Anda di halaman 1dari 13

H U K U M P E N G A N G K U TA N L A U T

TANGGUNG JAWAB NAKHODA PADA


KECELAKAAN KAPAL DALAM
PENGANGKUTAN PENUMPANG DAN
BARANG MELALUI LAUT DI
INDONESIA

KELOMPOK 1
NAMA KELOMPOK 1

Arief Agha Raflyansyah Eriko Firdaus


E0018065 E0018146

Hilmi Taufiq Shul Thanul Azkar


E0018183 E0018374
LATAR BELAKANG
Pengangkutan di Indonesia memiliki peranan penting dalam memajukan dan memperlancar hubungan dalam maupun luar negeri. Salah satu jenis Pengangkutan yaitu
Pengangkutan laut yang menggunakan kapal dipimpin oleh seorang nakhoda. Nakhoda inilah yang bertanggung jawab atas keselamatan orang dan barang yang ada di
dalam kapal yang dikemudikannya. Nakhoda sebagai pemimpin di atas kapal, terikat Perjanjian Kerja Laut dengan pengusaha kapal, seperti ditentukan dalam Pasal 395
Kitab Undang- Undang Hukum Dagang. Kewajiban-kewajiban yang harus ditaati oleh Nakhoda merupakan kewajiban yang ditentukan oleh Undang-undang. Apabila
nakhoda tidak memenuhi kewajiban itu dan kemudian menimbulkan kerugian bagi pengusaha, pemilik muatan dan mereka yang berada di atas kapal, maka Nakhoda
menurut Pasal 342 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Ia bertanggungjawab untuk segala kerugian yang diterbitkan olehnya dalam jabatannya kepada
orang-orang lain, karena kesengajaan atau kesalahan yang kasar.

Nakhoda dalam memenuhi tanggung jawabnya, wajib melaksanakan kegiatan pengangkutan laut atau pelayaran sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada kenyataannya, meskipun nakhoda berusaha melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, adakalanya tetap terjadi permasalahan terhadap penumpang dan barang
yang dikirim melalui kapal laut oleh seorang atau badan usaha seperti terjadi kerusakan, kehilangan atau keterlambatan dalam proses pengiriman barang yang
diakibatkan adanya berbagai macam sebab, antara lain gangguan pada waktu berlayar di laut (terjadi badai, kecelakaan, pencurian), atau gangguan dari perusahaan
pengangkutan sendiri dan hal ini menyebabkan pengiriman barang mengalami kerugian khususnya terhadap pihak lain (penerima barang) dan hal ini pasti menyebabkan
pihak pengangkut, yaitu Nakhoda harus bertanggung jawab atas kerugian dan memberikan ganti kerugian yang sesuai.
RUMUSAN 1. Apa saja yang menyebabkan kecelakaan pada
kapal dalam pengangkutan penumpang dan

MASALAH
barang melalui laut di indonesia?
2. Bagaimana pertanggungjawaban nakhoda pada
kecelakaan kapal dalam pengangkutan
penumpang dan barang melalui laut di Indonesia?
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1998:

Penyebab Kecelakaan • Kapal tenggelam;

Pada Kapal Dalam • Kapal terbakar;


• Kapal tubrukan;

Pengangkutan • Kecelakaan kapal yang menyebabkan


terancamnya jiwa manusia dan

Penumpang dan • Kapal kandas.

Barang Melalui Laut Capt.R.P.Suyono :

• Kesalahan manusia (human error)


Di Indonesia • Kesalahan Prosedur
• Faktor ekstern atau intern, misal terjadi tubrukan
atau kebakaran.
• Alam atau cuaca yang dihadapi kapal.
Kesalahan manusia
Kesalahan Prosedur
(human error)
Dalam PM No. 20 Tahun 2015 tentang standar keselamatan pelayaran
Penyebab kecelakaan yang disebabkan oleh faktor kelalaian manusia ini dapat
meliputi sumber daya manusia (SDM), sarana dan/ prasarana, standar
disimpulkan bahwa pihak perusahaan/ pemilik kapal tidak mematuhi klausul
operasional prosedur (SOP), lingkungan serta sanksi. Pelanggaran terhadap
layak laut dalam ISM Code yang berkenaan dengan sumber daya dan tenaga
keselamatan pelayaran akan dikenakan sanksi pidana maupun sanksi
kerja. Penempatan sumber daya dan tenaga kerja ini berkenaan dengan kualifikasi
administratif berupa pemberhetian personil dari jabatan atau pencabutan izin
yang sesuai dengan yang dibutuhkan, pengalaman, dapat menjalankan standar
bagi operator sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
operasi perusahaan dengan baik, dan dapat berkomunikasi secara efektif dalam
situasi darurat.

