5
ALIRAN FLUIDA
Kompetensi
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan tentang pola aliran fluida didalam pipa
2. Menghitung tekanan/pressure drop dan friction loss aliran fluida dalam pipa.
3. Menjelaskan peralatan‐peralatan yang berkaitan dengan transportasi fluida.
4. Bekerjasama dalam tim secara profesional
5.1 PENDAHULUAN
Transportasi bahan‐bahan kimia merupakan sesuatu yang sangat penting didalam industri kimia.
Umumnya bahan kimia yang berupa fluida dipindahkan dari suatu unit alat ke unit alat lain atau
dari suatu tempat ke tempat lain melalui pipa‐pipa. Transportasi fluida melalui pipa jauh lebih
mudah dan lebih murah.
Dalam suatu sistem aliran, tidak mungkin fluida hanya mengalir melalui sebuah pipa.
Didalam aliran fluida ini akan terdapat bermacam sambungan dan cabang, seperti elbow, tee, dll.
Juga sering terdapat bermacam jenis pipa, bervariasi ukuran ID pipa, bahkan kemungkinan
adanya perubahan ukuran ID pipa, seperti Enlargement dan Contraction,dll.
5.2 DASAR TEORI
Tipe Aliran Fluida
Ada 3 tipe aliran fluida didalam pipa, yaitu :
1. Aliran laminer. Aliran fluida dengan kecepatan rendah. Partikel‐partikel fluida mengalir secara
teratur dan sejajar dengan sumbu pipa. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran laminar
berlaku Bilangan Reynold, NRe < 2100. Pada keadaan ini juga berlaku hubungan Head Loss
berbanding lurus dengan kecepatan linear fluida, atau H α V.
ALIRAN FLUIDA 42
2. Aliran Turbulen. Aliran fluida dengan kecepatan tinggi. Partikel‐partikel fluida mengalir secara
tidak teratur atau acak didalam pipa. Reynold menunjukan bahwa untuk aliran turbulen
berlaku Bilangan Reynold, NRe > 4000. Pada keadaan ini juga berlaku hubungan Head Loss
berbanding lurus dengan kecepatan linear berpangkat n, atau H α Vn.
3. Aliran Transisi. Aliran fluida dengan kecepatan diantara kecepatan linear dan kecepatan
turbulen. Aliran berbentuk laminar atau turbulen sangat tergantung oleh pipa dan
perlengkapannya. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran transisi berlaku hubungan
Bilangan Reynold, 2100 < NRe < 4000.
Jenis Fluida
Fluida pada umumnya dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu fluida incompresible dan fluida
compresible. Pada praktikum ini digunakan air yang termasuk fluida incompresible. Maksud dari
fluida incompresible adalah fluida yang tidak mengalami banyak perubahan volume jika terjadi
perubahan tekanan dan suhu pada fluida tersebut. Sedangkan untuk fluida compresible akan
terjadi perubahan volume seiring dengan perubahan suhu dan tekanannya. Contoh fluida
compresible adalah gas dan uap.
Persamaan Bernouli
Untuk fluida incompresible berlaku persamaan umum Bernouli, yang dapat diturunkan dari
persamaan neraca energi, yaitu :
∆ ∆
∆ . (1)
dengan :
∆ : Beda tinggi sistem perpipaan pada titik 1 dan titik 2, ft.
g : Gaya gravitasi, 32,2 ft / detik2.
gc : Konstanta gravitasi 32,2 lbm.ft / (lbf.det2).
∆V : Beda kecepatan linear fluida pada titik 1 dan titik 2, ft / det.
∆P : Pressure drop atau beda tekanan dari titik 1 dan titik 2, lbf / sqft.
ρ : Berat jenis fluida, fluida air, lbm / cuft.
F : Friction Loss karena gesekan fluida dengan dinding pipa, ft.lbf/lbm.
W : Kerja pada sistem, ft.lbf / lbm.
μ : Viskositas, lbm / (ft.det).
Masing‐masing suku dari persamaan (1) biasa juga disebut dengan :
∆ . = Potential Head
∆
= Velocity Head
∆
= Static Head, Pressure Head
F = Friction Head
W = Dynamic Head
ALIRAN FLUIDA 43
Head Loss & Friction Loss pada Pipa Horizontal
Persamaan (1) masih bisa disederhanakan, tergantung dari sistem perpipaan yang sedang di tinja.
Untuk pipa horizontal sepanjang L, diantara titik 1 dan titik 2, tidak ada kerja pada sistem
perpipaan, maka ∆ = 0, ∆V = 0, W = 0, sehingga,
∆
(2)
Head Loss biasanya dinyatakan dengan satuan panjang, sehingga untuk persamaan (2),
Head Loss adalah harga ∆ yang dinyatakan denga satuan panjang mm Hg atau inch Hg. Harga F
sendiri bergantung pada tipe alirannya. Untuk aliran laminer, dimana NRe > 3000, berlaku
persamaan
.
. (3)
.
Untuk aliran turbulen, dengan NRe < 2100, berlaku persamaan
.
. (4)
.
Head Loss dan Friction Loss pada Elbow
Sambungan‐sambungan didalam pipa, misalnya elbow, kran, valve, tee dll, akan mengganggu
pola aliran fluida dan menyebabkan terjadinya rugi gesekan atau friction loss. Friction loss ini
biasanya dinyatakan sebagai rugi gesekan yang setara dengan panjang pipa lurus. Untuk elbow
45° elbow, dengan diameter pipa 1 in – 3 in, misalnya, maka setara dengan panjang pipa 15 x D,
sedangkan untuk 90° elbow, dengan diameter 3/8 in – 2,5 in, misalnya, maka setara dengan 30 x
D.
Persamaan‐persamaan yang digunakan didalam pipa horizontal, termasuk untuk
menentukan Head Loss nya, juga berlaku untuk elbow, dengan catatan elbownya juga dalam
posisi horizontal didalam sistem perpipaan.
Friction Loss pada Enlargement dan Contraction
Untuk pipa dimana diameternya berubah dari kecil ke besar, pipa pertama dengan diameter D1
dan pipa kedua dengan diameter D2, atau enlargement, dan pipa masih didalam posisi horizontal,
tidak ada kerja pada sistem, maka ∆ = 0, W = 0, sehingga persamaan (1) menjadi,
∆ ∆
(5)
∆
Jika ∆P/ρ sangat kecil, dan bisa diabaikan terhadap harga dari , maka
∆
(6)
Sehingga
(7)
Atau
ALIRAN FLUIDA 44
(8)
Untuk A1 <<< A2, maka persamaan (8) menjadi,
(9)
Sedangkan untuk keadaan contraction, dimana diameter pipa berubah dari diameter besar
ke diameter kecil, dari pipa dengan D1 ke pipa dengan diameter D2, maka berlaku persamaan
(10)
Persamaan (10) dapat disederhanakan menjadi,
(11)
Untuk nilai A2/A1 < 0,715, berlaku persamaan (11) dengan nilai K = 0,4
Untuk nilai A2/A1 > 0,715, berlaku persamaan (11) dengan nilai K = 0,715
Untuk nilai A2/A1 < 0,715, berlaku persamaan (11) dengan nilai K = 0,5
Pressure Drop
Pada persamaan (1) diatas terdapat besaran pressure Head. Besaran ini menunjukkan penurunan
tekanan dari titik 1 ke titik 2 dalam suatu sistem aliran fluida. Penurunan tekanan, biasa
dinyatakan juga dengan ∆ saja. Jika manometer yang digunakan adalah manometer air raksa,
dan beda tinggi air raksa dalam manometer H ft, maka
g
∆ ρH g (12)
Pipa dan Tabung
Fluida dapat dialirkan dalam pipa atau tabung yang berpenampang bundar dan dijual
dipasaran dengan berbagai ukuran, tebal dinding, dan bahan konstruksi. Pada umumnya pipa
berdinding tebal, berdiameter relatif besar, dan tersedia dalam panjang antara 20‐40 ft.
Sedangkan tabung berdinding tipis dan biasa tersedia dalam bentuk gulungan yang
panjangnya sampai beberapa ratus kaki. Ujung pipa logam biasanya berulir. Dinding pipa
umumnya kesat, sedangkan dinding tabung licin. Potongan‐ potongan pipa disambung
dengan menggunakan ulir (screw), flens (flange), atau las (weld), sedangkan tabung
disambung dengan sambungan kompresi (compression fitting), flare fitting, atau sambungan
solder (soldered fitting). Tabung biasanya dibuat dengan teknik ekstrusi atau cold drawn,
sedangkan pipa logam biasanya dibuat dengan teknik las, cor (casting), dan piercing.
Pipa dan tabung dapat dibuat dengan berbagai material seperti logam, alloy, keramik,
gelas, dan polimer. Untuk praktikum ini digunakan pipa dari PVC dan logam. Pada indsutri
kimia umumnya digunakan pipa dari baja berkarbon rendah.
Ukuran pipa ditentukan oleh diameter dan tebal dindingnya. Tebal pipa
ditunjukkan dengan schedule number. Hal ini berkatitan dengan allowabel stress dan
ultimate strength‐nya. Ukuran pipa yang optimum ditentukan oleh biaya relatif untuk investasi,
ALIRAN FLUIDA 45
daya, pemeliharaan, persediaan dan fleksibilitas sambungan.Untuk instalasi kecil, umumnya
kecepatan rendah lebih menguntungkan terutama dalam aliran gravitasi dari tekanan tinggi.
Valve
Sistem instalasi pipa biasanya terdiri dari banyak sekali valve dengan ukuran dan bentuk yang
beragam. Beberapa jenis valve sangat cocok untuk membuka dan menutup penuh aliran, ada
valve yang cocok untuk mengurangi tekanan dan laju aliran fluida, ada pula valve yang
berfungsi mengatur agar aliran fluida terjadi pada satu arah saja.
Dua jenis valve yang paling dikenal adalah gate valve dan globe valve. Pada gate valve,
bukaan tempat aliran fluida hampir sama besar dengan pipa sehingga aliran fluida tidak
berubah. Akibatnya, gate valve yang terbuka penuh hanya menyebabkan penurunan tekanan
sedikit. Dalam gate valve terdapat piringan tipis yang berada pada dudukan yang tipis pula. Bila
gate valve dibuka, piring naik ke selongsong atas, sehingga seluruhnya berada di luar
lintasan fluida. Valve ini tidak cocok digunakan sebagai pengendali aliran, dan biasanya dipakai
dalam keadaan terbuka atau tertutup penuh.
Sebaliknya, globe valve banyak digunakan sebagai pengendali aliran. Bukaannya
bertambah secara hampir linear menurut posisi batang valve, sehingga keausan di sekeliling
piringan terdistribusi secara seragam. Fluida mengalir melalui bukaan yang terbatas dan
berubah arah beberapa kali. Akibatnya, penurunan tekanan pada globe valve cukup besar.
