Anda di halaman 1dari 7

BIOMA, Juni 2017 ISSN: 1410-8801

Vol. 19, No. 1, Hal. 30-37

Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia Cuka Kayu dari Sekam Padi Dian Laila
Nugrahaini1, Endang Kusdiyantini2, Udi Tarwotjo2, A. Heru Prianto3

1
Program Studi Biologi Departemen Biologi FSM Undip
2
Laboratorium Bioteknologi dan Ekologi & Biosistematik Departemen Biologi FSM Undip
3
Laboratorium PSHB UPT Biomaterial LIPI
Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang
50275 Tlp. (024) 7474754; Fax. (024) 76480690.
Email:dianlailanugrahaini@gmail.com1

Abstract

Wood vinegar rice husk contains a chemical compound that can be used as a biopesticides. Wood vinegar
contained compounds which estimated potential as repellent, antifeedant, antimicrobials, antioxidants, disinfectants and
as preservatives. The content of chemical compounds in the wood vinegar must be identified. Identification were done
by calculating the concentration of acid, phenol and an infrared spectrophotometer. Production of wood vinegar made
by the pyrolysis process used pirolisator. Most of the wood vinegar obtained is evaporated using a rotary evaporator and
partly extracted using the method of separating funnel. Compound of acid and phenol in wood vinegar evaporation
were higher than the extraction of wood vinegar. These results were confirmed by an infrared spectrophotometer
spectrum showed the functional groups of acid and phenolic compounds.

Keywords: wood vinegar rice husk, acid, phenol, pyrolysis, infrared spetrofotometer
.
.
Abstrak

Cuka kayu sekam padi memiliki kandungan senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai bioinsektisida
alami.Cuka kayu mengandung senyawa-senyawa yang diperkirakan berpotensi sebagai repellent, antifeedant,
antimikroba, antioksidan, desinfektan dan sebagai zat pengawet.Kandungan senyawa kimia pada cuka kayu perlu
dilakukan identifikasi. Identifikasi dilakukan dengan menghitung kadar asam, kadar fenol dan spektrofotometer
inframerah. Produksi cuka kayu dilakukan dengan proses pirolisis menggunakan pirolisator.Sebagian cuka kayu yang
diperoleh dievaporasi menggunakan rotary evaporator dan sebagian lagi diekstraksi menggunakan metode corong pisah.
Kadar asam dan kadar fenol pada cuka kayu evaporasi lebih tinggi daripada cuka kayu ekstraksi. Hasil ini diperkuat
dengan hasil spektrum spektrofotometer inframerah yang menunjukkan gugus fungsi dari senyawa fenol dan asam lebih
banyak pada cuka kayu evaporasi.

Kata Kunci : Cuka kayu sekam padi, asam, fenol, pirolisis, spetrofotometer inframerah
. berkembang dan banyak menghasilkan produk
pertanian yang melimpah. Produksi sektor pertanian
PENDAHULUAN semakin menurun seiring berjalannya waktu, salah
Indonesia merupakan Negara kaya akan satunya disebabkan oleh berbagai serangan hama
berbagai sumber daya alam yang jenisnya sangat maupun penyakit terhadap tanaman produksi para
bervariasi dan memiliki banyak potensi yang belum petani.
banyak diketahui. Banyak tumbuhan yang belum Upaya petani yang dilakukan untuk
diteliti secara ilmiah, namun dipercaya memiliki menanggulangi masalah ini yaitu dengan
kemampuan yang dapat membantu kehidupan menggunakan insektisida kimiawi.Dampak negatif
manusia.Indonesia merupakan Negara yang penggunaan insektisida kimiawi yang berlebihan
sebagian besar mata pencaharian penduduknya dapat mempengaruhi lingkungan maupun
adalah petani.Sektor pertanian Indonesia sangat
Identifikasi kandungan Senyawa Kimia Cuka
Kayu

