Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDRAULIKA SALURAN TERTUTUP

Disusun Oleh :

NAMA : NOVA ANGELIN MANIHURUK

NIM : 1905051048

KELAS : EN-4B

DOSEN PENGAMPU : PAK Ir. Isman Harianda,M.T.

PRODI TEKNIK KONVERSI ENERGI

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

T.A 2020/2021
Abstrak

Headloss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besarnya reduksi tekanan total
(total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem pengaliran. Total head, seperti
ini merupakan kombinasi dari elevation head (tekanan karena ketinggian suatu fluida), Velocity
head, (tekanan karena kecepatan alir suatu fluida) dan pressure head (tekanan normal dari
fluida itu sendiri) . Percobaan bertujuan untuk mempelajari head loss dan friction loss aliran
fluida pada pipa no.2 dan 4, elbow 900 dan 450, enlargement dan contraction. Percobaan ini
menggunakan serangkaian alat yang secara skematik yaitu ‘’general Arrangement of
Apparatus” dan “Manometer Connection Diagram”. Percobaan dilakukan dengan
memvariasikan bukaan yaitu pada bukaan 75% dan 100% dan volume 10, 15, dan 20 liter.
Head loss terbesar cenderung pada bukaan 100% yaitu pada pipa no.2 sebesar 11,218 inHg;
pipa no.4 sebesar 1,58; pipa elbow 900 sebesar 0,196 inHg; pipa elbow 450 sebesar 0,184; pipa
enlargemant sebesar 0,223 inHg sedangkan pipa contraction penurunan tekanan terbesar pada
bukaan 75% sebesar 0,14 inHg. Friction loss terbesar pada bukaan 100% pada pipa no.2
adalah 100,09 ft/lbm; pada pipa no.4 sebesar 2,18 ft/lbm; elbow 900 sebesar 2,173 ft/lbm; elbow
450 sebesar 2,20 ft/lbm; pipa enlargement adalah 99,2 ft/lbm;namun pada pipa contraction
friction loss terbesar pada bukaan 75% sebesar 34,02 ft/lbm. Dari percobaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa terjadi aliran turbulen pada setiap pipa yang diuji, karena bilangan reynold
nya >4000.
Kata kunci : aliran fluida, head loss, friction loss, enlargement, contraction.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Untuk mengalirkan fluida dari tempat yang satu ke tempat yang lain diperlukan
suatu peralatan. Selain peralatan utama yang digunakan, ada bagian-bagian yang tidak kalah
penting dimana dalam bagian ini, sering terjadi peristiwa-peristiwa yang dapat mengurangi
efisiensi kerja yang diinginkan. Bagian dari peralatan ini dapat berupa pipa-pipa yang
dihubungkan. Dalam menggunakan pipa yang harus diperhatikan adalah karakteristik dari fluida
yang digunakan, misalnya : sifat korosi, explosive, racun, suhu dan tekanan. Apabila fluida
dilewatkan ke dalam pipa maka akan terjadi gesekan antara pipa dengan fluida tersebut.
Besarnya gesekan yang terjadi tergantung pada kecepatan, kekerasan pipa, diameter dan
viskositas fluida yang digunakan.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui peristiwa yang terjadi dalam pipa apabila fluida
dilewatkan ke dalamnya. Gesekan yang terjadi dapat mempengaruhi aliran fluida dalam pipa,
aliran ini dapat terjadi secara laminar atau turbulen yang nilainya dapat didekati dengan bilangan
Reynolds.
1.2. Tujuan Percobaan
1. Mencari Head losses (Kehilangan Tinggi Tekananan)pada pipa dan peralatannya.
2. Menghitung koefisien head losses (Koefisien)
3. Membandingkan koefisien Headlosses yangterjadi dan teori
1.3. Dasar Teori
1.3.1. Tipe aliran fluida
Ada 3 tipe aliran fluida didalam pipa, yaitu :
1. Aliran Laminer,aliran fluida dengan kecepatan rendah. Partikel-partikel fluida mengalir
secara teratur dan sejajar dengan sumbu pipa. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran
laminer berlaku Bilangan Reynold, NRe < 2100. Pada keadaan ini juga berlaku hubungan
Head Loss berbanding lurus dengan kecepatan linear fluida, atau H α V.
2. Aliran Turbulen,aliran fluida dengan kecepatan tinggi. Partikel-partikel fluida mengalir
secara tidak teratur atau acak didalam pipa. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran
turbulen berlaku Bilangan Reynold, NRe < 4000. Pada keadaan ini juga berlaku
hubungan Head Loss berbanding lurus dengan kecepatan linear berpangkat n, atau H α
Vn.
3. Aliran Transisi,aliran fluida dengan kecepatan diantara kecepatan linear dan kecepatan
turbulen. Aliran berbentuk laminar atau turbulen sangat tergantung oleh pipa dan
perlengkapannya. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran transisi berlaku hubungan
Bilangan Reynold, 2100 < NRe < 4000.