Untuk suhu di bawah 250 0C, tipe plug cock yang terbuat dari logam banyak
digunakan dalam sistem pipa pengolahan bahan kimia. Seperti tipe stop cock yang biasa
terdapat di laboratorium, tipe plug cock dapat berubah dari posisi terbuka penuh sampai
tertutup sempurna dengan memutar batang seperempat putaran. Pada posisi terbuka
penuh, saluran di dalam plug cock dapat sebesar penampang pipa sehingga penurunan
tekanan kecil sekali. Pada ball valve, elemen penutup ini berbentuk bola. Daerah kontak
antara elemen yang bergerak dan dudukannya biasanya besar, dan valve ini dapat
digunakan untuk menurunkan laju alir fluida atau mengendalikan tekanan.
Check valve menyebabkan aliran hanya berlangsung pada satu arah saja. Valve terbuka
oleh tekanan fluida pada arah yang dikehendaki, bila aliran berhenti atau akan berbalik, valve
menutup otomatis karena gravitasi atau dengan bantuan pegas yang menekannya ke piringan.
Beberapa rule of thumb yang penting dalam penyusunan aliran pipa, antara lain:
1. Pipa‐pipa harus sejajar dengan belokan‐belokan tegak lurus pipa‐pipa disusun sedemikian
sehingga dapat dibuka bila perlu untuk mengganti pipa yang rusak atau
membersihkannya.
2. Dalam sistem aliran gravitasi, pipa harus dibuat lebih besar daripada seharusnya dan
belokan dirancang sesedikit mungkin. Pengotoran saluran sangat mengganggu bila aliran
berlangsung dengan gravitasi saja, karena tinggi tekan fluida tidak dapat ditambah
untuk meningkatkan laju aliran saat pipa mengecil karena fouling.
3. Kebocoran valve harus selalu diperhtungkan. Valve harus dipasang vertikal dengan
batangnya ke atas. Valve harus mudah dicapai, dan didukung tanpa mengalami regangan,
dan diberi allowance untuk menampung ekspansi termal pipa di sebelahnya.
ALIRAN FLUIDA 46
Pompa
1. Positive Displacement Pump
Pada pompa jenis ini, volume tertentu zat cair terperangkap di dalam satu ruang yang
berganti‐ganti diisi melalui pemasuk dan dikosongkan pada tekanan yang lebih tinggi
melalui pembuang. Ada 2 jenis positive displacement pump. Pada reciprocating pump
ruang tersebut adalah silinder stasioner yang berisi piston atau plunger. Pada pompa
putar ruangnya bergerak dari pemasuk sampai pembuang dan masuk lagi ke inlet.
Contoh reciprocating pump antara lain pompa piston, pompa plunger, dan pompa
diafragma. Sedangkan jenis‐jenis pompa putar antara lain gear pump, lobe pump, screw
pump, cam pump, dan vane pump.
2. Pompa Sentrifugal
Pada jenis pompa ini energi mekanik zat cair ditingkatkan dengan aksi sentrifugal.
Pompa ini paling banyak digunakan dipabrik. Pada pompa, densitas fluida konstan dan
besar. Perbedaan tekanan biasanya cukup besar dan konstruksinya harus kuat. Pompa
dipasang untuk memberikan energi yang diperlukan untuk menarik zat cair dari sumber
dan membuatnya mengalir dengan laju alir volumetrik yang konstan pada waktu keluar
pada ketinggian tertentu di atas pompa. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1. Pada
pompa zat cair masuk melalui sambuangan isap (a) dan keluar melalui sambungan
buangan (b). Persamaan Bernoulli dapat digunakan untuk kedua titik tersebut. Gesekan
hanya terjadi pada dinding pompa sendiri, dan dapat dihitung dalam efisiensi
mekanik η dan hf = 0. Dengan penyederhanaan tersebut, persamaan Bernoulli menjadi
(13)
Jumlah dalam urung disebut total head dan ditandai dengan H.
ALIRAN FLUIDA 47
(14)
Jumlah kerja yang dihasilkan oleh pompa atau kompresor bergantung pada
kapasitas dan head. Kapasitas adalah laju alir massa atau volume fluida yang dialirkan,
sedangkan head adalah perbedaan total tekanan masuk dan keluar alat, yang biasanya
dinyatakan dalam tinggi kolom fluida dalam kondisi adiabatik.
1. Kapasitas
Dalam SI, kapasitas pompa dinyatakan dalam m3/jam, baik untuk fluida cair maupun gas. Dalam
satuan U.S kapasitas dinyatakan dalam gallon/ menit untuk cairan dan ft3/menit untuk gas.
Kapasitas dalam satuan volume dapat dikonversi ke dalam satuan massa dengan
menggunakan densitas atau specific gravity. Apabila fluida yang dialirkan adalah gas,
kapasitas harus dihubungkan dengan temperatur dan tekanan inlet
2. Head
Total Suction Head
Total suction head merupakan hasil pembacaan hgs dari gauge yang berada pada bagian
suction pompa, ditambah dengan velocity head pada gauge tersebut :
Sebelum instalasi, total suction head dapat diestimasi sebagai berikut :
Static Suction Head
Static suction head, hss, merupakan jarak vertikal yang diukur dari permukaan sumber
cairan hingga garis pusat pompa, ditambah dengan tekanan absolut pada permukaan
pompa.
Total Discharge Head
Total discharge head, hd, merupakan hasil pembacaan hgd dari gauge pada bagian
discharge pompa, ditambah dengan velocity head pada gauge tersebut :
Sebelum instalasi, total suction head dapat diestimasi sebagai berikut :
ALIRAN FLUIDA 48
Static Discharge Head
Static discharge head, hsd, merupakan jarak vertikal yang diukur dari permukaan
penerima cairan hingga garis pusat pompa, ditambah dengan tekanan absolut
Total Static Head
Total static head, hts , merupakan selisih antara discharge dan suction static heads.
Total Dynamic Head
Total dynamic head, H , merupakan selisih antara total discharge head dan total suction
heads.
Velocity
Karena cairan umumnya bersifat incompressible, hubungan antara laju alir dengan
kecepatan linear pada suatu titik dan suatu waktu dinyatakan sebagai
berikut :
Q = A . v (19)
Dimana, v = kecepatan linear rata‐rata, Q = debit alir fluida, dan A = luas
penampang aliran.
Velocity Head
Velocity head merupakan jarak vertikal yang harus dilewati massa fluida untuk
mendapatkan kecepatan linier sebesar v.
Viscosity
Dalam fluida yang mengalir, adanya friksi atau tahanan internal terhadap pergerakan
fluida harus diperhitungkan. Tahanan tersebut dikenal dengan viskositas, yang pada
cairan umumnya akan berkurang seiring dengan bertambahnya temperatur. Semakin
besar viskositas, friksi dalam aliran pipa dan jumlah daya yang diperlukan oleh pompa
akan meningkat, sedangkan head, kapasitas, dan efisiensi pompa akan berkurang.
Friction Head
Friction head merupakan jumlah tekanan yang diperlukan untuk mengatasi tahanan
alir dalam pipa maupun fittings.
Perbedaan tinggi sambungan masuk dan sambungan keluar pada pompa biasanya dapat
diabaikan, sehingga Za dan Zb dapat dikeluarkan. Jika Ha adalah tekanan total hisap, dan
Hb adalah tekanan total buang, dan ΛH=Hb‐Ha, maka berlaku persamaan:
ALIRAN FLUIDA 49
(21)
Daya yang diberikan kepada penggerak pompa dari sumbu luar ditandai dengan lambang
pb. Nilainya dihitung dari Wp dengan :
m.∆
Pb = . (22)
Pf = m.H ( 23 )
Pb = Pf/η ( 24 )
3. Kerja yang dihasilkan oleh pompa
Dalam menentukan performa pompa, salah satu variabel yang perlu dihitung adalah output
daya, yang merupakan fungsi dari total dynamic head dan massa cairan yang dipompa
pada rentang waktu tertentu. Daya tersebut dinyatakan dalam kilowatt (kW) untuk satuan
SI, dan horsepower (hp) untuk satuan US.
Dalam satuan SI,
kW = HQρ / 3.670 × 105 (25)
dimana kW adalah daya keluaran pompa (kW); H = total dynamic head; m (kolom cairan);
Q = kapasitas, m3/ h; dan ρ = densitas cairan, kg/m3.
Dalam satuan US,
kW = HQs / 3.960 × 105 (26)
dimana kW adalah daya keluaran pompa (kW); H = total dynamic head; ft (kolom cairan);
Q = kapasitas, gal/mnt ; dan s = specific gravity, kg/m3.
ALIRAN FLUIDA 50
Salah satu fenomena yang harus dihindari dalam pengoperasian pompa adalah
kavitasi. Jika fluida berada dalam fasa cair, dari segi energi tidak menjadi soal apakah tekanan
pompa berada jauh di atas maupun di bawah tekanan atmosfer. Namun, jika tekanan isap
hanya sedikit lebih tinggi dari tekanan uap, sebagian zat cair mungkin berubah menjadi uap
(flash) di dalam pompa. Fenomena ini terjadi apabila terdapat fraksi uap yang masuk ke
dalam pompa, membentuk gelembung yang terbawa ke daerah bertekanan lebih tinggi,
lalu tiba‐tiba pecah. Kavitasi menyebabkan pelepasan logam, getaran, kebisingan,
melemahnya aliran, dan berkurangnya efisiensi. Untuk menghindari fenomena ini, maka
Required Net Positive Suction Head (NPSH)R harus dipenuhi. (NPSH)R sama dengan total
head cairan pada garis pusat pompa dikurangi tekanan uap p.
Nilai NPSH yang diperlukan adalah 5 sampai 10 feet untuk pompa sentrifugal kecil,
tetapi meningkat dengan kapasitas pompa, kecepatan impeller, dan tekanan buang. Untuk
pompa yang sangat besar nilai NPSH sebaiknya 50 ft. Nilai NPSH dapat dihitung dengan
persamaan:
(28)
dimana pv adalah tekanan uap dan hfs adalah gesekan dalam pompa hisap.
Tiap pompa yang diproduksi telah dilengkapi dengan kurva hubungan (NPSH)R dengan
kapasitas. Dalam instalasi pompa, Available Net Positive Suction Head (NPSH)A harus lebih besar
atau sama dengan (NPSH)R untuk kapasitas yang diinginkan. Nilai (NPSH)A dapat dihitung
sebagai berikut :
Pada prakteknya, NPSH yang dibutuhkan untuk operasi lebih besar daripada nilai
teoritiknya. (NPSH)R aktual bergantung pada karakteristik cairan, total head, kecepatan
pompa, kapasitas, dan desain impeler.
Pengukuran Aliran Fluida
ALIRAN FLUIDA 51
3. alat ukur penampang aliran
4. alat ukur arus
5. alat ukur positive displacement
6. alat ukur magnetik
7. alat ukur ultrasonik
Yang paling banyak digunakan untuk mengukur aliran adalah beberapa jenis alat ukur head
dan area meter . Contoh alat ukur head adalah venturi meter, oreifice meter, dan tabung
pitot
Venturi Meter
Persamaan dasar untuk venturi meter adalah persamaan Bernoulli. Gesekan dapat
diabaikan dan venturi diasumsikan terpasang horisontal tanpa pompa. Jika kecepatan rata‐
rata di hulu adalah va dan di hilir vb, dan densitas fluida ρb, maka :
Db 2
va = .vb =β2 .vb (32)
Da
Jika va dieliminasi, hasilnya adalah :
(33)
Persamaan tersebut hanya berlaku untuk aliran ideal tanpa gesekan. Untuk
memperhitungkan rugi gesekan yang terdapat sedikit antara lokasi a dan b persamaan
tersebut dikoreksi dengan faktor empirik Cv:
(34)
Pengaruh faktor kinetika αa dan αb telah diperhitungkan dalam Cv (koefisien venturi).
Cv ditentukan dari percobaan. Koefisien ini disebut koefisien venturi tanpa termasuk laju alir
inlet. Pengaruh laju alir inlet va diperhitungkan dalam suku1 1 . Bila Db lebih kecil dari
Da/4, va dan suku β diabaikan. Untuk venturi yang baik, nilai Cv rata‐rata 0.98 untuk diameter
pipa kecil.
ALIRAN FLUIDA 52
Pada praktiknya, besaran yang dicari biasanya bukan kecepatan melalui leher venturi
vb. Laju aliran yang lebih penting adalah laju alir massa atau laju alir volumetrik melalui venturi
tersebut. Laju alir massa dihitung dengan persamaan:
(35)
dimana m = laju alir massa dan Sb = luas leher venturi.
(36)
Orifice Meter
Pada skala pabrik venturi meter jarang digunakan karena mahal, memerlukan tempat
cukup besar, dan rasio diameter leher terhadap diameter pipa tidak dapat diubah‐ ubah. Untuk
alat ukur tertentu, dengan sistem manometer tertentu pula, laju alir maksimum yang
dapat diukur terbatas, sehingga apabila laju aliran berubah, diameter leher mungkin
menjadi terlalu kecil untuk menampung laju alir maksimum yang baru. Orifice meter dapat
mengatasi kelemahan venturi itu, tetapi konsumsi dayanya lebih tinggi. Prinsip orifice meter
identik dengan prinsip venturi. Penurunan penampang arus aliran melalui orifis itu
menyebabkan head kecepatan meningkat tetapi head tekanan menurun, dan penurunan
tekanan antara kedua titik sadap diukur dengan manimeter. Persamaan Bernoulli memberikan
dasar untuk mengkorelasi peningkatan‐peningkatan head kecepatan dengan penurunan
head tekanan. Persamaan Bernoulli yang dapat diterapkan pada orifice meter ini adalah:
(37)
pa, pb = tekanan pada stasion a dan stasion b
ALIRAN FLUIDA 53
kontrakta, juga terhadap gesekan dan terhadap faktor kinetika αa dan αb. Co ditentukan
dari percobaan, dan nilainya bervariasi sesuai perubahan β dan angka Reynolds pada
orifice. Bilangan Reynolds didefinisikan sebagai:
. . .
, (38)
. .
dimana Do adalah diameter orifice.
Persamaan tersebut sangat berguna untuk perancangan karena Co hampir konstan dan
tidak bergantung pada β selama NRE,o lebih dari 20000. Pada kondisi ini Co dapat dianggap
0,61 untuk lokasi pengamatan di flens maupun di vena kontrakta. Jika β kurang dari 0,25
suku 1 jauh lebih kecil dari 1 sehingga persamaan orifice dapat disederhanakan
menjadi:
0.61 (39)
Laju alir massa m menjadi
(40)
(41)
(42)
Dalam sistem orifice meter ini diperlukan pipa lurus di bagian hulu dan bagian hilir
orifice untuk menjamin agar pola aliran yang normal tidak terganggu oleh
perlengkapan sambungan pipa, valve, dan peralatan lain. Jika tidak, distribusi kecepatan
menjadi tidak normal, dan koefisien orifice akan terganggu
5.3 PERCOBAAN 1
Head Loss & Friction Loss didalam Pipa Horizontal
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. Memahami dan mengerti tentang pola aliran fluida didalam pipa.
2. Mengukur debit aliran fluida, mengukur tekanan / pressure drop aliran fluida didalam fluida.
3. Membuat kurva head loss versus kecepatan linear aliran fluida.
4. Membuat kurva head loss versus kecepatan linear aliran fluida.
ALIRAN FLUIDA 54
Bahan
Air
Alat
1. Rangkaian alat General Arrangement of Apparatus
2. Manometer Connection Diagram
3. Stopwatch
4. Internal Vernier Calliper
Prosedur Kerja
1. Periksa semua peralatan dari sistem aliran fluida apakah sudah terpasang dengan baik. Jika
ketersedian air kurang, dapat ditambahkan melalui 22 .
2. Hidupkan pump start 26 , buka valve 2 . Maka air akan mengalir melalui pipa 1, pipa 2, pipa
3, pipa 4 dan pipa 5, dan selanjutnya menuju 22 .
3. Karena akan ditentukan head loss pada pipa 2, maka aliran air yang menuju selain pipa 2 di
tutup, dengan menutup valve pada masing‐masing pipa selain pipa 2.
4. Sambungkan selang untuk menentukan pressure drop, yang menghubungkan manometer
dengan dua titik pada pipa 2.
5. Setelah aliran air terlihat stabil, yang ditandai dengan tidak terdapat lagi gelembung udara
pada aliran, selanjutnya dicatat kecepatan volumetrik air dan pressure drop nya.
