PENDAHULUAN
Pada dunia industri tentunya efisiensi dan kualitas produk yang dihasilkan
akan mempunyai nilai lebih, karena dengan efisiensi produk yang tinggi maka
biaya yang diperlukan dapat ditekan dan harga jual produk lebih kompetitif. Dan
salah satu teknologi yang berguna untuk meningkatkan efisiensi yang tinggi
adalah dalam penggunaan pipa dalam pendistribusian fluida cair untuk proses
produksi dan kebutuhan air minum, dan lain sebagainya. Dalam suatu sistem
perpipaan, aliran fluida di dalam pipa pada dunia industri mengalami penurunan
tekanan (pressure drop) seiring dengan panjang pipa dan beberapa fittings yang
dilalui fluida tersebut(Malau, 2012).
1
aliran melewati sambungan pipa, belokan, katup, difusor, dan sebagainya.Oleh
karena itu dari latar belakang tersebut kami membuat makalah kehilangan tekanan
atau pressure drop dengan tujuan untuk mengetahui pengertian, perhitungan dan
pencegahan dalam mengatasi permasalahan kehilangan tekanan yang
berhubungan dengan dinamika fluida dalam transportasi fluida.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pressure drop didefinisikan sebagai perbedaan tekanan antara dua titik dari
jaringan pembawa cairan. Pressure drop terjadi dengan gesekan kekuatan, yang
disebabkan oleh resistensi terhadap aliran, pada fluida yang mengalir melalui
tabung. Penentu utama resistensi terhadap aliran fluida adalah
cairan kecepatan melalui pipa dan cairan viskositas. Pressure drop meningkat
sebanding dengan gesekan gaya geser dalam jaringan pipa. Sebuah jaringan pipa
yang mengandung kekasaran relatif tinggi serta banyak pipa fitting dan sendi,
konvergensi tabung, divergensi, ternyata, kekasaran permukaan dan sifat fisik
lainnya akan mempengaruhi penurunan tekanan. Kecepatan tinggi aliran dan /atau
viskositas fluida tinggi menghasilkan penurunan tekanan yang lebih besar di
bagian pipa atau katup atau siku. Kecepatan rendah akan menghasilkan lebih
rendah atau tidak ada penurunan tekanan(wikipedia, 2017).
Suatu fluida dapat mengalir melalui pipa dengan cara yang berbeda–beda,
ketika suatu fluida mengalir dalam pipa silinder dan velositasnya diukur pada
jarak yang berbeda dari dinding pipa ke pusat pipa, ini telah ditunjukkan bahwa
keduanya beraliran laminer dan turbulen. Dimana fluida dalam pusat itu berpindah
lebih cepat daripada fluida yang dekat dengan dinding. Dalam sejumlah aplikasi
teknik, hubungan antara velositas rata-rata(Vav) dalam pipa dan velositas
maksimum(Vmax) itu sangat bergantung, karena dalam beberapa masalah hanya V-
max pada titik pusat pipa yang diukur. Selanjutnya hanya pengukuran satu titik
3
hubungan antara Vmax dan Vav ini dapat digunakan untuk menetapkan Vav.
Velositas rata-rata itu lima kali velositas maksimum pada pusat pipa dimana ini
diberikan oleh kesetimbangan momentum shell untuk aliran laminer. Sedangkan
untuk aliran turbulen, velositas rata-ratanya itu delapan kali velositas maksimum.
Persamaan pressure drop atau pressure loss karena friksi menurut hagen
poiseuille untuk aliran laminar didalam pipa horizontal adalah sebagai berikut :
Dimana :
4
𝑔 = gravitasi (m/s2)
Ketika suatu fluida mengalir dalam pipa silinder dan velositasnya diukur
pada jarak yang berbeda dari dinding pipa ke pusat pipa, ini telah ditunjukkan
bahwa keduanya beraliran laminer dan turbulen. Dimana fluida dalam pusat itu
berpindah lebih cepat daripada fluida yang dekat dengan dinding(Geankoplis C.
J., 1997).
Jika fluida mengalir dalam pipa, belokan-belokan (elbow), katup-katup
(valves) dan tee, maka akan terjadi hambatan. Hambatan tersebut akan
mengurangi tekanan, terutama disebabkan gesekan antara aliran dan dinding
dalam yang dilewati fluida tersebut dan akibat terjadinya turbulensi dari fluida
tersebut. Sebab-sebab terjadinya pressure drop (penurunan tekanan dalam pipa)
antara lain adalah :
1. Diameter pipa yang dilewati fluida sangat kecil.
2. Suhu fluida sangat tinggi.
3. Panjang pipa yang terlalu besar.
4. Velositas massa fluida yang terlalu besar.
(Geankoplis C. J., 1997)
Adapun hal-hal yang mempengaruhi pressure drop (P) antara lain adalah :
5
Panjang pipa((L)
Semakin besar panjang suatu pipa, maka semakin besar pula pressure
dropnya.
Suhu aliran (T)
Semakin besar suhu suatu aliran, maka semakin besar pula pressure
dropnya
Velositas massa aliran (G)
Semakin besar velositas massa aliran suatu aliran fluida, maka semakin
besar pula pressure dropnya..
Head loss mayor dapat terjadi karena adanya gesekan antara aliran fluida yang
mengalir dengan suatu dinding pipa. Pada umumnya kerugian ini dipengaruhi
oleh panjang pipa. Untuk dapat menghitung head loss mayor, perlu diketahui
6
lebih awal jenis aliran fluida yang mengalir. Jenis aliran tersebut dapat diketahui
melalui Reynold number.
Head loss mayor dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari dua
persamaan berikut:
1. Persamaan Darcy– Weisbach yaitu:
Untuk pipa Horizontal atau vertical
𝑙𝑣 2
𝐻𝑓 = 𝑓
𝑑2𝑔
Untuk pipa horizontal
𝑙𝑣 2
𝐻𝑓 = 𝑓
𝑑2
Dimana:
7
poiseuille analitis. Untuk aturan aliran turbulen hubungan antara faktor gesekan
dan bilangan reynold lebih kompleks dan diatur oleh persamaan Colebrook. Pada
tahun 1944 LF Moody mengeplot data dari persamaan cloebrook dan diagram ini
sekarang dikenal dengan moody chart atau diagram faktor friksi, yang membantu
pengguna untuk mengeplot bilangan reynold dan kekasaran relative dinding pipa
dan untuk menetapkan nilai akurat dari faktor friksi untuk kondisi turbulen.
Diagram moody juga mendukung penggunaan faktor friksi darcy-weisbach dan
membantu pengembangan kalkulator head loss untuk aliran fluida didalam pipa
dan saluran terbuka. Sedangkan untuk faktor friksi fanning 4 kali faktor friksi
darcy weisbach.
Diagram Moody digunakan untuk menyelesaikan permasalahan aliran fluida
di dalam pipa dengan menggunakan faktor gesekan pipa (f) dari rumus Darcy –
Weisbach.
Untuk aliran laminar dimana bilangan Reynold kurang dari 2300, faktor
gesekan dihubungkan dengan bilangan Reynold, menurut Streeter (1992)
dinyatakan dengan rumus:
64
𝑓=
𝑅𝑒
Sedangkan untuk aliran turbulen nilai faktor gesekan diperoleh dengan
menggunakan diagram moody sebagai fungsi dari angka Reynold ( Reynolds
Number ) dan kekasaran relative ( Relative Roughness).
8
Pipa Ekuivalent Roughness (𝜀)
Ft (Feet) Millimeter
Riveted steel 0,003 - 0,03 0,9 - 9,0
Concrete 0,001 - 0,01 0,3 - 3,0
Wood stave 0,0006 – 0,003 0,18–0,9
Cast iron 0,00085 0,26
Galvanized iron 0,0005 0,15
Asphalted 0,0004 0,1
Commercial steel atau 0,00015 0,045
wrought iron
Drawn tubing 0,000005 0,0015
Plastic, glass 0,0 (smooth) 0,0 (smooth)
Tabel. 1.1 equivalent roughness for new pipes (from moody( ref.7) and colobrook
(ref. 8))
9
Re = 106, dan untuk nilai k/D yang bervariasi antara 0.0333 sampai 0.0009. hasil
percobaan merupakan hubungan antara f, Re dan K/D.
Untuk menetukan nilai koefisien gesek (f) untuk alian melalui pipa hidraulis licin
dan untuk aliran pipa kasar.
1 𝑅𝑒 √𝑓
Pipa hidraulis licin : = 2𝑙𝑜𝑔
√𝑓 2,51
1 3,7 𝐷
Aliran pipa kasar : = 2 𝑙𝑜𝑔
√𝑓 𝑘
Kaca 0.0015
10
dimana : L = panjang pipa (m)
C = koefisien Hazen-Williams
D = diameter pipa (m)
Q = debit aliran (m³/dtk)
1. Viskositas Fluida
Fluida adalah benda yang dapat mengalami perubahan bentuk
secara terus menerus karena gaya gesek yang bekerja terhadapnya. Sifat
yang erat hubungannya dengan definisi ini adalah viskositas. Harga
viskositas fluida mungkin dipengaruhi oleh besar dan lama aksi gaya
yang bekerja terhadapnya. Viskositas fluida juga dipengaruhi oleh
tekanan dan temperature.
2. Densitas Fluida
Disamping viskositas, sifat fluida yang penting lainnya adalah
densitas (masa persatuan volume). Seperti viskositas, karakteristik gas
dan cairan dalam sifat densitas ini bebeda satu dengan lainnya. Densitas
gas sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperaturnya, karena itu gas
juga disebut fluida termampatkan (compressible fluid). Hubungan
antara densitas dengan tekanan dan temperatur gas banyak dibahas
dalam bidang termodinamika, misalnya Hukum Gas Ideal dan
persamaan Van Der Waals.
Densitas cairan sedikit sekali dipengaruhi oleh tekanan dan
temperatur, karena itu cairan disebut juga fluida tak termampatkan
(incompressible fluid). Bedasarkan sifat kemampatan ini, aliran fluida
dibagi menjadi dua, yaitu aliran fluida termampatkan dan tak
termampatkan. Seringkali bila perubahan temperatur dan tekanan relatif
kecil, permasalahan aliran gas diselesaikan dengan cara untuk fluida tak
termampatkan.
11
2.3.2 Kehilangan Tekanan Sekunder (Minor Loss)
Head loss minor adalah gangguan local yang dapat terjadi karena adanya
sambungan pipa (fitting) seperti katup (valve), belokan (elbow), saringan (
strainer), percabangan (tee), losses pada bagian entrance, losses pada bagian exit,
pembesaran pipa (expansion), pengecilan pipa (contraction ), dan sebagainya.
𝑣2
ℎ𝑙 𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = ∑ 𝑛 𝐾𝐿
2𝑔
Keterangan :
n = jumlah komponen minor losses
v = kecepatan fluida (m/s)
k = koefisien minor losses ( dari lampiran koefisien minor losses peralatan pipa )
L = panjang pipa ( m )
1. Elbow
2. return bends
3. Tees
12
Line flow, flanged 0.2
Lanjutan.
NO. KOMPONEN KL
5. Valves
Gate, ¾ closed 17
13
Jenis-jenis fitting diantaranya :
- Contraction yaitu pipa yang mengalami pengurangan cross sectional
areasecara mendadak dari saluran dengan membentuk pinggiran
yang tajam. Tekanan yang melewatinya akan bertambah besar.
- Long bend yaitu belokan panjang pada pipa dengan sudut yang
melingkar dan cross sectional area yang besar sehingga tekanannya
kecil. Short bend yaitu belokan pipa seperti long bend tetapi lebih
pendek dan cross sectional area yang lebih kecil sehingga
tekanannya lebih besar.
- Elbow bend yaitu merupakan belokan pada pipa yang membentuk
sudut siku-siku (90o) dengan cross sectional area yang sangat kecil
sehingga akan menimbulkan tekanan yang sangat besar.
Katup
Isolasi pabrik/sistem produksi terhadap jalannya sistem tersebut
hanya diizinkan ketika risiko terhadap penghentian produksi dan
pengurangan tekanan sistem tidak dapat dihindari.
Katup penutup atau isolasi tidak boleh digunakan untuk
keperluan tekanan yang naik turun secara terus menerus karena akan
berpengaruh terhadap kemampuan katup untuk menutup dengan rapat.
Setiap katup yang digunakan untuk isolasi harus tersedia segel positif
yang dapat diandalkan ketika menutup. Kriteria yang spesifik untuk
memilih tingkatan isolasi harus disediakan oleh project owner yang
tentunya selalu berbeda-beda. Sehingga, jenis katup yang dipilih untuk
tujuan isolasi harus bedasarkan evaluasi yang sistematis dari syarat-
syarat dan karakteristik-karakteristik lami dari katup tersebut. Secara
umum, katup untuk isolasi adalah ball Tetapi, gate valve atau conduit
gate valve dapat juga digunakan untuk keadaan proses yang berpasir
atau abrasif. Butterfly valve dapat digunakan untuk proses non
hazardous ketika tight shut off tidak begitu diperlukan. Semua katup
isolasi harus mampu dikunci rapat untuk terbuka maupun menutup.
14
Persamaan Kontinuitas
Dimana :
ρ1 dan ρ2 = kerapatan rata-rata di penampang 1 dan 2 (kg/m3)
V1 dan V2 = kecepatan rata-rata pada penampang 1 dan 2 (m/s)
A1 dan A2 = luas penampang 1 dan 2 (m2)
m = laju aliran massa (kg/s)
Karena,
Dimana :
m = laju aliran massa (kg/s)
ρ1 dan ρ2 = kerapatan rata-rata di penampang 1 dan 2 (kg/m3)
Q1 dan Q2 = laju aliran volumetrik atau debit (m3/s)
Persamaan Bernoulli
Untuk kerapatan yang konstan, maka persamaan Bernoulli
dapat dituliskan sebagai berikut :
Dimana :
g = percepatan gravitasi (m/s2)
z = jarak vertikal (m)
υ = kecepatan (m/s)
p = tekanan (Pa)
ρ = kerapatan (kg/m3)
Bila persamaan ini dibagi dengan g, maka :
15
Dimana :
Dimana :
V1 dan V2 = kecepatan rata-rata pada penampang 1 dan 2
(m/s)
p1 dan p2 = tekanan pada penampang 1 dan 2 (Pa)
γ = berat jenis (N/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
hL = head loss (m)
16
Menyelesaikan untuk (p1-p2)/γ dalam masing-masing persamaan
dan mempersamakan hasil-hasilnya memberikan
Mengingat
Dimana :
V1 dan V2 = kecepatan rata-rata pada penampang 1 dan 2
(m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
hL = head loss (m)
A1 dan A2 = luas penampang 1 dan 2 (m2)
Dimana :
17
1. Sambungan pipa dengan pipa lain yang mendadak membesar (sudden
enlargement)
Dimana :
hfc = rugi gesekan (ft-lbf/lb atau N-m/gr)
Kc = faktor kesebandingan atau koefisien rugi
kontraksi (contraction – loss coefficient)
Vb = kecepatan rata - rata di dalam pipa hilir yang
lebih kecil (ft/s atau m/s)
18
Dimana :
Kc = faktor kesebandingan atau koefisien rugi
kontraksi (contraction – loss coefficient)
Sa = luas penampang pada bagian hulu (m2)
Sb = luas penampang pada bagian hilir (m2)
19
Sambungan sebuah pipa dengan tanki yang tepinya bulat
(rounded edge), kalau r/D>0,18.
∆𝐿 ∗ 𝑉 2
𝐹𝑠 = 4𝑓
2𝐷
Dimana :
𝐹𝑠 = faktor friksi fanning
∆𝐿 = panjang pipa (m)
20
𝑉 = kecepatan aliran (m/s2)
𝐷 = diameter pipa (m)
(Geankoplis, 1997)
Jika semua kecepatan v1,v2 dan v2 semuanya sama, dari persamaan diatas
menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu :
Dimana :
𝛴𝐹 = jumlah friksi
∆𝐿 = perbedaan panjang pipa
(Geankoplis C. J., 1997)
21
Gesekan pada dinding pipa yang mengalir melalui pipa lurus
dihitung dengan menggunakan factor friksi. Namun jika kecepatan fluida
mengalami perubahan arah dan besar, maka akan terjadi penambahan
friction loss. Hal ini terjadi karena tambahan dari turbulensi karena
vortisitas dan faktor lainnya. Metode untuk memperkirakan friction loss
pada sambungan akan dibahas dibawah ini:
a. Sudden Enlargement losses
Jika penampang pipa membesar secara bertahap, maka
kerugian sangat sedikit atau mungkin tidak terjadi. Jika perubahan itu
terjadi secara tiba-tiba, akan menimbulkan kerugian tambahn karena
pusaran dibentuk oleh jet expansi di bagian yang diperbasar.
Friction loss dapat dihitung dengan cara berikut untuk aliran turbulen :
Keterangan :
ℎ𝑒𝑥 = friction loss dalam (J/kg)
𝐾𝑒𝑥 = koefisien expansion loss = (1-A1/A2)2
𝑣1 = kecepatan masuk pada area yang lebih kecil (m/s)
22
𝑣2 = kecepatan downstream (m/s)
𝛼 = 1 untuk aliran turbulen, ½ untuk aliran laminer
(Geankoplis, 1997)
Keterangan :
ℎ𝑐 = friction loss
𝛼 = 1 untuk aliran turbulen, ½ untul aliran laminer
𝑣2 = kecepatan rata-rata pada daerah yang lebih kecil atau downstream
𝐾𝑐 = koefisien kontraksi-loss (P1) = 0.55(1-A2/A1)2 untuk english unit
bagian kanan dibagi dengan faktor gc.
(Geankoplis C. J., 1997)
23
2.5. Losses in Fitting and valves
Sambungan pipa dan katup juga mengganggu jalur aliran dalam pipa
yang menyebabkan friction loss bertambah. Dalam sebuah pipa pendek
dengan banyak sambungan, friction loss akan lebih besar daripada pipa lurus.
Friction loss untuk sambungan dan katup diberikan sebagai berikut :
𝑣12
ℎ𝑓 = 𝐾𝑓 2
Dimana:
𝐾𝑓 adalah friction loss coefficient dari sambungan dan valve, v1 adalah
kecepatan rata-rata pada kepala pipa untuk sambungan (Geankoplis C. J.,
1997).
24
Half Open 9,5 475
Angle valve, wide
2 100
open
Check Valve
Ball 70 3500
Swing 2 100
Water Meter, disk 7 350
Tabel 1. Friction loss fitting
Dimana :
D = Diameter pipa (m)
𝜀 = Kekerasan pipa (m)
𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = Bilangan Reynold ( )
𝜇
2. Wood (1966)
Persamaan ini berlaku untuk NRe>10000 dan 10-5< 𝜀/𝐷<0.04
Dimana :
25
3. Swamee and Jain (1976)
Swamee dan jain mengusulkan persamaan yang mencakup rentang Nre
dari 5000 sampai 107 dan hasil dari 𝜀/𝐷 diantara 0.00004 dan 0.05.
1
𝑓=
𝜀 5,74
16 [𝑙𝑜𝑔 ( 𝐷 + 𝑁𝑅𝑒 9/10 )]
3,7
Dimana :
D = Diameter pipa (m)
𝜀 = Kekerasan pipa (m)
𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = Bilangan Reynold ( )
𝜇
4. Churchill (1977)
Churchill menyatakan bahwa persamaannya mencakup untuk semua nilai
Nre dan 𝜀/𝐷
1
8 12 12
−1,5
𝑓 = 8 ((𝑁𝑅𝑒) + (𝐴 + 𝐵) )
Dimana :
𝐴 = (−2log(((𝜀/𝐷)/3.7) + (7/Nre)0.9)])16
Dimana:
D = diameter pipa (ft)
ε = kekasaran pipa (ft)
𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = bilangan reynold ( )
𝜇
5. Chen (1979)
26
Chen juga menyatakan persamaan untuk factor friksi mencakup
semua range dari R dan k/D
1
𝜀 5,0452 𝜀 1,1098 5,8506
(−4 𝑥𝑙𝑜𝑔 (0,2698 (𝐷) − 𝑁𝑅𝑒
) 𝑥𝑙𝑜𝑔 (0,3539 (𝐷
) + 𝑁𝑅𝑒 0,8981 ))
Dimana :
D = Diameter pipa (m)
𝜀 = Kekerasan pipa (m)
𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = Bilangan Reynold ( )
𝜇
1
= 4,07log(NRE√f)-0,60
√f
Dimana :
D = Diameter pipa (m)
𝜀 = Kekerasan pipa (m)
𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = Bilangan Reynold ( 𝜇
)
(McCabe, 1993)
Dimana :
D = Diameter pipa (m)
27
𝜀 = Kekerasan pipa (m)
𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = Bilangan Reynold ( )
𝜇
8. Haaland (1983)
Persamaan ini berlaku untuk nilai Nre ≤ 2300 dan ≥4000
1
f= 10 0,5
9
6,9 ε
(-3,6*log( + ) )
NRe D
3,7
Dimana :
D = Diameter pipa (m)
5. Manadilli (1997)
Menyatakan persamaan ini berlaku untuk Nre berkisar antara 5235 sampai 108
dan untuk nilai setiap 𝜀 /D.
1 𝜀 95 96.2
= −2 𝑙𝑜𝑔 ( + 0.983
− )
√𝑓 3.7𝐷 𝑁𝑟𝑒 𝑁𝑟𝑒
16
𝑓 = 𝑁𝑅𝑒= 16/((D*V*ρ)/μ
b. Aliran Transisi
Untuk bilangan reynold diatas 2100 dan dibawah 4000, maka
faktor friksi dihitung dengan menggunakan persamaan :
28
c. Aliran Turbulen
Pada aliran turbulen seperti aliran laminer, faktor friksi juga
tergantung pada bilangan reynold. Bagaimanapun, tidak mungkin untuk
diprediksi secara teori faktor friksi Fanning untuk aliran turbulen seperti
yang dilakukan pada aliran laminer. Faktor friksi harus ditemukan
dengan melakukan percobaan dan itu tidak hanya tergantung pada
bilangan Reynold tetapi juga pada kekasaran permukaan pipa.
Untuk aliran turbulen yaitu bilangan Reynold diatas 4000
sampai 105 dapat dihitung menurut persamaan Blasius :
4 fLG 2 RT
P12 – P2 =
2
(English)
gc.DM
Dimana : R = 8314,3 J/kg mol K atau 1545,3 ft. lbf/lb molR
M = berat molekular.
29
Asal dari persamaan diatas digunakan hanya untuk soal gas dimana
tekanan relatif berubah cukup kecil sehingga perubahan besar dalam
velocity tidak dapat diabaikan, karena penting. Untuk perubahan tekanan
diatas sekitar 10%, aliran bertekanan terjadi. Dalam aliran adiabatic di
pipa seragam, velocity di dalam pipa tidak dapat melebihi velocity suara
(Geankoplis C. J., 1997)
30
BAB III
PERHITUNGAN
1. Minyak dengan kekentalan mutlak 0.1 Pa detik dan rapat relatif 850 kg/m3
mengalir melalui 3048 m dari pipa besi tuang 305 mm pada lau sebesar
44,4 x 10-3 m3/s. Hitunglah berapa head tutun dalam pipa tersebut, bila
diketahui 𝑔 = 9,8 𝑚/𝑠 2 .
Dik :
𝑄 = 44,4 𝑥 10−3 𝑚3⁄𝑠
𝑑 = 305 𝑚𝑚
𝜌 = 850 𝑘𝑔⁄𝑚3
𝐿 = 3048 𝑚
𝑔 = 9,8 𝑚/𝑠 2
Dit : 𝐻𝑓 ........?
Pembahasan :
1𝑚
305 𝑚𝑚 𝑥 = 0.305 𝑚
1000 𝑚𝑚
𝑄 44,4 𝑥 10−3 𝑚3⁄𝑠
𝑉= =1 = 0,61 𝑚/𝑠
𝐴 𝑥 3,14 𝑥 (0.305 𝑚) 2
4
𝑘𝑔
𝑉 𝑑 𝜌 0,61 𝑚⁄𝑠 𝑥 0,305 𝑚 𝑥 850 𝑚3
𝑅𝑒 = = 𝑚 𝑠 = 1577
𝜇 0,1 𝑘𝑔 𝑠2 . 𝑚2
31
64 64
𝑓= = = 0,0406
𝑅𝑒 1577
𝐿 𝑉2 3048 𝑚 𝑥 (0,61𝑚/𝑠)2
𝐻𝑓 = 𝑓 = 0,0406 = 7,7 𝑚
𝑑 2𝑔 0,305 𝑚 𝑥 2(9,8 𝑚⁄𝑠 2 )
Seperti yang kita ketahui untuk aliran laminar nilai Bilangan Reynolds
batasannya adalah ≤ 2100 sehingga persamaan menjadi, dengan mengacu
pada prinsip Bernouli :
32
Sedangkan persamaan pressure drop secara keseluruhan yaitu:
Karena di asumsikan aliran yang terjadi adalah laminar maka dicari dahulu
nilai dari f (friction) dengan men ggunakan persamaan berikut :
Dik :
d = 0,01 ft
V= 3 ft/s
3
𝜌 = 62,42 𝑙𝑏𝑚⁄𝑓𝑡
𝐷 = 0,01 𝑓𝑡
33
𝐿 = 30 𝑓𝑡
𝑉 = 3 𝑓𝑡/𝑠
b. Pressure drop
Pembahasan :
a. Head Loss
3 𝑓𝑡
𝑉 𝑑 𝜌 64,42 𝑙𝑏 𝑙𝑏𝑚⁄𝑓𝑡 𝑥 3 𝑠 𝑥 0,01𝑓𝑡
𝑅𝑒 = = 𝑙𝑏𝑚 = 1803
𝜇 1,038𝑥10−3 .𝑠 𝑓𝑡
64 64
𝑓= = = 0,0355
𝑅𝑒 1803
𝐿 𝑉2 30 𝑓𝑡 𝑥 (3 𝑓𝑡/𝑠)2
𝐻𝑓 = 𝑓 = 0,0355 = 14,9 𝑓𝑡
𝑑 2𝑔 0,01 𝑓𝑡 𝑥 2(32,2𝑓𝑡⁄𝑠 2 )
b. Pressure Drop
𝐿 𝜌 𝑉2
∆𝑃 = ∆𝑃𝐿 = 𝑓
𝐷2
= 929 𝑙𝑏𝑓/𝑓𝑡 2
4. Hitung aliran Q dan V, bila diketahui H = 25 m, friksi sebesar 0,02 dan
diameter tabung 200 mm.
2m
5m 2m
34
Dik :
𝑓 = 0,02
𝑑 = 200 𝑚𝑚
𝐻𝐿 = 25 𝑚
Dit : Q dan V
Pembahasan :
𝑉2
𝐻𝐿 = 𝑘
2𝑔
𝑉2
𝐻𝐿 = (𝐾𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 + 𝐾𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 + 𝐾𝑝𝑖𝑝𝑎 + 𝐾𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤 + 𝐾𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 )
2𝑔
𝑉2
25 𝑚 = (1 + 10 + 0,02(5 + 2 + 2) + 2(0,9) + 1)
2 (10 𝑚/𝑠 2
14,7 𝑉 2
25 𝑚 = 𝑚2
20 𝑠
𝑚2
450 𝑠2 𝑚
𝑉=√ = 5,776
14,7 𝑠
𝑄 =𝐴𝑉
𝜋 𝑑2
𝑄=
4
𝑄 = 0,181 𝑚3 /𝑠
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Rugi tekan terbagi menjadi 2 jenis yaitu Rugi Minor dan Rugi Mayor.
2. Rugi Minor disebabkan oleh gangguan local seperti pada system pemipaan
berupa adanya katup, belokan elbow, sambungan sambungan, perubahn
pembesaran dan pengecilan ukuran pipa dan lain-lain.
3. Rugi mayor disebabkan adanya gesekan aliran fluida dengan dinding pipa,
dipengaruhi oleh viskositas, densitas, friksi dan bilangan reynold.
4. Bilangan reynold menyatakan bahwa kecepatan fluida merupakan salah
satu variabel yang menentukan sifat aliran dalam pipa
4.2 Saran
1. Sebaiknya sambungan sambungan dalam pipa dihindari karena akan
mengakibatkan penurunan tekanan dalam pipa tersebut.
36
DAFTAR PUSTAKA
37