OLEH:
Kelompok : I (SATU)
Headloss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besarnya reduksi tekanan
total (total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem pengaliran. Total head,
seperti ini merupakan kombinasi dari elevation head (tekanan karena ketinggian suatu
fluida), velocity head (tekanan karena kecepatan alir suatu fluida,) dan pressure head
(tekanan normal dari fluida itu sendiri). Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari head
loss dan friction loss aliran fluida pada pipa no. 2 dan 4, elbow 450, enlargement dan
contraction. Percobaan ini menggunakan serangkaian alat yang secara skematik yaitu
‘’general Arrangement of Apparatus” dan “Manometer Connection Diagram”. Percobaan
pertama dilakukan dengan memvariasikan bukaan yaitu pada bukaan 25%, 50%, 75%,
100% pada volume 10, 15 dan 20 liter. Head loss terbesar cenderung pada bukaan 100%
yaitu pada pipa no. 2 sebesar 0,70 inHg; contraction sebesar 2,96 inHg; tee junction
sebesar 1,42, pada bukaan 25% yaitu pada pipa no. 4 sebesar 1,47 inHg; elbow 450 sebesar
0,5. Sedangkan friction loss memiliki nilai yang sama terhadap setiap bukaan yaitu pada
pipa no. 2 sebesar 0,02, pipa no. 4 sebesar 0,01, elbow 45 0 sebesar 0,01, enlargement
sebesar 0,02, contraction sebesar 0,02, dan tee junction sebesar 0,01. Dari percobaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi aliran turbulen pada setiap pipa yang diuji, karena
bilangan reynold nya >4000.
Kata kunci: Aliran Fluida, Contraction, Enlargement, Friction Loss, Head Loss.
BAB I
PENDAHULUAN
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui peristiwa yang terjadi dalam pipa
apabila fluida dilewatkan ke dalamnya. Gesekan yang terjadi dapat mempengaruhi
aliran fluida dalam pipa, aliran ini dapat terjadi secara laminar atau turbulen yang
nilainya dapat didekati dengan bilangan Reynolds.
f L .V 2
F= .
2 gc . D …………………........................................................(2)
32 . μ L .V 2
F= .
g c D2 ρ .................................................................................(3)
ΔV 2 Δp
−F= +
2 g c ρ .................................................................................(4)
2
∆p ∆v
Jika sangat kecil dan bisa diabaikan terhadap harga dari ,maka:
ρ 2 gc
2
∆v
=−F .................................................................................................(5)
2 gc
sistem aliran fluida. Penurunan tekanan,biasa dinyatakan juga dengan ∆P saja. Jika
manometer yang digunakan adalah manometer air raksa,dan beda tinggi air raksa
dalam manometer H ft, maka :
∆p = H ( ρ Hg) g/g ...................................................................................(6)
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penurunan tekanan dari satu titik di dalam pipa atau aliran air. "Penurunan Tekanan"
adalah hasil dari gaya gesek pada fluida seperti yang mengalir melalui tabung. Gaya
gesek disebabkan oleh resistensi terhadap aliran. Faktor utama yang mempengaruhi
resistensi terhadap aliran fluida adalah kecepatan fluida melalui pipa dan viskositas
fluida. Aliran cairan atau gas selalu akan mengalir ke arah perlawanan sedikit (kurang
tekanan). Pada aliran satu fase, pressure drop dipengaruhi oleh Reynold number yang
merupakan fungsi dari viskositas, densitas fluida dan diameter pipa (White, 1985).
Dimana :
V = Volume(m3)
t = waktu(detik)
Jika disubtitusikan persamaan 6 dan 7 maka akan dihasilkan persamaan:
V
v= .....................................................................................................(9)
t.A
Dimana :
V = volume(m3)
t = waktu(detik)
A = Luas penampang(m2)
v = kecepatan (m/det)
Jika fluida bergerak dalam pipa yang mengalir dengan luas penampang yang
berbeda maka volume yang mengalir (Tipler.1998) :
V=A.v.t ................................................................................................... (10)
A1.v1.t1 = A2.v2.t2 ......................................................................................... (11)
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Head Loss & Friction Loss pada Pipa Horizontal No. 2 bukaan 25%,
50%, 75%, dan 100%
Pipa nomor 2 yang dilakukan pengukuran head loss dan friction loss nya pada
percobaan ini dalam keadaan horizontal/lurus, dimana keadaan diameter dari pipa
sama ukurannya mulai dari awal hingga ujung. Head loss biasanya dinyatakan
dengan satuan panjang. Sehingga nilai head loss adalah harga ∆h yang dinyatakan
dengan satuan panjang mmHg atau inHg menggunakan persamaan ∆h = ha - hb. Data
percobaan pada pipa nomor 2 yang dilakukan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
0.80
0.60
0.40
0.20 Series2
0.00
Kecepatan (ft/s)
Gambar 3.1 Hubungan Kecepatan (ft/s) terhadap Head Loss (inHg) pada
bukaan valve 25%, 50%, 75%, dan 100% pada Pipa No. 2.
Berdasarkan literatur diketahui bahwa hubungan antara kecepatan (v) dan head
loss (H) adalah berbanding lurus. Dilihat dari gambar 3.1, hasil percobaan yang
didapatkan sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin besar kecepatan
aliran fluida maka semakin besar pula head loss yang terjadi pada aliran pipa
dikarenakan aliran dengan kecepatan tinggi maka gesekan fluida dengan dinding pipa
semakin besar sehingga energi yang hilang (head loss) juga semakin banyak
[Muchsin, 2014].
log v VS log h
-0.1001.030 1.035 1.040 1.045 1.050 1.055 1.060
-0.300
log h
-0.500 Series2
-0.700
-0.900
log v
Gambar 3.2 Hubungan Log V dan Log h pada bukaan valve 25%, 50%, 75%,
dan 100% pada Pipa No. 2.
Dari percobaan yang dilakukan selain diperoleh nilai pressure drop yang ada
serta kecepatan dari aliran dapat juga dilihat kenaikan dan penurunan yang terjadi
dengan membandingkan nilai dari logaritma antara kecepatan dan pressure drop.
Pada gambar 3.2 dapat dilihat hubungan antara log v dengan log h. Puncak head loss
terjadi pada log v dengan nilai sebesar 1,057 dan log h sebesar -0,157. Dari grafik ini
terlihat bahwa terjadi peningkatan log v seiring dengan peningkatan log h.
f VS Nre
31000.000
NRe
30000.000
29000.000 Series2
28000.000
0.01 0.02 0.03 0.04
f
Gambar 3.3 Hubungan friction loss (f) terhadap Bilangan Reynold (NRe) pada
bukaan valve 25%, 50%, 75%, dan 100% pada Pipa No. 2.
3.2 Head Loss & Friction Loss pada Pipa Horizontal No. 4 bukaan 25%,
50%, 75%, dan 100%.
Pipa nomor 4 yang dilakukan pengukuran head loss dan friction loss nya pada
percobaan ini dalam keadaan horizontal sama dengan percobaan pipa nomor 2,
dimana keadaan diameter dari pipa sama ukurannya mulai dari awal hingga ujung.
Head loss biasanya dinyatakan dengan satuan panjang. Sehingga nilai head loss
adalah harga ∆h yang dinyatakan dengan satuan panjang mmHg atau inHg
menggunakan persamaan ∆h = ha - hb. Data percobaan pada pipa nomor 4 yang
dilakukan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
1.0
0.8
Series2
0.6
0.4
0.2
0.0
6 7 8
Kecepatan (ft/s)
Gambar 3.4 Hubungan Kecepatan (ft/s) terhadap Head Loss (inHg) pada bukaan
valve 25%, 50%, 75%, dan 100% pada Pipa No. 4.