6. Untuk menentukan kecepatan volumetrik air, dilakukan dengan cara membuka aliran air
melalui 22 . Amati perubahan tinggi air pada 25 . Gunakan stopwatch untuk menentukan
waktu yang dibutuhkan mengalirkan air setiap 10, 15 dan 20 liter. Sehingga diperoleh
kecepatan volumetrik air rata‐rata.
7. Untuk menetukan pressure drop, tutuplah 7 . Selanjutnya setelah tinggi manometer di
kedua pipa manometer stabil, catatlah tinggi air raksa pada kedua pipa U tersebut. Tinggi air
raksa pada pipa kiri dinyatakan dengan ha, dan tinggi air raksa pada pipa kanan hb.
8. Lakukan cara yang sama untuk penentuan head loss pada pipa 4.
Perhitungan/Analisis
Lembar Data Percobaan 1a
Tanggal Praktikum : ..............................................
Nama / NIM Praktikan : 1. .........................................
2. .........................................
3. .........................................
Data Fisis Fluida
Densitas, ρ = ................................................ g/cm3
Viskositas, μ = g/(cm.det)
Data Pipa
Pipa No. 2
Panjang Pipa = ............................................... cm
ID Pipa = mm
ALIRAN FLUIDA 55
Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss Pipa No. 2
Volum Head
Waktu Debit
Bukaan e Q rerata ha hb Loss
t Q
Valve Q’ (m3/det) (mmHg) (mmHg) ha – hb
3
(Detik) (m /det)
(Liter) (mmHg)
Lembar Data Percobaan 1b
Tanggal Praktikum : ..............................................
Nama / NIM Praktikan : 1. .........................................
2. .........................................
3. .........................................
Data Fisis Fluida
Densitas, ρ = ................................................ g/cm3
Viskositas, μ = g/(cm.det)
Data Pipa
Pipa No. 4
Panjang Pipa = ............................................... cm
ID Pipa = mm
ALIRAN FLUIDA 56
Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss Pipa No. 4
Volum Head
Waktu Debit
Bukaan e Q rerata ha hb Loss
t Q
Valve Q’ (m3/det) (mmHg) (mmHg) ha – hb
3
(Detik) (m /det)
(Liter) (mmHg)
Perhitungan Head Loss & Friction Loss Pipa No. 2
Data Fisis Fluida
Densitas, ρ = ......................................... g/cm3 = ................................. (lbm/cuft)
Viskositas, μ = g/(cm.det) = .... (lbm/(ft.det))
Data Pipa
ID Pipa = ...................................... mm = (ft)
Luas Φ Pipa, A = .................................. mm2 = (ft2)
ALIRAN FLUIDA 57
ALIRAN FLUIDA 58
Dari tabel diatas dapat dibuat grafik :
1. Buat Grafik V versus H
2. Buat Grafik log V versus log H
3. Buat Grafik f versus NRe
5.4 PERCOBAAN 2
Head Loss & Friction Loss didalam Elbow
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. Mengukur debit aliran fluida, mengukur tekanan/pressure drop aliran fluida didalam elbow.
2. Menghitung pressure pada 45° elbow dan 90° elbow .
3. Membuat kurva head loss versus kecepatan linear aliran fluida didalam 45° elbow dan 90°
elbow.
4. Menghitung friction loss aliran fluida melalui elbow.
Bahan
Air
Alat
1. Rangkaian alat General Arrangement of Apparatus
2. Manometer Connection Diagram
3. Stopwatch
4. Internal Vernier Calliper
Prosedur Kerja
1. Periksa semua peralatan dari sistem aliran fluida apakah sudah terpasang dengan baik. Jika
ketersedian air kurang, dapat ditambahkan melalui 22 .
2. Hidupkan pump start 26 , buka valve 2 . Maka air akan mengalir melalui pipa 1, pipa 2,
pipa 3, pipa 4 dan pipa 5, dan selanjutnya menuju 22 .
3. Karena akan ditentukan head loss pada pipa 90° elbow , maka aliran air yang menuju selain
pipa 5 di tutup, dengan menutup valve pada masing‐masing pipa selain pipa 5 tersebut.
4. Sambungkan selang untuk menentukan pressure drop, yang menghubungkan manometer
dengan dua titik pada 90° elbow.
5. Setelah aliran air terlihat stabil, yang ditandai dengan tidak terdapat lagi gelembung udara
pada aliran, selanjutnya dicatat kecepatan volumetrik air dan pressure drop nya.
6. Untuk menentukan kecepatan volumetrik air, dilakukan dengan caramembuka aliran air
melalui 22 . Amati perubahan tinggi air pada 25 . Gunakan stopwatch untuk menentukan
waktu yang dibutuhkan mengalirkan air setiap 10, 15 dan 20 liter. Sehingga diperoleh
kecepatan volumetrik air rata‐rata.
7. Untuk menetukan pressure drop, tutuplah 7 . Selanjutnya setelah tinggi manometer di
kedua pipa manometer stabil, catatlah tinggi air raksa pada kedua pipa U tersebut. Tinggi air
raksa pada pipa kiri dinyatakan dengan ha, dan tinggi air raksa pada pipa kanan hb.
8. Lakukan cara yang sama didalam penentuan head loss untuk 45° elbow dengan cara hanya
mengalirkan air melalui pipa 4. Valve dari pipa selain pipa 4 ditutup.
ALIRAN FLUIDA 59
Perhitungan/Analisis
Lembar Data Percobaan 2a
Tanggal Praktikum : ..............................................
