Nakhoda Kapal
Misalkan seorang Mualim sedang bertugas dianjungan sewaktu kapal mengalami kekandasan.
Meskipun pada saat itu Nakhoda tidak berada di anjungan, akibat kekandasan itu tetap menjadi
tanggung jawab Nakhoda. Contoh yang lain seorang Masinis sedang bertugas di Kamar Mesin
ketika tiba-tiba terjadi kebakaran dari kamar mesin. Maka akibat yang terjadi karena kebakaran
itu tetap menjadi tanggung jawab Nakhoda. Dengan demikian secara ringkas tanggung jawab
Nakhoda kapal dapat dirinci antara lain :
Jabatan-jabatan Nakhoda diatas kapal yang diatur oleh peraturan dan perundang-
undangan yaitu :
1. Sebagai Pemegang Kewibawaan Umum di atas kapal. (pasal 384, 385 KUHD serta pasal
55 UU. No. 21 Th. 1992).
2. Sebagai Pemimpin Kapal. (pasal 341 KUHD, pasal 55 UU. No. 21 Th. 1992 serta pasal
1/1 (c) STCW 1978).
3. Sebagai Penegak Hukum. (pasal 387, 388, 390, 394 (a) KUHD, serta pasal 55 No. 21 Th.
1992).
4. Sebagai Pegawai Pencatatan Sipil. (Reglemen Pencatatan Sipil bagi Kelahiran dan
Kematian, serta pasal 55 UU. No. 21. Th. 1992).
5. Sebagai Notaris. (pasal 947 dan 952 KUHPerdata, serta pasal 55 UU. No. 21, Th. 1992).
Mengandung pengertian bahwa semua orang yang berada di atas kapal, tanpa kecuali harus taat
serta patuh kepada perintah-perintah Nakhoda demi terciptanya keamanan dan ketertiban di atas
kapal. Tidak ada suatu alasan apapun yang dapat dipakai oleh orang-orang yang berada di atas
kapal untuk menentang perintah Nakhoda sepanjang perintah itu tidak menyimpang dari
peraturan perundang-undangan. Aetiap penentangan terhadap perintah Nakhoda yang demikian
itu merupakan pelanggaran hukum, sesuai dengan pasal 459 dam 460 KUH. Pidana, serta pasal
118 UU. No.21, Th. 1992. Jadi menentang perintah atasan bagi awak kapal dianggap menentang
perintah Nakhoda karena atasan itu bertindak untuk dan atas nama Nakhoda.
Pemeriksaan (BAP) pada pihak Polisi atau Jaksa di pelabuhan pertama yang disinggahi.
Apabila diatas kapal terjadi peristiwa-peristiwa seperti kelahiran dan kematian maka
Nakhoda berwenang bertindak selaku Pegawai Catatan Sipil. Tindakan-tindakan yang harus
dilakukan Nakhoda jika di dalam pelayaran terjadi kelahiran antara lain :
1. Membuat Berita Acara Kelahiran dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira kapal)
2. Mencatat terjadinya kelahiran tersebut dalam Buku Harian Kapal
3. Menyerahkan Berita Acara Kelahiran tersebut pada Kantor Catatan Sipil di pelabuhan
pertama yang disinggahi Jikalau terjadi kematian :
4. Membuat Berita Acara Kematian dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira kapal)
5. Mencatat terjadinya kematian tersebut dalam Buku Harian Kapal
6. Menyerahkan Berita Acara Kematian tersebut pada Kantor Catatan Sipil di pelabuhan
pertama yang disinggahi
7. Sebab-sebab kematian tidak boleh ditulis dalam Berita Acara
8. Kematian maupun Buku Harian Kapal, karena wewenang membuat visum ada pada
tangan dokter Apabila kelahiran maupun kematian terjadi di luar negeri, Berita Acaranya
diserahkan pada Kantor Kedutaan Besar R.I. yang berada di negara yang bersangkutan.
bagi Nakhoda, Mualim atau Masinis harus memiliki sertifikat keahlian pelaut yang jenis
dan tingkat sertifikatnya sesuai dengan daerah pelayaran, tonase kotor dan ukuran tenaga
penggerak kapal dan memiliki sertifikat ketrampilan pelaut
bagi operator radio harus memiliki sertifikat keahlian pelaut bidang radio yang jenis dan
tingkat sertifikatnya sesuai dengan peralatan radio yang ada di kapal dan memiliki
sertifikat ketrampilan pelaut
bagi rating harus memiliki sertifikat keahlian pelaut dan sertifikat ketrampilan pelaut
yang jenis sertifikatnya sesuai dengan jenis tugas, ukuran dan jenis kapal serta tata
susunan kapal
"BERBAGAI MACAM SERTIFIKAT YANG WAJIB DI MILIKI PELAUT"
Saat ini untuk menjadi pelaut, seseorang harus memiliki ijazah-ijazah yang diperlukan, hal ini
menyebabkan tumbuhnya sekolah-sekolah pelayaran mulai dari tingkat SLTA sampai ke perguruan
tinggi. Yang mana dengan Tingkatan sebagai berikut :
lulusan SLTP dapat melanjutkan ke Sekolah Kejuruan Pelayaran (Setarap SLTA) dengan Sistim
Pendidikan 3 Tahun Belajar teori 1 tahun Praktek Berlayar (PROLA) yang mana lulusan dari SKP ini
mendapatkan IJasah setara SLTA dan ANT
Ijazah Pelaut
Ijazah bagi pelaut (perwira) di Indonesia terbagi atas ijazah dek dan ijazah mesin.
Ijazah Dek
Ijazah Mesin
Sertifikat ketrampilan
Sertifikat ketrampilan ini merupakan sertifikat yang wajib dimiliki oleh para pelaut di samping sertifikat
formal di atas. Diantaranya adalah:
Basic Safety Training (BST)/Pelatihan Keselamatan Dasar
Advanced Fire Fighting (AFF)
Survival Craft & Rescue Boats (SCRB)
Medical First Aid (MFA)
Medical Care (MC)
Tanker Familiarization (TF)
Oil Tanker Training (OT)
Chemical Tanker Training (CTT)
Liquified Gas Tanker Training (LGT)
Radar Simulator (RS)
ARPA Simulator (AS)
Operator Radio Umum (ORU) / GMDSS[4]
Nakhoda/ Master/Captain
merupakan seorang pemimpin di atas kapal, bertanggung jawab langsung kepada
perusahaan atas semua kegiatan yang terjadi di atas kapal. Seorang nakhoda kapal
juga di tuntut untuk dapat melakukan manuver / olah gerak kapal. Selain itu nakhoda
juga harus mampu berkomunikasi dan ber diplomasi dengan baik dengan pihak luar,
misal dengan PSC(port state control), dengan port control, agen dan tentunya dengan
orang perusahaan itu sendiri. Nakhoda disini dalam melakukan pekerjaan nya dibantu
oleh beberapa orang assisten. Di antara nya ada Mualim 1, Mualim 2 dan Mualim 3.