manusia.Penggunaan yang dilakukan secara penelitian adalah larutan madu 10%, Na2CO315%,
terusmenerus dapat mencemari lingkungan dan reagen Folin-Ciocalteau, fenol, indikator PP, NaOH
merusak keseimbangan ekosistem alam. Selain itu, 0,1N, asam oksalat 0,1 N dan aquades.
penyebab hama yang resisten dari waktu ke waktu Alat yang digunakan adalah pirolisator,
juga disebabkan karena penggunaan insektisida thermodetectorOMEGA, pH meter digital Cybers
yang sangat berlebihan sehingga tidak dapat can pH 110, timbangan analitik Boeco, oven, rotary
diuraikan oleh lingkungan sekitar. Sedikitnya evaporatorIKA HB 10, spektrofotometer UV-VIS,
pemanfaatan limbah yang ada di lingkungan spektrofotometer inframerah / FT-IR dan peralatan
sekitar mendorong penggunaannya sebagai bahan gelas kimia. Prosedur Penelitian
baku untuk pembuatan bioinsektisida yang ramah Persiapan Bahan Baku
lingkungan. Salah satu limbah yang dianggap tidak Penyiapan bahan baku dilakukan dengan
bermanfaat dan tidak banyak pemanfaatan yang pengambilan bahan baku, penimbangan bahan baku
dilakukan yaitu sekam padi.Sekam padi memiliki dan pengukuran kadar air bahan baku.
berbagai komponen kimia yang dapat berperan
sebagai bioinsektisida.Sekam padi merupakan Produksi Cuka Kayu
limbah yang pemanfaatannya masih sedikit. Sekam Proses pirolisis dilakukan dengan
padi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku menggunakan peralatan pirolisis yang disebut
pembuatan cuka kayu dengan proses pirolisis yang pirolisator yang bertujuan untuk menghasilkan cuka
dapat digunakan sebagai insektisida organik (Putri kayu dari bahan baku yang digunakan yaitu sekam
dkk., 2015). padi. Sekam padi dimasukkan ke dalam tabung
Menurut Haji et al., (2007), analisis pirolisator, kemudian di tutup rapat (diusahakan
kandungan kimia cuka kayu dari bahan sampah tidak ada oksigen).Alat pirolisator dipanaskan
organik dengan teknik GC-MS yaitu menunjukkan dengan tungku yang dihubungkan dengan regulator
terdapat 61 senyawa penyusun cuka kayu. tabung gas lalu suhu dalam tabung pirolisator diukur
Senyawa yang teridentikasi tersebut antar lain 17 menggunakan thermodetectordan dicatat.Cuka kayu
senyawa (27,9%) golongan keton, 14 senyawa yang dihasilkan ditampung dalam wadah. Setelah
(23%) yang merupakan golongan senyawa pembakaran berlangsung selama 5 jam tungku
fenolik, 8 senyawa (13%) golongan asam dimatikan dan pirolisator dibiarkan dingin secara
karboksilat, 7 senyawa (11,5%) alkohol, 4 senyawa alami (Haji et al., 2012).
(6,6%) golongan ester, 3 senyawa (4,9%)
kelompok aldehid dan senyawa lain1 senyawa Evaporasi Cuka Kayu
(1,6%). Menurut Nugroho & Imas (2013), cuka Cuka kayu hasil pirolisis dievaporasi
kayu hasil pirolisis dari tempurung kelapa menggunakan rotary evaporator. Proses evaporasi
mengandung berbagai senyawa kimia diantaranya dilakukan dengan 3 tahap perlakuan suhu yang
yaitu fenol, aldehid, keton, asam organik, alkohol berbeda yaitu 60°C, 70°C dan 60°C dengan tekanan
dan ester. Senyawa fenol, asam dan alkohol 150 mbar dan kecepatan 101 rpm. Evaporasi
merupakan senyawa penting yang dapat berpotensi diberhentikan setelah tidak keluar air lagi, sehingga
sebagai bioinsektisida alami yang dapat diperoleh cuka kayu yang lebih pekat daripada cuka
menangulangi gangguan serangan hama maupun kayu sebelum dievaporasi. Tujuan dari proses
pathogen.Identifikasi kandungan senyawa kimia evaporasi adalah untuk meminimalkan kadar air
cuka kayu sangat penting untuk mengetahui yang terkandung di dalam nya setelah proses
komponen kimia di dalamnya. Identifikasi pirolisis.
dilakukan dengan menghitung kadar asam dan
fenol. Hasil ini diperkuat dengan analisis Ekstraksi Cuka Kayu
menggunakan spektrofotometer inframerah. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan
Penelitian ini dilakukan identifikasi cuka kayu metode corong pisah. Cuka kayu murni atau hasil
yang diperoleh dari proses pirolisis. dari pirolisis diekstraksi dengan pelarut campuran
antara diklorometan dan air (1:1). Residu dipisahkan
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan dan diekstrak kembali dengan pelarut diklorometan.
Bahan utama adalah sekam padi yang diperoleh Proses ekstraksi dihentikan setelah hasil ekstraksi
dari daerah Sampora kelurahan Cibinong, berwarna bening, sehingga diperoleh ekstrak yang
Bogor.Bahan kimia yang digunakan dalam berwarna bening dari cuka kayu sebelumnya.
Dian Laila Nugrahaini, Endang Kusdiyantini, Udi tarwotjo dan A. Heru Prianto