Faktor ekstern atau intern, misal terjadi Alam atau cuaca yang dihadapi kapal
tubrukan atau kebakaran
Pada tubrukan kapal ruang gerak yang sempit menjadi salah penyebab tubrukan. Hal Permasalahan yang biasanya dialami adalah badai, gelombang yang tinggi yang
tersebut juga dapat disebebkan adanya kelalaian dalam melakukan jaga laut, seperti dipengaruhi oleh musim, arus yang besar, juga kabut yang mengakibatkan jarak
melakukan tugas/pekerjaan lain ketika sedang bernavigasi. pandang yang terbatas. Faktor alam atau cuaca buruk yang merupakan
Kondisi lainnya ketika dari bebrapa kejadian kebakaran di kapal menjadi tak permasalahan dan seringkali dianggap sebagai penyebab utama dalam kecelakaan
terkendali karena crew kapal kehilangan keberanian untuk bertindak memadamkan laut. Permasalahan yang biasanya dialami adalah badai, gelombang yang tinggi
api. Alat dan Jenis kebakaran yang terjadi Kebakaran yang terjadi yang menjalar yang dipengaruhi oleh musim, arus yang besar, juga kabut yang mengakibatkan
secara cepat dan diikuti ledakan yang hebat sehingga menyulitkan untuk dapat
jarak pandang yang terbatas.
dikendalikan.
NAHKODA KAPAL
Nakhoda kapal merupakan pimpinan umum di atas kapal yang bertanggung jawab atas segala pelaksanaan pelayaran diperairan tertentu.
wajar jika nakhoda merupakan pihak yang pertama kali dimintai keterangan apabila suatu wakut kecelakaan kapal yang tidak
diinginkan, bahkan nakhoda kapal dapat di mintai tanggung jawab jika terbukti telah menyebabkan terjadinya kecelakaan kapal.

FUNGSI NAHKODA K E WA J I B A N N A H K O D A

• Nakhoda sebagai wakil Pemerintah. • Nahkoda wajib berada di kapal selama berlayar.
• Nakhoda sebagai wakil Pengusaha Pelayaran dan • Sebelum kapal berlayar, Nakhoda wajib memastikan bahwa kapalnya
telah memenuhi persyaratan kelaiklautan dan melaporkan hal tersebut
sebagai wakil dari semua orang yang
kepada Syahbandar.
berkepentingan terhadap barang·barang muatan.
• Nakhoda berhak menolak untuk melayarkan kapalnya apabila mengetahui
• Nakhoda sebagai buruh kapal tersebut tidak memenuhi persyaratan
• Pemilik atau operator kapal wajib memberikan keleluasaan kepada
Nakhoda untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pertanggungjawaban Nahkoda pada kecelakaan kapal dalam pengangkutan
penumpang dan barang melalui laut di Indonesia

Nahkoda dalam melakukan pengangkutan melalui laut mempunyai tanggung jawab yang cukup berat, dalam praktiknya, tanggung jawab Nakhoda
itu berlangsung sejak saat barang-barang dikaitkan pada sling (tali derek), lepas dari dermaga, di pelabuhan muat, selama pelayaran dari pelabuhan
pemuatan sampai pelabuhan pembongkaran, dan berakhir di pelabuhan pembongkaran pada saat barang-barang menyentuh permukaan dermaga, tapi
masih terkait pada sling. Jika barang-barang rusak, misalnya koli pecah karena tidak hati-hati, maka Nakhoda bertanggung jawab atas kerusakan
tersebut kecuali dapat dibuktikan lain.

Jika terjadi Kecelakaan Kapal, berdasarkan Pasal 249 Undang-Undang No 17 Tahun 2008, kecelakaan kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 245
merupakan tanggung jawab Nakhoda kecuali dapat dibuktikan lain. Kecelakaan yang dimaksud pada Pasal 245 yaitu kapal tenggelam, kapal
terbakar; kapal tubrukan, dan kapal kandas. Berdasarkan Pasal 249 tersebut, apabila dicermati maka dapat diketahui bahwa nakhoda kapal
bertanggung jawab atas kecelakaan apabila tidak melakukan kewajiban-kewajibannya sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan atau tidak
melakukan upaya-upaya tertentu.

Seorang nakhoda pada suatu ketika mungkin menghadapi suatu keadaan di mana kapal dalam keadaan bahaya yang berakibat terjadinya kecelakaan
kapal. Apabila dalam keadaan demikian nakhoda tidak melakukan upaya - upaya tertentu, dan terjadi kecelakaan kapal, maka nakhoda akan diminta
pertanggung jawabannya.
Penetapan Nahkoda dinyatakan
bersalah

INVESTIGASI OLEH MAHKAMAH MEREKOMENDASIKAN


KOMITE NASIONAL P E L AYA R A N K E PA D A M E N T E R I
K E S E L A M ATA N Melaksanakan pemeriksaan lanjutan atas MENGENAI
T R A N S P O RTA S I kecelakaan kapal dan menegakkan kode etik PENGENAAN SANKSI
profesi dan kompetensi Nakhoda dan/atau
Mencari fakta guna mencegah terjadinya Sanksi yang dikenakan sebagai bentuk
perwira kapal setelah dilakukan
kecelakaan kapal dengan penyebab yang pertanggungjawaban dari nakhoda kapal
pemeriksaan pendahuluan oleh Syahbandar.
sama. Investigasi yang dilakukan oleh apabila terbukti telah melakukan kesalahan
Setelah itu MP yang berhak untuk atau kelalaian dalam penerapan standar profesi
Komite Nasional Keselamatan Transportasi
menentukan kesalahan atau kelalaian atas kepelautan sehingga menyebabkan terjadinya
tidak untuk menentukan kesalahan atau
terjadinya kecelakaan kapal. kecelakaan yaitu sanksi administratif dan
kelalaian atas terjadinya kecelakaan kapal.
sanksi pidana.
JENIS SANKSI
PERTANGGUNJAWABAN
SANKSI SANKSI
ADMINISTRATIF PIDANA
S A N K S I A D M I N I S T R AT I F D I B E R I K A N S A N K S I P I D A N A YA N G D I K E N A K A N
B E R U PA P E R I N G ATA N ATA U B E R U PA P I D A N A P E N J A R A ATA U
P E N C A B U TA N S E M E N TA R A S E RT I F I K AT P I D A N A K U R U N G A N YA N G L A M A ATA U
KEAHLIAN PELAUT SEBAGAIMANA B E S A R N YA D E N D A T E R G A N T U N G
D I AT U R D I D A L A M PA S A L 2 5 3 AYAT ( 2 ) K E S A L A H A N ATA U K E L A L A I A N D A R I
U N D A N G - U N D A N G N O . 1 7 TA H U N 2 0 0 8 NAKHODA ITU SENDIRI.
KESIMPULAN
Kecelakaan kapal merupakan kejadian kapal yang bersangkutan yang dapat mengancam keselamatan kapal dan/atau jiwa manusia.
Pada tahun 2021, sejak bulan Januari hingga bulan September 2021, hampir setiap bulan terjadi kecelakaan laut, mulai dari kapal
nelayan hingga kapal selam KRI Nanggala 402. Setidaknya terjadi 15 kecelakaan laut di Indonesia sepanjang periode tahun 2021.
Kecelakaan kapal dapat terjadi karena kesalahan manusia (human error), kesalahan prosedur, faktor ekstern atau intern, misal terjadi
tubrukan atau kebakaran. alam atau cuaca yang dihadapi kapal.

Nakhoda kapal bertanggung jawab atas kecelakaan apabila tidak melakukan kewajiban-kewajibannya sehingga menyebabkan
terjadinya kecelakaan atau tidak melakukan upaya-upaya tertentu. Nakhoda berhak menolak untuk melayarkan kapalnya apabila
mengetahui kapal tersebut tidak memenuhi persyaratan. Pemilik atau operator kapal wajib memberikan keleluasaan kepada nakhoda
untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sanksi yang dikenakan sebagai bentuk
pertanggungjawaban dari nakhoda kapal apabila terbukti telah melakukan kesalahan atau kelalaian dalam penerapan standar profesi
kepelautan yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana.
SARAN Perlu adanya pengaturan secara baku dalam hal kewenangan dan dan
tanggung jawabnya, mengingat cukup luasnya tanggung jawab yang
diembannya dan tersebar pula dalam berbagai peraturan yang
menyangkut pelayaran. Dengan adanya pengaturan secara
baku/standar tersebut diharapkan tidak terdapat interprestasi yang
meluas terhadap keberadaan Nakhoda. Hal ini perlu disadari,
dimana dalam perjanjian perburuhan sebagaimana yang diatur dalam
KUHD, Nakhoda merupakan buruh utama dalam proses pelayaran,
dimana selain ia terikat akan perjanjian dengan Pengusaha Kapal
terdapat pula keterikatan yang wajib dipikulnya berdasarkan
peraturan perundangundangan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai