Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Pendahuluan


BALAI PELATIHAN DAN PENYULUHAN PERIKANAN (BPPP) TEGAL

HUKUM MARITIM & PERATURAN


PERIKANAN 1. Hukum Maritim
2. Organisasi di kapal
BPPP TEGAL 3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab Awak Kapal
4. Perjanjian Kerja Laut
5. Surat-surat dan Dokumen Kapal

HUKUM MARITIM HUKUM MARITIM


adalah himpunan peraturan-peraturan termasuk Tujuan hukum maritim antara lain :
perintah-perintah dan larangan-larangan yang 1. Menjaga kepentingan tiap-tiap menusia
bersangkut paut dengan lingkungan maritim dalam masyarakat maritim, supaya
dalam arti luas, yang mengurus tata tertib dalam kepentingannya tidak dapat diganggu,
masyarakat maritim dan oleh karena itu harus 2. Setiap kasus yang menyangkut kemaritiman
ditaati oleh masyarakat itu (Jordan Eerton,2004). diselesaikan berdasarkan hukum maritim yang
berlaku
b. Obyek Hukum Maritim
→ benda berwujud
➢ Kapal (dalam arti luas)
➢ Perlengkapan kapal
➢ Muatan kapal
➢ Tumpahan minyak dilaut
➢ Sampah dilaut
→ benda tak berwujud
❖ Perjanjian-perjanjian
❖ Kesepakatan-kesepakatan
❖ Surat Kuasa
❖ Perintah lisan
→ benda bergerak
Perlengkapan kapal
Muatan kapal
Tumpahan minyak dilaut
→ benda tak bergerak
Galangan kapal

ORGANISASI DI KAPAL

Anak Buah Kapal (ABK) atau Awak Kapal terdiri dari beberapa bagian.
Masing masing bagian mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri dan
tanggung jawab utama terletak di tangan Kapten kapal selaku pimpinan
ORGANISASI pelayaran
DI KAPAL Hierarki Awak Kapal
Terbagi menjadi Departemen Dek dan Departemen Mesin, selain terbagi
menjadi perwira/Officer dan bawahan/Rating.
ORGANISASI DI KAPAL ORGANISASI DI KAPAL

Perwira Departemen Mesin :


Perwira Departemen Dek
1) Kapten/Nakhoda/Master adalah pimpinan dan penanggung jawab 1) KKM (Kepala Kamar Mesin)/Chief Engineer, pimpinan dan
pelayaran penanggung jawab atas semua mesin yang ada di kapal baik itu
2) Mualim I/Chief Officer/Chief Mate bertugas pengatur muatan, mesin induk, mesin bantu, mesin pompa, mesin crane, mesin
persediaan air tawar dan sebagai pengatur arah navigasi sekoci, mesin kemudi, mesin freezer, dll.
3) Mualim 2/Second Officer/Second Mate bertugas membuat jalur/route 2) Masinis 1/First Engineer bertanggung jawab atas mesin induk
peta pelayaran yg akan di lakukan dan pengatur arah navigasi. 3) Masinis 2/Second Engineer bertanggung jawab atas semua mesin
4) Mualim 3/Third Officer/Third Mate bertugas sebagai pengatur, bantu.
memeriksa, memelihara semua alat alat keselamatan kapal dan juga 4) Masinis 3/Third Enginer bertanggung jawab atas semua mesin
bertugas sebagai pengatur arah navigasi.
pompa. Juru Listrik/Electrician bertanggung jawab atas semua
5) Markonis/Radio Officer/Spark bertugas sebagai operator
mesin yang menggunakan tenaga listrik dan seluruh tenaga
radio/komunikasi serta bertanggung jawab menjaga keselamatan kapal
dari marabahaya baik itu yg di timbulkan dari alam seperti badai, ada cadangan.
kapal tenggelam, dll 5) Juru minyak/Oiler pembantu para Masinis/Engineer

ORGANISASI DI KAPAL TUGAS, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB NAKHODA


1. Pukat Ikan (Fish Net)

Ratings atau bawahan UU No.21 Th. 1992 dan juga pasal 341.b KUHD dengan tegas
1. Bagian dek: menyatakan bahwa Nakhoda adalah pemimpin kapal, kemudian
Boatswain atau Bosun atau Serang (Kepala kerja bawahan) dengan menelaah pasal 341 KUHD dan pasal 1 ayat 12 UU. No.21
Able Bodied Seaman (AB) atau Jurumudi Th.1992
Ordinary Seaman (OS) atau Kelasi atau Sailor
Pumpman atau Juru Pompa, khusus kapal-kapal tanker (kapal Nakhoda
pengangkut cairan adalah seseorang yang sudah menanda tangani Perjanjian Kerja Laut
2. Bagian mesin: (PKL) dengan Pengusaha Kapal serta memenuhi syarat sebagai
Mandor (Kepala Kerja Oiler dan Wiper) Nakhoda dalam arti untuk memimpin kapal sesuai peraturan
Fitter atau Juru Las perundang-undangan yang berlaku
Oiler atau Juru Minyak
Wiper Pasal 342 KUHD secara ekplisit menyatakan bahwa tanggung jawab
3. Bagian Permakanan: atas kapal hanya berada pada tangan Nakhoda, tidak ada yang lain.
Juru masak/ cook bertanggung jawab atas segala makanan, baik itu Jadi apapun yang terjadi diatas kapal menjadi tanggung jawab
memasak, pengaturan menu makanan, dan persediaan makanan. Nakhoda, kecuali perbuatan kriminal.
Mess boy / pembantu bertugas membantu Juru masak
TANGGUNG JAWAB
1. Pukat Ikan (Fish Net)
NAKHODA 1. Pukat Ikan (Fish Net)
TUGAS, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB NAKHODA

tanggung jawab Nakhoda kapal dapat dirinci antara lain :


Jabatan-jabatan Nakhoda diatas kapal yang diatur oleh peraturan
Memperlengkapi kapalnya dengan sempurna dan perundang-undangan yaitu :
Mengawaki kapalnya secara layak sesuai prosedur/aturan
Membuat kapalnya layak laut (seaworthy)  Sebagai Pemegang Kewibawaan Umum di atas kapal. (pasal
Bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran 384, 385 KUHD serta pasal 55 UU. No. 21 Th. 1992).
Bertanggung jawab atas keselamatan para pelayar yang ada  Sebagai Pemimpin Kapal. (pasal 341 KUHD, pasal 55 UU. No. 21
diatas kapalnya Th. 1992 serta pasal 1/1 (c) STCW 1978).
Mematuhi perintah Pengusaha kapal selama tidak menyimpang  Sebagai Penegak Hukum. (pasal 387, 388, 390, 394 (a) KUHD,
dari peraturan perundang-undangan yang berlaku serta pasal 55 No. 21 Th. 1992).
 Sebagai Pegawai Pencatatan Sipil. (Reglemen Pencatatan Sipil
bagi Kelahiran dan Kematian, serta pasal 55 UU. No. 21. Th.
1992).
 Sebagai Notaris. (pasal 947 dan 952 KUHPerdata, serta pasal
55 UU. No. 21, Th. 1992).

1. Pukat Ikan (Fish Net) 1. Pukat Ikan (Fish Net)


TUGAS, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB NAKHODA TUGAS, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB NAKHODA

 Nakhoda sebagai Pemegang Kewibawaan Umum  Nakhoda sebagai Penegak Hukum


Mengandung pengertian bahwa semua orang yang berada di atas kapal, tanpa Nakhoda adalah sebagai penegak atau abdi hukum di atas kapal sehingga apabila
kecuali harus taat serta patuh kepada perintah-perintah Nakhoda demi diatas kapal terjadi peristiwa pidana, maka Nakhoda berwenang bertindak selaku
terciptanya keamanan dan ketertiban di atas kapal. Tidak ada suatu alasan Polisi atau Jaksa. Dalam kaitannya selaku penegak hukum, Nakhoda dapat mengambil
apapun yang dapat dipakai oleh orang-orang yang berada di atas kapal untuk tindakan antara lain :
1. menahan/mengurung tersangka di atas kapal
menentang perintah Nakhoda sepanjang perintah itu tidak menyimpang dari
2. membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
peraturan perundang-undangan. Setiap penentangan terhadap perintah
3. mengumpulkan bukti-bukti
Nakhoda yang demikian itu merupakan pelanggaran hukum, sesuai dengan pasal
4. menyerahkan tersangka dan bukti-bukti serta Berita Acara
459 dam 460 KUH. Pidana, serta pasal 118 UU. No.21, Th. 1992. Jadi
menentang perintah atasan bagi awak kapal dianggap menentang perintah Pemeriksaan (BAP) pada pihak Polisi atau Jaksa di pelabuhan pertama yang disinggahi.
Nakhoda karena atasan itu bertindak untuk dan atas nama Nakhoda.
 Nakhoda sebagai Pemimpin Kapal  Nakhoda sebagai Pegawai Catatan Sipil
Nakhoda bertanggung jawab dalam membawa kapal berlayar dari pelabuhan Apabila diatas kapal terjadi peristiwa-peristiwa seperti kelahiran dan kematian maka
satu ke pelabuhan lain atau dari tempat satu ke tempat lain dengan selamat, Nakhoda berwenang bertindak selaku Pegawai Catatan Sipil. Tindakan-tindakan yang
aman sampai tujuan terhadap penumpang dan segala muatannya. harus dilakukan Nakhoda
1. Pukat Ikan (Fish Net) 1. Pukat KEWAJIBAN
TUGAS, Ikan (Fish Net)DAN TANGGUNG JAWAB
TUGAS, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB NAKHODA AWAK KAPAL MUALIM I

jika di dalam pelayaran terjadi kelahiran antara lain :


1. Membuat Berita Acara Kelahiran dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira kapal) Mualim I
2. Mencatat terjadinya kelahiran tersebut dalam Buku Harian Kapal adalah kepala dari dinas deck (geladak) dan membantu nahkoda dalam hal mengatur
3. Menyerahkan Berita Acara Kelahiran tersebut pada Kantor Catatan Sipil di pelabuhan pelayanan di kapal jika kapal tidak punya seorang penata usaha
pertama yang disinggahi
Jika terjadi kematian : Dinas geladak :
 Membuat Berita Acara Kematian dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira kapal) ü Pemeliharaan seluruh kapal kecuali kamar mesin dan ruangan-ruangan lainnya yang
 Mencatat terjadinya kematian tersebut dalam Buku Harian Kapal dipergunakan untuk kebutuhan dinas kamar mesin.
 Menyerahkan Berita Acara Kematian tersebut pada Kantor Catatan Sipil di pelabuhan ü Muat bongkar muatan di palka-palka dan lain-lain.
pertama yang disinggahi ü Pekerjaan-pekerjaan administrasi yang berhubungan dengan pengangkutan muatan,
 Sebab-sebab kematian tidak boleh ditulis dalam Berita Acara Kematian maupun Buku bagasi pos dan lain-lain.
Harian Kapal, karena wewenang membuat visum ada pada tangan dokter Apabila  Pengganti Nahkoda Pada waktu nahkoda berhalang maka Mualim I memimpin kapal
kelahiran maupun kematian terjadi di luar negeri, Berita Acaranya diserahkan pada atas perintahnya.
Kantor Kedutaan Besar RI yang berada di negara yang bersangkutan.  Mualim I harus mengetahui benar peraturan-peraturan dinas perusahaan dan semua
instruksi-instruksi mengenai tugas perwakilan, pengangkutan dan lain-lain.
**Tugas seorang Master atau nahkoda adalah untuk mengatur seluruh Perwira dan ABK
kapal agar mereka bekerja sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh ISM Code
dari Perusahaaan Perkapalan.

1. Pukat Ikan (Fish Net) 1. Pukat Ikan (Fish Net)


TUGAS AWAK KAPAL MUALIM II TUGAS AWAK KAPAL MUALIM III

Tugas mualim II disamping tugas jaga laut atau bongkar muat :


Tugas mualim III disamping tugas jaga laut/bongkar muat :
➢ Memelihara (termasuk melakukan koreksi-koreksi) serta menyiapkan peta-peta laut dan
buku-buku petunjuk pelayaran.  Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan kelengkapan life boats, liferafts,
➢ Memelihara dan menyimpan alat-alat pembantu navigasi non elektronik (sextant dsb); lifebuoys serta lifejackets, serta administrasi.
setiap hari menentukan chronometer’s error berdasarkan time signal.
 Bertanggung jawab pemeliharaan, kelengkapan dan bekerjanya dengan baik dari
➢ Bertanggung jawab atas bekerjanya dengan baik pesawat pembantu navigasi elektronik
botol-botol pemadam kebakaran, alat-alat pelempar tali, alat-alat semboyan
(radar, dsb)
➢ Memelihara Gyro Kompas, berikut repeatersnya serta menyalakan/mematikannya atas
bahaya (parachute signal, dsb), alat-alat pernafasan, dll, serta administrasinya.
perintah nahkoda, bertanggung jawab atas pemeliharaan autopilot.  Membuat sijil-sijil kebakaran, sekoci dan orang jatuh kelaut, dan memasangnya
➢ Memelihara magnetic kompas serta bertanggung jawab pengisian kompas error register ditempat-tempat yang telah ditentukan.
book oleh para mualim jaga.
 Memelihara dan menjaga kelengkapan bendera-bendera (kebangsaan, bendera-
➢ Mengisi/mengerjakan journal chronometer dan journal-journal pesawat-pesawat pembantu

navigasi yang disebutkan pada c dan d. bendera semboyan internasional, serta bendera perusahaan).
➢ Bertanggung jawab atas keadaan baik lampu-lampu navigasi, termasuk lampu jangkar dan  Mengawasi pendugaan tanki-tanki air tawar/ballast dan got-got palka serta
sebagainya mencatatnya dengan journal
➢ Bertanggung jawab atas jalannya semua lonceng-lonceng di kapal dengan baik
➢ Bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan, pengiriman, dan administrasi barang-

barang kiriman (paket) serta pos.


TUGAS ANAK BUAH KAPAL
1. Pukat Ikan (Fish Net)
TUGAS AWAK KAPAL
Chief Engineer (C / E)
Bertanggung jawab pada departemen mesin
Markonis/Radio Officer/Spark Tanggung Jawabnya adalah :
1. Memastikan bahwa semua personil departemen mesin dibiasakan dengan
 Markonis/Radio Officer/Spark bertugas sebagai operator radio/komunikasi prosedur yang relevan.
serta bertanggung jawab menjaga keselamatan kapal dari marabahaya baik 2. Mengeluarkan perintah yang jelas dan ringkas untuk anggota yang lain di
itu yg di timbulkan dari alam seperti badai, ada kapal tenggelam, dll. departemen mesin.
3. Pastikan bahwa awak departemen mesin menjaga disiplin, kebersihan dan
Ratings atau Bawahan Bagian dek: mengikuti praktek kerja yang aman.
4. Evaluasi junior dan laporan kinerja kepada Master/kapten
 Boatswain atau Bosun atau Serang (Kepala kerja bawahan) 5. Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan operasi mesin
 Able Bodied Seaman (AB) atau Jurumudi dan bertindak yang sesuai untuk menghilangkan/mengurangi bahaya.
 Ordinary Seaman (OS) atau Kelasi atau Sailor 6. Selidiki ketidaksesuaian dan menerapkan tindakan korektif dan preventif.
7. Menjaga peralatan agar siap saat digunakan.
 Pumpman atau Juru Pompa, khusus kapal-kapal tanker (kapal pengangkut
cairan)

HAK DAN KEWAJIBAN ABK HAK DAN KEWAJIBAN ABK

Hak-hak Anak Buah Kapal Kewajiban Anak Buah Kapal


❑ Hak atas upah Taat kepada perintah atasan, terutama terhadap perintah Nakhoda
Meninggalkan kapal (turun ke darat) harus dengan ijin Nakhoda atau yang
❑ Hak atas tempat tinggal dan makan mewakilinya
❑ Hak atas perawatan waktu sakit/kecelakaan Tidak membawa barang dagangan, minum-minuman keras, dan senjata (api)
❑ Hak atas cuti di atas kapal
Melakukan tugas tambahan atau kerja lembur jika dianggap perlu oleh
❑ Hak atas pengangkutan untuk dipulangkan Nakhoda
Turut membantu menyelamatakan kapal, penumpang, dan muatannya,
dalam kecelakaan kapal
Berprilaku sopan, serta tidak mabuk-mabukan di kapal dalam rangka turut
menciptakan keamanan dan ketertiban diatas kapal
➢ Pengawasan oleh Syahbandar :
❖ Dokumen kelaiklautan kapal perikanan

➢ Pengawasan oleh Pengawas Perikanan Bidang


Penangkapan Ikan :
DOKUMEN KAPAL PERIKANAN ❖ Dokumen perijinan kapal perikanan
❖ Fisik kapal perikanan
❖ Alat penangkapan ikan
❖ Alat bantu penangkapan ikan
❖ Ikan hasil tangkapan
❖ Ikan yang diangkut
❖ Daerah penangkapan
❖ Pelabuhan pangkalan, pelabuhan muat/singgah
❖ Awak kapal

26

DOKUMEN KELAIKLAUTAN KAPAL PERIKANAN :

Dasar Hukum : Dasar Hukum :


➢ Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran  Undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 45 Tahun
➢ Undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan 2009
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 45
Tahun 2009  Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. : KEP.05/MEN/2008
tentang Usaha Perikanan Tangkap sebagaimana telah diubah
➢ Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2000 tentang Kepelautan dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. :
Untuk Pengawakan Kapal Penangkap Ikan KEP.12/MEN/2009

➢ Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 9 Tahun 2005  Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. : 27 /MEN/2009
tentang Diklat, Ujian serta Sertifikasi Pelaut Kapal tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal Perikanan
Penangkap Ikan  Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. : PER.07/MEN/2010
➢ Keputusan Menteri Perhubungan No. 46 Tahun 1996 tentang Surat Laik Operasi Kapal Perikanan
tentang Sertifikasi Kalaiklautan Kapal Penangkap Ikan

27 28
Sesuai dengan UU No. 17 Th. 2008, maka peraturan-perauran :
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 46
✓ Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel), Tahun 1996 :
✓ Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim Tahun 1939,
✓ Undang-Undang No. 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen 1) Setiap kapal penangkap ikan yang akan berlayar harus
Indonesia,
memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal penangkap ikan
✓ Undang-Undang No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia, 1) Persyaratan kelaiklautan kapal penangkap ikan :
✓ Undang-Undang No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi a. Surat Tanda Kebangsaan kapal penangkap ikan
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 1982 (United
Nations Convention on the Law of the Sea, 1982), b. Sertifikat Kelaikan kapal penangkap ikan
✓ Undang-Undang No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, c. Pengawakan kapal kapal penangkap ikan
✓ Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup,
✓ Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang telah
diubah dengan Undang-undang No. 45 Tahun 2009
✓ dan peraturan-peraturan lain
Sepanjang menyangkut aspek keselamatan dan keamanan pelayaran tunduk pada
ketentuan dalam Undang-Undang no. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran ini

29 30

Diberikan apabila telah memenuhi ketentuan :


Diberikan apabila kapal telah didaftarkan dan mendapat
pengesahan Daftar Ukur : ➢ Konstruksi dan tata susunan kapal.
➢ Stabilitas dan garis muat kapal.
➢ Surat Laut untuk kapal dengan tonage >175 GT ➢ Perlengkapan kapal.
➢ Perangkat telekomunikasi radio dan elektronika kapal.
➢ Pas Tahunan untuk kapal dengan tonage 7 s/d <175 GT
➢ Sistem dan perlengkapan pencegahan dan pemadaman
➢ Pas Kecil untuk kapal dengan tonage <7 GT kebakaran.
➢ Sistem dan perlengkapan pencegahan pencemaran dari
kapal.
➢ Jumlah dan susunan awak kapal

Kapal yang berukuran ≥ 100 m3 atau mesin ≥ 400 PK wajib


masuk kelas BKI.

31 32
➢ Permohonan dari pemilik, dilampiri :
1. Jakarta 12. Jambi 23. Sorong ◦ Bukti kepemilikan (Surat Keterangan Galangan Kapal / Tukang).
◦ Indentitas Pemilik (KTP / Akte Pendirian Perusahaan).
2. Surabaya 13. Pontianak 24. Manokwari
◦ Surat Ukur.
3. Semarang 14. Banjarmasin 25. Merauke ◦ Surat Kuasa (kalau dikuasakan)
4. Belawan 15. Samarinda 26. Balikpapan
➢ Diterbitkan Grosse Akta Pendaftaran (diserahkan kepada
5. Palembang 16. Ujung Pandang 27. Dan lain-lain pemilik kapal) dan Minuut Akte (Akte Asli) disimpan di kantor
6. Dumai 17. Donggala pendaftaran.
7. Sabang 18. Manado
➢ Pemasangan tanda pendaftaran di kapal
8. Sibolga 19. Ambon contoh : 2006 GA No.2500 N
9. Teluk Bayur 20. Benoa Artinya : 2006 = Tahun pembuatan akte.
10. Bagan Siapi-api 21. Kupang GA = Kode pengukuran (Semarang).
11. Tanjung Pinang 22. Biak 2500 = No urut akte pendaftaran.
N = Katagori Nelayan.
( L = laut atau P = Pedalaman )

33 34

► Permohonan tertulis dari pemilik kapal ke ADPEL / KANPEL, dilampiri


dengan :
- Surat keterangan dari Galangan / Tukang Pembuat Kapal.
- Surat keterangan kepemilikan.
 Sebelum digunakan dalam pelayaran setiap kapal - Identitas pemilik (KTP atau Akta Perusahaan - kalau ada).
- Gambar kapal.
wajib diukur. ► Pelaksanaan pengukuran oleh Ahli Ukur Kapal (di ADPEL / KANPEL) dan
dibuat dalam bentuk Daftar Ukur
- Daftar Ukur dikirim ke DITKAPEL untuk mendapat pengesyahan
 Diterbitkan untuk kapal dengan ukuran tonage - Penerbitan Surat Ukur Sementara oleh ADPEL / KANPEL (berlaku
selama 3
kotor (GT) sekurang-kurangnya 7 GT bulan dan dapat diperpanjang 1 kali 3 bulan).
► Setelah Daftar Ukur disyahkan DITKAPEL, kemudian ADPEL / KANPEL
menerbitkan Surat Ukur Tetap ( berlaku selama kapal masih tetap /
tidak
berubah atau musnah).
► Pemasangan Tanda Selar di kapal
Contoh : GT 50 No. 250 / Ga
Artinya : GT 50 : Isi kotor kapal 50 GT
No. 250 : Nomor Surat Ukur
Ga : Kode pengukuran dari Pelabuhan
(Ga = Semarang; Ft = Tegal; Da = Cirebon; Qa =
Cilacap)
35 ► Penyerahan Surat Ukur Tetap dan mencabut Surat Ukur Sementara. 3
35 6
➢ Surat Ukur Dalam Negeri
Untuk kapal-kapal panjang < 24 m. ◦ kapal berubah bangunan.
◦ kapal berubah nama.
➢ Surat Ukur Internasional
➢ Untuk kapal-kapal panjang ≥ 24 ◦ kapal musnah (hancur, tenggelam,
m. terbakar, dsb).
➢ Untuk kapal-kapal panjang < 24
m atas permintaan pemilik. ◦ kapal hilang.