1.3.2. Bilangan Reynold


Angka Reynolds adalah bilangan tanpa dimensi yang nilainya bergantung pada
kekasaran dan kehalusan pipa sehingga dapat menentukan jenis aliran dalam pipa. Profesor
Osborne Reynolds menyatakan bahwa ada dua tipe aliran yang ada didalam suatu pipa
yaitu :
1. Aliran laminar pada kecepatan rendah dimana berlaku h α v
2. Aliran Turbulen pada kecepatan tinggi dimana berlaku h α vn
Dalam penelitiannya, Reynolds mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran
berubah menjadi aliran jenis lain, dan bahwa kecepatan kritis, dimana aliran laminar
berubah menjadi aliran turbulen. Keadan ini bergantung pada empat buah besaran yaitu:
diameter tabung, viskositas, densitas dan kecepatan linear rata-rata zat cair. Lebih jauh ia
menemukan bahwa ke empat faktor itu dapat digabungkan menjadi suatu gugus, dan bahwa
perubahan macam aliran berlangsung pada suatu nilai tertentu gugus itu. Pengelompokan
variabel menurut penemuannya itu adalah :
D.V . ρ
N Re=
μ
Dimana : D = Diameter pipa ( m )
V = Kecepatan rata-rata zat cair ( m / s )
μ = Viskositas zat cair ( kg / m.s )
ρ = Densitas zat cair ( kg / m3 )
Gugus variabel tanpa dimensi yang didefinisikan oleh persamaan di atas dinamakan
Angka Reynolds ( Reynolds Number ). Aliran laminar selalu ditemukan pada angka
Reynold di bawah 2.100, tetapi bisa didapat pada angka Reynold sampai beberapa ribu,
yaitu dalam kondisi khusus dimana lubang masuk pipa sangat baik kebundarannya dan zat
cair di dalamnya sangat tenang. Pada kondisi aliran biasa, aliran itu turbulen pada angka
Reynolds di atas kira-kira 4.000. Terdapat suatu daerah transisi yatu pada angka Reynolds
antara 2100 sampai 4000, dimana jenis aliran itu mungkin laminar dan mungkin turbulen,
bergantung pada kondisi di lubang masuk pipa dan jaraknya dari lubang masuk itu (Raswari
1986). Berdasarkan pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan menjadi 2
yaitu :
1. Fluida tak termampatkan (incompressible), pada kondisi ini fluida tidak mengalami
perubahan dengan adanya perubahan tekanan, sehingga fluida tak termampatkan.
2. Fluida termampatkan (compressible), pada keadaan ini, fluida mengalami
perubahan volume dengan adanya perubahan tekanan.

1.3.3. Head loss & Friction loss pada pipa horizontal


Head loss biasanya dinyatakan dengan satuan panjang. Sehingga untuk persamaan
(2), Head Loss adalah harga ∆p yang dinyatakan dengan satuan panjang mmHg atau inchHg.
Harga F sendiri bergantung pada tipe alirannya. Untuk aliran laminar, dimana N Re < 2100,
berlaku persamaan :

f L. V 2
F= .
2 gc . D ……………………………...(1)
Untuk aliran turbulen dengan N Re > 4000, berlaku persamaan:

32. μ L .V 2
F= .
g c D2 ρ …………………………..(2)

1.3.4. Head loss & Friction loss pada Elbow


Sambungan-sambungan didalam pipa, misalnya elbow, kran, valve, tee akan
mengganggu pola aliran fluida dan menyebabkan terjadinya rugi gesekan atau Friction Loss.
Friction Loss ini biasanya dinyatakan sebagai rugi gesekan yang setara dengan panjang pipa
lurus. Untuk 45o Elbow, dengan diameter pipa 1 in – 3 in, misalnya, maka setara dengan
panjang pipa 15 x D, sedangkan untuk 90 o Elbow, dengan diameter 3/8 in – 2,5 in, misalnya
maka setara dengan panjang pipa 30 x D.
Persamaan-persamaan yang digunakan didalam pipa Horizontal, termasuk untuk
menentukan Head Loss juga berlaku untuk elbow dengan catatan elbow juga dalam posisi
horizontal didalam sistem perpipaan. Hasil pengujian head loss menunjukkan bahwa, sudut
sambungan belokkan berbanding lurus dengan head loss. Semakinn besar sudut sambungan
belokan pipa, nilai head loss yang dihasilkan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan tinggi tekan pada sebelum dan setelah belokan pipa yang semakin meningkat.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kecepatan air berbanding terbalik dengan sudut
sambungan belokan pipa, semakin besar sudut sambungan belokan pipa maka kecepatan air
semakin kecil, dan sebaliknya semakin kecil sudut sambungan belokan pipa kecepatan air
semakin besar. Hal tersebut disebabkan karenan waktu yang diperlukan lebih lama untuk
sudut belokan yang semakin besar (Haruo Tahara,Sularso.2000).
1.3.5. Friction Loss pada Enlargement dan Contraction
Untuk pipa dimana diameternya berubah kecil kebesar, pipa pertama dengan
diameter D1 dan pipa kedua dengan diameter D2, atau Enlargement, dan pipa masih didalam
posisi horizontal, tidak ada kerja pada sistem, maka ∆Z =0, W = 0 dengan persamaan :

ΔV 2 Δp
−F= +
2 gc ρ ……………………….(3)
2
∆p ∆v
Jika sangat kecil,dan bisa diabaikan terhadap harga dari , maka :
ρ 2 gc
∆ v2
=−F....................................................(4)
2 gc

1.3.6. Pressure Drop


Pressure menunjukkan penurunan tekanan dari titik 1 ke titik 2 dalam suatu sistem
aliran fluida. Penurunan tekanan,biasa dinyatakan juga dengan ∆P saja. Jika manometer
yang digunakan adalah manometer air raksa,dan beda tinggi air raksa dalam manometer H
ft, maka :
∆p = H ( ρ Hg) g/g ……………....(5)
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan
tekanan dari satu titik di dalam pipa atau aliran air. "Penurunan Tekanan" adalah hasil dari
gaya gesek pada fluida seperti yang mengalir melalui tabung. Gaya gesek disebabkan oleh
resistensi terhadap aliran. Faktor utama yang mempengaruhi resistensi terhadap aliran fluida
adalah kecepatan fluida melalui pipa dan viskositas fluida. Aliran cairan atau gas selalu akan
mengalir ke arah perlawanan sedikit (kurang tekanan). Pada aliran satu fase, pressure drop
dipengaruhi oleh Reynold number yang merupakan fungsi dari viskositas, densitas fluida
dan diameter pipa(Deslia Prima. 2011).

1.3.7. Gesekan dalam pipa


Gesekan pada pipa dapat menyebabkan hilangnya energi mekanik fluida. Gesekan
inilah yang menetukan aliran fluida dalam pipa, apakah laminar atau turbulen. Gesekan juga
dapat menimbulkan panas pada pipa sehingga merubah energi mekanik menjadi energi
panas (kalor).
Dalam aplikasi kesehariannya, ada banyak sekali bentuk dan model pipa, seperti
pipa bentuk elbow, mitter, tee, reducer, cross, dan lainnya. Bentuk serta model yang
beraneka ragam tersebut sangat membantu dalam desain layout sistem perpipaan didunia
industri. Pada saat operasi, bentuk dan model pipa yang bermacam-macam tersebut akan
memiliki karakteristik tegangan yang berbeda-beda sebagai akibat dari pembebanan yang
diterimanya. Akumulasi dari berat pipa itu sendiri dan tekanan fluida yang mengalir
didalamnya, akan menyebabkan tegangan pada pipa yang dikenal sebagai beban static.
Namun efek dari pembebanan seperti ini dapat diminimalisasi dengan memilih jenis
penyangga (support) yang sesuai, dan menggunakan penyangga tersebut dalam jumlah
cukup. Secara umum, beban dinamik dan beban termal pada pipa merupakan dua hal yang
lebih penting, dan lebih sulit untuk ditangani. Pembebanan dinamik terjadi pada pipa yang
berhubungan langsung dengan peralatan bergetar seperti pompa atau kompresor. Beban
dinamik juga terjadi pada pipa yang mengalami beban termal, sehingga beberapa bagian
pipa berekspansi dan menimbulkan tegangan pada pipa. Oleh sebab itu, perlu digunakan
beberapa alat atau mekanisme yang didesain untuk memperkecil tegangan pada system
perpipaan tersebut, agar kelebihan beban yang bisa mengakibatkan kegagalan pada bagian
pipa, atau kerusakan pada alat yang terhubung dengannya dapat dihindari.
Salah satu komponen penyambungan dalam sistem perpipaan adalah pipe bend (pipa
lengkung) atau elbow. Pipe bend berfungsi untuk membelokkan arah aliran fluida didalam
pipa. Namun pipe bend lebih sulit untuk dianalisa karena permukaannya menjadi oval
dibawah pembebanan momen bending. Hal ini menyebabkan pipe bend memiliki
fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan dengan pipa lurus yang sama ukuran dan jenis
materialnya. Lebihnya fleksibilitas ini menjadikan pipe bend berfungsi sebagai penyerap
ekspansi thermal. Dengan berbagai karakteristik tersebut, pipe bend menjadi komponen
yang sangat penting di dalam sistem perpipaan dan memerlukan berbagai macam
pertimbangan dalam proses perancangannya(Mc.Cabe.1985)