Tujuan dari proses ekstraksi adalah untuk HASIL DAN PEMBAHASAN


meminimalkan senyawa-senyawa yang terdapat Hasil produksi cuka kayu dengan cara
dalam cuka kayu sehingga diharapkan hanya pirolisis disajikan pada Tabel 1.
senyawa tertentu khususnya yaitu senyawa fenol.
Tabel 1.Produksi Cuka Kayu dari Sekam Padi
Karakterisasi Cuka Kayu Rendemen (Sawitri,
2014) Kadar air Berat Volume Suhu Rendemen
Jerigen yang bersih ditimbang, lalu diisi cuka (%) Sekam cuka kayu Rata-rata (%)
kayu hasil pirolisis.Kemudian jerigen yang berisi Padi (L) Pirolisis
cuka kayu ditimbang lagi dengan teliti. Selanjutnya (kg) (°C)
ditentukan rendemennya dengan formula berikut: 9,06 191,20 30,88 373,00 16,15

Rendemen (%v/b) =
%
Analisis pH (LTP, 1974) Rata-rata kadar air sekam padi yang diperoleh
Nilai pH cuka kayu yang dihasilkan diukur dari hasil perhitungan yaitu 9,06 %, hal ini sesuai
dengan menggunakan pH meter digital dengan cara dengan Jamilatun & Setyawan (2014), bahwa kadar
mencelupkan elektroda ke dalam aquades terlebih air sekam padi yang baik untuk proses pirolisis yaitu
dahulu dan keringkan dengan tisu. Selanjutnya memiliki kadar air maksimum 10% dimana sekam
elektroda dimasukkan ke dalam sampel cuka kayu. padi memenuhi syarat yang ditetapkan untuk proses
Analisis Kadar Asam (AOAC, 1990) pirolisis. Menurut Ariyani dkk, (2015), kadar air
Sampel cuka kayu disiapkan.Masing-masing bahan baku pada proses pirolisis akan berpengaruh
sampel diambil sebanyak 1 mL ditimbang dengan pada lama waktu dan energi yang terpakai untuk
teliti dan ditambahkan 100 mL aquades kemudian menguapkan kadar air tersebut sehingga proses yang
dihomogenkan. Larutan sampel ditambahkan 3 tetes terjadi lebih singkat serta kadar air memiliki massa
indikator PP lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 yang lebih berat daripada senyawa yang terkandung
N. Proses titrasi diberhentikan setelah terjadi dalam sekam padi yang berpengaruh terhadap
perubahan warna. Analisis Kadar Fenol (Senter et pengurangan massa sekam padi.
al., 1989) Hasil total rendemen cuka kayu dapat dilihat
Sampel cuka kayu diambil sebanyak 1 mL pada Tabel 1. Total rendemen yang didapatkan dari
ditambahkan aquades hingga 500 mL. Sebanyak 1 penelitian ini menggunakan bahan baku sekam padi
mL yang telah diencerkan masukkan ke dalam yaitu 16,15%. Rendemen yang dihasilkan pada
tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 mL larutan penelitian ini lebih rendah dibandingkan hasil dari
Natrium Karbonat 15% dan dibiarkan pada suhu hasil yang diperoleh Huang et al., (2016), pada
kamar selama 10 menit. Sampel ditambahakan 0,5 pirolisis yang dilakukan menghasilkan produk
mL reagen Folin-Ciocalteau lalu dikocok dan sekitar 30,40% pada suhu 500°C. Hal ini dapat
diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. dipengaruhi oleh sistem pirolisis yang dipakai
Absorbansi diukur dengan spektrofotometer UVVIS maupun proses kondensasi yang berbeda.Lamanya
