Anda di halaman 1dari 9

ALIRAN SERAGAM

2.1 Kualifikasi Aliran Seragam

Aliran seragam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


a. Kedalaman, luas basah, kecepatan dan debit pada setiap penampang pada
bagian saluran yang lurus adalah konstan;
b. Garis enenrgimuka air dan dasar saluran saling sejajarberarti kemiringannya
sama.

Aliran memiliki kecepatan konstan pada setiap titik di penampang saluran di dalam
bagian saluran yang lurus. Dengan kata lain distribusi kecepatan dipenampang
saluran tidak berubah dibagian sungai yang lurus.. suatu pola distribusi kecepatan
yang stabil dapat dicapai bila telah dikembangkan secara penuh atau disebiut
dengan lapisan batas.

Aliran seragam dianggap sebagai suatu aliran tunak (steady flow) karena aliran
seragam taktunak dalam praktek tidak pernah ada. Pada sungai alam, aliran seragam
tunak bahkan jarang terjadi, sebab karena sungai dan alur air dalam keadaan asli
jarang terdapat dalam keadaan aliran seragam secara mutlak, untu perhitungan
aliran disungai sering dipakai anggapan bahwa aliran dalam keadaan seragam.

Aliran seragam tidak dapat terjadi dalam keadaan kecepatan yang sangat tinggi
yang biasanya disebut ultra cepat (ultrarapid). Sebab itu bila aliran seragam
mencapai kecepatan tinggi tertentu akan menjadi sangat taktunak. Kecepatan aliran
yang lebih tinggi kadang-kadang menyerap udara dan menjadi taktunak.

2.2 Pembentukan Aliran Seragam

Bila air mengalir dalam saluran terbuka, air akan mengalami hambatan saat
mengalir ke hilir. Hambatan ini biasanya dilawan oleh komponen gaya berat yang
bekerja dalam air dalam arah geraknya. Aliran seragam akan terjadi bila hambatan
ini seimbang dengan gaya berat. Besarnya tahanan bila faktor-faktor fisik laindari
daerah saluran tidak berubah, tergantung pada kecepatan aliran. Bila air memasuki
saluran secara perlahan, kecepatan akan mengecil dan oleh karena itu h\ambatannya
juga akan mengecil, dan hambatan tersebut akan lebih kecil dari gaya berat
sehingga terjadi aliran percepatan dibagian yang lurus disebelah hulu. Kecepatan
dan hambatan akan meningkatkan lambat laun sampai terjadi keseimbangan antara
hambatan dengan gaya-gaya berat. Pada keadaan ini dan selanjutnya aliran menjadi
seragam. Bagian lurus di hulu yang diperlukan untuk membentuk aliran seragam
dikenal dengan zona peralihan 9transitory zone). Dalam zona ini aliran dipercepat
dan berubah. Bila saluran lebih pendek dari pada panjang peralihan yang diperlukan
untuk kondisi yang ditetapkan, maka tidak dapat terjadi aliran seragam. Pada bagian
hilir saluran, hambatan mungkin akan terjadi lebih kecil dari gaya berat, sehingga
aliran menjadi tidak seragam lagi atau berubah.

Pada pemukaan subkritis permukaan air di zona peralihan tampak bergelombang.


Aliran dibagian tengah saluran bersifat seragam namun kedua ujungnya bersifat
berubah. Pada kemiringan kritis permukaan air dari aliran kritis ini tidak stabil.
Dibagian tengan dapat terjadi gelombangtetapi kedalaman rat-ratanya konstandan
aliran dapat dianggap seragam. Pada kemiringan subkritis permukaan air beralih
dari keadaan subkritis menjadi superkritis setelah melalui terjunan hidrolik lambat
laun. Dihilir zona peralihan aliran mendekati seragam. Keadaan aliran seragam
disebut kedalaman normal (normal depth) panjang zona peralihan tergantung pada
debit dan keadaan fisik saluran, seperti keadaan tempat pemasukan, bentuk
kemiringan dan kekasarannya. Berdasarkan titik tolak hidrodinamis panjang zona
peraliahan tidak boleh kurang dari panjang yang diperlukan untuk membentuk
lapisan batas seutuhnya dengn persyaratan tertentu.

2.3 Menyatakan Kecepatan Aliran Seragam

Kecepatan rata-rata aliran seragam turbulen dalam saluran terbuka biasanya


dinyatakn dalam perkiraan yang dikenal dengan rumus aliran seragam (Iuniform
flow formula). Untuk keperluan praktis, aliran dalam saluran akan dapat dianggap
seragam dalam keadaan normal, yaitu bila tidak terjadi banjir atau aliran berubah
yang jelas tampak akibat ketidakteraturan saluran. Dalam penerapan rumus aliran
seragam untuk saluran alam, dapat dipahami bahwa hasilnya sangat kasar karena
keadaan aliran lebih banyak ntergantung pada faktro-faktor yang tak diketahui
secara tepat daripada yang akan terdapat dalam saluran buatan umumnya.

Suatu pendekatan lain untuk menentukan kecepatan disaluran alam telah dicoba ole
toebes. Dalam pemdekatan ini ditetapkan analisa hubungn berganda terhadap
faktor-faktor yang jelas mempengaruhi.[kecepatan dalam suatu saluran aluvial: luas
basah, kecepatan maksimum dipermukaan, keliling bsah, kedalaman maksimum,
kemiringan muka air, koefisien kekasaran dan temperatur airr. Cara ini
memungkinkan untuk mengevaluasi pengaruh masing-masing variabel terhadap
besarnya kecepatan. Bila dilakukan evaluasi semacam ini, kecepatan pada kondisi
tertentu bagi variabel-variabel sama dengan jumlah aljabar dari tingkat pengaruh
setiap variabel tersebut terhadap kecepatannya. Namun hal ini hanya berlaku bagi
aliran didalam daerah geografis dimana anlisa ini dibuat, jadi pemakainnya tidak
bersifat umum.

2.4 Rumus Chezy

Rumus aliran seragam pertama dbuat pada 1769 oleh ilmuwan prancis bernama
Antoine Chezy yaitu:
V = C √𝑅𝑆
Dimana V adalah kecepatan rata-rata, C adalah faktor c dari Chezy atau faktor tahan
aliran, R adalah jari-jari hidrolik dan S adalah kemiringan garis energi. Berikut
merupakan bentuk grafik dari penurunan rumus Chezy untuk aliran seragam pada
saluran terbuka:

Sumber: Hidrolika Saluran Terbuka, 1997

2.5 Penurunan Rumus Chezy

A. Rumus Gangguillet-Kutter
Sumber: Hidrolika Saluran Terbuka, 1997

Dimana V adalah kecepatan rata-rata, C adalah faktor C dari Chezy atau faktor
tahan aliran, R adalah jari-jari hidrolik dan S adalah kemiringan garis energi serta
n adalah koefisien kekasaran. Rumus ini telah dibuat tabel dan grafik untuk
mempermudah pemakaiannya, sehingga rumus ini jarang dipakai di biro-biro
teknik.

B. Rumus Bazin

Sumber: Hidrolika Saluran Terbuka, 1997

Dimana C adalah faktor C dari Chezy atau faktor tahan aliran, R adalah jari-jari
hidrolik dan m adalah koefisien kekasaran yang oleh bazin diberikan nilai sebagai
berikut:

Sumber: Hidrolika Saluran Terbuka, 1997

C. Rumus Powell

Berikut merupakan nilai-nilai percobaan untuk € Powell:


Sumber: Hidrolika Saluran Terbuka, 1997

2.6 Rumus Manning

Rumus yang dikemukakan Robert Manning tahun 1889 ini dikenal dengan:
1,49
V= R2/3 S1/2
n

Dimana V adalah kecepatan rata-rata, C adalah faktor C dari Chezy atau faktor
tahan aliran, R adalah jari-jari hidrolik dan S adalah kemiringan garis energi serta
n adalah koefisien kekasaran Manning.