Gambar 3.5 Hubungan log v terhadap log h pada bukaan valve 25%, 50%, 75%,
dan 100% pada Pipa No. 4.
Pada gambar 3.5 dapat dilihat hubungan antara log v dengan log h. Puncak
head loss terjadi pada log v dengan nilai sebesar 3,89 dan log h sebesar 0,17. Dari
grafik ini terlihat bahwa terjadi peningkatan log v seiring dengan peningkatan log h.
f VS NRe
48000000.0
46000000.0
44000000.0
Series2
NRe
42000000.0
40000000.0
38000000.0
0.00 0.01 0.02
f
Gambar 3.6 Hubungan Faktor Gesekan (F) terhadap Bilangan Reynold pada
bukaan valve 25%, 50%, 75%, dan 100% pada Pipa No. 4.
Percobaan ini menggunakan pipa yang sangat halus sehingga bilangan
Reynold dan friction loss menggunakan persamaan sebagai berikut :
0 ,316
Blasius: f = 0 ,25 Untuk Re = 3000 sampai 100.000
Nre
Dilihat dari persamaan diatas bahwa bilangan Reynold berbanding terbalik dengan
friction loss (f). Berdasarkan Gambar 3.6 dapat dilihat bahwa friction loss memiliki
nilai yang sama seiring bertambahnya bilangan Reynold, hasil yang didapat dari
grafik tidak sesuai dengan persamaan blasius diatas bahwa seharusnya hasil
percobaan yang didapat berbanding terbalik.
Kecepatan friction loss dan head loss pada pipa nomor 2 lebih kecil
dibandingkan pada pipa nomor 4. Hal ini tidak sesuai dengan literature yang
menyatakan bahwa perbedaan diameter memiliki hubungan dengan persamaan
kontinuitas, dimana semakin kecil luas pipa maka semakin besar kecepatannya
sehingga akibatnya friction loss dan head loss juga semakin besar (White, 1988).
Adapun yang membuat hal ini terjadi yaitu karena kesalahan pengambilan data
sehingga data yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh kekasaran relatif pada pipa yaitu perbandingan ketidaksempurnaan
permukaan ϵ terhadap garis tengah dalam pipa.
3.3 Head Loss & Friction Loss pada Elbow 45o bukaan valve 25%, 50%, 75%,
dan 100%
Pada percobaan ini akan ditentukan besar laju aliran dan head loss pada pipa
elbow 450. Besarnya laju aliran fluida dan head loss yang terjadi dipengaruhi oleh
besar kecilnya elbow yang diberikan. Perhitungan rata-rata pada pipa elbow 450 dari
data percobaan yang dilakukan serta kecenderungan grafik yang terjadi, dapat dilihat
pada grafik dibawah :
Kecepatan VS Head Loss
Kecepatan (ft/s)
Gambar 3.7 Hubungan kecepatan (v) terhadap Head Loss (h) pada bukaan 25%,
50%, 75%, dan 100% pipa elbow 450 .
Pada Gambar 3.7 terlihat hubungan antara kecepatan dengan head loss,
dimana nilai head loss terbesar pada elbow 450 bernilai 0,5 inHg dengan nilai
kecepatannya sebesar 7,9 ft/s. Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa semakin
besar kecepatan aliran fluida semakin besar pula head loss yang terjadi pada aliran
pipa elbow 450. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin
besar kecepatan aliran fluida maka semakin besar pula head loss yang terjadi pada
aliran pipa dikarenakan aliran dengan kecepatan tinggi maka gesekan fluida dengan
dinding pipa semakin besar sehingga energi yang hilang (head loss) juga semakin
banyak [Muchsin, 2014].
log v VS log h
0.00
-0.050.84 0.85 0.86 0.87 0.88 0.89 0.90 0.91
-0.10
-0.15
log h
-0.20 Series2
-0.25
-0.30
-0.35
-0.40
log v
Gambar 3.8 Hubungan log V terhadap log h pada bukaan 25 %, 50%, 75%,
100% pipa elbow 450.
Selain menentukan perhitungan nilai head loss serta nilai kecepatan aliran,
dapat juga dilihat kenaikan dan penurunan yang terjadi dengan membandingkan nilai
dari logaritma antara head loss dan kecepatan pada elbow 450, hal ini dapat dilihat
dari gambar 3.8 dimana keadaan minimum dari log v terhadap log h yaitu ketika log v
bernilai 0,85 dan log h bernilai -0,38 serta keadaan maksimum pada saat log v
bernilai 0,9 dan log h -0,3. Dari grafik diatas dapat dilihat semakin besar log v nya
maka semakin besar pula log h nya dan hasil ini sesuai dengan literature.
f VS Nre
48000000
46000000
44000000
NRe
42000000 Series2
40000000
38000000
0.00 0.01 0.02
Gambar 3.9 Hubungan friction loss terhadap bilangan reynold pada bukaan
25%, 50%, 75%, 100% pipa elbow 450.
Pada gambar 3.9 menyatakan hubungan antara friction loss dengan bilangan
Reynold pada pipa elbow 450. Percobaan ini menggunakan pipa yang sangat halus
sehingga bilangan Reynold dan friction loss menggunakan persamaan sebagai berikut:
0 ,316
Blasius: f = 0 ,25 Untuk Re = 3000 sampai 100.000
Nre
Dilihat dari persamaan diatas bahwa bilangan Reynold berbanding terbalik dengan
friction loss (f). Berdasarkan Gambar 3.9 dapat dilihat bahwa friction loss memiliki
nilai yang sama seiring bertambahnya bilangan Reynold, hasil yang didapat dari
grafik tidak sesuai dengan persamaan blasius diatas bahwa seharusnya hasil
percobaan yang didapat berbanding terbalik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
kekasaran relatif pada pipa yaitu perbandingan ketidaksempurnaan permukaan ϵ
terhadap garis tengah dalam pipa.
3.4 Head Loss & Friction Loss pada tee junction bukaan valve 25%, 50%,
75%, dan 100%
Pada percobaan ini akan ditentukan besar laju aliran dan head loss pada pipa
tee junction. Perhitungan rata-rata pada pipa tee junction dari data percobaan yang
dilakukan serta kecenderungan grafik yang terjadi dapat dilihat pada grafik dibawah :
1.42
1.41
1.4
Series2
1.39
1.38
1.37
8 8.5 9 9.5 10 10.5 11 11.5 12 12.5
Kecepatan (ft/s)
Gambar 3.10 Hubungan kecepatan (v) terhadap Head Loss (h) pada bukaan
25%, 50%, 75%, dan 100% pipa tee junction.
Gambar 3.10 menyatakan hubungan antara kecepatan dengan head loss pada
pipa tee junction. Berdasarkan literatur diketahui bahwa hubungan antara kecepatan
(v) dan head loss (H) adalah berbanding lurus. Dilihat dari gambar 3.10, hasil
percobaan yang didapatkan sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin
besar kecepatan aliran fluida maka semakin besar pula head loss yang terjadi pada
aliran pipa dikarenakan aliran dengan kecepatan tinggi maka gesekan fluida dengan
dinding pipa semakin besar sehingga energi yang hilang (head loss) juga semakin
banyak [Muchsin, 2014].
log v Vs log h
0.152
0.149
log h
0.146
0.143 Series2
0.140
0.137
0.9 0.95 1 1.05 1.1
log v
Gambar 3.11 Hubungan log v terhadap log h pada bukaan 25%, 50%, 75%, dan
100% pipa tee junction.