terhadap larutan blanko yaitu aquades pada panjang proses pirolisis yang berlangsung dan suhu yang
gelombang 750 nm.Konsentrasi fenolat larutan terlalu tinggi dapat berpengaruh terhadap rendemen
sampel dihitung berdasarkan kurva standar yang yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan Haji et al.,
diperoleh dari larutan fenol murni. (2007), bahwa suhu yang terlalu tinggi dan waktu
yang terlalu lama pada saat pirolisis dapat
Identifikasi Senyawa dengan Spektrofotometer mempengaruhi produksi jumlah cuka kayu yang
Inframerah dihasilkan karena suhu dalam kondensor juga akan
Sampel cuka kayu yang akan dianalisis semakin meningkat sehingga asap tidak
diletakkan pada sampel holder dan ditempatkan terkondensasi sempurna.
pada lintasan sinar alat spektrofotometer inframerah
(FTIR).sebanyak satu tetes. Senyawa yang pH
terdeteksi akan muncul sebagai puncak – puncak Rata-rata yang diperoleh dari pengukuran
yang membentuk suatu spektrum. derajat keasaman (pH) cuka kayu sekam padi
berkisar antara 3,83-4,04.Cuka kayu murni hasil
pirolisis mempunyai nilai pH 3,86 , cuka kayu hasil
Identifikasi kandungan Senyawa Kimia Cuka
Kayu

evaporasi mempunyai nilai pH 4,04; sedangkan Kadar fenol tertinggi pada sampel cuka kayu hasil
cuka kayu hasil ekstraksi mempunyai nilai pH 3,83. evaporasi yaitu sebesar 0,7%. Kadar fenol pada
Menurut Komarayati dkk., (2011), pH cuka kayu penelitian ini lebih rendah dibandingkan pada
berkisar antara 3,20 - 6,80; maka pH cuka kayu dari penelitian Zhai et al., (2015), kadar fenol yang
sekam padi inimenunjukkan bahwa semua sampel dihasilkan berkisar antara 1,297-4,652% pada suhu
bersifat asam. pirolisis yang berbeda. Semakin tinggi suhu dan
semakin lama waktu pirolisis maka kadar fenol yang
Kadar Asam dihasilkan semakin tinggi. Perbedaan kadar fenol
Ratat-rata kadar asam cuka kayu sekam padi pada komponen kimia cuka kayu tergantung pada
yang diperoleh yaitu berkisar antara 1,5614,415%. bahan baku yang digunakan, dimana semakin tinggi
Cuka kayu yang memiliki harga kadar asam kandungan lignin pada bahan baku maka kandungan
tertinggi pada cuka kayu hasil evaporasi yaitu fenol pada cuka kayu akan semakin besar.
sebesar 4,415%. Sedangkan pada cuka kayu hasil Penentuan kadar fenol dilakukan dengan
ekstraksi memiliki harga kadar asam yang paling prinsip Folin-Ciocelteau, dimana reagen
rendah yaitu 1,561%. Perbedaan kadar asam cuka
kayu berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kadar
fenol yang dihasilkan. Kadar fenol cuka kayu hasil
evaporasi yang dihasilkan lebih tinggi daripada
sampel yang lain, sehingga kadar asam cuka kayu
hasil evaporasi yang dihasilkan pun lebih tinggi dari
sampel yang lain. Hal ini sesuai dengan Pamori
dkk.,(2015), bahwa jumlah total asam
tertitrasibekaitan dengan tinggi rendahnya jumlah
senyawa fenolyang terkandung dalam cuka kayu,
dimana kadar fenol cuka kayu yang semakin tinggi,
maka total asam tertitrasi yang dihasilkan akan
479.83cm-1
, 0.47A
0.4
5 523.42cm-1
, 0.45A