2.7 Penentuan Koefisien Kekasaran Manning

Untuk sekedar tuntutan bagi penentuan yang wajar mengenai koefisien kekasaran
akan dibahas 4 pendekatan umum:
1. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai n dan hal ini memerlukan
suatu penegetahuan dasar menegenai persoalannya dan kadar perkiraannya;
2. Mencocokkan tabel dari nilai-nilai n untuk berbagai tipe saluran;
3. Memeriksa dan dan memahami sifat beberapa saluran yang koefisien
kekasarannya telah diketahui;
4. Menentukan nilai n dengan cara analitis berdasarkan distribusi kecepatan teoritis
pada penampang saluran dan data pengukuran kecepatanmaupun pengukuran
kekasaran.

2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekasaran Manning


1. Kekasaran Permukaan
Secara umum butiran halus pada permukaan memiliki nilai n (koefisien
keksasaran) yang rendah, sedangkan butiran kasar memilki nilai n (koefisien
keksasaran) yang tinggi.
2. Tetumbuhan
Tetumbuhan dapat digolongkan kedalam jenis kekasaran permukaan, tetapi juga
dapat memeperkecil kapasitas saluran dan mengahambat aliran. Efeknya
terutama tergantung tinggi, kerapatan, distribusi dan jenis tetumbuhan, dan hal
ini sangat penting dalam perancangan saluran pembuangan yang kecil.
3. Ketidakteraturan Saluran
Ketidakteraturan saluran baik itu slauran alami maupun saluran buatan
menandakan kekasaran sebagai tambahan dari yang ditimbulkan oleh kekasaran
permukaan dan faktor-faktor lainnya.
4. Trase Saluran
Kelengkungan yang landai dengan garis tengah yang besar engakibatkan nilai
kekasaran permukaan yang relatif rendah, sedangkan kelengkungan yang tajam
dengan belokan-belokan yang patah akan memperbesar nilai koefisien
kekasaran.
5. Pengendapan dan Penggerusan
Pengendapan dapat mengubah saluran yang tidak beraturan menjadi beraturan
dan memperkecil nilai n (kekasaran permukaaan), sedangkan penggerusan dapat
berakibat sebaliknyadan mememperbesar n. namun sifat utama dari
penegendapan dapat dilihat dari sifat alamiahnya.

6. Hambatan
Adanya balok sekat pilar jembatan dan sejenisnya akan cenderung
memperbesar n. besarnya kenaikan ini tergantung pada sifat alamiah hambatn,
ukuran, bentuknya dan banyaknya penyebabnya.

7. Ukuran dan Bentuk Saluran


Belum ada bukti nyata bahwa ukuran dan bentuk saluran menjadi faktor penting
yang mempengaruhi nilai n. Perbesaran jari-jari hidrolik dapat memperbesar
maupun memperkecil n, tergantung pada keadaan saluran.

8. Taraf Air Dan Debit


Nilai n pada saluran umumnya berkurang jika taraf air dan debitnya bertambah.
Bila air rendah, ketidakteraturan dasar saluran akan menonjol dan efeknya
kelihatan. Namun nilai n dapat pula diperbesar pada taraf air tinggi bila dinding
saluran kasar berumput.
9. Perubahan Musiman
Akibat pertumbuhan musiman dari tanaman-tanaman air, rumput, willow dan
semak-semak di saluran atau tebing, nilai n dapat bertambah pada musim semi
dan berkurang pada musim dingin.perubahan musiman ini dapat menimbulkan
perubahan faktor-faktor lainnya.
10. Endapan Melayang dan Endapan Kasar
Bahan-bahan yang melayang dari endapan kasar, baik yang bergerak maupun
tidak bergerakakan menyerap energi, menyebabkan keholangan tinggi energi
atau memperbesar kekasaran saluran.

2.9 Tabel Koefisien Manning


Tabel dibawah ini merupakan daftar nilai n untuk saluran berbagai jenis, yaitu:

Sumber: Hidrolika Saluran Terbuka, 1997


2.10 Penggambaran Saluran dengan Berbagai Kekasaran

Cara penentuan koefisien kekasaran yang dilakukan oleh U.S. Geological Survey
yaitu dengan menentukan beberapa kekasaran sungai di Amerika yaitu dengan cara
pengukuran luas penampang, lebar, dalam, kecepatan rata-rata, kemiringan dan
perhitungan koefisien kekasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Chow, Ven Te. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai