Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hampir tidak ada di dalam kehidupan ini yang tidak bersinggungan
dengan pipa dan jaringannya. Penggunaan pipa banyak digunakan oleh umum,
baik perusahaan-perusahan sebagai pendistribusian air minum, minyak maupun
gas bumi. Demikian juga dengan kebutuhan air pada rumah tangga, penggunaan
pipa ini paling banyak digunakan baik untuk penyaluran air bersih maupun
sanitasi. Pipa-pipa tersebut mutlak diperlukan sebagai alat untuk mengalirkan
fluida yang akan diolah, dan pipa merupakan sarana pendistribusian fluida yang
murah, memiliki berbagai ukuran dan bentuk penampang. Baik berpenampang
lingkaran maupun kotak. Material pipa bermacam-macam, yaitu baja, plastik,
PVC, tembaga, kuningan, acrylic, dan lain sebagainya.

Pada dunia industri tentunya efisiensi dan kualitas produk yang dihasilkan
akan mempunyai nilai lebih, karena dengan efisiensi produk yang tinggi maka
biaya yang diperlukan dapat ditekan dan harga jual produk lebih kompetitif. Dan
salah satu teknologi yang berguna untuk meningkatkan efisiensi yang tinggi
adalah dalam penggunaan pipa dalam pendistribusian fluida cair untuk proses
produksi dan kebutuhan air minum, dan lain sebagainya. Dalam suatu sistem
perpipaan, aliran fluida di dalam pipa pada dunia industri mengalami penurunan
tekanan (pressure drop) seiring dengan panjang pipa dan beberapa fittings yang
dilalui fluida tersebut(Malau, 2012).

Pressure drop merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan


penurunan tekanan dari satu titik didalam sistem (misalnya aliran didalam pipa) ke
titik yang lain yang mempunyai tekanan lebih rendah. Pressure drop juga
merupakan hasil dari gaya-gaya friksi terhadap fluida yang mengalir didalam pipa,
yang disebabkan oleh tahanan fluida untuk mengalir (Geankoplis, 1997).
Menurut Negara (2007), pada dasarnya aliran fluida dalam pipa akan
mengalami penurunan tekanan atau pressure drop seiring dengan panjang pipa
ataupun disebabkan oleh gesekan dengan permukaan saluran, dan juga ketika

1
aliran melewati sambungan pipa, belokan, katup, difusor, dan sebagainya.Oleh
karena itu dari latar belakang tersebut kami membuat makalah kehilangan tekanan
atau pressure drop dengan tujuan untuk mengetahui pengertian, perhitungan dan
pencegahan dalam mengatasi permasalahan kehilangan tekanan yang
berhubungan dengan dinamika fluida dalam transportasi fluida.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kehilangan tekanan?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kehilangan tekanan?
3. Bagaimana kehilangan tekanan primer (mayor losses)?
4. Bagaimana kehilangan tekanan sekunder (minor losses)?
5. Bagaimana kehilangan tekanan akibat gesekan?
6. Bagaimana cara mempelajari penurunan tekanan pada fluida yang
mengalir melalui pipa karena pengaruh friksi pada dinding pipa dan
sambungan?
7. Bagaimana kehilangan tekanan akibat sambungan-sambungan dan belokan
pipa?

1.3. Tujuan umum


Mempelajari secara garis besar tentang rugi tekanan dalam aliran pipa yang
termasuk dalam materi transfortasi fluida.

1.4. Tujuan khusus


1. Mengetahui apa itu kehilangan tekanan.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan tekanan.
3. Mengetahui kehilangan tekanan primer (Mayor losses).
4. Mengetahui kehilangan tekanan sekunder (Minor losses).
5. Mengetahui kehilangan tekanan akibat gesekan.
6. Mempelajari penurunan tekanan pada fluida yang mengalir melalui pipa
karena pengaruh friksi pada dinding pipa dan sambungan.
7. Mengetahui kehilangan tekanan akibat sambungan-sambungan dan
belokan pipa

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kehilangan Tekanan (Pressure Drop)

Kehilangan Tekanan atau Pressure drop merupakan istilah yang digunakan


untuk mendeskripsikan penurunan tekanan dari satu titik didalam sistem
(misalnya aliran didalam pipa) ke titik yang lain yang mempunyai tekanan lebih
rendah. Pressure drop juga merupakan hasil dari gaya-gaya friksi terhadap fluida
yang mengalir didalam pipa, yang disebabkan oleh tahanan fluida untuk mengalir
(Geankoplis C. J., 1997).

Pressure drop didefinisikan sebagai perbedaan tekanan antara dua titik dari
jaringan pembawa cairan. Pressure drop terjadi dengan gesekan kekuatan, yang
disebabkan oleh resistensi terhadap aliran, pada fluida yang mengalir melalui
tabung. Penentu utama resistensi terhadap aliran fluida adalah
cairan kecepatan melalui pipa dan cairan viskositas. Pressure drop meningkat
sebanding dengan gesekan gaya geser dalam jaringan pipa. Sebuah jaringan pipa
yang mengandung kekasaran relatif tinggi serta banyak pipa fitting dan sendi,
konvergensi tabung, divergensi, ternyata, kekasaran permukaan dan sifat fisik
lainnya akan mempengaruhi penurunan tekanan. Kecepatan tinggi aliran dan /atau
viskositas fluida tinggi menghasilkan penurunan tekanan yang lebih besar di
bagian pipa atau katup atau siku. Kecepatan rendah akan menghasilkan lebih
rendah atau tidak ada penurunan tekanan(wikipedia, 2017).

Suatu fluida dapat mengalir melalui pipa dengan cara yang berbeda–beda,
ketika suatu fluida mengalir dalam pipa silinder dan velositasnya diukur pada
jarak yang berbeda dari dinding pipa ke pusat pipa, ini telah ditunjukkan bahwa
keduanya beraliran laminer dan turbulen. Dimana fluida dalam pusat itu berpindah
lebih cepat daripada fluida yang dekat dengan dinding. Dalam sejumlah aplikasi
teknik, hubungan antara velositas rata-rata(Vav) dalam pipa dan velositas
maksimum(Vmax) itu sangat bergantung, karena dalam beberapa masalah hanya V-
max pada titik pusat pipa yang diukur. Selanjutnya hanya pengukuran satu titik

3
hubungan antara Vmax dan Vav ini dapat digunakan untuk menetapkan Vav.
Velositas rata-rata itu lima kali velositas maksimum pada pusat pipa dimana ini
diberikan oleh kesetimbangan momentum shell untuk aliran laminer. Sedangkan
untuk aliran turbulen, velositas rata-ratanya itu delapan kali velositas maksimum.

(Geankoplis C. J., 1997)

Pressure drop merupakan hasil dari gaya-gaya terhadap fluida yang


mengalir didalam pipa, yang disebabkan oleh tahanan fluida yang mengalir.

Gambar 1. Penurunan tekanan yang terjadi pada pipa

Gambar diatas berdasrkan prinsip bernouli :

Δ E dalam + Δ E kinetik + Δ E Potensial +ΔE tekan = 0

Persamaan pressure drop atau pressure loss karena friksi menurut hagen
poiseuille untuk aliran laminar didalam pipa horizontal adalah sebagai berikut :

 Tekanan pada pipa 1


𝑃1 = 𝜌𝑔ℎ1 + 𝑃0

 Tekanan pada pipa 2


𝑃2 = 𝜌𝑔ℎ2 + 𝑃0

Dimana :

∆𝑃 = perbedaan tekanan dari titik 1 ke titik 2 (N/m2)

𝜌 = densitas fluida (gr/ml)

4
𝑔 = gravitasi (m/s2)

∆ℎ = ketinggian fluida h1 dan h2 (m)

Ketika suatu fluida mengalir dalam pipa silinder dan velositasnya diukur
pada jarak yang berbeda dari dinding pipa ke pusat pipa, ini telah ditunjukkan
bahwa keduanya beraliran laminer dan turbulen. Dimana fluida dalam pusat itu
berpindah lebih cepat daripada fluida yang dekat dengan dinding(Geankoplis C.
J., 1997).
Jika fluida mengalir dalam pipa, belokan-belokan (elbow), katup-katup
(valves) dan tee, maka akan terjadi hambatan. Hambatan tersebut akan
mengurangi tekanan, terutama disebabkan gesekan antara aliran dan dinding
dalam yang dilewati fluida tersebut dan akibat terjadinya turbulensi dari fluida
tersebut. Sebab-sebab terjadinya pressure drop (penurunan tekanan dalam pipa)
antara lain adalah :
1. Diameter pipa yang dilewati fluida sangat kecil.
2. Suhu fluida sangat tinggi.
3. Panjang pipa yang terlalu besar.
4. Velositas massa fluida yang terlalu besar.
(Geankoplis C. J., 1997)

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan Tekanan

Adapun hal-hal yang mempengaruhi pressure drop (P) antara lain adalah :

 Diameter pipa (D)


Semakin besar diameter pipa, maka semakin kecil penurunan tekanannya
(pressure dropnya)
 Berat molekul fluida yang mengalir (M)
Semakin besar berat molekul fluida yang mengalir, maka semakin kecil
presure dropnya
 Faktor friksi (f)
Semakin besar faktor friksinya, maka semakin besar pula pressure
dropnya(P).

5
 Panjang pipa((L)
Semakin besar panjang suatu pipa, maka semakin besar pula pressure
dropnya.
 Suhu aliran (T)
Semakin besar suhu suatu aliran, maka semakin besar pula pressure
dropnya
 Velositas massa aliran (G)
Semakin besar velositas massa aliran suatu aliran fluida, maka semakin
besar pula pressure dropnya..

Hal ini sesuai dengan rumus :


LG 2 RT
(p1 -p22)
2
=4f
DM
(Geankoplis C. J., 1997)

2.3 Kehilangan Tekanan


Kehilangan tekanan (head loss) adalah kerugian atau kehilangan tekanan
yang terjadi pada aliran internal. Head loss terjadi karena berbagai hal seperti
gesekan antara fluida dan dinding pipa dan adanya hambatan pada pipa seperti
belokan,percabangan, katub, dll.
Rumus kehilangan Tekanan:
hL = hL Mayor + hL minor
Dimana:
hL = Head loss
hL Mayor = Head loss Mayor
hL minor = Head loss Minor

2.3.1 Kehilangan Tekanan Primer (Mayor Loss)

Head loss mayor dapat terjadi karena adanya gesekan antara aliran fluida yang
mengalir dengan suatu dinding pipa. Pada umumnya kerugian ini dipengaruhi
oleh panjang pipa. Untuk dapat menghitung head loss mayor, perlu diketahui

6
lebih awal jenis aliran fluida yang mengalir. Jenis aliran tersebut dapat diketahui
melalui Reynold number.
Head loss mayor dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari dua
persamaan berikut:
1. Persamaan Darcy– Weisbach yaitu:
Untuk pipa Horizontal atau vertical
𝑙𝑣 2
𝐻𝑓 = 𝑓
𝑑2𝑔
Untuk pipa horizontal
𝑙𝑣 2
𝐻𝑓 = 𝑓
𝑑2

Dimana:

Hf = head loss mayor (m)

f = faktor gesekan (diperoleh dari diagram Moody)


d = diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m)
v = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Profil aliran fluida dalam pipa ditentukan dari bilangan Reynolds.Bilangan
Reynolds ini menerangkan profil aliran fluida dalam pipa seperti :

– aliran laminar NRe < 2300


– aliran transisi 2300 < NRe < 4000
– aliran turbulent NRe > 4000
Kehilangan energi untuk seluruh profil aliran dapat dianalisa dengan
menggunakan bilangan Reynolds dan persamaan yang cocok.

2.4 Diagram Moody


Diagram moody merupakan representasi klasik dari perilaku fluida
Newtonian. Di industry digunakan untuk memprediksi losses dari aliran aliran
fluida. Diagram moody dibagi menjadi dua aturan aliran yaitu laminar dan
turbulen. Untuk aturan aliran laminar faktor gesek darcy weisbach ditentukan oleh

7
poiseuille analitis. Untuk aturan aliran turbulen hubungan antara faktor gesekan
dan bilangan reynold lebih kompleks dan diatur oleh persamaan Colebrook. Pada
tahun 1944 LF Moody mengeplot data dari persamaan cloebrook dan diagram ini
sekarang dikenal dengan moody chart atau diagram faktor friksi, yang membantu
pengguna untuk mengeplot bilangan reynold dan kekasaran relative dinding pipa
dan untuk menetapkan nilai akurat dari faktor friksi untuk kondisi turbulen.
Diagram moody juga mendukung penggunaan faktor friksi darcy-weisbach dan
membantu pengembangan kalkulator head loss untuk aliran fluida didalam pipa
dan saluran terbuka. Sedangkan untuk faktor friksi fanning 4 kali faktor friksi
darcy weisbach.
Diagram Moody digunakan untuk menyelesaikan permasalahan aliran fluida
di dalam pipa dengan menggunakan faktor gesekan pipa (f) dari rumus Darcy –
Weisbach.
Untuk aliran laminar dimana bilangan Reynold kurang dari 2300, faktor
gesekan dihubungkan dengan bilangan Reynold, menurut Streeter (1992)
dinyatakan dengan rumus:
64
𝑓=
𝑅𝑒
Sedangkan untuk aliran turbulen nilai faktor gesekan diperoleh dengan
menggunakan diagram moody sebagai fungsi dari angka Reynold ( Reynolds
Number ) dan kekasaran relative ( Relative Roughness).

Gambar 3. Diagram Moody

8
Pipa Ekuivalent Roughness (𝜀)
Ft (Feet) Millimeter
Riveted steel 0,003 - 0,03 0,9 - 9,0
Concrete 0,001 - 0,01 0,3 - 3,0
Wood stave 0,0006 – 0,003 0,18–0,9
Cast iron 0,00085 0,26
Galvanized iron 0,0005 0,15
Asphalted 0,0004 0,1
Commercial steel atau 0,00015 0,045
wrought iron
Drawn tubing 0,000005 0,0015
Plastic, glass 0,0 (smooth) 0,0 (smooth)
Tabel. 1.1 equivalent roughness for new pipes (from moody( ref.7) and colobrook
(ref. 8))

Untuk menentukan koefisien gesekan (f), Balsius memberikan persamaan


koefisein gesek untuk pipa halus pada batasan angka bilangan Reynolds tertentu.
Prandtl mengusulkan suatu rumus semi empiris yang dapat digunakan secara
menyeluruh (berbagai angka Reynolds). Koefisien gesek juga dipengaruhi oleh
jenis aliran, untuk aliran laimner (bilangan Reynolds kecil).
64
𝑓=
𝑅𝑒
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Blasius, mengemukakan koefisien gesekan
f untuk pipa halus dalam bentuk,
0,316
𝑓=
𝑅𝑒 0.25
Rumus ini berlaku untuk 4.000 < Re< 10
Untuk pipa kasar nilai f tidak hanya tergantung pada angka Reynolds, tetapi juga
pada dinding pipa yaitu kekasaran relative k/D, atau :
𝑓 = ∅ (𝑅𝑒, 𝐾/𝐷)
Nikuradse melakukan percobaan tentang pengaruh kekasaran pipa. Percobaan
tersebut meliputi daerah aliran laminar dan turbulent sampai pada angka Reynolds

9
Re = 106, dan untuk nilai k/D yang bervariasi antara 0.0333 sampai 0.0009. hasil
percobaan merupakan hubungan antara f, Re dan K/D.
Untuk menetukan nilai koefisien gesek (f) untuk alian melalui pipa hidraulis licin
dan untuk aliran pipa kasar.
1 𝑅𝑒 √𝑓
Pipa hidraulis licin : = 2𝑙𝑜𝑔
√𝑓 2,51
1 3,7 𝐷
Aliran pipa kasar : = 2 𝑙𝑜𝑔
√𝑓 𝑘

Untuk aliran didaerah transisi, Colebrook mengusulkan persamaan., yang


merupakan gabungan dari persamaan diatas,
1 𝑘 2,51
= −2 𝑙𝑜𝑔 +
√𝑓 3,7 𝐷 𝑅𝑒 √𝑓

Tabel 2. : Nilai k untuk berbagai jenis pipa


JENIS PIPA (BARU) NILAI K (MM)

Kaca 0.0015

Besi dilapis aspal 0.06 - 0.24

Besi tuang 0.18 - 0.90

Plester semen 0.27 – 1.20

Beton 0.30 – 3.00

Baja 0.03 – 0.09

Baja dikeling 0.90 – 9.00

Pasangan batu 6.00

 Persamaan Hazen – Williams,juga dapat digunakan untuk menetukan


kehilangan energi yang primer :
10,666 𝑥 𝑄1,85 𝑥 𝐿
𝐻𝑓 = (𝑚)
𝐶 1,85 𝑥 𝐷4,85

10
dimana : L = panjang pipa (m)
C = koefisien Hazen-Williams
D = diameter pipa (m)
Q = debit aliran (m³/dtk)

A. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Mayor Loss (Kehilangan


Tekanan Primer) yaitu:

1. Viskositas Fluida
Fluida adalah benda yang dapat mengalami perubahan bentuk
secara terus menerus karena gaya gesek yang bekerja terhadapnya. Sifat
yang erat hubungannya dengan definisi ini adalah viskositas. Harga
viskositas fluida mungkin dipengaruhi oleh besar dan lama aksi gaya
yang bekerja terhadapnya. Viskositas fluida juga dipengaruhi oleh
tekanan dan temperature.

2. Densitas Fluida
Disamping viskositas, sifat fluida yang penting lainnya adalah
densitas (masa persatuan volume). Seperti viskositas, karakteristik gas
dan cairan dalam sifat densitas ini bebeda satu dengan lainnya. Densitas
gas sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperaturnya, karena itu gas
juga disebut fluida termampatkan (compressible fluid). Hubungan
antara densitas dengan tekanan dan temperatur gas banyak dibahas
dalam bidang termodinamika, misalnya Hukum Gas Ideal dan
persamaan Van Der Waals.
Densitas cairan sedikit sekali dipengaruhi oleh tekanan dan
temperatur, karena itu cairan disebut juga fluida tak termampatkan
(incompressible fluid). Bedasarkan sifat kemampatan ini, aliran fluida
dibagi menjadi dua, yaitu aliran fluida termampatkan dan tak
termampatkan. Seringkali bila perubahan temperatur dan tekanan relatif
kecil, permasalahan aliran gas diselesaikan dengan cara untuk fluida tak
termampatkan.

11
2.3.2 Kehilangan Tekanan Sekunder (Minor Loss)

Head loss minor adalah gangguan local yang dapat terjadi karena adanya
sambungan pipa (fitting) seperti katup (valve), belokan (elbow), saringan (
strainer), percabangan (tee), losses pada bagian entrance, losses pada bagian exit,
pembesaran pipa (expansion), pengecilan pipa (contraction ), dan sebagainya.
𝑣2
ℎ𝑙 𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = ∑ 𝑛 𝐾𝐿
2𝑔
Keterangan :
n = jumlah komponen minor losses
v = kecepatan fluida (m/s)
k = koefisien minor losses ( dari lampiran koefisien minor losses peralatan pipa )
L = panjang pipa ( m )

Tabel 3. Koefisien kerugian pada komponen-komponen pipa


No. KOMPONEN KL

1. Elbow

Regular 90° flanged 0.3

Regular 90° threaded 1.5

Long radius 90° flanged2 0.2

Long radius 90° threaded 0.7

Long radius 45° flanged 0.2

Regular 45° threaded 0.4

2. return bends

return bend, flanged 0.2

return bend, threaded 1.5

3. Tees

12
Line flow, flanged 0.2

Line flow, threaded 0.9

Branch flow, flanged 1.0

Branch flow, threaded 2.0

4. Union, threaded 0.08

Lanjutan.

NO. KOMPONEN KL

5. Valves

Globe, fully open 10

Angle, fully open 2

Gate, fully open 0.15

Gate, ¼ closed 0.26

Gate, ½ closed 2.1

Gate, ¾ closed 17

Swing check, forward flow Swing check, 2


backward flow

Ball valve, fully open 0.05

Ball valve 1/3 , closed 3.3

Ball valve 2/3 , closed 210

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Rugi Minor yaitu:


 Sambungan (Fitting)

13
Jenis-jenis fitting diantaranya :
- Contraction yaitu pipa yang mengalami pengurangan cross sectional
areasecara mendadak dari saluran dengan membentuk pinggiran
yang tajam. Tekanan yang melewatinya akan bertambah besar.
- Long bend yaitu belokan panjang pada pipa dengan sudut yang
melingkar dan cross sectional area yang besar sehingga tekanannya
kecil. Short bend yaitu belokan pipa seperti long bend tetapi lebih
pendek dan cross sectional area yang lebih kecil sehingga
tekanannya lebih besar.
- Elbow bend yaitu merupakan belokan pada pipa yang membentuk
sudut siku-siku (90o) dengan cross sectional area yang sangat kecil
sehingga akan menimbulkan tekanan yang sangat besar.

 Katup
Isolasi pabrik/sistem produksi terhadap jalannya sistem tersebut
hanya diizinkan ketika risiko terhadap penghentian produksi dan
pengurangan tekanan sistem tidak dapat dihindari.
Katup penutup atau isolasi tidak boleh digunakan untuk
keperluan tekanan yang naik turun secara terus menerus karena akan
berpengaruh terhadap kemampuan katup untuk menutup dengan rapat.
Setiap katup yang digunakan untuk isolasi harus tersedia segel positif
yang dapat diandalkan ketika menutup. Kriteria yang spesifik untuk
memilih tingkatan isolasi harus disediakan oleh project owner yang
tentunya selalu berbeda-beda. Sehingga, jenis katup yang dipilih untuk
tujuan isolasi harus bedasarkan evaluasi yang sistematis dari syarat-
syarat dan karakteristik-karakteristik lami dari katup tersebut. Secara
umum, katup untuk isolasi adalah ball Tetapi, gate valve atau conduit
gate valve dapat juga digunakan untuk keadaan proses yang berpasir
atau abrasif. Butterfly valve dapat digunakan untuk proses non
hazardous ketika tight shut off tidak begitu diperlukan. Semua katup
isolasi harus mampu dikunci rapat untuk terbuka maupun menutup.

b. Persamaan Aliran Fluida Akibat Pembesaran dan Pengecilan Pipa

14
 Persamaan Kontinuitas

Dimana :
ρ1 dan ρ2 = kerapatan rata-rata di penampang 1 dan 2 (kg/m3)
V1 dan V2 = kecepatan rata-rata pada penampang 1 dan 2 (m/s)
A1 dan A2 = luas penampang 1 dan 2 (m2)
m = laju aliran massa (kg/s)
Karena,

Maka persamaan kontinuitas dapat berbentuk:

Dimana :
m = laju aliran massa (kg/s)
ρ1 dan ρ2 = kerapatan rata-rata di penampang 1 dan 2 (kg/m3)
Q1 dan Q2 = laju aliran volumetrik atau debit (m3/s)

 Persamaan Bernoulli
Untuk kerapatan yang konstan, maka persamaan Bernoulli
dapat dituliskan sebagai berikut :

Dimana :
g = percepatan gravitasi (m/s2)
z = jarak vertikal (m)
υ = kecepatan (m/s)
p = tekanan (Pa)
ρ = kerapatan (kg/m3)
Bila persamaan ini dibagi dengan g, maka :

15
Dimana :

z = jarak vertikal (m)


υ = kecepatan (m/s)
p = tekanan (Pa)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
γ = berat jenis (N/m3)

 Kerugian yang Disebabkan oleh Perubahan Ukuran Pipa yang


Mendadak
a. Kerugian yang Disebabkan oleh Pembesaran Pipa yang Mendadak

Persamaan energi yang diterapkan pada penampang 1 dan 2,


dengan suku kerugian hL adalah

Dimana :
V1 dan V2 = kecepatan rata-rata pada penampang 1 dan 2
(m/s)
p1 dan p2 = tekanan pada penampang 1 dan 2 (Pa)
γ = berat jenis (N/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
hL = head loss (m)

16
Menyelesaikan untuk (p1-p2)/γ dalam masing-masing persamaan
dan mempersamakan hasil-hasilnya memberikan

Mengingat

Dimana :
V1 dan V2 = kecepatan rata-rata pada penampang 1 dan 2
(m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
hL = head loss (m)
A1 dan A2 = luas penampang 1 dan 2 (m2)

Yang menunjukkan bahwa kerugian dalam aliran turbulen


sebanding dengan kuadrat kecepatan.
Rugi gesek (hfe) yang diakibatkan oleh perluasan penampang
secara tiba-tiba ini sebanding dengan tinggi-tekan kecepatan fluida di
dalam saluran yang kecil, sebesar:

Dimana :

hfe = rugi gesekan (ft-lbf/lb atau N-m/gr)


Ke = faktor kesebandingan atau koefisien rugi ekspansi
(expansion-loss coefficient)
Va = kecepatan rata - rata di dalam saluran yang lebih kecil di
bagian hulu (ft/s atau m/s)

Jenis-jenis Ekspansi ekspansi yaitu :

17
1. Sambungan pipa dengan pipa lain yang mendadak membesar (sudden
enlargement)

2. Sambungan sebuah pipa yang masuk dalam tangki besar

b. Kerugian yang Disebabkan oleh Penyempitan Pipa yang Mendadak


Rugi gesek karena kontraksi tiba – tiba itu sebanding
dengan tinggi tekan kecepatan fluida di dalam saluran yang kecil,
sebesar:

Dimana :
hfc = rugi gesekan (ft-lbf/lb atau N-m/gr)
Kc = faktor kesebandingan atau koefisien rugi
kontraksi (contraction – loss coefficient)
Vb = kecepatan rata - rata di dalam pipa hilir yang
lebih kecil (ft/s atau m/s)

Kc dapat ditentukan dengan persamaan :

18
Dimana :
Kc = faktor kesebandingan atau koefisien rugi
kontraksi (contraction – loss coefficient)
Sa = luas penampang pada bagian hulu (m2)
Sb = luas penampang pada bagian hilir (m2)

Jenis-jenis Kontraksi yaitu :

- Diameter pipa yang mendadak berkurang (sudden reduction)

- Sambungan sebuah pipa dengan tanki besar

Sambungan sebuah pipa dengan tanki besar yang menonjol ke


dalam (tonjolan > ½ diameter pipa).

19
Sambungan sebuah pipa dengan tanki yang tepinya bulat
(rounded edge), kalau r/D>0,18.

2.4. Pengertian Friksi


Gaya gesek (Friksi) adalah gaya yang berarah melawan
gerak benda atau arah kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek
muncul apabila dua buah benda bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud di
sini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cair,
ataupun gas. Gaya gesek antara dua buah benda padat misalnya adalah gaya
gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya antara benda padat dan cairan serta
gas adalah gaya Stokes. (wikipedia, 2013)

1. Friksi Pada Pipa lurus


Friksi Pada Pipa lurus dan head loss
Akibat adanya gesekan antar fluida dan dinding fluida dalam aliran
fluida, maka akan terjadi kehilangan energy (Head loss). Head loss pada
pipa horizontal dapat dihitung dengan persamaan friksi fanning berikut :

∆𝐿 ∗ 𝑉 2
𝐹𝑠 = 4𝑓
2𝐷

Dimana :
𝐹𝑠 = faktor friksi fanning
∆𝐿 = panjang pipa (m)

20
𝑉 = kecepatan aliran (m/s2)
𝐷 = diameter pipa (m)
(Geankoplis, 1997)

Gambar 2. Friksi Pada Pipa Lurus

Frictional Losses in mechanical energy balance equation


Friction loss dari gesekan pada pipa lurus (fanning friction),
expansion loss, contraction loss dan kerugian dalam pemasangan
sambungan dan katup semuanya dimasukkan pada persamaan 𝛴F berikut :

Jika semua kecepatan v1,v2 dan v2 semuanya sama, dari persamaan diatas
menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu :

Dimana :
𝛴𝐹 = jumlah friksi
∆𝐿 = perbedaan panjang pipa
(Geankoplis C. J., 1997)

2. Friction Loss pada Ekspansi, Kontraksi, dan Pipa Sambungan

21
Gesekan pada dinding pipa yang mengalir melalui pipa lurus
dihitung dengan menggunakan factor friksi. Namun jika kecepatan fluida
mengalami perubahan arah dan besar, maka akan terjadi penambahan
friction loss. Hal ini terjadi karena tambahan dari turbulensi karena
vortisitas dan faktor lainnya. Metode untuk memperkirakan friction loss
pada sambungan akan dibahas dibawah ini:
a. Sudden Enlargement losses
Jika penampang pipa membesar secara bertahap, maka
kerugian sangat sedikit atau mungkin tidak terjadi. Jika perubahan itu
terjadi secara tiba-tiba, akan menimbulkan kerugian tambahn karena
pusaran dibentuk oleh jet expansi di bagian yang diperbasar.

Gambar 3. Friksi Sudden Enlargement Losses

Friction loss dapat dihitung dengan cara berikut untuk aliran turbulen :

Keterangan :
ℎ𝑒𝑥 = friction loss dalam (J/kg)
𝐾𝑒𝑥 = koefisien expansion loss = (1-A1/A2)2
𝑣1 = kecepatan masuk pada area yang lebih kecil (m/s)

22
𝑣2 = kecepatan downstream (m/s)
𝛼 = 1 untuk aliran turbulen, ½ untuk aliran laminer
(Geankoplis, 1997)

b. Sudden Contaction Losses


Ketika penampang dari pipa mengecil secara tiba-tiba, aliran
tidak dapat mengikuti sekitar sudut yang tajam, dan friction loss
bertambah karena terjadi pusaran.(Geankoplis, 1997)

Gambar 4. Friksi Sudden Contraction Losses

Persamaan untuk aliran turbulen :

Keterangan :
ℎ𝑐 = friction loss
𝛼 = 1 untuk aliran turbulen, ½ untul aliran laminer
𝑣2 = kecepatan rata-rata pada daerah yang lebih kecil atau downstream
𝐾𝑐 = koefisien kontraksi-loss (P1) = 0.55(1-A2/A1)2 untuk english unit
bagian kanan dibagi dengan faktor gc.
(Geankoplis C. J., 1997)

23
2.5. Losses in Fitting and valves
Sambungan pipa dan katup juga mengganggu jalur aliran dalam pipa
yang menyebabkan friction loss bertambah. Dalam sebuah pipa pendek
dengan banyak sambungan, friction loss akan lebih besar daripada pipa lurus.
Friction loss untuk sambungan dan katup diberikan sebagai berikut :

𝑣12
ℎ𝑓 = 𝐾𝑓 2

Dimana:
𝐾𝑓 adalah friction loss coefficient dari sambungan dan valve, v1 adalah
kecepatan rata-rata pada kepala pipa untuk sambungan (Geankoplis C. J.,
1997).

Tabel 1. Konstanta Kekasaran pada Pipa

Frictional Loss, Equivalent


Type of fitting or
Frictional Loss, Kf Length of Straight Pipe in Pipe
valve
Diameters, L/D

Elbow , 450 0,35 17


Elbow , 900 0,75 35
Tee 1 50
Return Bend 1,5 75
Coupling 0,04 2
Union 0,04 2
Gate Valve
Wide Open 0,17 9
Half Open 4,5 225
Globe Valve
Wide Open 6 300

24
Half Open 9,5 475
Angle valve, wide
2 100
open
Check Valve
Ball 70 3500
Swing 2 100
Water Meter, disk 7 350
Tabel 1. Friction loss fitting

(Geankoplis C. J., 1997)

2. 6 Macam-Macam Rumus Faktor Friksi


Selama tahun-tahun terakhir sejak diagram moody, persamaan yang
paling banyak digunakan untuk perhitungan faktor friksi adalah sebagai
berikut:
1. Colebrook-white (1939)
Persamaan ini berlaku untuk Nre> 4000.

Dimana :
D = Diameter pipa (m)
𝜀 = Kekerasan pipa (m)
𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = Bilangan Reynold ( )
𝜇

2. Wood (1966)
Persamaan ini berlaku untuk NRe>10000 dan 10-5< 𝜀/𝐷<0.04

Dimana :

25
3. Swamee and Jain (1976)
Swamee dan jain mengusulkan persamaan yang mencakup rentang Nre
dari 5000 sampai 107 dan hasil dari 𝜀/𝐷 diantara 0.00004 dan 0.05.

1
𝑓=
𝜀 5,74
16 [𝑙𝑜𝑔 ( 𝐷 + 𝑁𝑅𝑒 9/10 )]
3,7

Dimana :
D = Diameter pipa (m)
𝜀 = Kekerasan pipa (m)
𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = Bilangan Reynold ( )
𝜇

4. Churchill (1977)
Churchill menyatakan bahwa persamaannya mencakup untuk semua nilai
Nre dan 𝜀/𝐷

1
8 12 12
−1,5
𝑓 = 8 ((𝑁𝑅𝑒) + (𝐴 + 𝐵) )

Dimana :
𝐴 = (−2log(((𝜀/𝐷)/3.7) + (7/Nre)0.9)])16

Dimana:
D = diameter pipa (ft)
ε = kekasaran pipa (ft)
𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = bilangan reynold ( )
𝜇

5. Chen (1979)

26
Chen juga menyatakan persamaan untuk factor friksi mencakup
semua range dari R dan k/D
1
𝜀 5,0452 𝜀 1,1098 5,8506
(−4 𝑥𝑙𝑜𝑔 (0,2698 (𝐷) − 𝑁𝑅𝑒
) 𝑥𝑙𝑜𝑔 (0,3539 (𝐷
) + 𝑁𝑅𝑒 0,8981 ))

Dimana :
D = Diameter pipa (m)
𝜀 = Kekerasan pipa (m)
𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = Bilangan Reynold ( )
𝜇

6. Von Karman (1979)

1
= 4,07log(NRE√f)-0,60
√f

Dimana :
D = Diameter pipa (m)
𝜀 = Kekerasan pipa (m)
𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = Bilangan Reynold ( 𝜇
)

(McCabe, 1993)

7. Zigrang dan Sylvester (1982)


Untuk Aliran turbulen yaitu bilangan Reynold lebih dari 4000
sampai 108 dan 𝜀/𝐷 lebih dari 0,00004-0,5
1
𝜀
𝐷 13
(−4 ∗ 𝑙𝑜𝑔 ( 3,7 ) + (𝑁𝑅𝑒))

Dimana :
D = Diameter pipa (m)

27
𝜀 = Kekerasan pipa (m)
𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = Bilangan Reynold ( )
𝜇

8. Haaland (1983)
Persamaan ini berlaku untuk nilai Nre ≤ 2300 dan ≥4000

1
f= 10 0,5
9
6,9 ε
(-3,6*log( + ) )
NRe D
3,7

Dimana :
D = Diameter pipa (m)

𝜀 = Kekerasan pipa (m)


𝐷𝑥𝑉𝑥𝜌
Nre = Bilangan Reynold ( 𝜇

5. Manadilli (1997)
Menyatakan persamaan ini berlaku untuk Nre berkisar antara 5235 sampai 108
dan untuk nilai setiap 𝜀 /D.

1 𝜀 95 96.2
= −2 𝑙𝑜𝑔 ( + 0.983
− )
√𝑓 3.7𝐷 𝑁𝑟𝑒 𝑁𝑟𝑒

2.7 Perhitungan Friksi pada Aliran Laminer, Transisi dan Turbulen


a. Aliran Laminer
Untuk fluida yang beraliran laminer dalam pipa tegangan pada fluida
Newton dapat ditulis dalam persamaan faktor friksi Fanning sebagai berikut:

16
𝑓 = 𝑁𝑅𝑒= 16/((D*V*ρ)/μ

b. Aliran Transisi
Untuk bilangan reynold diatas 2100 dan dibawah 4000, maka
faktor friksi dihitung dengan menggunakan persamaan :

28
c. Aliran Turbulen
Pada aliran turbulen seperti aliran laminer, faktor friksi juga
tergantung pada bilangan reynold. Bagaimanapun, tidak mungkin untuk
diprediksi secara teori faktor friksi Fanning untuk aliran turbulen seperti
yang dilakukan pada aliran laminer. Faktor friksi harus ditemukan
dengan melakukan percobaan dan itu tidak hanya tergantung pada
bilangan Reynold tetapi juga pada kekasaran permukaan pipa.
Untuk aliran turbulen yaitu bilangan Reynold diatas 4000
sampai 105 dapat dihitung menurut persamaan Blasius :

d. Penurunan tekanan dan faktor friksi dalam aliran gas


Persamaan dan metode dibahas untuk aliran turbuent dalam pipa
untuk aliran incompressible. Pipa tersebut juga bisa untuk udara jika
density (atau tekanan) berubah kurang dari 10%. Kemudian density rata –
rata, av in kg/m3, digunakan dan kesalahan yang terjadi akan kurang dari
batas ketidaktentuan dalam faktor friksi f. Untuk gas, persamaan untuk
aliran laminer dan turbulent :
4 fLG 2
(P1 – P2)f =
D 2  AV
dimana AV = (P1 + P2) / 2. Juga, Nre menggunakan DG/, dimana G
adalah kg/m2 dan konstan berdiri sendiri dari density dan velocity untuk
gas.
4 fLG 2 RT
P12 – P22 = (SI)
DM

4 fLG 2 RT
P12 – P2 =
2
(English)
gc.DM
Dimana : R = 8314,3 J/kg mol K atau 1545,3 ft. lbf/lb molR
M = berat molekular.

29
Asal dari persamaan diatas digunakan hanya untuk soal gas dimana
tekanan relatif berubah cukup kecil sehingga perubahan besar dalam
velocity tidak dapat diabaikan, karena penting. Untuk perubahan tekanan
diatas sekitar 10%, aliran bertekanan terjadi. Dalam aliran adiabatic di
pipa seragam, velocity di dalam pipa tidak dapat melebihi velocity suara
(Geankoplis C. J., 1997)

2.8 Diagram Moody


Diagram moody merupakan representasi klasik dari perilaku fluida
Newtonian. Di industry digunakan untuk memprediksi losses dari aliran
aliran fluida. Diagram moody dibagi menjadi dua aturan aliran yaitu laminar
dan turbulen. Untuk aturan aliran laminar faktor gesek darcy weisbach
ditentukan oleh poiseuille analitis. Untuk aturan aliran turbulen hubungan
antara faktor gesekan dan bilangan reynold lebih kompleks dan diatur oleh
persamaan Colebrook. Pada tahun 1944 LF Moody mengeplot data dari
persamaan cloebrook dan diagram ini sekarang dikenal dengan moody chart
atau diagram faktor friksi, yang membantu pengguna untuk mengeplot
bilangan reynold dan kekasaran relative dinding pipa dan untuk menetapkan
nilai akurat dari faktor friksi untuk kondisi turbulen. Diagram moody juga
mendukung penggunaan faktor friksi darcy-weisbach dan membantu
pengembangan kalkulator head loss untuk aliran fluida didalam pipa dan
saluran terbuka. Sedangkan untuk faktor friksi fanning 4 kali faktor friksi
darcy weisbach.

30
BAB III
PERHITUNGAN

1. Minyak dengan kekentalan mutlak 0.1 Pa detik dan rapat relatif 850 kg/m3
mengalir melalui 3048 m dari pipa besi tuang 305 mm pada lau sebesar
44,4 x 10-3 m3/s. Hitunglah berapa head tutun dalam pipa tersebut, bila
diketahui 𝑔 = 9,8 𝑚/𝑠 2 .
Dik :
𝑄 = 44,4 𝑥 10−3 𝑚3⁄𝑠
𝑑 = 305 𝑚𝑚
𝜌 = 850 𝑘𝑔⁄𝑚3
𝐿 = 3048 𝑚
𝑔 = 9,8 𝑚/𝑠 2
Dit : 𝐻𝑓 ........?
Pembahasan :
1𝑚
305 𝑚𝑚 𝑥 = 0.305 𝑚
1000 𝑚𝑚
𝑄 44,4 𝑥 10−3 𝑚3⁄𝑠
𝑉= =1 = 0,61 𝑚/𝑠
𝐴 𝑥 3,14 𝑥 (0.305 𝑚) 2
4
𝑘𝑔
𝑉 𝑑 𝜌 0,61 𝑚⁄𝑠 𝑥 0,305 𝑚 𝑥 850 𝑚3
𝑅𝑒 = = 𝑚 𝑠 = 1577
𝜇 0,1 𝑘𝑔 𝑠2 . 𝑚2

(𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑚𝑖𝑛𝑒𝑟 < 2300)

31
64 64
𝑓= = = 0,0406
𝑅𝑒 1577
𝐿 𝑉2 3048 𝑚 𝑥 (0,61𝑚/𝑠)2
𝐻𝑓 = 𝑓 = 0,0406 = 7,7 𝑚
𝑑 2𝑔 0,305 𝑚 𝑥 2(9,8 𝑚⁄𝑠 2 )

2. Minyak ( massa spesifik = 8900 N/m3, Viskositas = 0.10 N.s/m2) mengalir


melalui pipa horizontal dengan diametr 23 mmyang terlihat seperti
digambar. Manometer digunakan untuk menghitung penurunan tekanan
dalam pipa. Tentukan nilai range untuk h pada aliran laminer!

Seperti yang kita ketahui untuk aliran laminar nilai Bilangan Reynolds
batasannya adalah ≤ 2100 sehingga persamaan menjadi, dengan mengacu
pada prinsip Bernouli :

JIka kita asumsikan z1 = z2 serta v1 = v2 dan karena aliran yang terjadi


berupa aliran viskos laminar, maka persamaan yang berlaku berupa
persamaan dengan adanya penambahan faktor gesek sehingga persamaan
akan menjadi :

32
Sedangkan persamaan pressure drop secara keseluruhan yaitu:

Karena di asumsikan aliran yang terjadi adalah laminar maka dicari dahulu
nilai dari f (friction) dengan men ggunakan persamaan berikut :

Untuk mencari ketinggian manometer dapat digunakan persamaan sebagai


berikut :

Sehingga nilai ketinggian manometer menjadi :

3. Air pada suhu 40⁰F (𝜌 = 62,42 𝑙𝑏𝑚⁄𝑓𝑡 3 𝑑𝑎𝑛 𝜇 = 1,038𝑥10−3 𝑙𝑏𝑚/𝑓𝑡. 𝑠)


mengalir melalui pipa horisontal sepanjang 30 ft dengan diameter 0,01,
kecepatan rata-rata 3,0 ft / s. Tentukan (a) kehilangan kepala (b) Tekanan
turun.

Dik :
d = 0,01 ft
V= 3 ft/s
3
𝜌 = 62,42 𝑙𝑏𝑚⁄𝑓𝑡

𝜇 = 1,038 𝑥10−3 𝑙𝑏𝑚⁄𝑓𝑡 30 ft

𝐷 = 0,01 𝑓𝑡

33
𝐿 = 30 𝑓𝑡

𝑉 = 3 𝑓𝑡/𝑠

Dit : a. Head Loss

b. Pressure drop

Pembahasan :

a. Head Loss

3 𝑓𝑡
𝑉 𝑑 𝜌 64,42 𝑙𝑏 𝑙𝑏𝑚⁄𝑓𝑡 𝑥 3 𝑠 𝑥 0,01𝑓𝑡
𝑅𝑒 = = 𝑙𝑏𝑚 = 1803
𝜇 1,038𝑥10−3 .𝑠 𝑓𝑡

( < 2300, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑙𝑎𝑚𝑖𝑛𝑒𝑟)

64 64
𝑓= = = 0,0355
𝑅𝑒 1803

𝐿 𝑉2 30 𝑓𝑡 𝑥 (3 𝑓𝑡/𝑠)2
𝐻𝑓 = 𝑓 = 0,0355 = 14,9 𝑓𝑡
𝑑 2𝑔 0,01 𝑓𝑡 𝑥 2(32,2𝑓𝑡⁄𝑠 2 )

b. Pressure Drop
𝐿 𝜌 𝑉2
∆𝑃 = ∆𝑃𝐿 = 𝑓
𝐷2

0,0355 . 30 𝑓𝑡 (62,42 𝑙𝑏𝑚⁄𝑓𝑡 3 )(3 𝑓𝑡⁄𝑠 2 ) 1 𝑙𝑏𝑓


= [ 𝑓𝑡
]
2 (0,01 𝑓𝑡) 32,2 𝑙𝑏𝑚. 𝑠2

= 929 𝑙𝑏𝑓/𝑓𝑡 2
4. Hitung aliran Q dan V, bila diketahui H = 25 m, friksi sebesar 0,02 dan
diameter tabung 200 mm.

2m

5m 2m

34
Dik :

𝑓 = 0,02

𝑑 = 200 𝑚𝑚

𝐻𝐿 = 25 𝑚

Dit : Q dan V

Pembahasan :

𝑉2
𝐻𝐿 = 𝑘
2𝑔

𝑉2
𝐻𝐿 = (𝐾𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 + 𝐾𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 + 𝐾𝑝𝑖𝑝𝑎 + 𝐾𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤 + 𝐾𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 )
2𝑔

𝑉2
25 𝑚 = (1 + 10 + 0,02(5 + 2 + 2) + 2(0,9) + 1)
2 (10 𝑚/𝑠 2

14,7 𝑉 2
25 𝑚 = 𝑚2
20 𝑠

𝑚2
450 𝑠2 𝑚
𝑉=√ = 5,776
14,7 𝑠

𝑄 =𝐴𝑉

𝜋 𝑑2
𝑄=
4

3,14 (0,2 𝑚)2


𝑄= . 5,776 𝑚⁄𝑠
4

𝑄 = 0,181 𝑚3 /𝑠

35
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Rugi tekan terbagi menjadi 2 jenis yaitu Rugi Minor dan Rugi Mayor.
2. Rugi Minor disebabkan oleh gangguan local seperti pada system pemipaan
berupa adanya katup, belokan elbow, sambungan sambungan, perubahn
pembesaran dan pengecilan ukuran pipa dan lain-lain.
3. Rugi mayor disebabkan adanya gesekan aliran fluida dengan dinding pipa,
dipengaruhi oleh viskositas, densitas, friksi dan bilangan reynold.
4. Bilangan reynold menyatakan bahwa kecepatan fluida merupakan salah
satu variabel yang menentukan sifat aliran dalam pipa

4.2 Saran
1. Sebaiknya sambungan sambungan dalam pipa dihindari karena akan
mengakibatkan penurunan tekanan dalam pipa tersebut.

36
DAFTAR PUSTAKA

Zainudin,dkk.2012.Analisa Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan


Terhadap Head Losses Aliran Pipa. Mataram:Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Teknik, Universitas Mataram
Malaw,Juhari.2012.Analisa Pressure Drop Pada Sistem Perpipaan Fuel Oil
Boiler Pada Pt.Pln Pembangkitan Sumatera Bagian Utara Sicanang – Belawan
Dengan Menggunakan Pipe Flow Expert.Sumatera Utara:Departemen Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Simanjuntak,Salomo.2010.Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa
Pvc.Medan:Lembaga Penelitian Universitas Hkbp Nommensen
Munson,BruceR,dkk.2006.Fundamentals of Fluid Mechanics Fifth
Edition.Asia:John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd

37

Anda mungkin juga menyukai