0.4
0
0.3
5
0.3 3349.95cm-
,
0 1 0.28A

0.2
A

5
0.2
0 1634.54cm-
,
1 0.15A
0.1 1411.62cm
,
5 -1 0.06A ,
1277.74cm
-1 0.06A
0.1
1037.60cm
,
0 -1 0.05A
2163.40cm-
,
0.0 1 0.02A 2111.50cm
,
-1 0.02A
5
-
-0.00
400
0.01 350 300 250 200 150 100 50 45
0 0 0 0 cm- 0 0 0 0 0
1
semakin tinggi, begitu juga sebaliknya apabila kadar
fenol cuka kayu semakin rendah, maka totalasam
tertitrasi akan semakin rendah.

Kadar Fenol
Rata-rata kadar fenol cuka kayu sekam padi
yang diperoleh yaitu berkisar antara 0,18 – 0,7%.
Dian Laila Nugrahaini, Endang Kusdiyantini, Udi tarwotjo dan A. Heru Prianto

470.79cm-
, 452.13cm-
,
0.4 1 0.48A 1 0.48A
9 462.65cm-1
, 0.48A
0.4 479.09cm-1
, 0.47A
5
0.4
0
0.3
5
0.3 3340.91cm-
,
0 1 0.28A

0.2
A

5
0.2
0
1634.57cm-
,
0.1 1 0.15A
5
1387.97cm-
,
0.1 1 0.04A
0 1271.57cm-
,
1 0.05A
0.0
5 2113.18cm-
,
- 1 0.02A
-0.00
400
0.01 350 300 250 200 150 100 50 45
0 0 0 0 cm- 0 0 0 0 0
1
Gambar2. Spektrum Inframerah Cuka Kayu Ekstraksi