37 38

➢ SIUP (Surat Ijin Usaha Perikanan)  SIPI / SIKPI asli


➢ SIPI/SIKPI (Surat Ijin Penangkapan Ikan/Surat Ijin Kapal  Stiker barcode
 Tanda pelunasan PPP / PHP asli
Pengangkut Ikan)
 SLO yang diterbitkan oleh Pengawas Perikanan
➢ SPB (Surat Persetujuan Berlayar)  SPB (SIB) yang diterbitkan oleh syahbandar yang
➢ Crew list (daftar ABK) diangkat oleh Menteri Kelautan dan Perikanan
➢ Bukti Tanda PHP (Pelunasan Pungutan Hasil Perikanan)
Catatan:

➢ LBP dan SLO (dikeluarkan oleh Pengawas Perikanan)


1. Dalam hal syahbandar yang diangkat oleh Menteri
Kelautan dan perikanan belum ada, SIB diterbitkan oleh
(LBP = Log Book Perikanan) syahbandar berdasarkan peraturan perundang-undangan
bidang pelayaran
(SLO = Surat Laik Operasional)
2. Dalam hal kapal perikanan berada dan atau berpangkalan
di luar pelabuhan perikanan, SPB diterbitkan oleh
syahbandar setempat setelah diperoleh SLO dari
pengawas perikanan

39
JENIS PERIZINAN
➢ Kapal berukuran > 30 GT atau mesin > 90 PK, dikeluarkan
oleh Pusat (Departemen Kelautan dan Perikanan)

SIPI SIUP SIKPI ➢ Kapal berukuran > 10 Gt s/d 30 GT atau mesin > 30 PK
s/d 90 PK, dikeluarkan oleh Propinsi (Gubernur)
➢ Kapal berukuran ≤ 10 GT atau mesin ≤ 30 PK, dikeluarkan
oleh Kabupaten / Kota (Bupati / Walikota)
SIPI - OI SIKPI - OI
➢ Kapal berukuran ≤ 5 GT atau mesin ≤ 15 PK, tidak
SIPI - GI SIKPI - GI diwajibkan memiliki IUP, tetapi setiap tahun wajib
SIKPI - OA
mencatatkan kegiatan usaha perikanannya ke Dinas
SIPI - LI Perikanan atau instansi berwenang dibidang perikanan di
SIKPI – NA daerah setempat
OI : Orang Indonesia (SIUPAL)
➢ SIPI merupakan surat yang harus dimiliki setiap kapal untuk
GI : Group Indonesia
OA : Orang Asing melakukan kegiatan penangkapan ikan yang merupakan
NA : Non Perikanan bagian yang tidak terpisahkan dari SIUP
LI : Kapal Lampu Indonesia

42

Setiap kapal penangkap ikan yang berlayar harus diawaki :


MASA ➢ Satu orang nakhoda
JENIS IZIN KETERANGAN
BERLAKU ➢ Beberapa orang perwira kapal dan Anak Buah Kapal (ABK)
SIUP 30 Tahun Evaluasi setiap 2 tahun
SIPI – OI / 1 Tahun Seluruh jenis alat tangkap Nakhoda atau Perwira Kapal harus memiliki :
SIPI – GI ➢ Sertifikat Keahlian Pelaut Kapal Penangkap Ikan
SIKPI – OI 1 Tahun Dioperasikan tunggal
SIKPI – GI SIPI – GI Sesuai jangka waktu SIPI armada Setiap ABK kapal penangkap ikan harus memiliki :
penangkapnya
➢ Sertifikat Keterampilan Dasar Pelaut
SIKPI – OA / 1 Tahun Sewa atau Keagenan
SIKPI – NA

43
44
Untuk Bagian Deck (Nautika) :
- Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan Tingkat I Sertifikat / Ijazah Kepelautan
(ANKAPIN I) Ukuran kapal Daerah Pelayaran
- Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan Tingkat II Nakhoda KKM
(ANKAPIN II)
- Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan Tingkat III > 24 meter s/d
Tidak terbatas ANKAPIN I ATKAPIN I
(ANKAPIN III) Tidak terbatas

Perairan
Untuk Bagian Mesin (Teknika) : ≥ 12 meter s/d Indonesia tidak ANKAPIN II ATKAPIN II
- Sertifikat Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan Tingkat I < 24 meter termasuk ZEE-I
(ATKAPIN I)
- Sertifikat Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan Tingkat II Perairan
(ATKAPIN II) < 12 meter Indonesia tidak ANKAPIN III ATKAPIN III
- Sertifikat Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan Tingkat III termasuk ZEE-I
(ATKAPIN III)

45 46

PERJANJIAN KERJA LAUT

Adalah Perjanjian kerja antara pekerja/ Pelaut


dengan pengusaha kapal, dimana pekerja
mengikatkan diri sebagai pekerja diperusahaan
dengan imbalan upah.