Nama / NIM Praktikan : 1. .........................................
2. .........................................
3. .........................................
Data Fisis Fluida
Densitas, ρ = ................................................ g/cm3
Viskositas, μ = g/(cm.det)
Data Pipa
Pipa No. 5
ID Pipa = mm
Elbow = 90° elbow
Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss Pipa 90° elbow
Volum Head
Waktu Debit
Bukaan e Q rerata ha hb Loss
t Q
Valve Q’ (m3/det) (mmHg) (mmHg) ha – hb
3
(Detik) (m /det)
(Liter) (mmHg)
ALIRAN FLUIDA 60
Lembar Data Percobaan 2b
Tanggal Praktikum : ..............................................
Nama / NIM Praktikan : 1. .........................................
2. .........................................
3. .........................................
Data Fisis Fluida
Densitas, ρ = ................................................ g/cm3
Viskositas, μ = g/(cm.det)
Data Pipa
Pipa No. 4
ID Pipa = mm
Elbow = 45° elbow
Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss pada 45° elbow
Volum Head
Waktu Debit
Bukaan e Q rerata ha hb Loss
t Q
Valve Q’ (m3/det) (mmHg) (mmHg) ha – hb
3
(Detik) (m /det)
(Liter) (mmHg)
ALIRAN FLUIDA 61
Perhitungan Head Loss & Friction Loss Pipa 90° elbow
Data Fisis Fluida
Densitas, ρ = ......................................... g/cm3 = ................................. (lbm/cuft)
Viskositas, μ = g/(cm.det) = .... (lbm/(ft.det))
Data Pipa
Pipa No. 5
ID Pipa = ...................................... mm = (ft)
Luas Φ Pipa, A = .................................. mm2 = (ft2)
Bukaan Q rerata Kecepatan H log V log H NRe F f
3
Valve Ft /det V Inch Hg
Ft/det
25%
50%
Q/A (ρVD)/μ
75%
100%
Dari tabel diatas dapat dibuat grafik :
1. Buat Grafik V versus H
2. Buat Grafik log V versus log H
3. Buat Grafik f versus NRe
Perhitungan Head Loss & Friction Loss Pipa No. 4
Data Fisis Fluida
Densitas, ρ = ......................................... g/cm3 = ................................. (lbm/cuft)
Viskositas, μ = g/(cm.det) = .... (lbm/(ft.det))
Data Pipa
ID Pipa = ...................................... mm = (ft)
Luas Φ Pipa, A = .................................. mm2 = (ft2)
ALIRAN FLUIDA 62
5.5 PERCOBAAN 3
Friction Loss didalam Enlargement dan Contruction
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :
1. Mengukur debit aliran fluida, mengukur tekanan/pressure drop aliran fluida melalui
enlargement dan contruction.
2. Menghitung kecepatan linear aliran fluida pada masing‐masing daerah pada enlargement dan
contruction.
3. Menghitung friction loss aliran pada enlargement dan contruction.
Bahan
Air
Alat
1. Rangkaian alat General Arrangement of Apparatus
2. Manometer connection diagram
3. Stopwatch
4. Internal Vernier Calliper
ALIRAN FLUIDA 63
Prosedur Kerja
1. Periksa semua peralatan dari sistem aliran fluida apakah sudah terpasang dengan baik. Jika
ketersedian air kurang, dapat ditambahkan melalui 22 .
2. Hidupkan pump start 26 , buka valve 2 . Maka air akan mengalir melalui pipa 1, pipa 2,
pipa 3, pipa 4 dan pipa 5, dan selanjutnya menuju 22 .
3. Karena akan ditentukan tenaga hilang pada enlargement dan contraction, maka aliran air
yang menuju selain pipa 2 di tutup, dengan menutup valve pada masing‐masing pipa selain
pipa 2 ini.
4. Sambungkan selang untuk menentukan pressure drop, yang menghubungkan manometer
dengan dua titik pada enlargement.
5. Setelah aliran air terlihat stabil, yang ditandai dengan tidak terdapat lagi gelembung udara
pada aliran, selanjutnya dicatat kecepatan volumetrik air dan pressure drop nya.
6. Untuk menentukan kecepatan volumetrik air, dilakukan dengan cara membuka aliran air
melalui 22 . Amati perubahan tinggi air pada 25 . Gunakan stopwatch untuk menentukan
waktu yang dibutuhkan mengalirkan air setiap 10, 15 dan 20 liter. Sehingga diperoleh
kecepatan volumetrik air rata‐rata.
7. Untuk menetukan pressure drop, tutuplah 7 . Selanjutnya setelah tinggi manometer di
kedua pipa manometer stabil, catatlah tinggi air raksa pada kedua pipa U tersebut. Tinggi air
raksa pada pipa kiri dinyatakan dengan ha, dan tinggi air raksa pada pipa kanan hb.
8. Lakukan cara yang sama didalam penentuan tenaga hilang pada contraction dengan cara
memindahkan selang yang menghubungkan manometer dengan pipa contraction.
Perhitungan/Analisis
Lembar Data Percobaan 3a
Tanggal Praktikum : ..............................................
Nama / NIM Praktikan : 1. .........................................
2. .........................................
3. .........................................
Data Fisis Fluida
Densitas, ρ = ................................................ g/cm3
Viskositas, μ = g/(cm.det)
Data Pipa
Pipa No. 4
ID Pipa = mm
A1 = mm2
Pipa No. 2
ID Pipa = mm
A2 = mm2
ALIRAN FLUIDA 64
Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss pada Pipa Enlargement
Volum Head
Waktu Debit
Bukaan e Q rerata ha hb Loss
t Q
Valve Q’ (m3/det) (mmHg) (mmHg) ha – hb
3
(Detik) (m /det)
(Liter) (mmHg)
Lembar Data Percobaan 3b
Tanggal Praktikum : ..............................................
Nama / NIM Praktikan : 1. .........................................
2. .........................................
3. .........................................
Data Fisis Fluida
Densitas, ρ = ................................................ g/cm3
Viskositas, μ = g/(cm.det)
Data Pipa
Pipa No. 2
ID Pipa = mm
ALIRAN FLUIDA 65
A1 = mm2
Pipa No. 4
ID Pipa = mm
A2 = mm2
Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss pada Pipa Contraction
Volum Head
Waktu Debit
Bukaan e Q rerata ha hb Loss
t Q
Valve Q’ (m3/det) (mmHg) (mmHg) ha – hb
3
(Detik) (m /det)
(Liter) (mmHg)
Perhitungan Friction Loss Pipa Enlargement
Data Fisis Fluida
Densitas, ρ = ......................................... g/cm3 = ................................. (lbm/cuft)
Viskositas, μ = g/(cm.det) = .... (lbm/(ft.det))
Data Pipa
Pipa No. 4
ID Pipa = ..................................... mm = (ft)
Luas Φ Pipa, A1 = mm2 = .... (ft2)
Pipa No. 2
ID Pipa = ..................................... mm = (ft)
Luas Φ Pipa, A2 = mm2 = .... (ft2)
ALIRAN FLUIDA 66
Perhitungan Friction Loss Pipa Enlargement
Kecepatan Kecepatan
Bukaan Q rerata H
V1 V2 F f NRe*
Valve (ft3/detik) (inch Hg)
(ft/det) (ft/det)
25%
50%
Q/A1 Q/A2 (V12‐V22)/2gc
75%
100%
*) Untuk menentukan NRe gunakan kecepatan linear V1
Dari tabel diatas dapat dibuat grafik f versus NRe
Perhitungan Friction Loss Pipa Contraction
Data Fisis Fluida
Densitas, ρ = ......................................... g/cm3 = ................................. (lbm/cuft)
Viskositas, μ = g/(cm.det) = .... (lbm/(ft.det))
Data Pipa
Pipa No. 2
ID Pipa = ..................................... mm = (ft)
Luas Φ Pipa, A1 = mm2 = .... (ft2)
Pipa No. 4
ID Pipa = ..................................... mm = (ft)
Luas Φ Pipa, A2 = mm2 = .... (ft2)
ALIRAN FLUIDA 67
Perhitungan Friction Loss Pipa Contraction
Kecepatan Kecepatan
Bukaan Q rerata H
V1 V2 F f NRe*
Valve (ft3/detik) (inch Hg)
(ft/det) (ft/det)
25%
50%
Q/A1 Q/A2 (V12‐V22)/2gc
75%
100%
*) Untuk menentukan NRe gunakan kecepatan linear V1
Dari tabel diatas dapat dibuat grafik f versus NRe
Daftar Pustaka
Brown, G. G., 1958, Unit Operation, Jhon Wiley & Sons, Inc., New York 1958
Mc.Cabe, W. L., dkk, 1985, Unit Operation of Chemical Engineering, 5th Edition, Mc Graw Hill
Book Co, Inc., New York.
ALIRAN FLUIDA 68
Lampiran 1.
v3 v4 v3
1
5 v4
2 6
3 v4
4 8
7
10 11 12
13
9
F L U ID F R IC T IO N
v2 APPARATUS
16 14
19 v5 v6 18 17 15
V7 V7 V7 28
A V7
B C
D
20 21
25
27
22
26
23
24
v1
ALIRAN FLUIDA 69
INDEX SHEET FOR C6 ARRANGEMENT DRAWING
v1 Sump tank drawing valve
v2 Inlet flow control valve
v3 Air bleed valves
v4 Isolating valves
v5 Outlet flow control valve (fine)
v6 Outlet flow control valve (coarse)
v7 Manometer valves
1 6mm smooth bore test pipe
2 10mm smooth bore test pipe
3 Artificially roughened test pipe
4 17.5mm smooth bore test pipe
5 Sudden contraction
6 Sudden enlargment
7 Ball valve
8 45 deg.elbow
9 45 deg.’Y’ junction
10 Gate valve
11 Globe valve
12 In‐line strainer
13 90 deg. Elbow
14 90 deg. Bend
15 90 deg.”T” Junction
16 Pitot static tube
17 Venturi meter
ALIRAN FLUIDA 70
18 Orifice meter
19 Test pipe samples
20 1m mercury manometer
21 1m pressured water manometer
22 Volumetric measuring tank
23 Sump tank
24 Service pum
25 Sight tube
26 Pump start/stop
27 Sight gauge securing screws
28 Dump valve
ALIRAN FLUIDA 71
Lampiran 2.
ALIRAN FLUIDA 72
Lampiran 3.
Konversi
Panjang :
1 cm = 10 mm
1 inch = 2,54 cm
1 ft = 12 inch
Volume :
1 liter = 10‐3 m3
1 m3 = 35,51 ft3
Berat :
1 lbm = 453,6 gr
Berat Jenis :
1 gr/cm3 = 62,43 lbm/ ft3
Tekanan Air Raksa :
1 mm Hg = 3,937 x 10‐2 inch Hg
Viskositas :
1 gr/(cm.det) = 672 x 10‐2 lbm/(ft.det)
1 poise = 1 gr/(cm.det)