Dari percobaan yang dilakukan selain diperoleh nilai pressure drop yang ada
serta kecepatan dari aliran dapat juga dilihat kenaikan dan penurunan yang terjadi
dengan membandingkan nilai dari logaritma antara kecepatan dan pressure drop.
Pada gambar 3.11 dapat dilihat hubungan antara log v dengan log h. Puncak head loss
terjadi pada log v dengan nilai sebesar 1,07 dan log h sebesar 0,151. Dari grafik ini
terlihat bahwa terjadi peningkatan log v seiring dengan peningkatan log h.
f VS NRe
75000
70000
65000
NRe
60000 Series2
55000
50000
45000
0.008 0.01 0.012 0.014 0.016 0.018 0.02
f
Gambar 3.12 Hubungan friction loss terhadap bilangan reynold pada bukaan
25 %, 50%, 75%, 100% pipa tee junction.
Pada gambar 3.12 menyatakan hubungan antara friction loss dengan bilangan
Reynold pada pipa tee junction. Percobaan ini menggunakan pipa yang sangat halus
sehingga bilangan Reynold dan friction loss menggunakan persamaan sebagai berikut:
0 ,316
Blasius: f = 0 ,25 Untuk Re = 3000 sampai 100.000
Nre
Dilihat dari persamaan diatas bahwa bilangan Reynold berbanding terbalik dengan
friction loss (f). Berdasarkan Gambar 3.12 dapat dilihat bahwa friction loss memiliki
nilai yang sama seiring bertambahnya bilangan Reynold, hasil yang didapat dari
grafik tidak sesuai dengan persamaan blasius diatas bahwa seharusnya hasil
percobaan yang didapat berbanding terbalik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
kekasaran relatif pada pipa yaitu perbandingan ketidaksempurnaan permukaan ϵ
terhadap garis tengah dalam pipa.
3.5 Head Loss & Friction Loss pada Enlargement dan Contraction bukaan
25%, 50%, 75% dan 100%
Pada sistem perpipaan, pipa perbesaran/Enlargement terjadi dimana diameter
dari pipa yang awalnya kecil mengalami perbesaran menjadi diameternya lebih besar.
Sedangkan jika pipa diameter besar ke kecil disebut Contraction. Perhitungan rata-
rata pada enlargement dan contraction dari data percobaan yang dilakukan serta
kecenderungan grafik yang terjadi, dapat dilihat pada gambar 3.13 dan 3.14 dibawah :
f VS NRe
30000
29500
29000
NRe 28500
28000 Series2
27500
27000
0.02 0.03 0.04 0.05
Gambar 3.13 Hubungan friction loss terhadap bilangan Reynold pada bukaan
valve 25%, 50%, 75% dan 100% pada pipa enlargement.
Enlargement untuk pipa dimana diameter berubah dari kecil ke besar, sehingga
luas penampang pipa juga berubah dari kecil ke besar. Harga diameter pipa
enlargement adalah 0,0289 ft. Dan luas pipa pertama yang digunakan pada pipa
enlargment adalah 0.00066 ft2 . Adapun yang membuat hal ini terjadi yaitu karena
kesalahan pengambilan data sehingga data yang diperoleh tidak sesuai dengan
literatur.
f VS NRe
22000
20000
NRe
18000 Series2
16000
0.02 0.03 0.04 0.05
Gambar 3.14 Hubungan friction loss terhadap bilangan Reynold pada bukaan
valve 25%, 50%, 75% dan 100% pada pipa Contraction.
Contraction untuk pipa dimana diameter berubah dari kecil ke besar, sehingga
luas penampang pipa juga berubah dari kecil ke besar. Harga diameter pipa
contraction adalah 0,0289 ft dan luas pipa pertama yang digunakan pada pipa
contraction luas pipa adalah 0,00066 ft2.
Dari persamaan kontinuitas yang menyatakan bahwa kecepatan fluida adalah
perbandingan debit air dengan luas penampang pipa. Semakin kecil luas penampang
pipa maka semakin besar kecepatan fluida yang mengalir [Triatmodjo, 1993].
