Hukum Bisnis
Dosen Pengampu
Oleh:
Kelompok 4:
Dalam kegiatan bisnis, pengangkutan laut memegang peranan penting karena selain sebagai
alat fisik yang membawa barang-barang dari produsen ke konsumen, juga sebagai alat penentu
harga dari barang-barang tersebut. Disamping itu, jika ditinjau dari beberapa segi pengangkutan
banyak mempunyai manfaat berikut ini.
a. Dari kepentingan pengirim barang
Pengirim memperoleh manfaat untuk konsumsi pribadi maupun keuntungan komersial.
b. Dari kepentingan pengangkut barang
Pengangkut memperoleh keuntungan material sejumlah uang atau keuntungan immaterial
berupa peningkatan kepercayaan masyarakat atau jasa angkutan yang diusahakan oleh
pengangkut.
c. Dari kepentingan penerima barang
Penerima barang memperoleh manfaat untuk konsumsi pribadi maupun keuntungan komersial
d. Dari kepentingan masyarakat luas
Masyarakat memperoleh manfaat kebutuhan yang merata dan demi kelangsungan
pembangunan terlebih mendorong pertumbuhan bisnis antarpulau dan/atau antarnegara.
Untuk lebih jelasnya pemahaman tentang pengangkutan laut baik tentang pelaku-pelaku,
peraturan-peraturan serta jenis dan bentuk pengangkutan akan di bahas secara terperinci pada
bab selanjutnya.
BAB II
PENGANGKUTAN LAUT DALAM KEGIATAN BISNIS
3. Perairan Perintis
Menurut Pasal 84 UU No. 21 Tahun 1992, pelayaran perintis ini berupa angkutan perairan
yang menghubungkan daerah-daerah terpencil dan belum berkembang. Adapun sebagai
penyelenggaranya adalah pemerintah. Mengenai pelayaran perintis ini, PP No. 17 Tahun 1988
menyatakan bahwa pelayaran perintis merupakan kegiatan angkutan laut yang dilakukan
secara tetap dan teratur.
2. Pengirim Barang
Pengirim barang adalah orang yang mengikatkan diri untuk mengirim suatu barang
dengan membayar uang angkutan. Pengirim belum tentu pemilik barang, biasanya dalam
praktik pengirim adalah ekspeditur atau perantara lain dalam bidang pengangkutan.
Pasal 86 ayat (1) KUHD menyatakan bahwa ekspenditur adalah orang yang pekerjaannya
menyuruh orang lain untuk menyelenggarakan pengangkutan barang-barang.
Ada dua jenis perjanjian yang perlu di buat oleh expenditur, yaitu:
a) Perjanjian yang dibuat antara ekspenditur dengan pengirim disebut perjanjian ekspedisi.
b) Perjanjian antara ekspenditur atas nama pengirim dengan pengangkut disebut perjanjian
pengangkutan.
Dari dua jenis perjanjian tersebut maka hubungan hukum, hak dan kewajiban ekspenditur
adalah sebagai berikut:
a) Sebagai pemegang kuasa
b) Sebagai komisioner
c) Sebagai penyimpan barang
d) Sebagai penyelenggara urusan (Zaakwarneming)
Selain ekspenditur dalam pengangkutan laut di kenal pula pihak-pihak terkait lainya yaitu
sebagai berikut:
a. Pengatur Muatan
Pengatur muatan atau juru padat adalah orang yang tugasnya menetapkan tempat
dimana suatu barang harus disimpan dalam ruangan kapal. Pengatur muatan ini merupakan
perusahaan tersendiri dan mempunyai hak anak buah tersendiri. Dengan demikian pengatur
muatan terlepas dari perusahaan pengangkut/pemilik kapal. Namun dalam pelaksanaan
tugasnya pengatur muatan harus tunduk dengan peraturan yang ada di kapal (Pasal 321
KUHD).
b. Per-Veem-An/Ekspedisi Muatan Laut
Per-Veem-An dan ekspeditur muatan laut adalah dua jenis perusahaan yang biasa
terkait dalam proses pengangkutan barang dan lazim dan ada dalam praktik pengangkutan
laut di Indonesia. Kedua jenis perusahaan ini diatur dalam PP No. 2 Tahun1969 tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut. Persyaratan usaha Per-Veem-An dan
ekspediturdi tetapkan oleh Menteri Perdagangang dengan Surat Keputusan No.