Jenis jenis PKL yaitu :


1. PKL Waktu tertentu
2. PKL satu atau lebih perjalanan
3. PKL waktu yg tidak ditentukan
Persyaratan yg berlaku untuk pembuatan PKL yaitu :
 Harus tertulis
Jenis PKL yg dapat diakhiri oleh awak kapal
 Disaksikan dan disahkan oleh pihak kesyahbandaran
sebelum waktunya habis yaitu : PKL perjalanan
 Ditandatangani oleh awak kapal, pengusaha kapal, dan pegawai
kesyahbandaran
Prosedur pelaksanaannya yaitu : Sesuai dengan
Isi (PKL) KUHD pasal 449 pengakhiran PKL perjalanan
 Nama, umur dan tgl lahir yaitu PKL dilakukan/diselesaikan di pelabuhan
 Jabatan di atas kapal dimana perjalanan selesai, dengan catatan setelah
 Tempat dan perjanjian dibuat satu setengah tahun pihak awak kapal melalui
 Nama kapal dimana pelaut akan bekerja pemberitahuan penghentian dengan
 Gaji pelaut dan jaminan2 lainnya memperhatikan waktu yg layak mencari pengganti
 Tgl/ saat perjanjian mulai berlaku dapat mengakhiri ikatan kerja di setiap pelabuhan
 Tanda tangan buruh , majikan dan Syahbandar

PKL juga dapat diakhiri jika ada :


Alasan mendesak
 1. Alasan mendesak yg dapat dipergunakan untuk memberhentikan pelaut dari dinas
awak kapal / alasan mendesak bagi pihak pengusaha kapal
 2. Alasan penting yaitu :
 Buruh menyajikan keterangan, ijazah, surat surat dan bukti
 3. Alasan biasa bukti palsu dalam penutupan PKL
 Buruh kurang memiliki kecakapan dan kesanggupan dalam
melaksanakan tugasnya
 Buruh telah mencuri, melakukan penggelapan,penyeludupan
dan perbuatan sejenisnya
 Buruh menolak perintah majikan / wakilnya
 Buruh melalaikan kewajibannya
 Buruh dicabut kewenangannya untuk bekerja diatas kapal
 Buruh menganiaya nahkoda, pelayar lain, menghina,
mengancam atau membujuk berbuat hal hal yg bertentangan
dengan undang undang
Dalam hal ”Alasan mendesak” yg dapat dipergunakan oleh Alasan Biasa
pelaut utk memutuskan hubungan kerja. (KUH perdata pasal
1603 dan KUHD pasal 419) PKL juga dapat diakhiri Alasan biasa.
 Majikan menghina dan menganiaya secara kasar
 Waktu perjanjian kerja berakhir ( KUH perdata [pasal
 Majikan membujuk pelaut melanggar undang2 / kesusilaan
 Majikan tak membayar upah kepadanya.
1603)
 Majikan sudah tak memberikan makan &amp; perumahan jika  Pelaut meninggal dunia ( KUH perdata pasal 1603)
sudah dijanjikan.  Persetujuan kedua belah pihak( KUH perdata [pasal
 Majikan terlalu melalaikan kewajiban seperti dlm perjanjia
1603)
 Tempat tinggal di kapal tak memenuhi persyaratan kesehatan
 Makanan tidak memenuhi gisi yang memadai  Perjanjian tidak syah
 Majikan memerintahkan melakukan pelayaran diluar / lebih  Perusahaan likwidasi
yang diperjanjikan.

Alasan Penting
 Setelah menandatangani PKL ada perubahan Semoga Bermanfaat
keadaan pribadi / kekayaan si pengadu atau
pihak lawannya
 Setelah menandatangani PKL diketahui akan
dapat membahayakan jiwa si pengadu Terima Kasih…

Anda mungkin juga menyukai