1.2.8 Persamaan Kontinuitas


Persamaan kontinuitas mengatakan hubungan antara kecepatan fluida yang masuk
pada suatu pipa terhadap kecepatan fluida yang keluar(White.1988). Hubungan tersebut
dinyatakan dengan :
Q = A V…………(6)
Dimana :
A = Luas penampang(m2)
V = kecepatan (m/det)
Debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir tiap satuan
waktu.
Q = V/ t………….(7)
Dimana :
V = Volume(m3)
t = waktu(detik)
Jika disubtitusikan persamaan 6 dan 7 maka akan dihasilkan persamaan:
V
v= ………..(8)
t.A
Dimana :
V = volume(m3)
t = waktu(detik)
A = Luas penampang(m2)
v = kecepatan (m/det)
Jika fluida bergerak dalam pipa yang mengalir dengan luas penampang
yang berbeda maka volume yang mengalir(Tipler.1998) :
V=A.v. t……………(9)
A1.v1.t1 = A2.v2.t2.....(10)

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Bahan dan Alat


1. Pipa Galvanis ¾ inch
2. Pipa standart blok ¾ inch
3.Pipa standart blok 1/2inch
4. Pipa PVC ½ inch
5.Belokan (Ellbow) 90 derajat dan 45derajat
6. Katup-katup (Kran / Valve)
7. Pengecilan tiba – tiba
8. Pembesaran tiba – tiba
9. Ventury Meter
10.Orifice meter
2.2 Prosedur Percobaan
1. Tangki diisi dengan air, lalu pompa dihidupkan.
2. Valve yang akan digunakan dibuka sehingga air akan mengalir melalui pipa yang
diinginkan sesuai penugasan.
3. Ketika akan menentukan head loss pada pipa 2, maka aliran menuju pipa selain pipa 2
ditutup.
4. Sambungkan selang untuk menentukan pressure drop yang menghubungkan
manometer dengan 2 titik pada pipa 2.
5. Memutar bukaan valve pada peralatan diantaranya bukaan 75 dan 100 %.
6. Untuk menentukan kecepatan volumetrik air, aliran air dibuka.Stopwatch digunakan
untuk menentukan waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air setiap 10, 15, dan 20
liter.
7. Selang untuk menentukan pressure drop disambungkan dengan alat manometer dengan
dua titik pada pipa no.2, ketika aliran air dihentikan maka pembacaan pada manometer
dilakukan.
8. Cara yang sama dilakukan untuk penentuan head loss pada pipa no.4, pipa elbow 45 o dan
90o, serta pada pipa perkecilan dan perbesaran.

2.3 Rangkain Alat


Rangkain peralatan pada percobaan aliran fluida dalam system perpipaan dapat dilihat
pada gambar 2.1

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Head Loss & Friction Loss pada Pipa No.2 dan Pipa No.4
Pipa no.2 dan pipa no.4 yang dilakukan pengukuran head loss dan friction lossnya pada
percobaan ini dalam keadaan horizontal/lurus, dimana keadaan diameter dari pipa sama
ukurannya mulai dari awal hingga ujung. Head loss biasanya dinyatakan dengan satuan panjang.
Sehingga nilai head loss adalah harga H yang dinyatakan dengan satuan panjang mmHg atau
inchHg menggunakan persamaan H = ha - hb. Data percobaan pada pipa no.2 dan pipa no.4 yang
dilakukan dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
12

10

6
Pipa
4 No.2

0
5 10 15 20 25 30

Grafik 3.1 Hubungan kecepatan (V) terhadap Head Loss (H) pipa no.2 dan
pipa pada bukaan valve 75%, 100% pipa no.2
1.2

0.8

0.6 pipa no.2


Pipa
0.4 no.4
0.2

0
0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5

Grafik 3.2 Hubungan Log V terhadap Log H pipa no.2 dan pipa no.4 pada
bukaan valve 75%, 100%
60000

50000

40000

30000
pipa no.2
20000 pipa no.4

10000

0
0 20 40 60 80 100 120

Grafik 3.3 Hubungan Friction Loss terhadap NRe pipa no.2 dan pipa no.4
pada bukaan valve 75%, 100%
Pengukuran head loss pada pipa nomor 2 dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (H = ha – hb), nilai head loss yang diperoleh dari percobaan berdasarkan grafik 3.1
pipa no.2 ,dapat diketahui head loss terkecil terjadi pada saat kecepatan fluida 16,7113 ft/detik
dengan nilai head loss 10,9956 inHg dan yang terbesar yaitu pada kecepatan 25.23 ft/detik
dengan head loss 11,218 inHg. Pengukuran head loss pada pipa nomor 4 juga dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan (H = ha – hb), dari grafik 3.1 pipa nomor 4 dapat dilihat
hubungan antara kecepatan fluida dengan head loss nya. Puncak head loss terjadi pada V= 10,21
ft/s dan H= 1,58 inHg. Pada V= 8,80 ft/s dan H= 1,413 inHg terjadi penurunan head loss. Dari
percobaan ini dapat diketahui semakin besar kecepatan aliran fluida semakin besar pula head loss
yang terjadi pada aliran pipa, ini disebabkan karena aliran dengan kecepatan tinggi maka gesekan
fluida dengan dinding pipa semakin besar sehingga energy yang hilang(head loss) juga semakin
banyak. Bukaan valve 100% mempunyai kecepatan dan head loss yang lebih besar dari pada
bukaan 75%. Hal ini dikarenakan dengan bukaan 100% maka kecepatan fluida yang mengalir
semakin cepat.
Dari percobaan yang dilakukan selain diperoleh nilai head loss yang ada serta kecepatan
dari aliran dapat juga dilihat kenaikan dan penurunan yang terjadi dengan membandingkan nilai
dari logaritma antara kecepatan dan head loss, hal ini dapat dilihat dari grafik 3.2, untuk pipa
nomor 2 terjadi kenaikan log H pada setiap peningkatan nilai log V. Nilai Log V terendah adalah
1,22 dengan Log H sebesar 1,041 sedangkan Log V tertinggi adalah sebesar 1,401 dengan nilai
Log H sebesar 1,049. Pada pipa nomor 4 terjadi kenaikan log H pada setiap peningkatan nilai log
V. Nilai Log V terendah adalah 0,945 dengan Log H sebesar 0,15 sedangkan Log V tertinggi
adalah sebesar 1,01 dengan nilai Log H sebesar 0,19. Dari grafik tersebut, dapat disimpulkan
Log V berbanding lurus terhadap Log H dimana semakin besar Log V, maka semakin besar Log
H. Kecepatan,friction loss dan head loss pada pipa nomor 2 lebih besar dibandingkan pada pipa
nomor 4, hal ini dikarenakan pada pipa nomor 2 memiliki diameter yang lebih kecil dibanding
dengan diameter pipa nomor 4 yang lebih besar.Perbedaan diameter ini memiliki hubungan
dengan persamaan kontinuitas,semakin kecil luas pipa maka semakin besar kecepatan sehingga
akibatnya friction loss dan head loss juga semakin besar(White.1988).
Q
Q=Av v= A

Percobaan ini juga terlihat bahwa jenis aliran yang digunakan adalah jenis aliran
turbulens yaitu lebih besar dari 4000 .Berdasarkan grafik 3.3 dapat dilihat bahwa semakin besar
friction loss maka bilangan Reynold semakin besar. Dari persamaan dibawah bahwa bilangan
Reynold berbanding lurus dengan nilai friction loss.
32 µ3 L ℜ2
F= gc ρ2 D 4

3.3 Head Loss & Friction Loss didalam elbow 450 dan 900

Pada percobaan ini akan ditentukan besar laju aliran dan head loss pada pipa elbow 450
dan 900. Besarnya laju aliran fluida dan head loss yang terjadi dipengaruhi oleh besar kecilnya
elbow yang diberikan. Perhitungan rata-rata pada pipa elbow 450 dan 900 dari data percobaan
yang dilakukan serta kecenderungan grafik yang terjadi, dapat dilihat pada grafik dibawah :

0.25

0.2

0.15

0.1 elbow 45
elbow 90
0.05

0
8.6 8.8 9 9.2 9.4 9.6 9.8 10 10.2 10.4

Grafik 3.4 Hubungan kecepatan (V) terhadap Head Loss (H) pada bukaan
75%, 100% pipa elbow 450 dan 900
Grafik 3.4 adalah hubungan kecepatan dengan head loss, dimana nilai head loss terbesar
pada elbow 450 bernilai 0,184 inHg dan nilai dari kecepatannya sebesar 10.27 ft/s. Sedangkan
untuk elbow 900 nilai head loss terbesar senilai 0,196 inHg dan nilai dari kecepatan sebesar 10.19
ft/s . Dari grafik 3.4 kita juga dapat membandingkan bahwa nilai kecepatan pada elbow 45 lebih
besar dari pada nilai kecepatan pada elbow 90. Hal ini sudah sesuai dengan literature bahwa
kecepatan air berbanding terbalik dengan sudut belokan pipa,semakin besar sudut belokan pipa
maka kecepatan air semakin kecil,dan sebaliknya semakin kecil sudut sambungan pipa maka
kecepatan air semakin besar (Haruo Tahara,Sularso.2000). Dari grafik tersebut juga dapat
membandingkan bahwa nilai head loss pada elbow 900 lebih besar dari pada elbow 450.Hal ini
sudah sesuai dengan literature yang menunjukkan bahwa besar sudut belokan pipa berbanding
lurus dengan head loss. Semakin besar sudut belokan pipa maka nilai head loss semakin
besar,dan sebaliknya semakin kecil sudut belokan pipa maka semakin kecil pula head loss
pipa(Haruo Tahara,Sularso.2000).

0
0.94 0.95 0.96 0.97 0.98 0.99 1 1.01 1.02
-0.2

-0.4

-0.6 elbow
45
-0.8

-1

-1.2

Grafik 3.5 Hubungan Log V terhadap Log H pada bukaan 75%, 100% pipa
elbow 450 dan 900
Selain menentukan perhitungan nilai head loss serta nilai kecepatan aliran, dapat juga
dilihat kenaikan dan penurunan yang terjadi dengan membandingkan nilai dari logaritma antara
head loss dan kecepatan pada elbow 450 dan 900, hal ini dapat dilihat dari grafik 3.5 pada elbow
450 keadaan minimum dari log V terhadap log H yaitu ketika log V 0.94859 dan log H
-1,006894 serta maksimum pada saat log V 1.011734 dan log H -0,735. .Pada elbow 90 0
keadaan minimum dari log V 0.945136 dan log H -0.8027 serta maksimum pada saat log V
1.0084136 dan log H -0,70864. Dari grafik diatas dapat dilihat semakin besar Log V nya maka
semakin besar pula Log H nya.
56000
54000
52000
50000
elbow 45
48000
elbow 90
46000
44000
42000
1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3

Grafik 3.6 Hubungan Friction Loss terhadap bilangan reynold pada


bukaan valve 75% dan 100% pada elbow 450 dan 900.
Grafik 3.6 adalah hubungan antara Friction loss dengan bilangan Reynold.Dari grafik ini
kita dapat membandingkan friction loss dan bilangan Reynold pada elbow 45 0 dan 900. Dari
literature dikatakan bahwa kecepatan berbanding terbalik dengan besar sudut belokan pipa.Pada
elbow 450 maka kecepatan air mengalir lebih besar dari pada elbow 900 maka friction loss
(kerugian akibat gesekan fluida pada pipa) pada elbow 450 lebih besar dari pada elbow 900.
Karena pada elbow 450 kecepatan air yang mengalir pada dinding pipa lebih besar akibatnya
gesekan fluida dengan pipa semakin besar(Haruo Tahara,Sularso.2000).
Friction loss pada elbow 450 lebih besar dari pada 900 maka bilangan Reynold pada
elbow 450 juga besar. Hal ini dapat dilihat pada persamaan dibawah ini bahwa Reynold
berbanding lurus dengan friction loss.Dari grafik diatas juga tahu bahwa jenis aliran pada elbow
450 dan elbow 900 adalah jenis aliran turbulens ,dimana NRe > 4000.
32 µ3 L ℜ2
F= gc ρ2 D 4

3.5 Friction Loss pada Enlargement dan Contraction


Pada perpipaan, pipa perbesaran terjadi dimana diameter dari pipa yang awalnya kecil
mengalami perbesaran menjadi diameternya lebih besar(Enlargement)dan diameter besar
kekecil(Contraction). Perhitungan rata-rata pada pipa perbesaran dari data percobaan yang
dilakukan datanya dapat dilihat grafik di bawah ini :
180000
160000
140000
120000
100000
Enlargement
80000
Contraction
60000
40000
20000
0
20 30 40 50 60 70 80

Grafik 3.7 Hubungan Faktor gesekan terhadap NRe pada bukaan valve 75%
dan 100% pada pipa enlargement dan contraction.
Berdasarkan grafik 3.7 terdapat dua perbedaan yang mencolok friction loss pada
enlargement yang naik dan contraction yang turun. Enlargement untuk pipa dimana diameter
berubah dari kecil ke besar,sehingga luas penampang juga berubah dari kecil ke besar.Dari
persamaan kontinuitas bahwa kecepatan fluida adalah perbandingan debit air dengan luas
penampang pipa. Semakin kecil luas penampang pipa maka semakin besar kecepatan fluida yang
mengalir. Hal ini karena luas penampang berbanding terbalik dengan kecepatan fluida. Pada
enlargement luas pipa pertama lebih kecil dibanding dengan luas pipa dua,hal ini mengakibatkan
kecepatan fluida pada penampang kecil lebih besar dari pada kecepatan pada penampang besar.
Berbeda dengan contraction diameter berubah dari besar kekecil sehingga kecepatan pada
penampang pertama lebih kecil dari penampang kedua. .Hal ini mengakibatkan friction loss pada
enlargement lebih besar dari pada contraction. Pada enlargement dari bukaan 75 % sampai 100%
friction loss akan naik dengan semakin besarnya bukaan valve. Berbeda dengan contraction
friction loss akan menurun dengan semakin besarnya bukaan valve. Hal ini terjadi karena
perubahan diameter besar kekecil dengan bukaan yang semakin besar luas penampang kecil tidak
mampu mengalirkan fluida dengan cepat sehingga membutuhkan waktu yang lama akibatnya
kecepatan fluida juga semakin kecil(Tipler.1998). Dari grafik juga tahu bahwa jenis aliran yang
digunakan adalah jenis aliran turbulens dimana NRe > 40000.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Semakin besar bukaan yang diberikan, maka semakin besar head loss dan friction loss
yang diperoleh. Head loss terbesar cenderung pada bukaan 100% yaitu pada pipa no.2
sebesar 11,21 inHg; pada pipa no.4 sebesar 1,58 inHg; pipa elbow 90 o sebesar 0,196
inHg; pipa elbow 450 sebesar 0,183; pipa perbesaran sebesar 0,223 inHg sedangkan pipa
pengecilan terbesar pada bukaan 75 % yaitu sebesar 0,14 inHg. Friction loss terbesar
pada bukaan 100% pada pipa no.2 adalah 100,09 ft/lbm; pipa no.4 adalah 2,18 ft/lbm ;
elbow 90o adalah 2,17 ft/lbm; elbow 450 adalah 2,20 ft/lbm; enlargement sebesar 99,09
ft/lbm sedangkan contraction sebesar 34,02 ft/lbm pada bukaan 75%.
2. Semakin besar kecepatan fluida yang mengalir, maka kerugian gesekan atau friction loss
nya juga akan semakin besar. Friction loss pipa no.2 sebesar 100,09 ft/lbm pada
kecepatan 25,23 ft/s ; friction loss pipa no.4 sebesar 2,18 ft/lbm pada kecepatan 10,2
ft/s ; friction loss pada elbow 90o sebesar 2,17 ft/lbm pada kecepatan 10,19 ft/s ; friction
loss pada elbow 450 sebesar 2,20 ft/lbm pada kecepatan 10,2 ft/s ; friction loss pada
enlargement sebesar 99,09 ft/lbm pada kecepatan 79,82 ft/s dan friction loss pada
contraction sebesar 34,02 ft/lbm dengan kecepatan 10,51 ft/s.
3. Semakin kecil diameter pipa yang digunakan, maka semakin besar kecepatan fluida dan
head loss yang diperoleh, begitu juga sebaliknya semakin besar diameter pipa yang
digunakan, maka semakin kecil kecepatannya dan head loss.
4. Semakin kecil diameter pipa yang digunakan, maka semakin besar kecepatan fluida dan
friction loss yang diperoleh,begitu juga sebaliknya semakin besar diameter pipa yang
digunakan, maka semakin kecil kecepatannya dan friction loss.

4.2 Saran
Pratikan harus teliti dalam pembukaan dan penutupan katup yang digunakan sehingga
diperoleh hasil yang akurat. Kesalahan dalam pembukaan dan penutupan katup ini akan sangat
berpengaruh terhadap hasil perhitungan selanjutnya.

LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA

Judul Pratikum : Aliran Fluida dalam Sistem Perpipaan.


Dosen Pembimbing : Ir. Isman Harianda,M.T.

Nama Kelompok III : Nova Angelin Manihuruk Ummul Habibah


Vaniah Nabila Nabila Dwi Putri
Rahma Serina Marpaung ViyataYudha Tarigan
Rivaldi Hutabarat

NO Galvanis Std Blok 3/4 Std Blok 1/2 PVC 1/2


h1 h 2 V(m/s) h 3 h 4 V(m/s) h5 h 6 V(m/s) h7 h 8 V(m/s)
1. 67 49 0.78 82 64.2 0.72 81.3 64.1 0.62 71 68.5 0.45
2. 61 49.5 0.79 76 64 0.73 77.3 59.3 0.63 66 58 0.46
3. 60 44 0.8 69 62 0.74 69.3 56.4 0.64 61 54 0.47

NO Katup Galvanis Katup Std Blok 3/4 Katup Std Blok 1/2 Katup PVC 1/2
h9 h 10 V(m/s) h 11 h 12 V(m/s) h 13 h 14 V(m/s) h 15 h 16 V(m/s)
1. 49 48 0.78 64.2 63.3 0.72 64.1 63.4 0.62 68.5 61 0.45
2. 49.5 43.2 0.79 64 63.1 0.73 59.3 58.6 0.63 58 57.5 0.46
3. 44 43.1 0.8 62 61 0.74 56.4 56.7 0.64 54 53.3 0.47

NO Pengecilan Pembesaran Elbow 90 Elbow 45


h 17 h 18 V(m/s) h 19 h 20 V(m/s) h 21 h 22 V(m/s) h 23 h 24 V(m/s)
1. 86.5 85.6 0.44 83.3 82.6 0.44 81.5 78.8 0.44 76.5 75.3 0.44
2. 83.2 82.3 0.45 83.3 82.3 0.45 80.3 78.1 0.45 76.8 75.8 0.45
3. 80 79.2 0.46 80.1 79.5 0.46 80.3 78.2 0.46 76 75.4 0.46

NO Ventury Meter ORIVE Meter


h 25 h 26 V(m/s) h 27 h 28 V(m/s)
1. 72.3 72 0.41 71.1 71 0.41
2. 73.2 72.6 0.42 71.8 71 0.42
3. 76 75.3 0.43 79.9 79 0.43

h1&h2 (Pipa Galvanis ¾ inch)


h3&h4 (Pipa Standart Block ¾ inch)
h5&h6 (Pipa Standart Block ½ὒ inch)
h7&h8 (Pipa PVC ½ )

h 9 & h 10 (Katup pipa Galvanis ¾ )


h 11 & h 12 (Katup Pipa Standart Block ¾ )
h 13 & h 14 (Katup Pipa Standart Block ½ )
h 15 & h 16 (Katup pipa PVC ½ )

h 17 & h 18 Pengecilan tiba – tiba


h 19 & h 20 Pembesaran tiba - tiba
h 21 & h 22 Belokan 90 Derajat
h 23 & h 24 Belokan 45 Derajat

h 25 & h 26 Ventury Meter


h 27 & h 28 Orifice Meter
V (m/s) Kecepatan Aliran Air
h satuan dalam cm

Anda mungkin juga menyukai