 0,748 𝑚𝐻2 𝑂
 E1-2 = =
(𝑉1)2 /2𝑔 (0,2006440)2 /2 𝑋9,8
0,748 𝑚𝐻2 𝑂
= 0,00205398

= 364,1710241
ℎ3−4 0,612 𝑚𝐻2 𝑂
 E3-4 = 1 =
((𝑉1 )−(𝑉1))2 /2𝑔 (0,10158345−0,02006440)2 /2 𝑋9,8
2

0,612 𝑚𝐻2 𝑂
= 0,0050662

= 1222,381567
ℎ5−6 0,6258 𝑚𝐻2 𝑂
 E5-6 = =
(𝑉1)2 /2𝑔 (0,2006440)2 /2 𝑋9,8
0,6258 𝑚𝐻2 𝑂
= 0,00205398

= 304,6767739
ℎ7−8 0,884 𝑚𝐻2 𝑂
 E7-8 = =
(𝑉1)2 /2𝑔 (0,2006440)2 /2 𝑋9,8
0,844 𝑚𝐻2 𝑂
= 0,00205398

= 430,383975
ℎ9−10 1,156 𝑚𝐻2 𝑂
 E9-10 = =
(𝑉1)2 /2𝑔 (0,2006440)2 /2 𝑋9,8
1,156 𝑚𝐻2 𝑂
= 0,00205398

= 562,8097645

69
ℎ11−12 1,02 𝑚𝐻2 𝑂
 E11-12 = =
(𝑉1)2 /2𝑔 (0,2006440)2 /2 𝑋9,8
1,02 𝑚𝐻2 𝑂
= 0,00205398

= 496,596851

ℎ27−28 1,088 𝑚𝐻2 𝑂


 E27-28 = =
(𝑉1)2 /2𝑔 (0,2006440)2 /2 𝑋9,8
1,088 𝑚𝐻2 𝑂
= 0,00205398

= 529,7033077
ℎ29−30 0,544 𝑚𝐻2 𝑂
 E29-30 = =
(𝑉1)2 /2𝑔 (0,2006440)2 /2 𝑋9,8
0,544 𝑚𝐻2 𝑂
= 0,00205398

= 264,8516539
ℎ31−32 0,9248 𝑚𝐻2 𝑂
 E31-32 = =
(𝑉1)2 /2𝑔 (0,2006440)2 /2 𝑋9,8
0,9248 𝑚𝐻2 𝑂
=
0,00205398

= 450,2478116

70
C. Tabulasi Data

A. PIPA

LAJU ARUS
PERCOBAAN Pi
Q (m3/jam)
(2

1 0,5

2 0,8

KECEPATAN AIR DALAM PIPA(m/dtk)

Pipa ½ Pipa ¾ Pipa 1 λ½

0,6784660 0,3767928 0,2006440 0,279695

0,10947 0,600 0,3198 0,1091

B. SAMBUNGAN

1
PERBEDAAN
TEKANAN
Laju
V
Arus TEMPERATUR
PERCOBAAN cock
Q ℃ Elbow Reducer Reducer Gate Globe
V Elbow Tiba” Tiba”
(m3/jam) 1-2 3-4 5-6 7-8 9-10
11-
12
1 0,5 31 55 45 48 65 85 75 80 40 68
2 0,8 31 55 75 50 85 45 55 50 65 70

COEFICIENT OF HEAD LOSS


Elbow Reducer Reducer Gate Globe V cock V
Elbow Tiba” Tiba”
1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12
364,1710 1222,3815 450,2478116 304,6767 430,3839 562,8097 496,5968 529,7033 264,851653

143,718 849,666 322,1404 222,2115 117,63 143,788 130,7115 169,92 182,980

2
C. KATUP

LAJU PERBEDAAN TEKANAN


TEMPER LAJU ARUS TEORITIS (m3/dtk) KOEFISIEN ARUS (-)
PERCOB ARUS (mmHg)
ATUR
AAN Q Orifice Venturi Nozzle
℃ 0rrifice Venturi Nozzle Co Cv Cn
(m3/jam) 17 – 18 15 - 16 13 - 14

1 0,5 31 35 25 30 0,000518124 0,000286964 0,000380949 0,2663455 0,4808965 0,362253

2 0,8 31 80 55 55 0,00078318 0,00051571 0,00042554 0,2809 0,5169 0,4265

dv = 0,0119 m d1/2 = 0,0161 m


dn = 0,0131 m d3/4 = 0,0216 m
L = 2m d1 = 0,0296 m
dv = 0,0119 m
dn = 0,0131 m
do = 0,0147 m
L = 2m

3
 GRAFIK

1
BAB VI
KESIMPULAN

1. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan,dapat diketahui bahwa faktor-


faktor yang mempengaruhi kehilangan tekanan:
A) Faktor friksi
Semakin besar faktor fraksinya,maka semakin besar pula pressure
dropnya
B) Panjang pipa (∆L)
Semakin panjang pipa,maka semakin besar pula kehilangan
tekanannya
C) Diameter pipa
Semakin besar diameter pipa semakin kecil penurunan tekanannya
2. Pembagian golongan pipa
1.Golongan I
Yang termasuk dalam golongan I adalah memiliki temperatur dan
tekanan bermacam-macam
2.Golongan II
Yang termasuk dalam golongan II adalah semua jenis pipa dengan
tekanan dan temperatur dibawah pipa golongan I
3. Fungsi pressure drop dalam sebuah pipa adalah fungsi dan kecepatan berat
jenis dan kekentalan atau viskositas dari cairan dan panjang serta diameter
pipa

2
DAFTAR PUSTAKA

BAMBANG SURENDRO, M. AMIN. “PENGARUH SUDUT BELOKAN


TERHADAP TINGGI TEKANAN AIR PADA SALURAN PIPA.”
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG

LEILY FATMAWATI. “ANALISIS JARINGAN PIPA PDAM KABUPATEN


KUDUS DI KELURAHAN UNDAAN KIDUL DENGAN
EPANET.” JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI
SEMARANG.

N. NURCAHYONO. 2008, “SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH”.


UNIVERSITAS DIPONEGORO.

https://feelit11.wordpress.com/2012/03/23/diameter-pipa-tekanan-kehlangan-
tekanan-karena-gesekan-pipa/

Anda mungkin juga menyukai