122/Kp/VI?1970 tanggal 8 Juni 1970 tentang Persyaratan dan Prosedur Memperoleh Izin
Usaha. Surat Keputusan Menteri Perdagangan ini dikeluarkan sebagai pelaksanaan pasal
28 (1) PP No. 2 Tahun 1969.
Menurut pasal 1 PP No. 2 Tahun 1969 yang dimaksudkan dengan Per-Veem-An
adalah:
“ usaha yang di tunjukan kepada penampungan dan penumpukan barang-barang yang
dilakukan dengan mengusahakan gudang-gudang, lapangan-lapangan, dimana dikerjakan
dan disiapkan untuk diserahkan kepada perusahaan pelayaran untuk dikapalkan, yang
meliputi antara lain kegiatan ekspedisi muatan, pengepakan, pengepakan kembali, sortasi,
penyimpanan, pengukuhan, penandaan dan lain-lain pekerjaan yang bersifat teknis
ekonomis yang diperlukan perdagangan dan pelayaran.”
Dari ketentuan pasal tersebut diatas dapat di uraikan tugas Per-Veem-An diantaranya
adalah:
1) Pengurusan dokumen-dokumen dan pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut penerimaan
dan penyerahan barang-barang muatan yang diangkut melaui lautan untuk diserahkan
kepada perusahaan pengangkutan.
2) Pengepakan atau pengepakan kembali, penandaan barang-barang untuk kepentingan
pemilik barang dan pengiriman selanjutnya barang yang dimaksud dengan angkutan laut.
3) Penerimaan dan penyimpanan barang dalam gudang-gudang, lapangan-lapangan yang
diusahakan untuk itu tanpa mengerjakan perubahan yang bersifat teknis kepada barang-
barang.
4) Sortasi barang-barang untuk kepentingan pemilik barang.
3. Penerima
Kedudukan penerima dalam pengangkutan barang adalah sebagai pihak yang menerima
barang-barang, yang tercantum dalam konosemen. Dua kemungkinan mengenai penerima
yaitu:
a) Penerima adalah juga pengirim barang
b) Penerima adalah orang lain yang ditunjuk
Ketentuan pasal 491 KUHD tentang kewajiban penerima barang yaitu “setelah barang
angkutan itu ditentukan di tempat tujuan, maka si penerima wajib membayar uang angkutan
dan semua yang wajib dibayarnya menurut dokumen-dokumen atas dasar mana barang
tersebut diterimakan kepadanya.”
Namun ketentuan itu bukan bersifat pemaksaan dengan kata lain masalah pembayaran
tergantung pada perjanjian dagangnya (perjanjian jual beli dalam eskpor impor).
2) Pelabuhan
Menurut pasal 1 sub 4 UU No. 21 Tahun 1992 pelabuhan adalah: “tempat yang terdiri
dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang diperlukan sebagai tempat kapal bersandar,
berlabuh, naik turun penumpang dan/atau pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
tempat perpindahan intra dan antramoda transportasi”
Jenis pelabuhan dibedakan dalm dua jenis yaitu pelabuhan umum dan pelabuhan khusus.
Pelabuhan umum di pergunakan untuk masyarakat umum dan pelabuhan khusus
dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan tersendiri.
Selain itu dalam UU No. 21 Tahun 1992 diatur juga tentang pelabuhan terbuka bagi
perdagangan luar negeri (bisnis internasional).