dengan vibrasi tekuk O-H. Pita serapan yang tajam


Hasil analisis spektrum inframerah cuka kayu dengan intensitas rendah pada bilangan gelombang
evaporasi (Gambar 1) menunjukkan bahwa adanya 1634,57cm-1 menunjukkan adanya uluran C=C,
senyawa asam dan fenol. Berdasarkan analisis sedangkan serapan uluran melebar dengan
spektrumadanya serapan melebar dengan intensitas intensitas rendah pada bilangan gelombang
cukup tinggi pada daerah bilangan gelombang 1271,57cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ulur C-O.
3349,95cm-1 yang diduga adalah serapan vibrasi Menurut Sulistyo dkk., (2015), bahwa adanya
tekuk O-H diduga kelompok fenol. Adanya Serapan gugus vibrasi tekuk O-H menunjukkan adanya
tajam dengan intensitas lemah pada daerah bilangan senyawa fenol, uluran C=C aromatis dan vibrasi
gelombang 1634,54 cm-1 dan diperkuat dengan ulur C-O merupakan gugus ester. Menurut Sari dkk.,
adanya serapan pada bilangan gelombang 1411,62 (2015), terdapatnya gugus ester menunjukkan
cm-1yang diduga adalah serapan vibrasi uluran adanya ikatan ester antara gugus hidroksi pada
C=C.Serapan uluran COyang tajam dan lemah glukosa dengan gugus karboksil dari asam fenolat .
muncul pada daerah bilangan gelombang
1277,74cm-1 dan 1037,60cm1 diduga senyawa KESIMPULAN
kelompok asam. Menurut Sulistyo dkk.,(2013), Cuka kayu memiliki kandungan senyawa
adanya gugus fungsi O-H, C=C dan C-O kimia antara lain yaitu asam karboksilat, fenol,
mengindikasikan positif terdapat senyawa flavonoid alkena dan asam
yang merupakan kelompok senyawa fenol, serta
dikuatkan dengan vibrasi ulur C-O yang termasuk DAFTAR PUSTAKA
dalam golongan senyawaan fenol. Ariyani, D., Dwi, R. M. dan Dewi, U.Y. A. H. 2015.
Hasil analisis spektrum inframerah pada Studi Kajian Kandungan Senyawa pada Asap
sampel cuka kayu ekstraksi (Gambar 2) juga Cair dari Sekam Padi.Prosiding Seminar
menunjukkan adanya senyawa asam dan fenol Nasional Kimia.Jurusan Kimia FMIPA
seperti pada sampel cuka kayu evaporasi, namun Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
perbedaannya pada banyaknya senyawa yang ada Association of Official Agricultural Chemist
serta pada kondisi serapan yang berbeda.Adanya (AOAC). 1995. Official Methods of analysis
serapan melebar dengan intensitas yang cukup of AOAC International. Arlington, Virginia,
tinggi pada daerah bilangan gelombang 3340,91cm -1 USA.
yang diduga adalah kelompok senyawa fenol
Identifikasi kandungan Senyawa Kimia Cuka
Kayu

Bakri.2008. Komponen Kimia dan Fisik Abu Sekam Padi melalui Metode Pirolisis.Skripsi.
Padi sebagai SCM untuk Pembuatan Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin,
Komposit Semen.Jurnal Parennial. 5(1): Universitas Diponegoro. Semarang.
914. Pamori,R., Raswen, E., dan Fajar, R. 2015.
Dias, M.I., Maria, J. S., Rita, C. A., and Isabel, Karakteristik Asap Cair dari Proses Pirolisis
C.F.R. F. 2015.Exploring plant tissue culture Limbah Sabut Kelapa Muda.SAGU.14(2) :
to improve the production of phenolic 43-50.
compounds: A review.Industrial Crops and Prasetyowati, Ayu, P.N., dan Mutia,R. H. 2014.
Products 82(2016) : 9–22. Pembuatan Asap Cair dari Limbah Kulit
Fatimah, F., dan Jaka, N. 2005. Identifikasi Hasil Singkong (Manihot Esculenta L. Skin) untuk
Pirolisis Serbuk Kayu Jati Menggunakan Bahan Pengawet Kayu.Jurnal Teknik Kimia.
Principal Component Analysus.Jurnal Ilmu 1(20) : 64-75.
Dasar 6(1) : 41-47. Prawira, H.,H.A. Oramahi, D. Setyawati dan F.
Haji, A.G., Zainal, A. M., Bibiana, W. L., Surjono, Diba. 2013. Aplikasi Asap Cair dari Kayu
H. S., dan Gustan, P. 2007. Karakterisasi Laban (Vitex pubescens Vahl) Untuk
Asap Cair Hasil Pirolisis Sampah Organik Pengawetan Kayu Karet (Application of
Padat(Characterization Of Liquid Smoke Liquid Smoke Vitex pubescens Vahl Wood
PyrolyzedFrom Solid Organic Waste). Jurnal for Preservation Rubber Wood). Jurnal
Teknologi Industri Pertanian 16(3) :111-118. Hutan Lestari. 1(1): 16-22.
_________________________________________ Putri, R.E., Mislaini dan Lisa, S. N. 2015.
___________ 2012. Identifiasi Senyawa Pengembangan Alat Penghasil Asap Cair dari
Bioaktif antifeedant dari asap cair hasil Sekam Padi untuk Menghasilkan Insektisida
pirolisis sampah organik perkotaan. Jurnal Organik.Jurnal Teknologi Pertanian Andalas.
Bumi Lestari 12(1) : 1-8. 19(2): 29-36 .
Hidayat, T. 2015. Studi Eksperimen Pemilihan Rahmalinda, Amri, dan Zutiniar. 2014. Studi
Biomassa untuk Memproduksi Gas Asap Cair Komparasi Karakteristik Asap Cair Hasil
( Liquid Smoke Gases ) sebagai Bahan Pirolisis dari Kulit Durian, Pelepah dan
Pengawet. Jurnal SIMETRIS.6(1) : 189-196. Tandan Kosong Sawit dengan Pemurnian
Huang, A-N., C-P Hsu , B-R Houa dan H-P Kuo. Secara Distilasi. Jurnal Online Mahasiswa
2016. Production and separation of rice husk (Jom) Bidang Teknik Dan Sains.1(1):
pyrolysis bio-oils froma fractional distillation 19.jom.unri.ac.id/index.php/JOMFTEKNIK/a
column connected fluidized bed reactor. rticle/viewFile/2429/2366
Powder Technology.1-6. Senter, S.D., Robertson, J.A., and Meredith, F.I.
Jamilatun, S. dan Martomo, S. 2014. Pembuatan 1989. Phenolic compound of the mesocarp of
Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dan cresthaven peaches during storage and
Aplikasinya untuk Penjernihan ripening. Journal of Food Science.54 : 1259-
Asap 1268.
Cair.Spektrum Industri.12(1): 1 – 112. Silviyah, S., Chomsin, S.W. dan
Komarayati,S., Gusmailina dan Gustan, P. 2011. Masruroh.2014.Penggunaan Metode FT-IR (Fourier
Produksi Cuka Kayu Hasil Modifikasi Transform Infra Red) untuk Mengidentifikasi
Tungku Arang Terpadu. Jurnal Penelitian Gugus Fungsi pada Proses Pembaluran Penderita
Hasil Hutan.29(3): 234-247. Mioma.Physics
Lembaga Teknologi Pertanian (LTP). 1974. Metode Student Journal.1-28.
dan Prosedur Peeriksaan Kimiawi Hasil Sulistyo,R., Suratmo, dan Rurini, R. 2015. Sintesis
Perikanan. LTP ; Dirjen Perikanan, Salisilanilida dari Komponen
Departemen Pertanian. Jakarta. Utama Minyak Gandapura.Kimia
Ningsih, L.S. 2011. Pembuatan Asap Cair dari Student
Sekam Padi dengan Proses Pirolisa Journal.1(1): 805 – 811.
untukMenghasilkanInsektisidaOrganik.Skrip Sungkono, H. dan Darminto. 2006. Studi Spektral
si.UniversitasAndalas. Padang. Inframerah pada Ferit Spinel Nanokristal
Nugraha, G. 2012. Peningkatan Nilai Kalor MFe2O4 (M = Ni, Mn dan Zn). Jurnal
Biobriket Campuran Kulit Mete dan Sekam Fisika dan Aplikasinya.2(2): 1-5.
Dian Laila Nugrahaini, Endang Kusdiyantini, Udi tarwotjo dan A. Heru Prianto

Wachidah, L.N. 2013.Uji Aktivitas Antioksidan


serta Penentuan Kandungan Fenolat dan
Flavonoid Total dari Buah Parijoto
(Medinilla speciosa
Blume).Skripsi.Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Wang, B., Qingyuan, H., Chandrasekar, V.,


Hongkang C., Hui G., Ni, C., Wei, C.,
Xingang, L., and Zhongli, P. 2015. Changes
in phenolic compounds and their antioxidant
capacities injujube (Ziziphus jujuba Miller)
during three edible maturity stages.LWT -
Food Science and Technology 66(2016) : 56-
62.
Zhai,M., Xinyu Wang, Yu Zhang, Peng Dong dan
Guoli Qi. 2015. Characteristics of rice husk
tar pyrolysis by external flue gas.
International Journal Of Hydrogen Energy.
40 (2015): 10780 – 10787..

Anda mungkin juga menyukai