Q
v= A ............................
(3.2)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa luas penampang berbanding terbalik
dengan kecepatan fluida. Pada enlargement dimana luas pipa pertama lebih kecil
dibanding dengan luas pipa kedua, hal ini mengakibatkan kecepatan fluida pada
penampang kecil lebih besar dari pada kecepatan pada penampang besar. Berbeda
dengan contraction diameter berubah dari pipa besar kekecil sehingga kecepatan pada
penampang pertama lebih kecil dari penampang kedua. Hal ini mengakibatkan
friction loss pada enlargement lebih besar dari pada contraction. Dari gambar 3.13
dan 3.14 juga dapat kita ketahui bahwa jenis aliran yang digunakan pada percobaan
adalah jenis aliran turbulen dimana NRe > 3000.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Head loss terbesar cenderung pada bukaan 100% pada pipa nomor 2 sebesar
0,7 inHg, bukaan 25% pada pipa nomor 4 sebesar 1,47 inHg, bukaan 25%
pada elbow 45o sebesar 0,5 inHg, bukaan 25% pada enlargement sebesar
0,83 inHg, bukaan 100% pada contraction sebesar 2,96 inHg, dan bukaan
100% pada pipa tee junction sebesar 1,42 inHg.
2. Friction loss memiliki nilai yang sama terhadap setiap bukaan yaitu pada
pipa no. 1 sebesar 0,02, pipa no. 3 sebesar 0,01, elbow 45 0 sebesar 0,01,
enlargement sebesar 0,02, contraction sebesar 0,02, dan tee junction sebesar
0,01. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kekasaran relatif pada pipa yaitu
perbandingan ketidaksempurnaan permukaan ϵ terhadap garis tengah dalam
pipa.
4.2 Saran
Praktikan harus teliti pada saat membuka dan menutup aliran pada valve juga
pada saat membaca skala yang terlihat pada manometer karena jika terjadi kesalahan
pada kedua hal tersebut berpengaruh fatal terhadap hasil perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Haruo Tahara, Sularso, 2000. Pompa dan Kompresor. Jakarta :Penerbit PT. Pradnya
Pramita.
McCabe L Warren, Smith C Julian, and Herriot Peter, 1985. “Operasi Teknik Kimia
Jilid 1. Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
M. White, Frank dan Hariandja, Manahan. 1988. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga.
Head loss
Bukaan Volume V Waktu t ha hb
ha-hb
Valve (Liter) (Detik) (mmHg) (mmHg)
(mmHg)
2. Pipa No. 4
Panjang pipa : 190 cm = 6,2335 ft
ID pipa : 19,38 mm = 0,0636 ft
Luas pipa : 0,3964 ft2
3. Elbow 450
Panjang pipa : 190 cm = 6,2335 ft
ID pipa : 19,38 mm = 0,0636 ft
Luas pipa : 0,3964 ft2
5. Data fluida
Densitas fluida(ρ) = 62,43 lbm/ft3
Viskositas(µ) = 0,00067197 lbm/ft.s
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN
V
Q2 =
t
0,015
=
74 , 06
= 2,03 × 10-4 m3/s
V
Q3 =
t
0 , 02
=
98 , 06
= 2,04× 10-4m3/s
−4 −4 −4
2× 10 + 2, 03 ×10 +2 , 04 ×10
Qrata-rata =
3
−4 3 3
6 , 87 ×10 m 1 ft
= × 3
s 0,028317 m
= 7,14 x 10-3 ft3/s
π 2
A = d
4
3 ,14
= ( 0,0289ft )2
4
= 0,00066 ft2
Q
v =
A
3
7 ,14 x 10−3 ft /s
= 2
0,00066 ft
= 10,82 ft/s
Perhitungan debit dan kecepatan untuk variasi sistem perpipaan lainnya mengunakan cara
yang sama