3) Prasarana Pelayaran
Dalam rangka menunjang kelancaran kegiatan di pelabuahn maka diperlukan adanya
sarana pelabuhan seperti:
a. Perairan pelabuhan tempat kapal-kapal berlabuh agar dapat melakukan pekerjaan dengan
aman.
b. Jembatan pendarat dan dermaga yang cukup kuat, tempat kapal-kapal merapat dan
tertambat sedemikian rupa sehingga dapat melakukan pekerjaan yang aman, tenang dan
cepat.
c. Pelampung-pelampung untuk kapal tertambat
d. Gudang dan lapangan tempat barang-barang yang akan dimuat ke dalam kapal dan di
bongkar dari dalam kapal, ditimbun dengan baik, aman serta terjamin keutuhan mutunya.
e. Pandu-pandu (pilot) untuk memandu kapal dan menjaga keselamatan sewaktu memasuki
atau meninggalkan pelabuhan.
f. Kapal-kapal tarik (tugboat) untuk menarik kapal-kapal sewaktu memasuki atau
meninggalkan pelabuhan.
g. Peralatan bongkar muat di pelabuhan, antara lain kran (crane), kereta-kereta barang,
perahu-perahu (lighters), fork lift truck, dan lain-lain.
h. Pekerja/buruh yang cukup tersedia.
i. Alat-alat telekomunikasi dipergunakan untuk hubungan intern, lokal, dan hubungan
internasional yang cukup tersedia dan dapat digunakan dengan baik.
Bentuk Konosemen pada prinsipnya berbentuk standar atau baku yang diantaranya berisi:
1) Rute perjalanan dari kapal yang angkat mengangkut barang.
2) Tempat pemuatan barang dalam kapal.
3) Keterangan tentang muatan yang berkaitan dengan merek, jumlah, jenis ukuran/berat barang.
4) Apakah pembongkaran barang di tempat tujuan akan dilakukan sendiri oleh pengangkut atau
penerima, atau dengan bantuan pihak ketiga.
5) Tentang penerima barang
Selain konosemen dalam pengangkutan laut juga harus ada dokumen-dokumen berikut
ini:
1) Manifes
Manifes kapal (ship’s manifest) merupakan daftar dari semua barang yang ada di dalam
kapal untuk diangkut ke suatu pelabuhan tujuan .
2) Surat Mualim (Mate’s Receipt).
3) Tanda Terima Gudang (Resi Gudang).
4) Perintah Penyerahan (Deliveri Order).
5) Pemberitahuan (Notice).
6) Perintah Mendaratkan (Landing Order)
Kemudian dari pihak pengirim barang dokumen yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
1) Faktur Penjualan (Commercial Invoice) adalah suatu nota yang diberikan penjual kepada
pembeli yang berisi jumlah barang, harga satuan, harga total dan perhitungan pembayaran.
2) Daftar Pengemasan (Packing List) adalah daftar yang berisi perincian lengkap mengenai jenis
dan jumlah satuan dari barang yang terdapat dalam setiap peti.
3) Sertifikat Asal (Certificate of Origin) adalah sertifikat yang dibuat oleh Kamar Dagang
(Chamber of Commerce) dari negara produsen yang menyatakan bahwa barang-barang
tersebut benar-benar hasil dari produk negara tersebut.
4) Sertifikat Pemeriksaan (Certificate of Inspection) adalah sertifikat yang di buat oleh
independent surveyor mengenai barang-barang yang dikirim oleh eksportir.
5) Sertifikat pemuatan (Certificate of Lading) adalah sertifikat yang menyatakan bahwa barang-
barang tersebut benar-benar dimuat.
6) Polis Asuransi (Insurance Polis)
Kelayakan suatu kapal dalam hal pengangkutan laut ditentukan pula oleh dokumen-
dokumen yang tergolong dokumen kapal, termasuk juga dokumen legalitas pelayaran kapal
niaga yaitu sebagai berikut:
1) Surat tanda kebangsaan, yang menyatakan kebangsaan suatu kapal/pemilik kapal.
2) Surat ukur, yairu surat yang menyebutkan ukuran-ukuran terpenting dari kapal.
3) Sertifikat layak laut, surat yang menyatakan kapal tersebut layak melakukan pelayaran.
4) Sertifikat lambung timbul, yaitu sertifikat yang menetapkan lambung kapal yang boleh timbul
di permukaan air laut minimum dan maksimum.
5) Daftar anak buah kapal.
6) Petikan dari daftar kapal, yaitu menyebutkan siapa pemilik kapal, surat jual beli kapal.
7) Sertifikat keamanan radio (alat komunikasi).
8) Sertifikat keamanan baik keamanan pelayaran maupun keamanan penumpang.
9) Sertifikat kesehatan.
10) Surat tikus (bebas tikus)